• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

24 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA SISWA DI KELAS IV SD NEGERI 106836 TANJUNG MORAWA *ERLINDA SIMANUNGKALIT DAN **FATMA S.H SIANIPAR

*Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED **Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

Email : erlindapgsdunimed@gmail.com ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok Lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung

Morawa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kemampuan membaca dan lembar format observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari hasil pretes diperoleh rata-rata nilai kemampuan membaca awal siswa (pretes) sebesar 45,0 dan dari 30 siswa hanya 5 orang (16,7%) yang dinyatakan tuntas belajar (mampu membaca). Pada siklus I diperoleh rata-rata nilai kemampuan membaca siswa (postes I) sebesar 70,6 dan jumlah siswa yang dinyatakan tuntas belajar (mampu membaca) sebanyak 22 orang (73,3%). Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai kemampuan membaca siswa (postes II) sebesar 82,4 dan siswa yang dinyatakan tuntas belajar (mampu membaca) sebanyak 29 orang (96,7%).

Kata kunci : Model STAD, Membaca, Siswa PENDAHULUAN

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional para siswa serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi atau mata pelajaran. Menurut Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003:7) “ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD terdiri dari aspek: a) mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis”. Hal ini berarti dalam belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengarkan,

berbicara, membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkaitan satu dengan yang lain.

Keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dari keempat keterampilan berbahasa yang ada. Mampu membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa juga akan

(2)

25 mengalami kesulitan belajar di

kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama, tidak saja bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar, seperti kebutuhan manusia terhadap makan, pakaian, dan lain sebagainya. Namun kenyataannya, masih banyak siswa SD termasuk kelas IV SD yang kurang mampu membaca dengan baik. Hasil obervasi awal penulis di SD Negeri 106836 Tanjung Morawa ditemukan masih banyak siswa kelas IV yang belum dapat membaca dengan tepat dan lancar. Hal ini tampak dari kurangnya pemahaman siswa tentang kata, cara membaca atau pengucapan yang kurang tepat, kurang memperhatikan tanda baca dan ragu-ragu atau tersendat-sendat ketika membaca sebuah teks.

Selama melakukan observasi di kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa, ditemukan bahwa: 1) proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan guru di dalam kelas cenderung kurang variatif dan kurang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, 2) guru juga cenderung menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, 3) selama proses pembelajaran guru

hanya memberi contoh membaca dan siswa diminta untuk menirukan sehingga bagi siswa yang belum dapat membaca dengan baik hanya sekedar mengingat ucapan guru tanpa memperhatikan rangkaian huruf atau kata yang ada, akibatnya ketika siswa diminta guru membaca secara bergantian, apa yang diucapkan siswa tidak sesuai dengan rangkaian huruf atau kata yang dibaca, 4) guru juga hanya memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk membaca teks sedangkan siswa lainnya kurang diberikan kesempatan membaca, dan 5) bahan bacaan atau buku-buku yang ada termasuk yang ada di perpustakaan juga kurang lengkap sehingga kurang menarik minat atau keinginan siswa untuk membaca.

Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Untuk dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam membaca, guru dituntut agar lebih kreatif dan inovatif menemukan metode atau model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan membaca maupun melatih siswa untuk mampu membaca dengan baik dan tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa adalam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Division

(STAD).

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

(3)

26 diterapkan untuk menghadapi

kemampuan siswa yang heterogen (beragam). Model STAD dipandang sebagai model yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Pada prakteknya, dalam model pembelajaran kooperatif STAD siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi (kerjasama) dan elaborasi (mengembangkan ide atau gagasan) dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan.

Penggunaan model

pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa terutama kemampuan membaca karena model pembelajaran kooperatif STAD lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam kelompok yang heterogen sehingga siswa dapat saling memotivasi dan membantu memahami teks yang diberikan guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis termotivasi untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student

Teams Achievement Division

(STAD) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa”.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan desain PTK menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahapa ini, peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut: a) menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, b) menyiapkan atau menyusun bahan bacaan, c) menyusun lembar format observasi tentang aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran, dan d) menyusun tes untuk mengukur kemampuan membaca siswa setelah diberikan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengunakan langkah-langkan

(4)

27 model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, sebagai berikut:

- Mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa.

- Menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

- Membentuk siswa dalam beberapa kelompok diskusi.

- Memberikan salinan bahan bacaan bertema “Lingkungan” kepada siswa dan meminta siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk membaca dan saling membantu atau saling bekerjasama.

- Meminta siswa secara bergantian membaca wacana pada bahan bacaan yang ada.

- Membimbing siswa membahas hasil bacaan siswa.

- Meminta siswa

mengerjakan soal-soal pertanyaan yang telah dibuat dalam buku atau bahan bacaan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa setelah membaca.

- Melakukan tes individual (kuis) untuk mengetahui kemampuan siswa membaca.

- Memberikan skor atas hasil tes individual (kuis) siswa.

- Menjumlahkan skor individual pada tiap

kelompok dan

membagikan skor tersebut dengan jumlah tiap-tiap kelompok. - Memberikan penghargaan

pada tiap-tiap kelompok berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

- Membimbing siswa membuat rangkuman pembelajaran.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di dalam kelas untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru (peneliti). Pelaksanaan observasi dibantu guru kelas IV di tempat penelitian dengan menggunakan lembar format observasi yang telah disiapkan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan membaca siswa setelah dilakukan siklus I. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk merencanakan siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Oleh karena itu perencanaannya disusun

(5)

28 setelah diperoleh hasil

refleksi pada siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap tindakan siklus II, kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario kegiatan atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun ulang berdasarkan

perbaikan-perbaikan atau

pengembangan yang diperoleh selama siklus I. c. Observasi

Pelaksanaan observasi selama siklus II dilakukan selama proses pembelajaran di dalam kelas dengan tetap dibantu guru kelas IV di tempat penelitian sebagai pengamat atau observer.

d. Refleksi

Refleksi siklus II dilakukan berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan membaca siswa setelah dilakukan siklus II. Hasil refleksi tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan siklus selanjutnya jika diperlukan. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:

1. Lembar observasi terhadap kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terdiri dari:

a. Lembar observasi aktivitas siswa

b. Lembar observasi aktivitas guru (peneliti)

2. Evaluasi kemampuan membaca siswa setelah diterapkan tindakan.

Teknik Analisis Data

Data hasil observasi kegiatan pembelajaran dianalisis bersama-sama dengan guru kelas IV sebagai mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru kelas. Sedangkan kemampuan membaca siswa (evaluasi) dianalisis dengan langakah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung Kemampuan

Membaca Siswa

Kemampuan membaca siswa diperoleh dari hasil tes atau evaluasi yang meliputi: pemahaman kata, pengenalan tanda baca, intonasi kalimat, dan baca pemahaman. Kemampuan membaca siswa secara perorangan, dihitung dengan cara sebagai berikut: Nilai = 100 St Si

(Aqib, dkk, 2010:40) Keterangan:

S : Skor yang diperoleh i

siswa

S : Skor total atau skor t

maksimal

Pada penelitian ini ketuntasan belajar siswa secara individu mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 106836 Tanjung

(6)

29 Morawa yaitu 70. Dengan

demikian, kriteria ketuntasan secara perorangan adalah sebagai berikut:

Kriteria:

Nilai 0 - 69 : Siswa belum mampu membaca (belum tuntas)

Nilai 70 - 100 : Siswa telah mampu membaca (tuntas) 2. Menghitung Rata-rata Kelas

Rata-rata nilai atau kemampuan membaca siswa secara klasikal (kelas) dihitung dengan cara sebagai berikut: n X X 

(Aqib, dkk, 2010:40) Keterangan:

X : rata-rata nilai kelas

X : jumlah nilai seluruh siswa

n : jumlah seluruh siswa 3. Menghitung Persentase

Ketuntasan Membaca Siswa Secara Klasikal

Ketuntasan atau kemampuan membaca siswa secara klasikal dihitung dengan cara:

p = 100% n B 

(Aqib, dkk, 2010:41) Keterangan: p : persentase

ketentutasan secara klasikal

B : jumlah siswa yang

dinyatakan tuntas

(memperoleh nilai ≥ 70) n : jumlah seluruh siswa Pada penelitian ini siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan (kemampuan membaca) secara klasikal, jika 85% dari jumlah siswa telah mencapai taraf ketuntasan yang dipersyaratkan yaitu memperoleh nilai ≥ 70, sebaliknya jika kurang dari 85% maka secara klasikal siswa dinyatakan belum mencapai ketuntasan secara klasikal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian a. Hasil Pretes

Berdasarkan hasil tes, secara ringkas kemampuan membaca awal (pretes) siswa menunjukkan bahwa kemampuan awal membaca siswa kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa diperoleh rata-rata nilai sebesar 45,0. Selanjutnya, ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari hasil pretes secara ringkas dirangkum pada tabel berikut.

Tabel. .

Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Berdasarkan Pretes

No. Nilai F % Keterangan

1 0 – 69 25 83,3 Belum tuntas (belum mampu membaca) 2 70 – 100 5 16,7 Tuntas (mampu membaca)

(7)

30 Berdasarkan Tabel 6 di atas,

diketahui bahwa dari 30 siswa, sebanyak 25 orang (83,3%) dinyatakan belum tuntas belajar (belum mampu membaca) karena memperoleh nilai kurang dari 70

(KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 106836 Tanjung Morawa adalah 70) sedangkan sebanyak 5 orang (16,7%) telah dinyatakan tuntas (mampu membaca).

Gambar 3. Persentase Ketuntasan/Kemampuan Membaca Awal Siswa (Pretes) Selanjutnya kemampuan

membaca awal siswa berdasarkan jenis atau indikator kemampuan

membaca siswa yang dinilai, setelah dilakukan analisis secara ringkas dirangkum pada tabel 7 berikut. Tabel.

Jenis/Indikator Kemampuan Membaca Awal Siswa (Pretes) No. Indikator Kemampuan

Membaca

Jumlah Tes

Rata-Rata

Nilai Keterangan 1 Pengenalan Tanda Baca 7 53,8 Belum tuntas

2 Intonasi Kalimat 6 47,2 Belum tuntas

3 Baca Pemahaman 5 35,0 Belum tuntas

Hasil analisis kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator kemampuan membaca yang dinilai, menunjukkan bahwa kemampuan membaca awal siswa pada indikator pengenalan tanda baca diperoleh rata-rata nilai 53,8 (belum tuntas), pada indikator intonasi kalimat diperoleh rata-rata nilai 47,2 (belum tuntas), dan pada

indikator baca pemahaman diperoleh rata-rata nilai 35,0 (belum tuntas).

Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan pembelajaran (prasiklus) dari hasil pretes (tes awal) menunjukkan bahwa kemampuan membaca awal siswa masih tergolong rendah karena rata-rata pretes siswa sebesar 45,0 atau masih di bawah nilai KKM (KKM mata

25 (83.3%) 5 (16.7%) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% J u m la h S is w a Belum mampu membaca M amp u membaca

(8)

31 pelajaran Bahasa Indonesia di SD

Negeri 106836 Tanjung Morawa adalah 70). Dari 30 siswa hanya 5 orang (16,7%) yang telah dinyatakan tuntas (mampu membaca). Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa maka perlu dilakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Student

Teams Achievement Division

(STAD). Siklus I

Setelah siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan, pada pertemuan selanjutnya dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan membaca siswa setelah diberikan

tindakan siklus I. Tes kemampuan membaca pada siklus I (postes I) sama dengan tes awal (pretes) sebelumnya (Lampiran 5). Tes kemampuan membaca siswa setelah siklus I dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014. Hasil tes kemampuan membaca siswa setelah dilakukan tindakan siklus I (postes I), menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa setelah dilakukan tindakan siklus I diperoleh rata-rata nilai sebesar 70,6. Selanjutnya, ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari hasil postes I secara ringkas dirangkum pada Tabel 9.

Tabel. 9

Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Setelah Tindakan Siklus I

No. Nilai F % Keterangan

1 0 – 69 8 26,7 Belum tuntas (belum mampu membaca) 2 70 – 100 22 73,3 Tuntas (mampu membaca)

Jumlah 30 100 Berdasarkan Tabel 9 di atas, diketahui bahwa dari 30 siswa, sebanyak 8 orang (26,7%) masih dinyatakan belum tuntas belajar (belum mampu membaca) karena memperoleh nilai kurang dari 70

(KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 106836 Tanjung Morawa adalah 70) sedangkan sebanyak 22 orang (73,3%) telah dinyatakan tuntas (mampu membaca).

(9)

32 Gambar 8. Persentase Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Siklus I

Selanjutnya kemampuan membaca siswa setelah tindakan siklus I berdasarkan jenis atau indikator kemampuan membaca

siswa yang dinilai, setelah dilakukan analisis secara ringkas dirangkum pada Tabel 10 berikut.

Tabel. 10

Jenis/Indikator Kemampuan Membaca Siswa Pada Siklus I No. Indikator Kemampuan

Membaca

Jumlah Tes

Rata-Rata

Nilai Keterangan 1 Pengenalan Tanda Baca 7 91,9 Tuntas

2 Intonasi Kalimat 6 66,5 Belum tuntas

3 Baca Pemahaman 5 64,0 Belum tuntas

Hasil analisis kemampuan membaca siswa setelah siklus I berdasarkan indikator yang dinilai, menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa pada indikator pengenalan tanda baca diperoleh rata-rata nilai 91,9 (tuntas), pada indikator intonasi kalimat diperoleh rata-rata nilai 66,5 (belum tuntas), dan pada indikator baca pemahaman diperoleh rata-rata nilai 64,0 (belum tuntas).

Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pembelajaran selama siklus I, dari hasil postes I menunjukkan bahwa

rata-rata kemampuan membaca siswa sebesar 70,6. Pada indikator pengenalan tanda baca sudah tergolong tuntas karena rata-rata nilai 91,9 atau lebih dari 70, sedangkan pada indikator intonasi kalimat dan baca pemahaman masih tergolong belum tuntas karena rata-rata nilai masih kurang dari 70. Meskipun demikian dari 30 siswa, hanya 22 orang (73,3%) siswa yang telah dinyatakan tuntas (mampu membaca). Karena jumlah siswa yang dinyatakan tuntas (mampu membaca) masih kurang dari 85% maka secara klasikal siswa masih

8 (26.7%) 22 (73.3%) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% J u m la h S is w a Belum mampu membaca M ampu membaca

(10)

33 dinyatakan belum tuntas atau belum

mampu membaca, sehingga masih perlu dilakukan tindakan pada siklus II untuk lebih meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif Student

Teams Achievement Division

(STAD). Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II juga dilakukan dalam 4 tahapan yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dengan tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD, tahap observasi dan tahap refleksi. Tindakan siklus II tetap dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 × 35 menit. Pada akhir tindakan setelah proses pembelajaran selesai dilakukan, siswa kembali diberikan postes untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca siswa setelah diberi tindakan siklus II.

Setelah siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan

tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD, pada pertemuan selanjutnya dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan membaca siswa setelah diberikan tindakan siklus II. Tes kemampuan membaca pada siklus II (postes II) berbeda dengan tes pada siklus I maupun pada tes awal (pretes) sebelumnya (Lampiran 8). Tes kemampuan membaca siswa setelah tindakan siklus II dilakukan pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2014 di ruang kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa dan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 30 siswa. Hasil tes kemampuan membaca siswa setelah dilakukan tindakan siklus II (postes II), menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa setelah dilakukan tindakan siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar 82,4. Selanjutnya, ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari hasil postes II secara ringkas dirangkum pada Tabel 14.

Tabel. 14

Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Setelah Tindakan Siklus II

No. Nilai F % Keterangan

1 0 – 69 1 3,3 Belum tuntas (belum mampu membaca) 2 70 – 100 29 96,7 Tuntas (mampu membaca)

Jumlah 30 100

Tabel 14 di atas, menunjukkan bahwa dari 30 siswa, sebanyak 1 orang (3,3%) siswa yang masih belum tuntas belajar (belum mampu membaca), sedangkan 29 orang (96,7%) telah dinyatakan tuntas (mampu membaca).

(11)

34 Gambar 13. Persentase Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Siklus II

Selanjutnya kemampuan membaca siswa setelah tindakan siklus II berdasarkan jenis atau indikator kemampuan membaca

siswa yang dinilai, setelah dilakukan analisis secara ringkas dirangkum pada Tabel 15.

Tabel. 15

Jenis/Indikator Kemampuan Membaca Siswa Pada Siklus II No. Indikator Kemampuan

Membaca

Jumlah Tes

Rata-Rata

Nilai Keterangan

1 Pengenalan Tanda Baca 7 100 Tuntas

2 Intonasi Kalimat 6 71,1 Tuntas

3 Baca Pemahaman 5 90,3 Tuntas

Hasil analisis kemampuan membaca siswa setelah siklus II berdasarkan indikator yang dinilai, menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa pada indikator pengenalan tanda baca diperoleh rata-rata nilai 100 (tuntas), pada indikator intonasi kalimat diperoleh rata-rata nilai 71,1 (tuntas), dan pada indikator baca pemahaman diperoleh rata-rata nilai 90,3 (tuntas).

Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pembelajaran selama siklus II dengan tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD, dari hasil postes II menunjukkan bahwa

rata-rata kemampuan membaca siswa sebesar 82,4. Pada indikator pengenalan tanda baca, intonasi kalimat dan indikator baca pemahaman sudah tergolong tuntas karena rata-rata nilai sudah lebih dari 70. Jumlah siswa yang dinyatakan tuntas atau mampu membaca sebanyak 29 orang (96,7%) atau sudah lebih dari 85% sehingga secara klasikal siswa dinyatakan telah berhasil mencapai ketuntasan atau mampu membaca. Dengan demikian maka pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dinyatakan telah berhasil

1 (3.3%) 29 (96.7%) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Ju m la h S is w a Belum mamp u membaca M ampu membaca

(12)

35 meningkatkan kemampuan membaca

siswa, sehingga dianggap cukup dan tidak perlu lagi dilakukan siklus selanjutnya.

Pembahasan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa selama dua siklus menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

1. Kemampuan Membaca Siswa Secara Individu (Perorangan)

Secara ringkas, peningkatan nilai kemampuan membaca siswa secara individu (perorangan)

menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai

kemampuan membaca siswa. Sebelum tindakan dari hasil pretes (tes awal) diperoleh rata-rata nilai sebesar 45,0. Setelah dilakukan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD, dari hasil postes siklus I diperoleh rata-rata nilai meningkat menjadi sebesar 70,6. Selanjutnya setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD, kemampuan membaca siswa berdasarkan hasil tes kembali meningkat dengan rata-rata nilai sebesar 82,4. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa, dapat digambarkan pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14. Peningkatan Rata-Rata Nilai Kemampuan Membaca Siswa Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa

2. Kemampuan Membaca Siswa Secara Klasikal

Peningkatan kemampuan membaca siswa juga tampak dari persentase atau jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (mampu membaca) secara klasikal

selama tindakan kelas dilakukan 2 siklus. Peningkatan persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan atau mampu membaca secara klasikal, dirangkum pada Tabel 19. 45.0 70.6 82.4 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 R at a-R at a

Pretes Postes I Postes II Nilai Kemampuan Membaca

(13)

36 Tabel. 19

Peningkatan Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa

No Nilai Pretes Postes I Postes II Keterangan

F % F % F %

1 0 – 69 25 83,3 8 26,7 1 3,3 Belum tuntas (belum mampu membaca) 2 70 – 100 5 16,7 22 73,3 29 96,7 Tuntas (mampu

membaca) Jumlah 30 100 30 100 30 100

Tabel 19 di atas, menunjukkan bahwa sebelum diberikan tindakan dari hasil pretes sebanyak 25 orang (83,3%) siswa dinyatakan belum tuntas atau belum mampu membaca, sedangkan 5 orang (16,7%) telah tuntas atau mampu membaca. Setelah dilakukan siklus I, jumlah siswa telah tuntas atau mempu membaca meningkat menjadi sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan 8 orang (26,7%) belum

tuntas atau belum mampu membaca. Selanjutnya dari hasil postes siklus II, jumlah siswa yang tuntas atau mampu membaca kembali meningkat menjadi 29 orang (96,7%) sedangkan 1 orang (3,3%) masih belum tuntas atau belum mampu membaca. Peningkatan persentase ketuntasan atau kemampuan membaca siswa secara kelas (klasikal), dapat digambarkan pada Gambar 15 berikut.

Gambar 15. Peningkatan Ketuntasan/Kemampuan Membaca Siswa Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa Secara Klasikal

3. Kemampuan Membaca Siswa Berdasarkan Indikator yang Dinilai

Peningkatan kemampuan membaca siswa juga tampak dari

rata-rata nilai pada indikator yang dinilai yaitu pengenalan tanda baca, intonasi kalimat dan baca pemahaman, seperti dirangkum pada Tabel 20 berikut. 5 (16.7%) 22 (73.3%) 29 (96.7%) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Ju m la h Si sw a

Pretes Postes I Postes II

(14)

37 Tabel. 20

Rangkuman Kemampuan Membaca Siswa Berdasarkan Indikator No Indaktor Kemampuan

Membaca

Rata-Rata Nilai

Keterangan Pretes Postes I Postes II

1 Pengenalan Tanda Baca 53,8 91,9 100 Meningkat 2 Intonasi Kalimat 47,2 66,5 71,1 Meningkat

3 Baca Pemahaman 35,0 64,0 90,3 Meningkat

Tabel 20 di atas, menunjukkan kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator yang dinilai mengalami peningkatan baik pada indikator pengenalan tanda baca, intonasi kalimat maupun baca

pemahaman. Peningkatan kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator yang dinilai, dapat digambarkan pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16. Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa Berdasarkan Indikator

Peningkatan kemampuan membaca siswa juga tampak dari kegiatan guru maupun aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan guru pada pertemuan pertama siklus I diperoleh rata-rata penilaian sebesar 60,0 (cukup), dan pada pertemuan kedua siklus I diperoleh rata-rata penilaian sebesar 65,0 (cukup). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, diperoleh rata-rata penilaian selama pertemuan pertama siklus II sebesar 77,5 (baik),

dan pada pertemuan kedua siklus II diperoleh rata-rata penilaian sebesar 82,5 (baik). Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kegiatan guru (peneliti) dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dari siklus I ke siklus II.

Aktivitas siswa berdasarkan pengamatan guru kelas IV (mitra kolaborasi), selama pertemuan pertama siklus I diperoleh rata-rata penilaian sebesar 50,0 (kurang) dan pada pertemuan kedua siklus I

53.8 91.9 100 47.2 66.5 71.1 35.0 64.0 90.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 R a ta -r a ta N il a i

Pengenalan Tanda Baca Intonasi Kalimat Baca Pemahaman

Indikator Kemampuan Membaca

(15)

38 diperoleh rata-rata penilaian sebesar

57,5 (cukup). Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II, diperoleh rata-rata penilaian aktivitas siswa selama pertemuan pertama siklus II sebesar 65,0 (cukup) dan pada pertemuan kedua siklus II diperoleh rata-rata penilaian sebesar 72,5 (baik). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian, analisis dan refleksi dari tiap-tiap siklus disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Student

Teams Achievement Division

(STAD) dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok Lingkungan di Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa. Peningkatan kemampuan membaca siswa dapat dibuktikan dari rata-rata nilai dan persentase kemampuan membaca siswa secara klasikal, dimana rata-rata nilai dan persentase ketuntasan atau kemampuan membaca siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan hasil siklus I maupun hasil pretes (tes awal).

1. Rata-rata nilai kemampuan membaca siswa pada siklus II sebesar 82,4 atau lebih tinggi

dibandingkan rata-rata kemampuan membaca siswa pada siklus I yaitu sebesar 70,6 maupun dibandingkan rata-rata kemampuan membaca awal siswa (pretes) yaitu sebesar 45,0. Hasil ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa setelah dilakukan tindakan selama dua siklus.

2. Persentase atau jumlah siswa yang dinyatakan tuntas (mampu membaca) secara klasikal pada siklus II sebanyak 29 orang (96,7%) atau lebih besar dibandingkan jumlah siswa yang tuntas (mampu membaca) pada siklus I yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) maupun dibandingkan hasil prasiklus (pretes) yaitu sebanyak 5 orang (16,7%). Hasill ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan persentase ketuntasan atau kemampuan membaca siswa secara klasikal setelah dilakukan tindakan selama dua siklus.

3. Pada indikator pengenalan tanda baca, diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar 100 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai pada siklus I yaitu sebesar 91,9 maupun dibandingkan rata-rata nilai pretes (tes awal) yaitu sebesar 53,8. Pada indikator intonasi kalimat, diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar 71,1 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada siklus I yaitu sebesar 66,5 maupun dibandingkan

(16)

rata-39 rata nilai pretes yaitu sebesar

47,2. Pada indikator baca pemahaman, diperole rata-rata nilai pada siklus II sebesar 90,3 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai pada siklus I yaitu sebesar 64,0 maupun dibandingkan rata-rata nilai pretes yaitu sebesar 35,0. Hasill ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator yang dinilai baik indikator pengenalan tanda baca, intonasi kalimat maupu baca pemhaman setelah dilakukan tindakan selama dua siklus. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, sebagai tindak lanjut dari hasil peneltian ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia atau pembelajaran membaca dengan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dan peneliti menyarankan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement

Division (STAD) dalam

pembelajaran membaca agar siswa lebih berperan aktif dalam

proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

2. Kepada pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pembelajaran membaca seperti penyediaan buku atau bahan-bahan bacaan yang menarik di perpustakaan, dan disarankan untuk membiasakan siswa agar senang dalam kegiatan membaca dengan menyediakan waktu atau jam pelajaran bagi siswa berkunjung ke perpustakaan untuk membaca-baca buku yang disenangi siswa sehingga siswa jadi lebih terbiasa dengan kegiatan membaca dan pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa secara optimal. 3. Kepada peneliti selanjutnya

diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian dengan topik permasalahan yang sama tentang kemampuan membaca siswa agar diperoleh hasil penelitian yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan refrensi atau bahan pertimbangan bagi dunia pendidikan khususnya guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif, efisien dan interaktif untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

(17)

40 RUJUKAN

Abdurahman, M. 2009. Pendidikan

Bagi Anak Kesulitan Belajar,

Jakarta: Rineka Cipta.

Ahuja, P., dan Ahuja, G.C. 2010.

Membaca Secara Efektif dan

Efisien. Bandung: Kiblat

Buku Utama.

Aqib, Z., Jaiyaroh, S., Diniati, E., dan Khotimah, K., 2010.

Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK,

Bandung: Yrama Widya. Arends, R.I., 2011. Learning to

Teaching Belajar untuk

Mengajar, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2044:

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD&MI, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2010.

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2010.

Strategi Belajar Mengajar,

Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. 2008. Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kreitner, R. 2007. Kemampuan

Perilaku Organisasi. Jakarta:

Salemba Empat.

Lie, A. 2010. Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo.

Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara.

Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003.

Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan

Penerapannya Dalam KBK,

Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan

Efektif, Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Pandawa, N., Hairudin, dan Sakdiyah, M. 2009.

Pembelajaran Membaca.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pusat

Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa.

Rahim, F. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,

Jakarta: Buki Aksara.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru

Pembelajaran: Sebagai

Refrensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran

(18)

41

yang Efektif dan Berkualitas,

Jakarta: Kencana.

Robbins, S. 2008. Organizational

Behavior, New Jersey:

Prentice Hall.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:

Mengembangkan

Profesionalisme Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna

Pembelajaran, Untuk

Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan

Mengajar. Bandung:

Alfabeta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Belajar

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Sanjaya, W. 2010. Penelitian

Tindakan Kelas, Jakarta:

Kencana.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2010. Belajar dan

Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2011. Cooperative

Learning: Teori, Riset dan

Praktik, Bandung: Nusa

Media.

Soelaiman. 2007. Manajemen

Kinerja; Langkah Efektif

untuk Membangun,

Mengendalikan dan Evaluasi Kerja, Jakarta: Intermedia

Personalia Utama.

Somadayo, S. 2011. Strategi dan

Teknik Pembelajaran

Membaca, Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Subyantoro. 2011. Pengembangan

Keterampilan Membaca

Cepat. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Syah, M. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo.

Tarigan, H.G. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Uno, H.B., 2009. Model Pembelajaran Menciptakan

Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif.

Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, M. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP dan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:

Gambar

Gambar 3. Persentase Ketuntasan/Kemampuan Membaca Awal Siswa (Pretes)  Selanjutnya  kemampuan
Gambar 14. Peningkatan Rata-Rata Nilai Kemampuan Membaca Siswa   Kelas IV SD Negeri 106836 Tanjung Morawa
Tabel  19  di  atas,  menunjukkan  bahwa  sebelum  diberikan  tindakan  dari  hasil  pretes  sebanyak  25  orang  (83,3%)  siswa  dinyatakan  belum  tuntas  atau  belum  mampu  membaca,  sedangkan  5  orang  (16,7%)  telah  tuntas  atau  mampu  membaca
Tabel  20  di  atas,  menunjukkan  kemampuan  membaca  siswa  berdasarkan  indikator  yang  dinilai  mengalami  peningkatan  baik  pada  indikator  pengenalan  tanda  baca,  intonasi  kalimat  maupun  baca

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat laporan tersebut sangat tergantung dari nilai ketepatwaktuan pelaporan tersebut, sebaliknya laporan yang tidak tersaji tepat pada waktunya akan mengurangi nilai manfaat dari

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakoptimalan Opini BPK pada Laporan Keuangan Pemerintah

In general, school-based management / School can be interpreted as a management model that gives greater autonomy to schools and encouraging participatory

[r]

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai tes siswa setelah tindakan dengan melakukan perkalian aljabar dengan menggunakan tabel adalah pada siklus 1 yaitu 31 pada siklus 2

[r]