MODEL KONTEKSTUALIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
Studi Pada SDIT Bunga Bangsa, Cordova dan Fastabiqul Khairat Samarinda
Peneliti :
Ahmad Muthohar AR., M.SI Drs. Yahya, M.Pd
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan nikmat dan karuniaNya-lah, penelitian tentang Model Kontekstualisasi Pembelajaran PAI Pada Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Demikian juga Shalawat serta Salam, senantiasa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan pewaris risalahnya. Hanya dengan pancarasan syafaat beliaulah, kami mendapatkan pencerahan intelektual. Semoga pencerahan seperti ini bisa kami pertahankan dan gunakan dalam pengembangan keilmuan Islam
Dengan segenap kerendahan hati, kami harus akui,
bahwa terselesaikannya karya penelitian ini berkat perhatian
dan bantuan beberapa pihak. Untuk itu, kami haturkan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya. Hanya karena merekalah,
kami bisa menyelesaikan tugas intelektual ini dengan baik.
Mereka adalah:
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda Kalimantan Timur, beserta segenap pembantu ketua.
2. Segenap pimpinan dan staf Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Samarinda Kalimantan Timur.
3. Para Pimpinan Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda
4. Para tim seleksi dan evaluasi penelitian P3M STAIN Samarinda tahun 2010
penelitian ilmiah.
6. Segenap orang-orang terdekat dan para sahabat kami, atas bantuan diskusi dan humornya, karya ini bisa terwujud.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bisa bermanfaat, terutama dalam pengembangan kajian pemikiran pendidikan Islam. Amin.
Wa Allah al Muwafiq ila Aqwam al Thariq. Wa Allah ‘A’lam bi al
Shawab.
Samarinda, Desember 2010
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Signifikansi Penelitian ... 9
E. Kerangka Konseptual ... 9
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Pembahasan ... 15
BAB II : MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Model kontekstualisasi Pembelajaran ... 16
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16
2. Karakteristik dan Unsur Model Pembelajaran .. 30
B. Pendidikan Agama Islam Pada SD ... 31
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 31
2. Mata Pelajaran PAI pada SD ... 33
3. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI Pada SD ... 36
SEKOLAH DASAR TERPADU DI SAMARINDA
A. Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT Bunga
Bangsa ... 49 B. Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT Cordova .. 60 C. KOntekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT
Fastabiqul Khairat ... 68
BAB IV : MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PADA SDIT
A. Model Desain Kurikulum SDIT ... 77 B. Model Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT ... 81 C. Pola-Pola Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT 84
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 88 B. Saran dan Rekomendasi ... 90 C. Penutup ... 91
1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan memiliki peran strategis sebagai sarana human
resources dan human investment. Artinya, pendidikan selain
bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang lebih baik, juga telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam proses pemberdayaan jati diri bangsa.1 Berangkat dari arti penting pendidikan ini, maka wajar jika hakekat pendidikan merupakan proses humanisasi.2
Humanisasi bagi Malik Fadjar berimplikasi pada proses kependidikan dengan orientasi pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, yakni aspek fisik-biologis dan ruhaniah-psikologis. Aspek rohaniah-psikologis inilah yang dicoba didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif dalam pembangunan kehidupan yang berkeadaban.3
Pendidikan merupakan ruang strategis dalam menciptakan perubahan dan perbaikan masa depan suatu bangsa. Melalui pendidikan, kualitas Sumber Daya Manusia
1 Karnadi Hasan “Konsep Pendidikan Jawa”, dalam Jurnal Dinamika Islam dan
Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, Pusat Pengkajian Islam Strategis, IAIN Walisongo Semarang, 2000, Hal. 29.
2 Paulo Freire dalam Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman (Pilihan Artikel
Basis), Sindhunata (editor), Kanisius, 2001 sebagaimana di kutip dalam Resensi Amanat, Edisi 84/Februari 2001 Hal. 16.
3 Baca Pengantar Malik Fadjar dalam Imam Tholkah, Membuka Jendela
(SDM) suatu bangsa akan dapat berubah dan meningkat. Kualitas Sumber Daya Manusia pada akhirnya akan memberikan pengaruh yang besar pada terwujudnya perubahan sosial dan perbaikan hidup pada semua aspek, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dari pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan sadar dengan tujuan memelihara dan mngembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).4 Menyadari akan pentingnya pendidikan tersebut, maka mengupayakan peningkatan setiap aspek yang berhubungan dengan pendidikan merupakan kebutuhan sekaligus keniscayaan. Hal ini tak terkecuali pada pendidikan agama dan keagamaan.
Namun persoalannya, dalam realitas penyelenggaraan pendidikan yang ada dan ecara nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik, masih banyak yang jauh dari yang diharapkan.
Dalam penyelengaraan pendidikan kita, masih banyak ditemui tipe pendidikan mechanic student, dimana banyak praktek bahwa visi pendidikan hanya diposisikan pada orientasi pasar, sehingga pendidikan tidak lagi berbaisis keilmuan dan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik.
Dalam perkembangannya, sekolah konvensional ternyata tidak menjadi pembebasan dan penanaman nilai-nilai
4 Achmadi, Islam paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992,
kemanusiaan. Sekolah menjadi ”penjara” yang memisahkan anak didik dari realitas dinamika persoalan masyarakatnya. Semakin lama sekolah, semakin besar jarak antara dirinya dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.
Berawal dari persoalan besar tersebut, dalam ruang kongkritnya, pembelajaran di sekolah-sekolah menjadi relatif kaku, kering, suram dan berpusat pada guru (teacher centered). Belajar sudah ditentukan berdasarkan standar-standar kompetensi dasar yang telah ditentukan secara kaku, bak sistem ’pabrik’ lengkap dengan prosedur-prosedur mekanis, satu jenis dan baku, meski dari bahan yang beragam.
Demikian juga dalam penggunaan sumber belajar dan metodenya. Dalam banyak penyelenggaraan pembelajaran di sekolah, seringkali masih melahirkan sistem pendidikaan yang menuntut sikap kepatuhan, penerimaan dan ketaatan. Buku, terutama buku teks, menjadi representasi utama dari pengetahuan dan kebijakan sekolah, sedangkan guru dipandang guru dipandang paling efektif dalam menghubungkan siswa dengan pelajaran.
