• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mendeskripsikan politik anggaran dalam penyusunan peraturan daerah kota Medan tentang pajak daerah. Kajian penelitian ini berawal dari pemahaman bahwa otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi Daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan dinikmati sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Disisi lain, otonomi juga sebagai tantangan bagi Pemerintah Daerah dalam mengurangi ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, kata kunci dari otonomi daerah adalah “kewenangan”, seberapa besarkah kewenangan yang dimiliki oleh daerah dalam menginisiatifkan kebijakan hingga mengimplementasikannya1

Selama ini perencanaan dan kebijakan Pemerintah Daerah lebih banyak memiliki aturan yang sama diseluruh daerah dari Pemerintah Pusat dengan pola perencanaan top down mechanism. Sementara saat ini program yang dibuat oleh Pemerintah Pusat harus dikurangi seiring dengan berlakunya Undang-Undang (UU) No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Oleh sebab itu,

.

1

(2)

2

implementasi Undang-Undang tersebut menuntut Pemerintah Daerah agar lebih mandiri dibidang keuangan karena belanja langsung dan tidak langsung saat ini atau yang lebih dikenal dengan belanja rutin dan pembangunan mendatang haruslah lebih banyak berasal dari Pajak dan Retribusi. Potensi Pajak dan Retribusi berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi sektoral dan sistem serta kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk menggali sumber-sumber Pajak dan Retribusi potensial yang dapat dijadikan sebagai basis utama Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kewenangan daerah untuk menjalankan beberapa urusannya itu diatur dalam sebuah Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Peraturan Daerah (Perda). Berdasarkan UU No.10 tahun 2004, Bab I Ketentuan Umum, Pasal l1 ayat (1) disebutkan bahwa Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Dalam hal ini Perda merupakan instrumen aturan yang secara sah diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa Undang-Undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menetapkan Perda sebagai salah satu instrumen yuridisnya.

(3)

3

penataan materi muatan yang disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada pada Pemerintah Daerah. Mekanisme pembentukan dan pengawasan terhadap penyusunan dan pelaksanaan Perda pun mengalami perubahan seiring dengan perubahan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Setiap perancang Perda, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai aturan hukum positif tentang Undang-Undang Pemerintahan Daerah dan Peraturan pelaksanaan yang secara khusus mengatur tentang Perda. Untuk membatalkan sebuah Perda memerlukan peraturan hukum yang lebih tinggi yaitu Peraturan Presiden (UU No 32 tahun 2004 Bab VI pasal 145 ayat 3), jika dinilai Perda tersebut bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi. Hal ini membawa angin segar bagi daerah untuk berlomba-lomba membuat Perda yang dirasa bisa membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Pajak daerah merupakan sumber penerimaan terbesar dalam postur APBD, sehingga rawan dalam pengelolaannya. Pajak daerah harus diperhitungkan pada nilai kemanfaatan pajak itu dikenakan, misalnya seberapa besar hasil guna dan daya guna pajak itu bagi pemerintah dan masyarakatnya2

2

Edi Slamet Irianto. 2014. Pengantar Politik Pajak. Jakarta: Observation & Research of Taxation. Hal. 122

(4)

4

politik anggaran, yang hasilnya sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pemerintah Kota Medan mengajukan revisi Peraturan Daerah No.7 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan. Banyaknya usaha hiburan yang hampir tutup akibat besaran pajak, menjadi pemicu pengajuan revisi. Pengajuan ini tercantum dalam Rancangan Peraturan Daerah kota Medan tentang perubahan atas Perda Pajak Hiburan.

Pemko Medan mengajukan layaknya pajak untuk usaha karaoke dari 30% diturunkan menjadi 20%. Besaran tersebut juga diterapkan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Dengan tarif pajak 20% usaha karaoke tumbuh pesat di kota-kota tersebut. Selain tarif pajak karaoke, dalam revisi tersebut juga diajukan penurunan dua pajak hiburan lain yakni usaha pusat kebugaran dan usaha pijat. Pemko Medan mengusulkan tarif pajak pusat kebugaran turun dari 35% menjadi hanya 10%, dan pajak usaha pijat dari 30% turun ke 20%.

