• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru PAI. 1.1 Pengertian Persepsi tentang Kepribadian Guru PAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru PAI. 1.1 Pengertian Persepsi tentang Kepribadian Guru PAI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru PAI

Persepsi tentang kepribadian guru pendidikan agama Islam merupakan suatu tanggapan atau pandangan untuk memberikan penilaian terhadap kepribadian guru pendidikan agama dari cara berbicara, cara berjalan, cara berpakaian dan sebagainya. Bentuk-bentuk persepsi siswa tentang kepribadian guru pendidikan agama Islam dapat dilihat dari penampilan akhlak guru dan hubungan guru pendidikan agama Islam dengan sesama guru dan Kepala Sekolah. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian persepsi tentang kepribadian guru PAI dan bentuk-bentuk persepsi tentang kepribadian guru PAI.

1.1 Pengertian Persepsi tentang Kepribadian Guru PAI 1.1.1 Pengertian Persepsi

Kata persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “perception” yang berarti tanggapan.1 Menurut Irwanto “persepsi” didefinisikan sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan, antara gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.2 Menurut Bimo Walgito “persepsi” adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya dan stimulus itu diteruskan ke syaraf dan terjadilah proses psikologi sehingga individu menyadari adanya apa yang ia lihat, apa yang ia didengar.3 Jalaluddin Rachmat berpendapat bahwa “persepsi” adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

1

John M. Echols-Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 424.

2

Irwanto, dkk., Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1994), hlm. 71.

3

(2)

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.4 Sedangkan menurut Sondang P. Siagian “persepsi” adalah suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoriknya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya.5

Menurut Raymond J Corsini mendefinisikan persepsi sebagai : “Perception refers both to the expreience of gaining sensory information about the world of people, thing and event, and to the psicological processes by which this is accomplished.”6

Persepsi merupakan pengalaman memperoleh informasi tentang seseorang, sesuatu hal dan peristiwa serta proses psikologi yang telah dialaminya.

Berdasarkan pengertian persepsi diatas dapat penulis pahami bahwa yang dimaksud dengan “persepsi” adalah merupakan suatu tanggapan atau pandangan terhadap suatu objek (orang, benda atau peristiwa) dengan memberikan penilaian terhadap objek tersebut.

1.1.2 Pengertian Kepribadian

Dalam kehidupan sehari-hari kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada individu, seperti orang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu” dan orang pemberani dikenakan atribut “berkepribadian pemberani”. Dari pengertian diatas, pengertian kepribadian mudah dipahami dan sering digunakan. Namun pengertian tersebut belum dapat menerangkan arti kepribadian yang sesungguhnya, sebab pengertian itu masih terbatas pada ciri-ciri yang dapat diamati saja dan mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri itu dapat berubah.

4

Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 51.

5

Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Aksara, 1988), hlm. 100.

6

Raymond J Corsini, (editor), Concise Ensyclopedia of Psicology, (New York: Wiley Intersicience Publication, 1987), hlm.814.

(3)

Dalam arti yang sederhana, kepribadian dapat diartikan sebagai sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain.7

Menurut Gordon W. All Fort pengertian kepribadian adalah : “Personality is the dynamic organization within the individual of those psycophisical system that determine the individual’s unique adjusments to his environment”. 8

“Kepribadian adalah susunan yang dimanis dari individu yang terdiri dari sistem psiko-pisis yang menentukan penyesuaian individu tersebut secara unik dengan dunia lingkungannya.

Maksud pengertian kepribadian tersebut adalah sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang terdiri dari fisik dan psikis dalam bentuk sistem, membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu menurut caranya sendiri.

Sedangkan M. Utsman Najati “kepribadian” adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.9

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kepribadian sebagaimana dikemukakan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang pengertian kepribadian adalah suatu kesatuan fungsional antara fisik dan psikis atau jiwa raga dalam diri individu yang membentuk karakter atau ciri khas yang unik yang terwujud dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk terhadap penyesuaian dengan lingkungannya.

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 255.

8

Elizabeth B. Harlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw Hill, Six, t.t.), hlm. 524.

9

(4)

1.1.3 Bentuk-bentuk persepsi tentang kepribadian guru PAI

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan.10 Kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri unsur fisik dan psikis. Dalam makna demikian seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan gambaran dari kepribadian orang itu. Untuk itu bentuk-bentuk kepribadian seorang guru dapat dilihat dari segi penampilan guru, sifat guru11 dan interaksi guru agama Islam dengan sesama guru dan Kepala Sekolah.12 1.1.4 Pengertian persepsi siswa tentang kepribadian guru PAI

Dari uraian tentang pengertian persepsi dan pengertian kepribadian dapat penulis simpulkan bahwa pengertian persepsi tentang kepribadian guru PAI yang dimaksud adalah pandangan atau tanggapan siswa untuk memberikan penilaian tentang kepribadian guru PAI dengan segala bentuknya. Disini bentuk-bentuk dari persepsi tentang kepribadian guru PAI dapat dilihat dari segi penampilan guru baik dari cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara sifat guru atau tingkah laku guru dan Kepala Sekolah.

Disini kepribadian yang ditanggapi oleh siswa-siswi SMP Islam Al-Hikmah Mayong Kabupaten Jepara adalah kepribadian guru PAI yaitu guru yang mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam. Jadi nantinya siswa-siswi tersebut memberikan tanggapan atau pandangan tentang kepribadian guru PAI yang meliputi penampilan guru, sifat guru dan interaksi guru PAI dengan sesama guru dan Kepala Sekolah.

