• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Air Minum Dalam Kemasan AMDK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengolahan Air Minum Dalam Kemasan AMDK"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Teknik Pangan

Pengolahan Air Minum dalam Kemasan (AMDK) PT. AQUA Golden Mississipi dan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM)Tirta Pakuan Kota Bogor

Disusun oleh :

Husnal Chairi (F24110013) Nikola Tesla ( F24110027)

Maria Fransisca Njoman (F24110036) Harry Andiga (F2411057)

Meilita Intan (F24110065) Chevia Nadia (F24110090) Anindita Shabrina (F24110109)

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Terima kasih secara khusus kepada Bapak Fahim yang telah memberikan bimbingan selama proses pengerjaan makalah, serta kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas Praktikum Teknik Pangan dengan topik besar “Pengolahan Air”. Makalah ini membahas secara khusus pengolahan air dalam industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan AMDK PT Tirta Investama dengan merk dagang AQUA dan PDAM Tirta Pakuan menjadi obyek pembahasan dalam makalah dengan titik berat pada proses pengolahan air dari sumber sampai menjadi air minum.

Bahan baku air AQUA berasal dari berbagai sumber mata air yang jauh dari pemukiman warga. Bahan baku air PDAM Tirta Pakuan ialah tiga buah mata air dan Sungai Cisadane. Kualitas sumber air baku yang berbeda antara PDAM dan AMDK menyebabkan perbedaan teknologi pengolahan yang digunakan untuk mencapai standar mutu air minum yang sama. Air minum dari PDAM kurang dipercaya untuk diminum langsung karena media distribusi yang walaupun kecil memiliki kemungkinan kontaminasi dari logam dan mikroba. Hal ini yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...i

Daftar Isi... ii

Daftar Tabel... iii

Daftar Gambar...iv

Daftar Lampiran...v

Bab 1 Pendahuluan...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...1

Bab 2 Profil Perusahaan...3

2.1. AQUA... 3

2.2. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor...4

Bab 3 Tinjauan Pustaka...5

3.1. Air Minum...5

3.2. Mutu... 5

3.3. Bahan Baku...5

3.4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)...6

3.5. Air Minum dalam Kemasan (AMDK)...7

Bab 4 Pembahasan...8

4.1. AQUA... 8

4.2. Pengolahan Air di PDAM Tirta Pakuan...13

Bab 5 Simpulan dan Saran...20

5.1. Simpulan...20

5.2. Saran... 20

Daftar Pustaka...21

(4)

Daftar Tabel

Tabel 1 Hasil Uji Mutu Air Baku di Water Treatment AQUA...10 Tabel 2 Hasil Uji Produk Akhir AQUA...11 Tabel 3 Data Perbandingan nilai kekeruhan dari Sungai Cisadane

(5)

Daftar Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Pengolahan Air AMDK AQUA...9

Gambar 2 Diagram pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan...17

Gambar 3 Diagram alir pendistribusian air

(6)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Syarat Mutu Air Minum Menurut SNI 01-3553-199...22 Lampiran 2 Persyaratan Air Minum menurut Peraturan Menteri

(7)

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bertambahnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan air minum semakin meningkat. Hal ini diperparah dengan penurunan kualitas dan kuantitas air bersih, terutama di wilayah perkotaan. PDAM sebagai perusahaan negara berkewajiban menyediakan air minum yang sesuai standar mutu bagi masyarakat. Permasalahannya persebaran sumber air bersih tidak merata di berbagai daerah. Sumber air di perkotaan biasanya memiliki tingkat pencemaran yang sangat tinggi sehingga sulit diolah menjadi air minum. Wilayah Jakarta misalnya, berdasarkan uji kualitas air pada tahun 2005, 16% air tanah memiliki status mutu air terkategori tercemar berat, 35% tercemar sedang, 33% tercemar ringan dan hanya 16% yang dikategorikan baik. Fenomena ini menyebabkan masyarakat tergantung kepada air minum dalam kemasan (AMDK). AMDK memiliki kualitas air minum yang stabil karena dapat menentukan sumber air yang digunakan sebagai bahan baku. Air yang digunakan berasal dari mata air pegunungan dengan tingkat pencemaran rendah atau bahkan nol.

Air baku dari sumber berbeda harus diolah menjadi air minum dengan standar yang sama. Akibatnya, teknologi pengolahan yang digunakan akan berbeda, di mana air tercemar membutuhkan penanganan yang lebih kompleks. Makalah ini dibuat untuk melihat perbandingan proses pengolahan air di perusahaan AMDK dengan PDAM.

1.2. Perumusan Masalah

AQUA merupakan merk AMDK yang cukup terkenal di Indonesia. Kualitasnya telah dipercaya oleh masyarakat. Sumber air yang

(8)

tidak bisa dihindari baik dari saluran distribusi, udara, dan lain-lain. Kemungkinan terjadinya kontaminasi ini menyebabkan air baku harus diolah lebih lanjut sampai menjadi air minum. Selain itu perbedaan lokasi sumber air membutuhkan adanya standardisasi mutu produk, sehingga diperlukan pengujian secara fisik, kimia, dan mikrobiologis terhadap air baku dan produk jadi AQUA.

PDAM Tirta Pakuan menggunakan sumber air yang terdiri atas tiga mata air mata air Tangkil, Bantar Kambing, dan Kota Batu, serta satu sungai, yaitu Sungai Cisadane. Perbedaan kualitas antara air baku dari mata air dan dari sungai menyebabkan perbedaan teknik pengolahan air baku menjadi air minum. Air sungai memiliki kadar COD dan BOD yang lebih tinggi dibandingkan air dari mata air, sehingga

penanganannya membutuhkan teknologi dan teknik yang lebih kompleks. Setelah diolah, air PDAM sesungguhnya telah memenuhi standar mutu air minum. Namun proses distribusi melalui pipa yang cukup panjang menyebabkan adanya risiko kontaminasi logam dan mikroba, sehingga air menjadi tidak layak langsung dikonsumsi sebagai air minum.