(5)

5

utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Politik anggaran sangat penting untuk dikaji pada penelitian ini, sebab anggaran merupakan instrumen paling penting dalam kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah baik pusat maupun daerah dan hal ini menggambarkan pernyataan komprehensif tentang prioritas negara. Sebagai warga negara, kita juga sangat bergantung pada negara untuk menyediakan pelayanan yang krusial dan infrastruktur. Anggaran publik merupakan bentuk hubungan antara warga negara pembayar pajak dan aparat pemungut pajak.

Secara sederhana anggaran publik merupakan bagaimana membuat pilihan antara kemungkinan-kemungkinan pengeluaran, keseimbangan dan proses memutuskannya. Akan tetapi, anggaran publik memiliki tipikal yang berbeda, seperti bersifat terbuka, melibatkan berbagai aktor dalam penyusunannya yang memiliki tujuan berbeda-beda, mempergunakan dokumen anggaran sebagai bentuk akuntabilitas publik, dan keterbatasan yang harus diperhatikan.

(6)

6

keputusan politik anggaran. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Wildavsky ”All budgeting is about politics; most politics is about budgeting; and budgeting must therefore be understood as part of political game”3

Secara harfiah politik anggaran bisa diartikan sebagai sebuah proses politik dua atau lebih orang atau lembaga yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari anggaran, dimana mereka memiliki kuasa untuk mengendalikannya

. Dapat dipahami bahwa semua tentang penganggaran adalah bagian dari politik, dan politik adalah salah satu bagian dari penganggaran dan karena itu penganggaran harus dipahami sebagai bagian dari permainan politik.

4

Konteks politik anggaran akan terkait dengan siapa yang berperan dan kemampuan negara dalam memberikan jaminan kepada rakyatnya. Namun yang terjadi, politik anggaran dipahami dan dijalankan dalam konteks jangka pendek dan menguntungkan pihak-pihak terkait saja. Aturan dalam penentuan program hanya terletak pada level kepentingan masing-masing aktor, bahkan rakyat sendiri tidak mengetahui berapa persen anggaran yang dilimpahkan untuk kesejahteraannya. Belum lagi persoalan yang menyangkut perilaku birokrat, korupsi, inefisiensi, kekurangefektifan pelaksanaan program, tingkat kebocoran yang tinggi, defisit anggaran yang terus membesar, rencana anggaran pendapatan . Dengan demikian politik anggaran menjadi hubungan antara sumberdaya keuangan dan perilaku manusia untuk mencapai sasaran kebijakan.

3

Yuna Farhan. 2013. “Transparansi, Partisipasi, dan Demokrasi”. Jurnal Pemilu dan Demokrasi, Nomor 5, Februari 2013. Jakarta: Yayasan Perludem. Hal.30

4

(7)

7

yang tidak mencapai target, terus berkurangnya asset negara dan berbagai masalah lainnya yang semakin menjauhkan kebijakan politik anggaran yang berpihak pada rakyat. Tentu saja akibat buruk dari alokasi anggaran pembangunan yang sangat terbatas itu, minim pula proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk memacu perputaran roda-roda perekonomian. Padahal, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan secara signifikan yang masih terus membelit puluhan juta warga diseluruh daerah.

Kewenangan berdasarkan desentralisasi fiskal yang begitu besar dimiliki oleh daerah otonom cenderung disalahgunakan. Akibatnya, anggaran yang ditetapkan oleh pemerintahan di daerah setiap tahun tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat tetapi menjadi lahan korupsi aparatur penyelenggara negara. Permasalahan diatas menunjukkan bahwa ranah politik anggaran tidak sekedar target bagi kekuasaan, tetapi yang lebih menguatirkan adalah pemaknaan politik kepentingan pihak-pihak negara dan pengusaha dalam menyediakan anggaran untuk publik dengan politik perjuangan publik.

(8)

8

sebagai proses formal dan sarat nilai-nilai keadilan sosial dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik. Kedua, persoalan anggaran publik merupakan bentuk hubungan antara warga negara pembayar pajak dan aparat. Politik anggaran merupakan salah satu instrumen kebijakan dan bukanlah sekedar instrumen ekonomi untuk revenue policy (kebijakan menarik pendapatan). Ketiga, politik anggaran merupakan instumen penting bagi pemerintah untuk melaksanakan dan memenuhi fungsi-fungsi dasarnya dan mencapai tujuan-tujuan substantif dari kebijakan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik memilih judul “Politik Anggaran dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Daerah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana politik anggaran dalam penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan tentang pajak daerah?