Guru menjadi pelaku yang menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan serta memaksakan peraturan-peraturan kepada siswa. Model pembelajaran ini hanya dipahami sebagai proses memperoleh apa yang sudah terkumpul dalam buku-buku dan ’kepala’ yang lebih dewasa.5 Pola pembelajaran seperti diataslah yang di kritik oleh John Dewey bahwa pendidikan yang ada tidak
5 John Dewey, Hani’ah (terj.), Experience and Education; Pendidikan berbasis
lagi memadai dilihat dari sudut pandang experience, pengalaman sebagai basis pendidikan.
Fenomena diatas, paling tidak menghendaki adanya penyelenggaraan sistem pembelajaran yang komprehensif, integral dan berbasis pada filosofis pendidikan itu sendiri. Sebab, perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan siswa yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai, sikap, pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan.6
Kebutuhan akan sebuah model pembelajaran yang integral, komprehensif dan berbasis pada filsafat pendidikan Islam, hendaknya terjadi untuk seluruh struktur dan muatan kurikulum pendidikan sebagaimana di amanatkan oleh Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, tak terkecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
PAI sebagai sebuah mata pelajaran wajib di sekolah diharapkan tidak lagi diterapkan model pembelajaran sebagaimana peneliti sebutkan diatas. PAI dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah berbasis kompetensi, dimana dalam pembelajaraannya guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan urut-urutan bab dan materi ke-PAI-an yang harus di transfer ke siswa berdasatkan buku-buku teks PAI, akan tetapi Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran diharuskan diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia,
6 Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal.Mencari Tipologi
serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: 1) lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi; 2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; dan 3) memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.
Hal ini dilatar belakangi pemikiran bahwa Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Untuk itu, sebagaimana standar isi PAI, khususnya di SD/MI sebagaimana amanat permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut, Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan : pertama,
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; kedua,
mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Kehadiran beberapa sekolah Islam Terpadu dan Unggulkan dalam kurun 2000-an hingga sekarang di kota Samarinda, memberikan harapan bagi masyarakat Samarinda akan terealisasinya tujuan-tujuan ideal standar pendidikan diatas, khususnya terhadap ketercapaian standar pendidikan PAI. Beberapa sekolah unggulkan tersebut antara lain : Sekolah Dasar Islam (SDI) Bunga Bangsa, Cordova dan Fastabiqul Khairat serta beberapa SD Islam lainnya di Samarinda.
Pada sekolah-sekolah unggulan ini, bukan berarti fasilitas menjadi basisnya, namun dalam pembelajarannya, khususnya PAI telah ada revitalisasi-revitalisasi model pembelajarannya. Pembelajaran bukan saja diukur berdasarkan jam-jam sebagaimana yang terstruktur secara ketat di kelas, namun pembelajaran telah dikontekstualisasikan menjadi sebuah sistem aktivitas selama berada di sekolah.
Pada SDI Bunga Bangsa misalnya, beberapa bentuk konstekstualisasi pembelajaran memungkinkan memberikan angin segar bagi ketercapaian standar isi PAI, melalui beberapa program antara lain : Kegiatan membaca Al Qur’an, tahfidz surah, dan hadits setiap hari 2 jam pelajaran, Kegiatan sholat berjamaah, Kegiatan Penanaman Aqidah Pagi (PAP), Upacara dan Senam Pagi, Kegiatan Dering Telepon (Pantauan Shalat Subuh). Pada SDIT plus Cordova melalui bentuk kegiatan Mukhoyyam Kids, sekolah alam dan sebagainya, sementara pada SDIT fastabiqul Khairat terlihat melalui bentuk program-program keagamaannya.
pembelajaran PAI – nya. Karena model yang dikembangkan bisa dijadikan salah satu acuan alternatif model pembelajaran PAI di tanah air. Untuk itu, peneliti mengangkatnya dalam judul Penelitian : MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi pada SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat Samarinda).
B. Rumusan Masalah
Beberapa permaslahan yang ditemukan pada latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk menyelidiki beberapa hal yang terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolag-sekolah Dasar Islam Terpadu di Samarinda. Untuk mengarahkan penelitian, objek masalah penelitian ini dirumuskan dalam tiga hal :
1. Bagaimana penyelenggaraan pembelajaran PAI pada tiga SDIT di Samarinda, antara lain : SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.
2. Bagaimana model kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga SDIT Unggulkan di Samarinda tersebut.
C. Tujuan Penelitian
1. mengungkap dan memaparkan proses penyelenggaraan pembelajaran PAI pada tiga SDIT di Samarinda, antara lain : SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.
2. mengungkap dan memaparkan model kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga SDIT Unggulkan di Samarinda tersebut.
D. Signifikansi Penelitian
Urgensi penelitian ini bukan saja terletak pada hasil pemaparan terhadap proses penyelenggaraan dan model kontekstualisasi pembelajaran PAI pada ketiga SDIT di Samarinda, tetapi juga terletak pada signifikansinya sebagai acuan model pembelajaran PAI sebagaimana di visikan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 bahwa pendidikan agama Islam (PAI) bukan saja membekali peserta tentang penguasaan materi, tetapi juga mendorong terinternalisasikannya dalam aktivitas kehidupan anak sehingga menjadi manusia yang produktif dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupannya.
Dengan demikian, Hal ini bisa menjadi upaya mencari solusi alternatif dan pilihan memperbaiki totalitas mutu pendidikan Islam yang disinyalir masih mengalami kendala.
E. Kerangka Konseptual
bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Sebagaimana diamanatkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;
2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
3. memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Menyadari akan pentingnya hal-hal tersebut, maka pembelajaran PAI di sekolah/madrasah menempati ruang stratetis untuk mencapai tujuan-tujuan diatas. Untuk itu, secara konseptual, pembelajaran PAI mesti di desain dengan kerangka filsafat pendidikan yang berbasis pada pengalaman (experience), bukan penguasaan materi an sich.
Pengalaman menurut Jauh Dewey adalah keseluruhan kegiatan dan hasil yang kompleks serta bersegi banyak dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar dan bertumbuh dengan lingkungan sekitarnya yang terus berubah dalam perjalanan sejarah.7 Oleh karena itu, pengalaman dapat
dipandang sebagai basis pendidikan yang bisa dijadikan sebagai sarana dan tujuan pendidikan.