1.3. Tujuan

(9)

Bab 2 Profil Perusahaan

2.1. AQUA

AQUA lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Diawali dengan menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Februari 1973. Pabrik pertama berlokasi di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Kapasitas produksi perusahaan sebesar 6 juta liter per tahun.

Produk pertama AQUA berupa botol kaca 950 ml yang disusul dengan kemasan AQUA 5 galon. Pada tahun 1981 diciptakanlah kemasan baru dari plastik dengan berbagai ukuran. Pada tahun 1982, terjadi perubahan sumber bahan baku dari air sumur menjadi mata air pegunungan (mountain spring water). Pada tahun 1984 lisensi untuk memproduksi AQUA diberikan kepada PT Tirta Jayamas Unggul di Pandaan, Jawa Timur dan kepada PT Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987. Upaya ekspor dirintis sejak tahun 1987 dan terus berjalan baik hingga kini mencakup Singapura, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Di luar negeri, tepatnya Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA, yang telah berproduksi sejak awal 1998.

Pada tahun 1995, diterapkan teknologi canggih yaitu in-line system di pabrik AQUA Mekarsari-Sukabumi. Penerapan ini merupakan yang pertama di Indonesia dan juga di Asia. Tahun 1998, AQUA Group bermitra dengan perusahaan air trans-nasional DANONE dari Perancis. Tahun 2000, diluncurkan botol dengan label baru yaitu AQUA-DANONE. Saat ini produk AQUA terdiri dari beraneka kemasan dan ukuran, kemasan sekali pakai yang terdiri atas botol PET (Poly Ethelene Terephthalate) 1500 ml, 625 ml, 600 ml, 330 ml dan gelas PP (Poly Propelene)240 ml, serta kemasan ulang-alik terdiri atas botol kaca 380 ml dan botol PC (Poly Carbonate)5 Galon (19 L).

(10)

9002 untuk pabrik Bekasi, Citeureup dan Mekarsari. Menyusul kemudian pabrik Pandaan, pabrik Mambal, pabrik Subang, dan pabrik Brastagi. Sertifikasi lain yang telah diperoleh yaitu Good Manufacturing Pratices dari NSF (National Sanitation Foundation). Pada awal 1999, AQUA berhasil memperoleh sertifikat SMK3 (Sertifikat Mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan pada bulan Oktober 1999 lima pabrik AQUA di Bekasi, Bogor, Sukabumi, Pandaan dan Bali memperoleh sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point dari SGS,Holland.

Pada tahun 1987, Tirto Utomo mengakuisisi PT. Varia Industri Tirta yang memproduksi AMDK merek VIT dan merupakan merek kedua dari grup AQUA. Pada tahun 1994, dibentuk PT. TIRTA INVESTAMA sebagai induk dari unit-unit produksi AQUA yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekarang menjadi lebih dikenal sebagai AQUA Group, dengan total jumlah karyawan lebih dari 7.400 orang. Hingga tahun 2005 AQUA Group terdiri dari 1) PT Tirta Investama, di Sukabumi, Wonosobo, Klaten, Pandaan, Manado, Lampung, Cicadas-Citeureup, Mambal-Bali dan Babakan Pari-Sukabumi. 2) PT AQUA Golden Mississippi di Bekasi, Citeureup, dan Mekarsari-Sukabumi. 3)PT Ibic Sendirian Berhad di Brunei Darrussalam. 4) PT Tirta di Medan.

2.2. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Perusaahan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kota Bogor yang bergerak di bidang distribusi air bersih. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berdiri secara resmi pada tanggal 7 Juli 1977 berdasarkan undang-undang yang tercantum dalam lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor No. 1 tahun 1977 serie D. isi lembaran tersebut memuat peraturan daerah kodya Bogor No. 5 tahun 1977 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor. Secara administrasi PDAM ini beralamat pada Jl. Siliwangi No. 121 Bogor, Jawa barat.

(11)

Kambing, dan mata air Kota Batu serta satu air permukaan yaitu Sungai Cisadane. Mata air Kota Batu merupakan mata air tertua yang telah digunakan sebagai sumber air minum bahkan sebelum PDAM Tirta Pakuan didirikan dan merupakan cikal bakal keberadaan PDAM Kota Bogor. Sedangkan instalasi pengolahan air sungai Cisadane merupakan yang terakhir dibangun (awal tahun 1987) untuk mengimbangi pertambahan penduduk dan dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh penduduk Kota Bogor selama 24 jam.

Air minum hasil dari produksi PDAM Tirta Pakuan didistribusikan meliputi wilayah masyarakat Kota Bogor dengan cakupan pelayanan ± 63%. PDAM Tirta pakuan membagi daerah kerjanya menjadi empat zona, yaitu zona satu, zona dua, zona tiga, dan zona empat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi distribusi mengingat daerah pelayanan PDAM Tirta Pakuan adalah seluruh Kota Bogor.

