• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diversitas Serangga Hama dan Predator pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Diversitas Serangga Hama dan Predator pa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Diversitas Serangga Hama dan Predator

pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di

Persawahan Desa Sukarami Kecamatan

Kota Agung Kabupaten Lahat

Oleh:

Irham Falahudin1, Dian Mutiara2, Amelia Lestari3

1. Dosen Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang, email: irham_71@yahoo.com.

2. Dosen Biologi Fak. MIPA Universitas PGRI Palembang

3. Mahasiswa Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang, email: mizz_simplicity@yahoo.com

ABSTRACT

Rice plants (Oryza sativa L.) is an annual plant that ecological conditions change often. The presence of insect pests and insect predators is very influential in rice plants. This study aims to determine the diversity of insect pests and predators in rice (Oryza sativa L.) in the Sukarami Village Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. The study was conducted from May to June 2013. Tools and material are: soil ph, GPS Garmin, basins, sample bottles, wipes, rope, tape measure, insect nets, emergent light, tweezers, scissors, killing bottle, luv, makroskop, camera, paper labels, stationery, and identification book. While the ingredients are: insects are caught, clean water, detergent, and alcohol 70%. This research use purposive sampling method with subplots measuring 10 m x 10 m by 4 plot. Sampling insects using insect nets and light traps. The research found 7 species of familia 5 and 3 orders for pest insects and 12 species of 6 familia and orders for insect predators. Data analysis using Shannon Wiener diversity index. Insect pest that has the highest density value is Leptocorisa oratorius species with density 0.62 and 46.41% relative density. While insect predators that have the highest density value is Orthetrum sabina with 0.07 density and relative density of 22.58%. Criteria values diversity index of insect pests and predators in rice fields Sukarami Village Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat is moderate, ie 1.4 for insect pests and 2.35 for insect predators. Insectarium of insect pests and predators in the form of dry curing is used as a medium of learning.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal dengan sebutan “Mega Biodiversity”, setelah negara Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25 % aneka spesies dunia berada di Indonesia, yang mana dari setiap spesies jenis tersebut terdiri dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik sehingga terdapat aneka gen dalam setiap individu. Biodiversitas di Indonesia meliputi jenis flora dan fauna. Biodiversitas menurut UU No 5 tahun 1994 adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya, termasuk ekosistem daratan, ekosistem perairan dan komplek ekologis termasuk juga diversitas dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya (Arief, 2001).

Ekosistem persawahan secara teoritis merupakan ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan ekosistem persawahan tidak hanya ditentukan oleh keanekaragaman struktur komunitas, tetapi juga oleh sifat-sifat komponen serta interaksi antar komponen ekosistem. Hasil penelitian mengenai kajian habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunitas persawahan ternyata beranekaragam (Untung, 1993).

(3)

yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami. Dengan demikian, perkembangan hama meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam (Tjahjadi, 2008).

Informasi yang terhimpun dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan ternyata hasilnya tidak sama mengenai diversitas serangga hama dan predator tanaman padi pada masing-masing daerah. Diversitas serangga hama dan predator tanaman padi di suatu daerah dipengaruhi oleh waktu, heterogenitas ruang, kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim, dan produktifitas. Keenam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman spesies dalam komunitas yang berbeda.

Umumnya serangga dari aspek yang merugikan manusia terdiri dari hama perusak dan pemakan tanaman pertanian. Sebenarnya jenis serangga perusak tidak banyak, diperkirakan kurang dari 1% dari semua jenis serangga yang terdapat dipermukaan bumi ini. Dengan mengenal serangga terutama biologi dan perilakunya maka dapat diharapkan lebih efisien dalam melakukan pengendalian kehidupan serangga yang merugikan (Borror, 1992).

Serangga hama memiliki daya merusak yang terdiri dari berbagai macam cara, yaitu menghisap, menggigit, menggerek, dan merusak titik tumbuh. Serangga juga terbagi dalam beberapa ordo, yang mana masing-masing ordo mempunyai ciri khas yang berbeda satu sama lain yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut (Sastrodihardjo, 1980).

(4)

diversitas serangga pada tanaman padi di daerah ini belum diteliti.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2013, bertempat di persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Biologi FakultasTarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, masing-masing titik sampel ditentukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilaksanakan survei dengan menentukan lokasi penelitian dan menjelajahi lokasi pengambilan sampel.

