• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PIPIT MUTIARA JAYA KECAMATAN SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PIPIT MUTIARA JAYA KECAMATAN SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR OLEH :"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

DI PT. PIPIT MUTIARA JAYA

KECAMATAN SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OLEH :

JAYADI ISKANDAR

Nim: 090500109

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Pipit Mutiara Jaya, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur.

Nama : Jayadi Iskandar

Nim : 090500109

Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Dadang Suprapto, MP NIP. 19620 101 198803 1 003

Lulus ujian pada tanggal: ... Pembimbing

Adi Supriadi, S.Hut, M.Si NIP. 19751007 200812 1 001

Penguji II

Ir. Dadang Suprapto, MP

NIP. 19620101 198803 1 003

Penguji I

Haryatie Sarie, SP. MP

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama melaksanakan praktik kerja lapang (PKL) di PT, Pipit Mutiara Jaya (PMJ) Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur hingga selesainya penyusunan laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam melaksanakan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan.

3. Bapak Adi supriadi, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang juga telah banyak membantu merampungkan laporan praktik kerja lapang saya ini. 4. Bapak Choosak Kasomboon Selaku Site Manajer PT. Pipit Mutiara Jaya site

Sebakis.

5. Bapak Hery Istanto, ST selaku KTT PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis. 6. Bapak Ir. Cecep Tenten Sutender Selaku Manajer Operation PT. Pipit

Mutiara Jaya site Sebakis.

7. Bapak H. Hasbullah selaku Manajer Support and Service PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis.

(4)

9. Bapak Juang Prawira Negara, SH selaku HRD PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis.

10. Bapak Ray Senjaya, ST. selaku pembimbing lapangan dan Formen divisi

Enviro PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis.

11. Ibunda tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril, materil, serta doa.

12. Thanks a lot to someone special ( Dita ) to your support and prayer to me so I can finished my report.

13. Buat Hartati Jahri yang selama PKL telah hidup bersama baik dalam suka maupun duka.

14. Teman-teman yang juga telah banyak membantu. Serta kepada pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Tiada gading yang tak retak. Begitu pula dengan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan PKL ini.

Jayadi Iskandar

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Tujuan... 2

C. Hasil yang diharapkan... 2

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan umum perusahaan ... 3

B. Manajemen Perusahaan ... 5

C. Lokasi dan Waktu Praktik Kerja Lapang (PKL) ... 6

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG A. Tahap Persiapan Lahan Tambang Batu Bara ... 8

1. Aspek Legalitas Perusahaan ... 8

B. Tahap Konstuksi Tambang Batu Bara... 15

1. Mobilisasi Peralatan... ... 15

2. Pembangunan Sarana dan Prasarana ... 18

C. Tahap Operasi Pertambangan Batu Bara ... 20

1. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas air di Settling Pond ... 20

2. Proses penambangan Batubara kovensional (Pengerukan dan Penimbunan Tanah Pucuk) ... 22

3. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas kebisingan ... 25

4. Proses Pengangkutan Batu Bara ke Stokpile ... 27

5. Proses Pengapalan Batu Bara ... 29

D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batu Bara ... 31

1. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 31

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 33

(6)

DAFTAR PUSTAKA ………... .... 35 LAMPIRAN ... .... 37

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya ... 6 2. Hasil yang dicapai dari kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya ... 7

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

3. Pengerukan Tanah Pucuk (Top Soil) ... 41

4. Pengangkutan Tanah Pucuk (Top Soil) ... 41

5. Tempat Penyimpanan Tanah Pucuk (Top Soil Bank) ... 41

6. Pengerukan Tanah Penutup (Over Burden) ... 42

7. Pengangkutan Tanah Penutup (Over Burden) ... 42

8. Penyimpanan Tanah Penutup (Disposal) ... 42

9. Pemuatan Batubara ... 43

10. Pengangkutan Batubara ... 42

11. Jembatan Timbang Batubara ... 44

12. Stock Rom dan Stockpile ... 44

13. Crusher. ... 45

14. Loading Ke Ponton ... 45

15. Kantor PT. PMJ ... 46

16. Mess ... 46

17. Fasilitas Olah Raga ... 47

18. Settling Pond ... 47

19. Pengukuran Kualitas Air ... 48

20. Mencatat Hasil Pengukuran ... 48

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif, disamping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara sebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah dibanding minyak bumi. Berdasarkan Coal Country Mine (2007), Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara penghasil batubara terbesar di seluruh di dunia. Hal ini tentu saja membuat perusahaan tambang batubara berlomba-lomba untuk menghasilkan batubara sebanyak mungkin. Jumlah permintaan batubara yang terus meningkat membawa dampak positif bagi pertambangan batubara Indonesia. Data menunjukkan bahwa penggunaan batubara di Indonesia mencapai 14,1% dari total penggunaan energi lain pada tahun 2003. Diperkirakan penggunaan energi batubara ini akan terus meningkat hingga 34,6% pada tahun 2025.

Disamping potensinya sebagai sumber energi alternatif yang relatif murah, penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan yaitu limbah gas seperti CO2, NOX, CO, SO2,

hidrokarbon dan limbah padat. Limbah padat tersebut berupa abu, yaitu abu layang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2006, limbah abu la yang yang dihasilkan mencapai 52,2 ton/hari, sedangkan limbah abu dasar mencapai 5,8 ton/hari.

(10)

Limbah abu ini bila ditimbun akan menghasilkan gas metana (CH4) yang

dapat terbakar atau meledak dengan sendirinya (self burning dan self exploding). Selain itu, abu ini berbahaya untuk kesehatan khususnya pada sistem pernafasan dan kulit. Oleh sebab itu menurut PP 85/1999, limbah abu layang dan abu dasar ini dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Itu sebabnya, perlu difikirkan berbagai upa ya untuk menangani dan memanfaatkan limbah abu tersebut.

Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha tambang batubara merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial/kesempatan yang sama bagi semua orang (equity ).

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah:

1. Untuk mempraktikkan dan me ngaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan Praktik Kerja Lapang di PT. Pipit Mutiara Jaya .

2. Untuk mengetahui konsep pengelolaan dan pemantauan lingkungan di sektor pertambangan batubara.

C. Hasil yang Diharapkan

(11)

1. Mahasiswa dapat mempraktikkan dan mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan Praktik kerja lapang di PT. Pipit Mutiara Jaya.

2. Untuk mengetahui proses pengelolaan batubara, dan dapat menilai dampak batubara terhadap lingkungan.

3. Melatih mahasiswa agar mampu menganalisa kualitas lingkungan yang ada di sekitar kegiatan pertambangan batubara.

(12)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

Kalimantan Timur merupakan propinsi yang terluas di Indonesia, dengan luas wilayah ± 245.237,80 Km² atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11 % dari total luas wilayah Indonesia. Kalimantan Timur dikenal memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang relatif besar baik berupa pertambangan seperti emas, batubara, minyak dan gas bumi, hasil-hasil hutan serta kekayaan keaneragaman hayati (biodiversity).

PT. Pipit Mutiara Jaya merupakan perusahaan swasta di daerah Tarakan, yang sedang mengembangkan pertambangan batubara kedua di Site Sebakis. Pekerjaan eksplorasi dimulai pada tahun 2008 oleh tim geologi internal. Area operasi pertambangan terletak kira-kira 72 km dari pulau Nunukan Barat. Dengan luas izin usaha 2.000 ha di Sebakis Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Untuk mengakses lokasi tambang dari Jakarta, seseorang harus melewati penerbangan selama 2 jam perjalanan menuju ke kota Balikpapan, dan kemudian 1 jam penerbang an di pulau Tarakan, setelah itu akan memakan waktu 15 menit penerbangan menuju ke P ulau Nunukan. Setelah perjalanan singkat dengan mobil kemudian perjalanan dilanjutkan dengan perahu motor

(13)

speed boad yang akan memakan waktu kira -kira selama 1.5 jam untuk menjangkau tambang site Sebakis.

Perusahaan tambang batu bara PT. Pipit Mutiara Jaya (PMJ) mulai berkembang pada bulan Juli tahun 2008, dimana suatu regu geologi dan perencana an meninjau lokasi dan mengumpulkan semua informasi yang diperlukan dari semua aspek di dalam area tambang. Pertambangan batubara dikelola secara legal dan dikerjakan berdasar kaidah-kaidah lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perusahaan PT. Pipit Mutiara Jaya telah mendapatkan izin untuk melakukan kegiatan disektor pertambangan sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Nunukan Nomor 681 Tahun 2009 tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dengan luas 2.000 Ha dengan Kuasa Pertambangan 994 Tahun 2006.

Manajemen di PT. Pipit Mutiara jaya (PMJ) juga menggunakan manajemen moderen dalam proses pengelolaannya. Dengan suatu perencanaan yang matang dan terpadu untuk menghasilkan hasil Sumber Daya Alam (SDA) yang berkualitas serta memiliki daya dan nilai jual yang dapat bersaing di pasar dunia (Internasional). Daerah pertambangan sebagian besar merupakan perbukitan bergelombang sedang dan sebagian lagi rawa. Vegetasi yang ada berupa pohon akasia (milik PT. Adindo Hutani Lestari) dan pohon kelapa sawit (milik PT. Nunukan Jaya Lestari dan PT. Sebakis Inti Lestari), sedangkan tananama n hutan yang

(14)

berukuran besar sudah tidak ada lagi karena sudah di ambil perusahaan sebelumnya. Rawa yang ada di lokasi pertambangan yang setempat-setempat akibat genangan air hujan, sedang sungai yang ada hanya sungai kecil.

PT. Pipit Mutiara Jaya yang berada di Nunukan memiliki dua kantor, salah satu kantornya terletak di jalan Sutanto RT 08 No. 79 Nunukan Tengah yang mengatur dan mengelola surat-surat yang akan di kirim ke pusat. Sementara kantor untuk mengatur dan mengelola data kegiatan di lapangan dan di tambang batu bara berada site Sebakis Kecamatan Sebuku dengan jarak tempuh selama ± 2 jam perjalanan denga n menggunakan kapal long boad. Dalam proses pengaturan dilapangan terdiri dari beberapa divisi yang mempunyai tugas yang berbeda dalam pekerjaannya.

B. Manajemen Perusahaan

Perusahaan tambang batubara PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis memiliki pengolahan batubara dengan kapasitas produksi 50.000 ton / bulan.

Jumlah karyawan yang ada di lokasi tambang batubara PT. Pipit Mutiara Jaya (PMJ) site Sebakis sebanyak 144 karyawan, yang dibagi menjadi 2 Shift yaitu 8 jam/shift dengan ketentuan jam istirahat dimulai dari jam 12.00 hingga jam 13.00. Adapun waktu kerja karyawan tiap shift yaitu:

(15)

? Shift pagi (day shift) : pukul 07:00 – 16:00 WITA (istirahat pukul 12:00 – 13:00)

? Shift malam (night shift) : pukul 19:00 – 03:00 WITA

Jumlah karyawan yang terdapat dilokasi perusahaan PT. Pipit Mutiara Jaya adalah sebanyak 144 orang dengan rincian sebagai berikut:

a. Site manager b. Mining Advisord c. KTT

d. Manager Suport and Service e. Manager Mining Operation f. Super Faiser

g. Foreman h. Skill i. Helper j. Crew

C. Lokasi dan Waktu Praktik Kerja Lapang (PKL)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT. Pipit Mutiara Jaya, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur selama ±2 bulan terhitung mulai tanggal 17 Maret sampai 10 Mei 2012, adapun

(16)

jadwal kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya.

No Jenis Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Keterangan Lokasi 1

Aspek Legalitas Perusahaan 29 maret 2012 Teori Kantor PT. PMJ 2 Mobilisasi Peralatan 5 April 2012 Teori Kantor PT. PMJ 3 Observasi Sistem K3 yang

Telah di Terapkan 6 April 2012

Observasi dan

Praktik Safety Division 4 Informasi fasilitas-fasilitas dilokasi tambang 17 April 2012 Wawancara (interview) Kantor PT. PMJ 5 Pengelolaan dan pemantauan kualitas air di

settling pond

4 April 2012 Praktik dan Observasi

Pit 1 dan

Stockpile

6 Proses penambangan

batubara konvensional 5 April 2012 Observasi Kantor PT. PMJ 7

Pengelolaan dan Pemantauan kualitas

kebisingan

15 April 2012 Observasi dan

Praktik Areal Tambang 8 Proses Pengangkutan

Batubara 5 April 2012 Wawancara Kantor PT. PMJ 9 Proses Pengapalan

Batubara 5 April 2012 Wawancara Kantor PT. PMJ 10 Kegiatan Coorporate Social

Responsibility (CSR) 26 April 2012 Observasi

Kantor Bupati Nunukan

(17)

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG

Hasil yang dicapai selama kegiatan Praktik Kerja Lapang di PT. Pipit Mutiara Jaya , Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. selama ± 2 bulan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil yang dicapai dari kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya.

No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Tanggal Hasil yang dicapai Keterangan Lokasi

1 Aspek Legalitas Perusahaan 29 Maret 2012 Mengetahui ijin Usaha pertambangan perusahaan Teori Kantor PT. PMJ 2 Mobilisasi Perusahaan 5 April 2012 Mengetahui jalur

mobilisasi Teori Kantor PT. PMJ 3

Observasi Sistem K3 yang telah

diterapkan

6 April 2012 Mengetahu SMK3 Observasi dan

Praktik Safety Division

4 Informasi fasilitas -fasilitas dilokasi tambang 17 April 2012 Pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada dilokasi

tambang Wawancara Kantor PT. PMJ 5 Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas air di settling pond 4 April 2012 Dapat mengetahui tingkat keasaman AAT Praktik dan

Observasi Pit 1 Stockpile

6 Proses penambangan batubara konvensional 5 April 2012 Dapat mengetahui proses penambangan batubara Observasi Kantor PT. PMJ 7 Pengelolaan dan pemantauan kualitas kebisingan 15 April 2012 Melakukan pengelolaan dan pemantauan kualitas kebisingan Observasi dan

Praktik Areal stockpile

8 Proses pengangkutan batubara ke stockpile 5 April 2012 Mengetahui proses pengangkutan batubara ke stockpile Wawancara Kantor PT. PMJ 9 Proses pengapalan batubara 5 April 2012 Mengetahui kegiatan pengapalan batubara Wawancara Kantor PT. PMJ 10 Kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR) 26 April 2012 Mengetahui kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR) Observasi Kantor Bupati Kabupaten Nunukan

(18)

A. Tahap Persiapan Lahan Tambang Batu Bara

1. Aspek Legalitas Perusahaan 1. Tujuan

Observasi aspek legalitas terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan untuk:

- Mengetahui nomor izin kuasa pertambangan (KP) beserta luasan area yang akan ditambang oleh PT. Pipit Mutiara Jaya.

- Mengetahui informasi tentang undang -undang yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya pada instansi/lembaga pemerintah baik ditingkat kabupaten maupun pusat. 2. Dasar Teori

Aspek hukum dan administrasi yaitu suatu aspek yang terkait dengan aspek legal yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk: i) Izin lokasi ii) Izin usaha yang meliputi akte pendirian perusahaan dari notaris setempat atau bentuk badan hukum lainnya, nomor pokok wajib pajak (NPWP), surat tanda daftar perusahaan, surat izin tempat usaha dari pemda setempat, surat tanda rekanan dari pemda setempat, S IUP setempat, surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan (Anonim, 2012).

Studi kelayakan merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP Operasi Produksi.

(19)

Sesungguhnya apabila dipaha mi secara benar, studi kelayakan merupakan dokumen penting yang berguna bagi berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha, pemerintah, dan investor atau perbankan.

Dengan demikian, dokumen studi kelayakan bukan hanya seonggok tumpukan kertas yang di dalamnya memuat konsep, perhitungan angka-angka dan gambar-gambar semata, tetapi merupakan dokumen yang sangat berguna bagi manajemen dalam mengambil keputusan strategik apakah rencana tambang tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak.

Hal lain yang harus dipahami adalah, studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi/ proyeksi ekonomis, juga mengkaji aspek non teknis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan. Studi kelayakan selain berguna dalam mengambil keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga berguna pada saat kegiatan itu jadi dilaksanakan, yaitu:

- Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik acuan kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor;

- Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan; - Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi

pekerjaan, sehingga apabila ditemukan kendala teknis ataupun non teknis, dapat segera ditanggulangi atau dicarikan jalan keluarnya;

(20)

- Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol keselamatan dan kesehatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain.

Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah: a. Aspek kajian teknis, meliputi:

- Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji, pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan; - Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam

menentukan pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau campuran. Dalam perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek teknis lainnya, meliputi:

a. Kajian geoteknik dan hidrologi.

b. Kajian pemilihan jenis dan kapasitas slat produksi. c. Proyeksi produksi tambang dan umur tambang.

d. Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja.

e. Tata letak sarana utama dan sarana penunjang .

f. Penyediaan infrastuktur tambang, meliputi pembuatan kantor, perumahan, jalan, dan lain-lain.

- Kajian pemilihan sistem pengolahan bahan galian. b. Aspek kajian non teknis, meliputi:

(21)

- Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek ketenagakerjaan, aturan K3, sistem perpajakan dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang.

- Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat.

- Kajian pasar yang berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakteristik pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap kebutuhan pasar dan supply yang telah berjalan, maupun dari analisis substitusi produk). Selain itu hal yang paling penting adalah karakteristik dan standarisasi produk di pasaran.

- Kajian kelayakan ekonomis adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum, metode pendekatan dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period.

- Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL dan UKL-UPL. Kajian lingkungan untuk industri pertambangan merupakan kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas, ruang lingkup kegiatan, maupun dari sisi operasional dan pengolahan bahan galian

(22)

merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan.

Mencermati uraian di atas, memberikan gambaran bahwa studi kelayakan pertambangan merupakan studi yang cukup kompleks, oleh karena itu harus dilakukan secara cermat dan integratif dari setiap aspek yang berhubungan langsung dengan kegiatan penambangan. Karena kegiatan penambangan adalah salah satu kegiatan yang mempunyai sensitivitas sangat tinggi, terutama yang berkaitan dengan masalah aspek sosial budaya masyarakat setempat. Walaupun pada umumnya kegiatan tambang berada di tengah hutan, tetapi untuk beberapa tahun terakhir ini, boleh dikatakan bahwa kegiatan usaha tambang relatif berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga sering bersinggungan dengan kepentingan masyarakat setempat.(Nandang Sudrajat, 2011).

3. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan untuk mendapatkan aspek legalitas perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Nama Perusahaan. b. Luas wilayah.

c. Lokasi Penambangan. d. Nomor Pokok Wajib Pajak. e. Dokumen Lingkungan.

(23)

4. Prosedur Kerja

a. Meninjau kembali dokumen Laporan Triwulan 3 dan 4 PT. Pipit Mutiara Jaya.

b. Menulis tentang informasi perijinan PT. Pipit Mutiara Jaya . 5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai selama mempelajari beberapa dokumen yang dimiliki perusahaan adalah informasi tentang perijinan pada instansi yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan PT. Pipit Mutiara Jaya, dalam hal ini izin KP eksplorasi dan luasan areal yang akan digunakan beserta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan PT. Pipit Mutiara Jaya.

6. Pembahasan

Aspek legalitas perusahaan terkait dengan kegiatan usaha

pertambangan yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya diantaranya diuraikan dalam beberapa hal sebagai berikut:

a. Peraturan-peraturan yang berkaitan antara kegiatan pertambangan batubara PT. Pipit Mutiara Jaya dengan pertambangan umum, yang dijadikan acuan adalah:

- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, digunakan sebagai acuan karena

(24)

kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya ini adalah termasuk dalam kegiatan pertambangan.

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya menggunakan genet sebagai sumber listriknya.

- Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1073 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan Umum, digunakan sebagai acuan kare na adanya kewajiban dari PT. Pipit Mutiara Jaya untuk menerapkan peraturan dan pengawasan terhadap keselamatan kerja.

b. Peraturan-Peraturan yang berkaitan antara kegiatan pertambangan batubara PT. Pipit Mutiara Jaya dengan lingkungan hidup yang dijadikan acuan adalah:

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya akan berpengaruh terhadap sumber daya air.

- Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya ini berdekatan dengan sungai.

(25)

- Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan Beracun, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya ini menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti oli/minyak pelumas.

- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1994 tentang Pelayaran, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya ini menggunakan kapal ponton khususnya dalam kegiatan pemuatan/pengapalan batubara c. Peraturan-peraturan yang berkaitan antara kegiatan pertambangan

batubara PT. Pipit Mutiara Jaya dengan kesehatan dan keselamatan kerja, yang dijadikan acuan adalah:

- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya ini diperkirakan akan berdampak terhadap keselamatan kerja.

(26)

B. Tahap Konstruksi Tambang Batu Bara

1. Mobilisasi Peralatan (Obsevasi Sistem K3 Perusahaan) 1. Tujuan

a. Mengetahui sistem peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat diperusahaan.

b. Mengetahui sistem penerimaan karyawan/tamu didalam perusahaan. c. Mengetahui kondisi-kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya

dalam aktifitas kerja. 2. Dasar Teori

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengawasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya ditempat kerja guna tindakan pencegahan terhadap resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu ekstrim dan lain-lain. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya yang ada ditempat kerja (Anonim, 2011).

Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produk tif.

(27)

Tujuan penerapan SMK3 :

a. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

b. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja.

c. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi. d. Proteksi terhadap industri dalam negeri.

e. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional.

f. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional. g. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem.

h. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3.

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3 (Abi Praya, 2008).

3. Alat dan Bahan

a. Alat : bolpoin, buku catatan.

b. Bahan : hasil wawancara dengan safety officer. 4. Prosedur Kerja

a. Melakukan diskusi atau wawancara dengan safety officer. b. Mengamati proses penerimaan karyawan/tamu.

(28)

d. Mengamati peralatan-peralatan keselamatan yang digunakan pada saat melakukan aktifitas kerja.

e. Melakukan pengamatan terhadap jam kerja dan jadwal cuti karyawan. 5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang di capai dalam melakukan observasi sistem K3 adalah berupa sistem penerimaan karyawan yang melewati berbagai tahapan baik uji secara teori maupun praktik untuk dilapangan.

6. Pembahasan

Dalam kegiatan penerimaan karyawan/tamu, dilakukan beberapa tahap seperti, safety induksi yaitu pengenalan area kerja yang akan dijalani, potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi dan area penanggulangan ketika kecelakaan kerja terjadi. Dalam kegiatan safety induksi penerimaan karyawan /tamu, akan mendapatkan tahap tes tertulis setelah mendapatkan teori yag telah disampaikan oleh petugas (safety officer) untuk mengetahui sejauh mana karyawan/tamu memahami teori K3 yang telah disampaikan.

Beberapa kegiatan lain yang telah dilakukan oleh safety division antara lain:

a. Uji kesehatan berkala setiap 6 bulan sekali (untuk seluruh karyawan). b. Sertifikasi alat angkat, angkut, genset, estalasi penyalur petir.

c. Training penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) d. Hazard identification

(29)

e. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas. f. Safety meeting setiap hari selasa.

g. Pembutan komite K3 untuk seluruh perusahaan yang menggunakan road akses Sebakis.

h. Pelaksaanaan upacara hari K3. i. Safety talk 5 kali seminggu

j. Prikomisioning alat sebelum dioperasikan.

2. Pembangunan Sarana dan Prasarana (Informasi Fasilitas-Fasilitas di Lokasi Tambang).

1. Tujuan

a. Mengetahui fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh PT. Pipit Mutiara Jaya dan kontraktor.

b. Mengetahui fungsi dari fasilitas yang ada. 2. Dasar Teori

Fasilitas perusahaan adalah peralatan, bangunan, sarana maupun fasilitas penunjang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk menunjang setiap proses kegaiatan yang akan dilakukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk

(30)

lebih memudahkan membedakan keduanya, sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, dan tanah.

Menurut Anonim (2012), sarana dan prasarana juga mempunyai arti dan maksud yang sama dengan istilah perbekalan perusahaan. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dengan kualitas yang baik, sangat dibutuhkan setiap organisasi dimanapun dalam penyelenggarakan kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa adanya sarana dan prasarana, mustahil tujuan akan dicapai. Demikian halnya perusahaan, tempat berlangsungnya kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan ketatausahaan atau administrasi, juga sangat memerlukan sarana dan prasarana perusahaan. Bahkan tidak akan ada pekerjaan kantor yang tidak berkaitan dengan sarana dan prasarana kantor.

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam perusahaan, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

(31)

3. Alat dan Bahan

a. Alat : kendaraan, kamera digital, buku catatan, bolpoin. b. Bahan : foto dokumentasi.

4. Prosedur Kerja

a. Melakukan observasi dengan pembimbing lapangan ke tempat-tempat atau fasilitas yang terdapat didalam perusahaan.

b. Melakukan wawancara dengan beberapa staf/karyawan pada saat bekerja di lokasi perusahaan.

c. Mengambil foto dokumentasi terhadap tempa t-tempat atau fasilitas perusahaan maupun kontraktor.

5. Hasil Yang Dicapai

Dalam kegiatan observasi ini diperoleh informasi dan lokasi tentang fasilitas yang dimiliki oleh PT. Pipit Mutiara Jaya dengan kontraktornya.

6. Pembahasan

Untuk fasilitas yang dimiliki oleh PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis terdiri atas:

a. Kantor PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis. b. Kantor Pos Security.

c. Jembatan Batu Bara JBB. d. Mess untuk para karyawan.

(32)

e. Work shop/bengkel. f. Musholah.

g. Poliklinik kesehatan. h. Kantin.

i. Fasilitas olah raga. j. Pangkalan/pelabuhan.

Untuk sarana transportasi karyawan menuju ke tambang, pangkalan dan mess berupa kendaraan Hilux 4x4/kendaraan ringan.

C. Tahap Operasi Pertambangan Batu Bara

1. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air Di Settling Pond 1. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air di settling pond yang ada tambang batubara PT. Pipit Mutiara Jaya.

2. Dasar Teori

pH (potential of Hydrogen/derajat keasaman) merupakan angka yang menunjukkan kadar asam/asidik atau basa/alkali suatu larutan, dimana nilai netralnya (7) ada dalam kadar seimbang kedua molekul asam dan basa. Angka lebih rendah dari 7 dikenal dengan keadaan asam sedangkan lebih dari 7 (diantara skala 0-14) bersifat basa. Air bisa bersifat asam atau basa dimana yang disebut dengan soft water biasanya bersifat asam

(33)

sedangkan hard water bersifat basa. Air murni sendiri sebenarnya memiliki pH netral.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Soeharto, 1997).

Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya . Pemantauan kualitas merupakan bagian dari pengelolaan kualitas air, tergantung pada tujuan dari jenis program pemantauan, jenis dan parameter yang diukur, lokasi atau frequensi sampling, peralatan dan organisasi pelaksanaannya (Anonim, 2011).

(34)

3. Alat dan Bahan

a. Alat : pH meter, kertas lakmus, kantung plastik. b. Bahan : air asam tambang (AAT).

4. Prosedur Kerja

a. Sampel air yang ada dikolam pengendap (settling Pond) di ambil dengan menggunakan kantung plastik.

b. Sampel air tersebut kemudian dibawa ke lab yang ada dikantor PT. Pipit Mutiara Jaya site Sebakis untuk di uji kualitasnya dengan menggunakan alat pH meter atau kertas lakmus.

5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui drajat keasaman (pH) air yang ada di settling pond.

6. Pembahasan

Pemantauan pH air akan dipantau setiap 1 minggu dengan menggunakan alat ukur pH meter sendiri, ha l ini dimaksud untuk mengetahui kondisi air buangan dari area tambang dan jika pH rendah maka akan dilakukan penambahan kapur agar kualitas pH air memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.

(35)

2. Penambangan Batu Bara Konvensional (Pengerukan dan Penimbunan Tanah Pucuk).

1. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk memindahkan dan memisahkan tanah pucuk (top soil) agar tidak rusak dan bercampur dengan kontaminan dan bahan pencemar lainnya sehingga kandungan unsur hara yang ada pada tanah tetap terjaga keasliannya, ta nah pucuk ini nantinya akan digunakan kembali untuk kegiatan reklamasi

2. Dasar Teori

Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai dilapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) ini terjadi jika lahan yang digali masih berupa rona awal yang asli (belum pernah digali/tambang). Tanah pucuk adalah lapisan tanah atas yang mengandung humus dan memiliki kapasitas untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Lapisan top soil merupakan lapisan tanah penutup paling atas yang cukup lunak. Lapisan teratas tanah yg mudah dilalui air, tebalnya kurang lebih 30 cm, termasuk dl lapisan tempat berada tumbuhan dan akarnya, berwarna hitam dan kaya akan bahan organik (Anonim, 2012).

(36)

Menurut Rahmat (2007), bahwa dalam industri pertambangan batu bara, eksplorasi batubara dari lapisan dalam tanah harus malalui proses pemisahan overburden (OB). OB adalah material penutup batubara, proses ini disebut OB removal. Penggalian batuan penutup dilakukan pertama kali dengan menggunakan alat gali berupa alat berat. Lapisan tanah penutup dibagi menjadi 2 yaitu lapisan tanah penutup yang lunak dan lapisan tanah penutup yang keras. Lapisan tanah penutup yang terdapat setelah lapisan tanah penutup adalah lapisan tanah penutup yang lunak.

Menurut Anonim (2011), bahwa tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses selanjutnya selanjutnya. Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan lapisan tanah penutup pada bagian atas cadangan batu gamping terlaksana (arah kemajuan penambangan dari kontur atas ke bawah). Maka dapat dimulai kegiatan operasi penambangan. Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup endapan batu gamping tersebut selesai.

3. Alat dan bahan

(37)

b. Bahan : tanah pucuk (top soil). 4. Prosedur Kerja

a. Lapisan tanah pucuk (top soil) diambil dengan kedalaman yang disesuaikan dengan ketebalannya.

b. Tanah diangkut menuju ke disposal yang terdapat di luar area tambang (pit) pada saat kondisi cuaca cerah untuk menghindari hilangnya unsur hara di dalam tanah pucuk.

5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi cuaca, jumlah unit oprasional baik dump truck maupun excavator dan jam efektif saat kegiatan berlangsung.

6. Pembahasan

Ta nah Pucuk (top soil) merupakan bagian dari tanah penutup yang mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan (vegetasi) sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan secara khusus, yang nantinya akan digunakan kembali untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan.

Pengupasan tanah pucuk (top soil) akan dilakukan pada saat kondisi tidak hujan, agar unsur hara yang terkandung pada top soil dapat terjaga serta untuk menghindari terjadinya erosi. Tahan pucuk top soil dikupas pada kedalaman antara 30-50 cm (atau tergantung pada ketebalan top soil) dari permukaan tanah dengan menggunakan bulldozer, kemudian

(38)

tanah pucuk tersebut didorong serta dikumpulkan dan selanjutnya dengan menggunakan excavator, tanah pucuk tersebut dimuat kealat angkut (dump truck) untuk dibawa kelokasi khusus penimbunan tanah pucuk (bank soil) yang letaknya tidak jauh dari areal bukaan tambang (± 500m) penimbunan tanah pucuk di top soil area dilakukan dilokasi yang tidak mengadung cadangan batubara dan tidak mengganggu daerah yang aka ditambang.

3. Pengelolaan Dan Pemantauan Kualitas Kebisingan

1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan pemantauan kualitas kebisingan yang ada disekitar area stockpile, genset dan conveyor.

2. Dasar Teori

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat minumbulkan gangguan kesehatan masnusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah uraian energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan mansusia dan kenyamanan lingkungan. (KepMen LH No.48 Tahun 1996).

(39)

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Bising menyebabkan berbagai gang guan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengar dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. (Kusumaatmadja, 1996).

3. Alat dan Bahan

a. Alat : sound level meter. b. Bahan : buku catatan, alat tulis. 4. Prosedur Kerja

a. Menentukan jarak sampling dengan titik/sumber kebisingan. b. Ambil sampilng sesuai dengan jarak yang telah ditentukan. c. Catat hasil sampling yang telah diperoleh.

(40)

Hasil yang di capai dalah kegiatan ini adalah memperoleh data kualitas kebisingan yang ada di sekitar titik pengambilan sampel.

6. Pembahasan

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan pihak manajemen perusahaan PT. Pipit Mutiara Jaya menurut hasil pengamatan peneliti telah dilaksanakan dengan baik dan dapat mengurangi tingkat kebisingan terutama pada kendaraan alat-alat berat, genset dan conveyor serta crushing plat, berdasarkan hasil swapantau kebisingan menunjukkan angka penilaian untuk daerah pangkalan rata-rata 94 dBA dan dibawah standar Baku Mutu Kebisingan untuk areal tambang serta pengolahan batubara adalah 70 dBA berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996. Akan tetapi pihak manajemen perusahaan PT. Pipit Mutiara Jaya telah membekali karyawan dengan ear plug dan bagi operator mesin diberikan ear muff, merawat dan mengontrol peralatan yang menimbulkan suara bising dan menyediakan sarana kesehatan dan tenaga medis.

4. Proses Pengangkutan Batu Bara Ke StockPile 1. Tujuan

Kegiatan pengangukutan batubara ini bertujuan untuk mengangkut batubara dari tambang menuju ke stockpile.

(41)

Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan batubara dari tempat pengolahan yang ada diareal tambang menuju ke tempat penimbunan akhir (stockpile).

Menurut Anonim (2011), bahwa pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan menggunakan DT yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material batubara hasil pengerukan yang akan diangkut.

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.

3. Alat dan Bahan

a. Alat : excavator dossan 500, dump truck nissan CWA (kapasitas muatan 20 ton).

b. Bahan : batubara. 4. Prosedur Kerja

a. Batubara diangkut dengan menggunakan dump truck dari tambang menuju ke stockpile.

(42)

b. Sebelum mobil pengangkut (dump truck) masuk ke stockpile terlebih dahulu harus melewati jembatan timbang batubara (JBB) untuk ditimbang.

c. Harus memastikan batubara akan ditempatkan di stockpile sesuai dengan kualitas dari batubara itu sendiri.

5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk memastikan penempatan batubara di stockpile sesuai dengan jenis dan kualitasnya. 6. Pembahasan

Proses pemuatan batubara ke alat angkut dilakukan oleh unit excavator dengan tipe dan jumlah alat yang digunakan adalah Dossan 500 1 Unit, dimana alat angkut yang digunakan yaitu dump truck dengan tipe dan jumlahnya adalah Nissan CWA 7 unit dengan kapasitas muatan 20 ton . Selanjutnya batubara tersebut diangkut menuju ke stock room dan stock pile. Hal ini mengingat jalur dari tambang ke pangkalan (stock room dan stock pile) berjarak ± 7 km dengan kondisi jalan agregat 1 ½, yang cukup bagus.

Rata-rata volume batubara yang dihasilkan selama proses pengangkutan adalah sebanyak:

a. Untuk daerah Pit 2 jumlah batubara yang dihasilkan sebanyak 1.252 Ton/hari.

(43)

b. Untuk daerah Pit 3 jumlah batubara yang dihasilkan sebanyak 1.252 Ton/hari.

Jumlah produksi batubara di PT. Pipit Mutiara Jaya sebanyak 50.000 Ton/bln.

5. Proses Pengapalan Batu Bara 1. Tujuan

Kegiatan pengapalan batubara bertujuan untuk mengangkut batubara dari lokasi penimbunan akhir di crusher menuju ke kapal ponton.

2. Dasar Teori

Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan batubara dari daerah tambng ketempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

Anonim (2012), menyatakan bahwa kegiatan pengapalan batubara dilakukan dengan menggunakan sistem Conveyor, yaitu stock batubara diambil (sesuai spesifikasi permintaan pasar) dan diangkut oleh unit DT dan di dumping ke hopper conveyor, untuk selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara hingga ke ujung jetty dan menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.

Jika kebetulan sistem Conveyor ini mengalami kendala teknis, maka system pengapalan penggantinya berupa system trucking, yaitu unit dump truck membawa muatan batubara dari stockpile menuju ujung jetty dan

(44)

naik masuk ke dalam tongkang dan menurunkan muatannya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang hingga kapasitas muat tongkang terpenuhi, yaitu sekitar lebih kurang 6.000 MT.

Pengiriman batu bara merupakan batu bara yang sudah dipisahkan berdasrkan jenis dan kualitasnya yang siap dipasarkan keberbagai tempat (lokal maupun internasional).

3. Alat dan Bahan

a. Alat : buku catatan, bolpoin.

b. Bahan : Hasil Observasi dengan Manager Mine Opration 4. Prosedur Kerja

a. Batubara olahan diagkut menuju ke crusher dengan menggunakan dump truck.

b. Batubara yang telah melewati crusher selanjutnya akan dibawa ke ponton melalui belt konveyor (BC) 1 dan 2.

c. Tiap-tiap batubara yang melewati belt konveyor akan diambil sampelnya untuk memastikan kualitas batubara yang akan dimuat ke kapal ponton. d. Terdapat pengawasan di kapal ponton oleh forman untuk mengarahkan

crew pada saat proses pemuatan. 5. Hasil Yang Dicapai

Untuk mengisi satu kapal ponton dengan kapasitas angkut 5.000-6.000 ton diperlukan waktu selama 1 hari dengan dengan 8 unit dump truck, 4 unit exacavator PC 400 dan 2 unit bulldozer.

(45)

6. Pembahasan

Kegiatan pengapalan yang dilakukan oleh PT. Pipit Mutiara Jaya menggunakan sistem otomatis yaitu dengan cara loading yang menggunakan transfer conveyor untuk mengangkut batubara kedalam kapal ponton.

D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batu Bara 1. Kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR) 1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mensejahterahkan masyarakat desa Pembliangan yang ada di sekitar wilayah areal tambang.

2. Dasar Teori

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Coorporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) adalah suatu konsep organisasi, khususnya tanggung jawab perusahaan terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjuta n", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

(46)

Pendanaan CSR biasanya diambil dari beberapa persen dari keuntungan perusahaan setelah pajak. Dalam dokumen Kementerian BUMN, ditetapkan dana CSR yang juga disebut di kalangan BUMN dengan PKBL, program kemitraan dan bina lingkungan, masing masing 2% dalam program kemitraan dan 2% untuk program bina lingkungan. Jadi total dana CSR maksimal adalah 4% di kalangan BUMN. Beberapa perusahaan menetapkan 10% keuntungan dari perusahaan. (Anonim, 2012).

3. Alat dan Bahan

a. Alat : buku catatan, bolpoin.

b. Bahan : data dari kantor desa (data penduduk kurang mampu). 4. Proseder Kerja

a. Melakukan diskusi dengan tokoh masyarakat.

b. Mendata jumlah penduduk kurang mampu yang ada di desa Pembliangan.

c. Mengobservasi kebutuhan warga sekitar yang ada di desa Pembliangan.

d. Membeian bantuan dan pelatihan kepada masyarakat. 5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah warga sekitar desa Pembliangan yang kurang mampu dan memberikan bantuan kepada masyarakat.

(47)

Sebelum pemberian bantuan pihak perusahaan PT. Pipit Mutara Jaya terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan beberapa tokoh masyarakat yang ada di desa Pembliangan Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Bantuan yang diberikan oleh perusahaan adalah berupa pelatihan keterampilan (otomotif/bengkel), uang tunai dan beasiswa bagi mahasiswa yang berpestasi dan kurang mampu yang berdomisili di desa Pembliangan.

(48)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan yang dilaksanakan selama Praktik kerja lapang di PT. Pipit Mutiara Jaya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbandingan antara teori dan praktik beberapa diantaranya berbeda dengan yang ada dilapangan.

2. Perusahaan PT. Pipit Mutiara Jaya telah melakukan pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan seperti uji kualitas air, treatment air asam tambang (AAT), pematauan lingkungan areal disposal dan pemantauan kualitas kebisingan disekitar areal pangkalan, crusher, konveyor dan genset.

3. Kapasitas produksi tambang batubara PT. Pipit Mutiara Jaya adalah 50.000 ton perbulan.

4. Rata-rata volume batubara yang dihasilkan selama proses pengangkutan adalah sebanyak:

a. Untuk daerah Pit 2 jumlah batubara yang dihasilkan sebanyak 1.252 Ton/hari.

b. Untuk daerah Pit 3 jumlah batubara yang dihasilkan sebanyak 1.252 Ton/hari.

(49)

B. Saran

1. Kegiatan PKL ini merupakan pelatihan kerja yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan akan menjadi bekal yang sangat berhaga setelah kegiatan PKL berakhir.

2. Perlu adanya hubungan kerja sama antara instansi-instansi/perusahaan yang terkait dengan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda karena kegiatan ini sangat bernilai positif bagi mahasiswa yang melaksanakan Praktik kerja lapang (PKL).

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abi Praya, 2008. Pokok-pokok Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. http://wordpress.com/2008/03/29/pokok-pokok-sistem-manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-smk3/. (10 Juni 2012).

Anonim, 2011. Tahap Penambangan Batu Bara,

http://himatto.wordpress.com/-2011/05/14/tahap-penambangan-batubara/. (21 Mei 2012).

Anonim, 2012. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

http://id.wikipedia.org/wiki-/tanggung-jawab - sosial-perusahaan.id. (21 Mei 2012).

Anonim, 2012. Tata Cara Penambangan,

http://www.amanahgroup.co.id/index.-php/menu-profil/tatacarapenambangan. (12 April 2012). Anonim. 2011. Operasi Penambangan.

http://sangfuehrer.blogspot.com/2011/03 /proses-penambangan-batubara-dengan.html(20 Mei 2012)

Anonim. 2011. Pengangkutan Batubara .

http://sangfuehrer.blogspot.com/2011/ 03/proses-penambangan-batubara-dengan.html(15 Mei 2012)

Anonim. 2012. Pengolahan Dan Pengapalan Batubara.

http://ical10.wordpress. com/2012/01/27/pengolahan-dan-pengapalan-batu-bara/ (30 Mei 2012

Anonim. 2012. Pengupasan Tanah Pucuk dan Overburden.

http://www.scribd. com/doc/46464098/23/IV-2-2-Pengupasan-Tanah-Pucuk-Overburden-Removal ( 10 Mei 2012)

Anonim. 2012. Tanggung Jawab Sosial. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung _jawab_sosial_perusahaan (15 Mei 2012)

KepMen LH No. 113 Tahun 2003. Tentang Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara.

Kusumaatmadja,S. 1996. Baku Tingkat Kebisingan. KEPMEN LH No.48 Tahun 1996. http://www.proxsis.com/perundangan/LH/doc/uu/J07-199600048. pdf (23 April 2012)

Nandang Sudrajat, 2011. “Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum”. http://www.bcmiresources.com/2011/02/studi-kelayakan-usaha-pertambangan.html (14 Juni 2012).

(51)

Rahmat. 2007. Kegiatan Perencanaan Dan Penambangan Batubara.

http://www. scribd.com/doc/24599068/32/Pembersihan-Lahan (30 Mei 2012)

Soeharto. 1997. Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU No. 23 Tahun 1997. http:// bk.menlh.go.id/files/UU-2397.pdf (5 Mei 2012)

(52)
(53)

Skema 2. Proses Pertambangan di PT. Pipit Mutiara Jaya Site Sebakis Land Clearing Pengerukan Tanah Penutup Pengerukan Tanah Pucuk Coal Hauling Stock ROM Pengambilan Batubara Loading Keponton Stockpile

(54)

Dilakukan Pengukuran pH

Skema 2. Pengelolaan Air Asam Tambang di PT. PMJ Site Sebakis Air Asam Tambang Kolam Pengendap 2 Kolam Pengendap 1 Lingkungan Kolam Pengendap 3 Pemberian Kapur Dolomit

(55)

Skema 1. Struktur Organisasi PT. Pipit Mutiara Jaya Site Sebakis SITE MANAGER Sup. Mekanik MINING ADVISORD MANAGER MINING OPERATION MANAGER SUPPORT AND SERVICE Sup. Geologi Sup. MO Sup. Survey KTT Sup. HRD Sup. QHSE

(56)

1

Skema 2. Proses Pertambangan di PT. Pipit Mutiara Jaya Site Sebakis Land Clearing Pengerukan Tanah Penutup Pengerukan Tanah Pucuk Coal Hauling Stock ROM Pengambilan Batubara Loading Keponton Stockpile

(57)

2

Dilakukan Pengukuran pH

Skema 2. Pengelolaan Air Asam Tambang di PT. PMJ Site Sebakis Air Asam Tambang Kolam Pengendap 2 Kolam Pengendap 1 Lingkungan Kolam Pengendap 3 Pemberian Kapur Dolomit

(58)

3

Gambar 1. Pengerukan tanah pucuk (Top Soil)

Gambar 2. pengangkutan Tanah Pucuk (Top Soil)

(59)

4

Gambar 4. Pengerukan Tanah Penutup (Over Burden)

Gambar 5. Pengangkutan Tanah Penutup (Over Burden)

(60)

5

Gambar 7. Pemuatan Batubara

Gambar Proses 8. Pengangkutan Batubara

(61)

6

Gambar 10. Stock Rom dan Stockpile

Gambar 11. Crusher

(62)

7

Gambar 13. Kantor PT. PMJ

(63)

8

Gambar 15. Fasilitas Olah Raga

(64)

9

Gambar 17. Pengukuran Kualitas Air

(65)

10

Gambar

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya.
Tabel 2. Hasil yang dicapai dari kegiatan PKL di PT. Pipit Mutiara Jaya.
Gambar 1. Pengerukan tanah pucuk (Top Soil)
Gambar 4. Pengerukan Tanah Penutup (Over Burden)
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Limbah radioaktif adalah

Dari hasil praktik kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanankan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur dapat sisimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan

Untuk mengetahui teknik pemanenan, penjemuran dan penanaman wijen (Sesamum indicum) yang benar. indicum) merupakan tanaman semak musim yang biasa tumbuh di daerah tropis. Biji

Inhutani I UMH Kunyit yaitu di Bidang Pembinaan Hutan ( Pemeliharaan Persemaian, Pemeliharaan Bibit, Persiapan Media Semai, Pengadaan Bibit Cabutan, Penyapihan, Penanaman,

Sesuai teori, pembebasan pohon binaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada pohon binaan yang sudah ditetapkan sebagai pohon binaan yang nantinya

pemetaan dibidang pertanahan. 6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. 7) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah. 8) Pelaksanaan

bidang pertanahan. 6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. 7) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah. 8) Pelaksanaan penatagunaan

Standardisasi yang secara umum lebih banyak diucapkan standarisasi berasal dari kata Standardize yang artinya menetapkan standar atau menetapkan bentuk yang dijadikan ukuran.