C. Batasan Masalah

(9)

9

hanya membatasi masalah pada proses penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses penyusunan peraturan daerah Kota Medan tentang pajak daerah

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan politik anggaran dalam penyusunan peraturan daerah Kota Medan tentang pajak daerah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi peneliti, pengembangan ilmu pengetahuan, masyarakat dan pemerintah diantaranya:

1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan khususnya dalam penelitian, sehingga mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya mengenai berbagai aspek dari politik anggaran disektor pajak daerah. 3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran

(10)

10

pemerintahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Serta diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran secara konseptual, khususnya kepada masyarakat maupun pemerintah yang berorientasi pada pengelolaan pajak daerah.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini mendasarkan pada teori-teori yang relevan sehingga mendukung bagi tercapainya hasil penelitian yang ilmiah. Dasar teori yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini adalah teori tentang Politik Anggaran dan Kebijakan Publik. Teori-teori ini yang akan dijadikan peneliti sebagai dasar pemikiran dan menjadi acuan dalam melakukan penelitian.

F.1. Politik Anggaran

Secara teoritik, anggaran merupakan instrumen pemerintah dalam menyelenggarakan roda kekuasaannya. Dalam praktiknya, anggaran tidak terlepas dari sejumlah kepentingan yang harus diakomodasi, sekaligus menjadi mediasi berbagai kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa politik anggaran adalah proses saling mempengaruhi diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas pembangunan akibat terbatasnya sumber dana publik yang tersedia5

5

Fridolin Berek, dkk. 2006. Kumpulan modul: Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga. Bandung: BiGS dan TiFA. Hal.213

(11)

11

berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran.

Politik anggaran menurut Noer Fauzi dan R. Yando Zakaria diartikan sebagai berikut:

“Politik anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan didistribusikan, siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang-peluang apa saja yang tersedia baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan pelayanan publik”6

Kedudukan dan domain politik anggaran selalu menjadi perdebatan oleh banyak kalangan. Persoalan anggaran dianggap sebagai persoalan pemerintah, kelembagaan, tatakelola, kewenangan, kekuasaan, norma ideologi, kebijakan dan pasar maupun persoalan sosial budaya serta politik jangka pendek. Defenisi ruang lingkup dan batasan politik anggaran sangat luas, dan berada dimana saja. Namun umumnya politik anggaran dianggap merupakan domain peran negara karena

.

Politik anggaran dapat dimaknai sebagai proses pengalokasian anggaran berdasarkan kemauan dan proses politik, baik dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Tidak dapat dihindari bahwa penggunaan dana publik akan ditentukan kepentingan politik. Dalam penentuan besaran maupun alokasi dana untuk rakyat senantiasa ada kepentingan politik yang diakomodasi oleh pejabat. Yaitu alokasi anggaran acap kali juga mencerminkan kepentingan perumus kebijakan terkait dengan konstituennya.

(12)

12

sebagai analisis kajian politik. Sehingga kekuatan politik menjadi aktor penting untuk merumuskan dan merencanakan anggaran7

Proses politik anggaran tidak menanyakan bagaimana anggaran seharusnya dibuat, tapi bagaimana ia sebenarnya dibuat. Sehingga dalam penganggaran juga merefleksikan sejenis kepolitikan tertentu

.

8

. Fokus analisisnya adalah pada setiap isu atau kebijakan, yang langsung ataupun tak langsung yang melibatkan kepentingan publik. Selain itu keterlibatan politik didalam penyusunan anggaran juga tercermin pada kegiatan yang melibatkan warga negara secara signifikan dalam sebagian atau seluruh dari proses pembuatan kebijakan khususnya dalam kebijakan penganggaran. Perdebatan politik tentang penyusunan anggaran tersebut bukan hanya antara eksekutif dengan lembaga legislatif tetapi juga dengan masyarakat luas dalam wacana politis dalam pengambilan keputusan akan kebijakan publik9

Dalam konteks demikian, kebutuhan atau kepentingan seringkali memiliki bobot prioritas yang relatif sama. Dari sanalah diperlukan pilihan-pilihan untuk memutuskan mana yang akan didanai terlebih dahulu. Tidak heran jika atas

.

Politik anggaran pada dasarnya menyangkut keputusan politik mengenai kondisi anggaran dan siapa yang berhak memutuskan dan yang menerima anggaran tersebut dan itu semua bermuara pada negara sebagai pemegang otoritas kekuasaan tertinggi. Sehingga dapat dijawab analisis politik anggaran adalah bagaimana anggaran untuk rakyat.

7

Aaron Wildavsky dan Naomi Caiden. Op. Cit. Hal.xxiv

8

Ibid. Hal.vi

9Ibid

(13)

13

pertimbangan itu pada akhirnya berbagai pihak dan kelompok kepentingan akan berebut pengaruh didalam memutuskan alokasi anggaran. Itulah yang disebut dengan anggaran sebagai medan tempur strategis dalam politik kebijakan pembangunan10

Perubahan era dan paradigma dalam sistem dan pengelolaan negara juga berdampak pada masalah anggaran sebagai jantung berjalannya program pelayanan negara terhadap rakyatnya, misalnya anggaran untuk siapa dan bagimana rakyat merasa sejahtera. Secara umum, anggaran diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu masa periode di masa yang akan datang. Dalam pengertian anggaran secara umum itu, tercakup baik pengertian anggaran negara, anggaran perusahaan maupun anggaran institusi atau lembaga lainnya. Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa datang, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sesungguhnya terjadi di masa lalu

.

11

1. Pertama, anggaran adalah persoalan rumit dan rewel. Untuk memahaminya harus memiliki kecakapan dan tingkat pendidikan tertentu. Tidaklah mudah mementahkan anggapan yang mendarah daging itu karena anggaran memiliki struktur, sistem dan mekanisme yang biasanya hanya dimengerti oleh mereka dengan kecakapan khusus. Dalam banyak kasus

. Sejauh ini terdapat tiga mistifikasi terhadap anggaran:

10

Umar Alam Nusantara, dkk. 2010. Jalan Baru Pendidikan Politik Rakyat: Kumpulan Tulisan. Bandung: FDA Forum Diskusi Anggaran. Hal.11

11

(14)

14

terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, anggaran masih dipahami sebagai aturan formal dan sesuatu yang menggantungkan pihak aktor atau institusi kelembagaan negara dan secara yuridis anggaran sekedar dipahami sebagai aturan baku yang sudah ada.

2. Kedua, anggaran hanyalah urusan proyek-proyek pembangunan dan sumber finansial lainnya. Ujung-ujungnya pada keengganan pemerintah untuk keluar dari kungkungan cengkeraman indikator-indikator yang mengaburkan implikasinya pada kelompok masyarakat yang rentan. Kaum miskin dan warga rentan justru menjadi pemikul beban dari implikasi anggaran.

3. Ketiga, anggaran adalah semata-mata urusan yang boleh dimonopoli pemerintah. Setidaknya sejak merdeka hingga saat ini pemerintah selalu mendudukkan anggaran sebagai persoalan yang sangat eksklusif di wilayah monopoli mereka, tanpa ada ruang keterlibatan bagi masyarakat12.

Anggaran merupakan salah satu tahap yang harus dilalui dalam dalam perencanaan keuangan terutama sebagai pedoman dalam mengelola keuangannya. Tetapi karena proses penyusunan dan pertanggungjawaban anggaran tidak mungkin dipisahkan dari keterlibatan lembaga perwakilan rakyat. Dengan demikian sesungguhnya anggaran dapat pula berfungsi sebagai alat pengawas bagi

12Ibid

(15)

15

masyarakat terhadap pemerintah, sekaligus celah bagi terjadinya tarik ulur kepentingan diantara stakeholder tersebut.

Politik anggaran bukan hanya sekedar perwujudan pengelolaan keuangan negara tetapi merupakan wujud kedaulatan rakyat yang tanggung jawabnya berada ditangan pemerintah. Sebagai konsekuensi dari tanggung jawab tersebut, perlu upaya-upaya serius agar pejabat negara dapat melakukan pengelolaan keuangan negara/daerah dengan lebih berkualitas. Adanya ruang kepentingan politik terhadap anggaran negara dan anggaran daerah, maka seyogianyalah pengelolaan keuangan negara harus berbasis kinerja. Bukan hasil dari sulap-menyulap dari eksekutif dan legislatif. Adanya dinamika perkembangan pembaharuan dibidang politik baik ditingkat nasional maupun ditingkat daerah serta adanya perubahan perangkat hukum formal yang didasarkan atas prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang bersifat dinamis dan modern menunjukkan kebutuhan transparansi dan akuntabilitas didalam pengelolaan keuangan juga harus dilaksanakan.

F.2. Kebijakan Publik

(16)

16

publik atau pemerintahan13. Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalah-permasalahan yang terjadi dimasyarakat dalam sebuah negara14

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu

.

15

Sedangkan pengertian publik; dalam bukunya, Islamy menjelaskan: Kata publik mempunyai dimensi arti agak banyak, secara sosiologis kita tidak boleh menyamakan dengan masyarakat

. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

16

13

William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi II). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Hal.51

14Ibid

. Hal.32

15

Leo Agustino. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Hal.7

16

Islamy. 1998. Agenda Kebijakan Administrasi Negara. Malang: Universitas Brawijaya. Hal.23

(17)

17

Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas17

Thomas R Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk menentukan langkah untuk “berbuat”atau “tidak berbuat” (to do or not to do). Defini Thomas ini kata Said zanal Abidin adalah hasil gabungan dari definisi yang dibuat David Easton, Lasswell dan Kaplean dan dari Carl Fredich. Carl J. Friedrich menyatakan kebijakan adalah serangkain konsep tindakan yang diusulkan oleh seorang atau sekelompok orang atau pemerintah dalam satu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan peluang terhadap pelaksanaan usulan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu

.

18

1. Tujuan (goal)

. Carl Friedrich merinci apa-apa yang pokok dalam suatu kebijakan yaitu adanya :

2. Sasaran (objectives) 3. Kehendak (purpose)

Menurut Amara Raksasataya, kebijakan adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Ada tiga unsur dalam mencapai suatu tujuan :

17

Hesel Nogi Tangkilisan. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI. Hal.1

18

(18)

18 1. Identifikasi tujuan yang akan dicapai

2. Strategi untuk mencapainya (Apa yang dimaksud dengan strategi)

3. Penyediaan berbagai input atau masukan yang memungkinkan pelaksanaanya

Hugo Hegio, dalam said, menyatakan kebijakan sebagai suatu tindakan yang bermaksud mencapai tujuan (goal, end) tentu (a course of action intended to accomplish some end)19

William N. Dunn dalam bukunya “pengantar analisis kebijakan publik” seraya menunjuk tulisan Duncan Mac Rac, Jr. mengatakan analisis kebijakan,

. Perumusan kebijakan berarti penetapan langkah-langkah yang akan atau seharusnya ditempuh untuk mencapai sesuatu tujuan, misalnya Garis-Garis Besar Haluan Negara, Repelita, Rancangan Pembangunan Nasional, sedangkan “analisis kebijakan” adalah upaya evaluatif atau upaya “penilaian” bermuatan sorotan kritik dan sumbang-saran terhadap pelaksanaan sesuatu konsep kebijakan yang ditetapkan semula, misalnya evaluasi terhadap pelaksanaan konsep pembangunan nasional dan daerah.

Kegiatan analisis kebijakan juga bersifat audit yang sering diiringi tuntutan pertanggungjawaban atas suksesnya tidaknya pelaksanaan sesuatu konsep kebijakan. Kategori pertanggungjawaban itu, mungkin “politis” ataupun “yuridis” risiko kegagalan bertanggungjawab politis, umumnya risiko terhadap posisi jabatan. Tanggung jawab yuridis bisa berupa tanggungjawab secara hukum “keperdataan”, “pidana” atau secara hukum administrasi negara”.