10

Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 16.

11

Ibid., hlm. 18.

12

Abdur Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 134.

(5)

1.2 Penampilan Guru

Guru merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan di sekolah. Dia dapat menjadi pendorong semangat belajar anak didiknya atau sebaliknya dapat menjadi faktor yang melemahkan semangat belajar anak didik. Hal itu akan tergantung bagaimana penampilan guru dihadapan siswa-siswinya, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi seorang guru untuk memperhatikan penampilannya dalam proses pendidikan jika ia ingin menjadi guru yang berhasil. Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang berhubungan dengan penampilannya dalam berhadapan dengan siswa yaitu penampilan dalam proses pengajaran.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang merupakan tuntunan bagi seorang guru diantaranya :

1.2.1 Penampilan di dalam kelas

Penampilan guru didepan kelas disini meliputi penampilan fisik guru, hal ini dikarenakan siswa akan menilai bagaimana seorang guru itu untuk pertama kalinya dengan apa yang dilihatnya. Melalui penampilan fisik guru baik tingkah laku guru, tindakan, cara berpakaian serta ucapan guru.13 Gerakan yang dilakukan guru pada saat mengajar mempunyai pengaruh yang besar bagi siswa. Gerakan guru dapat menegaskan atau memperjelas hal-hal yang penting karena biasanya seseorang dapat lebih jelas dalam memahami sesuatu disamping melalui pendengaran juga disertai dengan pengamatan pada apa yang dilihatnya.

Gerakan yang baik adalah gerakan yang efektif juga efisien, artinya gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru. Untuk itu pada saat guru mengajar, maka hendaknya guru memperhatikan gerakan-gerakan yang dilakukannya, termasuk juga posisi

13

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman bagi Guru dan Calon

(6)

berdiri. Guru hendaknya berada ditengah dan tidak terlalu dekat dengan deretan kursi terdepan agar siswa dapat melihat dan mendengarkan ucapan guru dengan baik.

Guru harus dapat membuat variasi dalam gerakan dan sikapnya secara tepat. Perlu dihindari sikap-sikap yang terlalu sering atau terlalu jarang. Karena penting hendaknya selalu mengusahakan agar gerak dan sikap yang ia tampilkan benar-benar dapat mendukung ulasan yang disampaikan. Selain itu guru hendaknya juga memperhatikan gerakan lain yang biasa dilakukan tetapi tetap perlu dihindari seperti gerak menggaruk-garuk anggota badan, memegang celana atau gaun tanpa alasan yang jelas, mempermainkan kapur, berjalan hilir mudik dengan gerakan-gerakan lain yang tampak kaku yang biasanya tidak disadari.

Selain gerakan guru juga perlu memperhatikan suara yang meliputi kekuatan lagu bicara (intonasi) tekanan bicara dan kelancaran bicara.14 Guru sebaiknya berbicara dengan bahasa yang jelas dan sederhana yang akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Kalimat yang dipergunakan untuk menjelaskan lebih baik singkat tetapi jelas, kalimat yang terlalu panjang akan mengaburkan penjelasan yang disampaikan. Kata-kata yang disampaikan guru hendaknya jelas. Bila tidak ucapan guru tidak akan terdengar oleh siswa. Tidak jarang ucapan guru yang kurang jelas menyebabkan siswa saling menanyakan hal yang diucapkan guru sehingga timbul kegaduhan yang membuat suara guru menjadi lebih tidak jelas.

Dalam berbicara guru hendaknya memperhatikan kekuatan suara. Bila suara terlalu keras atau terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk. Suara yang terlaku keras dan memekakan telinga justru sulit untuk ditangkap arah atau isi pembicaraan. Disamping itu dengan suara yang terlalu keras akan mengakibatkan siswa mempunyai kesan bahwa gurunya seorang yang kejam sehingga mengakibatkan siswa diliputi oleh

14

(7)

rasa cemas dan ketakutan saat pelajaran berlangsung. Demikian juga suara yang terlalu lemah akan tidak jelas terdengar oleh siswa terutama yang duduk dibangku belakang.

Sebagai seorang guru perlu juga memperhatikan penampilan fisiknya seperti cara berpakaian. Penampilan guru dalam cara berpakaian secara tidak langsung akan mencerminkan kepribadian dari guru tersebut.15 Seorang guru tidak boleh berpakaian secara mewah dan berkesan glamour akan tetapi hendaknya guru dapat menyesuaikan cara berbusana. Dengan berbusana sopan dan terlihat rapi akan menambah rasa percaya diri bagi guru tersebut. Guru yang berpenampilan lusuh dan terkesan kotor akan mengakibatkan siswa menjadi malas dan tidak bergairah mengikuti pelajaran. Sepatutnya guru berpenampilan bersih dan rapi agar telihat baik dimata siswa.

1.2.2 Penampilan bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini siswa diantarkan pada tujuan pengajaran. Dengan kata lain tujuan pelajaran akan tercapai melalui bahan pelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Oleh karena itu guru harus menguasai bahan pelajaran, setidaknya guru harus mempelajari terlebih dahulu sebelum menyusun pelajaran.

Dalam menyusun bahan pelajaran, guru harus memperhatikan hal-hal dibawah ini, yaitu :

- Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.

- Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar terbatas pada konsep saja, atau terbentuk garis besar dan bahan tidak diuraikan rinci.

- Menetapkan bahan pengajaran harus serasi dengan urutan tujuan.

15

(8)

Artinya bahan yang ditulis pertama bersumber dari tujuan yang pertama, bahan yang kedua bersumber dari tujuan yang kedua.

- Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan. Kesinambungan mempunyai arti bahwa antara bahan yang satu dengan bahan berikutnya ada hubungan fungsional, bahan yang satu menjadi dasar bahan berikutnya.

- Bahan pengajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks dari yang mudah menuju yang sulit.

Penyusunan bahan pengajaran juga mempertimbangkan ketersediaan waktu. Guru perlu memperhitungkan jumlah jam yang tersedia sehingga dapat mempersiapkan bahan pengajaran sesuai dengan waktu yang ada. Masalah waktu ini berkaitan dengan kedisiplinan dalam mengajar. Jangan sampai pemakaian waktu mengajar melebihi batas waktu yang itu akan merugikan guru lain yang akan mengajar pada jam berikutnya.16 Sebelum mengajar guru juga perlu mengadakan persiapan mengajar. Persiapan mengajar adalah “semua kegiatan yang dilakukan guru dalam mempersiapkan diri sebelum melaksanakan pengajaran”.17 Maksud dari persiapan adalah membantu siswa agar sejak awal sudah dapat membayangkan isi bahan pelajaran yang akan diajarkan.

1.2.3 Kemampuan pengelolaan kelas

Dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, seorang guru juga diharapkan terampil dalam mengelola kelas. Pengelola kelas adalah penting karena salah satu syarat pengajaran yang baik ditentukan oleh pengelolaan dan pengendalian kelas yang baik. Untuk itu guru hendaknya mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif yang dapat mendukung kegiatan interaksi edukatif yang baik. Pengelolaan kelas dari guru kepada siswa dimulai dengan cara membuka pelajaran. Hal ini dapat dilakukan

16

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Proses Interaksi Edukatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 73.

17

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 114.

(9)

dengan cara memberi perhatian secukupnya kepada siswa. Suatu salam yang sederhana atau suatu penjelasan akan dapat menciptakan hubungan antara guru dengan siswa. Dengan hubungan yang baik sudah barang tentu akan menciptakan suasana yang baik pula. Hal ini amatlah penting untuk menunjang suatu usaha pencapaian hasil dalam proses belajar.18

Dalam pembukaan pelajaran dapat diawali dengan penyampaian informasi dari guru kepada siswa sehingga terjadi komunikasi antara guru dan siswa. Informasi yang dapat berupa petunjuk, pengarahan apersepsi yang bervariasi dalam berbagai bentuk tanpa menyita waktu untuk kegiatan inti. Disini dapat pula disampaikan tujuan akhir yang hendak dicapai serta memberi beberapa pertanyaan sebagai pre test. Pertanyaan itu dapat berupa pertanyaan seputar bahan pelajaran sebelumnya serta hal-hal yang terkait untuk bahan pelajaran saat itu.19

Selain membuka pelajaran, seorang guru hendaknya juga mampu menutup pelajaran yang baik. Perlu diusahakan agar dalam berakhirnya pelajaran dapat tepat waktu pada akhir pelajaran digunakan untuk evaluasi atau post test. Akan tetapi sebelumnya perlu juga guru menyimpulkan tentang keterangan yang telah diberikan dan akan lebih baik lagi jika diberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas kepada guru, hal ini perlu sebagai umpan balik.

Jika proses belajar mengajar telah berlangsung dengan tertib, guru perlu melakukan langkah-langkah untuk menjaga tingkat perhatian siswa. Membiarkan siswa dalam keadaan pasif akan membuat siswa menjadi bosan dan melemahkan perhatian. Untuk itu guru perlu membuat berbagai macam variasi dengan cara menggunakan berbagai macam nada suara, mengubah posisi berdiri guru serta membuat siswa aktif dengan cara mengajukan pertanyaan atau menyuruh siswa melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bahan pelajaran (menulis, menceritakan kembali,

18

Ad Rooijokkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), hlm. 24.

19

(10)

mengerjakan soal). Hendaknya guru juga memberikan tanggapan yang positif terhadap pertanyaan atau jawaban dari siswa.

1.2.4 Penilaian atau Evaluasi

Dalam suatu aktivitas belajar mengajar, evaluasi sangat diperlukan dalam rangka mengetahui sejauhmana hasil yang telah dicapainya. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai prestasi kerja yang telah dilaksanakan oleh guru selaku pihak yang mengajar dan prestasi siswa sebagai pihak yang diajar. Penilaian dapat dilakukan secara rutin, bisa harian, mingguan, bulanan atau pada akhir cawu. Penilaian ini sangat besar manfaatnya untuk lebih mengetahui berhasilnya suatu pengajaran terhadap siswa, mendorong mereka agar lebih rajin belajar serta mengulang pelajaran dan sebagainya, karena itu dengan penilaian ini maka akan menghidupkan semangat berkompetisi dikalangan siswa, meningkatkan kemampuan dan kegairahan dalam belajar mereka serta mendorong mereka untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

Dari uraian tentang penampilan guru dalam proses pengajaran dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar mengajar tidak lain adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen diatas. Dimulai dari bagaimana penampilan fisik guru dihadapan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang meliputi kerapian pakaian serta suara dan sikap guru. Kemudian tentang cara guru mengadakan penilaian. Kesemuanya itu antara satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling berpengaruh yang nantinya akan menumbuhkan kegairahan belajar pada siswa yang seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku siswa berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

1.3 Sifat Guru

Kata sifat (traits) dalam istilah psikologi dapat diartikan sebagai ciri-ciri tingkah laku yang tetap pada seseorang. Menurut All Port yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”

(11)

mengatakan bahwa sifat adalah disposisi yang dinamis dan fleksibel, yang dihasilkan dari pengintegrasian kebiasaan-kebiasaan khusus, yang menyatakan diri sebagai cara-cara penyesuaian yang khas terhadap lingkungan.20 Sifat juga dapat diartikan sebagai pola tingkah laku yang menentukan bagaimana watak atau karakter orang tersebut.

Jadi sifat disini dapat didefinisikan sebagai ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam dirinya yang membentuk suatu karakter yang cenderung bersifat stabil atau tetap.

1.3.1 Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru

Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid adalah memberi santapan jiwa misalnya menasehati, menyelesaikan masalah anak didik memberi motivasi dan juga membimbing dengan melalui ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti penghormatan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Disamping menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya atau tanggung jawab sebagai guru, seorang guru juga seharusnya memiliki sifat-sifat yang terpuji, sehingga anak didik dapat mengaktualisasikan apa yang diajarkan oleh guru dengan sifat-sifat yang terpuji itu. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam diantaranya : zuhud, ikhlas dalam pekerjaan,21 kasih sayang dan memberi teladan.22 Suatu sifat yang terpuji merupakan suatu keharusan bagi seorang guru, karena guru sebagai tauladan bagi anak didik, jika seorang guru (agama) tidak mempunyai sifat-sifat terpuji, maka amaliyah diniyyah anak pun

20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.142.

21

M. Athiyyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 137-138.

22

Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Suatu Pengantar, (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), 158-159.

(12)

tidak akan baik, begitu juga sebaliknya, jika guru agama dapat memberikan contoh yang baik maka amaliyah diniyyah siswa diharapkan dapat baik pula. Berikut ini uraian sifat-sifat guru yang terpuji, yaitu : 1.3.1.1 Zuhud

Seorang guru menempati tempat yang tinggi dan suci, mak ia harus tahu kewajiban yang sesuai dengan posisinya sebagai guru, ia seharusnya memiliki sifat-sifat yang terpuji yaitu zuhud. Maksudnya bahwa seorang guru dalam mengajar tidak hanya semata-mata materi saja atau karena ingin mendapatkan imbalan, akan tetapi karena mencari keridhoan Allah. 1.3.1.2 Ikhlas dalam Pekerjaan

Keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya anak didik, yang dimaksud ikhlas yaitu apabila perkataan dan perbuatannya itu sesuai. Begitu juga dalam pengajaran guru, jika pengajaran seorang guru itu didasarkan keikhlasan hati dan niat untuk mencerdaskan dan memberikan atau menyampaikan pelajaran yang baik kepada siswa maka pengajaran itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Demikian sebaliknya, jika pengajaran yang dilakukan seorang guru itu didasarkna karena semata-mata bahwa guru merupakan profesi maka pengajaran yang terbentuk hanyalah “transfer of knowledge” saja, tetapi kurang menyentuh pada “transfer of values”.

1.3.1.3 Kasih sayang

Guru merupakan orang tua murid yang kedua, maka hendaklah seorang guru merasa dirinya sebagai oarng tua yang memandang siswa-siswanya seolah-olah sebagai anaknya sendiri. Demikian juga guru menyayangi dan membimbing siswanya seperti anaknya sendiri sesuai dengan Hadits Nabi :

ﷲﺍ ﻪﲪﺮﻳﻻ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻢﺟﺮﻳﻻ ﻦﻣ

)

ﻱﺪﻣﺮﺘﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

(

(13)

“Siapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada manusia niscaya tidak dikasihi oleh Allah”.23 (HR. Imam Turmudzi)

1.3.1.4 Memberi tauladan

Guru merupakan figur bagi anak didik, tentunya segala perkataan, tindakannya selalu diperhatikan oleh anak didik, di dalam pengajaran seorang guru harus mampu mengucapkan kata-kata yang baik dan yang terpenting lagi guru harus mampu memberikan contoh perbuatan (teladan) yang baik dan memiliki budi pekerti yang baik, sehingga teladan guru dapat ditiru oleh anak didiknya.

Selain sifat diatas sifat lain yang harus dimiliki oleh guru adalah : 1. Fleksibel

Seorang guru adalah orang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik didalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan. Dalam menyatakan dan menyampaikan prinsip dan pendiriannya guru harus fleksibel, tidak kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan, sifat dan latar belakang siswa. Guru harus bisa bertindak bijaksana yaitu menggunakan cara atau pendekatan yang tepat terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat. 2. Bersifat Terbuka

Seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk ditanya oleh para siswa, untuk dimintai bantuan, juga untuk mengoreksi diri. Kelemahan atau kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adakalanya disebabkan karena kelemahan atau kesalahan pada guru. Untuk memperbaiki kelemahan siswa, terlebih dulu harus didahului oleh perbaikan pada diri guru. Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.

23

HR. Imam Turmudzi, Al-Jami’us Sohih, Juz IV, (Beirut Libanon, Darul Kitab Al Amiyah, t.t.), hlm. 510.

(14)

3. Realistik

Seorang guru hendaknya bisa berpikir dan berpandangan realistik, artinya melihat kenyataan, melihat apa adanya. Kita mengharapkan bahwa semua siswa adalah pandai-pandai, rajin-rajin, tekun-tekun, jujur-jujur, sopan-sopan, bertutur kata baik dan berprilaku yang baik tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Guru hendaknya dapat memahami situasi yang demikian dapat menerimanya dan terus berupaya untuk memperbaikinyal. Banyak tuntutan yang ditujukan kepada guru baik dalam pelaksanaan tugas maupun tuntutan nilai, tetapi juga guru menghadapi kenyataan-kenyataan yang membatasinya, baik keterbatasan kemampuan dirinya maupun keterbatasan fasilitas yang ada di sekolah. Dalam situasi demikian guru tidak boleh mundur, guru harus tetap berupaya mengerjakan yang terbaik yang dapat ia kerjakan.24

1.4 Interaksi Guru Agama dengan Sesama Guru dan Kepala Sekolah Guru agama sebagai guru yang diangkat, dihentikan oleh Menteri Agama atas usulan instansi agama yang berkepentingan, ia mempunyai tugas mengajarkan pendidikan agama di sekolah umum atau sekolah kejuaraan baik negeri maupun swasta. guru agama yang bertugas di lembaga pendidikan harus tunduk pada aturan-aturan umum yang ditetapkan oleh suatu sekolah. Bagi guru agama yang mengajar di beberapa sekolah sedang sekolah itu umpamanya mempunyai aturan-aturan yang berbeda maka guru agama tetap harus dapat membawakan dirinya menyesuaikan dengan keadaan di sekolah pada waktu itu.

Guru agama harus mampu membawakan dirinya dan bertanggung jawab kepada tugasnya kalau ia berada di suatu sekolah maka ia harus merasa anggota dari persetujuan sekolah itu, ia adalah guru dari sekolah itu, turut mengawasi anak-anak, mempunyai hubungan baik dan bergaul dengan guru-guru lain. Di dalam melaksanakan tugasnya ia memerlukan

24

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 256-257).

(15)

hubungan dengan Kepala Sekolah dan guru kelas.25 Sebelum guru mengajar harus terlebih dahulu menunjukan persiapan mengajarnya kepada Kepala Sekolah dan diketahui dengan menandatangani tugas tersebut pada tiap-tiap bulan, guru agama harus minta penyaksian dan persetujuan kepada Kepala Sekolah tentang laporan bulanan mengenai presensi, jumlah murid dan kemajuan pelajarannya.

Di dalam pelaksanaan beribadat untuk menentukan suatu tempat praktek, ruang kelas atau aula, guru agama harus terlebih dahulu merundingkan dengan Kepala Sekolah. Demikian juga di dalam melaksanakan Peringatan Hari Besar Islam bukan guru agama yang bertugas melaksanan tetapi bersama Kepala Sekolah dengan bantuan guru-guru lainnya.

Dengan guru kelas, guru agama harus mempunyai hubungan yang erat, karena ia mmebantu kelancaran pelaksanaan pengajaran agama, guru harus dapat menghubungkan pelajaran agama dengan pengetahuan lainnya dan dapat menggunakan ilmu pengetahuan alam untuk menerangkan dan menjelaskan materi pendidikan agama.26 Suasana baik diantara guru agama dengan sesama guru dapat dilihat di pergaulan, ramah tamah guru didalam dan diluar sekolah, saling tolong menolong dan silaturrahmi baik dalam keadaan suka maupun duka akan menambah keharmonisan diantara hubungan mereka

2. Amaliyah Diniyyah Siswa

Amaliyah diniyyah merupakan proses perbuatan dalam rangka menunaikan kewajiban menurut ajaran agama. Proses perbuatan mencakup perbuatan ucapan, perbuatan anggota badan dan perbuatan hati. Amaliyah diniyyah bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk ibadah, akhlak dan ada yang masuk dalam kategori aqidah.

25

Abdur Rahmad Shaleh, op.cit., hlm. 41.

26

(16)

2.1 Pengertian amaliyah diniyyah

Amaliyah diniyyah merupakan suatu ibadah sebagai bukti bakti manusia kepada Allah. Amaliyah diniyyah adalah mewujudkan suatu perbuatan sesuai yang disyariatkan oleh Allah. Dalam kamus istilah fiqh kata “amaliyah” berarti perbuatan dan tingkah laku sehari-hari yang berhubungan dengan masalah agama.27 Sedangkan kata “din” berasal dari kata dana-yadinu, dalam khasanah istilah Al Quran diartikan sebagai peraturan, hukum, maupun UU yang wajib dilaksanakan.28 Kata amaliyah diniyyah merupakan kata kerja yang sudah dibendakan. Amaliyah diniyyah adalah proses perbuatan hati, ucapan dan tingkah laku sehari-hari yang dilakukan dalam rangka melaksanan ajaran agama sebagai bukti bakti manusia kepada Allah Swt. Amaliyah diniyyah anak sebagai wujud pengabdian, penyerahan dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin seorang hamba kepada Allah. Menurut Zakiyah Darajat bentuk amaliyah diniyyah dapat dikategorikan dalam dalam bentuk ibadah, bentuk akhlak dan bentuk aqidah.29 Amaliyah diniyyah yang dilakukan dengan penuh kesadaran yang tinggi baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun yang berhubungan dengan sesama makhluk Allah yang ada di bumi, dapat membentuk anak menjadi manusia yang berkepribadian yang mampu menyesuaikan tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan sebagai khaliq di muka bumi.

2.2 Ibadah

Ibadah merupakan suatu bentuk perbuatan jasmani maupun rohani yang ditujukan hanya untuk Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan baik yang terang maupun tersembunyi. Ibadah dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan jalan

27

Abdul Mujib Tholhah Syafi’ah, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 18.

28

Rachmat Taufiq Hidayah, Khazanah Istilah Al Quran, (Mizan) hlm. 40.

29

(17)

mentaati segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Ibadah disini ada 2 macam : - Ibadah mahdhah dan ibadah ghairo mahdhah.

2.2.1 Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang menitik beratkan kepada hubungan vertikal (Allah), dalam ibadah mahdhah ini diantaranya melaksanakan shalat dan puasa.

a. Shalat

Shalat menurut bahasa berarti doa.30 Allah berfirman :

ﻚﺗﹶﻼﺻ ﱠﻥِﺇ ﻢِﻬﻴﹶﻠﻋ ﱢﻞﺻﻭ ﺎﻬِﺑ ﻢِﻬﻴﱢﻛﺰﺗﻭ ﻢﻫﺮﻬﹶﻄﺗ ﹰﺔﹶﻗﺪﺻ ﻢِﻬِﻟﺍﻮﻣﹶﺃ ﻦِﻣ ﹾﺬﺧ

ﻢﻴِﻠﻋ ﻊﻴِﻤﺳ ﻪﹼﻠﻟﺍﻭ ﻢﻬﱠﻟ ﻦﹶﻜﺳ

)

ﺔﺑﻮﺘﻟﺍ

:

103

(

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat kamu membesihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenraman jiwa bagi mereka (At – Taubat : 103).31

Sedangkan menurut istilah pengertian shalat sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasrudin Razak adalah “Suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan laku perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan syarat dan rukun”.32 Shalat merupakan suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, berupa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasarkan syarat dan rukun yang telah ditetapkan.

Shalat merupakan kewajiban bagi orang muslim, perintah shalat bertujuan agar manusia dapat memperoleh keuntungan dan kemenangan baik di dunia maupun di akhirat. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban disisi Allah. Jika shalatnya rusak maka rusaklah amal yang lainnya. Berkaitan dengan hikmah shalat M. Utsman

30

Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hlm. 211.

31

R.H.A. Soenarjo, op.cit., hlm. 298.

32

(18)

Najati berpendapat hikmah shalat adalah tempat berlindung paling dekat bagi seorang hamba, shalat juga sebagai obat penyembuh segala gejala kejiwaan, serta shalat juga menjadikan hati menjadi tenang.33 Hikmah shalat akan tampak manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinyu yaitu sebagai alat pendidikan rohani anak dilatih berhadapan dengan dzat yang Maha Suci, efeknya akan membawa kepada kesucian jasmani dan rohani. Sehingga dapat memancarkan akhlak yang mulia, siap hidup yang dinamis, penuh amal shaleh dan akan terhindar dari perbuatan dosa, jahat dan keji.

Dengan Kewajiban shalat sebanyak lima kali dalam 24 jam seorang anak akan selalu memperhatikan perjalanan masa sehingga selalu sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran tentang waktu akan membawa hidup yang teratur, disiplin dan hidup penuh manfaat.

b. Puasa

Puasa termasuk rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan shalat. Pengertian puasa secaa bahasa berarti menahan, sedang pengertian puasa secara istilah diungkapkan oleh Sayid Sabiq adalah menahan diri dari segala apa saja yang membatalkan puasa semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan disertai niat.34 Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 183 :

ﻢﹸﻜِﻠﺒﹶﻗ ﻦِﻣ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺐِﺘﹸﻛ ﺎﻤﹶﻛ ﻡﺎﻴﺼﻟﺍ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﺐِﺘﹸﻛ ﺍﻮﻨﻣﹶﺍ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺍﺎﻳ

ﹶﻥﻮﹸﻘﺘﺗ ﻢﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟ

)

ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ

:

183

(

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah : 183)

33

M. Utsman Najati, op.cit., hlm. 308.

34

(19)

Jadi puasa adalah menahan diri dari makan, minum, jima’ dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan disertai niat.

Islam tidak mensyari’atkan sesuatu melainkan mengandung hikmah yang besar, demikian juga dengan perintah berpuasa. Tujuan diperintahkan puasa adalah agar menjadi orang yang bertakwa. Puasa yang dilakukan oleh anak membawa kesadaran akan eksistensi Allah. Dengan kesadaran tentang eksistensi Allah akan menumbuhkan kepatuhan kepada Allah. Hikmah puasa menurut Zainal Abidin Syihab adalah puasa sebagai pernyataan syukur kepada Allah Swt atas segala macam nikmat-Nya yang telah diberikan kepada manusia, sebagai latihan dan uji coba untuk menguji seseorang, sampai dimana ketaatan dan ketahanan jiwanya serta kejujuran dalam menjalani tugasnya sebagai seorang hamba terhadap perintah khaliqnya.35 Dengan berpuasa kesehatan hati dan anggota badan terjaga, puasa merupakan sarana dalam meraih takwa Allah.

2.2.2 Ibadah ghairu mahdhah

Ibadah ghairu mahdah adalah ibadah yang menitik beratkan kepada hubungan horisontal (sesama manusia), atau ibadah yang berada diluar syari’at Islam tetapi dianjurkan dan diijinkan oleh Allah dalam aspek ibadah ghairu mahdhah, dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada menghormati dan mematuhi gurunya, yang diantaranya adalah perilaku sopan santun.

Sopan santun adalah suatu kebiasaan anak dalam berbicara, bergaul serta bertingkah laku. Sopan santun ini hendaknya selalu dimiliki dan dipegangi oleh seorang anak agar terhindar dari hal-hal yang negatif, diantaranya adalah kerenggangan antara anak dengan orang tua, karena anak tidak atau mempunyai sikap sopan santun.

35

Zaenal Abidin Shihab, Tuntunan Puasa Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 5-6.

(20)

Aspek ini dalah perilaku amaliyah sangat penting artinya, karena perilaku sopan santun merupakan penunjang terhadap baik buruknya akhlak seseorang. Sedangkan kesempurnaan iman seseorang ditentukan oleh baik buruknya akhlak seseorang. 36

Diantara perilaku yang dapat mendukung sopan santun ini adalah : - Etika berbicara

Diantara tatakrama berbicara adalah memperhatikan sepenuhnya kepada pembicaraan supaya benar-benar dapat mengerti apa yang dibicarakannya.37

- Etika bergurau

Salah satu tatakrama bergurau adalah tidak boleh berlebihan di dalam bermain dan bergurau dapat melupakan setiap muslim dari tugas asasi, yaitu beribadah kepada Allah, menegekkan hukum allah di muka bumi dan membentuk masyarakat yang shaleh.38

2.3 Aqidah

Aqidah merupakan masalah keimanan yang wajib dipercayai oleh anak. Pengertian aqidah secara bahasa adalah kepercayaan / keyakinan.39 Kepercayaan atau keyakinan hati menyangkut enam perkara yang diistilahkan dengan rukun iman. Rukun iman yang enam yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada rasul Allah, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk. Kepercayaan atau keyakinan pada rukun iman yang enam wajib dipercayai dalam hari, diucapkan dengan lisan dan segala apa yang diperintahkan dipraktekkan dalam perbuatan. Bila

36

Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hlm. 152.

37

Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak, (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1983), hlm. 508.

38

Ibid., hlm. 511.

39

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1973), hlm. 275.

(21)

keyakinan pada rukun iman dilakukan dengan lisan, hati dan perbuatan maka anak akan mencapai pada kesempurnaan iman.

2.3.1 Iman kepada malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya. Malaikat berbeda dengan manusia dengan manusia, malaikat bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan dan tidak minum, tidak berkeluarga dan tidak beranak, dapat berubah bentuk. Semua malaikat beriman kepada Allah patuh dan tidak pernah durhaka, sedangkan manusia ada yang taat ada yang kafir, durhaka dan menentang perintah Allah.

Jika iman kepada malaikat benar-benar diyakini anak tanpa keraguan sedikitpun, maka iman itu akan memberikan manfaat dalam kehidupan anak sehari-hari antara lain dapat memperteguh keyakinan tauhid, dengan beriman kepada malaikat anak akan terhindar dari kepercayaan berbagai macam dewa yang dianggap berkuasa dibalik kekuatan alam.

2.3.2 Iman kepada takdir Allah

Ketetapan Allah sebelum terjadi disebut qadha’ seperti sebelum manusia lahir Allah telah menetapkan kapan seseorang akan lahir dan dimana seseorang akan lahir serta kapan seseorang akan mati dan dimana seseorang akan mati. Sedangkan qadar adalah ketetapan Allah yang sudah dijalani oleh manusia. Berkaitan berkaitan dengan masalah qadha dan qadar guru hendaknya memberikan bimbingan dan penjelasan pada anak, bahwa kemajuan dan kemunduran tergantung pada sikap dan usahanya.

Seorang anak harus sadar dalam mengusahakan sesuatu dilakukan dengan tekad dan kesungguhnan, dengan menggunakan pikiran yang jernih serta pertimbangan yang matang sebelum melangkah, serta menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dengan bertawkal. Sikap tawakal anak akan menghindarkan dari rasa keputusasaan, sehingga menyadari sesuatu yang belum dikehendaki Allah adalah untuk kebaikan anak juga.

(22)

Guru hendaknya menanamkan keimanan pada qadha dan qadar dengan cara-cara praktis, misalkan bila anak ingin masa depannya baik, yang harus dilakukan rajian belajar, kerja keras, disiplin dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Cara-cara semacam ini sebagai upaya dalam meraih cita-caita untuk meraih kebahagiaan. Peranan iman pada qadha dan qadar Allah bagi kehidupan anak sehari-hari antara lain, mempertebal semangat untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah karena segala sesuatu yang menentukan adalah Allah.

3. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru PAI terhadap Amaliyah Diniyyah Siswa.

Guru pendidikan agama Islam merupakan salah satu guru yang mengajarkan tentang bagaimana berperilaku, baik hubungannya kepada Allah maupun sesama manusia. Sebagai guru yang mengajarkan bagaimana berperilaku, baik hubungannya kepada Allah maupun sesama manusia maka segala sesuatu yang dilakukan dan dikerjakan guru PAI akan ditiru dan dijadikan patokan atau ukuran siswa dalam beramaliyah. Hal ini karena siswa sangat membutuhkan suri tauladan yang dilihatnya langsung dari setiap guru yang mendidiknya, sehingga siswa akan merasa pasti dengan apa yang dipelajarinya.40

Kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian guru tersebut, asalkan dilakukan dengan sadar. Perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau akhlak yang baik, begitu jug sebaliknya seseorang itu mempunyai suatu sikap dan perbautan yang tidak baik menurut pandangan siswa maupun masyarakat maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia. Dengan kata lain baik dan

40

Abdur Rahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam

(23)

tidaknya seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian guru yang sering diperhatikan oleh siswa dari gurunya adalah penampilan guru baik dari cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara dan sebagainya kemudian akhlak atau tingkah laku guru serta interaksi guru agama dengan sesama guru dan Kepala Sekolah.41

Amaliyah diniyyah siswa merupakan perbuatan atau tindakan siswa berdasarkan atas nilai ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan ritual keagamaan atau hubungan manusia dengan Allah maupun aspek kehidupan sosial atau hubungan dengan sesama manusia. Amaliyah diniyyah siswa disini meliputi ibadah shalat, puasa sebagai realisasi dari aspek kehidupan roitual keagamaan, sabar dan tawadhu’ merupakan realisasi dari aspek kehidupan sosial. Amaliyah diniyyah siswa tidak hanya ditentukan oileh lingkungan sekitar tetapi juga ditentukan oleh diri pribadi siswa yang sering penulis sebut dengan “persepsi” karena persepsi orang sangat berpengaruh pada perilakunya atau amaliyahnya.42

Sebagai contoh siswa yang beranggapan bahwa guru agama apabila dalam berpenampilan (baik dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berjalan, cara bergaul dan sebagainya) menarik dan tidak sronok dari segi pakaiannya, berwibawa dari cara berjalannya dan begitu lembut tutur katanya, memiliki akhlak yang baik misalnya dalam menjalankan ibadah shalat (mengerjakan shalat sunah disamping shalat fardhu dengan tepat waktu, berjamaah, berdo’a dan membaca wirid setelah shalat) kemudian menjalankan ibadah puasa (baik puasa wajib maupun sunnah) dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta guru agama tersebut dapat menjalankan hubungan yang baik dengan sesama guru dan Kepala Sekolah maka akan mengerti amaliah siswa untuk selalu menghormati guru dan begitu juga sebaliknya.

41

Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 40.

42

(24)

Disinilah letak pengaruh persepsi siswa tentang kepribadian guru PAI, maka semakin tinggi pula amaliyah diniyyah siswa, begitu juga sebaliknya.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Sebagaimana disebutkan dalam pokok permasalahan, penelitian ini akan memusatkan perhatian pada persepsi siswa tentang kepribadian guru PAI yang nantinya diharapkan dapat membantu membentuk amaliyah diniyyah siswa khususnya di SMP Islam Al Hikmah Mayong Kabupaten Jepara.

Dalam kaitannya dengan pemahaman persepsi siswa tentang kepribadian guru PAI dan amaliyah diniyyah belum pernah ada yang meneliti untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku atau dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan memaparkan beberapa kajian yang sudah ada diantaranya:

- Dalam skripsinya Umi Kustiyati (3194001) yang berjudul “Hubungan Pengawasan Orang Tua dan Pendidikan Agama Orang Tua terhadap Amaliyah Diniyyah Siswa di MTs Uswah Desa Karang Jati Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang 2000/2001” Menjelaskan tentang pengawasan yang dilakukan orang tua mampu membentuk arah keyakinan agama yang benar pada diri anak sehingga akan terdorong untuk merealisasikan amaliyah diniyyah dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan agama yang dimiliki orang tua sangat membantu dalam memberikan pengajaran agama pada anak-anaknya, amaliyah diniyyah yang dilakukan dengan penuh kesadaran sebagai bukti dari keberhasilan orang tua dalam memberikan pengawasan dan pengajaran agama pada anak-anaknya.

- Dalam skripsinya Fatkur Roji (4195202) yang berjudul “Pengaruh Mengikuti Kajian Islam terhadap Pembentukan Amaliyah Diniyyah Mahasiswa IAIN Walisongo Angkatan 1997”, Menjelaskan tentang Hubungan kajian Islam terhadap amaliyah diniyyah secara ringkas dapat

(25)

dilihat dari materi tauhid, ibadah dan akhlak. Dimana manusia tauhid di dasarkan akan tugasnya sebagai seorang khalifah di bumi.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan diskripsi teori dan kerangka berfikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

“Ada Pengaruh Positif Mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru PAI terhadap Amaliyah Diniyyah Siswa di SMP Islam Al-Hikmah Mayong Kabupaten Jepara.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perserta lelang yang merasa keberatan atas hasil Pengumuman Pemenang Pelelangan Sederhana ini, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

Hasil rendeman trimiristin yang diperoleh cukup sedang, tidak terlalu banyak ataupun tidak terlalu sedikit yaitu 26,49%, hal ini mungkin disebabkan bentuk serbuk

Ditambahkan air kedalam molasses dengan perbandingan air dengan molases 1 : 5 kemudian aduk hingga merata.. Histogram konsumsi ransum kelinci (g/ekor/hari)

Dengan menggunakan supercharger, maka didapat performansi sebagai berikut: Daya tertinggi terjadi pada Akra Sol yaitu sebesar 4,396kW, torsi maksimum pada pembebanan 4.5kg

Halaman Gambar 2.1 Kerangka

• Output from work categorization process Output from work categorization process must be shared with all employees, so they must be shared with all employees, so they. have list

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh layanan yang berorientasi pada pelanggan, untuk menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan, sehingga

• Sebuah keterampilan motorik dimana kaki/tungkai menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain.. • Keterampilan lebih