• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS Thi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS Thi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

“PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (Think-Pair-Share)

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN

OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR KELAS VII SLTP GEMA’45

SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat berpengaruh dalam dunia pendidikan.

Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan

yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari

negara maju, sehingga sebagai negara berkembang seperti negara Indonesia ini perlu

menyamakan diri dengan negara maju lainnya.

Dengan perkembangan teknologi ini pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di

bidang pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kualitas ini

dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan tenaga profesionalisme,

tenaga pendidik, dan peningkatan mutu anak didik. Dalam meningkatkan mutu pendidikan,

penguasaan materi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan guru dan

siswa karena mencakup nilai – nilai aspek dalam pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu dalam mengembangkan

diri siswa dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu

(2)

yang terjadi, menuju arah yang lebih baik. Pendidikan ini dapat berupa pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:1).

Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan

metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa, dan konteks

pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Inti dari pembelajaran adalah siswa yang belajar.

Dalam pembelajaran di sekolah aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman

konsep dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. Jika

konsep dasar dimiliki murid secara salah, maka sukar untuk memperbaiki kembali, terutama

jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal – soal matematika. Jika murid bersifat

terbuka masih ada harapan untuk memperbaikinya sebelum siswa menerapkannya dalam

menyelesaikan soal – soal matematika. Namun jika murid bersifat tertutup, maka kesalahan

itu akan dibawa terus sampai pada suatu saat mereka menyadari bahwa konsep – konsep yang

mereka miliki adalah keliru. Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana siswa

memahami konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam

menyelesaikan soal – soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan. Gambaran

permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna

meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep – konsep matematika.

Kurikulum yang sedang digalakkan sekarang adalah KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan).KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan

penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). Dimana KTSP di berlakukan secara bertahap

mulai tahun ajaran 2006 memberikan keleluasan kepada guru dan sekolah (Lembaga Tingkat

Satuan Pedidikan) untuk mengembangkannya. Guru dan sekolah di berikan kebebasan untuk

(3)

penyusunan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, kegiatan belajarnya lebih mengacu peran aktif siswa. Sehingga diharapkan siswa

itu sendiri yang berusaha memperoleh pengetahuan.

Dalam hal ini Peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika untuk diterapkan. Karena dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), siswa dihadapkan pada

masalah-masalah nyata yang ada di lingkungan serta mengajarkan mereka berdiskusi atau belajar

secara berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator bagi siswa. Sehingga aktivitas belajar

siswa khususnya aktivitas mental siswa dapat teramati oleh guru. Melalui pembelajaran ini

diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang bermakna dan menumbuhkan motivasi

siswa sehingga pembelajaran matematika dapat terlaksana secara optimal.

Langkah dalam model pembelajaran tipe TPS ini adalah membagi kelompok yang

terdiri dari dua orang anggota dalam satu kelompok dengan tingkat kemampuan yang

berbeda. Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) ini dapat diterapkan dalam kelas

yang besar dan juga tidak perlu waktu yang lama untuk pembentukan kelompok. Dengan cara

mengelompokkan siswa secara berpasangan akan lebih mudah dan banyak waktu bagi siswa

dalam berpikir dan merespon serta berpartisipasi dalam pelajaran. Selain itu juga akan

memperkecil peluang siswa untuk tidak aktif dalam pelajaran.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka dapat diidentifikasikan

rumusan masalah. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apakah ketuntasan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan diterapkannya model

(4)

2. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe

TPS terhadap siswa di SLTP Kelas VII ?

3. Bagaiman respon siswa di SLTP Kelas VII dengan di terapkannya model kooperatif tipe

TPS ?

C.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan rumusan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan :

1. Mendeskripsikan bahwa model kooperatif tipe TPS mampu diterapkan dalam

pembelajaran khususnya pada materi pokok bentuk aljabar di kelas VII SLTP

2. Mendeskripsikan apa yang menjadi argument siswa dari materi yang mereka dapatkan

pada materi pokok bentuk aljabar di kelas VII SLTP

3. Respon siswa terhadap pembelajaran didefinisikan secara operasional sebagai pendapat

senang/tidak senang komponen pembelajaran yang dikembangkan, kesediaan siswa

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika.

D.

Pembatasan masalah

Adapun hal – hal yang membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Respon siswa adalah tanggapan siswa saat kegiatan belajar mengajar.

2. Kemampuan matematika siswa dalam pembelajaran dibatasi pada kemampuan untuk

menguasai materi pelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran koopertif tipe

(5)

E.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Manfaat yang

diharapkan peneliti adalah:

1. Sebagai masukan kepada guru matematika tentang cara meningkatkan pembelajaran yang

efektif melalui pendekatan kooperatif tipe TPS.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Proses Belajar Mengajar

7

Menurut Morgan (Ratumanan, 2004: 1) belajar dapat didefinisikan setiap perubahan

tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Selanjutnya

ada yang mendefinisikan: “Belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud belajar

berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada

individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,

minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah

laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah di katakan bahwa belajar itu sebagai

rangkaian kegiatan jiwa raga, Psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kogitif, afektif, dan

psikomotorik (Sardiman, 2007: 21) Sementara itu menurut Usman (2007: 5) belajar diartikan

sebagai proses perubahan tingkah laku individu berkat adanya interaksi antara individu dan

individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata “perubahan” yang berarti

bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku,

baik aspek pengetahuan, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa

menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak

sopan menjadi sopan.

Kata “Teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris yaitu taecan. Kata ini berasal

dari bahasa Jerman kuno. Taikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti

(7)

perlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol, penggunaan tanda atau

symbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai

kejadian (Sanjaya, 2006: 94). Selanjutnya ada yang mendefinisikan,” Mengajar adalah suatu

proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa

sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar” (Sudjana,

2005: 29). Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral

yang cukup berat. Mengajar juga merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat

“unik” tetapi “sederhana”. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang

belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di

dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena

mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati

oleh siapa saja (Usman, 2007:6). Jadi mengajar adalah suatu proses penyampaian informasi

atau pengetahuan kepada siswa dan diharapkan siswa aktif dan akan dapat memahami serta

melaksanakan apa yang diberikan oleh guru.

