BAB IV
HASIL PENGUJIAN
IV.1 Metode Pengumpulan Sampel
Dalam pengumpulan sampel, digunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam purposive sampling adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari internet.
2. Berasal dari sub sektor industri barang konsumsi, karena produk perusahaan yang berasal dari sub sektor ini biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari sehingga cukup familiar.
3. Mempunyai data laporan keuangan (financial report) dari tahun 2007-2009, karena dengan pemilihan time series selama tiga (3) tahun sudah cukup memiliki tingkat keakuratan untuk memprediksi perubahan-perubahan yang terjadi pada perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Tahun yang dipilih untuk penelitian adalah tahun 2007-2009 dikarenakan dengan pemilihan tahun tersebut dapat diperoleh informasi yang up to date. Periode tahun 2010 tidak diikutsertakan karena hanya sedikit perusahaan yang sudah mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 2010.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampling dengan purposive sampling diatas maka berikut akan dijelaskan secara rinci proses pengumpulan sampel tersebut. Pengumpulan
sampel tersebut akan dijabarkan dalam tabel 1. Tabel 1
Pengumpulan Sampel
Kriteria Pengumpulan Sampel Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 126 perusahaan Bukan berasal dari sektor industri barang konsumsi 87 perusahaan Laporan keuangan tidak lengkap (dari tahun 2007-2009) 9 perusahaan
Total perusahaan yang memenuhi kriteria 30 perusahaan
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian beserta dengan pembagian berdasarkan sub sektornya adalah sebagai berikut:
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor makanan dan minuman sebanyak sebelas (11) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 2.
Tabel 2
Sampel Penelitian Sub Sektor Makanan dan Minuman No Sub Sektor Kode
Perusahaan
Nama Perusahaan 1
Makanan dan Minuman
ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
7 MYOR PT Mayora Indah Tbk
8 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
9 SKLT PT Sekar Laut Tbk
10 STTP PT Siantar Top Tbk
11 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor rokok sebanyak satu (1) perusahaan. Perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 3.
Tabel 3
Sampel Penelitian Sub Sektor Rokok No Sub Sektor Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1 Rokok HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor farmasi sebanyak delapan (8) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 4.
Tabel 4
Sampel Penelitian Sub Sektor Farmasi
No Sub Sektor Kode
Perusahaan Nama Perusahaan 1
Farmasi
DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
2 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
3 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
4 MERK PT Merck Tbk
5 PYFA PT Pyridam Farma Tbk
6 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk
7 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
8 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 5.
Tabel 5
Sampel Penelitian Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
No Sub Sektor Kode
Perusahaan Nama Perusahaan 1 Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah Tangga
MRAT PT Mustika Ratu Tbk
2 TCID PT Mandom Indonesia Tbk
3 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor peralatan rumah tangga sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 6.
Tabel 6
Sampel Penelitian Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga
No Sub Sektor Kode
Perusahaan Nama Perusahaan 1
Peralatan Rumah Tangga
KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk
2 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk
3 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor pulpen dan kertas sebanyak empat (4) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 7.
