• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Desa Mardingding Korban Erupsi Gunung Sinabung Di Posko Pengungsian Terong Peren Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Desa Mardingding Korban Erupsi Gunung Sinabung Di Posko Pengungsian Terong Peren Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sulit dituntaskan, kemiskinan tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara maju, namun umumnya tingkat kemiskinan di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang sudah maju. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah global.

Menurut Mencher (2001) dalam Siagian (2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaa

(2)

Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak umat manusia ada yang hingga saat ini belum ditemukan rumusan penanganan kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna. Tidak ada konsep tunggal tentang kemiskinan. Strategi penanganan kemiskinan masih harus terus menerus dikembangkan. (Suharto, 2005:138)

2.1.1 Jenis kemiskinan

Menurut Siagian (2012), kemiskinan dapat digolongkan dalam 10 jenis, yaitu

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan anatara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain dan sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Kemiskinan relatif didasarkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi satu sama lain dalam dimensi yang berbeda-beda.

3. Kemiskinan Massa

(3)

daya dukung wilayah terhadap kehidupan manusia di wilayah itu tidak memadai. 4. Kemiskinan Non Massa

Kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dialami segelintir orang yang bersifat kontras. Kemiskinan non massa tidak ditekankan pada kondisi wilayah melainkan kondisi masyarakat yang miskin di wilayah itu.

5. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan Alamiah didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi, misalnya masyarakat yang tinggal didaerah tandus atau bebatuan. Tempat masyarakat bermukim tersebut tidak memiliki potensi yang memadai dan tidak memiliki daya dunkung yang cukup dalam mencapai hidup yang layak.

6. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural mengindentifikasi budaya sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan. Dalam kasus kemiskinan yang ditimbulkan budaya masyarakat biasanya kemiskinan itu kurang disadari sebagai suatu masalah sehingga mengakibatkan kemiskinan itu berkembang.

7. Kemiskinan terinvolusi

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang dirinya dan kehidupannya tidak dapat berubah.

8. Kemiskinan Struktural

(4)

dibuat pemerintah.

9. Kemiskinan situasional

Kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada, seperti tandah tandus, kemarau panjang, gagal panen atau bencana alam.

10.Kemiskinan Buatan

White (1976) menegaskan bahwa kemiskinan terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Kemiskinan identik identik dengan kemiskinan struktural

2.1.2 Dimensi Kemiskinan

David Cox (2004:1-6) dalam Suharto (2005) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi :

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang pada umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara-negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi

(5)

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-fakto eksternal si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

2.2 Bencana Alam

Pengertian bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

(6)

sumber mata pencaharian penduduk( terutama bagi petani yang diakibatkan rusaknya seluruh lahan pertanian), semua ini membuat proses pemiskinan bagi masyarakat yang mengalami bencana tersebut. Dampak langsung maupun tidak langsungyang diakibatkan oleh bencana alam jelas terlihat terhadap kerusakan aset-aset produktif yang dapat menghilangkan output serta memperlambat pertumbuhan ekonomi serta turunnya standar kehidupan. Semakin meningkatnya frekuensi terjadinya bencana alam yang dahsyat akan menimbulkan ancaman terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan maupun upaya pengentasan kemiskinan sehingga mengakibatkan jurang kemiskinan semakin dalam

Dari banyaknya pengamatan akan bencana, maka dapat ditemukan karakteristik dari bencana itu sendiri sebagai berikut (Royan, 2004):

1. Terdapat kerusakan pada pola kehidupan normal. Kerusakan tersebut biasanya terlihat cukup parah, sebagai akibat dari kejadian yang mendadak dan tidak terduga serta luasnya cakupan akan dampak dari bencana.

2. Dampak dari bencana merugikan manusia, baik bersifat langsung maupun tidak. Biasanya dapat berupa kematian, kesengsaraan, maupun akibat negatif lainnya yang berdampak pada kesehatan masyarakat.

(7)

Gunung Sinabung Sinabung bersama di gunung ini adalah 2.451 meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini

Akibat erupsi Gunung Sinabung banyak kerugian yang harus diterima oleh masyarakat Karo. kerugian tersebut seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Lingkungan tempat tinggal yang tidak bisa di huni dan merupakan zona berbahaya menyebabkan sebagian masyarakat ditanah Karo harus mengungsi.

