• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TRANSPARANSI INFORMASI PELAYANAN SURAT IZIN USAHA PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI TRANSPARANSI INFORMASI PELAYANAN SURAT IZIN USAHA PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

TRANSPARANSI INFORMASI PELAYANAN SURAT IZIN USAHA PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BANTAENG

Oleh:

IRSAN AZIS

Nomor Induk Mahasiswa : 105610525715

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Transparansi Informasi Pelayanan Surat Izin Usaha Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Bantaeng”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Fatmawati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Kepada Para penguji yang senantiasi memberikan masukan dan arahan. 3. Segenap dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Muhammdiyah Makassar.

4. Bapak /Ibu dosen dan asisten dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

6. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

(6)

vi Makassar.

7. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rachman Rahim, S.E,M.M Rektor Universitas Muhammdiyah Makassar.

8. Pihak Kesatuan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

9. Secara khusus dan istimewah penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Abd Azis dan Bungawati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membiayai, mendidik dan membimbing penulis dengan limpahan kasih sayang. Do’a restu dan pengorbanan yang tulus dan ikhlas menjadi pemacu yang selalu megiringi langkah penulis dalam berjuang meraih masa depan yang bermanfaat.

10. Teman-teman seangkatan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, sahabat-sahabat kelas A Ilmu Administrasi Negara angkatan 2015 yang sama-sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

11.Teman-teman penyemangat Fira Yuniar, Muhammad Haedir K, Hendra Reskianto, M Ibrar Rivaldi, Alif Rifandi yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dan semangat kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna didunia ini maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mnerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini. Semoga bantuan dari semua pihak akan senantiasa mendapatkan pahala yang \

(7)
(8)

viii

TRANSPARANSI INFORMASI PELAYANAN SURAT IZIN

USAHA PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

BANTAENG

Irsan Azis1, Fatmawati2, Ansyari Mone3

1) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip Unismuh Makassar 2) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip Unismuh Makassar 3) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip Unismuh Makassar

ABSTRACT

This study aimed to determine the form of transparency of information on Business License services at the Investment and One Stop Integrated Services Office in Bantaeng Regency. This study used a qualitative method. The number of informants in this study was 10 people. data collection were observation, interview, and documentation. The results of this study showed that from the aspect of the availability and accessibility of documents from the process of providing information on technical requirements and procedures for business licensing regarding business license services in the department had been running well, aspects of clarity and completeness of information could provide comfort in providing information when serving the community and timely in providing information on business licensing procedures if they had entered their working hours, the aspect of the openness of the process was not be well, this could be seen from the non-publication of all business licensing procedures that should be a benchmark of user assessment, and aspects of the regulatory framework that were ensure transparency was well publicized and could be understood by service users.

Keywords: Information Transparency, Business License Services

ABSTRAK

Tujuan Penelitian untuk mengetahui bentuk transparansi informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 10 orang. Data penelitian dikumpul dengan menggunakan Metode atau cara pengumpulan data dalam menyusunan skripsi ini adalah dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari aspek kesediaan dan aksesibilitas dokumendari proses pemberian informasi mengenai persyaratan teknis dan tata cara perizinan usah mengenai pelayanan surat izin usaha di dinas sudah berjalan dengan baik, aspek kejelasan dan kelengkapan informasi sudah dapat memberikan kenyamanan dalam memberikan informasi ketika melayani masyarakat serta tepat waktu dalam memberikan informasi tata cara perizinan usaha jika sudah masuk jam kerjanya, aspek keterbukaan prosesbelum bisa dikatakan baik hal ini dapat dilihat dari belum terpublikasikannya semua standar tata cara perizinan usaha yang seharusnya menjadi tolak ukur dari penilaian pengguna, dan aspek kerangka regulasi yang menjamin transparansisudah dipublikasikan dengan baik dan dapat dipahami oleh pengguna layanan.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 12

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep dan Teori 1. Konsep Good Governance ... 19

2. Konsep Transparansi ... 22

3. Konsep Transparansi Informasi ... 29

4. Konsep Pelayanan Izin Usaha ... 30

B. Kerangka Pikir ... 33

C. Fokus Penelitian ... 35

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 39

D. Informan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

G. Pengabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah ... 45

(10)

x

2. Demografi ... 46

3. Tugas Pokok dan Fungsi BPTPM Kabupaten Bantaeng ... 48

4. Visi dan Misi ... 50

5. Struktur Organisasi BPTPM Kabupaten Bantaeng ... 51

6. Keadaan Sumber Daya Manusia BPTPM ... 52

B. Transparansi Informasi Pelayanan Surat Izin Usaha Pada Dinas Penanaman Modal DanPelayanan Terpadu Satu Pintu 1. Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen ... 55

2. Kejelasan dan kelengkapan informasi ... 64

3. Keterbukaan proses ... 69

4. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi ... 71

C. Faktor Pendukung dan penghambat informasi pelayaanan Surat Izin Usaha Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng 1. Teknologi ... 76 2. Pemilihan Strategi ... 76 3. Pelayanan Publik ... 77 4. Proses ... 78 5. Bertanggung Jawab ... 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN ... 85

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Data Informan Penelitian ... 39

Tabel 4.1: Perkembangan Jumlah Penduduk Masing-Masing Kecamatan Se Kabupaten Bantaeng 2015-2019 ... 46

Tabel 4.2 Persentase Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

Tabel 4.3 Klasifikasi Tingkat Pangkat/Golongan Pegawai BPTPM Kabupaten Bantaeng ... 53

(12)

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Good governance adalah “mantra” yang diucapkan oleh banyak orang di Indonesia sejak 1993. Proses pemahaman umum mengenai governace atau tata pemerintahan mulai mengemuka di Indonesia sejak tahun 1990-an, dan mulai semakin bergulir pada tahun 1996. Membangun good governance adalah mengubah cara kerja state, membuat pemerintah accountable. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah. Harus kita ingat, untuk mengakomodasi keragaman, good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat wilayah politik. Karena itu, membangun good governance adalah proyek sosial yang besar. Agar realistis, usaha tersebut harus dilakukan secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas dalam memahami konsep ini diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.