2. Pengambilan sampel serangga ditentukan dengan petak contoh utama berukuran 50 m x 50 m. Kemudian dibagi menjadi anak petak berukuran 10 m x 10 m sebanyak 25 petak. Anak petak yang menjadi sampling ditentukan 4 plot di keempat sisi petak contoh utama, seperti pada Gambar 7. 3. Penangkapan serangga yang aktif pagi hari dilakukan pukul

08.00 - 10.00 wib dengan menggunakan jaring serangga. Sedangkan, penangkapan serangga yang aktif malam hari dengan menggunakan perangkap light trap di mulai pukul 18.00 - 06.00 wib. Interval sampling dilakukan 2 kali seminggu selama sebulan.

4. Serangga yang didapat dimasukan dalam killing bottle yang berisi alkohol 70% yang diresapkan pada kapas, selanjutnya disimpan dalam botol sampel dan dipisahkan sesuai dengan plot masing-masing.

(5)

(Borror), luv, makroskop dan pinset yang berguna untuk mengamati morfologinya.

6. Bagian yang diamati meliputi warna tubuh dan morfologi tubuh yaitu: kepala, toraks dan abdomen.

Analisa Data

Serangga-serangga yang diperoleh pada setiap penangkapan dikumpulkan, dikelompokkan dan selanjutnya diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Frekuensi (F) Suatu Jenis Serangga:

Frekuensi menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2002).

Jumlah ditemukan suatu jenis serangga F =

Jumlah seluruh penangkapan

Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga:

Frekuensi relative menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 2002).

Nilai F suatu jenis serangga setiap penangkapan FR = x 100

%

Total jumlah seluruh serangga setiap penangkapan

Kepadatan (K) Suatu Jenis Serangga:

Kepadatan menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2002).

Jumlah individu jenis yang tertangkap K =

Jumlah penangkapan

Kepadatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga:

Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan

KR = x 100

%

Total individu dalam setiap penangkapan

(6)

Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam suatu kawasan digunakan indeks keanekaragaman jenis yang dikemukakan oleh Shanon dan Wiener (Michael, 1995), yakni:

H' = - Σ [(ni/N) ln (ni/N)] Keterangan :

H' = Keanekaragaman Jenis Serangga

ni = Jumlah Individu Tiap Jenis Serangga

N = Jumlah Total Individu Seluruh Serangga

Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman spesies. Besarnya nilai keanekaragaman spesies indeks Shannon Winner didefinisikan sebagai berikut:

 Keragaman jenis rendah bila H’ = < 1 (kondisi lingkungan

tidak stabil)

 Keragaman jenis sedang bila H’ = 1-3 (kondisi lingkungan

sedang)

 Keragaman jenis tinggi bila H’ = > 3 (kondisi lingkungan

stabil)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator) yang Teridentifikasi

Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan komposisi serangga hama dan serangga predator yang ditemukan pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Komposisi serangga hama dapat dilihat pada Tabel 1 dan komposisi serangga predator pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi Serangga Hama pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat

No Ordo Familia Spesies Nama Lokal

1 Hemipter

(7)

Pentatomi

dae Nezara viridulaL. Kepik Hijau 14 Scotinophara

dae Dysderuscingulatus KepikPucung Bapak 20 2 Lepidopt

era Pyralidae Tryporyzainnotata Penggerek Padi Putih 154 3 Orthopte

ra Tettigoniidae Sexava nubila BelalangPedang Ekor 7

Jumlah 53

5

Tabel 2. Komposisi Serangga Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat

No Ordo Familia Spesies Nama Lokal

1 Coleopter a

Coccinellidae Coleophora inaequalis Kumbang Kubah 14

Coelophora bisellata Kumbang Kubah 6

Coccinella transversalis Kumbang Kubah 8

Harmonia axyridis Kumbang Kubah 8

Micraspis discolor Kumbang Kubah 6

Curinus coeruleus Kumbang Kubah 10

Staphylinidae Paederus tamulus Tomcat 5

2 Mantodae Mantidae Hierodula vitrea Belalang Sembah 3 3 Odonata Coenagrionid

Libellulidae Orthetrum sabina Capung Badak 28

4 Orthopter

a Tettigoniidae Conocephalus sp. Belalang Bertanduk Panjang 6

Jumlah 13

4

(8)

Tabel 3. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Hama pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.