2.3 Pengungsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa akar kata dari istilah pengungsi adalah ungsi dan kata kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi mengungsi (menyingkirkan) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri ( ke tempat yang memberikan rasa aman), pengungsi adalah kata benda yang berarti orang yang mengungsi adalah penduduk suatu negara yang pindah ke negara pengungsi politik lain karena aliran politik yang bertentangan dengan politik penguasa negara asalnya. Terlihat bahwa pengungsi terjadi karena adanya bahaya.

(8)

secara langsung. Misalnya pengungsi biasanya ditempatkan di sebuah tempat penampungan untuk memudahkan para relawan mengurusi dan menolong mereka. Lama pengungsi berada di sebuah tempat penampungan tidak dapat diprediksi. Tergantung dari setempat, tetapi itu tidak menutup kemungkinan para relawan datang untuk membantu.(https://id.wikipedia.org/wiki/Pengungsi)

Terdapat dua jenis pengungsi, yaitu pengungsi internal (Internal Displaced Person/IDP) dan pengungsi lintas batas (refugee). Perbedaan keduanya hanya pada wilayah. Pengungsi internal adalah pengungsi yang keluar dari wilayah tertentu dan menempati wilayah lain tetapi masih dalam satu daerah kekuasaan satu negara. Sedangkan pengungsi lintas batas merupakan mereka yang mengungsi ke negara lain.

Latar belakang terjadinya pengungsi dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni :

(9)

2.4 Strategi Bertahan Hidup (Copying Strategies)

Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahamanbagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya danmodal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Snel dan Staring (dalam Setia, 2005:6) mengemukakan bahwa strategi bertahan adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dalam rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa.

Edi Suharto seorang pengamat masalah kemiskinan (Suharto, 2003:1), menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melengkapi hidupnya. Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.

Aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup:

1. Aset tenaga kerja

Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga

(10)

Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas seseorang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya.

3. Aset produktif

Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan lainnya.

4. Aset relasi rumah tangga atau keluarga

Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migarasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman” .

5. Aset modal sosial

Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial loka, arisan dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

Soerjono Soekanto (2009:339-340) menyatakan agar dapat mempertahankan hidup, maka manusia melakukan penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi. Biasanya dibedakan antara adaptasi-adaptasi, sebagai berikut:

a. Adaptasi genetik, setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik turun-temurun dan permanen.

b. Adaptasi somatis, merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun-temurun).

(11)

2. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik dalam pemberian rasa aman dari perlindungan.

3. Melakukan migrasi ke daerah lain biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan sumber nafkah di Desa.

Scoones dalam Putri (2013) mengemukakan terdapat empat sumber yang dibutuhkan dalam ekonomi rumah tangga, agar strategi nafkah bisa di operasionalkan, yaitu:

1. Ketersediaan modal alam dalam bentuk sumber-sumber alam. 2. Modal ekonomi atau keuangan.

3. Ketersediaan sumber daya manusia dalam bentuk pendidikan, keahlian dan pengetahuan.

4. Ketersediaan modal sosial dan politik dalam bentuk hubungan dan jaringan kerja.

Suharto (2009:31) menjelaskan bahwa strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu srategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.

1. Strategi Aktif

(12)

2. Strategi Pasif

Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif adalah strategi dimana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup.

3. Strategi Jaringan

Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya).

(13)

2.5 Kebutuhan Hidup

Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret tetapi juga bersifat abstrak. Manusia sebagai makhluk sosial, sebagai subyek ialah manusia yang mempunyai kebutuhan manusiawi yang sama, akan tetapi manusia adalah unik dan berbeda satu sama lain. Namun secara umum dapat dikemukakan kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Elizabeth Nicholds mengemukakan empat dasar kebutuhan manusia yaitu kebutuhan kasih sayang, kebutuhan untuk merasa aman, kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan kebutuhan agar diterima dalam kelompok. Sedangkan Laird & Laird menguraikan lima tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut :

1. Kebutuhan untuk hidup 2. Kebutuhan merasa aman

3. Kebutuhan untuk bertingkah laku sosial

4. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disenangi

Maslow membagi kebutuhan manusia dalam beberapa tingkatan yaitu: 4. Kebutuhan fisiologis

Merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang diperlukan seorang manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.

a. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang agar tetap merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya.