Bab 3 Tinjauan Pustaka 3.1. Air Minum

Air merupakan cairan H2O yang tidak berbau dan tidak berasa. Penentuan kualitas air minum dilakukan dengan menggunakan parameter Kadar Maksimum Diperbolehkan (KMD) yang artinya jumlah maksimum unsur atau mikroba yang diperkenankan terdapat dalam air minum dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan. KMD untuk sebagian besar bahan kimia ditentukan dengan menghitung asupan harian yang menyebabkan efek samping pada konsumen jika mengonsumsi 2 liter air yang mengandung zat kimia tersebut per hari selama 70 tahun. KMD untuk unsur karsinogen misalnya, merupakan konsentrasi substansi dalam air minum yang diperkirakan dapat menyebabkan kanker dengan insidens 1 dalam 100.000 populasi. Indonesia sendiri memiliki standar air minum yang ditetapkan berdasarkan Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 serta Standar Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Standar tersebut menentukan KMD determinan, yang terdiri dari KMD fisik,kimiawi dan mikrobiologi. 3.2. Mutu

(12)

itu pengawasan mutu adalah suatu usaha untuk mencapai standar mutu produk yang baik dan konsisten, sesuai dengan pasar yang dituju dan harga jual yang dikenakan (Herschdoerfer 1967). Sistem pengawasan mutu meliputi aspek prosedur, sumber daya manusia dan peralatan. Prosedur meliputi sistem pengambilan sampel dan cara analisis. Menurut Soekarto (1990), standardisasi mutu adalah suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas atau dokumen lain yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara kerja sama dan konsensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pada hasil konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman sehingga standardisasi mutu itu dapat dimanfaatkan masyarakat secara optimal. Standardisasi atau pembakuan ini meliputi pembakuan persyaratan mutu, pembakuan analisis mutu, pembakuan interpretasi hasil analisis, pembakuan pengambilan contoh dan pembakuan wewenang atau kelembagaan.

3.3. Bahan Baku

Menurut Winarno (1986), sumber air yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia antara lain air hujan, air tanah, dan air permukaan. Pemanfaatan air hujan untuk keperluan air minum cukup sulit, karena dipengaruhi musim dan memerlukan teknologi tinggi dalam proses pengolahan. (Suprapto et al 1985 ; Winarno 1986). Air tanah adalah air yang terdapat dalam tanah di bawah permukaan bidang batas air-jenuh. Air tanah dapat diperoleh sebagai mata air, air sumur, dan air infiltrasi (Suprapto et al 1985). Suprapto et al (1985) membagi air tanah menjadi air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air. Air tanah dangkal diperoleh pada kedalaman tidak lebih dari 15 meter, yaitu berasal dari lapisan rapat air. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan kualitas air dalam (Suprapto et al 1985) 3.4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

(13)

kotamadya di seluruh Indonesia.PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparat eksekutif maupun legislatif daerah. Proses pengolahan air baku PDAM berbeda sesuai sumber air yang digunakan. Air yang berasal dari mata air tidak perlu melewati proses pengolahan air,tetapi hanya diberi gas klor untuk desinfeksi sedangkan air baku yang berasal dari sungai harus melewati pengolahan melalui tahap koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi, filtrasi, dan desinfeksi.

Proses pertama pengolahan air baku adalah penyaringan awal dengan menggunakan saringan kasar dengan ukuran 10x10 cm dan saringan halus dengan ukuran 5x5 cm yang bertujuan untuk menyaring serta menahan benda-benda kasar, menghilangkan kotoran yang terapung, mengurangi kandungan lumpur serta mencegah penyumbatan pada pipa dan perusakan pompa. Proses koagulasi dan flokulasi adalah proses untuk menghilangkan bahan-bahan yang sukar mengendap untuk itu digunakan koagulan berupa PAC (Poly Alumunium Cloride). Koagulasi adalah proses pencampuran air dengan koagulan berupa (Poly Alumunium Chlorida) yang dapat memecahkan kestabilan partikel. Reaksi yang umum terjadi pada proses koagulasi:

Al2(SO4)3 · 18H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2O + 6CO2 Al2(SO4)3 · 18H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2

(14)

3.5. Air Minum dalam Kemasan (AMDK)

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), definisi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air yang telah diolah dengan perlakuan khusus dan dikemas dalam botol atau kemasan lain dan memenuhi persyaratan air minum. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral.

(15)

Bab 4 Pembahasan

4.1. AQUA

PT AQUA Golden Mississipi menggunakan dua jenis sumber air sebagai bahan baku di perusahaan. AQUA memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku untuk produk air minum dalam kemasan, sementara sumber air sumur digunakan untuk air pencucian.

4.1.1. Pengolahan Air Baku untuk Produk

AQUA berasal dari mata air pegunungan alami. Sumber air yang digunakan oleh PT AQUA Golden Missisipi berasal dari mata air di desa Mekarsari, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Debit air di sini relatif stabil baik pada musim kemarau maupun penghujan. Sumber mata air yang dipilih adalah yang bebas dari cemaran biologis, kimia, maupun fisik, serta jauh dari pemukiman masyarakat. Sebelum air dipindahkan ke storage dilakukan pengambilan sampel untuk diperiksa klorin, pH, turbidity, conductivity. Air dari sumber mata air disimpan dalam dua buah storage tank berkapasitas 80.000 L dan 50.000 L. Air yang memenuhi standar dapat dibongkar untuk diolah lebih lanjut.

(16)
(17)

Gambar 1 Diagram alir pengolahan air baku menjadi produk AMDK AQUA

Ozonisasi Generator

ozone

Udara

Tangki finish

Filling

Deozonasi

Filling Sand Filter

Transportasi

Pembongkaran air sumber

Penampungan air

Cartridge Filter 40 micron

Carbon filter

Cartridge Filter 5 micron absolute

(18)

4.1.2.6. Penjaminan Mutu Produk AMDK AQUA

Tabel 1 Hasil Uji Mutu Air Baku di Water Treatment AQUA

Jumlah

Sampel Jenis Test Frekuensi

Jam (dalam satu shift)

06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

Storage tank pH

Tiap 2

jam 6,50 6,53 6,50 6,51 6,50

Turbidity

Tiap 2

jam 0,60 0,05 0,06 0,05 0,05

Conductivity

(uS/cm) Tiap 2 jam 152,5 148,4 150,1 149,1 144,6

Fe (ppm) Awal produksi sesuai standar - - -

-Klorin (ppm) Tiap 1 jam 2 sampai 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 2 sampa i 3 Cartridge 40

mic. Turbidity (NTU)

Tiap 1

jam 0,05 0,04 0,06 0,05 0,05 0,04 0,04 0,05 0,06

Carbon filter pH Tiap 3 jam 6,50 6,50 6,52

Turbidity (NTU) Tiap 3 jam 0,05 0,06 0,05

Conductivity

(uS/cm) Tiap 3 jam 144,3 145,6 138,7

Klorin (ppm) Tiap 1 jam 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Cartridge 1

mic. Turbidity (NTU)

Tiap 1

(19)

Test rasa Tiap 1 jam N N N N N N N N N

Fe (ppm) awal produksi sesuai standar - - -

-Mixing tank Ozon (ppm)

Tiap 1

jam 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

(20)

4.1.8. Hasil Uji Produk Akhir AQUA

Tabel 2 Hasil Uji Produk Akhir AQUA

Jenis sampel Jenis test Frekuensi Jam (dalam satu shift)

06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

Botol 5 gallon Ph

Tiap 3

jam 6,50 6,53 6,50

Turbidity (NTU)

Tiap 1

jam 0,05 0,06 0,05 0,04 0,06 0,06 0,05 0,04 0,06

Conductivity (uS/cm)

Tiap 3

jam 144,3 145,6

Ozone (ppm)

Tiap 1

jam 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Nitrit

awal

produksi Negatif - - -

-Botol gelas

380 ml Ph Tiap 2 jam 6,65 6,24 6,58 6,63 6,55

Turbidity (NTU) Tiap 1 jam 0,05 0,04 0,05 0,06 0,05 0,06 0,04 0,05 0,06 Conductivity

(uS/cm) Tiap 2 jam 149,3 144,0 145,4 148,0 145,2

Ozone (ppm) Tiap 1 jam 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Nitrit awal produksi Negatif - - -

(21)

Air AQUA selalu dijaga mutunya dengan berbagai pengujian setiap tahapan prosesnya. Air yang disimpan dalam storage tank diuji kadar klorinnya setiap satu jam, sementara pH, turbidity, dan conductivity diuji setiap dua jam. Kadar besi (Fe) diukur hanya pada awal produksi. Air dalam storage tank mengandung klorin sebagai desinfektan yang mencegah pertumbuhan mikroba. Cartridge 40 micron berfungsi untuk menyaring kotoran sampai ukuran 40 mikron. Pengujian turbidity dilakukan setelah penyaringan di cartridge 40 micron setiap satu jam, di mana turbidity air dijaga pada kisaran 0,05 NTU. Penyaringan menggunakan carbon filter mengurangi konduktivitas air serta mendeklorinasi air. Pengujian pH, turbidity, dan conductivity dilakukan setiap tiga jam, sementara pengukuran kadar klorin setiap satu jam. Nilai klorin di sini harus selalu nol. Selanjutnya air diproses di Cartridge 1 micron. Setelah dari penyaring ini air diuji turbidity, rasa dan kadar FE. Air harus tidak berasa dan memiliki kadar Fe tidak melebihi standar. Terakhir air mengalami ozonisasi di mixing tank dengan kadar ozon 0,5 ppm.

Produk AMDK hasil pengolahan juga senantiasa diuji pH, turbidity, conductivity,ozon dan nitritnya sehingga selalu sesuai dengan standar yang ada. Kandungan nitrit pada AMDK baik kemasan botol 5 gallon maupun gelas 380 ml harus bernilai nol. Sementara pH dalam kisaran 6,5-8,5. Untuk produk AQUA sendiri pH produk tidak pernah lebih dari 7. Terdapat perbedaan standar ozon yang terkandung dalam produk, di mana kadar ozon pada air di kemasan botol 5 gallon harus 0,4 ppm, sementara pada kemasan botol 380 ml hanya 0,2 ppm. Perbedaan juga terlihat pada waktu pengujian di mana air dalam kemasan botol gelas 380 mL lebih sering diuji dibandingkan kemasan botol 5 gallon. Hal ini disebabkan kapasitas produksi yang lebih banyak disediakan bagi botol gelas 380 ml.

Pengujian terhadap air baku dan produk air minum dilakukan berulang kali dalam sehari dengan tujuan apabila suatu saat air baku atau produk tidak memenuhi standar, proses produksi dihentikan sementara untuk perbaikan proses pengolahan. Hal ini menunjukkan integritas AQUA dalam menjaga kualitas produknya agar sesuai tandar air minum di Indonesia yakni Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 serta Standar Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Sebenarnya pengujian yang berulang kali ini kurang efisien dalam hal biaya serta waktu. Pengujian memang perlu dilakukan, namun mungkin tidak dalam selang waktu yang demikian singkat seperti 1-2 jam.

4.1.2. Pengolahan Air untuk Pencucian

(22)

panjang pipa 50 m dan debit air 180/L menit. Berbeda dengan air baku produk yang diolah di water treatment C, pengolahan air dari sumur I dilakukan di water treatment D/E. Air dari dalam tanah dipompakan melewati meteran dan diinjeksi klorin 20 ppm dalam mixer kemudian masuk ke tangki oksidasi yaitu tangki storage A, ke storage B dan D. Di storage A model tangkinya ganda, tangki bagian dalam bentuk dasarnya agak lancip guna tempat pengambilan Fe (dibuang 1 hari sekali). Untuk tempat pengambilan sampel kualitas air ada 8 buah kran. Sumur IV dengan panjang pipa 150 m dan debit air 300 L/menit, pengolahannya dilakukan di water treatment B. Air dari sumur IV dipompa kemudian diinjeksi klorin 5-8 ppm kemudian dicampur dengan air didalam mixing dan selanjutnya masuk ke tangki storage H. Kapasitas storage H 100 m3. Setelah itu air dari kedua sumber ini dipompakan ke tahap penyaringan.

Proses penyaringan dilakukan di water treatment B untuk air dari sumur IV dan water treatment D/E untuk air dari sumur I. Penyaringan dilakukan dalam tangki yang berisi sand filter dan carbon filter. Media penyaring dalam sand filter adalah pasir silika yang berada dalam 15-20 cm dari main hole. Silika berfungsi untuk menyaring partikel-partikel terbesar dalam air. Bagian paling bawah adalah strainer model jamur yang berfungsi untuk menghindari lolosnya pasir ke luar. Dalam carbon filter I juga terdapat pasir silika yang digunakan untuk menutup strainer. Fungsi karbon adalah sebagai absorben, menghilangkan klorin, rasa, dan bau serta menyaring partikel terkecil yang ada. Setelah dari carbon filter air masuk ke tangki softener untuk dilunakkan.

Sebelum dilunakkan, kadar klorin dari carbon filter harus nol. Isi dalam tangki softener adalah resin. Resin sebagai ion exchanger guna mengikat kalsium dan magnesium karbonat akan menjadi jenuh. Jika resin didalam softener sudah jenuh atau sudah banyak mengikat unsur Mg dan Ca maka dilakukan regenerasi. Proses kembali regenerasi untuk membebaskan kembali resin dari Mg dan Ca dengan cara menambahkan garam NaCl. Tujuan pelunakkan air adalah untuk menyerap kandungan Mg dan Ca dalam air, menghemat bahan pencucian dan menghindari perkerakan pada dinding-dinding mesin pada saat ada pemanasan. Soft water dari tangki dialirkan ke mixing tank yang kemudian diozonisasi dengan penginjeksian ozon 0,3-0,8 ppm untuk membunuh mikroba. Setelah tercampur dengan ozon maka air dialirkan ke tangki penampungan soft water yang akan digunakan untuk pencucian botol 5 gallon dan botol gelas 380 ml.

(23)

air pencucian juga jauh lebih tinggi (3-8 ppm) dibandingkan pada AMDK (0,5 ppm). Faktor yang memengaruhi adalah kualitas air baku serta fungsi produk akhir. Air baku dari sumur masih memiliki kandungan mikroba dan mineral yang harus dihilangkan sebelum air digunakan untuk mencuci, sementara air dari mata air memiliki mutu standar air minum. Selain itu fungsi dari air hasil pengolahan juga berbeda di mana air untuk pencucian tidak harus memenuhi standar air minum untuk dikonsumsi, sehingga boleh memiliki kadar klorin dan ozon yang tinggi sebagai desinfekta, sementara AMDK harus memenuhi standar keamanan air untuk dikonsumsi.

4.2. Pengolahan Air di PDAM Tirta Pakuan

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor memanfaatkan tiga mata air sebagai sumber air baku yaitu mata air Tangkil, mata air Bantar Kambing, dan mata air Kota Batu. Sedangkan air permukaan yang dimanfaatkan adalah air Sungai Cisadane.

(24)

L/detik sedangkan intake Cipaku memasok air baku sampai 210 L/detik untuk diolah di WTP Cipaku (Putri 2004).

Kualitas air Sungai Cisadane dapat diketahui dari parameter pH, kekeruhan, kadar N total dan P total, serta nilai BOD dan COD. Air Sungai Cisadane di bagian hulu, tengah dan hilir memiliki pH berturut-turut 6,0-6,5; 6-6,3 dan 5,0-5,5 (Siahaan 2011) . Pada musim hujan, nilai pH cenderung lebih tinggi mungkin akibat akumulasi senyawa karbonat dan bikarbonat sehingga air sungai lebihbasa (Novotny dan Olem 1994). Selain itu pada musim hujan kekeruhan sungai juga semakin meningkat. Kekeruhan ini akan semakin meningkat dari hulu, tengah, hingga hilir sehingga air sungai hanya cocok untuk pertanian dan peternakan.

Tabel 3 Data Perbandingan nilai kekeruhan dari Sungai Cisadane sebelum pengolahan dan sesudah pengolahan pada bulan Februari (musim hujan)

Tanggal Kekeruhan (NTU)

Februari Juni

1 112 0.7 40 0.46

2 92 1.28 39 0.42

3 324 0.85 36 0.56

4 200 1.2 37 0.47

5 78 0.92 36 0.52

6 58 0.85 38 0.4

7 173 0.8 38 0.69

8 180 0.91 40 0.52

9 327 1.13 37 0.66

10 64 0.89 39 0.67

11 89 0.74 38 0.45

12 295 0.95 39 0.68

13 143 1.28 31 0.81

14 75 1.06 154 0.74

15 92 0.94 53 0.59

(25)

18 53 0.75 40 0.6

19 99 0.76 38 0.43

20 350 1.75 42 0.5

21 71 0.89 40 0.6

22 73 0.75 38 0.47

23 63 0.69 40 0.5

24 44 0.99 40 0.47

25 55 1.03 160 0.82

26 67 0.88 50 0.37

27 68 0.93 39 0.51

28 70 0.98 37 0.48

Berdasarkan Kadar N Total/Nt air Sungai Cisadane masih jauh dari ambang batas tertinggi (PP No.82/2001). Namun kadar Nt semakin ke hilir semakin meningkat yaitu hulu (0,044 – 0,435 mg/L), tengah (,115 -0,622 mg/L) dan hilir (0,26 – 0,806 mg/L) (Siahaan 2011). Kadar P Total/Pt di dalam air Sungai Cisadane juga memiliki kecenderungan meningkat semakin ke hilir (Siahaan 2011). Nilai Nt dan Pt yang semakin meningkat ke hilir disebabkan semakin banyak pencemar sumber N dan P yang masuk ke Sungai Cisadane. Sumber pencemar dari berbagai aktivitas manusia baik itu di sepanjang Sungai Cisadane. Secara umum, air Sungai Cisadane di bagian hulu hingga tengah masih dapat dipergunakan sebagai sumber air baku, namun di bagian hilir tidak dapat digunakan karena konsentrasi Pt melebihi ambang batas.

(26)

Bogor masih bisa dikatakan bagus, tetapi di Tangerang, yang menjadi daerah limpasan air, kondisi air tidak memadai. Berdasarkan hasil penelitian JICA (Japan International Corporation Agency) dan BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) tercemarnya bagian hilir dari Sungai Cisadane 84 persen berasal dari limbah domestik (Adityo 2013).

(27)

Secara ringkas, tahapan pengolahan air di WTP Dekeng dan Cipaku disajikan pada bagan dibawah ini.

Gambar 2 Diagram pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan

Instalasi pengolahan air di WTP Dekeng melakukan pengujian terhadap kualitas air pada beberapa parameter fisik dan kimia.

Tida k Flok Kecil Jartest Set Dosis/kalibrasi Filtrasi Debit Air Kekeruh an Pendosisan koagulan Koagulasi Sediment asi Tida k Ya

Kekeruhan > 1 NTU Back Wash Ganti pasir Ya Ya Tida k Tida k Sisa Chlor Set Dosis/Kalibrasi AIR BAKU Flokulasi Kekeruhan < 5 NTU

Kekeruhan < 1 NTU

Desinfeksi

Air bersih Ya

(28)

Penggolongan kualitas air baku mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/MENKES/PER/VIII/77, tahun 1977. Sementara kualitas air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tanggal 3 September 1990.

Tabel 4 Hasil Analisa Pengolahan Air WTP Dekeng PDAM Tirta Pakuan Bogor

N o

Parameter Satuan Batas

Syarat Air Baku Air Baku Dekeng Batas Syarat Air Bersih Air Bersih Dekeng 1 2 3 Fisik Suhu Kekeruhan Jumlah zat padat terlarut (TDS) oC NTU mg/l Suhu Udara 1000 25.5 27 62.4 Suhu Udara 25 1500 25.7 0.55 62.2 Kimia pH Bikarbonat (HCO3)

Kasium (Ca2+) Kesadahan (CaCO3) Chlorida (Cl-) Karbondioksida (CO2)

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 6.5-8.5 500 600 7.6 63.7 12.03 62.8 5.86 4.20 6.5-9.0 500 600 7.21 59.23 11.73 59.72 4.67 3.76

Sumber: Uji Laboratorium Cipaku PDAM Kota Bogor Tanggal 23 Mei 2005 (Yuliawati 2005)

Sistem pendistribusian air bersih hasil olahan menggunakan sistem zoning yaitu pembagian sistem distribusi atas zona-zona tergantung pada pertimbangan luas kota, menyangkut efisiensi dan kelancaran pelayanan dan perbedaan elevasi kota. Pendistribusan air dilakukan melalui saluran pipa transmisi yang ditunjukkan pada bagan dibawah ini.Pipa Transmisi

(29)

Gambar 3 Diagram alir pendistribusian air PDAM

Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir dan pipa distribusi yang disalurkan ke konsumen, sistem distribusi yang digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan Bogor dengan sistem gravitasi karena Kota Bogor memiliki kondisi topografi yang di nilai cukup efektif dan efisien untuk pengaliran sistem gravitasi melalui saluran drainase menuju badan air penerima. Dalam pendistribusian air, PDAM Kota Bogor menggunakan sistem zoning. Konsumen zona 1 berasal dari 1/3 mata air Tangkil yang langsung didistribusikan ke konsumen. Konsumen zona 2 berasal dari 2/3 sumber mata air Bantar kambing. Konsumen zona 3 berasal dari reservoir Cipaku (air baku dari Ciherang Pondok sebagian dari sumber mata air Bantar Kambing) sebagian dari instalasi WTP Dekeng. Konsumen zona 4 berasal dari reservoir Pajajaran (2/3 mata air Tangkil dan air baku Ciherang Pondok yang diolah di WTP Dekeng). Konsumen zona 6 berasal dari mata air Kota Batu yang langsung didistribusikan ke konsumen.

(30)

Bab 5 Simpulan dan Saran 5.1. Simpulan

Pengolahan air di PT AQUA Golden Mississipi meliputi pengolahan air mata air menjadi produk AMDK serta pengolahan air sumur menjadi air pencucian. Perbedaan mutu air baku dari kedua sumber serta fungsi produk hasil pengolahan menyebabkan perbedaan pada tahap pengolahan yang dilalui. Tahap pengolahan AMDK dari mata air meliputi tahap transportasi, pembongkaran air sumber, sand filter, penampungan air sumber di tangki penyimpanan, kemudian mikrofiltrasi melalui Cartridge 40, Carbon Filter, Cartidge Filter 5 Micron, dan Cartridge Filter I serta ozonisasi. Pengolahan air pencucian dari air sumur meliputi klorinasi, sand filter, carbon filter, dan ozonisasi tanpa mikrofiltrasi. Produk AMDK AQUA dijaga kualitasnya dengan melakukan pengujian di setiap tahap pengolahan mulai dari sumber sampai produk akhir.