Proses dalam pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen yang

terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan

untuk mencapai tujuan (Usman, 2007: 5). Dari definisi-definisi belajar dan mengajar tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu guru dan siswa dalam hal ini guru sebagai pembimbing dan siswa

sebagai obyek bimbingan saling berinteraksi yang mengakibatkan perubahan sikap dan

tingkah laku pada siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

B.

Model Pembelajaran

Sidarti (dalam Sony, 2006: 10) menyatakan bahwa model adalah cara yang teratur dan

(8)

komponen dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa model adalah kerangka yang

memiliki langkah-langkah atau prosedur tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas menurut Joyce (dalam Trianto,

2007: 5). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita

ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga

tujuan tercapai.

Adapun jenis – jenis model pembelajaran dilihat dari segi keefektifannya yaitu :

1. Model pembelajaran klasikal

o guru menjelaskan definisi

o membuktikan rumus

o memberi contoh

o member soal latihan

2. Model pembelajaran individual

Model pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual.

Adapun pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri:

o Siswa belajar secara tuntas.

o Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.

o Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sistem yang mutlak.

o Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.

Salah satu model pembelajaran individual yang sangat populer adalah modul.

Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang

(9)

3. Model pembelajaran kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk

bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau

mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama

Jadi, model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang memiliki prosedur yang

sistematis yang digunakan oleh para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merancang

dan melaksanakan aktivitas pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar perancang

pembelajaran dan pengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun definisi model pembelajaran menurut para ahli pendidikan antara lain:

a. Menurut Suherman (2001: 8), “ model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi

siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas

b. Menurut Kardi (2003: 11), “ model pembelajaran menggambarkan suatu sintaks yang

pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran”

c. Menurut Nur (2003: 3), “ model pembelajaran yaitu model pembelajaran menunjukkan

suatu pembelajaran tertentu yang meliputi tujuannya, dan system pengelolaan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu

pola, ragam atau rancangan yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di

kelas

C.

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan

(10)

kelompok atau satu tim. Slavin (dalam Isjoni, 2007: 17) menyebutkan pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat

itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu

seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar

mengajar, guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa

dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar

sesama siswa.

Isjoni (2007: 16) menyatakan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah suatu

pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar

yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang

lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pembelajaran

Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara

kelompok dalam mencapai tujuan.

Agar pembelajaran kooperatif lebih efektif, maka perlu ditanamkan pula pada diri

siswa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:

1. Siswa harus dapat memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompok seperti terhadap dirinya

sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapinya.

3. Siswa dalam kelompok harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang

sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan juga tanggung jawab yang sama besarnya diantara

(11)

5. Siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap

evaluasi anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama

belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi dalam kelompok

kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif ini menekankan adanya kerja sama, saling

ketergantungan dan menghormati pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan satu penghargaan bersama.

Berdasarkan unsur-unsur yang ada, maka pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

mereka.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Menurut Ibrahim,(2000: 2) semua model mengajar termasuk di dalamnya model

pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

penghargaan (reward).

1. Struktur Tugas

Struktur tugas mengacu pada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan

dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Struktur tugas berbeda sesuai

dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat di dalam pendekatan pengajaran tertentu:

misalnya beberapa pelajaran menghendaki siswa duduk pasif sambil menerima informasi dari

ceramah guru. Pelajaran lain menghendaki siswa mengerjakan LKS dan pelajaran lain lagi

(12)

2. Struktur Tujuan

Struktur tujuan suatu pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan

siswa pada saat mereka mengerjakan tugas.

Terdapat 3 macam struktur yang telah diidentifikasi, yaitu:

a. Struktur Tujuan Individualistik (Perorangan)

Pencapaian tujuan yang tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung

pada baik buruknya pencapaian orang lain.

b. Struktur Tujuan Kompetitif (Persaingan)

Pencapaian tujuan yang terjadi bila seorang siswa dapat mencapai sudut tujuan dan hanya

jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap usaha-usaha yang

dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan saingan bagi individu

lainnya.

c. Struktur Tujuan Kooperatif (Kerjasama)

Pencapaian tujuan yang terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka. Hanya jika siswa

lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan akan tercapai

apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-sama.

3. Struktur Penghargaan

a. Struktur Penghargaan Individualistik (Perorangan)

Terjadi apabila suatu penghargaan itu bisa dicapai oleh siswa manapun tidak bergantung pada

pencapaian individu lain.

(13)

Terjadi apabila penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingan dengan

orang lain.

c. Struktur Penghargaan Kooperatif (Kerja sama)

Situasi dimana upaya individu membantu individu lain mendapat penghargaan.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan, yaitu

(Ibrahim, 2000: 7):

1. Hasil Belajar Akademik

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep yang sulit. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih akan menjadi tutor pada

siswa yang memiliki kemampuan kurang.

2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas

terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun

ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas

bersama.

3. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif yang ketiga yaitu untuk mengajarkan kepada

siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki

karena di dalam masyarakat setiap manusia saling bergantung satu sama lainnya dan

kehidupan masyarakat secara budaya semakin beragam.

Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif

Adapun tahap-tahap model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

(14)

Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif

pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demokrasi atau lewat bahan

bacaan. Tahap 3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan secara efisien.

Tahap 4 Membimbing

kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempersentasikan hasil belajarnya.

Tahap 6 Memberikan penghargaan.

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil individu dan kelompok.

(Ibrahim, 2000: 10)

Dalam Model Pembelajaran kooperatif terdapat empat pendekatan yaitu: (Ibrahim,

2000:20)

1. STAD (Student Teams Achievement Dimension)

Dalam model ini terdiri dari kelompok-kelompok heterogen yang tiap kelompok terdiri dari

4-5 siswa dan setiap anggota dalam kelompok saling membantu satu sama lain belajar dengan

menggunakan materi pelajaran, kemudian secara berkala diadakan kuis individu, yang dapat

digunakan sebagai skor perkembangan.

(15)

Dalam model ini terdiri dari kelompok-kelompok heterogen yang setiap kelompok terdiri dari

5-6 siswa setiap anggota tim bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran

yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman

sekelompoknya yang lain.

3. Investigasi Kelompok (IK)

Dalam kelompok ini terdiri dari kelompok heterogen yang setiap kelompok terdiri dari 5-6

siswa, dalam model ini siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat merencakan baik topik

untuk dipelajari maupun prosedur yang digunakan.

4. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen, dkk (Ibrahim, 2000). Pendekatan ini

memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini

dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana

guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah

mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu

dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada

penghargaan individual. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share (TPS)

dan numbered-head-together (NHT).