No Nama Spesies K KR

% F FR% H’

1 Leptocorisa

oratorius 248 0,62 46,41 1 25 0,36

2 Tryporyza innotata

154 0,385 28,82 1 25 0,36

3 Nezara viridula L. 14 0,035 2,62 0,25 6,25 0,09 4 Scotinophara

coartata

37 0,092 6,89 0,5 12,5 0,18

5 Scotinophara

lurida 55 0,137 10,25 0,5 12,5 0,23

6 Dysderus

cingulatus 20 0,05 3,74 0,5 12,5 0,12

7 Sexava nubila 7 0,017 1,27 0,25 6,25 0,06

Jumlah 535 1,336 100 4 100 1,4

Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR = Kepadatan relative; F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon

Tabel 4. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.

No Nama Spesies K KR

transversalis 8 0,02 6,45 0,5 10 0,17 4 Harmonia axyridis 8 0,02 6,45 0,2

5 5 0,17 9 Orthetrum sabina 28 0,07 22,5

(9)

11 Paederus tamulus 5 0,01

2 3,87 0,25 5 0,12 12 Conocephalus sp. 6 0,01

5 4,84 0,25 5 0,14

Jumlah 134 0,28

7 100 5 100 2,21

Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR = Kepadatan relative; F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon

2. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator) yang Teridentifikasi

Hasil pengamatan dan identifikasi ditemukan 7 spesies, 5 familia, dan 3 ordo yang berperan sebagai serangga hama dan 12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo yang berperan sebagai musuh alami (predator). Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa serangga hama dari 5 familia tersebut yaitu familia Alydidae dengan spesies Leptocorisa oratorius (walang sangit); familia Pentatomidae dengan spesies Nezara viridula, Scotinophara coartata, dan Scotinophara lurida; familia Pyralidae dengan spesies Tryporyza innotata (penggerek padi putih); familia Pyrrhocoridae dengan spesies Dysderus cingulatus (kepik bapak pucung); dan familia Tettigoniidae dengan spesies Sexava nubila

(belalang ekor pedang). Selanjutnya, pada Tabel 2 menunjukkan bahwa serangga predator dari 6 familia tersebut yaitu familia Coccinellidae dengan spesies Coleophora inaequalis, spesies

Coleophora bisellata, spesies Coccinellidae transversalis, spesies

(10)

Semua spesies yang ditemukan memang hidup pada tanaman padi (Oryza sativa L.) fase generatif dan memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya. Pada Tabel 3 dapat dilihat komposisi serangga hama lebih tinggi dari komposisi serangga predator. Hal ini didukung oleh pernyataan Noviar (2001) yang menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh kelimpahan pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Meskipun ditemukan serangga hama sebanyak 535 individu (Tabel 1), tetapi ditemukan juga serangga predator sebanyak 134 individu (Tabel 2).

Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, dan Frekuensi Relatif Serangga Hama dan Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Kepadatan merupakan jumlah individu suatu jenis per-satuan luas, kepadatan relatif merupakan persentase kepadatan suatu jenis terhadap kepadatan seluruh jenis. Ketinggian tempat dan keadaan air yang selalu menggenangi persawahan mendukung tingginya tingkat kepadatan populasi baik serangga hama maupun serangga predator.

(11)

rerumputan yang berada di sekitar sawah (Gambar 10). Jika efek pestisida sudah berkurang, walang sangit dewasa yang resisten akan kembali lagi. Hasil yang sama sejalan dengan penelitian Purnomo (2005) di pertanaman padi gogo di Natar Lampung Selatan bahwa kelimpahan populasi walang sangit diduga disebabkan oleh migrasi walang sangit, dua arah dari rerumputan ke tanaman padi dan sebaliknya. Dimana walang sangit biasanya berkembangbiak dengan baik di rerumputan . Siklus hidup walang sangit sekitar 35-56 hari, biasa aktif pada pagi dan sore hari. Waktu siang hari serangga ini bersembunyi dibawah tanaman atau rerumputan.

Untuk serangga predator yang memiliki kepadatan tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4, yaitu spesies Orthetrum sabina (capung badak) dengan kepadatan 0,07 dan kepadatan relatif 22,58%. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator dengan memangsa berbagai jenis serangga hama, seperti: penggerek batang padi (Tryporyza innotata) dan walang sangit (Leptocorisa oratorius). Tingginya kepadatan spesies

Orthetrum sabina karena faktor abiotik yang mendukung, yaitu air dan ketinggian tempat. Lokasi persawahan yang menjadi objek penelitian terletak pada ketinggian 747 dpl, merupakan sawah irigrasi dengan air yang mengalir sepanjang tahun. Hal yang sama dengan penelitian Achmad (2002), kehidupan spesies

Orthetrum sabina (capung badak) yang termasuk ordo Odonata memang tidak dapat dipisahkan dari air. Sebelum menjadi fase dewasa, capung hidup sebagai serangga air selama beberapa bulan hingga tahun dan hanya dapat bertahan hidup di dalam air yang bersih dan tidak tercemar.

(12)

spesies Leptocorisa oratorius (walang sangit). Selanjutnya, pada Tabel. 4 menunjukkan bahwa serangga predator yang memiliki nilai frekuensi tinggi mencapai 0,75 dengan frekuensi relatif 16,67% adalah spesies Orthetrum sabina (capung badak). Kehadiran serangga hama Leptocorisa oratorius dan serangga predator spesies Orthetrum sabina frekuensinya lebih tinggi disebabkan oleh perangkap yang digunakan, artinya perangkap yang digunakan cocok untuk menangkap serangga hama

Leptocorisa oratorius dan serangga predator spesies Orthetrum sabina.

Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya spesies-spesies yang mempunyai nilai frekuensi kecil memiliki pola penyebaran tidak merata. Hal ini dapat dilihat pada spesies Sexava nubila

(serangga hama) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan frekuensi relatif 6,25% dan spesies Hierodula vitrea (serangga predator) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan frekuensi relatif 5%. Letak lokasi penelitian yang bersebelahan dengan kebun kopi dan sawah yang lain, diduga menjadi penyebab perbedaan frekuensi serangga hama dengan predator. Banyak serangga yang makanannya berasal dari tanaman, berkembangbiak dan memiliki sarang di tanaman, bahkan bisa dikatakan bahwa salah satu fase dalam daur hidup serangga pasti berhubungan langsung dengan tanaman. Untuk itu keberadaan sawah-sawah yang berdekatan, dan tanaman budidaya jenis lain, mutlak diperlukan untuk menunjang keberadaan serangga-serangga predator.

3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Hama dan Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami

(13)

kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun terjadi gangguan terhadap komponen-komponennya. keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.

Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman Shannon Winner untuk serangga hama dan serangga predator dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Nilai indeks keanekaragaman serangga hama 1,4 dan serangga predator 2,21. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria komunitas serangga hama maupun predator adalah sedang, yaitu dengan kisaran 1 < H' < 3. Sejalan dengan hasil penelitian Dina (2004) yang mendapatkan nilai indeks keanekaragaman pada pertanian padi di Desa Jarangan dengan kriteria sedang. Kriteria sedang dalam komunitas serangga hama maupun predator di persawahan Desa Sukarami karena kemampuan serangga hama maupun serangga predator bertahan hidup, seperti serangga hama walang sangit yang dapat mengeluarkan bau untuk menghindari musuhnya (predator). Selain itu, keadaan persawahan yang dialiri air jernih mendukung serangga capung badak dapat bertahan hidup.

(14)

4. Hubungan antara Serangga Hama dan Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada serangga predator sebagai musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Serangga predator memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu serangga predator dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum. Predator juga merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa berbagai jenis mangsa dan memiliki daya cari (searching capacity) yang tinggi. Keuntungan dari serangga predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah populasi hama yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa alternatif. Kelemahan kecil pemanfaatan serangga predator adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian serangga hama.

(15)

akan berhenti. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh pada fluktuasi populasi serangga hama tanpa adanya campur tangan manusia. Sekali serangga predator mapan di suatu tempat maka untuk jangka lama mereka secara alami mengendalikan populasi mangsanya.

5. Pemanfaatan Insektarium Serangga Hama dan Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) sebagai Media Pembelajaran Biologi

(16)

sering mengadakan koleksi yang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.

Pemanfaatan insektarium sebagai media pembelajaran Biologi diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam mempelajari dan memahami pelajaran tentang serangga dan peranannya bagi kehidupan. Peserta didik juga dapat mengembangkan ketrampilannya dengan melakukan koleksi serangga sendiri dan menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Diversitas Serangga Hama dan Predator pada tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Serangga hama yang ditemukan ada 7 spesies, 5 familia,

dan 3 ordo. Sedangkan serangga predator yang ditemukan ada 12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo.

