• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENANGKAPAN NYAMUK CULICINAE DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG. Hadi Suwasono, Widiarti, Sumardi dan Tri Suwaryono* ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENANGKAPAN NYAMUK CULICINAE DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG. Hadi Suwasono, Widiarti, Sumardi dan Tri Suwaryono* ABSTRACT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENANGKAPAN NYAMUK CULICINAE DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN

SEMARANG.

Hadi Suwasono, Widiarti, Sumardi dan Tri Suwaryono*

ABSTRACT

Between 1986 and 1988, a total of 24,184 mosquitoes comprising of 5 species of a l e x (92.85%) 2 species of Aedes (3.73%) and 1 species of Armigeres (3.42%) Were collected using aspirator at cattle shelters and inside of houses in Ungaran subsdism'ct, Semarang regency. The density of the mosquito population was not affected by the rainy on dry season. The role of Cblicinal for the transmission of Japanese B. encephalitis and other arbovirus infectious should be firther studied.

PENDAHULUAN

Nyamuk (Culicidae : Diptera) adalah serangga yang paling berperan sebagai pe- nularan penyakit pada manusia dibanding serangga lainnya d i daerah tropis dan subropis. Di Indonesia, empat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan menjadi perhatian Departemen Kesehatan ialah :

malaria, filariasis, demam berdarah dengue dan Japanese B encephalitis. l

.

Dua dian-

Dalam rangka mencari penyebab ka- sus demam yang tidak jelas penyebab- nya dilakukan kerja sama antara NAM- RU-2 Jakarta dengan Stasiun Penelitian Vektor Penyakit di Salatiga. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut dilakukan penangkapan nyamuk yang akan dijadi- kan bahan sumber isolasi virus. Hasil penangkapan nyamuk di daerah Keca- matan Ungaran untuk maksud tersebut di atas dilaporkan dalam tulisan ini. tara empat penyakit tersebut penyebab-

nya adalah virus (demam berdarah dengue BAHAN DAN KENA

dan Japanese B encephalitis) yang sampai

Lokasi

sekarang masih banyak dilaporkan ber-

jangkit hampir di semua propinsi di Penangkapan nyamuk dilakukan di 1ndonesia2s3. Di antara nyamuk penular desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabu- penyakit pada manusia, banyak dari sub paten Semarang dari bulan September familia Culicinae merupakan vektor pe- 1986 sampai dengan Agustus 1988. nyakit arbovirus, seperti halnya di India Luas desa 27 Ha, dengan ketinggian dari 14 spesies Culicinae berhasil diisolasi 3 18 m dari permukaan laut. Desa ini 18 jenis virus, sedang dari 5 spesies merupakan daerah semi perkotaan yang Anophelinae berhasil diisolasi 4 jenis sebagian dibatasi kawasan hutan pinus.

virus4. Rumah penduduk sebagian besar mmah

Berdasarkan data di Puskesmas Ungar- batu yang pekarangannya masih banyak an tercatat banyak penderita dengan ke- ditanami pepohonan dan rumpun bambu. luhan demam yang tidak jelas penyebab- Beberapa penduduk memelihara sapi pe- nya (komunikasi pribadi). rah dennan kandang menjadi satu dengan

* Stasiun Penelitian Vektor Penyakit, Puslit Ekologi Kesehatan, Salatiga, Jawa Tengah.

(2)

Hasil penangkapan nyamuk

. .

.

.

. .

. .

.

. . .

.

. . . .

. .

Hadi Suwasono et. al. mmah induk. Pembuangan limbah ternak

dan rumah tangga belum teratur.

Penangkapan nyamuk.

Penangkapan nyamuk dilakukan tiap minggu sekali terhadap nyamuk yang istirahat di tempat-tempat :

- Kandang ternak. Guna menangkap nyamuk Culex dan Anopheles, dilaku- kan penangkapan pada malam hari pukul (1 9.00 - 2 1,OO) oleh 2 penang-

kap nyamuk dengan menggunakan as- pirator pada 8 kandang, tiap kandang selama 15 menit. Seperti diketahui kedua jenis nyamuk tersebut di atas lebih banyak ditemukan di kandang ternak pada malam hari.

- Rumah penduduk. untuk Aedes

aegypti yang banyak dijumpai di da- lam mmah maka penangkapan dilaku- kan pada pagi hari (pukul 06.00 -

08.00) di dalam rumah oleh 2 penang- kap nyamuk dengan menggunakan aspirator pada 8 rumah, tiap rumah selama 15 menit.