Dalam Think-Pair-Share (TPS), kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2

siswa. Prosedur dalam Think-Pair-Share (TPS) memberikan siswa waktu lebih banyak untuk

berpikir, menjawab dan saling bekerjsama.

Sehingga Think-Pair-Share (TPS) dapat digunakan oleh guru yang menginginkan siswa

mendalami apa yang telah dijelaskan atau dipahami.

Sedangkan Numbered-Head-Together (NHT), kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang

(16)

digunakan guru untuk mengecek pemahaman mereka atas materi yang telah diajarkan.

Numbered-Head-Together (NHT) menunjukkan kesiapan setiap siswa, karena guru menunjuk

siswa secara acak berdasarkan label siswa.

Pada tabel 2.2 di bawah ini akan ditunjukkan perbedaan-perbedaan keempat

pendekatan dalam pembelajaran kooperatif (Ibrahim, 2000: 20):

Tabel 2.2.

Perbedaan 4 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW KELOMPOK

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas

(17)

tes essay Pengakuan Lembar

pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

D. Model Pembelajaran Tipe TPS (Think-Pair-Share)

Strategi Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Strategi Think-Pair-Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu

tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lymann dan koleganya di Universitas

Maryland. Arends (dalam Trianto, 2007: 61), menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS)

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk

mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam

Think-Pair-Share (TPS)dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan

saling membantu. Selain itu interaksi dalam kelompok, makin besar kelompok, makin kurang

intensif interaksi dan makin lama kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

itu, pendekatan struktural tipe Think-Pair-Share (TPS) ini dipilih untuk diterapkan dalam

penelitian ini.

Dalam pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), siswa di kelompokkan

secara berpasangan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Adapun

langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) adalah sebagai berikut:a

Tahap 1 : Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa

menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan pertanyaan atau masalah tersebut

secara individu/ mandiri untuk beberapa saat.

(18)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan

permasalahan pada tahap pertama. Pada tahap ini diharapkan siswa berbagi jawaban bila

sudah diberi pertanyaan atau berbagi ide jika permasalahan yang ada telah teridentifikasi oleh

masing-masing siswa sehingga pada akhirnya mereka dapat menentukan kesepakatan.

Secara normal biasanya guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk

berpasangan.

Tahap3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap ini guru meminta pasangan siswa untuk berbagi hasil diskusi yang telah mereka

bicarakan kepada teman satu kelas. Ini efektif dilakukan secara bergiliran sampai seperempat

pasangan mendapat kesempatan untuk melapor.

(19)

F.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

(Think-Pair-Share)

Menurut Ranak Lince model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TPS

mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya:

Tabel 2.3

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatuf Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Kelebihan Model Pembelajaran

(20)

 Memberikan lebih banyak waktu

kepada siswa untuk berpikir dan saling membantu dalam menuntaskan materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

 Membantu meningkatkan

hubungan yang lebih diantara siswa, juga secara bersamaan dapat

meningkatkan kemampuan akademik siswa.

 Memerlukan biaya dan waktu yang

relatif banyak.

 Apabila banyak siswa dalam kelas

sangat besar, maka guru akan kesulitan dalam membimbing siswa secara keseluruhan.

G. Contoh Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

(Think-Pair-Share) Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar

Pada dasarnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dam memotivasi siswa

Dalam fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tentang kegiatan

belajar yang akan dilakukan dan guru menjelaskan pada siswa bahwa mereka akan belajar

dan bekerja dalam kelompok. Kemudian guru memberikan contoh dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menggunakan sub pokok bahasan yang akan dibahas

(pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar), dengan harapan siswa akan merasa bahwa

kegiatan pembelajaran yang akan mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi

kehidupan mereka.

Fase II: Guru menerangkan materi secara singkat

Pada fase 2 guru menerangkan materi secara singkat kemudian guru memberikan pertanyaan

yang berhubungan dengan materi operasi hitung bentuk aljabar yang telah dijelaskan kepada

siswa, dan guru menyuruh siswa untuk memikirkan jawaban daripada pertanyaan itu secara

mandiri dalam beberapa saat (tahap 1 atau Thinking).

Fase III: Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Setiap anggota

(21)

Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Saat para siswa bekerja dalam kelompok guru membimbing siswa bekerja dan belajar

Fase V: Evaluasi

Guru mengadakan evaluasi bagi siswa dengan cara menyuruh setiap pasangan untuk

mempresentasikan apa yang telah dibicarakan dengan pasangannya (Tahap Sharing).

Fase VI: Memberikan penghargaan

Setelah sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk menyajikan hasil

diskusinya, guru menerapkan fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu memberikan

penghargaan. Sehingga siswa akan merasa bangga atau puas atas hal yang telah dicapai.

H.

Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

1. Teori Motivasi

Dalam Ratumanan (2004: 84), “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam

belajar memiliki dorongan yang besar untuk melakukan aktifitas belajar atau memberikan

respon positif terhadap aktifitas pembelajaran yang diikuti. Sebaliknya siswa yang memiliki

motivasi rendah akan mengikuti aktifitas pembelajaran dengan tidak serius.

Menurut teori motivasi, tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh

sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

demikian, motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri individu yang menyebabkan

individu tersebut melakukan sesuatu.

Adapun motivasi di bagi menjadi dua bagian kalau dilihat dari faktor kemunculannya

yaitu motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Contoh motivasi Intrinsik adalah seorang siswa dengan senang hati belajar matematika

(22)

oleh suatu kebutuhan yang datangnya dari dalam diri siswa tersebut. Sedangkan contoh

motivasi Ekstrinsik dapat berupa pujian, nilai, pengakuan, hadiah atau penghargaan orang

lain. Misalnya seorang siswa sekuat tenaga berusaha untuk mencapai nilai ujian yang terbaik

karena ingin dipuji oleh teman-teman dan gurunya.

Pada pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think Pair Share (TPS), pujian dan

pemberian skor merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang mendorong siswa untuk

melakukan usaha belajar dan mencapai hasil belajar.

2. Teori Konstruktivis

Menurut Martin, et al (1994) dalam Ratumanan (2004: 105), “Elemen kunci dari teori

konstruktivis adalah bahwa orang belajar secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan

mereka sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya dan

menggunakanannya untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baru.