2. Nilai kriteria indeks keanekaragaman baik serangga hama maupun serangga predator adalah sedang, yaitu 1,4 untuk serangga hama dan 2,21 untuk serangga predator. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, ketinggian tempat, keterbatasan makanan, dan vegetasi lingkungan.

Saran

Agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang serangga hama dan predator di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan

Kabupaten Lahat dengan menggunakan perangkap yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

74:19-31. Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah. Sahari, Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011).

Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika. Jurnal Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 17-26

Anonim. 1970. “Rice Production Manual”. Revised Edition. Los Banos: UPCA-IRRI, Philippines. 382 p. Dalam A. Karim Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi

Tanaman Padi. Jurnal.

http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009 _itkp_11.pdf. Diakses 22/05/2013 pukul 10:42 wib.

Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta: Kanisius. Dalam Abadi Pramana Pelawi. 2009. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Beberapa Ekosistem di Areal Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera Utara.

Asyhar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.

Jakarta: GP Press.

Baehaki. 1992. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi.

Bandung: Penerbit Angkasa.

Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Terjemahan Oleh Soetiyono Partoseodjono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Budidaya Pertanian. 2000. Padi (Oryza sativa L.). Jakarta: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS.

Chang, Te-Tzu and E.A Bardenas. 1976. “The Morphology and Varietal Caharacteristics of the Rice Plant. Technical”

Bulletin 4. The International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines. Dalam A. Karim Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf. Diakses 22/05/2013 pukul 10:30 wib.

Christina, L.S., Subyanto, Sulthoni, Achmad., dan Siwi, S.S. 2003.

Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius

(18)

Sons.618 p. Dalam A. Karim Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf. Diakses 22/05/2013 pukul 10:35 wib.

Dewani, M. 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) di Lahan Kering. J. Habitat. Sci. 12(3): 32-38. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.

Skripsi.Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.

Firmanto, Bagus Herdy. 2011. Sukses Bertanam Padi Organik.

Bandung : Angkasa

Hadi, Tarwotjo, dan Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heinrichs, E.A., Aguda, R.M., Barrion, A.T., Bharathi, M., Chelliah, S., Dalle, D., Gallagher, K.O., Kritani, K., Litsinger, J.A., Loevinsohn, M.E, Naba, K., and Rombach, M.C. 1994.

Biology and Management of Rice Insects. New Delhi, India: International Rice Research Institute - Willey Eastern. Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah. Sahari, Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011). Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika. Jurnal Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 17-26

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung :ITB

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Krebs, J.C. 1989. Ecology Methodology. New York: Herper Collins Peblisher.

Litsinger, J. A., Shepard, dan Barrion. A. T. 1987. Serangga-Serangga, Laba-Laba dan Patogen yang Membantu.

(19)

Mahmud, Taufiq. 2006. Identifikasi Serangga di Sekitar Tumbuhan Kangkungan (Ipomoeas crassicaulis Roob). Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R, Koester. Jakarta: UI-Press.

Natawigena, Hidayat. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit orba sakti. Bandung.

Noviar, P dkk. 2007. Daya Mangsa Predator Micropis crocea Mulsant. Dalam Seragih, Agustina. 2008. Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Tanaman Stroberi (Fragari sp.) di Lapangan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera Utara Medan.

Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono Samingan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Oka, I. D. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pielou, E.C. 1975. Ecology Diversity. John Wipley & Sonts, Inc. New York. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.

Skripsi.Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.

Purnomo. 2005. Pengamatan Hama Utama dan Keanekaragaman Arthropoda pada Pertanaman Padi Gogo di Ntara Lampung Selatan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Lampung.

Puspita, L., Ratnawati, E., Suryadiputra, N., & Meutia, A. 2005.

Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor: Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Riyanto. 2010. Penilaian Insektarium sebagai Media Pembelajaran Materi Klasifikasi Seranggga pada Mata Kuliah Entomologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsri. Skripsi. Univ. Sriwijaya Palembang.

(20)

Sastrodihardjo. 1980. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: ITB Bandung.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Steenis, Van 2008. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Suin, M.N. 2002 Metoda Ekologi. Padang: Univ. Andalas Press. Dalam Abadi Pramana Pelawi. 2009. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Beberapa Ekosistem di Areal Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera Utara.

Tjahyadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.

Yogyakarta: UGM Press. Dalam Taufiq, Mahmud. 2006.