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memanfaatkan tiga mata air yaitu mata air Tangkil, Bantar Kambing, dan Kota Batu serta Sungai Cisadane. Air yang berasal dari mata air sudah memiliki kualitas air yang baik sehingga sebelum didistribusikan ke konsumen tidak perlu melewati proses pengolahan air, tetapi hanya diberi gas klor untuk desinfeksi. Sedangkan air baku yang berasal dari Sungai Cisadane harus melewati proses penyaringan awal, pra sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi, filtrasi, dan desinfeksi.

Produk akhir dari kedua perusahaan memenuhi standar air bersih dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik No. 416/MENKES/PER/IX/1990 serta standar air minum Indonesia yang tertuang pada Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 dan Standar Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Namun air PDAM dianjurkan diminum setelah dimasak karena ada risiko kontaminasi mikroba dan logam selama proses distribusi melalui pipa saluran air.

5.2. Saran

(31)
(32)

Daftar Pustaka

Adityo. 2013. Air Sungai Cisadane Tercemar Limbah [terhubung berkala] http://www.indopos.co.id/index.php/berita-urban-city/3321-air-sungai-cisadane-tercemar-limbah [10 September 2013]

Badan Standarisasi Nasional. Air Minum Dalam Kemasan. Standar Nasional Indonesia 01-3553-1996, Jakarta.

Barnes, D, dan F. Wilson. 1983. Chemistry and Unit Operation Treatment. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit UI Press, Jakarta.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Feet dan M. Wooto. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit UI Press, Jakarta. Fellow, P.J. 2000. Food Processing Technology: Principles and Practice.

Woodhead Publishing (ed), England.

Gillies, M.T. (ed). 1979. Drinking Water Detoxification. New York: Noyes Deta Coorporation

Herschdoerfer, S.M. 1967. Quality Control in The Food Industry. London:Academy Press.

Jenie, B.S.L. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Bogor : IPB Press. Miller GT.2005. Living in the Environment: Principles, Connections, and

Solutions. Canada: Thompson Brooks/Cole

Novotny, V., H. Olem. 1994. Water Quality: prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. New York: van Nostrand Reinhold.

Putri, Winda Utami. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB. Bogor

Siahaan, Ratna, Andry Indrawan, Dedi Soedharma, Lilik B.Prasetyo. 2011. Kualitas air sungai cisadane, Jawa Barat-Banten. Jurnal Imliah Sains. 11 (2) : 269-272

Soekarto, S.T. 1990. Pengawasan Mutu Pangan. PAU Pangan dan Gizi.Bogor :IPB Press.

Sundra IK. 2001. Studi kualitas perairan Sungai Nyuling di Karangasem ditijnjau dari aspek fisik kima dan mikrobiologi. J Biologi 5 (1):9-20. Suprapto, et al. 1985. Teknologi Air I. Jurusan Teknologi Industri

Pertanian, FATETA, IPB. Bogor.

Tarigan Julvhina. 2006. Mempelajari Aspek Produksi dan Pengawasan Mutu Air Minum dalam Kemasan (AMDK) Botol 5 Gallon (19 Liter) dan Botol Gelas (380mL) di Pabrik Pengolahan AMDK PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPI Tbk, Bekasi,Jawa Barat. Laporan Magang. Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan Dept ITP Fateta IPB Yuliawati. 2005. Aspek Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air pada

(33)
(34)

Lampiran

Lampiran 1 Syarat Mutu Air Minum Menurut SNI 01-3553-199 N

o Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan: a. Bau b. Rasa c. Warna

-Unit Pt.Co Tidak berbau Normal Maks 5

2 pH - 6,5-8,5

3 Kekeruhan NTU Maks 5

4 Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L Maks 150

5 Zat padat terlarut mg/L Maks 500

6 Nitrat Organik sebagai

angka KMnO4 mg/L Maks 1,0

7 Nitrat sebagai NO3 mg/L Maks 45

8 Nitrat sebagai NO2 mg/L Maks 0,005

9 Ammonia (NH4) mg/L Maks 0,15

10 Sulfat mg/L Maks 200

11 Khlorida (C1) mg/L Maks 250

12 Flourida (F) mg/L Maks 1

13 Sianida (CN) mg/L Maks 0,05

14 Besi (Fe) mg/L Maks 0,3

15 Mangan (Mn) mg/L Maks 0,05

16 Khlor bebas mg/L Maks 0,1

17 Cemaran logam berat: a. Timbal (Pb)

b. Tembaga (Cu) c. Kadmium (Cd) d. Raksa (Hg)

mg/L

Maks 0,005 Maks 0,5 Maks 0,005 Maks 0,001

18 Cemaran Arsen (As) mg/L Maks 0,05

19 Cemaran mikroba

a. Angka lempeng total awal b. Angka lempeng total akhir c. Bakteribentuk coli

d. Clotridium perfringes e. Salmonella

Koloni/mL Koloni/mL APM/100mL Koloni/mL

-Maks 1,0 x102 Maks 1,0x103

(35)

Lampiran 2 Persyaratan Air Minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010

1. Parameter Wajib

No Jenis parameter Satuan KMD

1. Parameter yang

berhubungan langsung

dengan kesehatan a. Parameter mikrobiologi

1. E.coli Jumlah per

100 mL

sampel

0

2. Total bakteri koliform Jumlah per

100 mL

sampel

0

b. Kimia anorganik

1. Arsen mg/L 0,01

2. Fluorida mg/L 1,5

3. Total kromium mg/L 0,05

4. Kadmium mg/L 0,003

5. Nitrit, (sebagai NO2-) mg/L 3 6. Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7. Sianida mg/L 0,07

8. Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak

berhubungan langsung

dengan kesehatan a. Parameter fisik

1. Bau - Tidak berbau

2. Warna TCU 15

3. Total zat padat terlarut mg/l 500

4. Kekeruhan NTU 5

5. Rasa - Tidak berasa

6. Suhu oC Suhu udara +3

b. Parameter kimiawi

1. Aluminium mg/L 0,2

2. Besi mg/L 0,3

3. Kesadahan mg/L 500

4. Klorida mg/L 250

5. Mangan mg/L 0,4

6. pH mg/L 6,5-8,5

7. Seng mg/L 3

8. Sulfat mg/L 250

9. Tembaga mg/L 2

(36)

2. Parameter Tambahan

No Jenis parameter Satuan KMD

1. Kimiawi

a. Bahan anorganik

Air raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molibdenum mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Uranium mg/L 0,015

b. Bahan organik

Zat organik (KMnO4) mg/L 10

Deterjen mg/L 9,05

Alkana terklorinasi

Karbon tetraklorida mg/L 0,004

Diklorometana mg/L 0,02

1,2-dikloroetana mg/L 0,05

Etana terklorinasi

1,2-dikloroetena mg/L 0,05

Trikloroetena mg/L 0,02

Tetrakloroetena mg/L 0,04

Hidrokarbon aromatik

Benzena mg/L 0,01

Toluena mg/L 0,7

Xilena mg/L 0,5

Etilbenzena mg/L 0,3

Stirena mg/L 0,02

Benzena terklorinasi

1,2-diklorobenzena mg/L 1

1,4-diklorobenzena mg/L 0,3

Lain-lain

Di (2-etilhexyl)phthalate mg/L 0,008

Akrilamida mg/L 0,0005

Epiklorohidrin mg/L 0,0004

Hexaklorobutadiena mg/L 0,0006

EDTA mg/L 0,6

NTA mg/L 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg/L 0,02

Aldicarb mg/L 0,01

Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrazine mg/L 0,002

Carbofuran mg/L 0,007

Chlordane mg/L 0,0002

Chlorotoluron mg/L 0,03

DDT mg/L 0,001

(37)

No Jenis parameter Satuan KMD (DBCP)

2,4-dichlorophenoxy acetic

acid mg/L 0,03

1,2-dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachlor mg/L 0,01

Molinate mg/L 0,006

Pendimethalin mg/L 0,02

Pentachlorophenol mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simazine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02

Chlorophenoxy herbicides

selain 2,4-D dan MCPA mg/L

2,4-DB mg/L 0,09

Diklorprop mg/L 0,10

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,5-trichlorophenoxy

acetic acid mg/L 0,009

d. Desinfektan dan hasil

sampingannya Desinfektan

Klorin mg/L 5

Hasil sampingan

Bromat mg/L 0,01

Klorat mg/L 0,7

Klorit mg/L 0,7

Klorofenol

2,4,6-TCP mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromoklorometana mg/L 0,1

Bromoklorometana mg/L 0,06

Kloroform mg/L 0,3

Asam asetat terklorinasi

Asam dikloroasetat mg/L 0,05

Asam trikloroasetat mg/L 0,02

Kloral hidrat Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrilies mg/L 0,02 Dibromoacetonitrilies mg/L 0,07

Cyanogen klorida mg/L 0,07

2. Radioaktivitas

(38)

No Jenis parameter Satuan KMD

Gambar

Gambar  1 Diagram alir pengolahan air baku menjadi produk AMDKAQUA
Tabel 1 Hasil Uji Mutu Air Baku di Water Treatment AQUA
Tabel 2 Hasil Uji Produk Akhir AQUA
Tabel  3 Data Perbandingan  nilai  kekeruhan  dari  Sungai  Cisadanesebelum  pengolahan  dan  sesudah  pengolahan  pada  bulan  Februari(musim hujan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah Kulon Progo menggandeng perusahaan daerah dalam hal ini PDAM Tirta Binangun untuk membuat inovasi produk air minum dalam kemasan AMDK yang bertujuan untuk

Untuk menjaga agar eksploitasi airtanah untuk industri air minum dalam kemasan (AMDK) agar tidak mengganggu potensi sumberdaya airtanah yang dimanfaatkan oleh

Penyerahan air minum dalam kemasan (AMDK) yang tergolong kedalam pemakaian sendiri belum dikenakan PPN oleh PERUM JASA TIRTA II. Padahal seharusnya sudah terhutang PPN

Faktor-faktor penyebab cacat produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) PDAM Tirta Sembada pada produk botol 330 ml dengan urutan rangking 1 dengan nilai RPN 512 pada

kemasan yang telah dicuci dan pengepakan dilakukan seperti proses produksi pada.. jenis AMDK yang lainnya

5.4 Sikap Pedagang AMDK Botol Plastik di Kecamatan Medan Baru Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 96 responden, diperoleh sikap pedagang AMDK

Adanya komitmen yang dimiliki oleh konsumen dapat menciptakan nilai lebih bagi produk air minum dalam kemasan (AMDK) merk Aqua kemasan galon karena pengartian dari

Pada Gambar 23 terlihat tingkat kesukaan konsumen terhadap harga yang ditawarkan oleh produk AMDK yaitu, 30% responden menyatakan agak tidak suka terhadap harga yang