Bentuk-bentuk kontekstualisasi pembelajaran mesti dirancang dan di terapkan dalam model pendidikan seperti ini dalam rangka mengganti pola pendidikan lama yang memahami bahwa: pertama, materi pelajaran sebagai sesuatu yang telah baku; kedua, pendidikan dipahami sebagai pengalihan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang wajib dikuasai oleh subjek didik dari generasi ke generasi; ketiga, pendidikan moral bertindak sesuai dengan standar dan aturan moral yang berlaku sepanjang zaman.8
Pola pendidikan seperti ini berakibat pada pandangan dalam pendidikan yang melahirkan sikap kepatuhan yang berlebihan sehingga menyebabkan tertutupnya perubahan-perubahan. Buku teks dianggap sebagai sumber belajar yang telah mapan dan satu-satunya sumber belajar. Metode dan evaluasi yang disesuaikan dengan masa lalu. Sementara sistem pendidikan modern juga malah berkontribusi memberikan problem baru yakni model pendidikan mekanis dan tercerabut dari akar pengembangan potensi anak dan nilai-nilai religiusitas.
Untuk itu, diperlukan kontekstualisasi-kontekstualisasi pembelajaran, terutama pada pembelajaran PAI. Perlu dilakukan upaya re-integralisasi pembelajaran agama yang berbasis pada substansi ajaran, substansi kehidupan dan substansi tindakan pelakunya. Integralisasi pembelajaran PAI diperlukan dengan cara menginterkonekkan dengan sejumlah mata pelajaran serumpun
kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia seperti muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan agar PAI mampu mencapai tujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia9 yang bermuara pada terbentuknya Insan Kamil sebagaimana tujuan akhir pendidikan Islam. .
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yang bersifat diskriptif kualitatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode dan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Metode ini biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki10. Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran data yang mudah dapat diamati secara langsung, terutama pada data-data sekolah SDIT di samarinda yang menjadi objek penelitian proses pembelajaran PAI nya.
b. Metode Interview
Yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dengan menggunakan
9 Permendikanas, Nomor 23 tahun 2006.
pertanyaan pada responden dan dilakukan dengan lisan11. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang selengkap-lengkapnya dan dilakukan kepada pimpinan (pengelola) dan staf guru (pengasuh), terutama terhadap model-model kontekstualisasi pembelajaran PAI.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini dipakai untuk menggali data yang terkait dengan dokumen penyelenggaraan pembelajaran di SDIT yang menjadi objek penelitian.
2. Metode Analisa Data
Dalam pembahasan nanti peneliti menggunakan pendekatan rasionalistik, yaitu bahwa ilmu itu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun atas kemampuan berargumenatsi secara logik yang didukung dengan data empirik yang relevan12. Dalam kajian ini peneliti menerapkan pola pikir atau metode analisa sebagai berikut :
a. Metode Historik
Yaitu suatu cara pengambilan fakta yang bertolak pada prinsip pemaknaan perkembangan dalam kaitan waktu13. Metode ini terutama digunakan untuk mendiskripsikan tentang lembaga yaitu SDI Bunga Bangsa, SDIT Plus Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat.
11 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta, 1991, hal 39
12 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta,
1998, hal 55
b. Metode Deskriptif
Yaitu metode penelitian dengan cara mendeskripsikan realitas fenomena sebagaimana adanya yang terpilih dari persepsi subyektif dari subyek14. Metode ini digunakan untuk menjelaskan atau mengungkapkan keterangan-keterangan dari pihak pengelola maupun pengasuh dengan selalau memperhatikan sisi-sisi mana suatu analisa dapat dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan kekurangan obyek yang diteliti.
c. Analisis Isi (Content Analysis)
Yaitu merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi yang ada. Dalam motode analisis ini menampilkan tiga syarat yaitu obyektifitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Hasil analasis ini harus menyajikan generalisasi, artinya temuan haruslah mempunyai sumbangan teoritik15 analisis ini digunakan untuk membidik model-model kontekstualisasi antara ketiga SDIT yang menjadi objek penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang memuat yang memuat latar belakang, perumusan masalah, signifikanis penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
14 Ibid, hal 64
Bab kedua berisi tentang landasan Teori tentang Model Kontekstualisasi pembelajaran Bab ketiga berisi tentang Gambaran objek penelitian, proses pembelajaran PAI nya Bab
Keempat model-model kontekstualisasi pembelajaran pada ketiga
SDIT antara lain SDI Bunga Bangsa, SDIT Cordova dan SDIT Fastabiqul Khairat Samarinda Sedangkan bab lima sebagai kesimpulan dan penutup.
17
MODEL KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Model Kontekstualisasi Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah ‘Model Kontekstualisai Pembelajaran’ jika diurai terdiri kata ‘model’, ‘kontekstualisasi’ dan ‘Pembelajaran’ dan untuk memahami studi ini diperlukan uraian satu per satu dari ketiga istilah tersebut, sehingga didapatkan suatu pemahaman yang utuh dari istilah model kontekstualisasi pembelajaran ini.
Hal ini diperlukan, karena dalam penggunaannya secara etimologis, terdapat banyak term yang saling dipertukarkan atau dalam penyebutannya memiliki makna dan maksud yang sama (interchangable) dengan istilah ‘model’ sebagaimana penulis maksud dalam bab ini.
Term-term tersebut antara lain pola, desain, tipe, gaya, strategi,
pendekatan (approach) dan mungkin masih banyak yang lainnya.
Model dalam konteks penelitian ini menurut hemat penulis tak memiliki spesifikasi karakter yang berbeda dengan istilah-istilah diatas, yakni dipahami sebagai
something of type, pattern , model dan sebagainya. Namun
Menurut kamus bahasa Indonesia, model atau pola dipahami sebagai cara kerja, sistem kerja, atau bentuk (struktur yang tetap).1 model juga bisa dipahami sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Dengan demikian yang dimaksud model disini adalah bentuk-bentuk dan pola cara, system kerja tertentu dari proses bbelajar dan pembelajaran yang dilakukan seseorang atau masyarakat belajar.
Sementara, istilah belajar sendiri sampai saat ini telah banyak definisi yang telah ada. Secara umum, belajar yang dipandang sebagai proses dasar perkembangan hidup manusia, dimana semua aktivitas yang dicapai manusia pada dasarnya tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan berbagai upaya macam bentuk kegiatan atau perbuatan dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan sebagai bekal untuk hidupnya.
Lester D. Crow and Alice Crow, memberikan pengertian tentang belajar adalah learning is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought
about through adjustment to tensions initiated through
sensory stimulation.2 Bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mengikuti suatu proses pertumbuhan sebagai hasil penyesuaian diri secara terus menerus yang berasal dari pengaruh luar.
1 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia¸ (Jakarta: Balai
Pustaka, 1993), cet. Ke-4, hlm. 692.
2 Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New
Menurut W.S. Winkel, belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”.3 Sedangkan menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid:
اﺪﻳﺪﺟ اﺮﻴﻴﻐﺗ ﺎﻬﻴﻓ ثﺪﺤﻴﻓ ﺔﻘﺑﺎﺳ ةﺮﺒﺧ ﻰﻠﻋ أﺮﻄﻳ ﻢﻠﻌﺘﻤﻟا ﻦﻫد ﻰﻓ ﺮﻴﻴﻐﺗ ﻮﻫ ﻢﻠﻌﺘﻟا نأ
.
4
Artinya: “Sesungguhnya belajar adalah suatu perubahan pada akal siswa yang terjadi karena pengalaman terdahulu, maka terjadi dalam pengalaman itu perubahan yang baru”.
Kemudian menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.5 Dari beberapa pengertian belajar tersebut, maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut: Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dan perubahan itu dinyatakan dalam bentuk tingkah laku ataupun pengalaman.
Untuk itu, Pembelajaran sebagai aktivitas belajar membutuhkan suatu bentuk pengorganisasian yang baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru
3 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. IV,
hlm. 53.
4 Abdul Aziz dan Abdul Majid, al-Tarbiyah wa al-Thuruq al-Tadris, Juz 2,
(Makkah: Dar al-Ma’arif, t.th.), hlm. 167.
5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
dengan mudah. Salah dalam model pembelajaran akan mengakibatkan sulitnya materi pelajaran masuk sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Guru sangat membutuhkan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Namun tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjangkeberhasilan belajar siswa.
Dengan penjelasan diatas, Secara terminologi jika kedua term diatas digabung menjadi ‘model pembelajaran’, maka dapat penulis definisikan sebagai adalah suatu cara, sistem atau bentuk struktur yang tetap dalam memperoleh hasil belajar yang biasanya berupa pengetahuan, kepandaian atau ilmu pengetahuan dan bentuk-bentuk perubahan tingkah laku lainnya.
Secara spesifik Model pembelajaran juga bisa dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.6 Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
6 M o h a m m a d N u r d a n P r i m a R e t n o W i k a n d a r i ,
Meski demikian, guna sedikit memperjelas beberapa istilah pembelajaran yang memiliki kemiripan makna dengan istilah model pembelajaran seperti penulis sebut dimuka, yakni seperti pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran; teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan desain pembelajaran; setidaknya perlu disimak penjelasan beberapa istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan sebagaimana dikutip mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1.Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
3.Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.7
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik; 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif; 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran; dan 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
7 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran8.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning9. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian,
8 Baca : Wina Senjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
“teknik pembelajaran” dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara “taktik pembelajaran” merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan “model pembelajaran”. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Melengkapi penjelasan tentang desain pembelajaran yang juga sering dimaksudkan untuk menyebut istilah model pembelajaran, Dadang Supriatna, M.Ed menerangkan bahwa Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dalam konteks ini, menurut hemat penulis, desain pembelajaran dimaksud lebih pada konteks desain pembelajaran sebagai proses. Senada dengan maksud tersebut, Syaiful Sagala menjelaskan (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.10
Dengan sedikit istilah yang berbeda, namun dengan maksud yang sama, Abdul Wahid yang biasa menyebutnya dengan istilah pola belajar mendefiniskan model pembelajaran adalah suatu cara atau bentuk pengorganisasian berbagai aktivitas dalam upaya memperoleh kepandaian atau ilmu yang diindikasikan dengan terjadinya perubahan tingkah laku atau tanggapan terhadap suatu permasalahan melalui pengalaman atau latihan.11
10 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabet,
2005
11 Abdul Wahid, Studi Komparasi Pola Belajar antara Mahasiswa yang
Sementara menurut Bobi De Porter dan Mike Hernacki yang biasa menggunakan istilah ‘cara’ menerangkan bahwa cara belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana dia menyerap dan kemudian mengatur, serta mengolah informasi.12 model belajar di sini dimaksudkan sebagai suatu cara atau bentuk pengorganisasian berbagai aktivitas dalam belajar mulai dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau kepandaian dengan diindikasikan terjadinya perubahan tingkah laku baik melalui pengalaman ataupun latihan dan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
Dengan berbagai penjelasan diatas, maka model pembelajaran yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar atau upaya-upaya pengembangan pembelajaran secara sistematik yang meliputi pendekatan, strategi, teknik, gaya, desain yang menjadi satu kesatuan sistem yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Seluruh kerangka konseptual tersebut digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan
12 Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan
strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective (Burden & Byrd, 1999:85)
Model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan keseluruhan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program, dan bantuan belajar karena hakikat mengajar membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.
model pembelajaran juga bisa dimaknai sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
melakukan pengembangan-pengembangan yang sistematis dan terorganisir dari berbagai aktivitas pembelajaran diatas.
2. Karakteristik dan Unsur Model Pembelajaran
Sebuah Model pembelajaran sebagai rekayasa tertentu dalam mengorganisir pengalaman belajar, setidaknya memiliki ciri-ciri atau karakter khusus, antara lain:
a. Rasional-teoritik . Bahwa suatu model pembelajaran yang direncakan atau dipolakan memepertimbangkan aspek rasional dan logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, dalam hal ini manajemen pendidikan atau lembaga.
b.Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c.Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
b.d.Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.13
Demikian juga, Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu :
1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku
dalam pembelajaran,
3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau
lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
5. Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Selain itu, dalam desain pembelajaran setidaknya harus memenuhi komponen utama, yakni 1) P embe laj a r (pih ak y ang me njad i f o kus) ya ng p erl u di ket a hui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat; 2) T u j u a n P e m b e l a j a r a n ( u m u m d a n k h u s u s ) A d a l a h p e n j a b a r a n kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar; 3) Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari; 4) Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar; 5) Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar; dan 5) P e n i l a i a n B e l a j a r , t e n t a n g p e n g u k u r a n k e m a m p u a n a t a u kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
B. Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
adalah Pendidikan Agama Islam (PAI), pendidikan Islam, dan pendidikan keislaman. Untuk itu agar dalam pembahasan ini tidak terjadi kerancuan makna maka ketiga istilah tersebut perlu dijelaskan secara singkat sebagai berikut:14
Dalam sistem pendidikan kita Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan agama yang didesain dan diberikan kepada siswa yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagamaan Islam mereka. Dengan demikian tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam adalah untuk memberikan “corak Islam” pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan materi/pengalaman yang berisi ajaran agama Islam, yang pada umumnya telah tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman.
Sedangkan pendidikan Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang dimaksudkan untuk membentuk manusia muslim sesuai dengan cita-cita pandangan Islam. Oleh karena itu dalam pendidikan Islam kepribadian muslim merupakan esensi sosok manusia yang hendak dicapai, sedangkan kualifikasi lulusan diharapkan memberikan “warna” pada pribadi muslim tersebut. Dengan demikian nilai-nilai keislaman yang ditanamkan pada peserta didik tidak terbatas melalui subjek pelajaran Pendidikan Agama Islam, tetapi juga melalui seluruh subjek pelajaran serta seluruh komponen atau faktor pendidikan.
Lebih lanjut pendidikan keislaman merupakan salah satu macam pendidikan keagamaan, yakni pendidikan yang
14 Ibn Hajar, “Pendekatan Keberagamaan dalam Pemilihan Metode
secara khusus dimaksudkan untuk memberikan bekal profesional di bidang keagamaan kepada peserta didik. Dalam sistem pendidikan kita secara kelembagaan pendidikan keislaman ini diselenggarakan melalui Madrasah Aliyah Keagamaan dan Perguruan Tinggi Agama Islam.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman kepada peserta didik yang beragama Islam.
2. Mata Pelejaran PAI pada Sekolah Dasar (SD)
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran utama dalam struktur kurikulum pendidikan di Indonesia yang masuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia sebagaimana di amanatkan PP. No. 19 tahun 2005 pasal 6 ayat 1 tentang kerangka dan struktur Pendidikan Nasional.
suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006, Bahwa kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, termasuk PAI, didasari pemikiran bahwa Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1.lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;
2.mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
3.memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
3. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI pada Sekolah Dasar (SD)
Pendidikan Agama Islam di tingkat SD/MI memiliki tujuan sebagai berikut:
1.menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2.mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.15
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SD
Guna mencapai tujuan pembelajaran PAI diatas, maka pemerintah secara nasional menetapkan SKKD PAI pada SD sebagai berikut :
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Menghafal Al Qur’an surat pendek pilihan
1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan lancar
1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan lancar
Aqidah
2. Mengenal Rukun Iman
2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SWT melalui ciptaan-Nya
2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman
2.3 Menghafal enam Rukun Iman
Akhlak
3. Membiasakan perilaku terpuji
3.1 Membiasakan perilaku jujur
3.2 Membiasakan perilaku bertanggung jawab
3.3 Membiasakan perilaku hidup bersih
3.4 Membiasakan perilaku disiplin
15
Fiqih
4. Mengenal tatacara bersuci (thaharah)
4.1 Menyebutkan pengertian bersuci
4.2 Mencontoh tatacara bersuci
5. Mengenal Rukun Islam
5.1 Menirukan ucapan Rukun Islam
5.2 Menghafal Rukun Islam
Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
6. Menghafal Al Qur’an surat-surat pendek pilihan
6.1 Menghafal QS Al-Kautsar dengan lancar
6.2 Menghafal QS An-Nashr dengan lancar
6.3 Menghafal QS Al-‘Ashr dengan lancar
Aqidah
7. Mengenal dua kalimat
syahadat
7.1 Melafalkan syahadat tauhid dan syahadat rasul
7.2 Menghafal dua kalimat syahadat
7.3 Mengartikan dua kalimat syahadat
Akhlak
8. Membiasakan perilaku terpuji
8.1 Menampilkan perilaku rajin
8.2 Menampilkan perilaku tolong-menolong
8.3 Menampilkan perilaku hormat terhadap orang tua
8.4 Menampilkan adab makan dan minum
Fiqih
9. Membiasakan bersuci
(thaharah)
9.1 Menyebutkan tata cara berwudlu
9.2 Mempraktekkan tata cara berwudlu
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Menghafal Al Qur’an
1.1 Mengenal huruf Hijaiyah
1.2 Mengenal tanda baca (harakat)
Aqidah
2. Mengenal Asmaul Husna
2.1 Menyebutkan lima dari Asmaul Husna
2.2 Mengartikan lima dari Asmaul Husna
Akhlak
3. Mencontoh perilaku terpuji
3.1 Menampilkan perilaku rendah hati
3.2 Menampilkan perilaku hidup sederhana
3.3 Menampilkan adab buang air besar dan kecil
Fiqih
4. Mengenal tatacara wudhu
4.1 Membiasakan wudhu dengan tertib
4.2 Membaca do’a setelah berwudlu
5. Menghafal bacaan shalat
5.1 Melafalkan bacaan shalat
Kelas II, Semester 2
6.1 Membaca huruf hijaiyah bersambung
6.2 Menulis huruf hijaiyah bersambung
Aqidah
7. Mengenal Asmaul Husna
7.1 Menyebutkan lima dari Asmaul Husna
7.2 Mengartikan lima dari Asmaul Husna
Akhlak
8. Membiasakan
perilaku terpuji 8.1 Mencontohkan perilaku hormat dan santun kepada guru
8.2 Menampilkan perilaku sopan dan santun kepada tetangga
Fiqih
9. Membiasakan shalat secara tertib
9.1 Mencontoh gerakan shalat
9.2 Mempraktekkan shalat secara tertib
Kelas III, Semester 1
Standar
1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur’an
Aqidah
2. Mengenal sifat wajib Allah
2.1 Menyebutkan lima sifat wajib Allah
2.2 Mengartikan lima sifat wajib Allah
Akhlak
3. Membiasakan
perilaku terpuji 3.1 Menampilkan perilaku percaya diri 3.2 Menampilkan perilaku tekun
3.3 Menampilkan perilaku hemat
Fiqih
4. Melaksanakan shalat dengan tertib
1.1 Menghafal bacaan shalat
1.2 Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan shalat
Kelas III, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Al Qur’an
5. Mengenal
ayat-ayat Al Qur’an 5.1 Membaca huruf Al Qur’an 5.2 Menulis huruf Al Qur’an
Aqidah
6. Mengenal sifat mustahil Allah
6.1 Menyebutkan sifat mustahil Allah SWT
6.2 Mengartikan sifat mustahil Allah SWT
7. Membiasakan
perilaku terpuji 7.1 Menampilkan perilaku setia kawan 7.2 Menampilkan perilaku kerja keras
7.3 Menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan
7.4 Menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan
Fiqih
8. Melakukan shalat
fardhu 8.1 Menyebutkan shalat fardhu
8.2 Mempraktikkanshalat fardhu
Kelas IV, Semester 1
Standar
1.1 Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar
1.2 Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar
Aqidah
2. Mengenal sifat jaiz Allah SWT
2.1 Menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
2.2 Mengartikan sifat jaiz Allah SWT
Tarikh
3. Menceritakan
kisah Nabi 3.1 Menceritakan kisah Nabi Adam AS 3.2 Menceritakan kisah kelahiran Nabi
Muhammad SAW
3.3 Menceritakan perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW
Akhlak
4. Membiasakan perilaku terpuji
4.2 Meneladani perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW
Fiqih
5. Mengenal ketentuan-ketentuan shalat
5.1 Menyebutkan rukun shalat
5.2 Menyebutkan sunnat shalat
5.3 Menyebutkan syarat sah dan syarat wajib shalat
5.4 Menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat
Kelas IV, Semester 2
Standar
6.1 Membaca QS Al-Kautsar dengan lancar
6.2 Membaca QS An-Nashr dengan lancar
6.3 Membaca QS Al-‘Ashr dengan lancar
Aqidah
7. Mengenal Malaikat dan tugasnya
7.1 Menjelaskan pengertian Malaikat
7.2 Menyebutkan nama-nama Malaikat
7.3 Menyebutkan tugas-tugas Malaikat
Tarikh
8. Menceritakan
kisah Nabi 8.1Menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS 8.2 Menceritakan kisah Nabi Ismail AS
9. Membiasakan
perilaku terpuji 9.1 Meneladani perilaku Nabi Ibrahim AS 9.2 Meneladani Nabi Ismail AS
Fiqih
10. Melaksanakan
dzikir dan do’a 10.1 Melakukan dzikir setelah shalat 10.2 Membaca do’a setelah shalat
Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Mengartikan Al Qur’an surat pendek pilihan
1.1 Membaca QS Al-Lahab dan Al-Kafirun
1.2 Mengartikan QS Lahab dan Al-Kafirun
Aqidah
2. Mengenal
kitab-kitab Allah SWT 2.1 Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT
2.2 Menyebutkan nama-nama Rasul yang menerima kitab-kitab Allah SWT
2.3 Menjelaskan Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir
Tarikh
3. Menceritakan
kisah Nabi 3.1 Menceritakan kisah Nabi Ayyub AS 3.2 Menceritakan kisah Nabi Musa AS
3.3 Menceritakan kisah Nabi Isa AS
4. Membiasakan
perilaku terpuji 4.1 Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS 4.2 Meneladani perilaku Nabi Musa AS
4.3 Meneladani perilaku Nabi Isa AS
Fiqih
5.
Mengumandang kan adzan dan iqamah
5.1 Melafalkan lafal adzan dan iqamah
5.2 Mengumandangkan adzan dan iqamah
Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
6. Mengartikan Al Quran Surat pendek pilihan
6.1 Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil
6.2 Mengartikan QS Al-Maun dan Al-Fiil
Aqidah
7. Mengenal Rasul-
Rasul Allah SWT 7.1 Menyebutkan nama-nama Rasul Allah SWT
7.2 Menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari para Rasul
7.3 Membedakan Nabi dan Rasul
Tarikh
8. Menceritakan kisah Sahabat Nabi
8.1 Menceritakan kisah Khalifah Abubakar RA
8.2 Menceritakan kisah Umar bin Khattab RA
9. Membiasakan
perilaku terpuji 9.1 Meneladani perilaku Khalifah Abubakar RA
9.2 Meneladani perilaku Umar bin Khattab RA
Fiqih
10. Mengenal
puasa wajib 10.1 Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa Ramadhan
10.2 Menyebutkan hikmah puasa
Kelas VI, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Mengartikan Al Qur’an Surat pendek pilihan
1.1 Membaca QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5
1.2 Mengartikan QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5
Aqidah
2. Meyakini adanya Hari Akhir
2.1 Menyebutkan nama-nama Hari Akhir
2.2 Menjelaskan tanda-tanda Hari Akhir
Tarikh
3.1 Menceritakan perilaku Abu Lahab dan Abu Jahal
3.2 Menceritakan perilaku Musailamah Al Kadzab
4. Menghindari
perilaku tercela 4.1 Menghindari perilaku dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal
4.2 Menghindari perilaku bohong seperti Musailamah Al Kadzab
Fiqih
5. Mengenal ibadah pada bulan
Ramadhan
5.1 Melaksanakan tarawih di bulan Ramadhan
5.2 Melaksanakan tadarrus Al-Qur’an
Kelas VI, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
6. MengartikanAl Quran Ayat-ayat pilihan
6.1 Membaca QS Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13
6.2 Mengartikan QS Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13
Aqidah
7. Meyakini adanya Qadha dan Qadar
7.1 Menunjukkan contoh-contoh Qadha dan Qadar
7.2 Menunjukkan keyakinan terhadap Qadha dan Qadar
Tarikh
8. Menceritakan kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
8.1 Menceritakan perjuangan kaum Muhajirin
8.2 Menceritakan perjuangan kaum Anshar
9. Membiasakan
perilaku terpuji 9.1 Meneladani perilaku kegigihan perjuangan kaum Muhajirin dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik
9.2 Meneladani perilaku tolong-menolong kaum Anshar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik
Fiqih
10. Mengetahui kewajiban zakat
10.1 Menyebutkan macam-macam zakat
10.2 Menyebutkan ketentuan zakat fitrah
49
KONTEKSTUALISASI PEMBELAJARAN PAI PADA SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) BUNGA BANGSA, CORDOVA DAN FASTABIQUL KHAIRAT
KOTA SAMARINDA
A. Kontekstualisasi Pembelajaran PAI SDIT Bunga Bangsa 1. Profil SDIT Bunga Bangsa
Secara geografis, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bunga Bangsa terletak di Jalan DI panjaitan No.51 Kelurahan Mugirejo Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda Kalimantan Timur. SDIT Bunga Bangsa Keberadaannya tak lepas dari sosok sekaligus tokoh di Samarinda, Drs. H.M. Rusli sebagai pendiri sekaligus Pembina Yayasan Bunga Bangsa.