Identifikasi Serangga di Sekitar Tumbuhan Kangkungan (Ipomoeas crassicaulis Roob). Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi Kedua. Yogyakarta: UGM Press. Dalam Eva, Kurnia. 2008.

Keanekaragaman Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.

Wirakusumah, Sambas. 2002. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: UIP

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science.

International Rice Institute. Los Banos, Philippines.p.3-6. Dalam Makarim, Karim, A dan Suhartatik, E. 2009.

(21)

BIODATA

Nama : Irham Falahudin, S.Pd. M.Si. NIP : 19711002 199903 1 002

Tempat, Tgl Lahir : Bengkulu, 2 Oktober 1971 Pangkat/Gol. Ruang : Penata Tk I/ III.d/Lektor Jabatan : Ketua Jurusan Pend. Biologi

(22)

Alamat Kantor : Jl. Prof. KH. Zainal Abidin Fikri KM 3,5 Palembang 30126

Alamat Rumah : Komp. Citra Kencana 2 Blok B.6 RT 57/13 Kel. Kebun Bunga KM. 9 Palembang 30152

Telp. Kantor : 0711 353276

Telp. Rumah/HP : 0711 7422864/ 0813 746 65651

Hasil Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah

1. Komposisi Dan Struktur Komunitas Hewan Permukaan Kelas 1.2 SLTPN 8 Bengkulu. Skripsi 1998.

3. Pengelolaan Sampah Masyarakat Perkotaan dalam Dimensi Ekologi Budaya (Tamaddun, No. 1/Vol V/2005)

4. Prospek Pendidikan Sains pada Perguruan Tinggi Islam: Rencana Pengembangan IAIN Raden Fatah Palembang menjadi UIN serta Pengembangan Program Studi Baru. (Mimbar Akademik, No. 2 Vol. 1/2005)

5. Budaya Instan Masyarakat Terhadap Teknologi: Dampak Teknologi Rekayasa Genetik bagi Perlindungan Hukum Keanekaragaman Hayati dan Permasalahan Lingkungan. (Tamaddun, No. 1 Vol. VII/2007)

6. Perkembangan Teori Evolusi dalam Perspektif Sains Modern dan al-Qur'an. (Mimbar Akademik, No. 1 Vol. 3/2007)

7. Manusia Sebagai Makhluk Sosial, Biologis Dan Kultural Dalam Tinjauan Teori Sosiobiologi Dan Kebudayaan (Studi Tentang Sejarah Perkembangan Asal-Usul Manusia ) (Tamaddun, No. 2 Vol. VII/2008)

8. Inovasi Pendidikan Mengajar Berbasis ICT Dalam Proses Belajar.(Jurnal STITQ Vol I/2009)

9. Prospek Pendidikan Umum Pada Institusi Perguruan Tinggi Islam (Studi Kasus Pada Pembentukan Jurusan Tadris Di Iain Raden Fatah Palembang) (Jurnal Akademik Vol. /2009)

10. P

(23)

Workshop Penelitian Naskah Peserta IAIN

RF-Palembang 07-09-2005 Simposium Internasional -“-

UNAND-Padang 12-09-2005 Bedah Buku Nasional -“- IAIN IB

Gambar

Tabel 2. Komposisi Serangga Predator pada Tanaman Padi (Oryzasativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan KotaAgung Kabupaten Lahat
Tabel 3. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, FrekuensiRelatif,  dan  Indeks  Keanekaragaman  Serangga  Hamapada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan DesaSukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.

Referensi

Dokumen terkait

Pencegahan terhadap terjadinya reaksi antara dinding bagian dalam dengan zat yang dimasukkan, maka autoclave ini harus inert terhadap larutan (solvent).. sangat

colleagues have reported on a meta-analysis of many observational studies relating total homocysteine concentration to atherosclerotic vascular disease, of which 11

Menurut Sutrisno (2010), budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan- tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif bertentangan dengan tujuan- tujuan perusahaan. Dalam

Terampil menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, mengisayaratkan bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya berkutat pada keterampilan berbahasa

Kedua, halaqah artinya lingkaran. Halaqah merupakan institusi pendidikan Islam setingkat dengan pendidikan tingkat lanjutan atau college. Sistem ini merupakan gambaran

Kapasitas adsorpsi zeolit alam Ende terhadap zat warna biru metilena diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV- Vis Shimadzu 1700, kandungan logam Fe yang terlarut

Data mengenai timbulan,densitas, komposisi, dan kadar air sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di PPNS.. Data