Nyamuk hasil tangkapan dari masing- masing tempat penangkapan tersebut di atas ~dipindahkan dari "monocup" ke ta- bung reaksi kemudian dimasukkan ke da- lam kotak berisi es agar nyamuk tersebut pingsan. Nyamuk dalam keadaan pingsan diidentifikasi di bawah mikroskop stereo kemudian dipisahkan menurut jenisnya, dimasukkan ke dalam "nunc vial" (tabung plastik kecil bertutup) untuk selanjutnya disimpan di dalam nitrogen cair guna ke- perluan isolasi virus. Isolasi virus dikerja- kan oleh NAMRU-2 Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 menunjukkan jumlah nyamuk betina yang tertangkap terdiri atas 5 spesies Culex, 2 spesies Aedes dan 1 spesies Armigeres dari 24.184 spesimen yang diperiksa. Dari jumlah seluruh spe- simen yang tertangkap, Culex merupakan jumlah yang terbesar yakni 92,8570 se- dangkan Aedes 3,73% dan Armigeres 3,42%. Diantara Culex spp; Cx. pipiens

quinquefasciatus tertangkap paling ba- nyak yakni 49,3576 kemudian diikuti oleh Cx. fuscorephalus, Cx. tritaenior-

hynchus, Cx. vishnui dun Cx. bitanior- hynchus. Spesies dari genus Aedes yang tertangkap adalah Ae. aegypti sebanyak 98,55% dan selebihnya adalah Ae. albo-

pictus. Satu-satunya spesies dari genus

A rmigeres yang tertangkap di daerah Susukan adalah Ar, subalbatus.

Tabel 1. Jumlah nyamuk betina yang tertangkap di Desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabupa- ten Semarang, dari September 1986 sampai dengan Agustus 1988.* L J S p e c i e s J u m l a h ( % ) Culex pipiens quinquefasciatus 11.084 (45,83) tritaeniorhynchus 3.372 (13.94) bitaeniorhynehus 231 ( 0,95) vishnui 2.084 ( 8,61) fuscocephalus 5.685 (23,50) Aedes aegypti 886 ( 3,66) albopictus 16 ( 0,06) Armigeres subalbatus 826 ( 3,42) Total specimen 24.184 Total species 8

* Hasil penangkapan di kandang ternak dan di dalam

rumah (202 penangkapan).

(3)

Hasil penangkapan nyarnuk

. . . .

.

. .

. . .

.

.

. . .

.

.

Hadi Suwasono et. at

Bila melihat Tabel 2 maka tampak ,

a bahwa selama penangkapan, padat popu- lasi Cx. p. quinquefasciatus relatiff tinggi dibanding spesies-spesies lainnya dan cu- rah hujan tidak berpengarue terhadap fluktuasi padat populasinya. Hal tersebut dapat dipaharni sebab spesies ini dapat berkembang biak pada berbagai macam perairan dari yang jernih sampai ' y a n ~ tercemar dan di daerah penangkapan tempat perkembang biakannya tersedia sepanjang tahun. Keadaan tersebut juga ditunjukkan oleh tingginya kelimpahan nisbi dan angka dominans; spesies ter-

sebut dibanding spesies-spesies lainnya (Tabel 3). Pada Tabel 3 juga tampak

bahwa kelimpahan nisbi dan ,angka domi- nansi spesies-spesies lainnya secara beru- rutan dari tinggi ke rendah adalah sebagai berikut :

Cx. fuscocephalus, Cx. tritaeniorhynchus,

Cx. vishnui, Ar. 'subalbatus, Ae. aegypti,

Cx. bitaeniorhynchus dun Ae. albopictus.

Rendahnya padat populasi Ae. albopictus oleh karena penangkapan dilakukan di dalam rumah sedangkan aktifitas species ini terutama di luar rumah.

Tabel 2. Rata-rata Padat Populasi Nyamuk (per orang/ jam) dan Curah Hujan di Desa Susukan. Kec. Ungaran Kab. Semarang.

1987 Januari Pebruari Maret April M e i Juni Agustus September Oktober Nopember Desember 1988 Januari Pebruari Maret April M e i Juni Juli Agustus Bulan

Culex : I . p. quinquefasciatus; 2. tritaeniorhynchus; 3. bitaeniorhynchus; 4 . vishnui; 5 , fuscocepphalus. Aedes : I , aegypti ; 2, albopictus.

