• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian

Kerangka berpikir dalam penelitian ini berawal dari pemahaman mengenai kesenjangan digital yang meliputi kesenjangan antara individu (warga negara) yang memiliki akses internet dengan yang tidak, dan yang mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan yang tidak.

Penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh SIBIS sebagai acuan pengukuran kesenjangan digital yang penggunaannya disesuaikan di Indonesia. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai pemodelan pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital dengan menentukan variabel-variabel yang sesuai di Indonesia saat ini, yang diasumsikan mempengaruhi kesenjangan digital di Indonesia.

III.1. Pemodelan Pengukuran untuk Mengurangi Kesenjangan Digital yang Diusulkan

Berdasarkan pemahaman konsep kesenjangan digital pada sub bab II.2 maka pengurangan kesenjangan digital didefinisikan sebagai kesiapan internet, pemanfaatan TIK, usaha pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK. Berdasarkan kondisi perkembangan TIK yang telah dijelaskan pada sub bab II.4, maka pemahaman konsep kesenjangan digital tersebutlah -- yang memuat keempat aspek yang mempengaruhi kesenjangan digital -- yang sesuai dengan kondisi perkembangan TIK di Indonesia saat ini, sehingga baru empat aspek yang dapat diteliti di Indonesia saat ini.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dikembangkan kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

(2)

(1) Satuan penelitian perlu didefinisikan yaitu yang akan diteliti adalah individu (warga negara).

(2) Variabel bebas perlu ditentukan yang mempengaruhi kesenjangan digital sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini ditentukan empat variabel bebas yang sesuai dengan kondisi TIK di Indonesia saat ini dan diasumsikan mempengaruhi kesenjangan digital di Indonesia, yaitu kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK.

Dari variabel bebas yang telah ditentukan, dirancang model pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital yang dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini.

(3)

(independen) yaitu kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK. Dan diasumsikan keempat variabel bebas tersebut secara bersama-sama dapat mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital.

Model dalam Gambar III.1 menggambarkan keterkaitan antara kesiapan internet, pemanfaatan TIK, usaha pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Kesiapan internet tersusun atas ketersediaan akses TIK. Pemanfaatan TIK menggambarkan kondisi antara individu yang dapat on-line dan individu yang tidak dapat on-line, kemudian bagaimana pemanfaatan akses internet tersebut. Usaha pencapaian kecakapan TIK adalah usaha untuk melakukan pelatihan dan pembelajaran TIK karena TIK adalah bidang yang masih baru. Dan tingkat kecakapan TIK adalah tingkat kecakapan individu dalam hal TIK dasar.

Hipotesis yang dirumuskan untuk membuktikan model yang diusulkan adalah sebagai berikut :

(1) Sejauh mana pengaruh kesiapan internet terhadap pengurangan kesenjangan digital?

(2) Sejauh mana pengaruh pemanfaatan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital?

(3) Sejauh mana pengaruh upaya pencapaian kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital?

(4) Sejauh mana pengaruh tingkat kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital?

(5) Sejauh mana pengaruh kesiapan internet, pemanfaatan TIK, usaha pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK secara bersama-sama terhadap pengurangan kesenjangan digital?

(4)

III.2. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan penelitian survei. Data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

III.2.1. Populasi dan Sampel Penelitian

Jumlah populasi dinas pendidikan, diambil berdasarkan data Bandung Dalam Angka tahun 2005 adalah sekitar 14.688 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane sebagai berikut (15):

n = N (III.1) N.d2 + 1

Dimana :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah populasi dinas pendidikan sebesar N = 14.688 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%. Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel adalah 99,32 ≈ 100 responden. Maka, jumlah sampel sebesar 100 orang.

Guru-guru SMU Negeri akan menjadi sampel penelitian ini. Dari 27 SMU Negeri yang ada di Bandung ( 29dari site disdikkotabandung.com), sampel akan diambil dari 5 (lima) wilayah Kotamadya Bandung, masing-masing wilayah diteliti sebanyak 2 SMU Negeri.

