• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ANALOGIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERKAIT MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII EKSELEN-1 MTSN KUNIR WONODADI BLITAR PADA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ANALOGIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TERKAIT MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII EKSELEN-1 MTSN KUNIR WONODADI BLITAR PADA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

156

BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan penyajian data, temuan penelitian dan pembahasan

penelitian yang diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan jawaban tertulis siswa dan hasil wawancara, kemampuan

berpikir analogis siswa kelas VIII Ekselen-1 MTsN kunir terkait bangun ruang

sisi datar berada pada 4 tahap yaitu encoding, inferring, mapping dan applying.

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap encoding, semua kelompok kemampuan berpikir analogis baik

analogis tinggi, analogis sedang dan analogis rendah mampu melalui tahap

tersebut. Pada tahap ini, siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri atau struktur

dari masalah sumber dan masalah target. Siswa sudah mampu mengetahui apa

yang diketahui dan ditanyakan pada masalah sumber dan masalah target baik

pada balok maupun limas.

2. Pada tahap inferring, kelompok kemampuan analogis tinggi mampu melalui

tahap tersebut. Siswa dengan kemampuan ini mampu mencari hubungan atau

menyelesaikan masalah sumber dengan baik. Dari ketiga masalah sumber yang

diberikan, siswa pada kelompok analogis tinggi mampu menyelesaikan ketiga

soal tersebut. Penyelesaian pada masalah sumber juga menggunakan

langkah-langkah yang tepat. Sedangkan siswa dengan kemampuan analogis sedang,

(2)

157

disebabkan karena mereka kurang teliti dalam memahami soal dan

langkah-langkah yang digunakan juga kurang runtut. Dari tiga soal yang diberikan,

hanya dua soal yang dapat dikerjakan dengan baik. Pada siswa dengan

kelompok analogis rendah, tahap inferring belum mampu dilakukan karena

mereka belum mampu mencari hubungan atau menyelesaikan masalah sumber

dengan baik. Dari tiga soal yang diberikan, hanya satu soal yang mampu

diselesaikan, dan dengan langkah-langkah yang kurang runtut.

3. Pada tahap mapping, siswa pada kelompok analogis tinggi mampu melaluinya.

Siswa pada kelompok ini mampu mencari hubungan atau penyelesaian pada

masalah target yaitu siswa mampu menyelesaikan masalah target dengan

menggunakan konsep atau cara yang sama dengan masalah sumber. Ketiga

soal dapat diselesaikan dengan baik dengan langkah-langkah yang runtut dan

benar. Pada siswa kelompok analogis sedang, siswa kurang mampu mencari

hubungan atau penyelesaian pada masalah target dengan mengaitkannnya pada

masalah sumber. Langkah-langkah yang digunakan kurang runtut dan hanya

dapat menyelesaikan 2 masalah target dari 3 masalah target yang diberikan.

Sedangkan pada kelompok analogis rendah, siswa belum mampu mencari

hubungan atau penyelesaian pada masalah target. Kesalahan pada masalah

sumber juga tampak pada masalah target. Siswa pada kelompok ini hanya

mampu menyelesaikan 1 masalah target dari 3 masalah target yang diberikan

dan langkah-langkah penyelesaiannya pun juga kurang runtut.

4. Pada tahap applying, siswa pada kelompok analogis tinggi mampu melakukan

(3)

158

serta dapat menjelaskan analogi (keserupaan) yang digunakan. Pada kelompok

analogis sedang, siswa kurang dapat melakukan pemilihan jawaban atau

penyelesaian yang tepat dengan rumus yang sesuai, namun dapat menjelaskan

analogi (keserupaan) yang digunakan. Sedangkan pada kelompok analogis

rendah, siswa mampu melakukan pemilihan rumus, namun penyelesaian belum

tepat dan langkah-langkahnya kurang runtut serta belum dapat menjelaskan

analogi (keserupaan) yang digunakan.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran demi

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan mutu

pendidikan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya Kepala Sekolah senantiasa memberikan dukungan bagi guru

untuk selalu mengembangkan proses berpikir analogis dalam matematika, supaya

siswa dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan apapun yang terkait

dengannya. Selain itu, kepala sekolah hendaknya mengupayakan untuk

meningkatkan fasilitas (sarana dan prasarana) tentang proses berpikir analogis

dalam perpustakaan dalam berbagai mata pelajaran seperti sejarah matematika

dimasa lampau, penemuan-penemuan rumus matematika ataupun proses

pembelajaran matematika pada masa lampau agar siswa dapat mengembangkan

(4)

159

2. Bagi Guru Matematika

Hendaknya guru mengembangkan proses berpikir analogis dalam belajar

mengajar sehari-hari agar pengetahuan dan pengalaman siswa lebih berkembang

dan lebih luas, karena dengan menerapkan proses berpikir analogis dapat

mendorong guru untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa sehingga

miskonsepsi pada siswa dapat terungkap. Sehingga segala hambatan yang terjadi

dalam belajar siswa di sekolah bisa teratasi dengan baik dan sesuai.

3. Bagi Siswa

Hendaknya siswa lebih meningkatkan kemampuan berpikir analogis

dalam cara belajarnya. Karena dengan berpikir analogis dapat membantu siswa

untuk mengintegrasikan struktur-struktur pengetahuan yang terpisah dan yang

masih saling terkait agar menjadi struktur pengetahuan yang lebih utuh sehingga

mempermudah proses mengingat dan mengungkap kembali pengetahuan yang

sudah lampau.

4. Bagi peneliti lain

Hendaknya penelitian ini diajukan sebagai acuan untuk meneliti di

tempat dan pada subjek lain dengan catatan kekurangan-kekurangan yang ada

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai akibat dari sifat dualisme partikel golombang, seorang ahli fisika jerman bernama Werner Karl Heisenberg (1901-1968) pada tahun 1927

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Penyusunan Database Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya dengan

Bank syariah menerapkan sistem cicilan dengan jumlah tetap berdasarkan keuntungan bank yang sudah disetujui antara pihak bank dan nasabah saat akad kredit.. Selain itu, konten

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada tanggal 22 Juli – 08 Agustus Tahun 2016 mengenai Hubungan Ketersediaan Dan Pemanfaatan Sarana Air Bersih Dan

Sesuai dengan analisa pembahasan diperoleh hasil, penyebab terjadinya overruns biaya dengan tingkat kesetujuan maksimum pada setiap kelompok yang merupakan penyebab yang

[r]

Hasil yang diperoleh dari validasi ahli materi bahwa hasil penilaian materi dalam instrumen evaluasi pembelajaran kearsipan menggunakan Computer Based Test (CBT )

Apabila data yang telah didapatkan dibandingkan dengan ciri-ciri ketiga bakteri tersebut, maka diketahui dari keseluruhan isolat hanya isolat 7DT yang mendekati