Armigeres : I , subalbatus

Bul. Penelit. Kesehat. 18 (2) 1990 1986 September 98 17,8 0,8 0,4 0,7 10,l 0,6 0,0 0,5 Oktober 156 24.1 0,3 0,4 1,4 5,9 2,3 0,l 1.9 Nopember 197 19,4 6,3 0,1 4 , l 25,9 0,9 0,2 2,4 Desember 25 7 21,5 13,2 0,2 2,9 1 4 3 0,6 0 , l 1 ,o Curah hujan ( m m ) C u l e x Aedes 1 2 1 1 Armigeres 1 2 3 4 5

(4)

Hasl penangkapan nyamuk

.

.

.

. .

. .

.

. . .

.

.

.

Hadi Suwasono et. al. Tabel 3. Kelimpahan Nisbi dan Dominansi Berbagai

Jenis Culicinae yang tertangkap di Desa Susukan, Kec. Ungaran, Kab. Semarang.*

No.

(

S p e c i e s

I K e l ~ ~ ~ a n l

Dominansi Angka 1 . Cx. p. quinquefasciatus 2. Cx. tritaeniorhynehus 3. Cx. bitaeniorhynechus 4. Cx, vishuni 5. Cx. fuscocephalus 6. Ae. aegypti 7. Ae. albopictus 8. Ar. subalbatus

* Hasil penangkapan 202 kali.

Peran dan potensi Culicinae sebagai vektor penyakit arbovirus telah banyak diteliti. Tentang Cx. p. quinquefa~ciatus

yang dominan didaerah penangkapan umumnya juga banyak dijumpa di daerah perkotaan dan pedesaan sedang peran dan potensinya sebagai vektor penyakit arbovirus di Indonesia belum diketahui. Terdapatnya virus Japanase Encephalitis (JE) di Indonesia telah dibuktikan oleh van Peenen dkk516 yang berhasil mengi- solasinya dari nyamuk Cx. tritaeniorhyn- chus, Cx. gelidus, Cx. fuscocephalus dun Cx. vishnui hasil tangkapan di daerah Bogor dan Jakarta di sekitar peternakan babi. Menurut Lubis dan ~ u h a r ~ o n o , ~ p e - nyebaran virus JE di Indonesia sangat

erat kaitannya dengan keberadaan babi dan vektor. Meskipun sebagian besar species vektor JE tersebut di atas kecuali Cx. gelidus, ditemukan di daerah Susukan namun adanya kasus JE belum pernah di laporkan meskipun lebih kurang 1,5 -

vektor filariasis ternyata di Thailand dari species ini berhasil diisolasi virus Chi- kungunya dan pada uji laboratoriunl yang dilakukan di India spesies ini terbukti mampu menularkan virus J E

.

~Aedes ~ ~ aegypti yang bersifat anthropophilic me- rupakan nyamuk yang berkembang biak di tempat-tempat penampungan air bersih di sekitar kita diketahui sebagai vektor utama penyakit demam berdarah dengue, sedangkan Ae, albopictus merupakan vek- tor sekunder8 p 9 . Kasus demam berdarah

dengue pernah dilaporkan terjadi di daerah Susukan sehingga keberadaan vek- tornya di daerah tersebut perlu diwaspa- dai (Komunikasi pribadi). Selain sebagai vektor demam berdarah dengue, Ae.

aegypti juga merupakan vektor Chikungu- nya di 1ndia4. Bila melihat komposisi

species nyamuk Culicinae yang berhasil ditangkap di daerah penelitian, banyak diantaranya dikenal sebagai vektor JE selain demam berdarah dan Chikungunya. Beberapa faktor untuk timbulnya kasus JE dan demam berdarah dengue di daerah Susukan dapat dijumpai namun adanya laporan kasus demam yang tidak jelas penyebabnya dari Puskesmas setempat menyebabkan isolasi virus perlu dilaku- kan. Perlunya isolasi tersebut selain mengi- konfirmasi keberadaan virus dengue juga kemungkinan adanya virus JE atau virus lain penyebab demam yang tak jelas penyebabnya. Dari hasil isolasi nanti akan diketahui species-species mana yang memiliki potensi sebagai vektor sehingga kewaspadaan dapat ditingkatkan.

KESIMPULAN

2 km dari lokasi penangkapan nyamuk Peran dan potensi beberapa species terdapat kandang babi, Culex p. quin- yakni Cx. p quinquefasci~tus, Cx. tri- quefasciatus yang lebih dikenal sebagai taeniorhynchus, Cx. vishnui, Cx, fus-

(5)

Hasil penangkapan nyamuk

.

. . .

. .

.

. . .

.

. .

.

.

.

.

.

Hadi Suwasono et. al. cocephalus, Ae. a e g y p t i dun Ae. albo-

p i c t u s yanl; berhasil ditangkap di daerah Susukan antara lain ikut ditentukan oleh hasil isolasi virus yang dilakukan, meski- pun species-species tersebut di daerah lain merupakan vektor atau berpotensi sebagai vektor penyakit arbovirus.

UCAPAN TERIMA

KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Pjh, Kepala Stasiun Penelitian Vektor Penyakit, pihak NAMRU-2 Jakarta, Puskesmas Ungaran, Dinas Kzsenatan Dati I1 Kab. Semarang dan para teknisi SPVP Salatiga atas bantuan yang telah diberi- kan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Self, L.S.; Salim Usman; Nelson, M.J. Saroso, J.S.; Pant, C.P. dan D.M. Fagara. 1976. Ecological studies on vectors of malaria, Japanese encephalitis and filaria- sis in rural areas of West Java. Bull. Pen. Kes. IV (1 dan 2); 41 - 55.

2. Lubis, I. dan W. Suharyono. 1986. Faktor nyamuk Chlex dan babi dalam penyebaran virus Japanese Eucephalitis (JE) di Pontia- nak dan Solo. Bull. Pen. Kes. 14 (1) : S-

15.

3. Suroso, T. dan Y.H. Bang. 1985. Control and prevention of dengue haemorhagic fever in Indonesia : strategy and thrust. Dengue Newsletter. 11 : 17-24.

4. Reuben, R.; Kaul, H.N. dan R.S. Soman. 1988, Mosquitoes of arboviral importance in India. Bull. Mosq. Borne Disease. 5 (3

dan 4); 48 - 54.

5. Van Peenen, P.F.D.; Joseph, S.W. et al. 1975. Japanese encophalitis virus from pigs and mosquitoes in Jakarta, Indonesia. Trans. Roy. Soc. Trop. Med. Hyg. 69(5): 477 - 479.

6. 1975. Isolation of Japanese

encephalitis virus from mosquitoes near Bogor, West Java, Indonesia. J. Med. Ent. 12 (5) : 574 - 575.

7. James, M.T. dan R.F. Harwood. 1969. Medical entomology. The macmillan Co- Collier. Macmillan Ltd, London. 484 hal. 8. Nelson, M.J.; Salim Usman; Pant, C.P. dan L.S. Self. 1976, Seasonal abundance of adult and immature Aedes aegypti (L) in Jakarta. Bull. Pen. Kes. IV (1 dan 2) : 1 - 8.

9, Chan, K.L. 1985. Singapore's dengue hae morrhagic fever control programe : A case

study on successful control or Aedes aegyp- ti and Aedes albopictur using mainly on- vironnmental measure as part of integrated vector control. SEAMIC. Tokyo. 114 hal.

Gambar

Tabel  1 menunjukkan jumlah nyamuk  betina  yang  tertangkap  terdiri  atas  5  spesies  Culex,  2  spesies  Aedes  dan  1  spesies  Armigeres  dari  24.184  spesimen  yang  diperiksa
Tabel  2.  Rata-rata Padat  Populasi  Nyamuk  (per orang/

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem peredaran darah manusia ada dua yaitu sistem peredaran darah besar/sistemik (bilik kiri – aorta – pembuluh nadi – pembuluh kapiler – vena cava superior dan vena

Masalah yang mucul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak adalah perbedaan agama di dalam keluarga, kurangnya pengetahuan orang tua dalam mengajarkan

Riset ini bertujuan menganalisis pengaruh indikator keuangan perusahaan asuransi yang terdiri atas pendapatan premi, hasil investasi, volume of capital, loss ratio, beban

Hasil pelatihan yang dilaksanakan pada bulan Juni –Juli 2014 menunjukkan kelompok Raos Manteb I dan Raos Manteb II telah berhasil membuat kecap ikan dan pelet ikan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan yang terjadi yaitu apakah ada peran adversity quotient

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan Sistem Informasi Paduan Suara Mahasiswa Universitas Diponegoro agar tidak sekedar informasi profil Paduan

Hal ini diperkuat oleh penelitian Bean, (2011) bahwa tingkat keberhasilan penulisan jurnal 90% sehingga dapat meningkatkan nilai ujian. Biologi sel yang merupakan

Desain Interface aplikasi AHP berbasis spasial ini terdiri dari beberapa form, yaitu form utama yang berisi menu utama program beserta tampilan peta untuk menampilkan informasi