Dalam kiprahnya sendiri, sosok HM Rusli tak asing bagi masyarakat samarinda sebagai tokoh yang berhasil membina dunia pendidikan, dimana beliau juga merupakan tokoh kunci yayasan melati yang mengantarkan SMA 10 melati, SMP dan SMK Melati menjadi sekolah favorit di Samarinda. Disamping itu, HM Rusli juga dikenal masyarakat luas sebagai mantan ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Timur.
1 Malang. Setelah desain pendirian dirasa cukup, maka Drs. H.M. Rusli yang juga merupakan pengusaha di Samarinda, maka secara resmi SDIT Bunga Bangsa berdiri pada 1 Januari 2005 dan mulai beroperasi sejak 1 Maret 2005 sesuai dengan Surat Izin Pendirian dan Penyelenggaraan SD Islam Bunga Bangsa Nomor: 421.2/073/DP.IV.A/03/2005.
Pada angkatan I tahun 2005 – 2006 siswa SDIT baru berjumlah 101 siswa, Angkatan II tahun 2006 – 2007 berjumlah 102 siswa, Angkatan III tahun 2007 – 2008 menurun menjadi 57 siswa, Angkatan IV tahun 2008 – 2009 hanya 81 siswa. Kemudian pada tahun 2010-2011 jumlah siswa SDIT Bunga Bangsa telah mencapai 536 siswa terdiri dari 298 siswa dan 238 siswi (Laporan Bulanan SDIT Bungan Bangsa per September 2010).
SDIT Bunga Bangsa yang dikelola Yayasan Bunga Bangsa diresmikan tepatnya pada tahun 2005 oleh Walikota Samarinda pada waktu itu yakni H Achmad Aimins MM. Dimana secara geografis, SDIT Bunga Bangsa memiliki tempat dan gedung belajar yang sangat representative. Letaknya yang agak masuk dari jalan raya membuat suasa belajar siswa di SDIT Bunga Bangsa semakin jauh dari kebisingan lalulintas kota. Fasilitas dan gedung SDIT Bunga Bangsa merupakan milik dari Yayasan Bunga Bangsa yang dibangun diatas lahan seluas 10 hektar.
Bangsa juga menyediakan 5 unit rumah untuk guru. Pada tahun 2010 SDIT Bunga Bangsa telah memiliki sebanyak 88 tenaga pegawai dan karyawan (Laporan Bulanan SDIT Bunga Bangsa per September 2010).
2. Visi dan Misi SDIT Bunga Bangsa
SDIT Bunga Bangsa memiliki visi : “Mendidik siswa menjadi genarasi unggul yang sehat dan kuat, memiliki iman taqwa yang tinggi, etos kerja yang prima, cerdas, terampil, berwawasan internasional serta cinta tanah air.
Dengan visi tersebut, maka sekolah ini memiliki misi : Menyelenggarakan pembinaan iman taqwa berdasarkan agama Islam dan Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan pendidikan manajemen yang bermutu dengan Motto ”Cerdas dan Berakhlaq”
3. Struktur Organisasi
Dengan misi yang mengedepankan manajemen pendidikan yang bermutu, maka struktur organisasi SDIT Bunga Bangsa terlihat berbeda disbanding sekolah-sekolah pada umumnya, sebagaimana terlihat dari bagan dibawah ini :
Pembina Yayasan Bunga Bangsa Drs.H.M. Rusli
Kepala Sekolah SDIT Bunga Bangsa H. Sukri Pawira
Kepala Tata Usaha Murni Hariyati, AMd
Waka Kurikulum Ekawaty Suryana Indah,S.Sos
Waka Kesiswaan Abdul Rouf,SS
Waka Diniyah Arifin Nurdin, SAg
Waka Saranda dan Prasarana Eka Purwanti, AMd
Koordinator Wali Kelas Kanit Eskul
4. Pembelajaran PAI SDIT Bunga Bangsa
Berpijak pada visi dan misi serta motto ”Cerdas dan berakhlak, SD Islam Bunga Bangsa memantapkan diri menjadi salah satu alternatif Sekolah Dasar unggulan yang sudah ada di kota Samarinda dengan menerapkan konsep sekolah unggulan dengan sistem pengajaran Fullday School .
Desain pembelajaran Fullday school yakni dari Senin sampai dengan Jum’at dari pukul 07.10 hingga pukul 16.00 WITA. Sistem ini memungkinkan bimbingan dan pengawasan yang lebih terarah dan maksimal dalam lingkungan pendidikan satu hari penuh mampu menjawab tantangan akan kebutuhan generasi yang berkualitas di Kalimantan Timur.
Sistem pembelajaran SD Islam Bunga Bangsa menggunakan kolaborasi kurikulum Pendidikan Nasional dan kurikulum Kementerian Agama muatan lembaga yang diolah tim pengembang kurikulum yang handal dan professional. Dalam belajar di kelas, siswa dalam satu kelas maksimum berjumlah 30 orang, dimana setiap kelas ditangani oleh dua orang guru. Satu orang guru kelas dan satu orang guru pendamping. Sehingga setiap perkembangan anak di kelas selalu mendapat perhatian yang cukup dari guru.
surah-surah pendek (juz amma). Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan siswanya, SDIT Bunga Bangsa menyediakan program Ekstra Kurikuler (Eskul) dan program pengembangan bakat dan lifeskills.
Pengajar Al-Qur’an dan Hadits yang dikelola secara profesional dan diajarkan oleh Tim Al-Qur’an telah memiliki sertifikat pengajaran Al-Qur’an dari Sertifikasi guru Al Qur’an Metode Ummi, yakni membahas berbagai macam hal seperti bagaimana memahami metodologi mengajar Al Qur’an yang efektif, mudah, menyenangkan dan menyentuh hati, mendalami tartil Al Qur’an, memahami teknik pengajaran Ghorib/musykilat dan tajwid dasar, merencanakan dan mengevaluasi pembelajaran Al Qur’an serta bagaimana membangun sikap positif dan disiplin pada siswa dalam kelas.
Metode Ummi diterapkan SDIT Bunga Bangsa dilandasi pemikiran, banyak lembaga pendidikan formal maupun non formal melakukan pengajaran dengan metode Ummi yang dinilai memberikan hasil yang signifikan dalam pengelolaan pembelajaran Al Qur’an, penguasaan manajemen kelas, serta kualitas hasil pembelajaran Al Qur’an. Untuk itu, guru al Qur’an di SDIT Bunga Bangsa telah mendapatkan sertifikat dari Ummi Foundation
Surabaya untuk mengajar al Qur’an disekolah masing-masing.
membantu guru SDIT Bunga Bangsa meningkatkan kemampuan pengelolaan pembelajaran Al Qur’an yang efektif, mudah, menyenangkan dan menyenyuh hati. Selain itu, metode Ummi juga menjamin setiap guru atau ustadz/ustadzah mampu mengajar dan mengelola pembelajaran Al Qur’an dengan baik. Termasuk memahami metodologi pengajaran Al Qur’an, tahapan-tahapan dalam pembelajaran Al Qur’an, mengatur kelas, merencanakan pembelajaran serta menggunakan form-form administrasi yang digunakan dalam pembelajaran Al Qur’an. Berikut Sekolah Tingkat SD yang menggunakan Metode Ummi.
No. Nama Sekolah Alamat Telepon
1 SD Al Hikmah Jl.Gayungsari IV/34
Surabaya 8299094
2 SD Al Muttaqien Jl.Memet S Komp.AL
43-45 Surabaya 3811005
3 SDIT Nurul Fikri Jl.Saimbang Kebon
Agung Sda 8832774
4 SDIT Insan Kamil Ds.Pecantingan Sda 8056949
5 SDI Al Furqon Jl.Raden Patah 18
Jember 331484292
6 SDIT Permata Jl .Tropodo 847 A
Mojokerto 321392056
7 SDIT Bina Insani Jl.Masjid Arrohman
Kediri 354671897
8 SDIT Al Hikmah Jl.Angsari Bence Garum
Blitar 342561489
9 SDI Nur Hikmah Jl Kampung Sawah
Bekasi 2184599572
10 SDI Ukhuwah Jl.Bumimas Raya H 12
Banjarmasin 5113266859
11 SDIT Bunga Bangsa Jl DI Panjaitan No 51
12 SDI Bakti Ibu Jl.Halmahera Madiun 351461955
13 SD Ummul Quro’ Jl.K.H. Sholeh Iskandar
1 Bogor 2517535753
14 Smart School Bekasi Jl Kecapi No 49 Jakarta 2178885945
15 SD Ruhama Perum Jati Jajar Depok 87743255
16 SD Al Kautsar Benowo Surabaya
17 MI Ma’arif NU Sunan Drajat
Jl. Sunan Drajat 74
Lamongan
18 SD Al Falah TP2 Wisma Tropodo FG 2
Waru Sda 8684277
19 SDIT Permata
Kraksaan
Perum Jati Asri 2 Blok
DD 10 Karksaan 0355 7606441
20 MI Tarbiyatun
Nasyiin
Pacal Gowang Diwek
Jombang 0321 861267
21 SD Plus Al Ishlah Jl. Raya Jember 17-18
Bondowoso 0322 7703374
22 SD Putra Harapan
Bangsa
Jl. Wonosari Lor 60
Surabaya 3728672
23 SDIT Al Ma’ruf Rungkut Mejoyo Selatan
VII/1 8474173
24 SD Muhammadiyah
22
Jl Kemlaten Baru 43
Surabaya 7666173
25 MI Mi’rojul Ulum Jotangan, Mojosari,
Mojokerto 0321 6994748
26 SD Juara Cimahi Gg Masjid Kompleks
Cijerah (022) 6217822
27 SDIT ‘Alamy Jl.Ki Hajar Dewantara
Subang (0260) 415467
28 SDIT Ar Ruhul Jadid Jl Wahidin Sudiro
Husodo 84 Jombang (0321)6235942
29 SD Fastabiqul
Khairat
Jl AW Syahrani RT 14
Samarinda 0541 7040301
suasana belajar yang baik dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai maupun dengan penyediaan alat belajar yang ada, serta pengaturan organisasi sedemikian rupa, ataupun pendekatan lain yang diperlukan. Semua dilakukan dengan kerjasama yang baik, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, wali siswa, dan masyarakat sekitar.
Dengan pentingnya manajemen pembelajaran tersebut, SDIT Bunga Bangsa merupakan salah satu institusi pendidikan dimana seorang pendidik dituntut untuk dapat menggunakan metode yang tepat sesuai dengan perkembangan usia anak. Menyadari pentingnya manajemen pembelajaran, SDIT Bunga Bangsa membekali para pendidiknya agar mampu mengelola kelas dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Baiknya pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah institusi ini.
SDIT Bunga Bangsa dalam menerapkan metode tersebut bertujuan menghasilkan model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa sendiri, melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan lingkungannya, serta mengembangkan kecerdasan jamak peserta didik. Variasi cara pembelajaran PAI tersebut, antara lain terdapat dalam beberapa program sekolah, antara lain :
1. Penanaman Aqidah Pagi (PAP)
Program ini dilandasi oleh pemikiran bahwa Pendidikan aqidah merupakan implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Sehingga dalam praktik pendidikannya, SDIT Bunga Bangsa memandang perlu membekali siswa/siswinya melalui wali kelas masing-masing memberikan pembelajaran untuk penanaman aqidah setiap hari sebelum pelajaran di kelas dimulai.
Beberapa contoh pemahaman aqidah yang diajarkan kepada siswa seperti, Pendidikan Ibadah, yang dimaksud yaitu pendidikan ketaatan beribadah pada anak yang dimulai dari shalat dhuha berjamaah bersama wali kelas masing-masing kemudian dilanjutkan dengan penyampaian aqidah dari wali kelas selama 15 menit.