• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep-SOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep-SOL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK TUGAS KELOMPOK

RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

TENTANG TENTANG

SPACE OCCUPYING LESION SPACE OCCUPYING LESION

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH : HENDY PRAYUDA HENDY PRAYUDA RAHMAT SAPUTRA RAHMAT SAPUTRA RIAN MUARIF RIAN MUARIF ROMI INDRA ROMI INDRA SAFRIL SAFRIL SRI WAHYULI SRI WAHYULI

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA

TA. 2011 / 2012 TA. 2011 / 2012 PEKANBARU PEKANBARU

(2)

Kata Pengantar Kata Pengantar

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial

intracranial

Dari definisi diatas dapat kita ketahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat dari SOL. Dari definisi diatas dapat kita ketahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat dari SOL. Untuk itu makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam Untuk itu makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam membarikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami SOL.

membarikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami SOL.

Dalam maklah ini penulis telah melampirkan akan definisi, etiologi, klasifikasi, Dalam maklah ini penulis telah melampirkan akan definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan asuhan keperawatan manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan asuhan keperawatan mengenai SOL ( Space Occupying Lesion ). Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat mengenai SOL ( Space Occupying Lesion ). Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa/i keperawatan.

membantu dan bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa/i keperawatan.

Pekanbaru, 13 oktober 2011 Pekanbaru, 13 oktober 2011

Penulis Penulis

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar

Kata Pengantar Daftar

Daftar isi ...isi ... ... ... BAB 1 :

BAB 1 : Pendahuluan ...Pendahuluan ... Latar

Latar belakang ...belakang ... ... Tujuan ... Tujuan ... Manfaat ... Manfaat ... BAB 2 :

BAB 2 : TinjauaTinjauan n Teoritis Teoritis ... ... Definifisi ... Definifisi ... Etiologi ... Etiologi ... Klasifikasi ... Klasifikasi ... Manifest

Manifestasi asi Klinis Klinis ... ... Patofisiologi ... Patofisiologi ... Pemerik

Pemeriksaan saan Penunjang Penunjang ... ... Komplikasi ... Komplikasi ... Peneatalaksanaan ... Peneatalaksanaan ... Asuhan

Asuhan KeperawatKeperawatan an ... ... Pengkajian ... Pengkajian ... Diagnosa ... Diagnosa ... Intervensi ... Intervensi ... Rasional ... Rasional ... Pembahasan ... Pembahasan ... BAB 3 :

BAB 3 : LaporaLaporan n Kasus Kasus ... ... Pengkajian ... Pengkajian ... Analisa

Analisa Data Data dan dan Diagnosa Diagnosa ... ... Rencan

Rencana a Keperawatan Keperawatan ... ... Tindakan ... Tindakan ... Evaluasi ... Evaluasi ...

BAB 4 :

BAB 4 : Pembahasan ...Pembahasan ... Pengkajian ... Pengkajian ... Diagnosa ... Diagnosa ... Intervensi ... Intervensi ... Implementasi ... Implementasi ... Evaluasi ... Evaluasi ... BAB 5 :

BAB 5 : Penutup ...Penutup ... Kesimpulan ... Kesimpulan ... Saran ... Saran ... Daftar Pustaka Daftar Pustaka

(4)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.

1. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

SOL ( Space Occupying Lesion )

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesimerupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti; kuntusio serebri,

lesi pada otak seperti; kuntusio serebri, hematoma,hematoma, infark,infark, abses otakabses otak dan tumor intra kranial.dan tumor intra kranial. (Long,2002,130)

(Long,2002,130)

tapi penulis membatasi dengan hanya membahas tentang abses otak. Abses otak (AO) tapi penulis membatasi dengan hanya membahas tentang abses otak. Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. AO pada anak jarang ditemukan adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. AO pada anak jarang ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni pertama kali melaporkan AO yang dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan  jantung

 jantung bawaan bawaan sianotik. sianotik. Mikroorganisme Mikroorganisme penyebab penyebab AO AO meliputi meliputi bakteri, bakteri, jamur jamur dan dan parasitparasit tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak

diketahui sumber infeksinya.

diketahui sumber infeksinya.

Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan. Tanpa pengobatan, prognosis AO jelek.

(5)

2.

2. TUJUANTUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita SOL serta memberikan keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita SOL serta memberikan informasi mengenai SOL dan cara mengatasinya dan memenuhi tuntutan tugas kelompok  informasi mengenai SOL dan cara mengatasinya dan memenuhi tuntutan tugas kelompok  setelah melakukan praktek dinas lapangan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

setelah melakukan praktek dinas lapangan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Oleh karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dan bermanfaat Oleh karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dan bermanfaat untuk kita semuanya.

untuk kita semuanya.

3.

3. MANFAATMANFAAT

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu keperawatan Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu keperawatan medikal bedah yang bersangkutan dengan SOL dan juga dapat menjadikan acuan dalam medikal bedah yang bersangkutan dengan SOL dan juga dapat menjadikan acuan dalam menetapkan asuhan keperawatan.

(6)

BAB II BAB II TINJAUAN TEORITIS TINJAUAN TEORITIS A. DEFENISI A. DEFENISI

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long C , 2002 : 130).

intracranial ( Long C , 2002 : 130).

Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.

kembali hal-hal seperti diatas.

Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk  tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk  melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan

(7)

akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak  akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak  merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.

magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.

Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (http://www.tumor_otak/2008.com).

di dalam tengkorak. (http://www.tumor_otak/2008.com).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).

tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).

B. ETIOLOGI B. ETIOLOGI

1. Riwayat trauma kepala. 1. Riwayat trauma kepala.

2. Faktor genetik  2. Faktor genetik 

3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik  3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik 

4. Virus tertentu 4. Virus tertentu 5. Defisiensi imunologi 5. Defisiensi imunologi 6. Congenital 6. Congenital (ngatisyah, 2001) (ngatisyah, 2001)

(8)

C. KLASIFIKASI C. KLASIFIKASI

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi : Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :

a. Jinak  a. Jinak  Acoustic neuroma Acoustic neuroma Meningioma Meningioma Pituitary adenoma Pituitary adenoma Astrocytoma ( grade I ) Astrocytoma ( grade I ) b. Malignant b. Malignant Astrocytoma ( grade 2,3,4 ) Astrocytoma ( grade 2,3,4 ) Oligodendroglioma Oligodendroglioma Apendymoma Apendymoma

Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi : Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :

a. Tumor intradural a. Tumor intradural Ekstramedular Ekstramedular Cleurofibroma Cleurofibroma Meningioma intramedural Meningioma intramedural Apendimoma Apendimoma

(9)

Astrocytoma Astrocytoma Oligodendroglioma Oligodendroglioma Hemangioblastoma Hemangioblastoma b. Tumor ekstradural b. Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer. Merupakan metastase dari lesi primer.

(smeltzer, 2002) (smeltzer, 2002)

D. MANIFESTASI KLINIS D. MANIFESTASI KLINIS

Peningkatan tekanan intracranial Peningkatan tekanan intracranial

a. Nyeri kepala a. Nyeri kepala

Nyeri bersifat dalam, terus

Nyeri bersifat dalam, terus

 – 

 – 

menerus, tumpul dan kadangmenerus, tumpul dan kadang

 – 

 – 

kadang bersifat hebatkadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

b. Nausea dan muntah b. Nausea dan muntah

Akibat rangsangan pada medual oblongata Akibat rangsangan pada medual oblongata

c. Papil edema c. Papil edema

Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

(ngatisyah, 2002) (ngatisyah, 2002)

(10)

E. PATOFISIOLOGI E. PATOFISIOLOGI

- Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral - Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral

- Aktivitas kejang dan tanda

- Aktivitas kejang dan tanda

 – 

 – 

tanda neurologis fokaltanda neurologis fokal

- Hidrosefalus - Hidrosefalus

- Gangguan fungsi hipofisis - Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit  /

 / melunakmelunaknya nya parenkim parenkim trombosis trombosis sepsis sepsis dan dan edemaedema, , beberapa beberapa hari hari atau atau minggminggu u dari dari fasefase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 ).

infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 ).

Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat central nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis ( Gangguan Fokal Akibat Tumor disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis ( Gangguan Fokal Akibat Tumor Dan Peningkatan TIK ).

Dan Peningkatan TIK ).

Tumor

Tumor

 – 

 – 

tumor otak primer menunjukkan kiratumor otak primer menunjukkan kira

 – 

 – 

kira 20 % dari penyebab semuakira 20 % dari penyebab semua kematian kanker. Tumor

kematian kanker. Tumor

 – 

 – 

tumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari parutumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari paru

 – 

 – 

paru,paru, payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ). payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk  tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk  mebuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan mebuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan supratentorial ( Terletak Diatas Penutup Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik  supratentorial ( Terletak Diatas Penutup Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik 

(11)

menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK. peningkatan TIK. (hasanudin 2001) (hasanudin 2001) F. PEMERIKSAAN PENUNJANG F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler

meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler

MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan

Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosisi

dasar pengobatan seta informasi prognosisi

Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

Elektroensefalografi ( EEG ) Elektroensefalografi ( EEG )

Mendeteksi gelombang otak abnormal. Mendeteksi gelombang otak abnormal.

(doengoes, 2000) (doengoes, 2000)

(12)

G. KOMPLIKASI G. KOMPLIKASI

1. Gangguan fungsi neurologis 1. Gangguan fungsi neurologis

2. Gangguan kognitif  2. Gangguan kognitif 

3. Gangguan tidur dan mood 3. Gangguan tidur dan mood

4. Disfungsi seksual 4. Disfungsi seksual (doengoes, 2000) (doengoes, 2000) H. PENATALAKSANAAN H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi : Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi :

untuk tumor primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun untuk tumor primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan kemoteraphi, namun jika umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan kemoteraphi, namun jika tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan.

tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan.

Hematom membutuhkan efakuasi Hematom membutuhkan efakuasi

Lesi infeksi membutuhkan efakuasi dan terapi antibiotik  Lesi infeksi membutuhkan efakuasi dan terapi antibiotik 

Pengobatan lain yang diperlukan meliputi : Pengobatan lain yang diperlukan meliputi :

Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral

Manitiol, untuk menurunkan peningkatan TIK Manitiol, untuk menurunkan peningkatan TIK

Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul. Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul.

(13)

(budi sudarwo, 2004) (budi sudarwo, 2004)

I. PENGKAJIAN I. PENGKAJIAN

Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan

penghasilan

Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul

kapan gejala mulai timbul

Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan

nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan

Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.

darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.

Integritas Ego, Gejal :

Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas,: cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.

mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.

Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.

makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : muntah

(14)

Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan

sensitiv terhadap gerakan

Nyeri /

Nyeri / Kenyamanan, Kenyamanan, Gejala : Gejala : nyeri nyeri kepala dengan kepala dengan intensitas yang intensitas yang berbeda dan berbeda dan biasanyabiasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.

tidak bisa istirahat / tidur.

Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi.

obstruksi.

Hormonal :

Hormonal : Amenorhea, rambut Amenorhea, rambut rontok, dabetes rontok, dabetes insipidus.insipidus.

Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan

keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

seksualitas,

seksualitas, gejala: gejala: masalah pada masalah pada seksual (dampak seksual (dampak pada pada hubungan, perubahan hubungan, perubahan tingkattingkat kepuasan)

kepuasan)

Interaksi

Interaksi sosial : sosial : ketidakadekuatan sitem ketidakadekuatan sitem pendukung, pendukung, riwayat riwayat perkawinan perkawinan ( ( kepuasan kepuasan rumahrumah tangga,

tangga, dudkungan dudkungan ), ), fungsi fungsi peran.peran.

( Doenges, 2000 ) ( Doenges, 2000 )

(15)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi

4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan 5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

K. INTERVENSI K. INTERVENSI

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel

Tujuan : Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal dengan KH :

dengan KH :

TTV normal TTV normal

Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit

Gelisah hilang Gelisah hilang

Ingatanya kembali seperti sebelum sakit Ingatanya kembali seperti sebelum sakit

(16)

Intervensi : Intervensi :

1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti 1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS

GCS

2. Pantau frekuensi dan irama jantung 2. Pantau frekuensi dan irama jantung

3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam

lakukan kompres hangat jika terjadi demam

4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan 4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa

membrane mukosa

5. Gunakan selimut hipotermia 5. Gunakan selimut hipotermia

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen

Rasional : Rasional :

1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah 1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan

kerusakan

2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma atau 2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit

tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit

3. Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan 3. Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus

(17)

4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika 4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun

tingkat kesadaran menurun

5. Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu 5. Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu

6. Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema, mengatasi 6. Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema, mengatasi menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan metabolisme seluler/ menurunkan menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan metabolisme seluler/ menurunkan konsumsioksigen

konsumsioksigen

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

Tujuan : Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan KH : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan KH :

Nyeri hilang Nyeri hilang

Pasien tenang Pasien tenang

Tidak terjadi mual muntah Tidak terjadi mual muntah

Pasien dapat beristirahat dengan tenang Pasien dapat beristirahat dengan tenang

Intervensi : Intervensi :

1. Berikan lingkungan yang tenang 1. Berikan lingkungan yang tenang

2. Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien 2. Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien

3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata 3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

(18)

4. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman 4. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman

5. Berikan ROM aktif/pasif  5. Berikan ROM aktif/pasif 

6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada demam 6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada demam

7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai indikasi 7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai indikasi

Rasional : Rasional :

1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat 1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat

2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri 2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori akan menurunkan nyeri 3. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori akan menurunkan nyeri

4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut 4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut

5. Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri 5. Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri

6. Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit 6. Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit

7. Untuk menghilangkan nyeri yang hebat 7. Untuk menghilangkan nyeri yang hebat

3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi

Tujuan : Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan pasien menjadi Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan pasien menjadi adekuat dengan KH :

adekuat dengan KH :

Mual muntah hilang Mual muntah hilang

(19)

Napsu makan meningkat Napsu makan meningkat

BB kembali seperti sebelum sakit BB kembali seperti sebelum sakit

Intervensi : Intervensi :

1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan 1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan

2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering 2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering

3. Timbang berat badan 3. Timbang berat badan

4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Rasional :

1. Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien terlindungi dari aspirasi 1. Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien terlindungi dari aspirasi

2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan 2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan

dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan

3. Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian nutrisi 3. Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

4. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori \nutrisi 4. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori \nutrisi

4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)

Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal. Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal.

KH : KH :

(20)

Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit, Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit, mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.

mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.

Intervensi : Intervensi :

1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. 1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.

2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0 2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0

 – 

 – 

4)4)

3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit 3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu

perubahan posisi antara waktu

Rasional : Rasional :

1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan 1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.

intervensi yang akan dilakukan.

2. Seseorang dalam semua kategori sama

2. Seseorang dalam semua kategori sama

 – 

 – 

sama mempunyai risiko kecelakaan namunsama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2

katagori 2

 – 

 – 

4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.

imobilisasi.

3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan 3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh.

(21)

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan 5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

Tujuan : Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien kembali Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien kembali normal dengan KH :

normal dengan KH :

Pasien dapat melihat dengan jelas Pasien dapat melihat dengan jelas

Intervensi : Intervensi :

1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali 1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika penglihatannya terganggu

penglihatannya terganggu

2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan 2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan

3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas 3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas

4. Rujuk pada ahli fisioterapi 4. Rujuk pada ahli fisioterapi

Rasional : Rasional :

1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan 1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas

dan ansietas

2.Mengurangikelelahan,mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM 2.Mengurangikelelahan,mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori

(22)

3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang 3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang memanjang

memanjang

4. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan berintegrasi yang 4. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan berintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik dengan didasarkan atas kombinasi kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif, dan perseptual

(23)

BAB IV BAB IV

PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, kami akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan Pada bab ini, kami akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan dalam memberikan Asuhan

dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. B Keperawatan pada Ny. B : Space : Space Occupying Lession Occupying Lession di ruangdi ruang Perawatan Cendrawasih II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Perawatan Cendrawasih II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

1.

1. PengkajianPengkajian

Secara teori, penyebab dari Space Occupying Lession yaitu Riwayat trauma kepala, Secara teori, penyebab dari Space Occupying Lession yaitu Riwayat trauma kepala, Faktor genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi Faktor genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi imunologi, Congenital, sedangkan secara kasus ditemukan penyebabnya dari faktor riwayat imunologi, Congenital, sedangkan secara kasus ditemukan penyebabnya dari faktor riwayat trauma kepala yaitu Ny. B pernah menglami cidera kepala ringan tapi tidak di lakukan trauma kepala yaitu Ny. B pernah menglami cidera kepala ringan tapi tidak di lakukan perawatan lanjut. Tanda dan gejala secara teori dari SOL adalah Nyeri kepala, Nausea dan perawatan lanjut. Tanda dan gejala secara teori dari SOL adalah Nyeri kepala, Nausea dan muntah,

muntah, Papil edema. Sedangkan pada saat Papil edema. Sedangkan pada saat pengkajian kasus Ny. B pengkajian kasus Ny. B hanya di temukan mualhanya di temukan mual muntah dan sakit kepala.

muntah dan sakit kepala.

Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi ada data-data pada Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi ada data-data pada teori yang tidak muncul pada kasus yaitu papil edema.

teori yang tidak muncul pada kasus yaitu papil edema.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang terdapat yang terdapat pada teori pada teori adalah adalah pemeriksaan glu CT pemeriksaan glu CT Scan :Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler

meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler

MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan

(24)

Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosisi

dasar pengobatan seta informasi prognosisi

Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

Elektroensefalografi ( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal. Elektroensefalografi ( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.

Sedangkan tanda kusus pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. B hanya Sedangkan tanda kusus pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. B hanya pemeriksaan CT scan..

pemeriksaan CT scan..

2.

2. DIAGNOSA KEPERAWATANDIAGNOSA KEPERAWATAN Secara teori

Secara teori diagnosa keperawatan ydiagnosa keperawatan yang muncul ang muncul pada klien pada klien dengan SOL dengan SOL ada 5ada 5 diagnosa, dan dari ke 5 diagnosa

diagnosa, dan dari ke 5 diagnosa

tersebut secara teori hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 3 diagnosa lainnya tidak  tersebut secara teori hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 3 diagnosa lainnya tidak  ada di kasus.

ada di kasus.

Diagnosa secara teoritis adalah: Diagnosa secara teoritis adalah:

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi

4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 4.Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan 5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

(25)

Diagnosa secara kasus adalah : Diagnosa secara kasus adalah :

1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah 2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

3.

3. INTERVENSIINTERVENSI

Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan Handerson adalah Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan Handerson adalah masalah nutrisi sebagai

masalah nutrisi sebagai prioritas utama, namun prioritas utama, namun pada kasus pada kasus Ny. B Ny. B penulis penulis memprioritaskanmemprioritaskan masalah yang sama juga yaitu perubahan nutrisi karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi masalah yang sama juga yaitu perubahan nutrisi karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan membuat kondisi klien tidak stabil akibatnya klien mengalami kemunduran pada akan membuat kondisi klien tidak stabil akibatnya klien mengalami kemunduran pada imunnya sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien. Selain prioritas imunnya sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien. Selain prioritas tersebut penulis membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruangan. tersebut penulis membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruangan.

4.

4. IMPLEMENTASIIMPLEMENTASI

Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam pelaksanaan keperawatan Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam pelaksanaan keperawatan penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalam penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien, melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada di keluarga dan perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan.

(26)

5.

5. EVALUASIEVALUASI

Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik  Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik  antara penulis dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasi antara penulis dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasi tidak temukan adanya hambatan.

(27)

BAB V BAB V PENUTUP PENUTUP A. A. KESIMPULANKESIMPULAN

Setelah kami mengadakan pengkajian secara normative pada Bab II, maka kami Setelah kami mengadakan pengkajian secara normative pada Bab II, maka kami menyimpulkan, yaitu :

menyimpulkan, yaitu :

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.

otak, meningen dan tengkorak.

Penyebab tumor otakadalah Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap Penyebab tumor otakadalah Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

penyakit neurofibomatosis.

Tanda dan

(28)

B. SARAN B. SARAN

Agar dalam penyusunan makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka kami Agar dalam penyusunan makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka kami menyarankan:

menyarankan:

Belajar dalam memahami secara teoritis dahpraktek dalam memberikan asuhan Belajar dalam memahami secara teoritis dahpraktek dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan spece occupying lession.

keperawatan pada pasien dengan spece occupying lession.

Bagi perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat memberikan Bagi perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat memberikan asuhan keperawatn yang profesional dan benar sehingga meningkatkan kemungkinan asuhan keperawatn yang profesional dan benar sehingga meningkatkan kemungkinan kesembuha pasien.

(29)

Daftar Pustaka Daftar Pustaka

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 2000,

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 2000, Perawatan Medikal BedahPerawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta. EGC, Jakarta Barbara L. Bullock 2000,

Barbara L. Bullock 2000, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function,Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function, FourthFourth edition, Lipincott, Philadelpia

edition, Lipincott, Philadelpia Brunner & Sudarth, 2003,

Brunner & Sudarth, 2003,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahEd 8 Vol 3 , EGC, jakartaEd 8 Vol 3 , EGC, jakarta Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 2002,

Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 2002,  Diagnosa  Diagnosa KeperawatanKeperawatan , ed 6, EGC,, ed 6, EGC, Jakarta

Jakarta

Marilyn E. Doenges, et al, 2003,

Marilyn E. Doenges, et al, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta, EGC, jakarta Sylvia

Sylvia A. A. Price, Price, Alih Alih bahasa bahasa Adji Adji Dharma, Dharma, 20042004 Patofisiologi, konsep klinik proses- prosesPatofisiologi, konsep klinik proses- proses  penyakit 

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak

Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang.. Penyebab migren tidak diketahui

Migren didiagnosis terutama dari gejala, tetapi dokter anda mungkin ingin melakukan scan otak untuk menyingkirkan penyebab lain dari sakit kepala anda, seperti tumor

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis

Faktor resiko tinggi yang terjadi pada efusi pleura yaitu terjadi infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan

berdasarkan pada faktor resiko umum yang ada pada diri pasien itu sendiri dan faktor. resiko spesifik seperti tipe tumor dan

Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi oral selama dan terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang kurang terhadap rongga

2) Kekebalan Kelompok (Herd Immunity ).. Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab