• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKEKAT DUNIA JIN DAN KHODAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAKEKAT DUNIA JIN DAN KHODAM"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Dipersembahkan Oleh ;

Edi Sugianto C.Ht.

(2)

DAFTAR ISI ;

1. MENGAPA ORANG BERDZIKIR BISA KESURUPAN JIN hal. 3

2. MANTRA DAN RUQYAH hal. 3

3. Apakah Manusia Bisa Melihat Jin…..? . hal. 5 4. PENAMPAKAN YANG MENGHANTUI HAYAL MANUSIA hal. 6 5. PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN JIN hal. 6 6. Hikmah Aqiqoh dalam Prespektif Penyembuhan Penyakit hal. 9 7. Membentengi Diri dari Gangguan Jin hal.11 8. Penanggulangan Orang Kesurupan dan Penyembuhan Penyakit Akibat Gangguan Jin hal.14

9. Kekuatan Yang Mengalahkan hal.15

10.Kekuatan Yang Dikalahkan hal.17 11.Penanggulangan Orang Kesurupan Jin hal.19 12.Penyembuhan Penyakit Akibat Gangguan Jin hal.20

13.KHODAM hal.23

14.KHODAM JIN DAN KHODAM MALAIKAT hal.24

15.BERBURU KHODAM hal.26

16.MENGENALI KHODAM hal.27

17.RIWAYAT PENULIS [Kyai Muhammad Luthfi Ghozali] hal. 30

DIPERSEMBAHKAN OLEH Mas Eddy Sugianto, C.H. C.Ht.

Alamat : Desa Sekapuk Rt: 02 / Rw : 01 No. 16 Kecamatan Ujung Pangkah – Kabupaten Gresik

Jawa Timur – Indonesia HP : +6281231649477 Telfon Rumah : (+6231)-3940577

Email : semutraja@ymail.com

WEBSITE & BLOG QUANTUM TRANCEFORMATION NAQS DNA :

1. http://www.quantumpower.tk 2. http://www.reikinaqs.co.cc/ 3. http://www.blogsief.co.cc/ 4. http://avatar.zonet.us/ 5. http://sief.zonet.us/ 6. http://sedayu.blogdetik.com/ 7. http://www.kompasiana.com/majelisnaqs 8. http://majelisnaqs.blogspot.com/ 9. http://reikinaqs.blogspot.com/ 10.http://energikultivasi.wordpress.com/ 11.http://hongkongnaqs.wordpress.com/ 12.http://naqsmalaysia.wordpress.com/ 13.http://ruqyahtraining.wordpress.com/ 14.http://keajaibansyukur.wordpress.com/ 15.http://naqsdna.wordpress.com/ 16.http://sabdashakti.wordpress.com/ 17.http://reikinaqs.wapsite.me/ 18.http://quantumtranceformasi.blogspot.co m/ 19.http://majelisnaqs.multiply.com/ 20.http://reikinaqs.wordpress.com/ 21.http://cahayasirrullah.wordpress.com/ 22.http://kuantumbaitullah.wordpress.com

(3)

MENGAPA ORANG BERDZIKIR BISA KESURUPAN JIN

Ruqyah yang beberapa tahun lalu marak dilakukan, kini masih ada sebagian kalangan melakukannya bahkan ditayangkan secara tetap di salah satu siaran televisi. Jika dulu dengan membaca ayat-ayat suci Alquran kini dengan membaca wirid dan dzikir berjama’ah. Namun dampaknya sama, orang-orang yang dzikir dalam majlis itu menjadi bergelimpangan tidak sadarkan diri.

Para dzaakirin yang naas itu bareng-bareng kesurupan jin, mereka lupa ingatan dan berteriak-teriak seperti orang gila. Namun anehnya, pimpinan majlis dzikir itu mengatakan, yang mereka lakukan itu sarana untuk mengeluarkan jin dari tubuh manusia. Apakah benar pelaksanaan dzikir seperti itu bisa dikatakan ruqyah? Mengapa orang yang asalnya sadar, setelah berdzikir menjadi hilang kesadaran dan kesurupan setan jin. Bagaimana logikanya orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar dan bahkan dapat berakibat sakit yang berkepanjangan malah dikatakan ruqyah, yang artinya menyembuhkan orang sakit ?

Barangkali masih ada yang perlu diteliti, bahwa pelaksanaan dzikir tersebut boleh jadi justru telah menyimpang dan menyalahi dari apa yang dimaksud dengan ruqyah itu sendiri. Marilah kita renungkan akibatnya. Seandainya kesadaran orang yang sedang terganggu akibat dikuasai makhluk jin dalam majlis dzikir tersebut tidak dapat dipulihkan kembali, sehingga menjadi seperti orang gila dalam waktu yang berkepanjangan, mereka berteriak-teriak sepanjang jalan seperti saat pertama kali kesurupan jin pasca berdzikir, maka apa jadinya dan siapa yang dapat menolong mereka serta bertanggung jawab atas semua itu?

Apakah pelaksana majlis dzikir itu mampu memberikan jaminan dapat memulihkan kembali kesadaran orang yang sedang dikuasai makhluk jin tersebut? Apakah pimpinan dan pelaksana majlis dzikir itu tidak berfikir bahwa orang yang sedang kesurupan jin itu sedang menderita sakit akibat terluka, lebih-lebih luka itu berada di wilayah kesadaran mereka ?

Penulis merasa perlu menanggapi kejadian tersebut sebagai bentuk pengabdian hakiki seorang hamba yang dhoif kepada Tuhannya, demi keselamatan anak-anak cucu kita semua dari tipudaya dan gangguan setan jin yang terkutuk. Penulis berpendapat bahwa majlis dzikir yang ditayangkan di televisi yang mereka katakan ruqyah itu sesungguhnya bukan mengeluarkan jin dari tubuh manusia, akan tetapi justru sebaliknya, yakni membantu memasukkan jin untuk menguasai kesadaran manusia. Perbuatan itu bisa membahayakan kesehatan orang-orang yang ikut berdzikir dalam majlis tersebut. Bahaya jangka pendek, orang yang pernah kesurupan itu akan menjadi langganan kesurupan jin dan bahaya jangka panjang bisa berakibat terjangkit penyakit akibat gangguan jin dan gila.

Mantra dan Ruqyah

Ruqyah menurut bahasa artinya mantra atau jampi – jampi. Sedangkan yang dimaksud adalah cara penyembuhan orang sakit sebagaimana yang biasa dilakukan orang-orang zaman dahulu, yang kemudian sesuai dengan cara yang islami, dibenarkan dan diperbolehkan oleh Baginda Nabi saw; sebagaimana contoh kejadian yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw. yang tersebut di dalam hadis berikut ini:

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a ,” Sesungguhnya beberapa orang dari kalangan Sahabat Rasulullah saw sedang berada dalam perjalanan. Mereka pergi ke salah sebuah kampung Arab dan mereka berharap boleh menjadi tamu kepada penduduk kampung tersebut. Namun ternyata penduduk kampung itu tidak menerima. Tetapi ada yang bertanya: Apakah ada di antara kamu yang bisa

menjampi?, Karena ketua kampung kami terkena sengat. Salah seorang dari para Sahabat menjawab: Ya, ada. Lalu beliau menemui ketua kampung tersebut dan menjampinya dengan surat Al-Fatihah. Ketua kampung tersebut sembuh, maka Sahabat diberi beberapa ekor kambing. Namun beliau tidak mau menerima dan mengajukan syarat: Aku akan menyampaikan terlebih dahulu kepada Nabi s.a.w, beliau pun pulang menemui Nabi s.a.w dan menyatakan pengalaman tersebut. Sahabat itu berkata: Ya Rasulullah! Demi Allah, aku hanya menjampi dengan surat Al-Fatihah. Mendengar kata-kata itu,

(4)

Rasulullah saw tersenyum dan bersabda: Tahukah engkau, bahwa Al-Fatihah itu memang merupakan jampi (ruqyah). Baginda bersabda lagi: Ambillah pemberian mereka dan pastikan aku mendapatkan bagian bersama kamu. (Riwayat Bukhari di dalam Kitab Pengobatan hadits nomor 5295, Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4080, Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Sholat nomor 1989.)

Menurut hadis Nabi saw. di atas, yang dimaksud ruqyah adalah membacakan mantra atau jampi-jampi, baik dengan ayat-ayat Alquran al-Karim maupun dengan kalimat doa kepada orang yang sakit, supaya sakitnya menjadi sembuh. Bukan kepada orang yang sehat dan sadar kemudian menjadi hilang ingatan karena dikuasai makhluk jin, sebagaimana yang sampai saat ini masih ditayangkan oleh salah satu televisi.

Barangkali kita perlu bertanya; mengapa orang berdzikir bisa kesurupan jin, dan dikatakan oleh pimpinan majlis dzikir tersebut malah mengeluarkan jin?

Makhluk jin adalah makhluk yang notabene lebih kuat dari manusia. Mereka diciptakan dari api sedang manusia diciptakan dari debu. Mereka dapat melihat manusia, manusia tidak dapat melihat mereka. Mereka bisa memasuki tubuh manusia, manusia tidak dapat memasuki tubuh mereka, bahkan iblis dan balatentaranya yaitu para setan jin yang terkutuk ditetapkan oleh Allah Ta’ala sebagai musuh utama manusia. Allah SWT. berfirman:

ِ ِ ا ِب َ ْ َأ ْ ِ ا ُ ُ َِ ُ َْ ِ ُ ْ َ َ ِإ ا وُ َ ُ"وُ#ِ$% َ& 'وُ َ ْ(ُ َ َن َ*ْ+ ا نِإ

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya

syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” QS Fathir ayat 6.

