• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAK Kusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAK Kusta"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS 9 NOPEMBER

Jalan Keramat Raya No.02 RT.02 Telpon (0511) 3254509 Email : pkmbjm-9nopember@yahoo.co.id Kode Pos 70239 B.Masin

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENANGANAN PENYAKIT KUSTA

A. PENDAHULUAN

Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leparae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf tepi/perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa saluran nafas bagian atas, kemudian dapat ke organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Seseorang dinyatakan sebagai penderita Kusta bilamana terdapat satu dari tiga cardinal sign berikut ini, yaitu : kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, serta adanya Basil Tahan Asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit. Klasifikasi Kusta terbagi menjadi 2 : Tipe PB (bercak 1-5, saraf tepi yang terkena 1, BTA negatif) dan Tipe MB (bercak > 5, mengenai lebih dari 1 saraf tepi, BTA positif).

Dengan kemajuan tekhnologi dibidang promotif, preventif, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan, maka seharusnya penyakit menular bukan menjadi masalah yang serius. Akan tetapi mengingat kompleksnya permasalahan penyakit menular ini, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh. Dengan semangat “TOSS (Temukan dan

Obati Sampai Selesai)” yang menjadi tata nilai dari program P2 diharapkan

bisa menjadi solusi untuk memutus permasalahan dalam pemberantasan penyakit menular yang kompleks.

B. LATAR BELAKANG

Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru, ata, kepercayaan yang keliru terhadap Kusta serta akibat kecacatan yang ditimbulkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kecacatan akibat Kusta justru meningkat sesudah pengobatan berakhir.

Disamping itu, diupayakan adanya penerapan tata nilai di puskesmas yaitu kekeluargaan, profesional, berintegritas, disiplin, adil, gak pantang menyerah, mandiri, amanah dan inovatif. Dengan penerapan tata nilai yang ada diharapkan dapat meningkatkan kinerja kita untuk menjalankan kegiatan.

C. TUJUAN

(2)

Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan masalah yang ada, sehingga dapat meningkatkan penemuan secara dini penderita kusta baru dan bisa mengobati pasien kusta secara sempurna.

2. Tujuan Khusus

a. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi suspek Kusta.

b. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi dini Kusta.

c.

Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien kusta.

D. PERAN SERTA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR

Kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan Penanganan Penyakit Kusta sangat berperan, karena tanpa dukungan dari lintas program dan lintas sektor maka kegiatan ini tidak dapat berjalan. Tim Pelaksana dari pemegang program yang selanjutnya bekerjasama dengan program lain sebagai bahan dalam tindak lanjut kegiatan penanganan Penyakit Kusta sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu juga kerjasama dengan kader dan masyarakat juga diperlukan sebagai penggerak di masyarakat

.

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Penemuan & Pengobatan Penderita Yang Berobat di Puskesmas

a. Perawat akan membantu dokter umum yang bertugas di BP untuk menggali keluhan, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan maupun riwayat pengobatan sebelumnya, serta melakukan pemeriksaan vital sign.

b. Dokter umum kemudian melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa kulit dan saraf tepi tersangka penderita. Dokter umum akan mencurigai seseorang adalah tersangka penderita Kusta apabila ada tiga cardinal sign berikut ini, yaitu : kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, serta adanya Basil Tahan Asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit, dan apabila ada 1 dari 3 cardinal sign diatas maka Dokter Umum sudah bisa menegakkan diagnosa Kusta terhadap tersangka penderita.

c. Bilamana dokter masih ragu dalam menegakkan diagnosis, tersangka penderita dapat dirujuk ke labkesda, laboratorium rumah sakit atau laboratorium swasta lainnya sesuai dengan permintaan tersangka penderita untuk dilakukan pemeriksaan BTA pada kerokan kulit. d. Apabila diagnosis Kusta sudah ditegakkan, dan jenis Kustanya juga

sudah diketahui, dokter umum kemudian berkoordinasi dengan apoteker untuk mempersiapkan MDT (Multi Drug Therapy).

(3)

e. Apabila ternyata tidak tersedia MDT di Puskesmas, maka Apoteker akan membuat surat permintaan obat kepada Pemegang Program TB di Dinas Kesehatan Kota, untuk diteruskan pada Gudang Farmasi Kota.

f. Setelah obat tersedia, Pemegang Program Kusta akan memberikan MDT sesuai jenis kusta nya sebanyak 1 blister atau untuk pengobatan selama 1 bulan, dan apabila obat habis penderita bisa mengambil obat lagi untuk 1 bulan kedepan di Puskesmas.

g. Pemegang program kemudian melengkapi berkas penderita dengan mengisi buku register penderita, kartu pasien, dan formulir pencatatan pencegahan kecacatan, lalu membuat janji untuk melaksanakan pelacakan kasus kontak dirumah penderita.

2. Pelacakan Kasus Kontak Kusta

a. Setelah disepakati waktu yang tepat, pemegang program kemudian menyiapkan alat-alat pemeriksaan dan kelengkapan administrasi. b. Pemegang program kemudian berkoordinasi dengan pelaksana

kegiatan.

c. Pelaksana kegiatan kemudian berkunjung kerumah penderita dan melakukan pemeriksaan terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah.

d. Apabila ditemukan ada 1 cardinal sign dari Kusta, pemegang program dapat menganjurkan keluarga atau tetangga penderita untuk berobat ke Puskesmas.

e. Apabila dokter umum di Puskesmas ragu dalam menegakkan diagnosis, dokter umum kemudian membuat rujukan untuk pemeriksaan laboratorium lanjutan atau rujukan konsultasi ke spesialis.

3. Layanan Rujukan Tatalaksana Kasus Kusta

a. Selain mengobati penderita yang ditemukan oleh petugas di Puskesmas, terkadang juga menerima rujukan tatalaksana yang berasal dari dokter umum maupun dokter spesialis diluar Puskesmas. b. Dokter yang ingin merujuk cukup membuat surat rujukan yang berisi data individu maupun data klinis tersangka penderita yang lengkap atau jelas.

c.Kemudian oleh dokter yang bertugas dipoli BP dilakukan pemeriksaan ulang cardinal sign yang ditemukan.

(4)

d. Apabila memang dokter umum di Puskesmas sependapat dengan dokter yang merujuk maka pengobatan terhadap penderita akan dimulai.

e. Perlakuan alur pengobatan penderita dari luar Puskesmas sama seperti alur pengobatan penderita yang ditemukan didalam Puskesmas.

f. Selain menerima rujukan, dokter umum terkadang juga perlu membuat rujukan untuk pemeriksaan laboratorium atau untuk konsultasi spesialis.

g. Apabila ingin merujuk, dokter umum membuatkan surat rujukan baik rujukan BPJS atau rujukan umum berdasarkan status jaminan kesehatan penderita.

3. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan dalam kartu status penderita, dan dilaporkan oleh pemegang program setiap 3 bulan sekali kepada Dinas Kesehatan Kota.

F. SASARAN

1. Sasaran penemuan dan pengobatan penderita Kusta di Puskesmas adalah pasien-pasien yang berobat ke Puskesmas.

2. Sasaran pelacakan kasus kontak Kusta adalah anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita.

3. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah pemegang program Kusta.

G. BIAYA

Kegiatan Penanganan TB Paru ini dibiayai dalam APBD dan BOK.

(5)

I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. I. MONITORING, EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan, pengontrolan atau pengendalian terhadap suatu kegiatan yang akan, sedang atau yang sudah dilaksanakan.

Monitoring dilakukan oleh Pemegang program dan Koordinator UKM bersama Kepala Puskesmas dengan tujuan adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat maupun keberhasilan dari program tersebut, mengetahui kendala dan hambatan serta untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang mungkin terjadi baik pada tahap perencanaan kegiatan dan pencapaian dari kegiatan yang dilaksanakan. Apabila program ini ada yang kurang sesuai / menyimpang dapat dilakukan koreksi baik pada perencanaan maupun pada saat proses pelaksanaan kegiatan tersebut. Sehingga pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan tujuan yang di tetapkan.

Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui proses pengukuran hasil yang dapat dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan. Tujuan Evaluasi ini adalah untuk memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan kegiatan dari program dan mengukur keberhasilan seluruh proses kegiatan yang dilaksanakan pada akhir kegiatan.

No Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penemuan dan pengobatan penderita yang berobat ke PKM v v v v v v v v v v v v

2 Pelacakan kasuskontak v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) 3 Layanan rujukan tatalaksana kasus v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) v (b il a a d a k as us ) 4 Pencatatan v v v v v v v v v v v v 5 Pelaporan v v v v

(6)

Pelaporan adalah suatu kegiatan melaporkan / menyampaikan secara tertulis segala kegiatan yang telah dilakukan, mencakup seluruh dari kegiatan yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari pelaporan adalah untuk mengetahui daya guna, hasil guna dan tepat guna kegiatan serta penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pelaporan program ini dilakukan oleh pemegang program dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Setelah dilakukan pelaporan sesuai dengan hasil mengevaluasi tersebut dengan menganalisa laporan yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya dalam rangka penilaian dan pengembangan kegiatan penanganan Penyakit Kusta untuk memicu kesinambungan pelaporan.

Mengetahui,

Kepala Puskesmas 9 Nopember

dr. Masliani Penata Tk. I

NIP. 19801118 200803 2 003

Koordinator UKM

Fitri Yuliana, AM. Keb Pengatur Tk. I

Referensi

Dokumen terkait

bintil-bintil (nodulus) jaringan parut, kulit yang keriput dan setiap penebalan kulit.  Perhatikan kelainan dan cacat pada tangan dan kaki antara lain atropi, jari

kondisi kulit mati rasa dan kecacatan selalu menjadi masalah yang menimbulkan luka berulang dan kronis; b) pascarehabilitasi medis belum memulihkan kondisi psikologis informan;

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi caspase-3 sebagai petanda apoptosis makrofag pada lesi kulit penderita kusta dengan tipe pausibasiler

Puji syukur kehadirat Allah ‘azzawajalla atas petunjuk ilmu yang dikaruniakan-Nya, penelitian berjudul Prevalensi Penderita Kusta Dengan Kecacatan di Poli Penyakit

Dari hasil penelitian terhadap kunjungan penderita kusta pada tahun 2011-2013 berdasarkan data registrasi yang didapat dari poliklinik kulit dan kelamin Fakultas

7,11 Selain itu, penderita dengan reaksi kusta, terutama reaksi reversal, penderita dengan lesi kulit multipel dan penderita dengan saraf yang membesar atau