Piaget (dalam Budiningsih, 2005: 35), juga mengatakan bahwa siswa secara aktif

bertanggung jawab dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka

sendiri sebagai pengembangan intelektualnya. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus

menerus tumbuh dan berubah pada siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa

mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.

I.

Keefektifan Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif berarti ada efeknya

(akibatnya,pengaruhnya,kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil.

Menurut Mulyasa (2004: 82) keefektifan adalah adanya kesesuaian antara orang yang

melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, serta bagaimana suatu organisasi berhasil

(23)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di kemukakan bahwa keefektifan berkaitan dengan

terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya

partisipasi aktif dari anggota. Dengan demikian keefektifan merupakan suatu konsep yang

sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseoarang

dalam mencapai tujuan.

Ketercapaian keefektifan model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

dalam penelitian ini di dasarkan pada 4 aspek, yaitu 1) ketuntasan hasil belajar siswa tercapai,

2) Aktivitas siswa Aktif, 3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat di

kategorikan baik dan 4) respon siswa positif. (Depdiknas, 2004: 38)

keefektifan pembelajaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Kualitas pembelajaran, adalah seberapa besar informasi yang disajikan sehingga siswa

dengan mudah dapat menpelajarinya

2. Kesesuaian tingkat pembelajaran, adalah sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan

siswa untuk mempelajari materi baru

3. Insentif, adalah seberapa besar usaha guru dalam memotivasi siswa untuk mengerjakan

tugas dan mempelajari materi yang diberikan

4. Waktu, lamanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang

diberikan. Pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan

waktu yang ditentukan

Keempat faktor tersebut harus diterapkan dengan baik oleh guru dalam pembelajaran, agar

kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik.

Dalam penelitian ini keefektifan difokuskan pada aspek dibawah ini :

(24)

Guru merupakan salah satu peran aktif yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sebab guru

adalah pelaksana utama pembelajaran dikelas.

2) Aktivitas Siswa

Dalam pembelajaran Kooperatif, siswa dituntut untuk aktif mengambil bagian agar

pengetahuan dari materi yang diajarkan menjadi informasi miliknya sendiri. Aktivitas siswa

sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran baik bersifat fisik

maupun mental.

3) Pengelolaan Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan

memberi fasilitas belajar bagi siswa yang mencapai tujuan.

Adapun peranan guru dalam pembelajaran kooperatif/kelompok terdiri dari 1) pembentukan

kelompok, 2) perencanaan tugas kelompok, 3) pelaksanaan dan 4) evaluasi hasil belajar

kelompok.

 Kegiatan Pembelajaran

I. Persiapan

II. Pelaksanaan

a) Pendahuluan

 Menyampaikan sub indikator pembelajaran

 Memotivasi siswa

 Menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan

b) Kegiatan Inti

 Mempresentasikan materi pelajaran

 Tahap Think (berpikir) : Mengajukan LKS kepada siswa dan meminta siswa memikirkan

(25)

 Tahap Pair (berpasangan) : Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar secara

berpasangan.

 Membimbing siswa mengerjakan LKS

 Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran dan mendorong dilakukannya keterampilan

kooperatif oleh siswa.

 Memberi petunjuk dan membimbing kepada kelompok yang mengalami kesulitan.

 Tahap Share (berbagi) : Membimbing siswa dalam menyajikan hasil diskusi kelompok.

 Membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.

 Memberikan resitasi atau umpan balik

c). Penutup

 Mengumumkan pengakuan atau penghargaan.

 Membimbing siswa membuat rangkuman.

III.Pengelolaan Waktu

IV.Suasana kelas

 Siswa antusias

 Guru antusias

 Berpusat pada siswa

 Berpusat pada guru

4) Respon atau Minat Siswa

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik bentuk tes uraian

maupun objektif. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain angket dan

wawancara. Angket atau wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai

(26)

Kelebihan angket dari pada wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu,

tenaga dan biaya. Sedangkan kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih

bila pertanyaan kurang tajam memungkinkan siswa berpura-pura.

J. Ruang Lingkup Materi

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar dari materi operasi hitung bentuk aljabar adalah:

Standar Kompetensi : memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

Kompetensi Dasar : memahami bentuk aljabar dan unsur – unsurnya

Melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi bentuk

aljabar yang disampaikan di kelas VII SLTP Gema ‘45 Surabaya.

Indikator Hasil Pembelajaran:

 Menyelesaikan operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan) suku sejenis dan tak sejenis.

K. Penelitian Terdahulu

Penulisan sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) diantaranya :

1. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok statistika siswa

kelas IX SMP Islam Darussalam Surabaya” oleh Amik Sunarlijah

Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,

aktivitas siswa, pengalaman pembelajaran dan respon siswa dikatakan tuntas atau baik

2. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think pair share materi

pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 5 Surabaya” oleh Endang Sutrasmi

Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,

(27)

3. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi fungsi di kelas VIII

SMP Negeri 4 Sidoarjo” oleh Heni Iliyanti

Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,

aktivitas siswa, pengalaman pembelajaran dan respon siswa dikatakan tuntas atau baik

Berdasarkan penelitian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa memberikan

suatu gambaran pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) efektif untuk

menguatkan penelitian ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Prosedur penelitian

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif yang

bertujuan untuk menggambarkan data yang berupa angka-angka hasil perhitungan rata-rata

(28)

guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam

pembelajaran matematika, hasil belajar dan respon siswa dengan kata-kata atau kalimat untuk

memperoleh kesimpulan.

2) Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Permohonan izin ke sekolah yaitu SLTP Gema ’45 Surabaya

a. Materi yang akan diteliti yaitu materi operasi hitung bentuk aljabar

b. Waktu yang digunakan dalam penelitian

c. Yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) adalah teman sejawat dari program studi pendidikan matematika, sedangkan

peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti juga dibantu oleh dua pengamat yaitu satu

pengamat untuk mengamati pengelolahan pembelajaran dan satu pengamat lagi untuk

mengamati aktivitas siswa.

3. Menyusun sendiri instrumen penelitian yang tersedia dari lembar pengamatan

pengelolahan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual, lembar aktivitas

siswa, angket respon siswa dan soal tes hasil belajar siswa.

4. Menyusun sendiri perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pembelajaran (RP)

dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Tahap 2 : Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Penerapan perangkat pembelajaran dan pengisian lembar pengamatan dalam proses

(29)

2. Pemberian tes dan lembar angket siswa

Tahap 3 : Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Menganalisis data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan dengan menganalisa data tes

evaluasi, pengelolahan pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran dan respon siswa

dalam pembelajaran

2. Menyimpulkan data analisis

Tahap 4 : Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Mengumpulkan hasil data yang diperoleh pada tahap analisis, yang terdiri dari data hasil

tes akhir, pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran dan respon siswa

dalam pembelajaran.

2. Menyusunan laporan yang berisi hasil data tersebut, kemudian dilaporkan dalam bentuk

tulisan dalam skripsi ini

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Gema ‘45 Surabaya dengan subyek penelitiannya

(30)

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan desain “One Shoot Case

Study” yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu kepada

subyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pendeskripsian hasil pengamatan terhadap

pengelolahan pembelajaran, aktivitas siswa dalam perlakuan, serta respon siswa dan hasil

belajar siswa sesudah perlakuan tersebut.

Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam pola berikut :

X ====> O

Keterangan :

X : treatment atau perlakuan

O : hasil observasi selama dan sesudah treatment

Treatment atau perlakuan yang dimaksud yaitu penerapan model pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan kontekstual. Sedangkan hasil observasinya yaitu pengamatan

terhadap pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual serta aktivitas siswa selama

perlakuan dan pemberian tes hasil belajar serta angket respon siswa sesudah perlakuan.

D. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Rencana Pembelajaran (RP)

Rencana pembelajaran disusun untuk digunakan guru sebagai skenario pembelajaran

yang akan dilaksanakan dikelas yang telah di tentukan dalam penelitian ini. RP ini terdiri dari

Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator pencapaian hasil belajar, kelengkapan

materi pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan di kelas. Dalam

(31)

oleh peneliti dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan guru bidang

studi matematika yang bersangkutan.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa ini digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu

siswa mencapai indikator pembelajaran. LKS diberikan setelah guru menerangkan materi

yang akan dipelajari dan peneliti membuat 3 LKS selama penelitian. LKS ini disusun oleh

peneliti sesuai dengan materi yang akan diteliti dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada

dosen pembimbing dan guru bidang studi matematika yang bersangkutan.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Lembar Pengamatan

a. Lembar Pengamatan Pengelolahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

dalam Pembelajaran matematika.

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

dalam pembelajaran matematika.

Aspek - aspek pada istrumen ini meliputi aspek persiapan, pelaksanaan, pengelolaan waktu,

teknik bertanya guru, dan suasana kelas

b. Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam

pembelajaran matematika

Kategori pengamatanaktivitas siswa :

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman.

(32)

3. Menulis yang relevan dengan KBM.

4. Mengerjakan LKS untuk menemukan pemecahan masalah yang terkait dalam materi

(Inkuiri).

5. Bertanya atau berdiskusi antar siswa dalam kelompok secara berpasangan (masyarakat

beloajar, bertanya).

6. Bertanya atau berdiskusi antara siswa dengan guru (bertanya).

7. Menyajikan hasil diskusi kelompok (pemodelan).

8. Menanggapi pertanyaan atau pendapat atau jawaban hasil diskusi kelompok lain.

9. Merangkum materi yang telah dipelajari.

10. Berperilaku yang tidak sesuai dengan KBM.

2. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika. Bentuk angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket terbuka dimana siswa menjawab pertanyaan

pada angket dengan disertai alasannya

3. Soal Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap

materi pembelajaran dan untuk memperoleh ketuntasan belajar siswa. Tes ini diberikan

kepada siswa setelah pelaksanaan dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dalam pembelajaran matematika. Soal tes disusun dalam bentuk subjektif dengan

tujuan untuk menghindari adanya spekulasi dalam menjawab soal, mengurangi adanya

kerjasama antar siswa dan melatih siswa menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan

ide-ide mereka sendiri.

(33)

Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka perolehan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan :

1. Metode Pengamatan

Data ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah data aktivitas siswa dan data pengelolaan

pembelajaran. Untuk memperoleh data pengelolahan pembelajaran, ditempuh dengan

melakukan pengamatan terhadap guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika. Pengamatan dilakukan oleh dua

pengamat yang masing-masing membawa lembar pengamatan pengelolahan pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika.

2. Metode Angket

Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan dengan cara menyiapkan lembar angket

respon siswa untuk dibagikan kepada siswa. Lembar angket dibagikan dan diisi oleh siswa

setelah kegiatan pembelajaran dan tes akhir dalam rencana materi yang akan diajarkan.

3. Metode Tes

Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data berupa skor tes

hasil belajar siswa. Cara pengambilan skor, adalah sebagai berikut :

1) Bila jawaban benar dan setiap langkah sesuai dengan alternative jawaban maka akan

diberikan skor siswa dengan skor setiap langkah pada alternatif jawaban.

2) Bila langkah penyelesaian tidak sama dengan alternatif jawaban tetapi jawaban benar

maka tetap diberi skor penuh.

3) Bila soal dikerjakan dengan cara yang benar tetapi tidak sempurna atau salah seperti

kesalahan dalam menghitung, maka skor dikurangi sesuai dengan skor pada langkah yang

salah.

(34)

Data ini diperoleh dari tes akhir yang dilakukan setelah proses pembelajaran materi

yang selesai diterapkan.

G. Metode Analisis Data

Data hasil penelitian ini akan diolah dengan analisis kualitatif.

1. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar

Untuk menganalisa data hasil belajar digunakan pernyataan sebagai berikut : secara individu

seorang siswa dikatakan telah berhasil menyerap pelajaran apabila skor yang diperoleh paling

sedikit 75. Apabila tingkat keberhasilan siswa kurang dari 75 maka dikatakan siswa tersebut

belum berhasil menyerap pelajaran yang diberikan (Depdiknas, 2004: 39).

Berdasarkan peryataan berikut, maka peneliti dapat menyatakan rumus sebagai berikut : P=

Keterangan :

P = Persentase keberhasilan belajar

Suatu kelas dinyatakan telah mencapai tingkat keberhasilan dalam belajar jika P ≥ 75%

Seorang siswa dinyatakan berhasil dalam belajar jika skor yang diperoleh

≥ 65%

Seorang siswa dinyatakan belum berhasil dalam belajar jika skor yang diperoleh ≤ 65%.

2. Analisis Data Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dalam Pembelajaran Matematika.

Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dianalisis dengan mendiskripsikan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Skala penelitian kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran ini dibuat peneliti dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4 dengan

(35)

a. Nilai 1 untuk kategori tidak baik.

b. Nilai 2 untuk kategori kurang baik.

c. Nilai 3 untuk kategori baik.

d. Nilai 4 untuk kategori sangat baik.

Data yang diperoleh dianalisis dengan cara menghitung rata-rata

setiap aspek dari banyak pertemuan yang dilaksanakan. Kemudian nilai rata-rata tersebut

dikonfersikan dengan kriteria sebagai berikut :

Keterangan :

Ps : persentase aktivitas siswa setiap aspek

A : banyaknya aktivitas siswa setiap aspek

n : banyaknya aktivitas siswa secara keseluruhan

3. Analisis Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan siswa dianalisis dengan mendeskripsikan aktifitas selama

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata frekuensi setiap kategori pada setiap pertemuan dari laporan

pengamat

b. Mencari presentase setiap kategori dengan cara membagi besarnya frekuensi dengan

jumlah frekuensi, kemudian dikalikan 100% untuk setiap kategori.

c. Mencari rata-rata presentase untuk semua pertemuan

Adapun kategori pengamatan aktifitas siswa tersebut yaitu :

(36)

b. Membaca atau memahami masalah dalam LKS

c. Menulis yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar

d. Mengerjakan LKS untuk menemukan pemecahan masalah yang terkait dalam materi

e. Bertanya atau berdiskusi antar siswa dalam kelompok secara berpasangan

f. Bertanya atau berdiskusi antar siswa dengan guru

g. Menyajikan hasil diskusi kelompok

h. Menanggapi pertanyaan atau pendapat atau jawaban hasil diskusi kelompok lain

i. Merangkum materi yang akan dipelajari

j. Berperilaku yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar

Selanjutnya ditentukan kriteria aktivitas siswa :

a. Aktivitas aktif

Indikator aktivitas siswa aktif adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan

guru, mengerjakan LKS, berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru, berdiskusi /

bertanya antar siswa, menyajikan hasil diskusi kelompok dan menanggapi pertanyaan /

pendapat teman

b. Aktivitas pasif

Indikator aktivitas siswa pasif adalah berperilaku yang tidak relevan dengan KBM

dan menulis yang tidak relevan terhadap KBM

4. Analisis data respon siswa

Respon siswa terhadap komponen-komponen kegiatan pembelajaran dikelompokkan

dalam kategori setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang, jelas atau tidak jelas,

menarik atau tidak menarik, dan baru atau tidak baru dan disertai dengan alasannya. Data

respon siswa dianalisis dengan presentase respon siswa yaitu jawaban dihitung presentasenya

(37)

Keterangan :

P = Persentasenya tiap jawaban responden dari angket

f = Banyaknya jawaban responden tiap butir

n = Banyaknya respondens

Persentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TPS pada setiap aspek

yang berada pada kategori senang, baru, jelas, menarik dan setuju lebih dari 65%, sehingga

dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) adalah positif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini, akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian dan hasil-hasil penelitian serta pembahasan terhadap hasil penelitian

tersebut.

A. Prosedur Pelaksanaan

Tahap I : persiapan penelitian

1. Penelitian melakukan survei ke sekolah tempat penelitian yaitu SMP Gema 45 Surabaya

pada tanggal 29 Mei 2010 sekaligus minta izin untuk melakukan penelitian tersebut. Pada

tanggal 29 Mei 2010 pihak sekolah secara resmi menerima pengadaan penelitian dan

kemudian Kepala Sekolah pada tanggal 29 Mei 2010 mempertemukan Peneliti dengan Guru

bidang studi matematika SMP Gema 45 Surabaya, dan untuk selanjutnya kegiatan penelitian

(38)

2.

48

Peneliti membuat kesepakatan dengan Guru bidang studi matematika mengenai materi yang

akan diteliti yaitu Operasi Hitung Bentuk Aljabar, dan waktu yang digunakan dalam

penelitian yaitu 3 – 5 kali tatap muka dalam pelajaran untuk menyampaikan materi dan satu

pertemuan untuk tes dan angket respon siswa, dan yang menjadi guru dalam penelitian adalah

peneliti dan yang menjadi pengamat dalam penelitian adalah teman sejawat dari program

studi pendidikan matematika dan guru matematika SMP Gema 45 Surabaya.

3. Peneliti menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar pengamatan pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), lembar pengamatan aktivitas siswa,

angket respon siswa, soal tes hasil belajar serta perangkat pembelajaran yang terdiri dari

Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Lembar Latihan Lanjutan.

4. Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru bidang studi matematika untuk

mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, antara lain :

o Menentukkan kelas menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian dipilih secara acak dari

seluruh kelas VII yang ada di SMP Gema 45 Surabaya, karena berdasarkan informasi dari

guru, pembagian kelas tidak berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Siswa berkemampuan

tinggi, sedang dan rendah tersebar di 8 kelas yang ada. Kelas yang menjadi subyek penelitian

ini adalah kelas VII – A

o Mengetahui jadwal pelajaran matematika kelas VII – A yang digunakan untuk penelitian

yaitu setiap hari kamis jam 3 – 4.

5. Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru matematika SMP Gema 45 Surabaya untuk

meminta izin bahwa peneliti akan bertindak sebagai guru dan guru matematika SMP Gema

45 Surabaya bertindak sebagai pengamat dan membahas instrumen penelitian dan perangkat

(39)

Tahap II : Pelaksanaan Penelitian

Guru melaksanakan pembelajaran koperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) sebanyak 3 kali

pertemuan. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut :

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pertemuan

ke-Hari / tanggal Materi

1. Kamis / 26 Agustus 2010 Bentuk aljabar

2. Kamis / 02 September 2010 Operasi hitung bentuk aljabar

3. Sabtu / 04 september 2010 Pengambilan data intrumen

penelitian

Selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, diadakan pengamatan terhadap kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa, Pengamatan terhadap kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dilakukan teman sejawat dari

program pendidikan matematika dan guru matematika SMP Gema 45 Surabaya.

Tahap III : Analisis Data

Data yang akan dianalisis oleh peneliti yang dilakukan oleh para pengamat yaitu teman

sejawat dan guru pembimbing matematika di sekolah yang mengamati pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), aktivitas siswa ditempuh dengan

melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika berlangsung dan

menganalisis data dari siswa yang berupa respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) dan soal tes hasil belajar siswa. Data yang diperoleh dalam

penelitian dianalisis sesuai dengan metode analisis yang digunakan oleh peneliti

B. Data Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok

(40)

Tabel 4.2

Hasil Pengamatan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS)

No Aspek yang diamati Pertemuan ke Rata – rata

Fase 1 : menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.

1. menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Memotivasi siswa dengan

mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan pengetahuan awal siswa

3,5

3,5 3,53 33 3,333,17

3,25

INTI

Fase 2 : Menyajikan Informasi 1. Menyampaikan materi pelajaran Tahap 2 : Thinking

2. Mengajukan pertanyaan atau masalah konstektual yang berkaitkan dengan materi melalui LKS

Fase 3 : mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Tahap Pairing

3. mengatur siswa dalam kelompok –

kelompok belajar secara berpasangan 3,5 4 3,5 3,67 Fase 4 : membimbing kelompok bekerja dan

belajar

4. membimbing siswa mengerjakan

LKS 3,5 4 3,5 3,67

5. mendorong dan melatih siswa melakukan keterampilan kooperatif

6. mengamati kelompok secara bergiliran

4 4 4 4

7.memberikan bantuan kepada

kelompok yang mengalami kesulitan 4 4 4 4 Fase 5 : evaluasi

Tahap Sharing

(41)

melalui persentasi hasil diskusi

kelompok 3 3,5 3,5 3,33

9. Membimbing siswa dalam diskusi

antar kelompok

3,5 3,5 3,5 3,5

10.Memberikan umpan balik 3 3 3 3

PENUTUP

1. memberikan siswa membuat

rangkuman materi 3 3 3,5 3,17

3,33

Fase 6 : memberikan penghargaan

2. memberikan penghargaan 3,5 3,5 3 3,33

3.membimbing siswa melakukan refleksi tentang cara belajar, cara guru mengajar, dan materi yang te telah dipelajari

3,5 3 3 3,17

4.memberikan penghargaan 4 4 3 3,67

PENGELOLAAN WAKTU 3 3 3 3 3

PENGAMATAN SUASANA KELAS 3,72

1. berpusat pada siswa 3,5 4 3,5 3,67 2. antusias siswa 4 3,5 3,5 3,67

3. antusias guru 4 4 3,5 3,83

RATA – RATA 3,34

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pada tahap pendahuluan, dari tiga

kalipertemuan diperoleh rata-rata 3,25. Nilai rata-rata ini menunjukkan bahwa kemampuan

guru dalam mengkomunikasi tujuan pembelajaran dengan baik dan dapat memotivasi siswa

dengan mengkaitkan mata pelajaran dengan dunia nyata dan pengetahuan awal siswa. Pada

tahap kegiatan inti diperoleh rata-rata 3,40, dan nilai ata-rata ini termasuk kategori baik

sehingga bisa dikatakan bahwa kegiatan inti tersebut terlaksana dengan baik, sedangkan

untuk tahap penutup juga terlaksana dengan baik dengan nilai rata-rata 3,33. Hal ini berarti

kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sudah baik.

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa aspek pengelolaan waktu memperoleh nilai rata-rata

3,00. Hal ini menunjukkan bahwa guru mampu mengelola waktu pembelajaran dengan baik.

Untuk pengamatan suasana kelas, diperoleh nilai rata-rata 3,72 dngan kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tercipta suasana

pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa aktif dalam mengikuti kegiatan

(42)

dari aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Selain itu didukung juga oleh antusias

guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).

Dari tiga kali pertemuan yang telah dilaksanakan, selama kegiatan pembelajaran guru

telah menerapkan tahap-tahap pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), dimana dapat diketahui

dari tabel tahap-tahap pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)yang muncul. Tahap-tahap

tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Ketika guru mengajukan pertanyaan atau masalah konstektual yang berkaitan dengan

materi melalui LKS, dari ketiga pertemuan muncul tahap-tahap pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) yaitu Thinking dengan nilai rata-rata yaitu 3,33 yang termasuk dalam kategori

baik

2. Ketika guru mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar secara berpasangan, dari

ketiga pertemuan muncul tahap-tahap pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) yaitu Pairing

dengan nilai rata-rata yaitu 3,67 yang termasuk dalam kategori baik

3. Ketika guru mengevaluasi hasil kerja kelompok melalui presentasi hasil diskusi

kelompok, dari ketiga pertemuan muncul tahap-tahap pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

yaitu Sharing dengan nilai rata-rata yaitu 3,33 yang termasuk dalam kategori baik

Secara keseluruhan, berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui rata-rata hasil

pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Share (TPS) selama tiga kali pertemuan adalah sebesar 3,34, dan berdasarkan

kriteria kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dikategorikan baik.

C. Data hasil pengamatan aktivitas siswa

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam tiga kali pertemuan terhadap

aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), diperoleh data

(43)

Tabel 4.3

Hasil Pengamatam Aktivitas Siswa Selama Pambelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

No Kategori pengamatan siswa Persentase aktivitas siswa (%)

Pertemuan ke

Rata-2 Membaca atau memahami

masalah dalam LKS 11,11 10,42

3 Menulis yang relevan dengan

KBM 11,46 11,81 12,50 11,92

4 Mengerjakan LKS untuk

menemukan pemecahan masalah yang terkait dalam materi

(Inkuiri)

14,93 17,36 22,22 18,17

5 Bertanya atau berdiskusi antar

siswa dalam kelompok secara berpasangan (masyarakat beloajar, bertanya)

15,28 17,01 16,67 16,32

6 Bertanya atau berdiskusi antara

siswa dengan guru (bertanya)

7 Menyajikan hasil diskusi

kelompok (pemodelan)

8 Menanggapi pertanyaan atau

pendapat atau jawaban hasil diskusi kelompok lain

9 Merangkum materi yang telah

dipelajari

10,76 11,11 10,53

10 Berperilaku yang tidak sesuai

dengan KBM

Pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa waktu yang paling banyak selama kegiatan

(44)

atau teman sebesar 19,91%. meskipun aktivitas siswa mendengarkan / memperhatikan

penjelasan guru atau teman paling dominan bukan berarti guru mendominasi pembelajaran,

karena aktivitas tersebut meliputi mendengarkan ketika guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan

pengetahuan awal siswa, menyampaikan informasi tentang materi pelajaran dan LKS,

mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, serta memberikan pertanyaan

kepada siswa pada waktu salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, maka

kelompok yang lain otomatis mendengarkan secara seksama dan begitu juga pada waktu

siswa bersama-sama guru merangkum materi otomatis siswa lain mendengarkan secara

seksama. Dengan demikian, aktivitas siswa yang paling dominan muncul adalah

mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru atau teman, kemudian diikuti dengan

mengerjakan LKS untuk menemuka pemecahan masalah yang terkait dengan materi,

bertanya / berdiskusi antar siswa dalam kelompok secara berpasangan, menulis yang relevan

dengan KBM, merangkum materi yang telah dipelajari, bertanya / berdiskusi antara siswa

dengan guru, menanggapi pertanyaan / pendapat / jawaban hasil diskusi kelompok lain dan

menyajikan hasil diskusi kelompok. Sedangkan 2,43% dari waktu yang tersedia adalah

perilaku yang tidak sesuai dengan KBM.

D. Data hasil belajar siswa

Dari tes yang telah diberikan kepada siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif

tipe TPS pada materi pokok operasi hitung bentuk aljabar selesai, diperoleh data hasil belajar

sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil Tes Siswa pada Materi Pokok Bahasan Bentuk Aljabar

No

(45)

2 53 Tuntas 23 66 Tuntas

3 46 Belum Tuntas 24 93 Tuntas

4 80 Tuntas 25 60 Belum Tuntas

5 46 Belum Tuntas 26 80 Tuntas

6 80 Tuntas 27 66 Tuntas

7 86 Tuntas 28 66 Tuntas

8 66 Tuntas 29 53 Belum Tuntas

9 86 Tuntas 30 66 Tuntas

10 86 Tuntas 31 80 Tuntas

11 73 Tuntas 32 66 Tuntas

12 80 Tuntas 33 86 Tuntas

13 66 Tuntas 34 80 Tuntas

14 80 Tuntas 35 60 Tuntas

15 53 Belum Tuntas 36 73 Tuntas

16 46 Belum Tuntas 37 93 Tuntas

17 93 Tuntas 38 73 Tuntas

18 93 Tuntas 39 73 Tuntas

19 73 Tuntas 40 73 Tuntas

20 53 Belum Tuntas 41 66 Tuntas

21 80 Tuntas 42

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, subyek penelitian adalah 41 siswa dan dapat dilihat

bahwa dari 41 siswa kelas VII-A SMP Gema 45 Surabaya yang mendapat skor 65 adalah

sebanyak 33 siswa atau sebesar 80,48 % dari banyaknya siswa, sedangkan banyak siswa yang

memperoleh skor < 65 adalah 8 siswa atau sebesar 19,5 % dari banyaknya siswa. Hal ini

berarti 80,48 % siswa telah berhasil dalam belajar. Berdasarkan kurikulum KTSP dikatakan

bahwa kelas VII-A SMP Gema 45 Surabaya pada materi pokok operasi hitung bentuk aljabar

telah mencapai tingkat klasikal, maka pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dinyatakan

tuntas.

E. Data hasil angket respon siswa

Dari hasil pengambilan data respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TPS

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.5

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

No Uraian Persentase Respon

(46)

I Bagaimana perasaan kalian

II Bagaimana perasaan kalian

terhadap materi pelajaran?

Senang Tidak

senang

Positif

89 11

III Bagaimana pendapat kalian

mengenai model pembelajaran

IV Bagaimana perasaan kalian

terhadap suasana belajar di kelas?

Senang Tidak

senang Positif

76 24

V Bagaimana perasaan kalian

terhadap pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS)?

Jelas Tidak

jelas Positif

86 14

VI Bagaimana perasaan kalian

terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS)?

menarik Tidak

menarik

Positif

81 19

VII Bagaimana perasaan kalian jika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berikutnya menggunakan pembelajaran seperti yang telah kalian ikuti?

Setuju Tidak

setuju

Positif

86 14

VIII Bagaimana pendapat kalian jika mata pelajaran lain diajarkan dengan model pembelajaran yang sama seperti yang telah kalian ikuti?

Setuju Tidak

setuju

Positif

84 16

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa 97% siswa menyatakan senang

selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan juga dengan

materi pembelajarannya. Siswa juga menyatakan Baru terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan presentase 70% dan juga Baru terhadap

suasana belajar dikelas dengan persentase 76%.

Pada tabel 4.5 tersebut juga dapat diketahui bahwa 86% siswa menyatakan jelas

terhadap pertanyaan yang da pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu 81% siswa

(47)

Mengajar (KBM) berikutnya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dan jika mata pelajaran yang lain diajarkan dengan model pembelajaran yang sama

dengan persentase masing-masing yaitu 86% dan 84%.

Berdasarkan tabel 4.5, persentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) pada setiap aspek yang berada pada kategori senang, baru, jelas,

menarik dan setuju lebih dari 65%, sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap

Gambar

Tabel 2.2.
Tabel 2.3Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatuf Tipe
Tabel 4.3
Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Tabel 4.5Think-Pair-Share (TPS)

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan dan penerapan alat mesin pemotong mekanis otomotis yang dilengkapi dengan motor pengaduk pada Kerupuk Rambak Dwi Joyo diharapkan dapat mereduksi waktu

pengecekan pada antar muka Abis yang menghubungkan BTS dengan BSC. Apabila terjadi kekurangan sumber daya pada link tersebut maka perlu diberikan. penambahan besar

Perawat merasakan kepuasan tersendiri ke- tika berhasil menolong pasien sekaligus ada rasa ketidakpuasan terhadap hasil kerja yang dilakukan, selain itu perawat juga merasakan

Konsep pengendalian hama penggerek batang padi dilakukan diversifikasi varietas unggul dan pergiliran tanaman pada satu hamparan, Ketahanan tanaman inang, dapat bersifat : (1)

Sehubungan dengan Persetujuan Hasil Evaluasi Kualifikasi dari General Manager Nomor : CL.IN.01.01.187 tanggal 25 April 2016, dengan ini kami sampaikan PENGUMUMAN

By inviting their audiences to get to the bottom of their narrative enigmas, conspiratorial television shows encourage precisely such a behavior – and user

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Lending income associated with a 100 basis points margin for the basic rate of charge, service charges, commitment fees and surcharges yields potential reserve accumulation of