19Ibid

(19)

19

melibatkan berbagai disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan preskriptif20

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suaturangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan

. Sebagai disiplin ilmu terapan (applied science), analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu social dan perilaku, tetapi juga administrasi public, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis sistem dan matematika terapan. Dari berbagai definisi diatas, pada dasarnya yang dimaksud dengan kebijakan publik adalah semua tindakan pemerintah baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, untuk mengatasi masalah-masalah dalam masyarakat, bentuknya berupa Peraturan Perundang-Undangan atau program-program.

F.2.1. Implementasi Kebijakan Publik

21

20

William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik(Edisi II). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Hal.97

21

Gaffar Afan. 2009. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.295

(20)

20

dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakansecara konkrit kemasyarakat.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan Derivate atau turunan dari kebijakan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Peraturan Daerah adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung dioperasionalkan antara lain Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas22

G. Metodologi Penelitian

.

Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program-program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

G.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Dimana dalam penelitian ini hanya hendak memahami serta melakukan interpretasi

22

(21)

21

terhadap interaksi sosial diantara para aktor dalam sebuah konteks sosial, temporal, dan historis tertentu. Dengan kata lain, secara metode, penelitian ini sedikit atau bahkan tidak mengedepankan metode statistik dan matematik, tetapi memanfaatkan analisis verbal dan kualitatif.

Secara teori penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada quality atau hal terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang dan jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori23

Selain itu, pendekatan ini menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Dalam penelitian ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat nilai. Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya

.

24

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dimana dalam penelitian ini akan menggambarkan serta memaparkan tentang kondisi dan

fenomena-. Sehingga pada konteks tersebut, penelitian ini sangat cocok dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

G.2. Jenis Penelitian

23

Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal.22

24

(22)

22

fenomena sosial yang terjadi. Narbuko dan Ahmadi menjelaskan bahwa penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi dan juga bersifat komperatif dan korelatif25

Data yang dikumpul dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk data yaitu: Pertama, data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang berupa tanggapan, saran, kritik, pertanyaan dan penilaian dari responden; penjelasan dan keterangan hasil pengamatan secara langsung atas pertanyaan penelitian. Data dapat diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara/interview. Adapun responden tersebut adalah orang-orang yang dijadikan dalam sumber data penelitian. Kedua, Data Sekunder yakni data yang diperoleh secara tidak langsung, didapatkan dari data atau arsip, media massa,

.

G.3. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlokasi di Pemerintahan Kota Medan khususnya pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan serta lembaga/instansi terkait lainnya.

G.4. Teknik Pengumpulan Data

25

(23)

23

buku-buku, ataupun dokumen-dokumen, laporan serta sumber-sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.

G.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisis dan penafsiran data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Yin, yang menyatakan bahwa analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian ataupun pengkombinasian bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal penelitian26

26

Robert K. Yin. 2014. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal.133

. Unsur mendeskripsikan lebih menonjol dalam kajian ini.

(24)

24

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas ataupun penjabaran mengenai rencana penelitian, untuk mempermudah didalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu penulis membagi penulisan kedalam 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan sejarah kota Medan, pendapatan daerah, sejarah pajak di Indonesia.

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menyajikan hasil penelitian tentang Proses Penyusunan dan Politik Anggaran dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Daerah.

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

These systems typically use GPS and IMU information for reconstruction initialization and apply an exhaustive matching approach for tie-point extraction, which is needless

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-8, 2014 ISPRS Technical Commission VIII Symposium, 09 – 12 December

Dari berbagai uraian yang telah disampaikan sebelumnya maka diperlukan penelitian dalam level pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah daerah provinsi untuk

Through strategic exercises of digital photography and imaging, students can learn visual literacy in a very dynamic way; not only reading images, but also creating them

The diabetic model rats were divided into 5 random- ized treatment groups including diabetes control (DM) ie untreated diabetic model rat, treatment group given green okra

• El administrador de grupo necesita hacer un control final de las auditorías internas para saber si las auditores internos necesitan más capacitación o no. Criterios

Forms of community participation in waste handling or disposal include: knowledge of waste / sanitation, routine retribution fee payments, RT / RW / village

JUDUL : RATUSAN DIFABEL PERIKSA KESEHATAN DI RS UGM. MEDIA :