Tabel 7
Sampel Penelitian Sub Sektor Pulpen dan Kertas No Sub Sektor Kode
Perusahaan Nama Perusahaan 1
Pulpen dan Kertas
FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk
2 KBRI PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
3 SAIP PT Surabaya Agung I P & K Tbk
4 SPMA PT Suparma Tbk
Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
Dari sampel perusahaan yang berjumlah tiga puluh (30) perusahaan, masing-masing akan dihitung terlebih dahulu Z-score Altman untuk mengelompokkan apakah
perusahaan tersebut termasuk di dalam kelompok financial distress, grey area atau
sehat. Sebagai contoh untuk perusahaan PT Ades Waters Indonesia Tbk, perhitungan Z-score Altman sebagai berikut:
*Periode 2007:
antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya:
X1 = Working Capital 2007 / Total Assets 2007
= (Current Assets 2007 – Current Liabilities 2007) / Total Assets 2007
= (33.121.000.000 - 96.346.000.000) / 178.761.000.000 = -63.225.000.000.000 / 178.761.000.000
= -0.35368
Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya:
X2 = Retained Earnings 2007 / TotalAssets 2007
= -527.859.000.000 / 178.761.000.000 = -2,95288
Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total
harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya:
X3 = EBIT 2007/ TotalAssets 2007
= -0,85022
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio
aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya:
X4 = Market Value of Equity 2007/ Book Value of Total Liabilities 2007
= (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities)
= (589.897.000 x 1.000) / (96.346.000.000 + 15.309.000.000) = 589.897.000.000 / 111.655.000.000
= 5,28321
Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi
kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya:
X5 = Sales 2007 / Total Assets 2007
= 131.549.000.000 / 178.761.000.000 = 0,73589
*Periode 2008
Working Capital to Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari
antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X1 = Working Capital 2008 / Total Assets 2008
= (Current Assets 2008 – Current Liabilities 2008) / Total Assets 2008
= (59.208.000.000 - 115.217.000.000) / 185.015.000.000 = -56.009.000.000 / 185.015.000.000
= -0,30273
Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X2 = Retained Earnings 2008 / TotalAssets 2008
= -543.067.000.000 / 185.015.000.000 = -2,93526
Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total
harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X3 = EBIT 2008/ TotalAssets 2008
= -0,16557
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio
aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X4 = Market Value of Equity 2008/ Book Value of Total Liabilities 2008
= (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities 2008 + Non Current Liabilities
2008)
= (589.897.000 x 1.000) / (115.217.000.000 + 17.900.000.000) = 589.897.000.000 / 133.117.000.000
= 4,43142
Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi
kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X5 = Sales 2008 / Total Assets 2008
= 129.542.000.000 / 185.015.000.000 = 0,70017
*Periode 2009
Working Capital to Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari
total aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital/modal kerja diperoleh dari selisih
antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya:
X1 = Working Capital 2009 / Total Assets 2009
= (Current Assets 2009 – Current Liabilities 2009) / Total Assets 2009
= (73.551.000.000 – 29.613.000.000) / 178.287.000.000 = 43.938.000.000 / 178.287.000.000
= 0,24644
Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya:
X2 = Retained Earnings 2009 / TotalAssets 2009
= -526.746.000.000 / 178.287.000.000 = -2,95448
Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total
harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya:
X3 = EBIT 2009/ TotalAssets 2009
= 17.395.000.000 / 178.287.000.000 = 0,09757
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio
aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
X4 = Market Value of Equity 2009 / Book Value of Total Liabilities 2009
= (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities 2009 + Non Current Liabilities
2009)
= (589.897.000 x 1.000) / (29.613.000.000 + 80.455.000.000) = 589.897.000.000 / 110.068.000.000
= 5,35939
Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi
kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya:
= 134.438.000.000 / 178.287.000.000 = 0,75405
Setelah semua rasio-rasio diatas ditemukan, maka Z-score
perusahaan-perusahaan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus 1,2(Working Capital to Total Assets) + 1,4(Retained Earnings to Total Assets) + 3,3(Earning Before Interests and Taxes to Total Assets) + 0,6(Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) +
0,999(Sales to Total Assets). Dalam hal ini karena digunakan time series selama tiga (3)
tahun,maka digunakan rasio dari rata-rata perhitungan selama tiga (3) tahun tersebut. Berikut adalah perhitungan Z-score untuk PT Ades Waters Indonesia Tbk :
Z-score = 1,2((X1 2007 + X1 2008 + X1 2009)/3) + 1,4((X2 2007 + X2 2008 + X2 2009)/3) + 3,3((X3 2007 + X3 2008 + X3 2009)/3) + 0,6((X4 2007 + X4 2008 + X4 2009)/3) + 0,999((X5 2007 + X5 2008 + X5 2009)/3) = 1,2(-0,13666) + 1,4(-2,94754) + 3,3(-0,30607) + 0,6(5,02467) + 0,999(0,73004) = -1,55647
Total Z-score untuk PT Ades Waters Indonesia Tbk pada periode 2007-2009
adalah sebesar -1,55647. Hasil perhitungan di atas adalah Z-score untuk PT Ades Waters
Indonesia Tbk lebih kecil dari angka 1,81 sehingga perusahaan ini dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak sehat dalam arti perusahaan ini memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami kebangkrutan atau financial distress.
