• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J009096 4.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J009096 4."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

Potensi budidaya ikan nilem di Pulau Jawa sangat besar. Beberapa wilayah seperti Eks Karesidenan Priangan Timur dan Eks Karesidenan Banyumas merupakan sentra produksi ikan nilem yang memiliki perkembangan produksi cukup baik (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2010). Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas, menunjukkan bahwa produksi ikan nilem di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 sebesar 399.296 kg dan tahun 2007 sebesar 449.987 kg (Pusat Riset Perikanan Budidaya,2009). Pada tahun 2010, produksi ikan nilem meningkat menjadi 529.450 kg (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas, 2010).

Ikan tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam pengembangannya dimasa yang akan datang karena memiliki keunggulan komparatif. Budidaya ikan nilem saat ini masih bersifat tradisional, bahkan hanya berupa produk sampingan dari hasil budidaya ikan secara polikultur dengan ikan mas, mujaer atau nila dan gurame. Pembudidayaan ikan nilem dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi untuk menunjang kebutuhan pasar yang semakin meningkat, salah satu faktor dari pembudidayaan adalah dari segi efisiensi pakan. Mengetahui pencernaan dan metabolisme dapat menjadi salah satu strategi budidaya untuk mengotimalkan penggunaan pakan.

(2)

2 sistem pencernaan yang berfungsi untuk hidrolisis pakan sehingga menjadi bentuk yang sederhana dan dapat diserap oleh sel-sel tubuh.

Profil enzim digesti merupakan salah satu aspek biologis yang penting untuk diamati karena berkorelasi dengan pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Pemanfaatan pakan yang efisien dan efektif serta pertumbuhan ikan yang cepat merupakan indikator keberhasilan dalam budidaya Keberadaan enzim digesti merupakan indikator biologis terhadap kemampuan ikan untuk mencerna pakan. Saat aktivitas enzim tinggi, dapat diindikasikan bahwa secara fisiologis ikan mampu untuk memproses pakan yang diberikan (Gawlickaet al., 2000).

Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim digesti. Perkembangan saluran pencernaan berlangsung secara bertahap dan setelah ikan mencapai ukuran atau umur tertentu maka saluran pencernaannya akan mencapai kesempurnaan. Perkembangan struktur pencernaan tersebut diikuti pula oleh perkembangan enzim digesti (Handayani, 2006). Perubahan atau variasi aktivitas enzim berhubungan dengan tingkat perkembangan sistem pencernaan dan perbedaan kebutuhan nutrien dalam setiap stadia kehidupan ikan (Cahu dan Infante, 1995). Sistem pencernaan akan melibatkan peran enzim seperti protease, amilase dan lipase sebagai katalisator sehingga mampu mempercepat proses pencernaan (Yuwono dan Sukardi, 2001).

(3)

3 tubuh ikan. Menurut Yuwono dan Sukardi (2001), amilase merupakan enzim yang berperan penting dalam pencernaan karbohidrat yang bekerja pada amilum dan memecahnya menjadi maltosa kemudian maltase memecah maltosa menjadi glukosa dengan proses pencernaan kimiawi.

Aktivitas enzim pencernaan telah dipelajari dalam kaitannya dengan pengaruh komposisi pakan dan kebiasaan makan dari spesies yang berbeda. Aktivitas enzim pencernaan yang utama seperti amylase dan protease menjadi salah satu parameter yang diamati untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan penggunaan pakan (Mohantaet al, 2008). Veraet al (2007) pada ikan mas aktivitas amylase meningkat 2 jam sebelum waktu makan. Hal ini mengindikasikan adanya persiapan atau antisipasi sebelum waktu makan.

Montoya (2011) meneliti pengaruh waktu makan terhadap perubahan aktivitas protease yang menunjukkan pada ikanSparus auratakadar protease menurun pada 8 jam setelah waktu makan. Chiu dan Benitez (1981) juga meneliti aktivitas amilase dalam intestin ikan bandeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada waktu siang hari saat intestin ikan bandeng penuh dengan pakan, aktivitas amilase pada intestin ikan bandeng meningkat secara konsisten. Sebaliknya, aktivitas enzim secara signifikan lebih rendah ketika intestin kosong.

Berdasarkan urairan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada perubahan aktivitas protease ikan nilem dalam kurun waktu 24 jam. 2. Apakah ada perubahan aktivitas amilase ikan nilem dalam kurun waktu 24 jam.

(4)

4 memperoleh informasi ilmiah berupa aspek fisiologis terutama berkaitan dengan perubahan aktivitas protease dan amilase digesti ikan nilem, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk strategi pemberian pakan dalam upaya mengoptimalkan produksi ikan nilem.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perubahan aktivitas protease ikan nilem dalam kurun waktu 24 jam. 2. Perubahan aktivitas amilase ikan nilem dalam kurun waktu 24 jam.

Hipotesis yang diajukan ialah :

1. Terdapat perbedaanaktivitas protease intestin ikan nilem pada jam tertentu dalam kurun waktu 24 jam.

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar berbalikan dengan pengaruh pajak, sehingga kita dapat menganalisisnya seperti ketika menganalisis pengaruh pajak.

menggunakan prinsip-prinsip logika maka kesimpulannya sah.. Jadi kesimpulan tersebut tidak sah walaupun mempunyai makna yang wajar. Argumen seperti ini disebut kepalsuan. Jadi

Rifai, Ahmad, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika.. Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen Konstitusi,

Dengan tidak terpenuhinya unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 338 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP maka majelis hakim tingkat banding

Teriak Bantuan Provinsi Jalan Produksi Perkebunan Desa Nangka Kec.

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Kegiatan : Pengadaan Perlengkapan dan Peralatan Mess Pemda Bengkayang.

Hal tersebut menunjukkan bahwa enzim katalase dalam hati tidak bekerja, karena. tidak dipecahkannya senyawa H 2 O 2 menjadi air dan