• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Jaringan Switching Knockout

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Jaringan Switching Knockout"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT

2.1 Konsep Switching

Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit

masukan dan keluaran yang disebut dengan inlet dan outlet. Fungsi utama dari sistem

switching adalah membangun jalan listrik diantara sepasang inlet dan outlet tertentu, dimana

hardware yang digunakan untuk membangun koneksi seperti itu disebut matriks switching

atau switching network[1].

Switching network terdiri dari Ninlet dan M outlet seperti pada Gambar 2.1. Apabila

jumlah inlet sama dengan outlet M = N, maka jaringan switching itu disebut symetric network

(jaringan simetris)[2].

Gambar 2.1Jaringan switching denganN inlet dan M outlet

Jaringan switching tidak membedakan antara inlet/oulet yang tersambung ke

pelanggan maupun ke trunk. Sebuah sistem switching tersusun dari elemen-elemen yang

melakukan fungsi-fungsi switching, kontrol dan signaling.Dengan ditemukannya sistem

transmisi serat optik, menyebabkan peningkatan kecepatan transmisi yang menuntut suatu

rancangan sistem switching yang sesuai dengan kebutuhan transmisi tersebut. Rancangan

elemen switching yang dibutuhkan adalah rancangan yang dapat meneruskan paket data

(2)

untuk diimplementasikan. Suatu elemen switching dapat digambarkan sebagai suatu elemen

jaringan yang menyalurkan paket data dari terminal masukan menuju terminal keluaran. Kata

terminal dapat berarti sebagai suatu titik yang terdapat pada elemen switching. Dari

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa switching adalah proses transfer data dari

terminal masukan menuju terminal keluaran. Gambar 2.2 memperlihatkan elemen switching

terdiri dari tiga komponen dasar yaitu: modul masukan, switching fabric, dan modul

keluaran[2].

Gambar 2.2 Tipe elemen switching

Ketiga komponen switch tersebut dijelaskan sebagai berikut[2] :

1. Modul masukan

Modul masukan akan menerima paket yang datang pada terminal masukan. Modul

masukan akan menyaring paket yang datang tersebut berdasarkan alamat yang terdapat

pada header dari paket tersebut. Alamat tersebut akan disesuaikan dengan daftar yang

terdapat pada virtual circuit yang terdapat pada modul masukan. Fungsi ini juga dilakukan

pada modul keluaran. Fungsi lain dilaksanakan pada modul masukan adalah sinkronisasi,

pengelompokan paket menjadi beberapa kategori, pengecekan error dan beberapa fungsi

lainnya sesuai dengan teknologi yang ada pada switching tersebut.

2. Switching fabric

(3)

jaringan transmisi dan elemen switching. Jaringan transmisi lain ini bersifat pasif dalam

arti bahwa hanya sebagai saluran saja. Pada sisi lain elemen switching melaksanakan

fungsi seperti internal routing.

3. Modul keluaran

Modul keluaran berfungsi untuk menghubungkan paket ke media transmisi dan ke

berbagai jenis teknologi seperti kontrol error, data filtering, tergantung pada kemampuan

yang terdapat pada modul keluaran tersebut.

2.2 Jaringan Interkoneksi

Komunikasi diantara terminal-terminal yang berbeda harus dapat dilakukan dengan

suatu media tertentu. Interkoneksi yang efektif diantara prosesor dan modul memori sangat

penting dalam lingkungan komputer. Menggunakan arsitektur bertopologi bus bukan

merupakan solusi yang praktis karena bus hanya sebuah pilihan yang baik ketika digunakan

untuk menghubungkan komponen-komponen dengan jumlah yang sedikit. Jumlah komponen

dalam sebuah modul IC bertambah seiring waktu. Oleh karena itu, topologi bus bukan

topologi yang cocok untuk kebutuhan interkoneksi komponen-komponen didalam modul IC.

Selain itu juga tidak dapat diskalakan, diuji dan kurang dapat disesuaikan, serta menghasilkan

kinerja toleransi kesalahan yang kecil. Disisi lain, sebuah crossbar yang ditunjukkan pada

Gambar 2.3 menyediakan interkoneksi penuh diantara semua terminal dari suatu sistem.