Data seperti hasil perhitungan diatas kemudian dikelompokkan berdasarkan Z-score, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Z-score < 1,81, perusahaan yang termasuk di dalam kelompok ini, merupakan
perusahaan yang mengalami financial distress.
2. 1,81 < Z-score ≤ 2,99, kelompok ini dinamakan grey area, perusahaan yang
termasuk kelompok ini mengalami sedikit masalah keuangan.
3. Z-score > 2,99, perusahaan yang termasuk di dalam kelompok ini, merupakan
perusahaan yang sehat.
Berikut hasil pengelompokkan Z-score sesuai dengan sub sektor perusahaan tersebut:
- Pada sub sektor makanan dan minuman, ada tiga (3) perusahaan yang mengalami
financial distress, enam (6) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan dua (2)
perusahaan yang tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami
financial distress). Sub sektor makanan dan minuman akan dijabarkan pada tabel 8. Tabel 8
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Makanan dan Minuman No Sub
Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey Area >2,99 1 Makanan dan Minuman
ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk -1,55647
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,76406
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 3,29186
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 3,91827
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1,43562
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 2,79065
7 MYOR PT Mayora Indah Tbk 2,81812
8 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 2,44424
9 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2,32863
10 STTP PT Siantar Top Tbk 2,44522
- Pada sub sektor rokok, hanya ada satu (1) perusahaan dan perusahaan tersebut tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor rokok akan dijabarkan pada tabel 9.
Tabel 9
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Rokok No Sub
Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey
Area >2,99
1 Rokok HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 4,33155
- Pada sub sektor farmasi, ada satu (1) perusahaan yang mengalami financial distress,
satu (1) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan enam (6) perusahaan yang
tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor farmasi akan dijabarkan pada tabel 10.
Tabel 10
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Farmasi
No Sub Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey
Area >2,99
1
Farmasi
DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 3,67444
2 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 3,38059
3 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 3,87442
4 MERK PT Merck Tbk 5,13366
5 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 2,82693
6 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 1,36946
7 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 3,96658
8 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 3,38612
- Pada sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, terdapat tiga (3) buah perusahaan dan semua perusahaan tersebut tergolong dalam kategori perusahaan
yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga akan dijabarkan pada tabel 11. Tabel 11
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
No Sub Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey Area >2,99 1 Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
MRAT PT Mustika Ratu Tbk 3,26923
2 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 4,20642
3 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 4,85022
- Pada sub sektor peralatan rumah tangga, ada dua (2) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan satu (1) perusahaan yang tergolong dalam kategori perusahaan
yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor peralatan rumah tangga
akan dijabarkan pada tabel 12.
Tabel 12
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga No Sub
Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey Area >2,99 1 Peralatan Rumah Tangga
KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2,60005
2 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 3,43094
3 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 2,66113
- Pada sub sektor pulpen dan kertas, terdapat empat (4) buah perusahaan dan semuanya tergolong dalam kategori perusahaan yang mengalami financial distress. Sub sektor
Tabel 13
Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Pulpen dan Kertas No Sub
Sektor
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan <1,81
Grey
Area >2,99
1
Pulpen dan Kertas
FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk 1,49215
2 KBRI Rachmat Indonesia Tbk PT Kertas Basuki -1,92149
3 SAIP PT Surabaya Agung I P & K Tbk -1,01397
4 SPMA PT Suparma Tbk 1,39049
Setelah semua perusahaan sampel diketahui jumlah Z-scorenya masing-masing,
maka semua perusahaan tersebut digolongkan menurut kelompok Z-scorenya.
Ringkasan kelompok Z-score secara keseluruhan akan dijabarkan dalam tabel 14. Tabel 14
Ringkasan Kelompok Z-score
No Kelompok Z-score Jumlah
1 Z-score <1,81 8
2 1,81 < Z-score ≤ 2,99 9
3 Z-score >2,99 13
IV.2 Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diuji pada setiap hipotesis, bagaimana profil dan distribusi variabel-variabel (bukan variabel dummy) tersebut. Diharapkan hasil uji statistik secara umum melegitimasi data
penelitian pada variabel yang akan digunakan dalam uji statistik setiap hipotesis penelitian. Pengujian setiap hipotesis menggunakan uji statistik yang sesuai dengan hipotesis penelitian yang dimaksud. Uji statistik deskriptif untuk variabel-variabel
penelitian kecuali variabel dummy, untuk mengetahui berapa besarnya nilai rata-rata,
deviasi standar, nilai minimum, dan maximum. Hasil uji statistik deskriptif disajikan di dalam tabel 15.
Tabel 15
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 30 0,09446 9,02318 2,757498 2,094878614 LEV 30 -0,41773 0,38321 0,068827 0,14278971 GPM 30 -18,9534 7,14249 0,840439 6,138927613 ITO 30 0,17321 40,74875 2,696674 7,683434186 ROE 30 -0,91164 1,00047 0,172481 0,317394974 Financial Distress Financial Distress 8 Grey Area 9
Non Financial Distress 13
Hasil uji statistik deskriptif untuk 30 sampel perusahaan dimana 8 tergolong dalam financial distress, 9 dalam grey area, dan 13 dalam non finacial distress adalah
nilai rata-rata Current Ratio = 2,757498 dengan standar deviasi = 2,094878614; nilai
terendah Current Ratio dari 30 sampel = 0,09446 dan nilai tertinggi Current Ratio =
9,02318. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam melunasi tagihan hutang-hutangnya terbilang cukup rendah. Namun demikian data yang terukur dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi, dengan standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya, sehingga sebaran data Current Ratio cukup menyebar jauh dari nilai rata-ratanya.
Nilai rata-rata Leverage Ratio = 0,068827 dengan standar deviasi = 0,14278971;
nilai terendah Leverage Ratio dari 30 sampel = -0,41773 dan nilai tertinggi Leverage Ratio = 0,38321. Hal ini berarti perusahaan dalam memiliki hutang daripada memiliki
angka 10%. Namun demikian data yang terukur dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi.
Nilai rata-rata Gross Profit Margin adalah 0,840439, standar deviasi sebesar
6,138927613 dengan nilai tertinggi = 7,14249, dan nilai terendah = -18,9534. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan 0,840439%, dengan ukuran penyebaran yang homogen (di bawah rata-rata) yaitu sebesar 6,138927613 dari 30 kasus yang terjadi.
Nilai rata-rata Inventory Turnover adalah 2,696674, standar deviasi sebesar
7,683434186 dengan nilai tertinggi = 40,74875, dan nilai terendah = 0,17321. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan menjual persediaannya adalah 2,696674%, dengan penyebaran ukuran yang homogen (di bawah rata-rata) yaitu sebesar 7,683434186 dari 30 kasus yang terjadi.
Hasil uji statistik deskriptif untuk 30 sampel perusahaan adalah nilai rata-rata
Return on Equity = 0,172481 dengan standar deviasi = 0,317394974; nilai terendah Return on Equity dari 30 sampel = -0,91164 dan nilai tertinggi Return on Equity =
1,00047. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas pengelolaan equity/modal sendiri adalah sebesar 0,172481%. Nilai kurang
efektif, karena ROE berada di bawah angka 10%. Namun demikian data yang terukur
dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi, dengan standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-ratanya, sehingga sebaran data ROE cukup menyebar jauh dari nilai
rata-ratanya. Sementara hasil deskriptif terhadap financial distress yang terbagi dalam 3
tidak berpotensi bangkrut (non financial distress) adalah sebesar 13 perusahaan,
berpotensi mengalami financial distress yaitu sebanyak 8 perusahaan, 9 perusahaan
termasuk dalam grey area. IV.3 Pengujian Hipotesis
Analisis statistik dalam penelitian ini terbagi dalam dua analisis yaitu analisis
univariate dan analisis multivariate. Analisis univariate digunakan untuk membuktikan
hipotesis pertama hingga ketiga dengan menggunakan uji Independent Sample t-Test
jika datanya normal dan uji Mann Whitney jika datanya tidak normal. Sedangkan analisis multivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat menggunakan analisis regresi
logistik.
IV.3.1. Pengujian Univariate
Pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara statistik apakah
variabel-variabel independen berbeda secara signifikan di antara perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress. Dalam pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan two Independent Sample t Test jika datanya
berdistribusi normal dan uji Mann Whitney jika datanya tidak berdistribusi normal.
Untuk itu terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data. Hasil pengujian normalitas data dapat ditunjukkan pada tabel 16.
Tabel 16 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
30 30 30 30 30 2,7574977 2,6966740 ,0688273 ,8404387 ,1724813 2,094879 7,683434 ,14278971 6,138928 ,31739497 ,188 ,459 ,218 ,247 ,246 ,188 ,459 ,101 ,152 ,219 -,128 -,371 -,218 -,247 -,246 1,030 2,511 1,195 1,350 1,349 ,240 ,066 ,115 ,052 ,053 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
CR LEG GPM ITO ROE
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian yaitu rasio keuangan perusahaan (Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity) memiliki nilai p-value
(Asym. Sig 2 Tiled) yang nilainya > 0,05 sehingga seluruh variabel rasio keuangan
tersebut datanya berdistribusi normal. IV.3.1.1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi
financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress”.
Pengujian yang dilakukan adalah Uji beda Z-test karena semua variabel rasio keuangan
menyebar normal dengan prosedur uji-t yang digunakan adalah paired sample Z-test
Tabel 17
Uji-t Hipotesis Pertama Paired Samples Test
2,603654 1,31207970 ,46389023 1,506728 3,700580 5,613 7 ,001 -8,00703 13,84810175 4,896043 -19,5843 3,570268 -1,635 7 ,146 ,16448875 ,13404031 ,04739041 ,05242824 ,27654926 3,471 7 ,010 5,559520 11,16626027 3,947869 -3,77571 14,89475 1,408 7 ,202 ,17650125 ,41966632 ,14837445 -,174349 ,52735107 1,190 7 ,273 CRnfc - CRfc Pair 1 LEVnfc - LEVfc Pair 2 GPMnfc - GPMfc Pair 3 ITOnfc - ITOfc Pair 4 ROEnfc - ROEfc Pair 5 Mean Std. Deviation Std. Error
Mean Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai
probabilitas p=0,001<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,146>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Leverage Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan
yang tidak mengalami financial distress.
Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,01<0,05,
sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Gross Profit Margin antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan
yang tidak mengalami financial distress.
Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,202>0,05,
Inventory Turnover antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,273>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Return on Equity antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress” tidak ditolak.
IV.3.1.2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi
financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi
tetapi tidak mengalami financial distress)”. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t seperti
Tabel 18
Uji – t Hipotesis Kedua Paired Samples Test
-,940609 1,12482049 ,39768410 -1,88098 -,000235 -2,365 7 ,050 7,586614 13,86578886 4,902297 -4,00548 19,17870 1,548 7 ,166 -,113646 ,17366331 ,06139925 -,258832 ,03153991 -1,851 7 ,107 -6,50477 10,85802054 3,838890 -15,5823 2,572765 -1,694 7 ,134 -,179556 ,52656198 ,18616777 -,619773 ,26066058 -,964 7 ,367 CRfc - CRga Pair 1 LEVfc - LEVga Pair 2 GPMfc - GPMga Pair 3 ITOfc - ITOga Pair 4 ROEfc - ROEga Pair 5 Mean Std. Deviation Std. Error
Mean Lower Upper
95% Confidence Interval of the
Difference Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai
probabilitas p=0,05<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Current Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress
dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,166>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Leverage Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan
yang berda di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,107<0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Gross Profit Margin antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,134>0,05,
Inventory Turnover antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,367>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Return on Equity antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area
(kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” tidak ditolak. IV.3.1.3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang tidak mengalami kondisi
financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi
tetapi tidak mengalami financial distress)”. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t seperti
tampak pada tabel 19.
Tabel 19
Uji – t Hipotesis Ketiga
Paired Samples Test
2,024807 1,79550227 ,59850076 ,64466145 3,404952 3,383 8 ,010 -,439250 ,32192995 ,10730998 -,686707 -,191793 -4,093 8 ,003 ,04348000 ,09493415 ,03164472 -,029493 ,11645284 1,374 8 ,207 -,159299 4,50421441 1,501405 -3,62154 3,302947 -,106 8 ,918 CRnfc - CRga Pair 1 LEVnfc - LEVga Pair 2 GPMnfc - GPMga Pair 3 ITOnfc - ITOga Pair 4 Mean Std. Deviation Std. Error
Mean Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference Paired Differences
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai
probabilitas p=0,01<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Current Ratio antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,003<0,05,
sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Leverage Ratio antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan
yang berada di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,207>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Gross Profit Margin antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,918>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Inventory Turnover antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area
Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,936>0,05,
sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
Return on Equity antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan
perusahaan yang berada di dalam grey area.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang tidak
mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area
(kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” tidak ditolak.
Hal ini disebabkan karena kedua kelompok perusahaan adalah sama-sama perusahaan yang tidak mengalami masalah financial distress, hanya pada kelompok
perusahaan grey area hanya sedikit mengalami masalah keuangan, tetapi tidak
mengalami masalah kebangkrutan. Karena mengalami masalah keuangan, biasanya perusahaan cukup mudah dalam mengatasinya misalnya dengan mengeluarkan surat hutang, atau saham baru. Hal ini dilakukan dengan tujuan investasi, aktiva dan equity
perusahaan mengalami peningkatan, sehingga mampu meningkatkan kinerjanya melalui rasio Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity.
Berikut akan disajikan hasil ringkasan pengujian univariate secara keseluruhan.
Hasil ringkasan pengujian univariate tersebut akan disajikan dalam tabel 20. Tabel 20
Ringkasan Pengujian Univariate
Hipotesis Rasio Keuangan p-value Hasil Pengujian Hipotesis 1 CR 0,001 H0 ditolak
LEV 0,146 H0 tidak ditolak
GPM 0,01 H0 ditolak
ITO 0,202 H0 tidak ditolak
ROE 0,273 H0 tidak ditolak
Hipotesis 2 CR 0,05 H0 ditolak
LEV 0,166 H0 tidak ditolak
GPM 0,107 H0 tidak ditolak
ITO 0,134 H0 tidak ditolak
ROE 0,367 H0 tidak ditolak
Hipotesis 3 CR 0,01 H0 ditolak
LEV 0,003 H0 ditolak
GPM 0,207 H0 tidak ditolak
IV.3.2. Pengujian Multivariate
Analisis multivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat yang
menyatakan “Rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan”. Analisis multivariate ini menggunakan analisis regresi
logistik. Namun demikian sebelum dilakukan uji regresi logistik, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan.
IV.3.2.1. Uji Persyaratan Regresi Logistik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan diuji kelayakan dari model regresi logistik yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Omnibus Tests of Model Coefficients. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka model regresi tidak layak
digunakan. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka model regresi layak digunakan. Hasil pengujian kelayakan model regresi dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Omnibus Tests of Model Coefficients
27,910 5 ,000 27,910 5 ,000 27,910 5 ,000 Step Block Model Step 1 Chi-square df Sig.
Pada tampilan keluaran SPSS dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients. Tabel tersebut menunjukkan apakah seluruh variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan atau tidak. Dari tabel 21 di atas diketahui nilai model sebesar 27,910 dengan nilai signifikan pada probabilitas 0,000. Karena nilai p-value < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi finansial
Sebelum menganalisis hasil regresi logistik, akan diuji terlebih dahulu fit atau
tidak model yang akan dianalisis. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi
Likelihood. Likelihood L dari model adalah probalitas bahwa model dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Tampilan output SPSS memberikan dua nilai
-2LogL yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan untuk model dengan
konstanta dan variabel bebas. Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta adalah
27,910 yang ditampilkan pada tabel 21, sedangkan -2LogL untuk model dengan
konstanta dan variabel bebas adalah 0,000 yang disajikan pada tabel 22b. Penurunan nilai pada -2LogL dari 27,910 menjadi 0,000 mengindikasikan bahwa model fit dengan
data.
Tabel 22a
Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta Iteration Historya,b,c
27,911 -,476 27,910 -,485 27,910 -,486 Iteration 1 2 3 Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients
Constant is included in the model. a.
Initial -2 Log Likelihood: 27,910 b.
Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001. c.
Tabel 22b
Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas Model Summary ,000a ,735 1,000 Step 1 -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. a.
Kemudian, untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan model dengan data sehingga model dapat dikatakan
fit) digunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai signifikan ( p-value) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari
0,10 maka hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Model tidak baik karena
tidak memprediksi nilai observasinya. Jika nilai signifikan (p-value) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,10 maka hipotesis nol tidak dapat
ditolak yang berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya. Nilai statistik
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ditampilkan pada tabel 23. Tabel 23
Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test
,000 8 1,000 Step
1
Chi-square df Sig.
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi (p-value) Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 1,000 maka nilai ini lebih besar
dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat ditunjukkan pada tabel 24.
Tabel 24 Uji Multikolinieritas
Regression Analysis: CR versus LEV; GPM; ITO; ROE
The regression equation is
CR = 3,11 - 0,0252 LEV + 9,72 GPM + 0,065 ITO - 4,05 ROE Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 3,1062 0,6031 5,15 0,000 LEV -0,02518 0,07688 -0,33 0,748 2,1 GPM 9,723 5,134 1,89 0,076 3,1 ITO 0,0648 0,1120 0,58 0,571 2,3 ROE -4,050 2,412 -1,68 0,113 2,7
Regression Analysis: LEV versus CR; GPM; ITO; ROE
The regression equation is
LEV = 4,26 - 0,264 CR - 11,3 GPM - 0,904 ITO + 5,47 ROE Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 4,265 3,003 1,42 0,175 CR -0,2644 0,8075 -0,33 0,748 1,5 GPM -11,30 18,19 -0,62 0,543 3,7 ITO -0,9044 0,2888 -3,13 0,006 1,5 ROE 5,473 8,366 0,65 0,522 3,1
Regression Analysis: GPM versus CR; LEV; ITO; ROE
The regression equation is
GPM = - 0,0395 + 0,0188 CR - 0,00208 LEV + 0,00153 ITO + 0,363 ROE
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0,03951 0,04213 -0,94 0,362 CR 0,018835 0,009945 1,89 0,076 1,2 LEV -0,002083 0,003355 -0,62 0,543 2,1 ITO 0,001534 0,004966 0,31 0,761 2,3 ROE 0,36307 0,07081 5,13 0,000 1,2
Regression Analysis: ITO versus CR; LEV; GPM; ROE
The regression equation is
ITO = - 0,24 + 0,316 CR - 0,420 LEV + 3,9 GPM + 3,43 ROE Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant -0,239 2,171 -0,11 0,914 CR 0,3162 0,5466 0,58 0,571 1,5 LEV -0,4202 0,1342 -3,13 0,006 1,3 GPM 3,86 12,51 0,31 0,761 3,8 ROE 3,431 5,714 0,60 0,557 3,1
Regression Analysis: ROE versus CR; LEV; GPM; ITO
The regression equation is
ROE = 0,138 - 0,0370 CR + 0,00476 LEV + 1,71 GPM + 0,0064 ITO Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 0,13849 0,08736 1,59 0,132 CR -0,03699 0,02203 -1,68 0,113 1,3 LEV 0,004760 0,007276 0,65 0,522 2,1 GPM 1,7121 0,3339 5,13 0,000 1,4 ITO 0,00642 0,01070 0,60 0,557 2,3
Berdasarkan tabel 24 di atas dinyatakan bahwa matrik korelasi antara variabel bebas (Current Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity)
menunjukkan tidak adanya multikolinieritas antara variabel bebas (independent). Hal itu
dibuktikan dari semua nilai VIF < 10. Selanjutnya untuk menguji ketepatan prediksi
dapat ditunjukkan pada tabel 25.
Tabel 25 Tabel klasifikasi
Classification Tablea,b
13 9 91,7 8 30 74,9 81,9 Observed Zscore > 2,9 Zscore<1,81 Y Overall Percentage Step 0 Zscore>2,9 Zscore<1,81 Y Percentage Correct Predicted
Constant is included in the model. a.
The cut value is ,500 b.
Dari hasil overall classification result untuk regresi binary logistic hasilnya
bagus, yaitu sebesar 81,9%. Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress 91,7% sedangkan persentase kebenaran untuk non financial distress sebesar 74,9%.