SMU Negeri tersebut dipilih berdasarkan analisis perkembangan tiap SMU dari Dinas Pendidikan Kotamadya Bandung yang dianggap sudah mewakili kondisi SMU Negeri di kotamadya Bandung.

(5)

Jumlah sampel guru yang diambil pada masing-masing SMU adalah 10 responden, dengan kondisi guru SMU pada satu sekolah adalah sama. Bila sekolah tersebut tidak memiliki jaringan koneksi komputer, maka guru SMU yang bekerja di sekolah tersebut pun dapat dipastikan tidak memiliki akses jaringan koneksi komputer. Begitu pula dengan internet, bila 1 sekolah tersebut tidak memiliki akses internet, maka kondisi guru SMU di sekolah tersebut pun relatid sama, tidak dapat mengakses internet dalam pekerjaannya. Sehingga 1 responden guru SMU mewakili kondisi guru SMU lainnya di sekolah tersebut.

III.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 10 SMU Negeri di Kotamadya Bandung yang dibagi menjadi 5 wilayah (29) yaitu sebagai berikut :

(1) Wilayah Bandung Utara : (a) SMUN 20, Jl.Citarum 23

(b) SMUN 14, Jl.Yudha Wastu Pramuka (2) Wilayah Bandung Selatan :

(a) SMUN 11, Jl.H.Aksan

(b) SMUN 7, Jl. Lengkong Kecil 53 (3) Wilayah Bandung Tengah :

(a) SMUN 8 , Jl.Solontongan No. 3

(b) SMUN 22, Jl.Rajamantri Kulon No. 17 A (4) Wilayah Bandung Timur :

(a) SMUN 23, Jl.Malangbong, Antapani

(b) SMUN 16, Jl.Mekarsari No. 81-Kiara Condong (5) Wilayah Bandung Barat :

(a) SMUN 4, Jl.Gardujati No.20 (b) SMUN 6, Jl.Pasirkaliki No.51

(6)

III.2.3. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan melalui survei. Data yang digunakan untuk penelitian meliputi data awal yang berguna untuk merumuskan masalah, memodelkan kesenjangan digital, memodelkan pengukuran masyarakat informasi, dan data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis. Data diambil dari berbagai sumber antara lain situs www.simdik.disdikkotabandung.com, wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Tenaga Kependidikan dan Kesiswaan di Dinas Pendidikan Kotamadya Bandung, dan melalui penyebaran kuesioner. Proses pengambilan data, sumber data dan teknik pengambilan data dijelaskan dalam Tabel III.1.

Tabel III.1 Kegiatan pengambilan data

No. Tujuan Teknik pengambilan data Sumber data

1 Studi awal Wawancara Dinas Pendidikan Kotamadya Bandung 2 Pendalaman

masalah Observasi www.simdik.disdikkotabandung.com

3 Pembuktian hipotesis

Kuesioner Responden terdiri dari guru SMU

III.2.4. Prosedur Analisis Data

Prosedur yang digunakan untuk menganalisis data dijelaskan dalam Gambar III.2. Setiap tahapan dalam prosedur analisis data tersebut akan dilakukan pada bagian ini. Jika terdapat tahapan yang tidak lulus uji, maka prosedur langsung pada tahap analisis data tidak dapat dilanjutkan. Tetapi jika seluruh tahapan lulus uji semua, maka tahapan dilanjutkan hingga tahap akhir yaitu pengukuran untuk mengurangi kesenjangan digital.

(7)

Gambar III.2 Tahapan Prosedur Analisis Data

III.3. Desain Instrumen Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner untuk memperoleh data kesenjangan digital di kalangan guru SMU Negeri.

Kuesioner yang digunakan mengacu kepada SIBIS GPS, dengan indikator-indikator pilihan yang sudah sesuai digunakan di Indonesia (seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab II.4) dan terdapat 2 tambahan indikator pada aspek kesenjangan digital, yang akan dijelaskan pada sub bab III.3.1. Konsep kuesioner ini adalah sebagai berikut :

(1) Menggunakan item-item pilihan yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dari instrumen kuesioner SIBIS GPS.

(8)

(2) Jawaban setiap item instrumen berupa tanda silang, dengan pilihan jawaban yang berbeda-beda, didesain menggunakan skala likert dan skala Guttman.

(3) Setiap jawaban diberi skor untuk keperluan analisis. Masing-masing skor diberi skala 1 dan 2. Skor 1 adalah untuk pilihan jawaban : tidak/tidak setuju/tidak ada/tidak setuju/belum pernah/tidak memiliki/belum menggunakan. Sedangkan skor 2 adalah untuk pilihan jawaban : ya/sudah pernah/lebih dari seper empat/sangat setuju/kurang setuju/pernah menggunakan.

Struktur instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

(1) Bagian pertama : pernyataan pendahuluan mengenai deskripsi dan tujuan penelitian ini.

(2) Bagian kedua : penjelasan mengenai struktur instrumen penelitian.

(3) Bagian ketiga : identitas responden yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, golongan, pendapatan, pendidikan, dan sebagainya.

(4) Bagian keempat : instrumen kuesioner yang meliputi instrumen kesiapan internet, kesenjangan digital, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK.

Indikator-indikator yang terdapat dalam setiap aspek instrumen akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya dan hasil kesimpulan indikator-indikator SIBIS yang dipilih karena sesuai dengan kondisi perkembangan TIK di Indonesia berserta usulan indikator baru yang dipakai di Indonesia dapat dilihat pada lampiran A. Indikator yang tidak dapat digunakan disebabkan oleh belum sesuai dengan kondisi di Indonesia saat ini, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab II.4.

III.3.1. Instrumen Aspek Kesenjangan Digital

(9)

Indonesia, yaitu indikator akses internet dari rumah. Karena berdasarkan kondisi TIK di Indonesia, pengguna internet di Indonesia yaitu sekitar 25 juta, dan yang menjadi pelanggan internet hanya 2 juta, sedangkan pelanggan perumahan baru mencapai 4%, yakni berarti hanya 80 ribu (dari total hampir 250 juta orang). Dengan kondisi Indonesia seperti ini, maka indikator untuk mengukur akses internet dari rumah tidak sesuai digunakan di Indonesia.

Berdasarkan data dari ATSI, jumlah pengguna seluler saat ini mencapai angka 50 juta, sekitar 2 %-nya merupakan pengguna GPRS (General Packet Radio Service) yang aktif atau maksimal sekitar 1 juta pengguna, yang berarti kondisi ini lebih baik daripada pelanggan internet perumahan. Selain itu, berdasarkan data dari APJII bahwa penetrasi komputer berjumlah 6 juta, hal ini berarti di Indonesia, kondisi kepemilikan komputer sudah lebih baik pula dibandingkan pelanggan internet perumahan.

Atas pertimbangan kondisi di atas, maka indikator akses internet dari rumah diganti dengan menggunakan indikator kepemilikan komputer di rumah dan kepemilikan HP berfasilitas internet, karena jumlah pengguna di Indonesia jauh lebih banyak daripada jumlah pengguna akses internet dari rumah. Instrumen kesenjangan digital di Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel III.2 Indikator instrumen kesenjangan digital

Domain Sub Domain Indikator SIBIS Sumber data

Pengguna komputer Pengguna internet SIBIS GPS, NTIA, Eurobarometer Kepemilikan komputer di rumah Kesenjangan

Digital Kesenjangan Akses Dasar

Kepemilikan HP berfasilitas internet

Indikator yang diusulkan

(10)

III.3.2. Instrumen Aspek Kesiapan Internet

Pengembangan instrumen aspek kesiapan internet mengacu pada SIBIS GPS yang dikembangkan oleh SIBIS (21). Instrumen kesiapan internet meliputi contoh indikator sebagai berikut :

Tabel III.3 Indikator instrumen aspek kesiapan internet

Domain Sub Domain Indikator Sumber data

Tingkat pengguna banyak perangkat Pengguna mengakses internet dari lokasi yang berbeda

SIBIS GPS eEurope 2005 Indicator

Kepedulian akses internet Kesiapan

Internet

Indikator ketersediaan

akses TIK

TIK yang dimiliki responden di rumah

Eurobarometer, SIBIS GPS EITO Sumber : SIBIS, New eEurope Indicator Handbook (2003)

Desain dari instrumen aspek kesiapan internet dapat dilihat pada lampiran B.

III.3.3. Instrumen Aspek Pemanfaatan TIK

Berdasarkan pada SIBIS GPS yang dikembangkan oleh SIBIS (21), dilakukan pengembangan instrumen pemanfaatan TIK ini. Contoh indikator dari instrumen aspek pemanfaatan TIK adalah sebagai berikut :

Tabel III.4 Indikator instrumen aspek pemanfaatan TIK

Domain Sub Domain Indikator SIBIS Sumber data

Pengguna berdasarkan pemakai tetap

online SIBIS GPS, US GAO Durasi dan intensitas

penggunaan internet Prosentase pengguna internet dengan intensitas sering

Penggunaan e-mail Mendukung kontak sosial yang ada melalui e-mail Pemanfaatan

TIK

Potensial membuat

content online

Potensial membuat content online

SIBIS GPS

Sumber : SIBIS, New eEurope Indicator Handbook (2003)

(11)

III.3.4. Instrumen Aspek Upaya Pencapaian Kecakapan TIK

Instrumen aspek upaya pencapaian kecakapan TIK dikembangkan berdasarkan pada SIBIS GPS yang dikembangkan oleh SIBIS (21). Instrumen aspek upaya pencapaian kecakapan TIK ini di antaranya meliputi indikator sebagai berikut :

Tabel III.5 Indikator instrumen aspek upaya pencapaian kecakapan TIK

Tema Domain Sub Domain Indikator SIBIS Sumber data

Partisipasi dalam pelatihan TIK Eurostat Upaya Pencapaian Kecakapan TIK Penggunaan alat e-learning untuk pembelajaran yang berkaitan dengan

pekerjaan EB-F; NALS 2002

Sumber : SIBIS, New eEurope Indicator Handbook (2003)

Pada lampiran B memuat detil desain instrumen aspek upaya pencapaian kecakapan TIK.

III.3.5. Instrumen Tingkat Kecakapan TIK

Aspek tingkat kecakapan TIK mengembangkan instrumen yang berdasarkan pada SIBIS GPS yang dikembangkan oleh SIBIS (21). Contoh indikator yang terdapat pada instrumen aspek tingkat kecakapan TIK adalah sebagai berikut:

Tabel III.6 Indikator instrumen tingkat kecakapan TIK

Domain Sub Domain Indikator SIBIS Sumber data

Pembagian populasi yang merasa sangat percaya diri berkomunikasi melalui internet

Pembagian populasi yang merasa sangat percaya diri dalam penginstallasian perangkat lunak komputer

Tingkat kecakapan TIK

Pembagian populasi yang merasa sangat percaya diri dalam penggunaan mesin pencari internet

SIBIS GPS

Sumber : SIBIS, New eEurope Indicator Handbook (2003)

(12)

III.4. Pemodelan Tahapan Pengurangan Kesenjangan Digital

Analisis pemodelan tahapan pengurangan kesenjangan digital akan difokuskan pada keempat aspek yang mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital yang sudah ditentukan dalam penelitian ini yaitu kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK untuk mengetahui tingkat/tahapan pengurangan kesenjangan digital.

Tujuan dari perancangan model tahapan pengurangan kesenjangan digital adalah agar dapat dijadikan pedoman ukuran kondisi yang telah dicapai terkait dengan usaha mengurangi kesenjangan digital. Setiap tingkat kondisi menggambarkan tingkat kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK yang terkait dengan pengurangan kesenjangan digital.

Konsep perancangan model tahapan pengurangan kesenjangan digital berdasarkan pada pengembangan instrumen penelitian sebagaimana dipaparkan dalam pengembangan instrumen dalam sub bab III.3.1 hingga III.3.5. Instrumen penelitian didesain berdasarkan konsep bahwa setiap item yang ditanyakan menunjukkan indikator kondisi pengurangan kesenjangan digital yang telah dicapai. Semakin tinggi nilai atau skor yang didapatkan maka semakin baik pengurangan kesenjangan digital yang telah dicapai.

Setiap tahap dalam model pengurangan kesenjangan digital berkaitan dengan aspek yang sudah dicapai oleh individu, yaitu aspek yang terdapat dalam instrumen penelitian yang terdiri dari aspek kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK. Dari hasil analisis setiap indikator dalam instrumen tersebut, maka dirancanglah model tahapan pengurangan kesenjangan digital dikelompokkan dalam 4 (empat) tahap yaitu (1) Belum memiliki kesiapan, (2) kesiapan terbatas, (3) kesiapan terformalisasi, dan

(13)

penelitian pengurangan kesenjangan digital, dengan detil skor seperti yang dijelaskan dalam Tabel III.7.

Tabel III.7 Tahap pengurangan kesenjangan digital

Tahap Keterangan Skor

1 Belum memiliki kesiapan 0 ≤ skor≤ 0,2 2 Kesiapan terbatas 0,2 < skor≤ 0,5 3 Kesiapan terformalisasi 0,5 < skor≤ 0,8 4 Kesiapan telah matang 0,8 < skor ≤ 1

Setiap tahapan dalam model pengurangan kesenjangan digital dijelaskan detil dalam Tabel III.8 di bawah ini.

(14)

Tabel III.8 Model tahapan pengurangan kesenjangan digital

Kesiapan

internet Pemanfaatan TIK

Upaya pencapaian kecakapan TIK

Tingkat kecakapan TIK

Tahap

Di tempat kerja/sekolah Di rumah Di mana saja Internet Informasi pekerja

an

Informasi produk

/jasa

Informasi Kesehatan Mencari pekerjaa

n

Menggunakan

em

ai

l

Banyak teman memilik

i email

Chatting Memesan produ

k/jasa Melakukan on-line banking Membeli produk f inansial Tanpa HP ku ran g komunikasi Tanpa HP ku ran g hiburan

Pelatihan pekerjaan sekarang Pelatihan pekerjaan masa datan

g

Pembelajaran se

ndiri pekerjaan sekarang

Pembelajaran se ndiri pekerjaan m asa datang Menggunakan m odul pembelajara n elektronik (sepert i CD, dsb.) Pelatihan online

Percaya diri mencari in

formasi di internet

Percaya diri menggunakan

email

Percaya diri menggunakan

search

engine

Percaya diri membaca web be

rb

ahasa

inggris Percaya diri

chatting

Percaya diri membuat halaman

web

Percaya diri men

download

dan

mengintalasi perangkat lunak

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 √ - - √ √ √ √ √ - - - √ √ √ - - - √ - - - - - -

3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - √ √ √ √ - - √ √ √ √ - - -

Gambar

Gambar III.1 Usulan model pengurangan kesenjangan digital
Tabel III.1 Kegiatan pengambilan data
Gambar III.2 Tahapan Prosedur Analisis Data
Tabel III.3 Indikator instrumen aspek kesiapan internet
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jalur kereta api Kunming-Singapura dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi (Djankov, 2016). Negara- negara Asia Tenggara pasalnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang

Dalam makalah ini disampaikan pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu hidrolisis terhadap glukosa yang terambil pada reaksi hidrolisis untuk mengubah selulosa

Open House BEM FT UB 2016/2017 ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dengan stakeholder, mengundang keterlibatan para mahasiswa untuk berbagi pengalaman penelitian

Preparing fot the Partnership Developing the Agreement Implementing and reviewing the agreement (“learning by doing”).. Bagan 3: Langkah-langkah pelaksanaan

Keadaan dan kondisi seperti ini terlihat sekali ketika suasana dan iklim di dalam organisasi tersebut semakin mendukung para pegawai untuk tidak melakukan perilaku

Ada pun salah satu pesan yang disampaikan kepada masyarakat atau anak-anak adalah cerita Pedanda Baka karya Pedanda Nyoman Pidhada dan Pedanda Ketut Pidhada,

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dilampaui Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan Keputusan, permohonan pengembalian kelebihan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN BERBASIS PROYEK. Universitas Pendidikan Indonesia