(14)

Kebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

c. Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.

d. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri

Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk menggunakan potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat, menentukan penilaian terhadap sesuatu.

Kebutuhan keluarga dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu : 1. Kebutuhan Pangan

(15)

menyatakan bahwa kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia untuk bartahan hidup, karena didalam makanan mengandung senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Senyawa kimia dalam makanan yang mutlak diperlukan manusia adalah zat gizi karena jika tubuh manusia kekurangan zat tersebut maka fungsi organ akan terganggu yang mengakibatkan penyakit.

2. Kebutuhan Sandang

Kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan pangan adalah kebutuhan sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya. Pada zaman dahulu manusia membuat pakaian dari kulit kayu dan kulit binatang yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari cuaca. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Kemajuan teknologi membuat fungsi pakaian bukan hanya sebagai pelindung tubuh saja tetapi untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian untuk tidur dll. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_primer).

Seiring berjalannya waktu fungsi pakaian tidak hanya digunakan sebagai pelindung tubuh tetapi pakaian juga digunakan untuk menunjukkan kelas sosial seseorang. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi atau berada pada kelas sosial atas akan memilih pakaian dengan merk terkenal walaupun dengan harga mahal sedangkan untuk seseorang dengan kelas sosial menengah kebawah akan membeli pakaian sesuai kebutuhan tanpa melihat merk dengan harga relatif murah.

(16)

Kebutuhan rumah atau papan menduduki tingkat ke tiga dalam tangga kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh suatu rumah tangga. Menurut (Sardjono, 2004:1) rumah atau papan dalam tingkat kebutuhan manusia menempati tingkat utama atau primer bersama dengan makanan (pangan) dan pakaian (sandang). Penyediaan rumah memerlukan investasi yang cukup besar tidak seperti kebutuhan pangan dan sandang yang mudah dipenuhi. Rumah tinggal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap keluarga membutuhkan rumah untuk kelangsungan hidupnya serta sebagai wadah kegiatan keluarga dalam membentuk kebahagiaan dan kesejahteraan manusia sebagai individu, keluarga dan masyarakat.

4. Kebutuhan Kesehatan

Sehat merupakan suatu syarat bagi seseorang untuk tetap produktif karena seseorang tidak bisa menjalankan fungsinya secara maksimal dalam keadaan sakit.

Menurut World Healt Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani, dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. King (dalam Wiranto, 2013:3) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan yang dinamis di dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stres.

(17)

orang sehat memerlukan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), perbaikan (rehabilitatif) dan pemeliharaan (konservatif).

5. Kebutuhan Pendidikan

(18)

sehingga diperlukan biaya untuk menempuh pendidikan ini. Menurut Suseno (2001: 131) indikator pengeluaran rata-rata untuk keperluan sekolah adalah uang saku, iuran sekolah, alat tulis dan buku.

2.6 Kesejahteraan Sosial

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata “kesejahteraan” berasal dari kata dasar “sejahtera” yang artinya aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan), sedangkan kesejahteraan berarti hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Pengertian semacam ini menunjukkan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan suatu kondisi yang ditandai dengan terciptanya rasa aman, selamat dan tentram. Dalam Bahasa Inggris, Kesejahteraan berarti well being (kondisi sejahtera) biasanya mengacu pada kata kesejahteraan (welfare) yaitu terpenuhinya kebutuhan fisik dan nonfisik. Kesejahteraan yang mengacu pada kata welfare, berakar dari perpaduan kata well (dengan baik) dan fare(biaya/tarif) yang berarti biaya yang baik (Pujileksono, 2016: 1&2).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 defenisi kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi sejahtera yang penuh baik jasmani, mental maupun sosial dan bukan hanya keburukan-keburukan sosial tertentu saja.

(19)

sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud agar supaya memungkinkan inividu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.

Menurut Kolle (1974) dalam Bintaro (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan, yaitu :

1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagainya.

2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya.

3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya.

4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya (Pujileksono, 2016: 11).

2.6.1 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu :

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

(20)

2.6.2 Fungsi Kesejahteraan Sosial

1. Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.

2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan (rehabilitasi).

3. Fungsi Pengembangan (Development)

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Penunjang (Supportive)

Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain. (Fahrudin, 2012:12)

2.7 Penelitian Yang Relevan

(21)

Kabupaten Karo) (2015). Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified proportional number sampling dengan strata berdasarkan jarak terhadap puncak gunungapi yaitu 3-4 Km, 4-5 Km dan 5-6 Km. Pemilihan responden dilakukan secara acak sederhana pada setiap strata. Teknik sampling ini dilakukan untuk mengetahui karaktersitik rumahtangga, adaptasi masyarakat terhadap bencana erupsi, kepemilikan aset serta dampak bencana erupsi dan menganalisis potensi tingkat daya pulih masyarakat pada setiap strata tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa karaktersitik rumahtangga di Desa Sukanalu yaitu setiap rumahtangga memiliki dua orang yang bekerja serta tidak memiliki anggota yang berumur tua dan sakit. Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan mengganti jenis pekerjaan, memperoleh bantuan, simpan pinjam, partisipasi dan relokasi.

2.8 Kerangka Pemikiran

(22)

tidak jelas. Berita Erupsi Sinabung yang mulai redup saat ini sehingga pengungsi hanya mendapat Bantuan logistik yang terbatas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Disisi lain, dengan kondisi yang sedemikian rupa kebutuhan hidup setiap orang di pengungsian harus dipenuhi.

Kondisi hidup pada waktu masih berada di Desa Mardingding dengan Kondisi Hidup di Pengungsian sangat berbeda sehingga mengharuskan Masyarakat Desa Mardingding menggunakan strategi hidup yang berbeda dari sebelumnya guna memenuhi kebutuhan hidup yang diperlukan.

Edi Suharto menyatakan Strategi bertahan hidup meliputi tiga kategori yaitu:

1. Strategi aktif adalah strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya).

2. Strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).

3. Strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya).

(23)

Bagan 2.1

Bagan Alur Pikir

Erupsi Gunung Sinabung

Pengungsi Terong Peren (Masyarakat Desa Mardingding Kec. Tiganderket)

Kab.Karo

Pengungsi tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup

Pengungsi Menerapkan Strategi bertahan hidup : 1. Strategi Aktif

(24)

2.9 Defenisi Konsep

Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti, dengan kata lain peneliti berupaya membawa para pembaca hasil penelitian tersebut untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

a. Strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melengkapi hidupnya. bila strategi dihubungkan dengan kelangsungan hidup maka konsep ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menghadapi keadaan sulit dengan berbagai tantangan dan bagaimana alternatif terhadap langkah-langkah pemecahannya untuk keluar dari tantangan yang dihadapi tersebut agar dapat bertahan hidup. Jadi strategi bertahan hidup dalam penelitian ini ialah suatu cara atau langkah yang diambil dan dilakukan pengungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keluarganya seperti:

1. Strategi Aktif

a) Anggota keluarga yang terlibat untuk bekerja

(25)

2. Strategi Pasif

a) Frekuensimakan sehari

b) Frekuensi membeli pakaian

c) Akses mendapatkan pelayanan kesehatan

3. Strategi Jaringan

a) Terlibat dalam aktivitas sosial

b) Frekuensi minjam uang dari keluarga, tetangga, bank, dan lainnya

b. Pengungsi adalahseseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah, baik bencana alam maupun bencana yang diakibatkan oleh manusia.

c. Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia.

d. Gunung Sinabung adalah gunung api aktif yang mengalami erupsi terletak di Kabupaten Karo

Referensi

Dokumen terkait

Proses pendistribusian Raskin dikaitkan dengan teori implementasi kebijakan menurut Grindle dimana implementasi sebagai suatu proses politik dan administrasi. Peneliti

Tabel 4.36 Tanggapan Responden Terhadap Masyarakat membutuhkan Program Pembangunan Pariwisata yang baru di Desa Tomok Parsaoran. No Pertanyaan Jawaban Responde

Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Hasil penelitiannya adalahterdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan pembelajaran model guided discovery learninguntuk video

aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari.. rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus, serta

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu penggunaan pupuk yang tidak efisien, hal ini dikarenakan masih banyak petani

Penelitian yang dilakukan oleh Ashari, dkk (1994) membuktikan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, perusahaan dengan

Saya ucapkan terima kasih kepada pemerintah Australia yang melalui KSI telah berkontribusi dalam penyelenggaraan forum yang menyediakan informasi, masukan, dan