Pnmerupakan input yang datang yang memiliki jalur masing-masing pada output Mn.Sistem

crossbar ini memungkinkan P1 memiliki akses terminal menuju M1, M2, M3, …, Mn. begitu pula

pada inputan P2, …, Pn memiliki terminal yang sama pada masing-masing output M1, M2, M3,

(4)

Gambar 2.3 Arsitektur crossbar

2.3 Karakteristik Jaringan Interkoneksi

Berikut ini akan dipaparkan karakteristik jaringan interkoneksi berdasarkan topologi,

teknik switching, sinkronisasi, strategi pengaturan dan algoritma peroutean[3].

2.3.1 Topologi

Topologi jaringan merujuk pada pengaturan statis dari kanal dan node dalam suatu

jaringan interkoneksi, yakni jalur yang dijalani oleh paket. Memilih topologi jaringan adalah

langkah awal dalam perancangan suatu jaringan karena strategi routing dan metode kendali

aliran tergantung pada topologi jaringan. Suatu peta jalan diinginkan sebelum jalur dapat

dipilih dan melintasi dari route terjadwal. Topologi tidak hanya menetapkan tipe jaringan tapi

juga detail-detailnya seperti radix dari switch, jumlah tingkatan, lebar dan laju bit pada kanal.

Memilih topologi yang baik merupakan suatu pekerjaan untuk mencocokkan jaringan

yang besar, sehingga dibutuhkan teknologi pengemasan yang tersedia. Pada satu sisi,

rancangan dikendalikan oleh jumlah port dan lebar pita serta faktor kerja per port dan sisi

yang lainnya oleh pin per chip dan papan yang tersedia oleh kepadatan dan panjang kawat

(5)

merealisasikan jaringan, kepadatan, panjang dari interkoneksi pada papan atau melalui kabel

antara chip-chip ini. Kinerja dari topologi ini memiliki dua komponen, yaitu lebar pita dan

latency. Keduanya ditentukan oleh faktor selain topologi, contohnya kendali alarm, strategi

routing, dan pola trafik. Untuk mengevaluasi topologinya saja, dikembangkan pengukuran

seperti bisectional bandwidth, kanal beban, dan penundaan jalur yang merefleksikan

pengaruh yang kuat dari topologi kinerjanya.

Masalah umum yang tidak diinginkan perancang jaringan yaitu permasalahan yang

dihadapi untuk mencocokkan topologi jaringan ke komunikasi data. Pada permulaannya ini

seperti cara yang baik, tetapi hasilnya jika suatu mesin bekerja menghasilkan suatu algoritma

membagi-bagi dan menaklukkan ( divide and conquer algorithm ) dengan pola komunikasi

berstruktur pohon. Karena ketidakseimbangan beban yang dinamis atau ketidaksesuaian

antara masalah ukuran dan mesin, beban pada jaringan tersebut biasanya memiliki

keseimbangan yang buruk. Jika data dan urutan dialokasikan pada beban yang seimbang ,

kecocokan antara masalah dan jaringan hilang. Suatu masalah yang menyangkut jaringan

yang spesifik biasanya tidak dipetakan secara baik untuk menyediakan teknologi

pengemasan, membutuhkan saluran yang panjang atau derajat node yang tinggi. Akhirnya,

jaringan-jaringan seperti itu menjadi tidak fleksibel. Jika algoritma dapat dengan mudah

berubah dengan mudah. Ini menyebabkan selalu lebih mudah menggunakan suatu jaringan

bertujuan umum yang baik daripada merancang jaringan dengan topologi yang cocok ke

masalah[3].

2.3.2 Teknik Switching

Secara umum digunakan tiga teknik switching, yaitu circuit switching, packet

switching, dan message switching. Tetapi yang sering digunakan adalah circuit switching dan

(6)

Pada circuit switching, jalur antara sumber dan tujuan harus telah disediakan sebelum

komunikasi terjadi dan koneksi ini harus tetap dijaga sampai pesan mencapai tujuannya.

Setiap koneksi yang dibangun melalui jaringan circuit switching mengakibatkan dibangunnya

kanal komunikasi fisik diantara terminal sumber dengan terminal tujuan. Kanal komunikasi

ini digunakan secara khusus selama terjadi koneksi. Jaringan circuit switching juga

menyediakan kanal dengan laju yang tetap.

Pada hubungan circuit switching, koneksi biasanya terjadi secara fisik bersifat point to

point. Kerugian terbesar dari teknik ini adalah penggunaan jalur yang bertambah banyak

untuk penambahan jumlah node sehingga biaya akan semakin meningkat dan pengaturan

switching menjadi sangat kompleks. Kelemahan yang lain adalah munculnya idle time bagi

jalur yang tidak digunakan, yang akan menambah infisiensi.

Pemecahan yang baik yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di atas adalah

dengan metode packet switching. Dengan pendekatan ini, pesan yang dikirim dipecah-pecah

dengan besar tertentu dan pada tiap pecahan data ditambahkan informasi kendali. Informasi

kendali ini, dalam bentuk yang paling minim, digunakan untuk membantu proses pencarian

route dalam suatu jaringan sehingga pesan dapat sampai ke alamat tujuan.

Penggunaan packet switching mempunyai keuntungan dibandingkan dengan

penggunaan circuit switching antara lain[4]:

1. Efisiensi jalur lebih besar karena hubungan antar node dapat menggunakan jalur yang

dipakai bersama secara dinamis tergantung banyaknya paket yang dikirim.

2. Bisa mengatasi permasalahan laju data yang berbeda antara dua jenis jaringan yang

berbeda laju datanya.

(7)

mulai menurun. Sedangkan pada model packet switching, paket tetap bisa dikirimkan,

tetapi akan lambat sampai ke tujuan (delivery delay meningkat).

2.3.3 Sinkronisasi

Dalam suatu jaringan interkoneksi sinkron, kegiatan pada elemen switching dan

terminal masukan maupun terminal keluaran ( I/O ) dikendalikan oleh sebuah clock pusat

sehingga semuanya bekerja secara sinkron. Sedangkan pada jaringan interkoneksi asinkron

tidak[4].

2.3.4 Strategi Pengaturan

Pengaturan sebuah jaringan dapat dilakukan dengan cara terpusat ataupun

terdistribusi. Dalam strategi pengaturan terpusat, sebuah pengendali pusat harus memiliki

semua informasi global dari sistem pada setiap waktu. Ini akan menghasilkan dan

mengirimkan sinyal kontrol kepada terminal yang berbeda pada jaringan tergantung dari

informasi yang dikumpulkan. Kompleksitas sistem bertambah dengan seiring bertambahnya

jumlah terminal dan dampaknya mengakibatkan sistem dapat terhenti. Berbeda dengan

jaringan terdistribusi, pesan-pesan yang diroutekan mengandung informasi peroutean yang

dibutuhkan. Informasi ini ditambahkan kepada pesan dan akan dibaca dan digunakan oleh

elemen switching untuk meroutekan pesan-pesan tersebut sampai ke tujuan[4].

2.3.5 Algoritma Perutean

Algoritma perutean tergantung pada sumber dan tujuan dari suatu pesan dan jalur

interkoneksi yang digunakan ketika melalui jaringan. Peroutean dapat disesuaikan ataupun di

tentukan. Pada jaringan non-rearrangeable, jalur yang telah ditentukan mekanisme

perouteannya tidak dapat diubah sesuai dengan trafik yang terjadi pada jaringan, artinya tidak

dapat dialihkan ke route yang berbeda apabila terjadi kepadatan trafik pada route yang

Gambar

Gambar 2.1Jaringan switching denganN inlet dan M outlet
Gambar 2.2 Tipe elemen switching
Gambar 2.3 Arsitektur crossbar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi yang terkandung dalam wacana kartun, bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi pada maksim kerja sama, bentuk-bentuk

1) Keanekaragaman jenis burung diurnal di Hutan Sebadal Taman Nasional Gunung Palung ditemukan 40 jenis yang masuk ke dalam 17 family dan 4 ordo dengan total

Ilmu pendidikan berpendirian bahwa semua anak miliki perbedaan dalam perkembangan yang dialami, kemampuan yang dimiliki, dan hambatan yang dihadapi. Akan tetapi ilmu pendidikan

Ujian yang bertaraf benchmarking CCNA adalah merupakan ujian yang computer based dimana mahasiswa dapat mengerjakan soal- soal ujian pada komputer yang merandom soal-soal

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1) Aspek stres kerja yang perlu diperbaiki adalah pemberian pekerjaan yang

Berdasarkan pada hasil perencanaan, terdapat 3 kebutuhan yang harus diselesaikan dengan membangun SPK, yaitu (1) kebutuhan akan sistem monitoring harga beras yang

Disamping itu ia mengamati para pekerja yg berada pada lingkugan kerja dgn temperature tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yg panjang dan gerakan kerja yang

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, data primer seperti klaim kerusakan yang diperoleh dengan wawancara langsung pada pihak perusahaan yang