IV.3.2.2. Estimasi Hasil Regresi Logistik
Uji regresi logistik secara serentak dilakukan terhadap semua variabel independen dengan tingkat signifikansi 5%. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity pada kondisi
perusahaan. Pengujian bertujuan untuk melihat pengaruh secara parsial Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity terhadap
kondisi perusahaan yang sehat ataupun mengalami financial distress. Hasil pengujian
parameter regresi logistik secara parsial disajikan dalam tabel 26. Tabel 26
Hasil Pengujian Regresi Logistik Secara Serentak Variables in the Equation
-11,240 5098,275 4,861 1 ,768 1,313 23,770 5137,244 2,140 1 ,046 2,104 -180,683 76116,877 ,563 1 ,398 ,000 -,250 1302,892 ,369 1 ,200 ,779 12,086 15665,445 ,595 1 ,499 177312,6 ,011 21899,999 2,316 1 ,795 1,011 CR LEV GPM ITO ROE Constant Step 1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: CR, LEV, GPM, ITO, ROE. a.
Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Current Ratio
distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Current Ratio tidak
mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial dstress atau tidak.
Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Leverage Ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,046 < 0,05. Dengan demikian
secara parsial variabel Leverage Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Dengan koefisien regresi yang bernilai negatif sebesar
23,770 menunjukkan bahwa semakin besar Leverage Ratio, semakin besar perusahaan
berpeluang untuk mengalami financial distress.
Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Gross Profit Margin memiliki nilai probabilitas sebesar 0,398 > 0,05. Dengan demikian
secara parsial variabel Gross Profit Margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Gross Profit Margin tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak.
Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Inventory Turnover memiliki nilai probabilitas sebesar 0,200 > 0,05. Dengan demikian
secara parsial variabel Inventory Turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Inventory Turnover tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak.
Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Return on Equity memiliki nilai probabilitas sebesar 0,499 > 0,05. Dengan demikian
secara parsial variabel Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Return on Equity tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak.
Dari hasil analisis multivariate tersebut dapat dinyatakan bahwa Leverage Ratio
terbukti berpengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan, sedangkan Current Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity tidak
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Dengan demikian hipotesis keempat pada penelitian ini tidak ditolak.
Berdasarkan hasil uji univariate dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress
dengan perusahaan yang juga mengalami financial distress atau dengan perusahaan yang
berada pada daerah grey area. Sementara untuk perbandingan rasio keuangan antara
perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada
pada daerah grey area juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perusahaan yang
mengalami finansial distress akan memiliki Leverage Ratio dan Inventory Turnover
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress maupun yang berada pada grey area, sedangkan untuk Current Ratio, Gross Profit Margin, dan Return on Equity lebih rendah pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan dengan yang tidak mengalami financial distress maupun
Hasil analisis multivariate turut menunjukkan bahwa rasio keuangan secara
signifikan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan.
Hal ini disebabkan karena rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity, merupakan
bentuk efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, menjual persedian, serta dalam hal proporsi hutang terhadap aktiva. Semakin besar Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity maka semakin besar pula laba yang diperoleh
perusahaan. Hal ini berarti perusahaan tidak akan mengalami masalah kesulitan keuangan/financial.
Leverage Ratio menunjukkan besar hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin
besar Leverage Ratio, maka artinya semakin besar juga hutang yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan terus-menerus mengalami kerugian yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai rasio keuangan, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kurangnya modal, investasi dan aktiva secara keseluruhan. Hal ini berdampak pada kurangnya jumlah modal yang tersedia untuk membayar kewajiban-kewajiban sehingga perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban-kewajiban-kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu, perusahaan mengalami masalah keuangan. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung maka aspek keuangan perusahaan akan semakin berkurang dan menyebabkan kondisi financial distress perusahaan tersebut.
Penelitian terdahulu mengenai financial distress yang dilakukan oleh Luciana
(2004) dalam memprediksi financial distress menggunakan rasio keuangan yang berasal
membuktikan bahwa rasio keuangan dapat untuk memprediksi financial distress.
Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Luciana (2004) bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) bahwa Leverage Ratio suatu perusahaan terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan.