• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA MENGGUNAKAN MODEL CIPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA MENGGUNAKAN MODEL CIPP"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

108

(2)

109

Lampiran 1:

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA

MENGGUNAKAN MODEL CIPP Komponen

Evaluasi Substansi Pertanyaan Sumber

Context a. Deskripsi dari lingkungan yang diteliti 1. Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti? Kepala Sekolah b. Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan tersebut 1. Apa yang melatarbelakangi pelaksaan program pendidikan inklusif di sekolah? c. Populasi yang dilayani

1. Siapa yang menjadi sasaran dari

program tersebut? 2. Siapa yang menjadi

sumber peserta didik dari program tersebut? d. Peluang dan manfaat sekolah dengan melaksanakan program

1. Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam penyelenggaraan program tersebut? Input a. Kemampuan sekolah 1. Sarana dan

prasarana apa yang dimilik sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? Kepala Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng 2. Apa saja jenis

kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

(3)

110

dari penye-lenggaraan program tersebut terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng 2. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? c. Sumber dana 1. Berasal dari mana

sumber dana pembiayaan program tersebut di sekolah? Kepala Sekolah d. Staf/SDM 1. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Kepala Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng 2. Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah? Guru Reguler

3. Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Process a. Monitoring dan evaluasi 1. Apakah terdapat monev yang dilakukan oleh dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut? Kepala Sekolah b. Kompetensi

(4)

111

perencanaan pembelajaran sebelum mengajar? 2. Apakah guru sudah

menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK? Guru BK/ Pendampi ng c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pendampinga n 1. Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas? Guru Reguler 2. Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas ?

Guru BK/ Pendampi ng 3. Dari segi non

akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng d. Efektivitas sarpras

1. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng 2. Apakah sarana dan

prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng e. Masalah/ problem/ kendala yang dihadapi 1. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng 2. Apa harapan Anda

bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Product a. Dampak penerapan program tersebut 1. Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik

Kepala Sekolah, Guru Reguler,

(5)

112

terhadap prestasi/perke mbangan siswa maupun non akademik ketika program sedang berjalan? Guru BK/ Pendampi ng b. Jumlah ABK yang terlayani

2. Ada berapa jumlah ABK yang terlayani?

Kepala Sekolah

(6)

113

Lampiran 2:

Transkrip Wawancara Sekretaris Pokja PI

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Jumat, 27 Maret 2015

Waktu : 08.00 – 09.00 WIB

Tempat : Ruang Kasi. SLB Disdikpora Kota Palangka Raya Informan : Kasi. SLB Disdikpora (Sekretaris Pokja PI)

No. Pertanyaan

Jawaban

1

. Apa yang menjadi visi dan misi POKJA PI Disdikpora Kota Palangka Raya?

Visinya adalah mewujudkan sekolah yang ramah, adil dan tanpa diskriminatif.

Misi yang akan dilakukan untuk mencapai visi tersebut antara lain adalah:

(1) optimalisasi perluasan dan pemerataan akses kesempatan memperoleh pendidikan yang ramah, bermutu, berdaya saing dan relebvan dengan kebutuhan masyarakat serta berwawasan kebangsaan berdasarkan imtaq dan iptek, (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik secara holistik (menyangkut semua aspek kecerdasan siswa), (3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang berbudaya inklusif (menghargai setiap perbedaan, saling bekerjasama, menghormati dan tenggang rasa), (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap, berdasarkan standar nasional, dan (5) memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan ramah, bermutu, adil dan tanpa diskriminatif.

(7)

114

No. Pertanyaan

Jawaban

. melatarbelaka ngi pencanangan/ penyelenggara an program pendidikan inklusif di Kota Palangka Raya?

pendidikan inklusif ini dilatarbelakangi oleh adanya Perwali Palangka Raya No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus, Pendidikan Inklusif dan Pusat Sumber di Kota Palangka Raya. Peraturan yang ditetapkan langsung oleh walikota dan diundangkan oleh Plt. Sekda Kota Palangka Raya untuk ditempatkan dalam Berita Daerah Kota Palangka raya pada tanggal 4 September 2014 di Palangka Raya. Sebelumnya, walikota memutuskan tentang pembentukan tim penyusunan Perwali tersebut yang diketuai langsung oleh Kepala Disdikpora Kota Palangka Raya.

Setelah pemberlakuan Perwali tersebut, Disdikpora kemudian membentuk struktur organisasi kepanitiaan Pokja PI yang diketuai langsung oleh Hj. Ida Sutiana, SH (Kabid. TK, SD, dan SLB Disdikpora). Pokja PI kemudian membuat Grand Design sebagai arah atau panduan pendidikan inklusif di Kota Palangka Raya, yang disusun mulai tahun 2014 hingga 2026 sebagai perencanaan jangka panjang (long term planning). Seiring dengan perintah dan pengundangan Perwali dan perancangan Grand Design oleh Pokja PI inilah kemudian Disdikpora mendeklarasikan Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Dengan demikian, seluruh sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta wajib menjalan-kan program Pendidimenjalan-kan Inklusif tanpa terkecuali. Berkenaan dengan kebijakan tersebut, Disdikpora maupun Pokja PI akan tetap dan terus berusaha memfasilitasi, memandu, dan memantau seiring berjalannya program tersebut di sekolah-sekolah. 3 . Apakah terdapat masalah yang penting sehingga program tersebut perlu dicanangkan/

Sebenarnya tidak ada masalah yang signifikan, hanya saja jumlah siswa berkebutuhan khusus atau ABK di Palangka Raya kini mencapai 895 siswa. Dengan demikian, demi pencapaian visi dan misi Kota Palangka Raya serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palangka Raya harus didukung oleh berbagai bidang terutama

(8)

115

No. Pertanyaan

Jawaban

diselenggaraka n?

bidang pendidikan. Dan supaya Pembangunan Bidang Pendidikan di Kota Palangka Raya bisa berjalan optimal pula maka perlu disusun Peraturan Pelaksanaan yaitu Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus, Pendidikan Inklusif dan Pusat Sumber di Kota Palangka Raya.

4

. Apa yang menjadi tujuan dalam mencanangka n/ menyelenggara kan program tersebut?

Pokja Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya memiliki tujuan yang ingin dicapai hingga 2026 yaitu menjadikan pendidikan di Palangka Raya yang ramah, adil tanpa diskriminatif. Tujuan dicapai melalui indikator keberhasilan di antaranya (1) meningkatnya daya serap pelayanan pendidikan inklusif di seluruh kecamatan di kota Palangka Raya, (2) terlaksananya Perwali Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya, (3) peningkatan APK, APM, dan PAS sudah di atas rata-rata nasional, (4) meningkatnya prosentase wajib belajara pendidikan dasar yang didorong oleh banyaknya anak berkebutuhan khusus yang terlayani di sekolah di seluruh kota Palangka Raya, (5) tersedianya sarana prasarana aksesibilitas pendidikan (gedung, peralatan kantor, laboratorium, dan sarana penunjang) di seluruh wilayah kota Palangka Raya, dan (6) memiliki tenaga-tenaga pendidik yang berwawasan global dan berdaya saing nasionla dan internasional, sehinggga dapay menjalin komunikasi dan hubungan interanasioanl sebagai bagian dari masyrakat internasional.

Dari indikator-indikator keberhasilan tersebut, ada beberapa indikator yang sudah berhasil dan tercapai. Namun, selebihnya masih dalam proses pelaksanaan. Oleh karena itu, kami masih berjuang dan berusaha untuk memenuhi indikator keberhasilan tersebut.

(9)

116

No. Pertanyaan

Jawaban

. program POKJA dalam rangka penyelenggara an program pendidikan inklusif?

inklusif antara lain adalah (1) pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang fleksibel, (2) modifikasi bahan ajar, model pembelajaran dan sistem penilaian, (3) bantuan pengadaan perpustakaan dan penambahan koleksi bagi sekolah inklusif, (4) bantuan pembelian buku ajar standar, (5) bantuan pengembangan media belajar dan alat pendidikan baik yang reguler maupun alat pendidikan khusus, (6) bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi bagi sekolah inklusif, (7) pemberian beasiswa bagi siswa di skolah inklusif, (8) pemilihan siswa berprestasi, (9) lomba kreativitas bagi siswa inklusif, (10) pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan lain-lain) bagi guru sekolah inklusif, (11) penyelenggaraan PORSENI tingkat jenjang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif se-Kota Palangka Raya, (12) bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji kompetensi pendidik sekolah inklusif, (13) diklat pengembnagan kosnep dan metodologi pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn, (14) diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah, (15) lokakarya implementasi pendidikan karakter, (16) bantuan penyusunan modul pembelajaran akhlak, (17) Diklat Siaran radio Pendidikan(SRP) bagi guru/tenaga kependidikan, (18) peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga kependidikan, (19) monitoring dan evaluasi serta supervisi pelaksanaa kurikulum dan pembelajaran, (20) pengadaan runag sumber belajar di TK, SD, SMP, dan SMA/SMK inklusif, dan (21) meningkatkan kemitraan sekolah.

Sejauh ini, ada beberapa program yang sudah terlaksana dan sebagian sedang dalam proses pelaksanakan sehingga keberhasilan juga belum sepenuhnya terlihat dan nampak.

(10)

117

No. Pertanyaan

Jawaban

. menjadi sasaran dari program tersebut?

pendidkan inklusif kota Palangka Raya tersusun dalam lima tahunan dengan berbagai asumsi serta kombinasi pendekatan

bottom up dan top down dengan keterlibatan

pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya.

Pendekatan top down: perencanaaan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan estimasi APBN dan APBD.

Pendekatan bottom up: memperoleh gambaran kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi ideal.

7

. Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut?

Peserta didik pada pendidikan inklusif adalah seluruh anak usia sekolah baik yang akan dan sedang belajar pada pendidikan formal, nonformal dan informal. Anak berkebutuhan khususi/berkelainan dan berpotensi pada kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang bersekolah pada satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pembelejaran dan evaluasinya disesuaikan dengan kondisi kemampuan yang bersangkutan. Peserta didik berkelainan terdiri atas kelainan fisik dan/atau motorik (tunadaksa), kelainan penglihatan (tunanetra), kelainan pendengaran (tunarungu), kelainan bicara (tunawicara), emosional dan/atau perilaku (tunalaras), intelektual/kecerdasan (berkesulitan belajar, lamban belajar, tunagrahita), autistik dan hiperaktif. Kemudian perekrutan peserta didik oleh

pendidikan formal

mengutamakan/memprioritaskan

penerimaan didasarkan pada jarak terdekat domisili peserta didik ke sekolah.

*Informasi tambahan: GPK akan dipersiapkan tahun ini (2015, masih proses – akan ada training)

(11)

118

Lampiran 3:

Transkrip Wawancara Kepala SDN 6 Bukit Tunggal

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : Selasa, 31 Maret 2015 Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal Informan : Kepala SDN 6 Bukit Tunggal

No. Pertanyaan

Jawaban

1.

Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti?

SDN 6 Bukit Tunggal merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun 1995. Pada tahun 1995-2002, sekolah ini diberi nama SDN Palangka 31. Kemudian pada tahun 2002-2006 nama sekolah ini berubah nama menjadi SDN Bukit Tunggal 6 dan pada tahun 2006 hingga sekarang sekolah ini berubah menjadi SDN 6 Bukit Tunggal. 2. Apa yang menjadi visi dan misi sekolah?

Visinya adalah unggul dalam prestasi dan peduli terhadap lingkungan, siap mengahadapi era globalisasi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, serta berwawasan lingkungan.

Misinya adalah (1) menumbuhkan semangat belajar secara intensif dan menyeluruh, (2) meningkatkan kompetensi guru dan pegawai di bidang pendidikan dan teknologi serta lingkungan hidup, dan (3) terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat, indah, nyaman, aman, kekeluargaan, dan menyenangkan. 3. Apa yang melatarbelaka ngi pelaksanaan program pendidikan inklusif di sekolah?

Sebelum adanya Perwali dan surat pemberitahuan dari Dinas kota, sekolah ini sudah menerima ABK karena banyak peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus/kelainan. Selain itu juga, ada begitu banyak ABK yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah ini sehingga permohonan dan permintaan dari para orang tua agar anaknya bisa diterima di sekolah ini pun

(12)

119

No. Pertanyaan

Jawaban

menjadi salah satu alasan. Oleh karena itu, kami terus melanjutkan kegiatan ini hingga saatnya kebetulan Disdikpora baru mencanangkan kota ini sebagai Kota Pendidikan Inklusif. 4. Siapa yang menjadi sasaran dari program tersebut?

Sasarannya adalah semua anak yang memiliki kebutuhan khusus atau kelainan. Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak yang terdata memiliki kebutuhan khusus/kelainan slow learner semua.

5. Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut?

Sumber peserta didik dari program ini sudah tentu adalah siswa yang memiliki kebutuhan khusus ringan atau tidak berat. Hal ini disebabkan karena kemampuan sekolah juga yang masih terbatas. Jadi apabila ada anak yang parah dan sekolah tidak mampu melayaninya maka kami akan konsultasikan kembali kepada orang tua dan mengusulkan untuk menyekolahkan anak tersebut ke SLB saja. Hal ini menyangkut dengan kemampuan guru kelas yang terbatas dalam mengajar dan mendidik ABK juga. Selain itu, sekolah belum mempunyai GPK. 6. Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam penyelenggara an program tersebut?

Sebenarnya tidak ada manfaat yang begitu signifikan bagi sekolah terhadap pelaksanaan program ini. Secara sosial, sekolah hanya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas dimana sekolah bisa melayani ABK di sekolah ini walaupun pelayanan masih belum maksimal yang dikarenakan oleh keterbatasan sekolah. 7. Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggara kan program tersebut?

Hingga saat ini, sekolah belum mendapatkan bantuan sarana maupun prasarana khusus bagi pelayanan ABK. Sarana prasarana yang ada di sekolah ini masih umum sehingga kami hanya memanfaatkan seadanya dan secara merata saja.

8.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Sebanyak 43 ABK di sekolah ini memiliki jenis kelainan lamban belajar (slow learner).

(13)

120

No. Pertanyaan

Jawaban

yang terlibat dalam penyelenggara an program tersebut di sekolah?

sekolah ini adalah semua pihak sekolah baik dari saya sendiri sebagai kepsek, komite, pengawas sekolah, para wakasek, walikelas, dan para guru mapel.

10. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggara an program tersebut?

Sampai saat ini belum ada keterlibatan dari psikolog, GPK, atau tenaga profesional dalam rangka pelaksanaan program tersebut di sekolah ini. 11. Berasal dari mana sumber dana pembiayaan program tersebut di sekolah?

Kami menggunakan dan memanfaatkan dana BOS untuk membantu ABK dalam rangka pembiayaan program tersebut di sekolah ini. Hal ini mengingat bahwa belum ada bantuan dana khusus bagi ABK.

12. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Sekolah ini belum memiliki atau belum pernah mendapatkan bantuan berupa GPK. Jadi selama ini, ABK hanya ditangani langsung oleh wali kelas dan guru mapel saja dengan keterbatasan para guru juga.

13. Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendampi ng memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi?

Ada beberapa guru yang pernah mengikuti workshop. 14. Apakah terdapat monev yang dilakukan oleh

Monev terakhir hanya disampaikan melalui surat permohonan dan pemberitahuan dari Kasi. SLB Disdikpora pada bulan Nopember 2014 agar setiap sekolah segera

(14)

121

No. Pertanyaan

Jawaban

dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut?

mengidentifasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Dinas tersebut untuk segera ditindaklanjuti.

15.

Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikule r bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang diperuntukkan bagi semua siswa baik siswa reguler maupun ABK.

16. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam rangka pelaksanaan program ini di sekolah. Pertama, sekolah belum mempunyai atau mendapatkan bantuan GPK yang khusus menangani anak. Kemampuan guru di sini terbatas karena tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus. Kedua, sarpras khusus bagi ABK juga belum ada sehingga kami hanya menggunakan dan memanfaatkan penggunaan sarpras yang seadanya dan yang umum dipakai oleh siswa reguler pada umumnya.

Oleh sebab itu, pelayanan kami terhadap ABK di sekolah ini belum dikatakan maksimal. 17. Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Harapan saya adalah ada bantuan dan solusi dari kendala yang saya jelaskan di atas tadi. Maka nantinya, sekolah bisa memaksimalkan pelayanannya kepada ABK dan pelaksanaan program tersebut bisa berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya.

18.

Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik

Karena sejauh ini jenis kebutuhan ABK di sekolah hanya slow learner dan KKMnya kami turunkan karena menyesuaikan kemampuan siswa, maka perkembangan anak cukup baik. Dalam artian, ABK mampu

(15)

122

No. Pertanyaan

Jawaban

maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

mencapai nilai standarnya. Perkembangan ABK tidak begitu signifikan dan hanya rata-rata.

Dari segi non akademik, ada beberapa anak yang memiliki prestasi cukup baik juga.

19.

Ada berapa jumlah ABK yang

terlayani?

Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak yang terdata memiliki kebutuhan khusus/kelainan slow learner semua.

(16)

123

Lampiran 4:

Transkrip Wawancara Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015 Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal Informan : Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Sarana dan

prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam

menyelenggarakan program tersebut?

Sarpras masih umum sama seperti yang digunakan atau disediakan sekolah untuk siswa reguler. Sekolah belum mendapatkan bantuan sarpras khusus demi menunjang kebutuhan khusus ABK.

2.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Semua ABK di sini memiliki kelainan dalam hal lamban belajar.

3.

Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah?

Yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah adalah semua warga sekolah mulai dari kepsek, komite, pengawas sekolah, wakasek, wali kelas, dan guru mapel.

4. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut?

Sejauh ini, pakar, tenaga profesional atau GPK dari SLB langsung yang disediakan/diberikan dari Dinas setempat untuk datang kemari, tidak ada dan belum pernah terlibat dan membantu kami di sini.

5. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Sekolah ini belum pernah memiliki atau mendapatkan bantuan GPK langsung. Sekolah hanya mengatasi dan menangani ABK dengan seadanya saja, sesuai dengan porsi dan kemampuan dari tiap guru di sini.

(17)

124

BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi?

ABK selaku anak wali saya memang belum pernah mendapatkan pelatihan, sosialisasi atau kegiatan workshop.

7.

Apakah guru sudah menyusun

perencanaan pendampingan sebelum

mendampingi ABK?

Dari segi pendampingan, saya tidak menyusun perencanaan khusus seperti lembar kerja begitu. Pendampingan dilakukan secara umum dan reguler saja.

8.

Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas?

Ketika mengajar di kelas, saya akan mengajar secara umum dulu. Kadang saya mendekati ABK tersebut dan berusaha menjelaskan berkali-kali dengan cara yang lebih mudah. Kemudian saat pemberian soal latihan, saya memberikan soal latihan yang mudah dibanding dari siswa reguler lainnya. Hal ini ditujukan agar ABK tersebut bisa mencapai standar sesuai KKM khususnya.

Ketika saya melihat ABK masih kurang paham atau kesulitan, saya akan memberikan dia jam pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Di situ saya akan menjelaskan ulang materi pelajaran atau hal apa yang menjadi kelemahan siswa sehingga menyebabkan dia kurang atau belum paham. Kadang saya juga memberikan PR tambahan dengan soal yang lebih mudah agar siswa ini nantinya ada peningkatan pemahamannya ketika belajar di rumah bersama orang tua.

9.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Di sekolah ini ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan untuk semua siswa termasuk ABK. Banyak ABK yang ikut serta dalam kegiatan tersebut di luar jam sekolah.

(18)

125

sudah bermanfaat bagi ABK?

khusus bagi ABK sehingga sekolah menggunakan sarpras umum yang juga pada umumnya dipakai oleh siswa umum maka sarpras yang ada tetap bermanfaat. Walaupun manfaat ini tidak begitu signifikan terhadap sejauh mana manfaatnya bagi siswa tersebut.

11.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru?

Sarpras yang ada memang milik sekolah yang pada umumnya juga digunakan dan diberikan kepada siswa reguler maka bagi saya penggunaannya memberikan dampak yang biasa saja dan tidak begitu signifikan.

12.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Kendala yang ada meliputi GPK atau tenaga khusus yang belum ada untuk membantu penanganan ABK. Kedua, sarpras masih minim karena belum ada bantuan dari Dinas terkait pelayanan bagi ABK. Ketiga, kemampuan dan pengetahuan guru masih terbatas sehingga pelayanan terhadap ABK belum bisa diberikan secara maksimal.

13.

Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Harapan saya agar guru-guru bisa mendapatkan pelatihan atau mengikuti kegiatan workshop, sosialisasi atau pelatihan tentang pendidikan inklusif. Dengan demikian, para guru mendapatkan wawasan khusus tentang bagaimana melayani ABK di dalam maupun di luar kelas dengan baik dan benar. Saya juga berharap agar ada bantuan sarpras dari Dinas setempat, seperti alat peraga dll sehingga guru merasa terbantu dalam mengajar dan mendampingi ABK.

Selain itu, ketersediaan GPK juga sangat dibutuhkan untuk bisa menangani dan membimbing ABK secara intens dan mendalam.

14.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari

Perkembangan anak dalam bidang akademik tidak begitu signifikan atau bagus dikarenakan ada

(19)

126

segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

beberapa ABK yang masih belum mencapai KKMnya walaupun secara evaluasi di kelas sudah mengalami penurunan standar penilaian khusus ABK. namun, ada juga beberapa ABK yang bisa mencapai KKMnya. Untuk prestasi bidang non akademik dari ABK juga tidak nampak begitu signifikan atau bisa dikatakan masih rata-rata saja.

(20)

127

Lampiran 5:

Transkrip Wawancara Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

Hari/tanggal : Kamis, 16 April 2015 Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : Ruang Guru SDN 6 Bukit Tunggal Informan : Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah?

Guru memiliki kemampuan terbatas dalam memberikan pelayanan dan menangani ABK dimana guru tidak berlatar belakang pada pendidikan khusus. Selain itu, guru belum pernah mendapatkan pelatihan, workshop maupun sosialisasi sehingga guru masih minim terhadap wawasan dalam hal menangani dan membimbing ABK secara baik dan benar.

2.

Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk

meningkatkan kompetensi?

Setau saya guru-guru di sini belum pernah terlibat atau mengikuti pelatihan, sosialisasi, seminar maupun workshop tentang ABK dan Pendidikan Inklusif.

3.

Apakah guru sudah menyusun

perencanaan pembelajaran sebelum mengajar?

Dalam membuat RPP, saya tidak menyusun atau memasukkan topik/materi khusus bagi ABK. Kami di sini masih menggunakan KTSP dan pemberlakuan kurikulum ini tetap sama baik untuk siswa reguler pada umumnya maupun ABK secara khusus. Jadi tidak ada modifikasi kurikulum bagi ABK.

4.

Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas?

Saya memberikan bimbingan dan perhatian khusus kepada ABK, misalnya saya mendekati mereka dan kemudian membimbing secara khusus dibanding teman-temannya

(21)

128

yang lain.

Untuk masalah nilai atau KKM kami tetap samakan dengan siswa reguler. Kami hanya lebih intens pada pelayanan ABK.

5.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Di sekolah ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan dan boleh diikuti oleh semua siswa tergantung minat dan ketertarikan mereka masing-masing. Dalam hal ini, ada beberapa ABK yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan kemampuan dan hobi mereka.

6.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK?

Sejauh ini manfaat yang diberikan atau diperoleh ABK dari adanya program tersebut belum signifikan dan maksimal, mengingat ketersediaan sarpras masih terbatas.

7.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru?

Sarpras sudah ada yang memang disediakan oleh sekolah sendiri seperti buku penunjang, buku paket, dan sebagian alat peraga. Namun guru juga terkadang membuat alat peraga khusus untuk menunjang pelajaran termasuk buat ABK. Jadi guru belum sepenuhnya mendapatkan manfaat dari penggunaan sarpras yang sudah ada ini untuk mengajar ABK terkait dengan beberapa sarpras yang belum terpenuhi atau belum lengkap.

8.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Kendalanya adalah alat peraga yang masih kurang untuk media belajar ABK di kelas, jadi perlu ditambah dan dimaksimalkan. Kemudian, GPK belum ada sehingga guru-guru yang ada di sini hanya membantu seadanya saja. Hal ini terkait dengan pelatihan yang belum pernah diperoleh oleh guru-guru di sini juga.

9.

Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Saya berharap semoga ke depannya ada pelatihan buat guru-guru agar bisa mendapatkan wawasan tentang pendidikan inklusif. Selain itu,

(22)

129

sarpras khusus untuk alat peraga juga bisa diberikan. Dan saya berharap supaya kriteria penilaian sebagai panduan yang sah bagi ABK yang disediakan atau dibuat dari Kementrian atau Dinas juga ada. Dengan demikian, kami bisa memahami dan mengerti bagaimana kriteria penilaian yang benar dari proses belajar ABK.

10.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

Perkembangan secara akademik dari ABK tidak terlihat begitu signifikan dan menonjol. Sejauh ini, ABK hanya mencapai rata-rata dengan nilai yang standar karena soal-soal yang dibuat saat kegiatan evaluasi di kelas dipermudah sesuai kemampuan ABK. Dari segi non akademik, prestasi siswa juga sebatas rata-rata dan tidak begitu menonjol.

(23)

130

Lampiran 6:

Transkrip Wawancara Kepala SMPN 3

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015

Waktu : 11.00 – 12.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala SMP Negeri 3 Informan : Kepala SMP Negeri 3

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti?

SMPN 3 merupakan salah satu sekolah favorit di kota ini. Hal ini terlihat dari jumlah peserta didik yang makin meningkat di tiap tahun ajarannya. Faktor lainnya adalah meningkatnya prestasi akademik siswa pada NUAN, prestasi akademik peringkat rerata NUAN, prestasi akademik NUS, angka kelulusan dan lulusan yang kemudian melanjutkan pendidikan, serta perolehan kejuaraan/prestasi akademik dan non akademik dalam lomba-lomba.

Letak sekolah ini termasuk strategis karena berada di dalam kota dan berjarak 4 km dari pusat kota. Oleh karena itu, sekolah ini sangat mudah diakses masyarakat luas hingga banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sini. Saya mulai menjabat menjadi kepala sekolah di sini pada tanggal 9 Januari 2012.

2. Apa yang menjadi visi dan misi sekolah?

Visinya adalah berprestasi, bertaqwa dan berbudaya berbasis ICT menuju Sekolah Berstandar Internasional. Misinya adalah mewujudkan pelaksanaan pendidikan, pengajaran, pelatihan, dengan KTSP yang didukung oleh fasilitas berbasis ICT, tenaga pendidik dan

(24)

131

kependidikan yang kompeten dalam lingkungan sekolah yang aman, nyaman berakhlak mulia, menuju perubahan-perubahan lebih bermutu menuju sekolah yang kompetitif. 3. Apa yang melatarbelakangi pelaksanaanprogram pendidikan inklusif di sekolah? Secara menyeluruh, SMPN 3 menjalankan program pendidikan inklusif sejak pendeklarasian kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif pada tanggal 18 Oktober lalu. Ini merupakan kewajiban dari semua sekolah untuk melaksanakan program ini. Oleh karena itu, semua sekolah tanpa terkecuali wajib melaksanakan kebijakan tersebut. Jadi semua sekolah wajib menerima dan melayani ABK. Tidak ada alasan apabila ada sekolah yang nantinya malah menolak anak tersebut. Sebenarnya sejak saya mulai ditugaskan sebagai kepala sekolah di sini pada awal tahun 2012, saya sudah melihat dan menemukan ada beberapa siswa demikian. Jadi saya pikir sekolah ini dengan pemimpin terdahulu pun memang sudah terbuka menerima dan melayani siswa demikian. Hal ini juga didukung dari adanya SK dari Disdikpora pada tahun 2008 dimana sekolah ini wajib menerima ABK. Ada beberapa anak yang harus dilayani di sekolah ini mengingat begitu banyak permintaan dan kepercayaan para orang tua yang memiliki ABK untuk dilayani dan diterima di sekolah ini. Kebanyakan siswa demikian juga berdomisili di Kecamatan Jekan Raya, rumah yang berdekatan dengan sekolah ini. Jadi sejak saya mulai memimpin hingga sekarang pun, sekolah ini akan tetap terbuka dalam menerima siswa demikian.

(25)

132

sasaran dari program tersebut?

sudah tentu siswa yang memiliki jenis kebutuhan khusus/kelainan yang variatif atau ABK. Namun kebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah jenis kebutuhan/kelainan kelas ringan atau tidak berat/parah sekali. Contohnya, anak-anak yang memiliki cacat fisik ringan namun secara intelektual masih standar atau rata-rata dan masih bisa mengikuti pelajaran, maka kami tetap melayaninya. Jadi, ada batas-batas toleransi tertentu terhadap jenis kebutuhan/kelainan ABK yang bisa kami terima di sekolah ini.

5.

Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program

tersebut?

Yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut di sekolah ini sudah tentu peserta didik baru dengan kebutuhan khusus/kelainan yang bervariasi namun tentunya bukan jenis kebutuhan/kelainan yang tergolong parah sekali. Jadi, kami mendapatkan keterangan atau informasi dari sekolah asal tentang jenis ketunaan anak. Apabila jenis ketunaan anak masuk dalam kategori parah atau berat, maka kami akan menyampaikan dan mengusulkan kepada orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah atau pendidikan khusus. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan sekolah dalam hal tenaga pendidik khusus yaitu GPK dan sarana prasarana khusus sesuai kebutuhan siswa yang belum memadai. Selain itu, kemampuan guru kelas secara menyeluruh juga hanya melayani semampu mereka saja berkaitan latar belakang mereka yang bukan pada penanganan/pendidikan khusus.

Dalam hal

pengidentifikasian/assessment, sekolah juga masih terbatas. Jadi, ketika siswa pada awal TA masuk

(26)

133

atau pindah dari sekolah lain dan dalam proses kegiatan belajar ternyata diamati dan cenderung memiliki kebutuhan/kelainan khusus, maka sekolah kemudian akan mencari solusi dan berkonsultasi kepada guru kelas, guru BK, dan orang tua ABK.

6.

Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam

penyelenggaraan program tersebut?

Dengan keterbukaan sekolah dalam menerima dan berusaha melayani ABK maka sekolah juga mendapatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat. Masyarakat mendapatkan haknya dalam hal pemerataan akses pendidikan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, sekolah juga berharap adanya kerja sama dari orang tua agar tidak

hanya semata-mata

menitikberatkan/menyerahkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan belajar anaknya di sekolah saja, sementara di rumah tidak dilanjutkan, dikembangkan atau diaplikasikan. Karena jika demikian, semua akan menjadi sia-sia nantinya.

Selain itu, dengan kerja sama dan dukungan dari guru kelas, guru BK, teman-teman sekolah dari ABK, dan juga orang tua ABK, ada beberapa ABK yang mengharumkan nama sekolah ini dengan memperoleh juara 1 tingkat kota dengan kemampuan/bakatnya di bidang non akademik.

7.

Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut?

Untuk saat ini, kami belum mempunyai sarpras khusus bagi ABK terkait jenis kebutuhan ABK di sini juga memang tidak begitu parah dan masih bisa ditangani. Namun, kami pernah mengusulkan kepada Dinas terkait untuk membuka kelas/ruang khusus bagi ABK tapi hingga saat ini belum direalisasi. Sebelumnya, sekolah memang pernah mendapatkatkan bantuan

(27)

134

dari Pemko berupa kursi roda namun alat bantu ini masih belum kami gunakan dan arahkan untuk siswa ABK. Pemko belum melakukan pengawasan terhadap keadaan ABK di sekolah ini sehingga kami belum berani menggunakan alat bantu ini, demi menghindari kerusakan atau hal yang tidak diinginkan lainnya.

8.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Jenis kebutuhan khusus/kelainan dari ABK di sini ada 2 yaitu tuna daksa dan slow learner. Untuk tahun ajaran 2014/2015, ada 7 siswa yang terdata sebagai penerima bantuan beasiswa ABK – PKLK Dikdas Tahun 2014 dengan perincian 5 siswa memiliki kelainan fisik (tuna daksa) dan 2 siswa memiliki kelainan dalam hal lamban belajar (slow learner). Sementara yang belum mendapatkan beasiswa ada beberapa siswa. Jadi hingga saat ini jumlah ABK yang terdata di sekolah ini ada sekitar 12 siswa.

9.

Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah?

Program tersebut melibatkan semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, wakasek (bidang SIM, Kesiswaan, Kurikulum, Sarana Prasarana, dan Humas), seluruh guru kelas, guru BK/pendamping dan walikelas, dan staf TU.

10. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut?

Secara terjadwal dan khusus, sekolah ini belum pernah mendapatkan kunjungan atau keikutsertaan dari profesional. Namun, dulu pernah ada seorang GPK langsung dari SLBN 1 yang menangani khusus seorang ABK di sekolah ini. Itupun GPK didatangkan atas keinginan dan inisiatif orang tua siswa itu sendiri agar mendampingi anaknya dalam proses kegiatan belajar di sekolah ini.

(28)

135

sumber dana

pembiayaan program tersebut di sekolah?

pernah mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Pusat guna mendukung ABK dalam meningkatkan keterampilan serta bantuan dana berupa beasiswa bagi ABK yang berprestasi. Selain itu, pada tahun 2014 tepatnya sebelum pendeklarasian Kota Pendidikan Inklusif, bidang Dikdas Disdikpora memberikan bantuan beasiswa ABK-PKLK kepada 7 ABK.

Untuk saat ini, sekolah belum mendapatkan bantuan dana khusus bagi ABK lainnya sementara jumlah ABK kian bertambah. Jadi selama ini, dana kami ambil dari BOS yang diberikan kepada seluruh siswa termasuk ABK. Hal ini dikarenakan, penggunaan dana BOS tidak memandang latar belakang siswa baik siswa reguler maupun ABK.

12. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Sekolah ini belum memiliki GPK dan belum mendapat bantuan GPK dari Dinas Pendidikan Provinsi maupun Kota. Sejauh ini, secara khusus ABK langsung ditangani dan didampingi oleh guru BK/pendamping.

Jumlah guru BK/pendamping di sekolah ada 5 orang.

13.

Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk

meningkatkan kompetensi?

Disdikpora pernah mengadakan sosialisasi dan workshop dan mengundang keikutsertaan setiap sekolah, termasuk sekolah ini. Jadi saya sendiri pernah ikut serta dan memilih beberapa guru kelas, walikelas, dan/atau guru BP untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Namun pelatihan secara khusus bagi semua guru belum ada atau belum merata. Terakhir kemarin, salah satu guru BP mendapatkan surat tugas dari Disdikpora untuk mengikuti kegiatan Bimtek penyusunan kurikulum PK/PLK. 14.

Apakah terdapat monev yang

dilakukan oleh dinas

Setelah pencanangan Kota Pendidikan Inkluisf pada bulan Oktober 2014 lalu, sekolah

(29)

136

pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut?

mendapat surat permohonan dan pemberitahuan dari Disdikpora, perihal monev sekolah ABK. Melalui surat ini, sekolah diminta untuk mengidentifikasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Dinas tersebut untuk segera ditindaklanjuti.

15.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Di sini ada begitu banyak kegiatan ekstrakurikuler di berbagai bidang seperti di bidang olahraga, kesenian, kemanusiaan/sosial, SAINS, kesehatan, keterampilan memasak, dll. Tentunya, kegiatan ini terbuka untuk semua siswa termasuk ABK.

16.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Yang menjadi kendala adalah pertama tidak adanya GPK/tenaga profesional khusus dalam mendampingi, mengidentifasi dan mengassessment ABK. Paling tidak masing-masing sekolah harus mempunyai 1 GPK berdasarkan perintah dan tugas dari Dinas terkait. Kemudian, sarpras belum mendukung dalam hal ruang khusus untuk mendampingi ABK dalam latihan keterampilan, pelajaran tambahan dan lain-lain. Dalam hal ini, kami pernag mengajukan permohonan Dinas setempat untuk pengadaan ruang khusus ini namun belum direalisasikan. Terakhir, banyak guru kelas yang kurang pengalaman dalam menangani ABK yang bisa disebabkan juga karena kurangnya kegiatan sosialisasi, workshop atau pelatihan tentang penanganan ABK dalam lingkup pendidikan inklusif. Oleh karena kendala-kendala ini, pelaksanaan program di sekolah ini belum terlaksana dengan maksimal. 17.

Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di

Harapan saya tentunya agar kendala-kendala di atas tadi bisa segera dipecahkan dan diberi jalan

(30)

137

sekolah? keluar/solusi sehingga ABK bisa terlayani dengan baik oleh sekolah ini dan sekolah juga bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dalam menyukseskan program tersbut. Sekolah ini juga berencana untuk menyusun standar KKM dalam hal evaluasi belajar ABK pada TA 2015/2016. Semoga nantinya rencana ini bisa berjalan dan mendapat dukungan dari banyak pihak baik SDM yang ada di sekolah maupun informasi atau panduan dari Dinas terkait.

18.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

Sejauh ini, perkembangan akademik ABK bisa dikatakan rata-rata atau cukup baik, mengingat bahwa jenis ketunaannya ringan yaitu hanya fisik dan intelektual yang masih bisa mengikuti/mengejar pelajaran. Dari bidang non akademik, ABK cukup berprestasi dan membanggakan. Malah dulu sebelum kebijakan pendeklarasian kota ini sebagai Kota Pendidikan Inklusif, sekolah ini sudah meluluskan banyak ABK dan bahkan bisa melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi.

19. Ada berapa jumlah ABK yang terlayani?

Untuk tahun ajaran 2014/2015, ada 7 siswa yang terdata sebagai penerima bantuan beasiswa ABK – PKLK Dikdas Tahun 2014 dengan perincian 5 siswa memiliki kelainan fisik (tuna daksa) dan 2 siswa memiliki kelainan dalam hal lamban belajar (slow learner). Sementara yang belum mendapatkan beasiswa ada beberapa siswa. Jadi hingga saat ini jumlah ABK yang terdata di sekolah ini ada sekitar 12 siswa.

(31)

138

Lampiran 7:

Transkrip Wawancara Guru BK SMPN 3

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 8 April 2015

Waktu :10.30 – 11.30 WIB Tempat : Ruang BK SMP Negeri 3

Informan : Guru BK/Pendamping SMP Negeri 3

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut?

Pemko pernah memberikan kursi roda sebanyak 4 buah sebagai alat bantu bagi ABK namun belum kami gunakan. Untuk prasarana lainnya belum ada seperti ruang khusus dll.

2.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Jenis kebutuhan khusus/kelainan dari ABK di sini hanya tuna daksa (tidak bisa berjalan) dan slow learner.

3.

Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah?

Program tersebut melibatkan semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, wakasek (bidang SIM, Kesiswaan, Kurikulum, Sarana Prasarana, dan Humas), seluruh guru kelas, guru BK/pendamping dan walikelas, dan staf TU.

4.

Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut?

Sekolah belum pernah mendapatkan bantuan tenaga profesional. Kami hanya mengandalkan kemampuan dari guru BK saja. 5. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Di sini masih belum ada GPK jadi penanganan/pendampingan ABK langsung saya dan 4 guru BK lainnya yang bertanggungjawab. Jadi, guru BK bertugas langsung dalam menangani dan mendampingi ABK di sekolah.

(32)

139

6.

Apakah guru reguler dan atau Anda

memperoleh pelatihan khusus untuk

meningkatkan kompetensi?

Saya sudah mengikuti pelatihan dan workshop sebanyak 3 kali perihal pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Disdikpora. Saya pernah mendapat tugas dari Kepala Disdikpora untuk mengikuti kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) penyusunan kurikulum PK-PLK Prov. Kalteng tahun 2015 pada tanggal 23-28 Maret 2015 lalu. Tujuan dari kegiatan ini salah satunya adalah memeberikan bimbingan teknis penyusunan kurikulum kepada guru-guru SLB dan sekolah inkusif dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dengan baik dan benar.

7.

Apakah Anda sudah menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK?

Tidak ada perencanaan atau penyusunan materi/lembar kerja khusus bagi ABK secara tertulis. Semua dilakukan sesuai jadwal kerja atau piket kami selaku guru BP dalam melayani jika ada siswa yang bermasalah atau perlu pendampingan khusus di ruang BK secara berkesinambungan. Namun jika ada hal yang krusial dan mendadak dari guru kelas yang membutuhkan penanganan atau pendampingan khusus dari kami maka kami akan mendatangi kelas dan langsung menangani ABK tersebut.

8.

Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas?

Kami memberi bimbingan dan pendampingan secara berkesinambungan. Kemudian, kami membuat catatan khusus dari proses tiap siswa. Dengan harapan, melalui catatan ini kami bisa menilai permasalahan dan perkembangan ABK.

9.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi

Semua siswa di sini memiliki kebebasan untuk memilih dan mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk diikuti oleh ABK. Jadi kegiatan ini

(33)

140

siswa berkebutuhan khusus?

terbuka untuk semua siswa sesuai dengan kemampuan, hobi dan bakat dari anak itu sendiri.

10.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK?

Sejauh ini karena jenis ketunaan atau kelainan yang dimiliki ABK di sini hanya ada 2 saja, jadi ABK yang tuna daksa seperti seorang ABK yang lumpuh maka ada alat bantu kursi roda yang disediakan oleh orang tuanya sendiri. Meskipun, sekolah sudah mendapat bantuan kursi roda dari Pemko, namun karena belum adanya pemeriksaan dari Dinas terkait maka kami belum berani menggunakan kursi ini untuk anak tersebut.

Sejauh ini sarana berupa kursi roda sudah ada namun belum digunakan dan prasarana masih belum ada juga. Sehingga manfaat pengadaannya pun belum terlihat.

11.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi Anda dalam

mendampingi/melayani ABK?

Manfaat dari pengadaan sarpras belum terlihat begitu sigifikan. Hal ini dikarenakan belum adanya pengarahan dan penggunaan alat bantu korsi roda. Selain itu, prasarana juga belum ada sehingga belum ada manfaat yang terlihat dari segi prasarana. Sejauh ini sekolah hanya menggunakan dan memanfaatkan sarpras yang ada dari sekolah.

12.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Kendala yang ada adalah GPK belum ada. Kemudian, guru mata pelajaran (misal mapel olahraga) belum mampu membuat RPP adaptif yaitu RPP khusus bagi ABK. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa guru yang belum mendapatkan pelatihan, sosialisai atau workshop sehingga wawasan tentang penanganan ABK belum ada. Selain itu, belum adanya pengawasan atau kegiatan monitoring khusus dari Pemko terhadap proses pelaksanaan

(34)

141

program di sekolah. Hal ini berakibat pada salah satunya yaitu penggunaan kursi roda yang belum bisa diarahkan atau dilaksanakan.

13. Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Harapan saya semoga kendala-kendala di atas tadi bisa teratasi segera mungkin demi menunjang pelaksanaan program tersebut.

14.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

Sejauh ini, sekolah masih menggunakan kurikulum umum dan standar KKM yang sama bagi ABK yang slow learner. ABK yang slow learner memakai kurikulum akomodatif standar nasional di bawah rerata sementara tuna daksa memakai kurikulum reguler atau umum kurikulum 2013. Pencapaian prestasi untuk ABK slow learner dikatakan masih standar atau hanya rata-rata KKM. Sementara anak tuna daksa juga mencapai standar KKM sesuai kurikulum umum/reguler. Dari bidang non akademik, memang ada beberapa ABK yang berprestasi misal dalam bidang keterampilan memasak.

(35)

142

Lampiran 8:

Transkrip Wawancara Guru Mapel SMPN 3

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 20 Mei 2015

Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : Ruang Guru SMP Negeri 3 Informan : Guru Reguler SMP Negeri 3

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah?

Kami hanya melayani semampunya saja karena tidak memiliki kemampuan atau latarbelakang khusus dalam mendampingi ABK.

2.

Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi?

Memang ada beberapa guru yang pernah atau sudah mengikuti kegiatan sosialisasi, workhsop dan pelatihan. Namun, saya pribadi belum pernah. Sehingga, saya pun belum begitu memahami bagaimana penanganan yang benar dan tepat bagi ABK dalam proses belajar mengajar.

3.

Apakah guru sudah menyusun

perencanaan pembelajaran sebelum mengajar?

Kami tidak ada menyusun perencanaan pembelajaran khusus bagi ABK. sejauh ini ABK masih mengikuti sistem pembelajaran yang sama dnegan teman-temannya. Namun dalam penanganannya di kelas, kami memberikan pelayanan atau bimbingan yang lebih kepada ABK tersebut. Jadi dalam proses mengajar, kami hanya menyesuaikan saja dengan kemampuan ABK.

4.

Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas?

Saya tetap memberikan materi secara umum dan merata terhadap semua siswa di kelas. Namun saya

memberikan layanan

(36)

143

teman-temannya.

5.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini terbuka untuk semua siswa. Jadi, ABK sangat boleh mengikuti kegiatan ini sesuai dengan kemampuan, hobi, minat dan ketertarikannya.

6.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK?

Sarpras yang memang ada sejak awal dan disediakan dari sekolah memang digunakan dan dimanfaatkan oleh ABK juga walaupun sebenarnya sarpras yang ada diperuntukkan bagi semua siswa. Jadi, manfaatnya yang nampak bagi ABK tidak begitu signifikan dan biasa-biasa saja. 7.

Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru?

Sama halnya dengan jawaban di atas dimana manfaat adanya sapras yang ada dalam melayani ABK, bagi saya tidak begitu signifikan.

8.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Kendalanya antara lain adalah kurangnya pemerataan terhadap pemberian/pengadaan pelatihan, workshop maupun sosialisasi bagi sebagian guru. Sehingga, wawasan guru juga kurang dalam menangani ABK. Kedua, tenaga GPK yang tidak ada sehingga ABK belum terlayani oleh sekolah dengan baik dan sebagaimana mestinya. Selain itu, sarpras belum memadai dalam memfasilitasi ABK.

9.

Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Harapan saya adalah kendala di atas bisa teratasi. Kemudian, Pemko/Dinas setempat lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan program tersebut ke sekolah-sekolah, masyarakat luas dan terkhhusus kepada orang tua.

10.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang

Mengacu pada jenis kebutuhan khusus/kelainan ABK di sekolah saat ini yang hanya tuna daksa (namun memiliki IQ yang bagus) dan slow learner, maka prestasi akademik bagus bagi siswa yang tuna daksa tadi dan rerata KKM bagi

(37)

144

berjalan? siswa yang slow learner. Sementara dari segi non akademik, ada beberapa ABK yang berprestasi baik. Bahkan beberapa tahun sebelumnya mengingat sekolah ini sudah menjalankan program pendidikan inklusif sebelum tahun 2014, maka ada beberapa siswa yang berhasil lulus dengan prestasi yang cukup baik baik dari akademik maupun non kademik.

(38)

145

Lampiran 9:

Transkrip Wawancara Kepala SMAN 4

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 27 Mei 2015

Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala SMA Negeri 4 Informan : Kepala SMA Negeri 4

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti?

Sekolah ini berdiri pada tahun 1994.

2. Apa yang menjadi visi dan misi sekolah?

Visinya adalah cerdas spiritual, cerdas sosial, cerdas terampil, cerdas intelektual, dan berbasis saintifik, budaya dan lingkungan. Misinya adalah (1) melaksanakan, mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan bersikap toleran, (2) mewujudkan rasa kebersamaan tanpa diskriminatif, (3) mengembangkan kreatifitas warga sekolah dalam berbagai bidang, (4) menciptakan insan berprestasi dan budaya lokal dan cinta lingkungan, dan (5) menanamkan nilai-nilai kearifan budaya lokal dan cinta lingkungan. 3. Apa yang melatarbelakangi pelaksanaan program pendidikan inklusif di sekolah?

Sebelum pencanangan kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif, sekolah ini sudah diundang dan ditunjuk dari

pilot project yang diselenggarakan

oleh Pemerintah Pusat bersama Pemprov untuk menjalankan program pendidikan inklusif (perwakilan tingkat SMA) pada tahun 2009. Jadi sekolah ini sudah lama memiliki kepedulian untuk menerima semua siswa tanpa diskriminasi, apakah siswa tersebut

(39)

146

normal atau berkebutuhan khusus. Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya permintaan dan kepercayaan orang tua ABK yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

Hingga pada Oktober 2014 kemarin, Disdikpora mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif, maka sekolah kami pun sudah siap untuk menjalankan tugas itu meskipun masih banyak hambatan. Sekarang jumlah ABK makin bertambah jadi perlu penanganan khusus yang lebih intens yang harus dipersiapkan oleh sekolah berdasarkan bantuan dari Dinas terkait.

4.

Siapa yang menjadi sasaran dari program tersebut?

Sasaran dari program ini adalah ABK yang memiliki kebutuhan khusus atau kelainan tingkat ringan dan bisa ditolerir oleh sekolah.

5.

Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program

tersebut?

Sumber peserta didik adalah ABK yang memiliki kebutuhan khusus/kelainan kelas ringan dan masih bisa ditolerir. Hal ini disebabkan karena kemampuan sekolah masih terbatas baik dari segi SDM atau GPK dan sarpras. Jadi kami menerima ABK yang masih bisa kooperatif dan mandiri. Jika, ABK tergolong memiliki kelainan/ketunaan yang berat, belum bisa kooperatif dan mandiri maka kami mengusulkan kepada orang tua untuk menyekolahkan anak tersebut di sekolah atau pendidikan khusus. Oleh karena itu, pada saat proses penerimaan peserta didik baru, sekolah ini mendapat bantuan dari psikolog yang bertugas mengidentifikasi jenis kelainan/ketunaan peserta didik baru tersebut.

(40)

147

dalam

penyelenggaraan program tersebut?

bahwa sekolah ini menerima ABK sehingga mereka bisa menyekolahkan anaknya di sini. Dengan demikian, sekolah mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat luas bahwa sekolah ini bisa menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada ABK walau belum maksimal.

7.

Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut?

Lepas dari sarpras yang memang sudah ada dan disediakan oleh sekolah sendiri, sekolah ini juga pernah mendapatkan bantuan dari pusat perihal pelaksanaan program pendidikan inklusif sejak tahun 2009 berupa alat bantu seperti kacamata, tongkat pandu/alat bantu jalan, dan laptop. Hanya dari segi prasarana masih belum lengkap. Jadi sejauh ini, sekolah masih cukup bisa memenuhi kebutuhan ABK sesuai dengan kebutuhan/ketunaan mereka. 8.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Jenis ketunaan ABK di sini ada 6 seperti tuna daksa, tuna rungu ringan, hiperaktif, autis, low vision dan slow learner.

9.

Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah?

Pelaksanaan program ini melibatkan kerja sama dan dukungan dari semua pihak di sekolah seperti saya sendiri, komite, pengawas, wakasek, walikelas, guru kelas/mapel dan guru BK/pendamping bahkan pihak luar seperti PK-PLK dan psikolog.

10. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut?

Dalam proses penerimaan peserta didik baru, sekolah ini mendapat bantuan dari psikolog dalam mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru. Selain itu, sekolah ini pernah mendapat pendampingan PK-PLK oleh perguruan tinggi dalam bentuk pelaksanaan workshop/lokakarya yang dilaksanakan di sekolah ini pada tanggal 22 Nopember 2013 lalu.

(41)

148

11.

Berasal dari mana sumber dana

pembiayaan program tersebut di sekolah?

Untuk saat ini, dana yang digunakan dalam melayani ABK dan menjalankan program pendidikan inklusif di sekolah ini, berasal dari dukungan APBD yang seyogyanya secara umum juga digunakan dalam melayani siswa reguler. Secara khusus bagi pelayanan ABK, sekolah belum mendapatkan bantuan/dana khusus. 12. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Sekolah ini belum memiliki GPK. Oleh karena itu, ABK di sini hanya dibimbing langsung dari guru BK sebagai pendamping, di samping dukungan dan penanganan dari guru kelas dan walikelas.

13.

Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk

meningkatkan kompetensi?

Sebagian guru pernah mendapatkan pelatihan termasuk saya juga pernah ambil bagian.

14.

Apakah terdapat monev yang

dilakukan oleh dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut?

Sekolah ini mendapat surat dari Disdikpora yang berisi permohonan dan pemberitahuan agar setiap sekolah segera mengidentifikasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Disdikpora untuk segera ditindaklanjuti. Surat ini diberikan kepada sekolah pada bulan Nopember 2014.

15.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Semua siswa di sini tanpa terkecuali boleh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan ketertarikan siswa. Di sini banyak ABK juga yang mengikuti kegiatan tersebut.

16.

Apakah yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Kendala yang dihadapi sekolah dalam rangka pelaksanaan program pendidikan inklusif di antaranya adalah belum adanya GPK.

(42)

149

Kemudian ketersediaan prasarana juga belum lengkap.

17.

Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah?

Mengingat sekarang jumlah ABK semakin bertambah, maka Dinas terkait harus memberikan perhatian yang lebih intens terhadap penyelenggaraan program ini. Contohnya, Dinas memaksimalkan SDM khusus seperti GPK untuk tiap sekolah, pemberian atau pengadaan pelatihan untuk guru-guru, dan pengadaan bantuan sarpras sesuai kebutuhan ABK. Dengan kata lain, sinkronisasi semua aspek harus matang dan terlaksana sehingga sekolah bisa terbantu dalam menjalankan tugasnya dan ABK bisa terlayani dengan maksimal dan sebagaimana mestinya.

18.

Bagaimana

perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan?

Sejauh ini, perkembangan ABK bisa dikatakan baik. Banyak ABK yang mengalami perubahan dan perkembangan seperti lebih percaya diri, mandiri dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Secara akademik, prestasi ABK cukup baik bahkan memang ada yang baik. Dari segi non akademik, ABK cukup berprestasi dan membanggakan. Baru-baru saja ada salah satu ABK kami yang mengikuti lomba OSN di Yogyakarta sebagai perwakilan provinsi Kalteng. Ini merupakan kebanggaan bagi kami di sekolah. Tidak hanya itu, bahkan pada tahun-tahun sebelumnya yakni sejak 2009 sekolah ini menjalankan program pendidikan inklusif, sekolah mampu meluluskan ABK dengan prestasi akademik dan non akademik yang baik. Bahkan lulusan ini banyak yang bisa melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi.

(43)

150

rungu ringan, hiperaktif, autis, low

vision dan slow learner.

Lampiran 10:

Transkrip Wawancara Guru BK SMAN 4

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Kamis, 9 April 2015

Waktu : 09.00 – 10.00

Tempat : Ruang BK SMA Negeri 4 Informan : Guru BK SMA Negeri 4

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut?

Pada tahun 2012, sekolah ini mendapat bantuan dari PK-PLK berupa alat bantu seperti kursi roda, kacamata, laptop, tongkat jalan/penyangga. Semua alat bantu yang diberikan ini sudah sesuai dengan jenis ketunaan yang dimiliki ABK. Prasarana LAB khusus dan jalur khusus bagi ABK yang memakai kursi roda juga sudah ada. Jadi sejauh ini, sekolah masih cukup bisa memenuhi kebutuhan

ABK sesuai dengan

kebutuhan/ketunaan mereka. 2.

Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut?

Jenis ketunaan ABK di sekolah ini ada 6 di antaranya tuna daksa, hiperaktif, autis, slow learner, tuna rungu ringan, dan low vision. Dan jumlah ABK ada 15 siswa.

3.

Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah?

Yang terlibat dalam pelaksanaan program ini di sekolah adalah kepala sekolah, guru BK, walikelas, guru mapel, serta orang tua dari ABK itu sendiri.

4. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut?

Sekolah secara rutin mendapatkan bantuan dengan andil para psikolog dalam mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru pada saat PPDB. Selain itu, pihak pusat sering memonitor, memberikan bantuan fasilitas/alat bantu, mengadakan workshop/lokakarya,

(44)

151

dan pelatihan pembuatan kurikulum modifikasi bagi ABK yang berlangsung di sekolah ini.

5. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut?

Sekolah ini belum memiliki GPK. Jadi selama ini ABK ditangani oleh guru BK, walikelas, dan guru kelas dengan modal wawasan dan pengalaman yang pernah didapat baik dari kegiatan workshop/lokakarya, pelatihan maupun sosialisasi di dalam maupun di luar sekolah.

6.

Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk

meningkatkan kompetensi?

Sebagian guru kelas, walikelas, dan guru BK ada yang sudah pernah ikut atau terlibat dalam kegiatan workshop/lokakarya, pelatihan maupun sosialisasi di dalam maupun di luar sekolah.

7.

Apakah guru sudah menyusun

perencanaan pendampingan sebelum

mendampingi ABK?

Dari segi penyusunan perencanaan pendampingan, guru tidak membuat sesuatu yang khusus berkenaan dengan kekhususan pada ABK karena jenis ketunaan anak juga masih bisa dikendalikan dan ditolerir. Pendampingan yang kami berikan pada dasarnya sama seperti anak normal. Yang membedakan hanyalah pelayanan dan pendampingan khusus (individual) yang guru BK berikan kepada ABK yang tentunya menyesuaikan dengan jenis ketunaan anak.

8.

Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas?

Proses pendampingan diberikan secara individual baik di ruang BK atau kelas. Guru menyesuaikan pembimbingan yang diberikan dengan jenis ketunaan anak.

9.

Dari segi non akademik apakah kegiatan

ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus?

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini banyak sekali dan bersifat terbuka bagi seluruh siswa termasuk ABK. ABK boleh mengikuti kegiatan ini sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, hobi dan ketertarikannya. Hal ini juga perlu didampingi oleh pendamping kegiatan terkait.

Gambar

Foto bersama Kepala SDN 6 Bukit Tungggal (tengah-Ibu Tinduh)  dan guru kelas di SDN 6 Bukit Tunggal (kanan-Ibu Hele)
Foto bersama Kepala SMAN 4, Pak Mizratul dan guru BK SMAN 4  (mulai kiri-Ibu Syuria dan kanan-Ibu Meti)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel profesionalisme dan insentif masing – masing berpengaruh terhadap kinerja

Ibu Eka Desnia,SE sebagai Kasie keuangan dan sumber daya manusia (KSDM) yang bertugas memonitoring pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, dan perpajakan proyek. Data

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk  mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh

e. Notonegoro, nilai terbagi atas... Berikut ini yang termasuk ke dalam nilai kerohanian adalah... Nilai yang bersifat mutlak adalah nilai... Salah satu contoh nilai

Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut: (1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya

Atmanto, MP Fakultas Kehuatanan Pengembangan Tahura Wonosadi Desa Beji Kecamatan Ngawen Gunungkidul Untuk Peningkatan Potensi Ekonomi melalui Wanawisata Berbasis Budaya Lokal. 20

Pengumpulan Data dengan Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara mengadakan wawancara terhadap ibu menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data tentang

Dalam Galatia 1:8 Rasul Paulus mengatakan “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga memberitahukan kepada kami suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang