ISSN: Agustus 2019
“Sudirman Hotel”
Hotel Bintang Empat di Bandung dengan Penerapan
Regionalism Architecture
Rifky Rama Herlambang
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung
Email: rifkyrherlambang@gmail.com
ABSTRAK
Indonesia khususnya Bandung sedang mengalami transformasi berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Bandung sebagai destinasi wisata yang marak dikunjungi oleh turis lokal dan mancanegara menuntut tersedianya fasilitas akomodasi penginapan hotel. Seringkali pembangunan hotel yang masif tidak memperhatikan bentuk arsitektur yang konteks terhadap wajah kawasannya, hal tersebut berdampak pada hilangnya identitas kawasan akibat keterputusan arsitektur yang dulu dan yang baru. Arsitektur regionalisme dapat menjadi penghubung antara arsitektur kontemporer (baru) dan lokal yang konteks dengan lingkungan dan sumberdaya setempat. Prinsip arsitektur regionalisme diterapkan kedalam arsitektur Kota Bandung yang khas dengan ‘art deco’ lalu dikemas kedalam bentuk yang lebih modern dengan tujuan untuk memberikan identitas khas bagi bangunan hotel maupun kawasan. Ekspresi gaya ‘art deco’ diterapkan dengan elemen garis untuk memperkuat kesan streamline’ pada fasad bagian podium dan ‘tower’ hotel yang berkarakter vertikal dan horizontal. Desain pada interior hotel juga berusaha memperkuat gaya arsitektur regionalisme ini dengan dominasi warna putih dan dekoratif ‘art deco’.
Kata kunci: hotel, arsitektur regionalisme, art deco. ABSTRACT
Indonesia in particular Bandung is undergoing a transformation based on rapid economic growth. Bandung as a tourist destination that is frequented by local and foreign tourists demanding the availability of hotel accommodation accommodation facilities. Often massive hotel development does not pay attention to architectural forms that are contextual to the face of the region, this has an impact on the loss of regional identity due to the interruption of the old and new architecture. Regionalism architecture can be a link between contemporary (new) architecture and local contexts with the local environment and resources. The principle of regionalism architecture is applied into the typical Bandung city architecture with art deco and then packaged into a more modern form with the aim of providing a distinctive identity for hotel buildings and regions. Art deco expressions are applied with line elements to strengthen the streamlined impression on the facade of the podium and hotel tower with vertical and horizontal characteristics. The design of the hotel interior also seeks to strengthen the architectural style of this regionalism with the dominance of white and decorative art deco.
1. PENDAHULUAN
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan pusat segala aktivitas baik ekonomi, perdagangan, jasa, dan industri, sehingga Bandung selalu menjadi destinasi untuk segala aktifitas kota, baik skala nasional maupun internasional, hal tersebut membuka peluang masuknya wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Kota Bandung. Pertumbuhan jumlah wisatawan ke Kota Bandung dewasa ini meningkat hingga 8,9 %. Ketersediaan hotel merupakan salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perkembangan kepariwisataan Kota Bandung. Upaya untuk mengembangkan dunia kepariwisataan dapat ditunjang oleh ketersediaan hotel merupakan unsur pendukung yang sangat dominan.
Kebutuhan wisatawan akan hotel akan semakin meningkat seiring bertumbuhnya jumlah wisatawan ke Kota Bandung, namun hal tersebut tidak diimbangi oleh ketersediaan jumlah kamar hotel yang tersedia di Kota Bandung. Jumlah hotel berbintang di Kota Bandung tercatat hingga 2019 sebanyak 288 buah, yang dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang diproyeksikan hingga 10 tahun ke depan. Kekurangan jumlah hotel ini menjadi salah satu faktor membangun proyek sebuah City hotel
untuk menjadi penunjang kegiatan turisme dan berbisnis di Kota Bandung.
Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, berikut makanan dan minuman [1]. City hotel
adalah hotel yang di bangun di pusat sebuah kota disebut city hotel karena didasarkan pada penggolongan hotel menurut lokasinya. Lokasi yang ditunjuk dalam proyek ini adalah Jalan Jendral Sudirman yang merupakan kawasan pusat kota yang dekat ke berbagai destinasi wisata Kota di Bandung. Keberadaan city hotel yang sesuai dengan kebutuhan dan mencerminkan ciri khas kota diharapkan dapat memberikan fasilitas akomodasi penginapan bagi masyarakat dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung untuk sementara waktu baik untuk kepentingan berwisata, bisnis, dan sebagainya juga meningkatkan perekonomian daerah dan negara dengan menciptakan lapangan kerja baru, juga mendukung aktivitas pariwisata khususnya Kota Bandung (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Tapak
(Sumber: diolah dari https://www.google.co.id/maps/place/jalan-sudirman - diakses tanggal 18 Februari 2019)
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Metode Pendekatan Perancangan
Metode pendekatan perancangan yang digunakan dalam perancangan Sudirman Hotel ini adalah metode
five steps design process yakni tahap identifikasi masalah tentang hotel yang mencakup tujuan, lingkup proyek, dan penentuan permasalahan, tahap persiapan dengan mengumpulkan data, tahap pengajuan proposal tentang cara pemecahan sederhana terhadap desain dari hasil analisis kedalam suatu konsep rancangan, tahap evaluasi berupa diskusi dari hasil pengajuan konsep rancangan dan pengajuan
2.2 Identifikasi Lokasi
Lokasi tapak berada di Jalan Jendral Sudirman yang terletak di kawasan dengan tata guna lahan sekitar yang beragam. Kawasan ini terdiri dari area komersial, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, permukiman padat, sarana olaraga, dan peribadatan. Lokasi tapak berdekatan dengan tata guna lahan yang cukup lengkap sehingga dibangunnya City hotel di Jalan Jendral Sudirman ini dapat menjadi potensi yang baik ditambah lagi fungsi sekitar tapak didominasi oleh bangunan komersial sehingga dapat mendukung aktivitas berbisnis bagi pengguna hotel.
Nama Proyek : Sudirman Hotel
Fungsi Bangunan : Hotel Bintang Empat
Luas Lahan : 6.900 m²
KDB : 70%
KLB : 5,6
KDH Minimum : 20%
GSB : 15 m (dipergunakan sebagai ruang terbuka hijau publik)
Lokasi tapak berada ditengah-tengah kawasan komersial berupa pertokoan dan perkantoran sehingga dapat menunjang aktivitas berbisnis pengguna hotel, selain itu tapak dilalui oleh dua jalan yaitu Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Cibadak, sehingga dapat mempermudah aksesibilitas menuju tapak. Kendala lain pada tapak ini dikelilingi oleh area komersial maka tapak merupakan titik kemacetan yang cukup tinggi pada jam-jam padat (Gambar 2).
Gambar 2. Tata Guna Lahan Sekitar Tapak
(Sumber: diolah dari https://www.google.co.id/maps/place/jalan-sudirman - diakses tanggal 18 Februari 2019)
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Elaborasi Tema
Tema yang diterapkan pada Sudirman hotel adalah arsitektur regionalisme merupakan salah satu aliran arsitektur yang muncul sekitar tahun 1960-an bersamaan dengan munculnya arsitektur post-modern, merupakan usaha untuk menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan lokal [3].
Keterangan Site Komersial Permukiman Sarana Pendidikan Sarana Peribadatan Sarana Kesehatan Sarana Olahraga Pemerintahan
Regionalisme juga bisa disebut peleburan gaya arsitektur lama dan baru. Bermula dari munculnya arsitektur modern yang berusaha meninggalkan masa lampaunya, meninggalkan ciri serta sifat-sifatnya. Periode bertikutnya mulai timbul usaha untuk mempertautkan antara arsitektur lama dan baru akibat adanya krisis identitas pada arsitektur. Aliran-aliran tersebut antara lain adalah tradisionalisme, regionalisme, dan post-modernisme. Secara prinsip, tradisionalisme timbul sebagai reaksi terhadap tidak adanya kesinambungan antara yang lama dan yang baru, regionalisme merupakan peleburan/ penyatuan antara yang lama dan yang baru [4]. Sedangkan post-modern berusaha menghadirkan yang lama dalam bentuk universal. Skema tema dan konsep bangunan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Elaborasi Tema
Elaborasi Tema
City hotel Jalan Sudirman Arsitektur Regionalisme
Mean
City hotel merupakan hotel yang berlokasi di perkotaan termasuk pada city hotel, diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara
Merupakan lokasi pembangunan City hotel, merupakan kawasan komersial Kota Bandung yang berada di pusat kota
Arsitektur regionalisme mewakili reaksi murni terhadap kebutuhan bangunan melalui desain yang paling cocok dalam hal tipologi, bahan, skema warna, genre arsitektur, bahasa, dan bentuk spasial yang disesuaikan dengan lokasi setempat. Arsitektur regionalis dipengaruhi oleh konsep arsitektur yang menggabungkan arsitektur lama dan baru
Problem Menyediakan fasilitas akomodasi penginapan yang dapat memfasilitasi pengunjung hingga 10 tahun ke depan Merancang bentuk massa bangunan yang sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungan sekitar sehingga memungkinkan pengolahan bangunan sesuai
Perencanaan bangunan dan pembagian ruangan untuk area public, service, dan private
Lokasi site berada di kawasan dengan sirkulasi yang padat
Merupakan kawasan kota lama
Menggabungkan arsitektur lama dan baru untuk menciptakan karakter pada bangunan
Menggabungkan arsitektur regional Bandung (art deco), arsitektur lokal juga arsitektur kontemporer ke dalam sebuah bentur arsitektur yang baru
Menerapkan konsep arsitektur regional baik pada denah, warna, fasad, lanskap hingga ornamen
Fact
City hotel terletak di Jalan Sudirman Bandung berada di kawasan kota lama
Memiliki 2 akses jalan yaitu Jl. Sudirman dan Jl. Cibadak
Kawasan sekitar site memiliki pedestrian yang baik dan terawat
Memiliki 2 akses jalan yaitu Jl. Sudirman dan Jl. Cibadak
Arsitektur lokal erat kaitannya dengan potensi alam, ciri khasnya adalah penggunaan atap miring dengan tujuan sebagai peneduh bagi bangunan
Bentuk dalam gaya art deco pada dasarnya adalah geometris seperti persegi yang tersusun dalam suatu pola
Elemen fisik maupun non fisik bangunan (arsitektur regionalisme) diterapkan dalam bentuk modern
Need
Membutuhkan desain yang dapat memenuhi standar hotel bintang 4, memiliki karakter dan menghidupkan kawasan
Menyediakan ruang terbuka hijau pada site yang terintegrasi dengan pedestrian kota
Desain bangunan yang menunjukkan ciri khas kawasan, sejarah, budaya arsitektur Indonesia, khususnya Bandung dengan memperhatikan warisan budaya, potensi lokal serta sejarahnya
Goal
City hotel mampu mewadahi aktivitas pengguna bangunannya yang fasilitasnya sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas hotel sehingga mencapai keuntungan yang maksimal
Menjadikan bangunan City hotel sebagai fasilitas akomodasi penginapan bagi masyarakat kelas menengah sampai atas
Mengimplementasikan arsitektur regional pada fasad, sirkulasi, bentuk, dan interior City hotel Sudirman
3.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi Tapak
Zoning pada tapak dibagi berdasarkan sirkulasi pengguna bangunan dengan menempatkan 2 drop off
atau pintu masuk ke bangunan. Area publik diletakan menghadap ke Jalan Jendral Sudirman sedangkan
drop off ke-2 dibuat sebagai respon terhadap pengguna yang hendak masuk melalui Jalan Cibadak. Area parkir pengunjung juga diletakkan di area belakang tapak agar dapat menampung kebutuhan pengguna di saat peak-time hotel.
Desain sirkulasi dalam tapak bertujuan untuk mempermudah aksesibilitas bagi pengguna hotel, Pintu masuk utama tapak berada menghadap Jalan Sudirman yang akan langsung diterima oleh area main drop off. Pengendara mobil atau motor dapat memilih area drop penumpang lainnya di area side drop off sebelum parkir ke basement atau keluar tapak, sedangkan pengunjung yang masuk melalui Jalan Cibadak akan mengakses side drop off sebelum masuk ke basement atau keluar tapak. Kendaraan bus pun dapat mengakses bangunan dengan mudah, letak parkir bus berada dekat dengan side drop off, fungsinya adalah mempermudah akses bagi pengguna bus masuk dan keluar bangunan (Gambar 3).
Gambar 3. Konsep Zoning dan Sirkulasi Tapak
Jalur pedestrian disediakan tepat di depan tapak yang dapat berhubungan langsung dengan maindrop off (pintu utama). Jalur pedestrian dirancang dengan melewati plaza dengan maksud memberikan kenyamanan pada pejalan kaki yang hendak masuk atau keluar tapak. Pedestrian lainnya juga disediakan bagi pejalan kaki dari Jalan Cibadak yang terhubung langsung dengan pedestrian Jalan Sudirman, sehingga setiap pejalan kaki dapat mengakses bangunan baik dari Jalan Sudirman maupun Jalan Cibadak dengan mudah. Desain site plan juga disediakan jalur looping (garis oval kuning) pada tapak digunakan untuk kendaraan yang hendak memutar, melewati side enterance building, ataupun mengakses pintu keluar berbeda.
3.3 Konsep Zoning Bangunan
Sudirman Hotel didesain dengan total enam lantai dengan tambahan dua lantai basement area lantai dasar bangunan digunakan sebagai area publik, office hotel, restoran serta dapur. Ruang-ruang dibagi ke dalam 4 zona yaitu publik, semi publik, privat, dan servis.
Area lantai dasar digunakan sebagai fasilitas lobby, resepsionis, restoran, dapur serta office hotel juga area servis lainnya. Area lantai satu digunakan sebagai area bisnis seperti function room, meeting room
dan ruang penunjang servis lainnya. Area lantai dua (podium) digunakan sebagai area rekreasional dengan fungsi ruang kolam renang, gym, spa, cafe, dan ruang penunjang lainnnya, sedangkan lantai tiga sampai dengan enam digunakan untuk kamar hotel.
Gambar 4. Zoning Lantai Ground Floor dan 1st Floor
Lantai dasar hotel didominasi oleh fungsi publik dengan fasilitas lobby dan resepsionis yang menghadap langsung kearah pintu masuk, restoran yang letaknya berada dekat dengan pintu masuk, sehingga memungkinkan pengunjung yang tidak menginap di hotel dapat dengan mudah mengakses restoran hotel. Fungsi ruang privat juga diletakkan di lantai dasar berupa office hotel yang memuat ruang ruang tunggu, manajer, sekretaris, akuntan, sales & marketing serta ruang rapat, sedangkan fungsi servis memuat dapur restoran serta ruang pendukungnya yang diletakkan berdekatan dengan area loading
servis. Lantai satu hotel diperuntukkan khusus sebagai business area pada hotel dengan memuat
function room, meeting room, dan lounge dengan fungsi ruang penunjang seperti ruang persiapan, toilet, dan mushola (Gambar 4).
Gambar 5. Zoning Lantai 2nd Floor dan Typical Floor
Lantai 2 hotel diperuntukkan khusus sebagai sport & recreational area yang memuat fungsi kolam renang, area fitness dan spa serta café sebagai penunjangnya. Lantai tipikal meliputi lantai 3 hingga 6, terdiri dari ruang kamar hotel juga ruang servis seperti ruang roomboy, ruang mekanikal dan elektrikal
(Gambar 5).
3.4 Fasad Bangunan
Fasad bangunan dirancang sesuai dengan konsep arsitektural yaitu arsitektur regionalisme dengan dominasi gaya arsitektur art-deco. Fasad didominasi dengan elemen garis horizontal dan vertikal. Elemen garis pada fasad ini selain digunakan sebagai estetika bangunan namun juga dapat digunakan sebagai sirip penangkal sinar matahari.
Gambar 6. Perspektif Bird Eye View
Fasad bagian podium menggunakan panel ACP (Alumunium Composite Panel) yang disambungkan ke rangka fasad curtain wall. Selain memberikan kesan streamline horizontal yang kuat pada bangunan fasad ini dapat mengurangi beban curtain wall kaca untuk mereduksi radiasi panas matahari yang masuk ke bangunan.