Supaya setan jin dapat melancarkan tipudaya dengan mudah maka manusia harus terlebih dahulu dikuasai kesadarannya. Namun eronisnya, upaya setan jin itu justru difasilitasi sendiri oleh manusia. Dengan pelaksanan dzikir yang kesannya dipaksakan itu, para dzakirin itu tanpa sadar justru mengundang jin untuk menguasai kesadaran mereka sendiri, terbukti dengan begitu cepat mereka kesurupan jin.

Mestinya, kesadaran adalah bagian yang paling utama yang harus mendapat penjagaan dengan bersungguh-sungguh. Ia jangan dipertaruhkan dengan apa saja, lebih-lebih dengan alasan yang tidak pasti. Yang pasti adalah kesadaran itu, apabila dirasakan sehat, berarti tidak ada jin di dalamnya. Kalau ada jin di dalamnya, berarti orang tersebut kesurupan jin.

Dengan kesadaran itu, supaya manusia dapat ingat kepada Allah Ta’ala dan selanjutnya dapat bersyukur atas segala anugerah dan kenikmatan. Dengan kesadaran yang dikuasai jin berarti manusia tidak dapat melakukan ibadah dengan sempurna. Barangkali para pelaksana dzikir yang ditayangkan televisi itu kurang memahami, sesungguhnya jin dapat bebas keluar masuk ke dalam tubuh manusia, baik sekedar memberi informasi maupun mengadakan tipudaya bahkan langsung melalui hatinya. (QS. An-Nas ayat 5-6) Jadi, mengeluarkan jin dari tubuh manusia itu adalah dengan membebaskan kesadaran manusia dari penguasaan jin bukan sebaliknya.Bukan orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar, tetapi orang yang tidak sadar menjadi sadar.

(5)

Apakah Manusia Bisa Melihat Jin…..?

Jika yang dimaksud melihat Jin dalam arti melihat dengan mata kepala maka manusia tidak dapat melakukannya, Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:

ُ ِإ ْ(ُ,َْوَ َ% َ ُ-َْ ْ ِ ُ ُ. ِ/َ0َو َ ُه ْ(ُآاَ َ

Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. QS:7/27.

Demikian pula yang dinyatakan Ibnu Abbad r.s dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata:

Yang artinya: Rasulullah saw tidak membacakan al-Quran kepada jin dan tidak pula melihat mereka.

Kisahnya sebagai berikut: Suatu saat ketika baginda Nabi saw. dalam perjalanan bersama para Sahabat ra. menuju pasar Ukaz, tepat pada saat itu, antara syaitan jin dan berita dari langit sedang dihalangi dan mereka dilempari dengan panah berapi. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka, dan mereka berkata : Antara kami dan berita dari langit telah dihalangi dan kami dilempari dengan panah berapi. Kaum mereka berkata : pasti telah terjadi sesuatu yang luar biasa di muka bumi, coba pergilah menyebar ke bumi, baik di sebelah timur maupun baratnya, carilah apa menjadi penyebabnya, sehingga antara kita dan berita dari langit menjadi terhalang. Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan baratnya. Dan diantara mereka ada yang menuju arah Tihamah yaitu mengikuti arah perjalanan Nabi saw. bersama para sahabat ra. Saat itu Baginda Nabi saw sedang berada di bawah pohon kurma dalam perjalanan menuju ke pasar Ukaz dan Baginda Nabi saw. sedang melaksanakan sholat Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka (sekelompok jin) itu mendengarkan al-Quran dibaca, mereka memerhatikannya dan berkata : Inilah yang menjadikan kita terhalang dengan berita dari langit. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka lalu berkata: Wahai kaumku :

Yang artinya: Sesungguhnya aku telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat menunjukkan kita kepada kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah SWT. menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad saw dengan firman-Nya:

Yang artinya: Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengar bacaan al-Quran

1. Riwayat Bukhori di dalam Kitab Azan Hadits Nomor 731 2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat Hadits Nomor 681

3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.

Jika yang dimaksud melihat jin dalam arti mengenali, maka untuk hal tersebut orang tidak harus menggunakan mata kepala. Orang bisa mengenali suatu benda dengan indera yang dimiliki, dengan penciuman atau pendengaran, asal dengan itu orang tersebut dapat mengenali sesuatu maka boleh dikatakan ‘rukya’ atau melihat. Semisal orang buta mampu mengenali uang kertas, padahal dia tidak pernah melihat uang itu dengan matanya. Dengan mencium orang dapat mengenali kwalitas tembakau, dan dengan mendengar orang dapat mengenali seseorang melalui suaranya. Orang bisa mengenali suara, tetapi suara itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala melainkan didengarkan dengan indera

pendengaran. Meski hanya dengan pendengaran, ketika seseorang dapat mengenali suatu benda, maka orang itu berarti mengenali benda tersebut.

Seperti orang makan salak secara terus-menerus sehingga menjadi tahu dengan persis bahwa salak yang dimakan itu salah pondoh, orang tersebut berarti orang yang kenal salak pondoh. Bahkan semakin ahli,

(6)

semakin itu pula dia dapat mengetahui dengan tepat terhadap segala jenis-jenis salak secara spesifik. Melihat jin itu tidak harus dengan mata kepala, yang pasti jin itu ada, jin melihat manusia tetapi manusia tidak dapat melihat jin. Kehidupan jin itu dekat dengah kehidupan manusia, hanya saja manusia tidak dapat merasakannya. Demikianlah yang dinyatakan Allah dengan firman-Nya.

Oleh karena alam jin adalah alam yang ghaib bagi indera lahir manusia, untuk mengenalinya, maka dengan indera yang lahir itu seorang hamba wajib mengimani apa-apa yang disampaikan oleh Allah Ta’ala dengan wahyu-Nya. Ketika alam jin dinyatakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya, maka kewajiban manusia harus mengimaninya, selanjutnya, dengan kemampuan imaginasi yang ada manusia harus bersungguh-sungguh mengadakan penelitian dengan cara yang benar, hasilnya, dengan ilmu Allah dan izin-Nya manusia akan dibukakan penutup matanya sehingga mereka mendapatkan sesuai yang diharapkan. Ketika Allah SWT. berfirman:

Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. QS:25/53.

Maka manusia harus mengimani firman Allah Ta’ala itu, karena hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui keadaan makhluk-Nya. Menurut ayat diatas, alam manusia bagaikan samudera dan alam jin juga

bagaikan samudera, namun antara keduanya dibatasi oleh barzah atau ruang waktu dan dinding-dinding yang membatasi. Maksudnya, alam manusia adalah suatu dimensi dan alam jin juga merupakan suatu dimensi, namun masing-masing dimensi itu dibatasi oleh dimensi lain pula. Seperti alam mimpi adalah dimensi dan alam jaga juga merupakan dimensi, namun masing-masing tersebut dibatasi oleh dimensi yang lain yaitu alam tidur. Alam tidur dikatakan sebagai pembatas antara alam sadar dengan alam mimpi, karena tidak semua orang tidur pasti bermimpi, hal ini membuktikan bahwa alam tidur berbeda dengan alam mimpi.

PENAMPAKAN YANG MENGHANTUI HAYAL MANUSIA

Ketika seseorang mendapatkan penampakan, baik sebagai buah wirid dan mujahadah yang mereka lakukan atau karena ingatannya sedang sakit, mereka mengira, penampakan-penampakan itu merupakan bentuk jin yang asli, padahal sesunguhnya bukan, karena tidak ada yang dapat mengetahui bentuk jin kecuali hanya Allah Ta’ala. Penampakan-penampakan tersebut hanyalah bentuk gambar (visual) yang ditusukkan jin ke dalam alam hayal manusia, hal itu bisa terjadi, karena orang tersebut sebelumnya telah menghayal jin sesuai dengan hayalannya sendiri. Oleh karena itu, apabila orang-orang yang mendapatkan penampakan itu sebelumnya menghayal jin dalam bentuk putih-putih maka penampakan yang muncul berupa gambar putih-putih, jika mereka membanyakan jin dalam gambaran hitam-hitam maka

penampakan yang muncul berupa hitam-hitam. Penampakan-penampakan itu sesungguhnya hanyalah hasil sihir jin dengan mengambil hayalan manusia kemudian dibentuk menjadi visual dan dimasukkan kembali ke dalam bilik hayal manusia tersebut. Dalam kaitan ini banyak orang ahli wirid dan mujahadah terperangkap di dalam tipudaya setan jin. Terlebih lagi ketika penampakan itu kemudian mengeluarkan suara dan mengaku sebagai ruh wali, maka ahli wirid itu menghadapi jebakan setan jin yang sangat mematikan. Sedikit demi sedikit mereka akan dijadikan orang sombong, karena merasa mempunyai kelebihan di atas orang lain.

Orang tidak dapat melihat jin karena mata lahirnya sedang ditutupi, atau karena sorot pandangnya sedang terhalang oleh hijab-hijab basyariah. Ketika hijab-hijab itu dihapus sehingga penutupnya menjadi

terbuka, hal ini bisa terjadi sebagai buah ibadah yang dijalani, maka dengan izin-Nya manusia dapat merasakan keberadaan jin. Allah telah mengisyaratkan hal tersebut dengan firman-Nya:

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”. QS:50/22.

(7)

Walaupun seandainya manusia dapat melihat jin karena sorot matanya telah menjadi tajam sehingga tembus pandang dan ketika ternyata bentuk jin itu tidak sama dengan segala bentuk yang ada di dunia, dapatkah orang tersebut mencontohkannya kepada orang lain di dunia…? Ketika pandangan mata manusia telah menjadi tembus pandang karena penutupnya telah dibuka, berarti saat itu manusia tidak melihat dengan mata lahir melainkan dengan mata batin atau matahati, karena hanya dengan matahati itu seseorang dapat melihat alam yang dighaibkan terhadap mata dhohir. Keadaan yang dilihat oleh matahati , sebagaimana yang disebutkan di atas, dapatkah hal tersebut diperlihatkan kepada orang lain melalui mata lahirnya? Tentunya tidak bisa, keadaan itu seperti orang dapat mengenali suara dengan indera pendengaran, dapatkah suara itu kemudian dikenalkan kepada orang lain melalui indera penciuaman, semata-mata karena indera pendengaran orang tersebut sedang dalam keadaan rusak….?