Dalam penyelenggaraan goodgovernance terdapat beberapa karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan. United Nation Development Program (UNDP) dalam Sedarmayanti (2004 : 5) mengemukakan prinsip good governance ada sembilan, yaitu : Partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya tanggap, beriorentasi, berkeadilan, efektifitas, visi strategis. Transparansi merupakan salah satu prinsip penting dalam mewujudkan good governance. Transparansi dalam pelayanan memiliki peran yang kritis dalam pengembangan

(13)

praktik good governance. Transparansi dalam pelayanan memiliki peran yang kritis dalam pengembangan praktik good governance karena sebagian besar permasalahan dalam penyelenggaraan kegiatan bersumber dari rendahnya transparansi. Karena keterkaitannya dengan ciri-ciri lainnya sangat kuat dan kontribusinya terhadap perwujudan good governance sangat besar, maka tranparansi pemerintah menjadi satu aspek yang strategis untuk mewujudkan good governance. Praktik good governance mensyaratkan adanya transparansi dalam proses penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan (Widodo, 2001 : 28).

Sebagaimana yang tertera dalam UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang menjamin pengguna layanan untuk mendapatkan informasi.Pemberi layanan wajib memberikan informasi yang dapat dilihat, dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non-elektronik.Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Mendel (Muflikhah, 2017) bahwasannya membuka akses informasi merupakan kewajiban bagi pemerintah dan badan publik. Karena pada dasarnya informasi merupakan milik publik bukan hanya pemerintah atau badan publik. Sehingga sudah selayaknya masyarakat untuk dapat mengakses informasi publik tersebut.

Dalam menyongsong era globalisasi dan akan segera diberlakukannya pasar bebas, tentunya akan terjadi kompetisi yang sangat ketat dalam dunia usaha ataupun invesatasi, di mana akan banyak membutuhkan informasi tentang peluang usaha, perizinan-perizinan ataupun dokumen lainnya. Maka dari itu dibentuk Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan

(14)

Pelaksanaan Ber-usaha yang menimbang “Bahwa perizinan berusaha yang diterbitkan oleh kementrian/lembaga dan pemerintah daerah untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan usaha perlu ditata kembali agar menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan perkembangan kegiatan usaha”, untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 27 tahun 2007 Tentang Lembaga Teknis Daerah (Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu).

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan salah satu perangkat pemerintah yang menerapkan sistem pelayanan satu pintu. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagai instansi yang khusus bertugas memberikan pelayanan mengenai perizinan yang langsung bersinggungan kepada masyarakat, pada dasarnya dapat diartikan sebagai terobosan baru atau inovasi manajemen pemerintah, yang diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan oleh masyarakat. Pembentukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan wujud nyata dari pemerintah dalam memberikan pelayanan secara terpadu kepada masyarakat untuk memudahkan dalam memperoleh perizinan.

Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yaitu pelayanan prima dibidangperizinan yaitu pelayanan terpadu satu pintu yang dapat mencerminkan suatu bentuk pelayanan yang transparan akan informasi biaya, waktu pengurusan surat izin dan prosedur pelayanan. Namun, sejauh ini diketahui bahwa masih ada beberapa instansi yang tidak memberikan pelayanan secara

(15)

prima atau tidak memberikan pelayanan yang transparansi kepada masyarakat sehingga masyarakat yang tidak mengetahui mengenai biaya ataupun waktu pengurusan, papan informasi yang tidak diletakkan ditempat yang strategis juga merupakan salah satu alasan mengapa pengguna layanan tidak mengetahui informasi mengenai biaya dan waktu pengurusan surat izin.

Di Kabupaten Bantaeng Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan konsekuensi dari perlaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat. Tuntutan untuk memberikan pelayanan tersebut merupakan keharusan dan tidak dapat diabaikan dan ditunda mengingat pelayanan pemerintah daerah ini merupakan hak dasar masyarakat. Dengan terbentuknya Kantor PTSP tersebut, pelayanan oleh aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng kepada masyarakat diharapkan dilaksanakan dengan mudah, cepat, transparan, efesien, akuntabel, dan anti pungutan liar. Hal tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng untuk meningkatkan kualitas pelayanan prima khususnya di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Kabupaten Bantaeng.Namun diketahui bahwa berdasarkan informasi yang didapat melalui media berita online bahwa pada tahun 2016 penerbitan izin PTSP Bantaeng mengalami penurunan di tahun 2016 lalu, hal tersebut dikarenakan pada tahun 2015 penerbitan perizinan gratis menjadi alasan banyaknya permohonan perizinan yang masuk. Pada tahun 2015 penerbitan izin sebanyak 2.319 dan di tahun 2016 penerbitan izin hanya 1.331 izin yang

(16)

diterbitkan (www.tribunbantaeng.com : Penerbitan Izin PTSP Bantaeng Turun di 2016)

Melihat dari adanya penurunan perizinan yang diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng dalam memberikan perizinan khususnya pada suart izin usaha, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah dan memberikan solusi yang tepat agar kedepannya pelayanan yang diberikan diharapkan dilaksanakan dengan mudah, cepat, transparan, efesien, akuntabel, dan anti pungutan liar sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Dalam penelitian ini, tranparansi informasi pelayanan yang diberikan oleh PTSP Kabupaten Bantaeng kepada masyarakat khususnya dalam pelayanan penerbitan surat izin usaha merupakan hal yang menarik untuk diteliti dan akan ditinjau dari aspek Administrasi Publik dengan kajian khusus Good Governance, dengan menganalisis bentuk transparansi informasi pelayanan yang diberikan oleh PTSP Kabupten Bantaeng kepada masyarakat dalam pelayanan penerbitan surat izin usaha.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah penelitian yang telah peneliti kemukakan diatas, maka dari itu penulis kemudian terdorong untuk mengangkat judul yaitu “Transparansi Informasi Pelayanan Surat Izin Usaha Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng” pada penelitian ini.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan oleh peneliti pada latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana transparansi informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng ? 2. Apa yang menjadi faktor penghambat diterapkannya informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng ?

C. Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui bentuk transparansi informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng !

2. Untuk mengetahui faktor penghambat diterapkannya informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng !

D. Manfaat Penitian 1. Manfaat Teoris

Dapat menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang good governance khususnya pada tranparansi informasi pelayanan dan Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dan mahasiswa lain yang memiliki minat yang sama terhadap penelitian kualitatif khusunya pada kajian good governane pada transparansi informasi pelayanan.

(18)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng pada saat memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Bantaeng.

(19)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Good Governance

1. Konsep Good Governance

Good Governance atau Tata laksana pemerintahan yang baik adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan yang baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna, namun apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-gunaan kekuasaan dan korupsi. Good governance adalah sebuah gambaran ideal tentang bagaimana mengelola negara dan aspek-aspek terkait lain yang ada di dalamnya. Akan tetapi sangat sulit untuk mewujudkannya secara komprehensif tanpa didukung oleh infrastruktur dan suprastruktur di dalamnya.

Bintoro Tjokroamidjojo (2001:124) memandanggood governance sebagai suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi agent of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam negara berkembang.Agent of change dan karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga agent of development. Agent of development diartikan pendorong proses pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan dan

(20)

anggaran penting. Dengan perencanaan dan anggaran juga menstimulusi investasi sektor swasta. Kebijaksanaan dan persetujuan penanaman modal di tangan pemerintah. Dalam good governance peran pemerintah tidak lagi dominan, tetapi juga citizen, masyarakat dan terutama sektor usaha/ swasta yang berperan dalam good governance. Pemerintah bertindak sebagai regulator dan pelaku pasar untuk menciptakan iklim yang kondusif dan melakukan investasi prasarana yang mendukung dunia usaha.

Pengertian Good Governance menurut Mardiasmo (2006) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia menyebut Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

a. Prinsip-Prinsip Good Governance

Adapun prinsip-prinsip good gavernance adalah :

1) Partisipasi masyarakat, yaitu semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun tidak.

(21)

2) Tegaknya supremasi hukum, yaitu kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

3) Transparansi, yaitu dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti.

4) Peduli pada stakehoder yaitu lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. 5) Berorientasi pada konsensus yaitu tata pemerintah yang baik dapat

menjembatani kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan yang terbaik bagi kelompok masyarakat.

6) Kesetaraan, yaitu semua warna masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

7) Efektifitas dan efisiensi, yaitu proses pemerintahan dan lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8) Akuntabilitas, yaitu para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat ataupun kepada lembaga yang berkepentingan.

9) Visi strategis, yaitu para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman

(22)

atas kompleksitas kesejarahan sosial budaya yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

b. Aspek-Aspek Good Governance

Dari sisi pemerintah, good governance dapat dilihat melalui aspekaspek sebagai berikut.

1) Hukum/kebijakan, merupakan aspek yang ditujukan pada perlindungan kebebasan.

2) Administrative competence and transparency, yaitu kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin, dan model administratif keterbukaan informasi.

3) Desentralisasi, yaitu desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen.

4) Penciptaan pasar yang kompetitif, yaitu penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil, dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintahan melakukan kontrol terhadap makro ekonomi.

2. Konsep Transparansi

Menurut Mardiasmo (2006:1-7), transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan seumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi

(23)

keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Transparansi pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien ,akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Transparansi adalah prinsip yang menjamain akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaanya serta hasil-hasil yang dicapai.

Transparansi adalah adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat beradsarkan preferensi publik.Makna dari transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dalam dua hal yaitu :

1) salah satu wujud pertanggung jawaban pemerintah kepada rakyat.

2) upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan mengurangi kesempatan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

(24)

Sedangkan transparansi penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hubungannya dengan pemerintah daerah perlu kiranya perhatian terhadap beberapa hal berikut :

1) Publikasi dan sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,

2) Publikasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan pemerintah daerah tentang berbagai perizinan dan prosedurnya.

3) Publikasi dan sosialisasi tentang prosedur dan tata kerja dari pemerintah daerah.

4) Dalam penawaran dan penetapan tender atau kontrak proyek-proyek pemerintah daerah kepada pihak ketiga.

5) Kesempatan masyarakat untuk mengakses informasi yang jujur, benar dan tidak diskriminatifdari pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Lalolo (2003 : 13) mengatakan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan serta hasil yang dicapai. Mustopa Didjaja (2003 : 261) tranparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Tjokromidjoyo (Tahir, Arifin 2011:123) mengatakan bahwa transparansi adalah diketahui oleh banyak pihak yang berkepentingan mengenai perumusan kebijakan dari pemerintah, organisasi dan

(25)

badan usaha. Dwiyanto (2006:80) transparansi adalah penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

a. Tujuan Tranparansi

Dengan adanya transparansi dalam pengelolaan pemerintahan, maka publik dapat mengetahui informasi berbagai hal berkaitan dengan kebijakan publik, sebab diketahui bahwa transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh nformasi tentang penyelenggaraan pemerintah, seperti informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, serta hasil-hasil yang dicapai. Adapun tujuan dari transparansi adalah :

1) Informasi terbuka luas untuk masyarakat luas.

2) Untuk membentuk aturan-aturan, regulasi dan kebijakan pemerintahan bagi publik secara jelas dan terbuka.

Aturan dan prosedur yang transparan dapat mencegah aparatur pemerintah dari tindakan penyalagunaan kekuasaan dengan ketersediaan informasi yang akurat dan memiliki interpretasi yang jelas.Aturan dan prosedur penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dapat melengkapi dan mendorong ketepatan prediksi terhadap kinerja pemerintahan, mengurangi ketidakpastian dan mencegah terjadinya korupsi dikalangan birokrat pelayan publik. Karena dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, akan mewujudkan

(26)

terjadinya good governance yaitu salah satunya dengan prinsip transparansi, terkhusus dalam transparansi informasi yang diberikan kepada masyarakat.

b. Prinsip-Prinsip Transparansi

Humanitarian Forum Indonesia (HFI) mengatakan ada 6 prinsip yang terdapat dalam transparansi yaitu sebagai berikut :

1) Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara pelaksanaannya, bentuk bantuan atau program).

2) Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan. 3) Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam

perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum. 4) Laporan tahunan.

5) Website atau media publikasi organisasi. 6) Pedoman dalam penyebaran informasi.

Sedangkan Mustopa Didjaja (2003:261) mengatakan bahwa prinsip transparansi tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keuangan, transparansi pemerintah dalam perencanaan juga meliputi 5 hal sebagai berikut :

1) Keterbukaan dalam rapat penting dimana masyarakat ikut memberikan pendapatnya.

2) Keterbukaan informasi yang berhubungan dengan dokumen yang perlu diketahui oleh masyarakat.

(27)

3) Keterbukaan prosedur.

4) Keterbukaan register yang berisi fakta hukum. 5) Keterbukaan menerima peran serta masyarakat.

Ada sembilan tingkatan prinsip transparansi yang harus diterapkan menurut Ratminto dan Winarsih (2006) yaitu :

1) Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik 2) Prosedur pelayanan

3) Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan 4) Rincian biaya pelayanan

5) Waktu penyelesaian pelayanan

6) Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab 7) Janji pelayanan

8) Standar pelayanan publik 9) Lokasi pelayanan

c. Karakteristik Transparansi

Menurut Mardiasmo karakteristik transparansi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1) Informatif yaitu pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur, data, fakta kepada stakeholders yaitu membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.

(28)

2) Keterbukaan yaitu keterbukaan informasi publik memberi hak kepada setiap orang untuk memperoleh informasi dengan mengakses data yang di badan publik, dan menegaskan bahwa setiap informasi publik itu harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, selain dari informasi yang dikecualikan yang diatur oleh Undang-Undang.

3) Pengungkapan yaitu pengungkapan kepada masyarakat atau publik atas aktivitas dan kinerja financial.

d. Indikator Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, transparan dibidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Prinsip transparansi dapat diukur melalui indikator menurut Suryadarma (2007) yaitu :

1) Mekanisme yang menjamin system keterbukaan dan standarisasi dari semua proses pelayanan publik.

2) Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam sektor publik. 3) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi dan

pemyimpanan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.

Kristianten(2006:73) menyebutkan bahwa transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum dan kejelasan tentang perundang-undangan dan keputusan pemerintah dan dapat diukur melalui beberapa indikator :

(29)

1) Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen, akses pada informasi yang akurat dan tepat waku.

2) Kejelasan dan kelengkapan informasi, penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur dan biaya.

3) Keterbukaan proses, kemudahan akses informasi.

4) Kerangka regulasi yang menjamin transparansi, menyusun suatu mekanisme jika terjadi pelanggaran.

3. Konsep Transparansi Informasi

Transparansi Informasi bukan hanya kebutuhan masyarakat, tetapi juga kebutuhan pemerintah, karena diketahui bahwa transparansi merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang baik (Good Governance). Transparansi merupakan salah satu dari karakteristikGood Governance atau kepemerintahan yang baik. Transparansi secara harfiah adalah jelas, dapat dilihat secara menyeluruh dalam arti kata keterbukaan. Menurut Kumorotomo, Wahyudi dkk. (2004 : 11), informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada orang yang akan menggunakannya sebagai pembuat keputusan.

Transparansi informasi merupakan membuka akses informasi kepada masyarakat yang bersangkutan. Mendel (Aldi:2017) bahwasannya membuka akses informasi merupakan kewajiban bagi pemerintah dan badan publik. Karena pada dasarnya informasi merupakan milik publik bukan hanya pemerintah atau

(30)

badan publik, maka dari itu seharusnya masyarakat dapat mengakses informasi publik.

Keterbukaan akses informasi merupakan kepentingan dalam pemerintah yang berpihak pada kepentingan rakyat. Sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang didalamnya mengatur mengenai hak masyarakat untuk mengetahui dan mengawasai penyelenggaraan negara yang transparan, efektif dan efesien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.

4. Konsep Pelayanan Izin Usaha

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia akan selalu berintraksi dan melakukan aktivitas-aktivitas dengan orang lain. Aktivitas adalah suatu proses penggunaan akal, pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan (Fauzi, 2015 ).

Gronroos dalam Raminto dan Winarsih mengatakan pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya intraksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

Prins (1976) mengatakan Izin adalah keputusan administrasi negara berupa peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tapi masih juga

(31)

memperkenankan asal diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal yang konkrit.

Pelayanan merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan orang lain. Izin adalah persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin atau perizinan memiliki arti pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha atau kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin meruapakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Terdapat pengertian izin dalam arti sempit maupun luas :

1) Izin dalam arti luas yaitu semua yang menimbulkan akibat kurang lebih sama, yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan untuk melakukan sesuatu yang mesti dilarang.

2) Izin dalam arti sempit yaitu suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar ketentuan ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat diteliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap khusus.

Usaha memiliki arti yaitu setiap tindakan, perbuatan dan kegiatan apapun dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Oleh karena itu pelayanan izin usaha dapat diartikan sebagai kegiatan pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha atau kegiatan tertentu dibidang perekonomian.Maka dari itu posisi penting

(32)

transparansi dalam pelayanan izin usaha menjadi salah satu koridor pemerintah untuk mewujudkan akuntabilitasnya kepada masyarakat.

Pengaturan penyederhanaan penyelenggaraan di dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 2 Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman PPTSP yang mencakup :

1) Pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PPTSP.

2) Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang tetlah ditetapkan dalam peraturan daerah (Perda).

3) Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda

4) Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan sesuai dengan arutan prosedurnya.

5) Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan.

6) Pembebasan biaya perizinan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku.

7) Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaran pelayanan.

(33)

B. Kerangka Pikir

Untuk mengetahui tranparansi informasi pelayanan surat izin usaha yang diterapkan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng dapat dilakukan dengan cara melihat rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti dan dikaitkan dengan kerangka pikir yang akan menjawab rumusan masalah tersebut, berdasarkan judul penelitian dan teori yang telah dibuat maka peneliti memberikan gambaran kerangka pikir yang sesuai dengan judul dan teori tersebut. Untuk mengetahui bentuk transparansi informasi pelayanan Surat Izin Usaha Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng, digunakan empat indikator untuk menilai hal tersebut yaitu : (1) Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen, akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu, (2)Kejelasan dan kelengkapan informasi, penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur dan biaya, (3) Keterbukaan proses, kemudahan akses informasi, (4) Kerangka regulasiyang menjamin transparansi, menyusun suatu mekanisme pengaduan jika terjadi pelanggaran. Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat umum dan kejelasan tentang peraturan perundang-undangan dan keputusan pemerintah.Keempat indikator tersebut merupakan teori dari Kristianten (2006:73), beliau mengatakan bahwa transparansi dapat diukur melalui keempat indikator tersebut, maka dari itu peneliti mengambil teori tersebut untuk mengetahui apakah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng menerapkan indikator tranparansi tersebut dengan tujuan

(34)

untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan untuk dilakukan penelitian di Kabupaten Bantaeng, adapun gambaran bagan kerangka pikir dapat dilihat pada gambar dibawah ini, yakni :

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir TRANSPARANSI INFORMASI PELAYANAN

SURAT IZIN USAHA

PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

TRANSPARANSI

1. Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen 2. Kejelasan dan kelengkapan informasi 3. Keterbukaan proses

4. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi

Penerapan

Transparansi Informasi Pelayanan Surat Izin Usaha

(35)

C. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini yaitu Transparansi informasi pelayanan pada Dinas Peneneman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng yang dimana keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi pelayanan.

D.Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun deskripsi fokus pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen yaitu pegawai Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu harus menyediakan semua informasi yang berkaitan dengan surat izin usaha yang akan diajukan oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Bantaeng. Adapun syarat pengajuan surat izin usaha baruberupa :1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), 2) Fotokopi NPWP, surat keterangan domisili (SITU), 3)Neraca perusahaan, 4) Materai senilai Rp 6.000, 5) Foto penanggungjawab dengan ukuran 4 x 6 cm (2 lembar), dan untuk pengajuan surat izin usaha perpanjangan berupa : 1) Surat permohonan, 2) Surat keterangan Lurah bagi usaha yang mengalami perubahan nama, alamat, jenis usaha, dan merek usaha, 3) Surat izin usaha lama yang asli dilampirkan.

Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen harus bersifat mudah diakses oleh masyarakat baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar tidak

(36)

menyulitkan masyarakat untuk mengetahui dokumen apa saja yang akan dibutuhkan pada saat pengurusan surat izin usaha.

b. Kejelasan dan kelengkapan informasi yaitu Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu harus memberikan kejelasan dan kelengkapan informasi kepada masyarakat yang akan mengajukan surat izin usaha, informasi tersebut berupa : 1) Mengambil dan mengisi Formulir permohonan Izin pada Loket Informasi di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Bantaeng, 2) Bila semua persyaratan sudah lengkap dipenuhi, maka berkas permohonan diserahkan di Loket Pendaftaran dan petugas di Loket Pendaftaran melakukan pemeriksaan jika dinyatakan lengkap maka petugas loket membuat bukti penerimaan berkas pendaftaran, 3) Petugas pendaftaran menyerahkan berkas ke Loket Pemrosesan, petugas pemrosesan akan mempelajari berkas permohonan tersebut kalau memerlukan pertimbangan teknis maka berkas tersebut diserahkan kepada tim teknis pertimbangan perizinan untuk dilakukan kajian dan tinjauan lapangan dan hasil tim tersebut disimpulkan melalui rekomendasi dan outputnya adalah permohonan izin layak/tidak layak/ atau berkas tidak lengkap, sehingga ditolak dikembalikan ke pemohon, 4) Bila hasil kajian teknis dan tinjauan lapangan merekomendasikan layak, maka izin akan segera diterbitkan dengan terlebih dahulu melakukan pembayaran retribusi pada loket Kasda atau Bank dengan mengambil perhitungan jumlah retribusi pada loket SKRD, 5) Bukti pembayaran retribusi dari loket Kasda atau Bank selanjutnya digunakan untuk mengambil izin pada loket pembayaran izin. Hal tersebut bisa

(37)

dilakukan salah satunya dengan menyediakan papan informasi yang jelas dan mudah dijangkau oleh masyarakat yang akan membuat surat izin usaha.

c. Keterbukaan proses yaitu Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu pada saat proses pembuatan surat izin usaha harus ada keterbukaan proses yang dilakukan agar masyarakat tidak merasa dirugikan pada saat proses pembuatan izin usaha dilakukan.

d. Kerangka regulasi yang menjamin trasnparansi yaitu Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu harus memiliki aturan yang mengatur mengenai transparansi proses pembuatan izin usaha, mengenai apa saja informasi yang sifatnya umum atau dapat disampaikan kepada masyarakat dan apa saja yang menjadi ketentuan dinas penanaman modal yang berhak untuk disampaikan secara transparansi kepada masyarakat.

(38)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 2 (dua) bulan setelah ujian proposal. Penelitian ini dilakukan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng. Alasan pemilihan lokasi didasarkan karena instansi tersebut yang menangani pengajuan surat izin usaha khususnya di Kabupaten Bantaeng. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian didasarkan karna untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah dan memberikn solusi yang tepat agar kedepannya pelayanan yang diberikan diharapkan dilaksanakan dengan mudah, cepat, transparan, efisien, akuntabel, dan anti pungutan liar sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Bantaeng. B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian untuk memberikan gambaran secara jelas dan obyektif pada transparansi informasi pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng mengenai pengajuan surat izin usaha yang diajukan oleh masyarakat yang akan membuka usaha berdasarkan observasi dan wawancara secara mendalam.

(39)

39

Penelitian ini bertipe fenomenologi yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada pemaparan dan pengalaman yang dialami oleh informan terkait dengan transparansi informasi pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengenai pengajuan surat izin usaha untuk mengungkapkejadian atau fakta,fenomenadankeadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung.

C.Sumber Data

Sumber data terbagimenjadiduayaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperolehpenelitisecaralangsung (daritanganpertama), sementara data sekunderadalah data yang diperolehpenelitidarisumber yang sudahada.Berdasarkan uraian tersebut maka sumber data dibedakan menjadi duayaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dai para informan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu baik melalui pengamatan (observasi)dan wawancara (interview)seperti mengamatilangsung proses pelayanan surat izin usaha dan mengamati bagaimana transparansi informasi pelayanan yang diberikan oleh pegawai Dinas Penanaman Modal dalam memberikan pelayanan pengajuan surat izin usaha kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Bantaeng. 2. Data Sekunder

Data yang diperoleh penulis melalui berbagai dokumen dan laporan tertulis mengenai transparansi informasi pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Bantaeng seperti peraturan tertulis ,

(40)

40

keadaan personalisasi, fungsi dan tugas, keadaan fisik kantor, sarana dan prasarana kerja dan data lain yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk menguatkan hasil penelitian.

D. Informan Penelitian

Peneliti menggunakan teknik insidental sampling sebuah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel berdasarkan kebetulan dalam menentukan informan pada pihak masyarakat pengguna layanan ditentukan secara Insidental, yaitu dipilih secara kebetulan pada saat mereka mengurus izin usaha dan ketika peneliti berada dilokasi penelitian. Sesuai dengan kebutuhan peneliti terkait dengan transparansi informasi pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terhadap pelayanan surat izin usaha, maka Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Informan Jabatan Jumlah

Informan 1 Muhammad Tafsir P.

S.S, M.AP

Kepala Dinas 1

2 Ali Azwar Isa, S.Sos, M.Si

Sekretaris 1

3 Fatmawati Pasega ST,MM

Kepala Bidang Perisinan Penanaman Modal dan PTSP

1 4 HJ Andi Suharti MK,

S.Sos, M.M

Kepala Bidang Promosi Penanaman Modal PTSP

1 5 1.Jumhariani, SE, M.M

2. Rahmatia

Staf Dinas Penanaman Modal Staf Dinas Penanaman Modal

2 6 1. H Malik

2. Muh Suyuti 3. Nurmujizat 4. H Supriadi

Masyarakat Pengguna Layanan Masyarakat Pengguna Layanan Masyarakat Pengguna Layanan Masyarakat Pengguna Layanan

4

Jumlah 10

(41)

41 E. Teknik Pengumpulan Data

Metode atau cara pengumpulandata yang penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan cara observasi,wawancara, dan dokumentasi yaitu sebagai berikut :

1. Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Fungsi observasi ini untuk menyaring dan melengkapi data yang mungkin tidak diperoleh melalui interview atau wawancara. Dalam penelitian ini observasi dilakukan ketika dilakukan pengamatan langsung di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terkait dengan transparansi informasi pelayanan surat izin usaha.

2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan menggunakan alat yang dinamaka interview guide (panduan wawancara). Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada Informan yang terkait dengan transparansi informasi pelayanan surat izin usaha, baik dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu maupun masyarakat pengguna layanan di Kabupaten Bantaeng.

3. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Jadi dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumen yang ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, yang berkaitan dengan objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas

(42)

42

dan konkret tentang transparansi informasi pelayanan surat izin usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintuberupa foto.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan menuntun kita kearah temuan ilmiah, bila dianalisis.Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis).Dalam model initerdapat 3 komponen pokok.Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2013) ketiga komponen tersebut yaitu :

1. Reduksi Data merupakan komponen pertama analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan. 2. Penyajian Data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan

kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna peristiwa yang menjadi lebih mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat di pertanggungjawabkan.

(43)

43 G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data ialah bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dimana pada model ini menggunakan setidaknya 3 (tiga) teknik, yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatui nformasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Lebih lanjut dalam penelitian ini yang mengkaji tentang transparansi informasi pelayanan surat izin usaha, peneliti membandingkan hasil wawancara maupun pengamatan langsung dilapangan baik itu dari perspektif internal maupun eksternal.

2. Tringulasi Teknik

Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, lebih lanjut peneliti menggunakan teknik yang berbeda didalam memperoleh dan menggali informasi terkait transparansi informasi pelayanan surat izin usaha untuk memastikan keakuratannya.

(44)

44 3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan pengecekan berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu kewaktu sehingga untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng yang dikenal dengan sebutan “ Butta Toa” terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 395,83 km. Terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 67 Desa dan kelurahan,502 Rukun Warga (RW) dan 1.108 Rukun Tetangga (RT). Kedepalan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bissappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pajukukang, Uluere, Gantarangkeke dan Kecamatan Sinoa. Kecamatan Tompobulu merupakan kecamatan terbesar dengan luas wilayah 76,99 km atau 19,45 persen dari luas Kabupaten Bantaeng, sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 28,85 km.

1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan Bantaeng, Ibukabupaten Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat ke timur kabupaten yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang dengan ketinggian tempat dari

(46)

permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut..

Kabupaten Bantaeng terletak di bagian 41 selatan propinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba b. Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

c. Sebelah Selatan : Laut Flores

d. Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto 2. Demografi

Untuk periode tahun 2007 – 2011 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng dalam lima tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan peningkatan, bahkan mencapai diatas rata-rata Sulawesi Selatan. Pertumbuhan penduduk diatas rata-rata Sulawesi Selatan tersebut secara umum mengindikasi pergerakan ekonomi daerah dari aktifitas penduduk disektor rill cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Rata- rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantaeng mencapai diatas 2,40% jika dibandingkan rata-rata pertumbuhan penduduk Sulawesi selatan yang hanya mencapai sebesar 1,57% (BPS Sulsel, 2012).

Permasalahan penyajian data jumlah penduduk selama ini, terdapat kecenderungan perbedaan antar jumlah penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan jumlah penduduk yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng

(47)

berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk tahun 2012 berjumlah sebanyak

185,675 jiwa atau lebih tinggi dibanding data BPS yang hanya berjumlah 179.505 jiwa yang terdiri atas 86.950 jiwa penduduk lakilaki dan 92.555 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai 453 jiwa / Km2 pada tahun 2012.

Tabel 4.1: Perkembangan Jumlah Penduduk Masing-Masing Kecamatan Se Kabupaten Bantaeng 2015-2019

No Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Bantaeng 35.913 36.191 36.718 37.081 37.301 2 Bissappu 30.254 30.487 30.931 31.241 31.422 3 Tompobulu 22.422 22.591 22.913 23.140 23.277 4 Uluere 10.576 10.657 10.814 10.923 10.986 5 Sinoa 11.568 11.658 11,827 11.945 12.014 6 Pa’Jukukang 28.379 28.599 29.017 29.305 29.478 7 Gantarangkeke 15.524 15.642 15,865 16.029 16.117 8 Eremeresa 18.213 18.351 18.614 18.809 18.910 Jumlah 172.849 174.176 176.699 178.473 179.505

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020 Sedangkan dari sisi struktur umur penduduk yang

menggambarkan secara umum tentang tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat ketergantungan penduduk. Dikemukakan bahwa Persentase jumlah penduduk umur 15-64 tahun atau disebut dengan usia produktif

(48)

sebesar 68,37 persen dan persentase jumlah penduduk yang umur 0-14 sebanyak 31,03 persen dan mereka yang berumur 65 tahun ke sebesar 5,07 persen. Mereka yang berusia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas disebut dengan usia tidak produktif, karena secara ekonomi kedua kelompok umur tersebut belum dan tidak produktif lagi. Apabila penduduk yang tergolong usia produktif dibandingkan dengan mereka yang tergolong usia tidak produktif maka diperoleh tingkat ketergantungan penduduk

(dependency ratio).

3. Tugas Pokok dan Fungsi BPTPM Kabupaten Bantaeng

Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng yang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bantaeng (Lembaran Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun 2013 Nomor 7) dan Peraturan Bupati

Nomor 20 tentang Tata Cara Pembentukan Izin di Kabupaten Bantaeng. Sebagai lembaga teknis daerah yang bertanggung jawab Kepala Bupati Bantaeng, maka Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas membantu Bupati Bantaeng di dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Bidang Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal, dengan tugas dan fungsi sebagai berikut:

(49)

a. Tugas Pokok

Bahwa dalam rangka efisien dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas Pemerintahan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Bantaeng dan untuk menjabarkan Peraturan Daerah Nomor & Tahun 2013 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan tata Kerja Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng.

b. Fungsi :

1. Penyusunan rumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pelayanan perizinan dan penanaman modal ;

2. Penyusunan, perumusan dan penetapan program serta kebijakan di bidang pelayanan perizinan dan penanaman modal;

3. Penyelenggaraan pelayanan di bidang penananman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu;

4. Pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pelayanan perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal ;

5. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang perizinan dan non perizinan ;

6. Pembinaan dan pelaksanaan pelayanan informasi, pemrosesan atau pengolahan dan pelaporan penyelenggaran perizinan dan non perizinan.

7. Pelaksanaan pelayanan pengaduan dan melakukan penyelesaian atas pengaduan

(50)

8. Penandatanganan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan Badan Perizinan Terpadu dan Penananman Modal ; 9. Pelaksanaan koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan

perizinan dan non perizinan, termasuk koordinasi pengkajian teknis perizinan melalui Tim teknis.

10.Perumusan, pengembangan dan pengendalian penyelenggaraan pelayanan perizinan sesuai dengan kewenangannya ;

11.Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya ;

12.Pelaksanaan kesekretariatan ;

13. Pembinaan Unit Pelaksana teknis dan tenaga fungsional. 4. Visi dan Misi

a. Visi

Terwujudnya masyarakat Bantaeng yang sejahtera lahir batin berorientasi pada kemajuan, keadilan, kelestarian, dan keunggulan berbasis agama dan budaya lokal

b. Misi

- Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

- Meningkatkan akselerasi program pengetasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja

- Meningkatkan akses, pemerataan, dan kualitass pelayan kesehatan dan pelayanan social dasar lainnya

(51)

- Mengoptimalkan kualitas dan pemerataan pembangunan infastruktur yang berbasis kelestarian lingkungan

- Mengoptimalkan pengembangan pertanian dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan

- Mewujudkan reformasi, birokrasi dan pelaayanan public 5. Struktur Organisasi BPTPM Kabupaten Bantaeng

Adapun tugas pokok, fungsi dan uraian tugas unsur-unsur organisasi Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng sebagai berikut:

1. Kepala Badan 2. Sekretaris

a. Kabid Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan - Kasi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan - Kasi Pengelolaan Data, Pemeriksaan dan Pelaporan - Kasi Pengaduan Dan Advokasi

b. Kabid Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal - Kasi Pemantauan Penanaman Modal

- Kasi Pengendalian dan Evaluasi Penanaman Modal - Kasi Pengawasan Penanaman Moda

c. Kabid Perencanaan Pengembangan Iklim Penanaman Modal - Kasi Data, Informasi dan Fasilitas

- Kasi Perencanaan Dan Regulasi Penanaman Modal - Kasi Pengkajian Dan Pengembangan Penanaman Modal

(52)

d. Kabid Promosi Penanaman Modal

- Kasi Pengembangan dan Materi Promosi Penanaman Modal - Kasi Pelaksanaan Promosi Penanaman Modal

- Kasi Fasilitas Kerjasama

6. Keadaan Sumber Daya Manusia BPTPM Kabupaten Bantaeng. Dalam penunjang tugas pokok dan fungsi Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng salah satu faktor yang penting adalah faktor sumber daya manusia aparatur. Adapun jumlah PNS yang dipekerjakan pada Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng tahun 2019 ialah sebanyak 48 orang. Dengan presentase22 Non PNS dan 26 Pegawai Negeri Sipil

Pegawai merupakan salah satu kunci pokok dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan organisasi untuk melaksanakan tuntutan tugas atau pekerjaan tersebut. Untuk mengetahui keadaan pegawai Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dalam pelaksanaan tugas selain jumlah pegawai yang dibutuhkan oleh sebuah instansi atau organisasi, dalam pelaksanaan tugas juga membutuhkan adanya kemampuan dan keterampilan dari pegawai. Adapun tingkat pendidikan yag dimiliki oleh pegawai Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya

(53)

Tabel 4.2

Persentase Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan PNS Non PNS

1 Strata 2 9 Orang -

2 Strata 1 12 Orang 11 Orang

3 Diploma 1 Orang -

4 SMU 4 Orang 1 Orang

Jumlah 26 orang 22 Orang

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng paling banyak memiliki tingkat pendidikan S1 dengan jumlah 12 orang, kemudian tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah 4 orang, tingkat pendidikan S2 dengan jumlah 9 orang, dan tingkat pendidikan D3 dengan jumlah 1. 2. Pegawai Berdasarkan Golongan

Adapun jumlah pegawai pegawai Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng terdiri dari beberapa golongan yaitu golongan II, III, dan golongan IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya:

(54)

Tabel 4.3

Klasifikasi Tingkat Pangkat/Golongan Pegawai BPTPM Kabupaten Bantaeng

No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 IV/c - - - 2 IV/b 1 - 1 3 IV/a 1 2 3 4 III/d 2 5 7 5 III/c 2 5 7 6 III/b 3 1 4 7 III/a - 2 2 8 II/d - - - 9 II/c - 1 1 10 II/b 1 - 1 11 II/a - - - 12 Non PNS Jumlah 48

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng digolongkan berdasarkan golongannya, dengan jumlah 48 orang dari golongan IVB sampai dengan IIB.

(55)

B. Transparansi Informasi Pelayanan Surat Izin Usaha Pada Dinas Penanaman Modal DanPelayanan Terpadu Satu Pintu

1. Ketersediaan dan aksesibilitas dokumen

Kualitas pelayanan informasi di bidang perizinan usaha memainkan peranan penting dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Kualitas pelayanan transparansi informasi sendiri juga dapat diidentifikasi dari peraturan pemerintah daerah dalam mendukung sekaligus memberikan legitimasi lembaga perizinan didaerah untuk memberikan ketersedian dan aksebilitas dokumen tentang tata cara perizinan usaha secara lebih efisien dan efektif.

Dalam hal ketersedian dan aksebilitas tata cara perizinan usaha, petugas birokrasi seringkali memberikan prosedur yang sangat rumit dan cenderung berbelit-belit, sulit diakses, memiliki prosedur yang sangat rumit serta tidak adanya kepastian waktu dan keterbukaan biaya pelayanan yang dibutuhkan. Jika mekanisme yang rumit terus tetap berjalan, otomatis membuat masyarakat menjadi malas dan enggan dalam mengurus perizinan.

Keberadaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum, dunia usaha dan juga pemerintah itu sendiri. Bagi masyarakat, dengan adanya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng masyarakat dapat memperoleh ketersedian dan aksebilitas dokumen tentang tata cara perizinan usaha

(56)

publik yang lebih baik serta mendapatkan kepastian dan jaminan hukum serta kemudahan dalam perizinan usaha. Sementara itu keberadaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng mampu mengurangi beban administratif, karena dengan Ketersedian dan Aksebilitas dokumen tentang tata cara perizinan usaha yang lebih efisien dan efektif sehingga mengurangi beban satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain serta menghindari adanya duplikasi mensosialisasikan tata cara perizinan usaha perizinan dan non perizinan, selain itu juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) karena masyarakat akan semakin percaya dengan pelayanan publik pemerintah khususnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng. Metode Pelayanan Perizinan dapat dilakukan dengan cara yaitu Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Upaya dalam memberikan informasi ketersedian dan aksebilitas dokumen tentang tata cara perizinan usaha publik yang berkualitas yang merupakan harapan masyarakat dan sekaligus tujuan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bantaeng. Maka dari itu, diperlukan kerja perangkat daerah (SKPD) lain serta menghindari adanya duplikasi dokumen tentang tata cara perizinan usaha perizinan dan non perizinan, selain itu juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) karena masyarakat akan semakin percaya dengan pelayanan publik pemerintah khususnya

Gambar

Tabel 3.1 : Data Informan Penelitian ..............................................................
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 : Data Informan Penelitian
Tabel 4.1:  Perkembangan Jumlah Penduduk Masing-Masing  Kecamatan Se Kabupaten Bantaeng 2015-2019
+4

Referensi

Dokumen terkait

Desember 2021 pada Bidang Pelayanan Perizinan dan Mal Pelayanan Publik Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.. 1 (satu) berkas Disampaikan dengan

81 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu.. Peraturan

Berdasarkan Peraturan Bupati Maluku Tengan Nomor 41 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Cilegon tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Tahun 2017 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Berau disusun berpedoman pada

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali sebagai unsur pendukung tugas Kepala Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN IZIN USAHA PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DPMPTSP KABUPATEN PATI STUDI PADA IZIN PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA, IZIN USAHA

Berkaitan dengan content of policy isi kebijakan dalam implementasi kebijakan Izin Mendirikan Bangunan IMB di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DPMPTSP Kota Bekasi