Gambar 7. Fasad Podium
Fasad bagian tower memanfaatkan window wall (jendela) dan GRC board sebagai elemen materialnya. Desain fasad bagian tower mencoba mendefinisikan elemen garis horizontal maupun vertikalnya. Pola fasad yang disusun terlihat secara acak tetap memiliki pattern, setiap 1 modul kamar mempermudah pembagian modul fasad ini. View dari dalam keluar tetap dipertimbangkan pada desain fasad bagian
tower ini tanpa menghilangkan perhatian terhadap sinar matahari yang lewat di utara bangunan sepanjang hari.
Gambar 9. Perspektif Mata Manusia
Fasad bagian tower didesain dengan menciptakan beberapa modul fasad yang berbeda sehingga akhirnya akan menghasilkan pola garis secara vertikal. Setiap modul fasad bagian tower dibuat sama (typical) sebagai bentuk desain untuk menggolongkan bentuk fasad sesuai fungsi didalamnya, sehingga pengunjung dapat merasakan bagian tower adalah bagian ruang-ruang kamar hotel (Gambar 10).
Gambar 10. Detail Fasad Bangunan
Gambar 11. Detail Fasad Bangunan
Fasad bangunan juga berusaha merespon konteks regionalisme terhadap arsitektur art deco dalam skala urban sebagai usaha mengembalikan wajah arsitekur kota lama di kawasan Jalan Sudirman, sehingga
3.5 Interior Bangunan
Interior hotel disesuaikan dengan tema yang telah diangkat yaitu regionalism architecture dengan dominasi warna khas art deco yaitu putih. Dekoratif pada interior bangunan yang khas dengan arsitektur
art deco dibuat sesederhana mungkin untuk memperkuat kesan modern (Gambar 12).
Gambar 12. Interior Lobby Hotel
Desain interior pada kamar juga didominasi dengan warna putih dan aksen material kayu pada lantai, juga terdapat dekoratif sederhana pada bagian dinding. Ruang tipe kamar suite memiliki tambahan fungsi ruang yaitu ruang tamu dan pantry dengan dominasi warna putih juga aksen kayu pada lantainya
(Gambar 13).
Gambar 13. Interior Kamar Hotel
3.6 Rancangan Struktur
Penggunaan struktur pada bangunan ini menyesuaikan dengan kecepatan memasang dan kemudahan dalam pengadaan ke lapangan. Sistem dan material struktur yang digunakan sesuai dengan konsep yang direncanakan sebelumnya. Berikut adalah beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam desain Sudirman Hotel (Gambar 14).
1. Struktur kolom beton 60 x 60 2. Balok induk beton 45/70 3. Balok anak beton 30/45
4. Plat lantai beton 12 cm dan 15 cm 5. Pondasi pile cap 3,5 x 3,5 6. Strauss pile ø 60 cm
Gambar 14. Isometri Struktur
4. SIMPULAN
Sudirman Hotel yang berlokasi di Jalan Sudirman Bandung ini mengangkat sejarah kontekstual kawasan yang diterapkan kedalam desain lewat arsitektur regionalisme. Kawasan Jalan Sudirman yang dikenal
sebagai kota lama dengan ciri khas art-deco berusaha dikemas kedalam desain hotel dengan penyesuaian
yang lebih modern sehingga tidak mengurangi kesan terbarukan pada desain. Penerapan arsitektur
regionalisme diterapkan dengan elemen garis pada fasad podium dan tower hotel untuk memperkuat
kesan streamline horizontal dan vertikal. Desain pada interior hotel juga diperkuat dengan dominasi
warna putih serta dekoratif art deco untuk memunculkan arsitektur regionalisme kedalam bangunan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir ini khususnya kepada pembimbing yang telah membantu penulis dalam proses perancangan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Perhubungan RI; (1977). “Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: PM 16/PW 301/PHB 77 tentang Klasifikasi Hotel”, Jakarta: Departemen Perhubungan
[2] Lawson, B; (2006). “How Designers Think, The Design Process Demystified”, Oxford: Architectural Press