Walhasil, apa saja yang dapat dicontohkan oleh manusia tentang bentuk jin melalui gambar-gambar yang dapat dilihat oleh mata lahir manusia yang lain, sesungguhnya itu hanyalah kebohongan belaka, baik kebohongan yang disebarkan oleh jin terhadap manusia yang dapat dibohongi maupun oleh manusia yang memang pekerjaannya suka berbuat kebohongan. Sesungguhnya bentuk asli jin itu tidak mungkin dapat dilihat manusia dengan panca inderanya melainkan hanya dapat dilihat dengan indera batin yang disebut matahati. Hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui kepada segala ciptaan-Nya. ( Uraian dalam

tulisan ini masih banyak hal yang disampaikan secara rahasia karena menyangkut hal yang memang harus dirahasiakan, oleh karena itu diharapkan para pembacanya tidak serta merta memperdalam kecuali dengan bimbingan ahlinya,- malfiali)

PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN JIN

Sebagai dampak kesurupan jin, pasca kesurupan itu orang tersebut bisa kejangkitan penyakit jin atau yang disebut penyakit non medis. Apabila penyakit jin ini menyerang wilayah kesadaran, berarti orang tersebut menjadi hilang ingatan atau gila. Apabila menyerang jasad berarti orang tersebut terkena

penyakit jin. Penyakit jin yang menyerang jasad ini bentuk wujudnya berupa angin dimensi jin. Angin itu masuk ke badan manusia kemudian menempel di salah satu bagian organ tubuhnya. Apabila menyerang kaum ibu, kedudukan angin jin tersebut seringkali menempel di bagian payudara dan rahim. Ibarat tanah liat ketika dibakar akhirnya menjadi batu bata, maka seperti itu pula ketika makhluk jin yang asal kejadiannya api itu tinggal di dalam jasad manusia yang asal kejadiannya tanah, maka anggota tubuh yang ditempeli itu terbakar sehingga mengeluarkan reaksi. Awalnya mengeluarkan lendir, kemudian lendir itu menjadi darah lalu menjadi segumpal daging. Ketika dampak angin jin itu sudah berbentuk daging, apabila dideteksi secara medis, maka gejala sakit itu di-indikasikan sebagai tumor atau kanker, bahkan merupakan tumor atau kanker ganas dalam arti ketika daging penyakit itu diangkat menyebabnya seketika menjalar ke tempat lain. Maka orang yang terkena tumor atau kanker yang penyebabnya benda jin ini meski berkali-kali tumornya diangkat secara medis, sakitnya tidak kunjung sembuh, bahkan semakin membahayakan karena sumber tumor tersebut malah berkembang biak.

Gejala awal, orang yang terkena penyakit jin ini sekujur tubuhnya terasa sakit, bahkan terkadang sumber sakitnya berpindah-pindah tempat. Seperti ada angin yang berjalan di sekujur tubuh. Tanda-tanda kalau sakit tersebut akibat benda jin, ketika orang yang sakit itu diperiksakan secara medis, dokter yang memeriksa tidak menemukan penyebabnya. Dokter yang satu mengatakan sakit ini dan dokter yang lain mengatakan sakit yang lain pula. Ketika penyakit tersebut diobatkan ke dukun, maka dukun itu seringkali menvonis sebagai terkena sihir atau santet, padahal orang sakit seperti tersebut tidak selalu akibat disantet orang. Bahayanya lagi apabila yang dituduh berbuat santet itu kerapkali disebutkan oleh dukun itu secara jelas. Akibatnya, usaha pengobatan melalui dukun itu kerapkali tidak menjadikan orang yang sakit menjadi sembuh, bahkan malah menyebabkan timbul fitnah berkepanjangan dan berbuntut menjadi permusuhan yang tiada henti.

(8)

Secara ilmu agama, penyakit yang penyebabnya angin jin itu memang ada dan terkadang hasil ulah manusia dengan memanfaatkan fasilitas yang ada pada dimensi jin. Manusia bekerja sama dengan jin yang lazim dikatakan santet atau sihir. Dari dahulu sihir itu memang ada dan bahkan Rasulullah s.a.w. pernah terkena sihir yang dilakukuan oleh orang Yahudi. Sebagaimana yang telah dikabarkan oleh sebuah hadits.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw pernah disihir oleh orang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labid bin al-A’sham sehingga Rasulullah saw merasakan seolah-olah berbuat sesuatu yang bukan perbuatannya. Pada suatu hari atau suatu malam Rasulullah saw berdoa dan terus berdoa,

kemudian beliau bersabda: Wahai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah telah memberiku pertunjuk mengenai apa yang aku mohonkan kepada-Nya ? Dua Malaikat telah datang kepadaku. Salah satunya duduk di samping kepalaku dan yang satu lagi duduk dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada Malaikat yang berada dekat kakiku atau sebaliknya:

Yang artinya: Apa sakit orang ini ? Yang ditanya menjawab: Tersihir. Seorang lagi bertanya: Siapakah yang menyihirnya ? Yang satu lagi menjawab: Labid bin al-A’sham Salah seorang bertanya: Di manakah sihir itu ditempatkan ? Yang satu lagi menjawab: Pada sisir dan rambut yang jatuh pada sisir serta simpul yang dibuat dari akar kurma jantan. Salah satunya bertanya : Di manakah benda itu diletakkan ? Yang satu lagi menjawab: Di dalam telaga Zu Arwan. Aisyah ra meneruskan : Lalu Rasulullah saw pergi ke telaga tersebut bersama-sama para Sahabat. Kemudian baginda bersabda: Wahai Aisyah demi Allah, seakan-akan air telaga itu berwarna kuning kemerah-merahan dan akar-akar kurma yang ada di situ bagaikan kepala-kepala syaitan. Aku (Aisyah) bertanya: Ya Rasulullah, mengapakah engkau tidak membakar saja benda itu ? Rasulullah saw menjawab: Tidak. Mengenai diriku, Allah telah berjanji akan menyembuhkanku dan aku tidak suka membuatkan orang banyak menjadi resah, oleh karenanya aku menyuruh menanamnya.

· Riwayat Bukhari di dalam Kitab Pengobatan hadits nomor 5324. · Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4059.

· Riwayat Ibnu Majah di dalam Kitab Pengobatan hadist nomor 3535.

Penyakit non medis itu memang terkadang akibat disihir orang jahat, namun juga terkadang akibat orang kesurupan jin. Apabila kita menemukan gejala sakit sebagaimana disebutkan di atas, maka sebaiknya kita tidak hanya melakukan upaya pengobatan secara medis saja, namun juga secara non medis. Dalam arti memeriksakan sakit tersebut kepada ahlinya. Banyak hal yang bisa menyebabkan orang terkena penyakit non medis. Tidak hanya dari dimensi jin saja, namun juga terkadang dari akibat pola pikir yang tidak sehat. Yang asalnya pola pikir tidak sehat, ketika terjadi ketidakseimbangan antara emosional, rasional dan spiritual sehingga pikiran orang menjadi bleng, pikiran yang bleng tersebut bisa dimanfaatkan oleh jin untuk memasukkan penyakit dalam tubuh manusia yang diincarnya.

Untuk mendiagnosa penyakit tersebut, dibutuhkan orang yang matahatinya cemerlang. Sorot matanya mampu menembus beberapa lapisan dimensi yang ada sehingga dia benar-benar mampu menemukan penyebab penyakit tersebut. Orang yang demikian itu bukan seorang dukun yang memang sengaja membuka praktek untuk mencari uang. Namun mereka itu adalah orang-orang ahli ibadah yang hatinya ihlas. Mereka menolong manusia semata-mata mengamalkan ilmu yang dimiliki sebagai bentuk wujud pengabdian kepada Tuhannya secara horizontal. Sebagai buah ibadah yang dilakukan, hati mereka menjadi bersih dari kepentingan dunyawiyah sehingga sorot matanya menjadi tembus pandang. Setelah diagnosa sudah dilakukan dengan benar, biasanya cara penyembuhannya malah menjadi mudah, bahkan lebih mudah daripada diagnosanya. Hal tersebut bukan berarti ahli ibadah itu dapat menyembuhkan orang sakit, tetapi melalui tangannya, Allah Yang Maha Menyembuhkan memberikan kesembuhan kepada orang yang harus ditolong tersebut.

(9)

Banyak hal yang bisa kita bicarakan tentang penyakit non medis ini, namun karena luasnya ilmu tersebut, maka tidak mungkin dapat diuraikan secara mendetail dalam bahasa tulisan yang terbatas, kecuali

ditindaklanjuti dengan cara berdialog secara interaktif kasus per kasus. Oleh karena itu, apabila pembaca ingin memperdalam pembicaraan silahkan memanfaatkan ‘rubrik konsultasi’ untuk bertukar fikiran dengan penulis. Semoga Allah Ta’ala membukakan pintu hidayah-Nya untuk kita dan memberikan hikmah guna memahami romantika kehidupan ini.

Hikmah Aqiqoh dalam Prespektif Penyembuhan Penyakit

Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu berlomba-lomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang dipancarkan darinya, sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya setan jin sudah mengadakan penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut dilakukan oleh jin dalam rangka membangun pondasi di dalam janin yang masih sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak manusia tersebut menjadi dewasa dan kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal serangan yang sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw. melalui sabdanya berikut ini :

* Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda:

apabila seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:

Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku!

Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Sekiranya hubungan antara suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak. Anak itu tidak akan diganggu oleh setan untuk selamanya

· Riwayat Bukhari di dalam Kitab Nikah hadits nomor 4767. · Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591. · Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012. · Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.

Disaat manusia sedang menjalani bagian kehidupan yang paling nikmat, mereka tidak boleh lupa diri. Mereka tidak boleh lupa kepada Allah Ta’ala. Kebahagiaan hidup itu harus dimulai dengan berdzikir menyebut asma-Nya dan membaca do’a. Hal itu harus dilakukan, supaya kebutuhan biologis manusiawi tersebut dinilai sebagai amal ibadah. Ketika perbuatan yang sering menjadikan manusia lupa diri itu menjadi amal ibadah, disamping mereka mendapatkan pahala yang besar, juga apa saja yang ditimbulkan darinya akan menjadi buah ibadah. Oleh karena ibadah berarti menolong di jalan Allah, maka Allah Ta’ala akan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman itu. Allah Ta’ala menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS:47/7.

Dengan sebab pertolongan Ilahiyah tersebut, sejak saat itu juga calon anak manusia itu akan mendapatkan perlindungan dari-Nya. Janin yang masih sangat lemah itu dimasukkan dalam benteng perlindungan-Nya yang kokoh sehingga setan jin tidak mampu lagi mengganggu untuk selama-lamanya. Allah Ta’ala telah menyatakan pula dengan firman-Nya:

(10)

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. QS:15/42.

Adakah kasih sayang yang melebihi kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, dan Rasulullah saw. kepada umatnya? Betapa seandainya tidak ada kasih sayang itu. Seandainya kita tidak diajarkan oleh Rasulullah saw. usaha tandingan untuk menangkal bahaya besar yang tidak banyak disadarai oleh manusia itu, adakah kira-kira manusia dapat selamat dari ancaman setan jin yang sangat mengerikan itu? Sementara sepasang anak manusia sedang asyik-asyiknya dalam keadaan lupa diri, ternyata setan jin telah menyiapkan jurus-jurus ampuh. Jika seandainya tidak ada penangkal tersebut barangkali dapat dipastikan, tidak ada seorang manusiapun mampu menyelamatkan diri dari serangan jin yang mematikan itu.

Buah ibadah yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum mendatangi istrinya itu disebut “Nismatul ‘ubudiyah” sedangkan kehidupan yang mendiami janin di dalam rahim seorang ibu itu disebut “Nismatul adamiyah”. Selama keberadaan nismatul adamiyah didampingi nismatul ‘ubudiyah, sampai kapanpun anak manusia tetap mendapatkan perlindungan Allah Ta’ala. Dengan perlindungan itu setan jin tidak mempunyai kekuatan untuk menguasainya, kecuali manusia sendiri terlebih dahulu merusak sistem perlindungan tersebut dengan berbuat kemaksiatan dan dosa. Akibat dosa-dosa yang dilakukan itu dengan sendirinya nismatul ‘ubudiyah akan meninggalkan nismatul adamiyah, sehingga terbuka peluang bagi setan jin untuk menguasai manusia.

Ketika persetubuhan itu tidak dilandasi dengan nuansa ibadah, tidak diniati dengan niat yang baik, hanya memperturutkan dorongan hawa nafsu belaka, lebih-lebih lagi dilaksanakan dalam kondisi masih haram, sehingga sejak proses awal kejadian anak manusia itu tidak mendapatkan nismatul ‘ubudiyah, tidak mendapatkan sistem penjagaan malaikat untuk melindungi jalan hidupnya, maka sejak masih berbentuk janin itu, anak manusia tersebut sudah terkontaminasi anasir-anasir jin. Akibatnya, sejak itu pula menjadi sangat rentan mendapatkan gangguan setan jin, baik jasmani maupun ruhaninya. Jasmaninya dalam arti sangat rentan mendapatkan berbagai macam penyakit yang penyebabnya datang dari dimensi alam jin dan ruhaninya dalam arti baik kesadaran maupun karakternya rentan mendapatkan gangguan jin. Dengan demikian itu berarti, bagian kehidupan anak manusia itu telah tergadai di dalam kekuasaan setan jin sehingga kapan saja jin dapat melaksanakan niat jahatnya. Allah Ta’ala telah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:

Tiap-tiap jiwa dengan apa yang telah diperbuatnya akan tergadai. QS:74/83.

Akibat dari kesalahan tersebut, jiwa anak manusia bagaikan sudah digadaikan oleh orang tuanya kepada setan jin, maka dia membutuhkan tebusan untuk membebaskannya. Oleh karena itu, berkat rahmat-Nya yang Agung, Allah Ta’ala masih memberikan kesempatan kepada setiap orang tua untuk menebus jiwa anaknya tersebut dengan melaksanakan sunnah Rasulullah saw yang disebut Aqiqoh.

Sebagaimana pelaksanaan ibadah qurban – laki-laki dengan dua ekor kambing dan perempuan dengan satu ekor kambing – Aqiqoh juga demikian. Rasulullah saw. sebagai seorang Rasul yang “Ma’shum” atau yang sudah mendapat jaminan keselamatan dan penjagaan dari akibat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, beliau melaksanakan Aqiqoh untuk putra-putrinya hanya selang tujuh hari setelah hari

kelahirannya. Hal itu berarti mengandung pelajaran bagi umatnya tentang demikian besarnya hikmah Aqiqoh.

Jika diambil arti secara filosofi, tujuan aqiqoh juga seperti tujuan ibadah qurban, yakni melaksanakan tebusan atau yang disebut dengan istilah Fida’. Artinya; yang semestinya Nabi Ismail as. mati kerena saat itu Nabi Ibrahim as. mendapatkan perintah untuk menyembelihnya, namun kematian itu ditebusi oleh

(11)

Allah Ta’ala dengan kematian seekor binatang qurban. Sehingga sejak itu, setiap hari Raya Qurban kaum muslimin disunnahkan untuk melaksanakan qurban dengan menyembelih binatang qurban. Seperti itu pula tujuan aqiqoh yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Yakni melaksanakan penebusan barangkali di saat kedua orang tua tersebut melaksanakan kuwajiban nafkah badan ada kehilafan. Maksudnya, bagian kehidupan anak yang sudah terlanjur tergadaikan kepada setan jin akibat kesalahan yang diperbuat, orang tua itu dianjurkan melaksanakan tebusan dengan melaksanakan aqiqoh bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu hendaknya umat Islam melaksanakan aqiqoh untuk anak-anaknya dengan sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala. Aqiqoh boleh dilaksanakan bersamaan pelaksanaan hajad-hajad yang lain, hal itu karena daging aqiqoh dianjurkan dibagikan dalam keadaan matang. Boleh untuk walimatul ‘ursy, atau walimatul khitan umpamanya, asal dalam

pelaksanaan itu tidak dibarengi dengan niat-niat yang tidak terpuji. Aqiqoh tidak boleh dibarengi dengan niat-niat yang dapat membatalkan pahala ibadah, misalnya untuk berbuat bangga-banggaan atau untuk perbuatan riya’ dan pamer, atau perbuatan yang sifatnya mubadzdzir menurut hukum agama islam, seperti pesta-pesta perkawinan yang sifatnya hanya untuk menunjukkan status dan kehormatan duniawi, hanya untuk pamer kesombongan dan bangga-banggaan. Hal itu dilakukan agar aqiqoh yang

dilaksanakan itu benar-benar mencapai target sasaran. Menjadikan kafarot atau peleburan bagi dosa-dosa dan kesalahan yang telah terlanjur dilakukan oleh kedua orang tua.

Jadi, salah satu hikmah aqiqoh adalah, disamping diniatkan untuk melaksanakan sunnah Rasul saw, juga dapat dijadikan media atau sarana bagi usaha penyembuhan orang yang telah terlanjur jiwanya

tergadaikan kepada setan jin sehingga badannya dihinggapi berbagai penyakit. Aqiqoh yang dilaksanakan itu bukan dalam arti kambing yang disembelih itu kemudian dipersembahkan kepada jin yang sedang memperdaya orang yang sakit sehingga hukumnya menjadi syirik. Hal tersebut sebagaimana yang disangkah oleh sebagian kalangan yang tidak memahami ilmunya. Namun dilaksanakan semata-mata melaksanakan syari’at agama. Dengan asumsi, bahwa ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba bukan untuk kepentingan Allah Ta’ala, tetapi pasti ada kemanfaatan bagi orang yang malakukannya. Hal itu bisa terjadi, karena secara sunatullah, Allah Ta’ala sudah menetapkan bahwa setiap amal kebajikan pasti dapat menghilangkan kejelekan, asal kebajikan tersebut dilaksanakan semata-mata melaksanakan perintah-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan firman-Nya:

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. QS:11/114.

Membentengi Diri dari Gangguan Jin

Bacaan ruqyah dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun benteng perlindungan dari godaan jin, baik untuk pribadi maupun masyarakat dalam satu wilayah. Namun yang menjadi benteng perlindungan itu bukan bacaannya, melainkan ‘sirr’, atau rahasia bacaan yang disebut ‘warid’, sebagai buah ibadah yang dilakukan secara istiqomah dan ihlas. Untuk membangun benteng tersebut, baik bacaan maupun cara mengamalkannya sama, yang berbeda hanya niat dan pelaksanaan. Kalau untuk diri sendiri, berarti niatnya juga untuk diri sendiri dan dilaksanakan sendiri, kalau untuk orang banyak, niatnya juga untuk orang banyak dan dilaksanakan secara berjama’ah.

Seseorang dengan sendirian dapat membentengi suatu kaum secara komunitas asal dia mempunyai kemampuan baik ilmiyah maupun amaliyah, dengan istilah ‘istighotsah’ atau do’a bersama. Hal tersebut sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah saw. saat beliau sedang penghadapi perang Badar. Allah Ta’ala mengabadikan dengan firman-Nya yang artinya: (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan (beristighotsah) kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. – Dan Allah tidak

(12)

menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan pertolongan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS:8/9-10.

Seseorang harus mampu membentengi dirinya terlebih dahulu sebelum membentengi orang lain, karena mustahil orang dapat membentengi orang lain sebelum mampu membentengi diri sendiri. Allah Ta’ala talah memberikan isyarat dengan firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. QS:66/6.

Sarana untuk membentengi diri dari ganguan jin itu dinyatakan juga oleh baginda Nabi saw. dalam sabdanya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Barang siapa membaca:

dalam sehari sebanyak seratus kali, niscaya dia mendapat pahala sebagaimana orang memerdekakan sepuluh budak. Dia juga diampunkan seratus kejahatan, dibuatkan untuknya benteng sebagai pelindung dari setan pada hari itu hingga petang hari. Tidak diganjarkan kepada orang lain lebih baik darinya kecuali orang tersebut melakukan amalan lebih banyak darinya. Manakala mereka yang berkata:

dalam sehari sebanyak seratus kali niscaya terhapuslah segala dosanya sekalipun dosanya itu banyaknya seperti buih di lautan. HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad Ibnu Hambal dan Malik.

Rodhiallahu’anhum.

Melaksanakan ‘istighotsah’ dengan sendirian untuk membentengi komunitas manusia pada wilayah tertentu, hal tersebut sudah banyak dilakukan oleh para ‘Ulama salafush-sholeh. Ruqyah seperti itu dilakukan sebelum mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Islam. Manusia utama itu bagaikan seorang petani, sebelum menanam benih, tanah yang akan ditanami benih, digarap terlebih dahulu. Lahan yang tersedia dicangkul dan dialiri air, baru setelah tanah sudah siap tanam, bibit-bibit unggul ditanam di atasnya. Seperti itu pula yang dilakukan para ‘Ulama salafush-sholeh tersebut, namun tanah yang

dimaksud bukan tanah di muka bumi melainkan tanah yang ada di dalam dada manusia. Maksudnya, sebelum mereka melaksanakan da’wah, komunitas manusia yang mau digarap itu terlebih dahulu dimujahadahi di jalan Allah, setelah hati mereka siap menerima hidayah Allah, baru ilmunya diajarkan.

Dengan cara seperti itu, banyak hati manusia mudah simpatik kepada mereka sehingga apa-apa yang mereka berikan, baik ilmu maupun amal, dapat diterima di tengah masyarakat dan membawa

kemanfaatan yang hakiki. Ilmu dan amal yang mereka ajarkan tersebut mampu menjadikan manusia beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala. Dalam kaitan pelaksanaan tugas mulia itu, membentengi umat dari gangguan jin merupakan hal yang mereka utamakan. Hal itu dilakukan, karena syaitan jin adalah musuh utama bagi manusia.

Adapun bacaannya, disamping dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an al-Karim dan do’a-do’a

sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw., mereka juga menyusun wirid-wirid khusus, seperti hizib dan ratib. Dalam kaitan ini mereka itu bagaikan seorang dokter yang menerbitkan resep-resep obat,

(13)

namun jika para dokter menerbitkan resep untuk mengobati penyakit jasad, para manusia pilihan itu menerbitkan resep-resep ruqyah untuk menyembuhkan penyakit secara umun, baik penyakit jasad, kesadaran maupun penyakit hati.

Resep ruqyah yang mereka ajarkan tersebut telah menunjukkan hasil yang luar biasa bahkan berhasil merubah karakter dan aqidah manusia di tanah Jawa, sejarah telah membuktikan dari tapaktilas perjuangan para Walisongo. Sebagain besar penduduk tanah Jawa yang asalnya beragama Hindu dan Budha, sekarang mayoritas menjadi Muslim yang taat. Bacaan Ratib (seperti ratibul hadad, ratibul ‘ath-thosy dll.) maupun hizib-hizib yang telah diajarkan oleh para ulama salafush-sholeh tersebut telah berhasil meruqyah penyakit manusia secara universal, baik secara individu maupun komunitas. Bahkan pembacaan Tahlil dan Yasin yang sudah dilakukan dan membudaya di masyarakat, sesungguhnya sudah mencukupi untuk kebutuhan ruqyah massal ini. Dalam mengamalkan ruqyah massal tersebut para manusia utama itu bahkan telah membimbing umatnya secara langsung dan bersama-sama mengamalkan secara berjama’ah. Ruqyah tersebut sesungguhnya telah diamalkan oleh umat islam secara

berkesinambungan, sejak zaman shahabat, tabi’in dan tabii’it-tabi’in dan pengikutinya sampai sekarang, bahkan telah mengakar dan mentradisi di masyarakat terutama dari kalangan ahli sunnah wal jama’ah, hanya saja para pelaksananya tidak memahami bahwa yang diamalkan tersebut adalah Ruqyah Massal.

Demikianlah ‘Ulama dahulu berhasil memasukkan ajaran Islam kepada umatnya, baik faham maupun amalan dengan strategi yang santun dan jitu. Mereka tidak mengedepankan nama-nama dan atribut-atribut, juga tidak suka menganggap salah terhadap amaliah orang lain seperti yang banyak dilakukan oleh sebagian kalangan zaman sekarang. Yang penting bagaimana manusia mau minum obat dari resep yang mereka terbitkan tanpa harus menjadi terkotak-kotak akibat pengaruh nama dan atribut tersebut. Mereka tidak mengatasnamakan golongan dalam sekub kecil seperti NU atau Muhamadiyah misalnya, namun dalam golongan besar yang mampu menampung aspirasi umat islam secara keseluruhan dalam naungan panji-panji Ukhuwah Islamiyah.

Bacaan ruqyah tersebut disamping dapat digunakan untuk mengobati orang sakit baik lahir maupun batin, juga dapat dipergunakan untuk membentengi diri dari gangguan jin. Tetapi bukan ruqyah dalam arti orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar, akan tetapi orang yang tidak sadar menjadi sadar. Bukan orang yang asalnya sehat menjadi kesurupan jin tetapi yang kesurupan jin menjadi sehat. Bacaan ruqyah tersebut jika dilaksanakan secara istiqomah, terbimbing dan semata-mata sebagai bentuk ibadah yang ihlas, maka pembacanya akan mendapat perlindungan dari Allah Ta’ala berupa penjagaan tentara malaikat yang diturunkan dari langit. Dengan penjagaan malaikat itu jin takut kepada manusia. Sungguh benar Allah dengan segala firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. – Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. QS:41/30-31.

Berikut ini bacaan do’a yang disusun oleh al ‘Arif billah, al Habib Ali Bin Muhammad bin Husen al Habsyi. r.a yang tertulis dalam kitab ‘Futuhatul Ilahiyat’. Beliau adalah penyusun kitab maulid ‘Situd Duror’ yang sangat terkenal dan sekarang ini telah diamalkan oleh banyak orang di seluruh belahan dunia. Dengan kitab Maulid tersebut, terbukti beliau mampu membangun komunitas Muslim yang berskala dunia dalam naungan panji-panji Ukhuwah Islamiyah. Semoga Allah memberi keridoan untuk beliau beserta anak cucunya dan keberkahan untuk kita semua. Bacaan do’a tersebut sebagai berikut:

(14)

Penanggulangan Orang Kesurupan dan Penyembuhan Penyakit Akibat Gangguan Jin

Dalam hal penanggulangan orang kesurupan dan penyembuhan penyakit jin, ada beberapa hal yang harus diketahui, namun yang terpenting adalah diagnosa. Diagnosa itu harus dilakukan dengan benar, baik terhadap jenis penyakit maupun kadar sakit, karena hanya dengan itu orang dapat melakukan upaya penyembuhan dengan benar. Jika diaognosa salah, maka bisa jadi obat yang dimasukkan justru menjadi racun yang mematikan bagi si pasien. Padahal, kemampuan untuk melakukan diagnosa ini hanya bisa didapatkan melalui latihan. Terlebih lagi terhadap penyakit jin sebagai makhluk ghaib bagi indera lahir manusia. Untuk itu, sebenarnya tidak mungkin hal ini dapat dibicarakan kecuali hanya dengan

pembekalan dan pelatihan.

Namun, oleh karena benda yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, tanda-tanda keberadaanya terkadang dapat dibaca dan oleh ahlinya. Demikianlah sunnah menentukan, maka para ahli penyakit ghaib itu dapat mengenali penyebab sakit tersebut dari tanda-tanda yang dapat dibaca di permukaan. Adapun secara khusus yang berkaitan dengan penanggulangan dan penyembuhan penyakit jin, di sorot mata pasien merupakan letak tanda-tanda tersebut. Oleh karena itu, untuk keperluan diagnosa awal, terkadang para ahli itu cukup melihat foto si pasien, karena dari sorot mata yang terrekam dalam foto itu tapak tilas kehidupan manusia dapat terbaca.

Meski terkadang tapak tilas kehidupan itu tersimpan rapi dan bahkan sengaja disembunyikan oleh seseorang di dalam dadanya, seorang ahli dapat membacanya melalui sorot mata orang tersebut. Contoh misal, yang tersimpan itu boleh jadi kasih sayang, kemarahan, kebencian, kekecewaan, kesungguhan, kemunafikan, penolakan dan penerimaan. Rasa-rasa yang kedudukannya di dalam rongga dada itu

sesungguhnya dapat terbaca melalui sorot mata. Oleh karenanya, ketika yang terpancar dari sorot mata itu bukan tanda-tanda kehidupan manusia, berarti dapat dipastikan telah terjadi sesuatu terhadap orang tersebut. Untuk urusan dimensi jin, dengan cara ini para ahli itu dapat melaksanakan diagnosa terhadap para pasiennya. Hal itu bisa dilakukan, karena dengan sorot mata itu manusia tidak dapat menipu diri sendiri. Allah Ta’ala telah memberikan isyarat dengan firman-Nya:

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. QS:40/19.

Maksudnya; Apa-apa yang disembunyikan manusia di dalam dalam dadanya, baik itu dari sifat-sifat yang kurang terpuji yang terkadang manusianya sendiri tidak menyadari, maupun gejala-gejala kehidupan yang lain, dengan ilmu Allah dan izin-Nya, para ahli itu dapat membaca melaui sorot mata mereka. Sesuai jenis penyakit dan kadar sakit yang berbeda, maka cara penanggulangan dan penyembuhannya juga berbeda, hal ini juga tidak mungkin dapat dibicarakan melalui bahasa tulisan, maka dengan kemampuan yang terbatas, penulis akan menyampaikan secara garis besar saja, insya Allah. Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan dan menyampaikan kepada hasil yang membawa kemanfaatan.

(15)

Kekuatan Yang Mengalahkan

Seseorang melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan dimensi alam jin, baik penanggulangan maupun penyembuhan, berarti berhadapan dengan kekuatan jin. Supaya pekerjaan tersebut tidak salah dan membuahkan hasil yang diinginkan, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengkondisikan diri untuk bisa mendapatkan kekuatan dari Allah Ta’ala yang disebut dengan “Sulthonul ilahiyah”. Dengan kekuatan pertolongan itu makhluk jin menjadi takut kepada manusia. Untuk mencapai hal tersebut, manusia harus mendapatkannya melalui latihan yang terbimbing, baik dengan mujahadah maupun riyadhoh di jalan Allah.

Yang dimaksud dengan penanggulangan adalah membebaskan manusia yang kesadarannya sedang dikuasai Jin, sedangkan yang dimaksud dengan penyembuhan adalah membantu kesembuhan bagi orang yang terkena penyakit akibat gangguan jin, seperti terkena santet atau sihir dan lain-lainnya.

Teori mengatakan bahwa jin takut kepada malaikat. Allah Ta’ala telah mengisyaratkan hal tersebut dengan firman-Nya:

Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri dari kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. QS:8/48.

Disebutkan di dalam ayat diatas, “Sesungguhnya saya berlepas diri dari kamu; sesungguhnya saya melihat apa yang kalian tidak dapat melihat”. Yang dilihat oleh setan jin terhadap sesuatu yang tidak dilihat oleh manusia itu adalah tentara malaikat yang diturunkan Allah Ta’ala untuk membantu kaum muslimin yang sedang berperang. Dengan ayat ini jelas mununjukkan bahwa setan jin takut kepada para malaikat. Dan juga firman Allah SWT. :

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu takut, sesungguhnya Allah beserta kita. “Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS:9/40.

Firman Allah Ta’ala di atas: “Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad s.a.w) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya”. Maksudnya; penyebab tenangnya hati Rasulullah saw. padahal beliau sedang menghadapi ancaman musuh, karena Allah Ta’ala menurunkan tentara malaikat yang tidak dapat dilihat mata tapi dapat dikenali dengan perasaan. Artinya, sesuatu yang ghaib bagi mata lahir ternyata dapat dikenali melalui perasaan. Ayat ini menunjukkan, dengan izin Allah manusia berpotensi bisa mengenali sesuatu yang ghaib bagi mata lahirnya.

Secara garis besar makhluk hidup dibagi menjadi tiga, Malaikat, Manusia dan Jin. Masing-masing makhluk tersebut sesuai dimensinya mempunyai sunnah kehidupan yang berbeda, baik habitatnya maupun personal. Seperti dimensi manusia, habitat kehidupannya berada di muka bumi, sedangkan secara personal adalah jasmani dan ruhani serta masyarakat yang ada di lingkungan. Demikian pula makhluk jin dan malaikat.

(16)

penyembuhan, berarti dia sedang berhadapan dengan kekuatan (sulthon) jin, baik secara habitat maupun personal. Oleh karena itu manusia harus mempunyai kekuatan, baik secara habitat maupun personal yang disebut dengan “Sulthonul Ilahiyah”. Apabila manusia dengan ilmu dan amalnya berhasil mendapatkan sulthon yang lebih kuat dari sulthon jin, berarti manusia dapat mengalahkan jin. Apabila tidak, maka manusia yang akan dikalahkan oleh jin.

Secara sunnah jin dan malaikat berpotensi dijinakkan manusia. Allah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu

apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin.

(QS.Lukman/20). Dengan ibadah dan mujahadah yang dijalani serta wirid-wirid yang didawamkan, manusia bisa mendapatkan warid-warid, baik dari dimensi malaikat maupun dari dimensi jin. Yang dimaksud warid dari dimensi malaikat adalah khoddam malaikat sedangkan warid dimensi jin adalah khoddam jin.

Warid dimensi jin terkadang memang dapat dijadikan tenaga bantu guna penanggulangan gangguan jin, asal warid tersebut lebih kuat daripada kekuatan jin yang menguasai manusia, bila tidak, bisa jadi orang yang akan mengobati itu malah kesurupan jin. Disamping itu, orang tersebut berarti bekerjasama dengan jin. Sadar maupun tidak, orang itu telah bekerja sama (isyrok) dengan jin. Dalam kaitan ini Allah Ta’ala memberikan peringatan dengan firmannya; “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu akan menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. QS. Al-Jin 72/6. Perbuatan tersebut bahkan dapat menjebak manusia berbuat syirik. Yakni ketika mereka sudah tidak dapat melakukan pekerjaan sendiri kecuali dengan bantuan warid tersebut, saat itu berarti ia telah berbuat syirik, meski warid jin tersebut didapatkan sebagai buah ibadah.

Adapun untuk kaitan penyembuhan penyakit jin, warid dimensi jin tersebut sedikitpun tidak dapat membantu, bahkan bisa jadi menjadi penyebab penyakit yang diderita si pasien semakin parah. Hal itu disebabkan, semestinya penyakit jin tersebut minimal dapat dilemahkan, dengan menggunakan warid jin jadinya malah menguatkan. Dalam kaitan ini tidak banyak pelakunya menyadari. Dengan cara

penyembuhan seperti itu seringkali penyakit tersebut tidak sembuh malah menjadi semakin parah. Adapun dengan warid dimensi malaikat, ketika orang yang ahli mampu menjadikannya sebagai sarana baik untuk penanggulangan maupun untuk menyembuhan, warid tersebut sangat membantu memudahkan pekerjaan. Bagaikan air dingin disiramkan di atas bara, seketika apinya mati dan panasnya menjadi dingin.

Ketika manusia berjalan di jalan Allah Ta’ala dengan dibimbing guru ahlinya. Mereka menempuh thoriqoh yang diyakini, baik dengan dzikir dan wirid maupun mujahadah dan riyadhoh, ketika orang tersebut berhasil mendapatkan anugerah azaliyah yang diturunkan ke dunia berupa “Sultonul ilahiyah” sebagai buah ibadah yang dijalani, itulah yang disebut warid dari dimensi malaikat. Rahasia pertolongan Allah Ta’ala itu nurnya akan memancar dari sinar wajah orang tersebut, dengan rahasia nur itulah

makhluk jin menjadi takut kepada manusia. Keadaan itu ditegaskan oleh Rasulullah saw. Berkaitan prihal Sahabat Umar bin Khottob di dalam haditsberikut ini:

Diriwayatkan dari Saad r.a berkata: Umar meminta izin untuk menemui baginda saw. Pada saat itu beberapa orang wanita Quraisy sedang berbicara dengan Rasulullah saw dengan suara yang tinggi. Ketika mendengar suara Umar meminta izin wanita-wanita itu berlari menuju balik tabir. Rasulullah saw

mengizinkan Umar masuk. Rasulullah saw tersenyum ketika melihat beliau. Umar berkata: Semoga Allah memanjangkan usiamu wahai Rasulullah! Rasulullah saw berkata: Aku heran dengan wanita-wanita yang berada di sampingku itu, ketika mendengar suaramu mereka berlari menuju balik tabir. Lalu Umar berkata: Wahai Rasulullah! Engkaulah orang yang paling berhak di takuti. Umar berkata kepada wanita-wanita yang bersembunyi itu: Wahai wanita-wanita-wanita-wanita yang menjadi musuh diri sendiri, adakah kamu

(17)

merasa takut kepadaku tetapi tidak takut kepada Rasulullah. Mereka menjawab: Benar, karena tingkah laku dan tutur katamu lebih kasar dari Rasulullah.

Rasulullah saw bersabda: Demi Zat aku yang berada di dalam kekuasaan-Nya, tidak ada setan yang akan

melalui jalan yang dilalui olehmu, melainkan mereka berusaha melalui jalan yang tidak dilalui olehmu.

· Riwayat Bukhari di dalam Kitab Pemulaan Kejadian hadits nomor 3051 – Sifat-sifat Terpuji hadits nomor 3407 – Etika hadits nomor 5621.

· Riwayat Muslim di dalam Kitab Kelebihan Sahabat hadits nomor 4410.

Rasulullah saw. bersumpah bahwa makhluk jin takut kepada sayyidina Umar bin Khothob ra. sehingga jin tidak berani berpapasan dalam satu jalan dengannya. Apabila Sahabat Umar r.a melewati satu jalan, jin tersebut melewati jalan lain. Hal itu karena jin melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh mata manusia. Itulah bentuk wujud rahasia warid-warid dimensi malaikat yang ada pada diri beliau sebagai anugerah yang diberikan Allah Ta’ala buah ibadah dan pengabdian yang dijalani. Jadi yang bisa mengalahkan kekuatan jin itu bukan kesaktian manusia secara pribadi, tetapi rahasia pertolongan Allah yang didatangkan kepadanya.

Kekuatan Yang Dikalahkan

Dengan pertolongan Allah Ta’ala yang menyertai kehidupan manusia, baik berupa rahasia-rahasia warid buah wirid maupun penjagaan Allah Ta’ala supaya takdir-Nya berjalan sesuai ketetapan azaliyah, upayah setan untuk memperdaya manusia menjadi sangat lamah, kecuali orang tersebut merusaknya sendiri. Dengan perbuatan dosa maupun maksiat—baik sengaja maupun tidak—seseorang bisa merusak benteng perlindungan Ilahiyah tersebut. Kepada orang seperti itu setan jin malah mendapat fasilitas untuk memperdaya, menguasai dan menjadikannya sebagai wali-wali setan (tertara-tentara setan) yang setia. Demikian pernyataan Iblis yang diabadikan di dalam al-Qur’an al-Karim. Allah SWT. berfirman yang artinya :

Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.

Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. QS:14/22.

Di dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menyatakannya dengan lebih tegas:

“karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah”. QS:4/76.

Dan juga kepada seorang hamba yang telah mampu berbuat ikhlas:

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan

menyesatkan mereka semuanya, – kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.QS:15/39-40.

Demikian pula terhadap seorang hamba yang senang menjalankan puasa, baik puasa wajib mapun puasa sunnah. Rasulullah saw. telah menerangkan dengan sabdanya:

(18)

“Sesungguhnya syaithan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan masuknya dengan puasa”.

Berkat anugerah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, bahkan Jin Qorin yang asalnya kafir menjadi masuk islam sehingga membantu manusia yang diikutinya untuk melaksanakan kebajikan yang hakiki. Demikian yang telah dinyatakan Rasulullah prihal yang terjadi kepada dirinya:

“Tidaklah dari salah satu diantara kalian kecuali sesungguhnya Allah telah mewakilkan temannya dari

jin, mereka bertanya: “Apakah engkau juga ya Rasulullah?”, Rasul saw. menjawab: “Dan juga kepadaku, hanya saja sesungguhnya Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk islam,

maka ia tidak memerintah kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR Muslim)

Kekuatan (sulthon) jin yang notabene lebih kuat dari sulthon manusia, terhadap orang-orang tertentu akan menjadi lemah dan dapat dikalahkan. Jin yang tercipta sebagai musuh manusia bahkan bisa menjadi pembantu-pembantu setia atau yang disebut khoddam. Yang demikian itu bukan karena manusia telah menjadi sakti mandra guna, melainkan semata-mata terjadi atas pelaksanaan sunnatullah yang sejak ditetapkan tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lamanya. Itulah anugerah terbesar bagi manusia sehingga dengan sunnah itu, manusia dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai Kholifah Bumi zamannya. Allah Ta’ala telah menegaskkan dengan firman-Nya:

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai

rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. QS:45/13.

Betapapun seluruh alam ini tercipta berpotensi dijinakkan manusia, namun demikian, hanya dengan Ilmu Allah dan izin-Nya pula manusia dapat menjinakkannya. Jika tidak, jangan harap manusia dapat berbuat apa-apa kecuali hanya “Istidroj” atau kemanjaan sementara—setelah masa tangguhnya berakhir—sedikit demi sedikit akan ditarik kembali dan selanjutnya manusia akan mempertanggungjawabkan segala penggunaan dengan siksa yang sangat pedih di neraka jahannam untuk selama-lamanya. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari segala tidupaya setan jin yang terlaknat. Allah Ta’ala telah memberikan peringatan dengan firman-Nya:

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. – Dan Aku memberi

tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. QS:7?182-183.

Allah Ta’ala pula yang telah memberikan petunjuk dan hidayah hamba-hamba yang dikehendaki-Nya kepada jalan lurus yang diridhoi-Nya. Semoga kita semua di masukkan di dalam golongan mereka dan golongan orang-orang yang telah mendapatkan persaksian sebuah ayat:

“Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula)

aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan (Sulthon) yang menolong. QS: al-Isro’. 17/80.

Walhasil, Jin dan segala perbuatannya bisa dikalahkan oleh manusia manakala manusia mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala. Apabila pertolongan tersebut diturunkan kepada seorang hamba yang sholeh, bisa disebut karomah dan bisa pula ma’unah, apabila kepada orang yang ingkar, disebut istidroj. Karomah tersebut apabila diberikan kepada Nabi dan Rasul disebut Mu’jizat. Meskipun kelebihan-kelebihan hidup tersebut didatangkan sebagai buah ibadah, namun datangnya semata-mata atas kehendak

(19)

Allah Ta’ala. Orang yang mempunyai kelebihan hidup itu ibarat seperti bumi ketika ufuknya menjadi terang. Hal itu bukan karena bumi memancarkan sinar, tetapi saat itu matahari sedang memancarkan kehidupan. Demikainlah ketika Allah berkehendak memberikan pertolongan-Nya, maka manusia yang asalnya lemah bisa mengalahkan jin yang lebih kuat. Tanpa pertolongan azaliyah tersebut, manusia hanyalah makhluk yang hina dan lemah.

Penanggulangan Orang Kesurupan Jin

Hanya Allah Ta’ala yang dapat menyembuhkan orang sakit, demikianlah yang dinyatakan dengan firman-Nya dalam mengabadikan munajat Nabi Ibrahim as:

“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”, QS:26/80

Oleh karena itu, apa saja yang dapat dikerjakan manusia guna membantu kesembuhan orang sakit, hanyalah sekedar menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Apabila bukan penyakit itu yang ditakdirkan Allah Ta’ala sebagai penyebab kematian, maka dengan izin-Nya segala penyakit dapat disembuhkan, kecuali penyakit tua.

Sesungguhnya antara sakit dan mati sama sekali tidak ada hubungan, meski seringkali sakit menjadi penyebab kematian. Supaya manusia tidak menyalahkan malaikat pencabut nyawa, kadang-kadang orang bisa mati mendadak bahkan sebelum sempat mematikan rokok yang dihisap, karena saat itu tiba-tiba rumahnya dimasuki truk sebagai tamu yang tidak diundang.

Oleh karena kebanyakan manusia takut mati, maka penyakit yang semestinya ringan menjadi penderitaan yang menyiksa. Bahkan sekedar takut sakit kadang-kadang orang memeriksakan diri ke dokter berulang-ulang. Maka disamping orang harus berikhtiar semampunya, hendaknya juga bertawakkal. Kalau seandainya manusia tidak takut mati, maka penyakit-penyakit tersebut akan malu mendekat, dan orang tersebut menjadi manusia yang paling sehat di seluruh dunia. Mereka bahkan dapat merasakan sakit dengan nyaman, sehingga tidak membutuhkan upaya pengobatan, semata-semata kerena mengetahui bahwa dengan sakit itu dosa-dosa dan kesalahan mendapat pengampunan.

Tiga sebab menjadikan manusia dapat kesurupan jin:

1. Karena manusia merusak habitat Jin dengan cara tidak benar.

2. Karena rasional dalam keadaan tidak berdaya mengahadapi tekanan beban emosional.

3. Karena kondisi manusia lemah, baik lahir maupun batin akibat terlalu sering diperdaya Jin selanjutnya dimasuki Jin Qorin.

Menghadapi orang kesurupan jin dengan sebab satu dan dua, cara penanggulangannya banyak kesamaan. Jin yang sedang menguasai si pasien seharusnya tidak dikeluarkan dengan mengerahkan tenaga dalam sebagaimana yang diperagakan para pelaku ruqyah dalam tanyangan TV. Seperti seorang pendekar, mereka menguras tenaga sampai bermandikan keringat, itu menujukkan berarti mereka mengahadapi kekuatan jin dengan pertolongan jin. Mereka melawan sulthon jin dengan warid dimensi jin, dengan itu bisa jadi mereka terjebak tipudaya setan jin dan syirik bahkan dapat berakibat fatal kepada orang yang ditolong. Perbuatan itu bisa menambah luka pada kesadaran penderitanya dan menjadikannya sebagai langganan kesurupan jin, bahkan bisa jadi malah menjadi gila dan mati.

Tanpa susah-susah seperti itu siapapun insya Allah mampu menolong orang kesurupan jin dengan santai, asal orang tersebut mempunyai kemampuan dan mengerti ilmunya. Orang kesurupan jin berarti seluruh perangkat kehidupannya dikuasai jin, karena saat itu jin sedang menjadi satu dengannya. Oleh karena itu, apabila diadakan sentuhan atau pijatan pada anggota tubuh orang tersebut, yang merasakan sakit bukan

(20)

orangnya tetapi jin yang sedang menguasai., tetapi dalam keadaan kesakitan jin sering berbuat

kebohongan. Mengaku yang sakit bukan dia tetapi manusia yang disurupi. Padahal keadaan orang yang kesurupan itu seperti orang sedang dibius, sehingga dia tidak ikut merasakan apa-apa dengan pijatan tersebut. Hal keadaan yang demikian itu sesuai dengan isyarat Nabi s.a.w dalam hadits diatas, bahwa jin masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalan darahnya, maka melalui urat serabut darah itu pijatan tersebut harus dilakukan.

Secara khusus di jaringan urat darah tersebut terdapat simpul-simpul serabut darah. Simpul serabut darah itu terdapat di banyak tempat, baik di bagian kaki, tangan dan bahkan di sekujur tubuh, dari simpul-simpul itulah jin menguasai kesadaran manusia dengan bala tentaranya. Maka melalui simpul-simpul-simpul-simpul itu pula orang yang sedang menanggulangi orang kesurupan jin mengadakan pijatan, tentunya dengan tenaga lahir dan batin, sehingga meski pijatan itu pelan, dengan sulthon secara batin, jin akan merasakan

bagaikan terbakar. Namun hal tersebut tidak boleh dilakukan kepada orang yang kesurupan jin dengan sebab ketiga. Hendaknya manusia sangat berhati-hati dalam mengani orang kesurupan jin dengan sebab ketiga ini, karena jin yang sedang di dalam jasad itu jin Qorin. Apabila jin Qorin sudah masuk dalam jasad manusia secara sempurna, dia tidak dapat keluar lagi. Oleh karena itu, apabila dipaksakan keluar, jin Qorin ini akan keluar bersama keluarnya kehidupan jasad tersebut. Berarti jasad itu harus segera dikebumikan karena telah ditinggalkan oleh kehidupan yang mendiaminya, alias mati.

Untuk kasus pertama, setelah jin dapat dikeluarkan dari jasad orang yang kesurupan, dan setelah orang tersebut diminumi air ruqyah, dengan izin Allah Ta’ala biasanya jin tersebut tidak dapat kembali lagi. Berbeda dengan kasus kedua, oleh karena masuknya jin akibat diundang oleh kondisi pikiran yang lemah, ketika kondisi pikiran itu lemah lagi, maka jin yang dikeluarkan itu bisa dengan mudah masuk lagi. Jika hal ini terjadi, maka untuk mengeluarkan yang kedua kali ini semakin sulit. Disamping itu, bisa jadi jin tersebut memasukkan virus jin yang dapat menjadi sebab manusia dijangkiti penyakit jin. Apabila keberadaan virus itu tidak segera terdeteksi, maka tahap berikutnya akan muncul gejalah sakit yang kadang-kadang dapat berakibat fatal bagi kehidupan orang yang kesurupan jin tersebut. Jika sudah demikian berarti sebagian kehidupan orang tersebut telah tergadaikan kepada jin. Adapun dengan kasus yang ketiga, karena kehidupan manusia saat itu benar-benar tergadaikan kepada jin Qorin, maka cara pengobatan yang paling efektif adalah dengan Aqiqoh.

Sesuai pengalaman, hampir semua orang kesurupan jin yang parah, orang tersebut sudah diikhtiarkan kesana-kemari, baik kepada Kyai maupun kepada orang pintar, ternyata orang tersebut belum di-aqiqohi. Ketika diaqiqohi, ternyata pekerjaan penyembuhan menjadi mudah, sehingga dengan mudah pula si penderita mendapat kesembuhan dari-Nya. Sungguh bukannya manusia ampuh dan sakti ketika si penderita yang sudah dibawa kesana-kemari dan belum juga sembuh, kemudian melalui tangan-tangan terlatih di ponpes orang tersebut mendapat kesembuhan….. Hanya Allah Ta’ala yang menyembuhkan segala penyakit. Ketika ilmu-Nya diamalkan dengan seluruh kemampuan dalam mengabdi, maka usaha seorang hamba mendapatkan kemudahan dan harapan menjadi kenyataan.

Penyembuhan Penyakit Akibat Gangguan Jin

Sebagaimana yang sudah diuraikan, penyakit akibat gangguan jin berada di tiga lokasi, pertama di badan, kedua pada kesadaran dan ketiga dalam hati. Dari ketiganya, yang dapat diangkat sebagai bahan

pembicaraan hanya yang pertama, yaitu “Penyakit dalam tubuh”. Sedangkan yang kedua, oleh karena penulis bukan ahlinya, penulis tidak mampu memaparkan. Terlebih lagi yang ketiga, yaitu: “Penyakit hati”. Sedikitpun penulis tidak mampu memberikan gambaran dan solusi. Hanya guru-guru mursyid yang suci, baik lahir maupun batin serta mulia akhlaknya yang sanggup mengobati hati manusia. Mareka itu bagaikan dokter-dokter ahli dalam bidangnya, merekalah yang paling mampu memberikan jalan keluar serta penerapannya.

(21)

dukun sebagai santet yang dikirimkan oleh manusia kepada manusia maupun dengan istilah yang lain, secara umum bentuknya adalah angin jin. Ketika angin jin itu masuk dalam tubuh manusia, gejala awal yang dirasakan seperti masuk angin, namun semakin lama semakin terasa sakit dan akhirnya sekujur tubuh menjadi sakit yang tidak dapat dimengerti sumber asalnya.

Apabila kadar sakit yang diderita tersebut belum parah, maka cara pengobatinya cukup diminumi air ruqyah, baik dengan dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an al-Karim maupun do’a-do’a. Dalam hal ini, yang membacakan ruqyah haruslah seorang hamba yang hidupnya istiqomah, atau sudah mendapatkan rahasia “sulthon ilahiyah” dari dimensi malaikat. Namun pada kadar sakit yang tinggi, penyakit ini tidak cukup hanya dikasih minum air ruqyah saja, tetapi juga diaqiqohi. Terkadang air ruqyah itu sekedar untuk menghilangkan rasa sakit, padahal sakitnya belum sembuh. Hal itu disebabkan karena penyebab

penyakitnya belum hilang. Fungsi pelaksanakan aqiqoh tersebut, disamping melaksanakan sunnah Rasul saw. juga bagi para ahlinya dapat dijadikan media untuk memindahkan verus anasir jin sebagai penyebab penyakit tersebut ke tubuh hewan aqiqoh. Ketika para ahli itu sudah dapat memastikan bahwa penyebab penyakit itu sudah pindah, baru kambing tersebut dipotong dengan membaca basmallah dan diniatkan untuk aqiqoh.

Selanjutnya anggota tubuh hewan yang sudah disembelih itu diperiksa, biasanya tampak bekas-kekas penyakit jin itu dengan jelas. Misalnya seandainya sumber penyakit itu di paru-paru, maka di paru-paru kambing itu terdapat berkas-berkas merah, bahkan seringkali seketika itu juga paru-paru tersebut menjadi busuk sehingga harus dibuang karena tidak mungkin dapat dikonsumsi. Kadang-kadang juga hati

kambing itu saat dimasak langsung hancur dan mengeluarkan bau busuk, padahal asalnya tidak apa-apa. Ini adalah kejadian nyata yang sehari-hari dihadapi oleh tim ruqyah di pesantren. Ketika penyebab penyakit itu sudah berhasil dikeluarkan dengan media transfer ini, baru dampak penyakit tersebut disembuhkan. Namun jika dampaknya sudah berupa tumor atau kanker, maka yang berhak melakukan penyembuah hanya seorang Dokter.

Allah Ta’ala telah mengisyaratkan hal tersebut dengan firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. QS:7/201.

Maksud ayat, “was-was dari setan” (Thooifum minansy-syaithooni) adalah dampaknya. Apabila

penyebab penyakit dimensi jin itu menyerang kesadaran dan hati manusia, maka dampaknya berupa was-was, dan bila menyerang jasad, maka dampaknya berupa penyakit-penyakit yang ada di dalam jasad. Adapun sumber penyebabnya sama, dalam arti sama-sama tehnologi atau sulthon yang didatangkan dari dimensi jin, hanya saja untuk sasaran yang berbeda maka jenisnya juga berbeda. Khusus untuk penyakit hati, tidak ada yang dapat menyembuhkan kecuali orangnya sendiri, yaitu dengan mengikuti thoriqoh yang terbimbing oleh guru ahlinya. Dengan menjalani thoriqoh tersebut, disamping penyakit-penyakit hati akan mendapat kesembuhan juga derajat orang tersebut di sisi Allah Ta’ala akan menjadi meningkat, baik derajat di dunia maupun di akhirat nanti. Adapun fungsi guru mursyid untuk menunjukkan jalan serta membimbing dalam pelaksanaan amal, baik secara lahir maupun batin. Apabila perjalanan ibadah itu tidak dibimbing oleh guru mursyid, maka yang menjadi pembimbing adalah setan jin. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh sebuah ungkapan: “Siapa beramal tanpa guru, gurunya adalah setan”

Walhasil, yang menyembuhkan segala penyakit hanya Allah Ta’ala, baik penyakit jasad, penyakit kesadaran dan penyakit hati. Adapun manusia, hanyalah sebagai wasila atau perantara bagi kesembuhan tersebut. Sebagai seorang hamba, manusia harus berusaha mendapat ilmu dan mengamalkannya sehingga menjadi kemampuan. Ketika kemampuan itu ditempa dalam pengabdian oleh ujian-ujian hidup, sehingga ilmu tersebut mendarah daging, selanjutnya derajat orang tersebut diangkat menjadi seorang kholifah bumi zamannya. Sebagai seorang kholifah bumi—sesuai kemampuan dan kapasitas serta kekhususan

(22)

yang diberikan—dia harus mengamalkan kembali segala ilmu dan kemampuan itu untuk manusia, hal tersebut dilaksanakan merupakan bentuk pengabdian secara horizontal. Melalui tangan-tangan terlatih itulah, segala ketetapan baik azaliyah mengalir menjadi takdir. Bukan Allah Ta’ala tidak kuasa merubah suatu keadaan kepada keadaan yang lain, sehingga membutuhkan seorang pelaksana di muka bumi untuk berjalannya suatu takdir yang sudah ditetapkan, akan tetapi itulah sunnatullah. Sejak sunnah itu

ditetapkan, tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lama. Hal itu bertujuan, supaya segala takdir-Nya dapat membuahkan hikmah serta pembelajaran bagi hamba-hamba yang beriman. Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya:

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. QS:48/23.

Referensi

Dokumen terkait

Imam Suyuthi setelah menyebutkan hadits riwayat Ibnu Hibban beliau berkata, “singkatnya dua puluh rakaat itu, tidak pernah dikerjakan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, adapun

Atlet yang berprestasi semuanya selalu dimulai dari tingkat keluarga, daerah dana asal daerah yang memiliki kelebihan dari berbagai dimensi serta mendukung cabang olahraga

INDRAGIRI HULU­RIAU Sektor : Pembinaan dan Pengembangan Air Minum Tahun : 2017 ­ 2021 Atribut : Semua Atribut.. Kode KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC VOL

Hasil analisis tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa variabel budaya organisasi, dan perilaku kepemimpinan, berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada

Satuan BRIMOB POLDA RIAU sampai terbitnya Surat Keputusan objek sengketa a quo ; --- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan mempelajari berkas perkara, maka

Kartun dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran, dalam pembuatan kartun sebagai media pembelajaran harus

Dari benda yang digunakan untuk membuka kaleng, benda mana yang paling mudah dan paling sulit digunakan untuk membuka tutup botol tersebut. Kegitan untuk membuka kaleng

Pada penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan