• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Pengguna Terhadap Pelayanan Taman Baca Zoe Café Library Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat Kepuasan Pengguna Terhadap Pelayanan Taman Baca Zoe Café Library Depok"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Kepuasan Pengguna Terhadap Pelayanan Taman Baca Zoe Café

Library Depok

Yudistira Abjani Ike Iswary Lawanda

Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424 Indonesia yudistira.abjani@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai pelayanan taman baca di Zoe Cafe Library Depok. Penulis mencoba menjelaskan mengenai pelayanan – pelayanan yang memadai untuk melayani taman baca pengguna dari taman baca Zoe Café Library. Lalu dengan teori third places yang diciptakan oleh Ray Oldenburg, pelayanan taman baca yang memiliki kafe, dimana penggabungan konsep antara taman baca dan kafe ini dengan tujuan mempopulerkan budaya membaca dengan melalui gaya hidup, apakah akan menimbulkan konflik antara pelayanan taman baca dengan kafe tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, mendapatkan hasil yang beragam responnya dari responden tentang masing – masing dimensinya pelayanannya.

Kata Kunci : Tempat ketiga, Pelayanan, Servqual, Taman baca

Abstract

This essay discusses about the service performed on Zoe Library Café, Depok. The author tries to explain the appropriate service provided for users of the library. Referring to third place theory by Ray Oldenburg, service of the library café, where the concepts of reading spot and café combined together in purpose to socialize reading culture through lifestyle; whether will this concept cause a conflict between the service on the reading spot and café mentioned. Applying descriptive research methods, the results vary from each respondent on the service dynamic.

Keywords : Third Places, Services, Servqual, Reading spot

I. PENDAHULUAN

Perpustakaan umum adalah satu – satunya dari sekian jenis perpustakaan yang paling dekat dengan masyarakat (Nasution, 1992). Tugas perpustakaan umum adalah menyediakan bahan pustaka dan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka mendukung kebutuhan informasi, kebudayaan dan kebutuhan rekreasi.

Menurut Harkriyati Kamil (2003), keberadaan perpustakaan umum di Indonesia jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, masih mengecewakan. Pelayanan

(2)

perpustakaan yang tidak maksimal, kurangnya program yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat, serta fungsi perpustakaan yang belum maksimal menjadi beberapa faktor yang menyebabkan perpustakaan umum di Indonesia tertinggal jauh dengan negara berkembang lainnya.

Seiring berjalannya waktu berkembanglah konsep baru perpustakaan umum contohnya taman baca. Dengan menambahkan konsep yang modern dengan memberikan layanan – layanan seperti fasilitas dan prasarana yang menunjang suasana santai seperti kafe, menyediakan koleksi komik, novel, majalah, koran. Dengan menghadirkan suasana third

place pada perpustakaan, dimana karakteristik third place mewadahi masyarakat untuk

berkumpul untuk berinteraksi dengan bebas dengan orang lain, berada di tengah masyarakat, dapat dijangkau secara finansial oleh masyarakat umum dengan keadaan lingkungan yang ramah dan nyaman (Oldenburg, 1991).

Menjadikan taman baca masyarakat sebagai tempat ketiga bukanlah hal mudah, Menurut Sutarno (2006) antara perpustakaan dan masyarakat perlu memiliki keterkaitan agar memiliki benang merah. Namun dalam kenyataannya masing – masing pihak seolah – olah berjalan sendiri – sendiri. Perpustakaan disibukkan dengan tugas – tugas rutin yang lebih bersifat teknis, administratif yang kadang kurang berhubungan baik dengan kepentingan masyarakat. Sementara masyarakat juga asyik dengan rutinitas kesehariannya. Oleh sebab itu perlu dibangun jembatan yang menghubungkan perpustakaan dan masyarakat.

Tetapi untuk melangsungkan kegiatan mempopulerkan budaya baca di taman baca banyak aspek yang harus diperhatikan oleh pengelola taman baca tersebut. Berawal dari pengamatan penulis di lapangan di Zoe Cafe Library, penulis melihat adanya bentuk layanan kafe di Zoe Cafe Library ini menyediakan penyelenggaraan event yang untuk menunjang keberadaan third places seperti kelas lukis untuk anak – anak, nonton bareng pertandingan sepak bola, mendongeng untuk anak – anak. Tetapi letak posisi penyelenggaraan event ini tidak jauh dari ruang baca taman bacanya itu sendiri. Apakah penyelenggaraan event ini berpengaruh pada kenyamanan pengguna taman baca itu sendiri. Lalu dengan sarana dan prasarana yang menunjang kenyamanan pengunjung Zoe Cafe Library (seperti fasilitas musik) yang fungsinya untuk memanjakan pengunjung kafe itu apakah akan berpengaruh kepada kenyamanan pengguna taman baca tersebut.

Kenyamanan ruang baca bagi pengguna taman baca adalah elemen penting dalam pelayanan yang harus diperhatikan oleh pengelola taman baca. Sebagai penunjang kegiatan membaca maupun kegiatan pelayanan lainnya, pengelola taman baca berkewajiban mendesain

(3)

ruang menjadi penting bagi pengelola taman baca untuk menarik pengunjung sebanyak mungkin dan membuat mereka merasa nyaman berlama-lama berada di lingkungan taman baca.

Keadaan posisi ruangbaca taman baca Zoe Cafe Library yang terletak di dekat arah pintu masuk dan posisi Zoe Cafe Library yang berada di pinggir jalan raya apakah hal ini memberi suasana kondusif untuk memberi kenyamanan pengguna perpustakaan membaca koleksi yang dipinjam di taman baca tersebut karena faktor external noise. Kurangnya pengunjung yang memanfaatkan sarana ruang baca dengan membaca buku yang dipinjamnya dengan waktu yang lama, yang dimana menurut pengamatan saya selama penelitian bahwa pengunjung yang datang kebanyakan hanya memanfaatkan fasilitas kafe yang disediakan Zoe Cafe Library atau meminjam koleksi taman baca tersebut dan membawa pulang.

Masalah utama dalam penelitian kali ini adalah sejauh mana kenyamanan ruang baca taman baca dan penerapan third places Zoe Cafe Library telah memenuhi kebutuhan penggunanya. Keingintahuan peneliti membuat penulis untuk meneliti tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan Zoe Cafe Library.

Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan di Zoe Cafe Library Depok untuk mengembangkan kualitas layanan taman baca mereka ke depannya.

II. TINJAUAN TEORITIS

1. Perpustakaan Sebagai Tempat Ketiga (Library As a Third Places)

Ray Oldenburg seorang sosiologis urban yang menjabat sebagai dosen ilmu sosial di

University of West Florida berpendapat bahwa manusia membutuhkan sebuah tempat dimana

mereka bisa “lari” sejenak dari tuntutan kehidupan sehari – hari dan tempat ini disebut tempat ketiga (third place). Dalam bukunya Ray Oldenburg mengungkapkan, tempat pertama (first

place) adalah tempat tinggal dan tempat kedua atau (second place) adalah tempat dimana

masyarakat banyak menghabiskan waktunya disana untuk tuntutan profesinya. Tempat ketiga atau third place adalah tempat informal yang menjadi wadah suatu komunitas untuk berinteraksi saling bertuker ide dengan gaya informal.

Ray Oldenburg menguraikan ciri – ciri dari tempat ketiga atau third places diantaranya :

(4)

- Mudah diakses

- Tersedia fasilitas yang menjual makanan dan minuman - Memiliki pengunjung tetap atau pengunjung setia

- Memiliki lingkungan yang nyaman dan terbuka bagi siapa saja

Untuk mewujudkan third place di taman baca, pengelola taman baca harus memperhatikan jenis layanan yang tidak hanya sekedar memberikan kenyamanan dan jasa untuk menunjang cepatnya temu - kembali koleksi yang ingin dipinjam oleh pengguna, kelengkapan koleksi, tetapi pengelola taman baca harus menyajikan layanan yang membuat terjadinya interaksi sosial bagi penggunanya tersebut dan dapat membuat suatu sarana dan prasarana dimana perpustakaan umum menjadi gaya hidup masyarakat.

Pam Baker seorang pustakawan koleksi referensi di California State University menyatakan pendapat mengenai perpustakaan umum sebagai tempat ketiga:

“The library as place started out as a repository, and now has become more of a human space, more of a gathering space for people who need information, for people who want to learn. For curious people, for people with personal needs and professional needs, to try to find the information they need to answer their own questions. But it's definitely a social space”

(http://wikis.ala.org/professionaltips/index.php?title=Library_as_Place)

Pendapat Pam Baker diatas adalah perpustakaan memang dimulai dari tempat penyimpanan koleksi, tetapi kini perpustakaan adalah tempat berkumpulnya orang – orang yang memerlukan informasi untuk keperluannya masing – masing . Tetapi tetaplah perpustakaan merupakan definisi dari wadah sosial. Bila dihubungkan dengan konsep third places, kini perpustakaan harus membuat wadah sosial tersebut bukan sekedar pencarian informasi yang mereka perlukan dalam bentuk pencarian koleksi, tetapi harus menyediakan wadah dimana orang – orang tersebut dapat melakukan interaksi sosial sesama pengguna perpustakaan dan pustakawannya tersebut.

2. Taman Baca

Taman Bacaan Masyarakat menurut Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006) adalah sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat atau pemerintah untuk memberikan layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran sepanjang hidup dalam rangka peningkatan kualitas masyarakat sekitar

(5)

taman bacaan. Lalu, taman baca juga diartikan sebagai suatu lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis dan kegiatan – kegiatan sejenis lainnya, yang dilengkapi dengan berbagai bahan bacaan berupa : buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multi media lainnya serta didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator (Kemendiknas, 2011).

3. Elemen – Elemen yang Mempengaruhi kenyamanan di Ruang Baca

Berikut ini akan dijabarkan elemen – elemen yang mempengaruhi kenyamanan pada ruang baca.

Pencahayaan dan warna

Pencahayaan dapat mempengaruhi kondisi psikologi seseorang. Kualitas pencahayaan yang tidak sesuai dengan fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada (Haryadi, 2006). Pencahayaan yang baik, erat hubungannya dengan kenyaman membaca (Thompson, 1989). Namun respon/tanggapan manusia terhadap cahaya sebagai besar subyektif sifatnya. Dalam kondisi apapun tidak dapat ditemukan standar baku yang dinilai sukses. Mata manusia sangat sensitif pada perubahan, dan hal ini bila dalam jumlah yang besar sangat mengganggu kondisi membaca yang terus menerus (jangka waktu lama). Begitu pula halnya dengan sudut datang sinar. Satu hal yang pasti bila kondisi membaca tidak ingin dirusak, sangat berpengaruh pada tingkat silau (glare) dan kontras yang diterima (Thompson, 1989).

Bising

Dalam kegiatan bising (noise) merupakan faktor lingkungan yang pengaruhnya besar (Gifford, 1997). Hubungan antara bising dengan belajar kompleks, karena tergantung pada sifat fisik suara (menerus, kekerasan), karakteristik pengguna yang bersangkutan (motivasi, kepribadian, kontrol perasaan), serta jenis dan tingkat kesulitan jenis koleksinya. Hal ini menyebabkan ketenangan sangat diperlukan oleh seseorang pada saat membaca. Karena makin tinggi tingkat kesulitan tugas, makin minim tingkat bising yang diharapkan. Menurut Thompson, dari sumbernya dapat dibagi menjadi dua, external noise (bising dari luar) dan

internal noise (bising dari dalam) (Thompson, 1989). Untuk sebuah ruang baca, seperti dalam

(6)

Temperatur

Suhu untuk tubuh dan udara di sekitarnya memiliki kondisi tertentu yang dikategorikan nyaman. Menurut Robert Giford (1997) Untuk toleransi kenyaman yang masih dapat diterima tubuh. Temperatur yang masih dianggap nyaman bagi seseorang sangat variabel, yang semuanya tergantung pada jenis bahan pakaian yang digunakannya, serta kemampuan kondisi fisik tubuhnya. Kenyamanan baru terasa dibutuhkan bila terjadi penyimpangan dan itu dirasakan oleh tubuh. Ketidaknyamanan justru akan terasa bila sakit, tidak enak, mengacu pada terjadinya ketidak seimbangan panas pada tubuh.

Lingkungan Sekitar

Penelitian Eastman dan Harper menyatakan seseorang cenderung menghindari pengaturan bersisian. Mereka lebih memilih duduk membelakang. Semua untuk menghindari gangguang baik secara visual, maupun akustik yang mungkin ditimbulkan. Ini menunjukkan pentingnya memberi batas di sekitar pembaca untuk membantunya berkonsentrasi pada bacaan. Sehingga pemilihan jenis perabot yang dipergunakan untuk membaca serius yang butuh konsentrasi ini menjadi penting.

Konsentrasi seseorang erat dengan gangguan apa yang didapatnya dari lingkungan sekitar. Pada pengamatan awal gejala ini tampak, dimana seseorang memilih menyingkir ke tempat yang sepi, dimana tidak banyak orang lalu lalang bila ia ingin membaca serius. Pemberian privasi pembaca, selain mendukung konsentrasi juga bertujuan meminimalkan interaksi sosial. Penataan yang baik, dapat membiarkan seseorang memiliki privasi tersebut (Robert Gifford, 1989).

Posisi Tubuh

Posisi yang kerap dilakukan saat membaca adalah duduk dan yang mendukung nyamannya posisi duduk seseorang adalah rancangan kursi yang benar. Menurut Gifford (1997), posisi tubuh seseorang saat duduk menjadi perhatian besar dalam ergonomi karena berhubungan dengan kenyamanannya, juga kesehatannya. Posisi yang baik adalah bila mampu menyangga tubuh, mulai dari tulang belakang, hingga posisi kepala. Intinya, kenyamanan akan tercipta bila kursi sesuai dengan tugas yang dikerjakan penggunanya. Untuk membaca, dikembalikan pada tujuan awal pembacanya. Namun bagaimanapun itu, tubuh manusia bukan mesin. Ia memiliki saat letih, sakit, hingga merasa jenuh.

(7)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kepuasan pengguna mengenai pelayanan Zoe Cafe Library. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bersifat memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek / obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan mengemukakan hubungannya satu dengan yang lain dalam aspek-aspek yang diselidiki, kemudian dianalisis dan diinterpretasi tentang arti data tersebut (Nawawi, 1985).

Jika dilihat dari tekhnik pengumpulan datanya penelitian ini merupakan penelitian survei.   Survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989). Tujuan pokoknya adalah menggunakan data yang kita peroleh untuk memecahkan masalah (Sevilla, 1993). Survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan (Arikunto, 1989).

IV. HASIL PENELITIAN

1. Profile Zoe Cafe Library

Zoe itu sendiri adalah singkatan dari Zone of Edutainment (Education and

Entertainment). Zoe Cafe Library adalah sebuah tempat yang menawarkan konsep yang unik

dengan menggabungkan kafe, taman baca dan toko buku. Zoe Cafe Library terdapat di dua tempat yaitu Bandung dan Depok. Zoe Cafe Library Depok berlokasi di Jl. Margonda Raya No. 27 Depok, sedangkan Zoe Cafe Library Bandung berlokasi di Jl. Pager Gunung 3 Bandung.

Visi dari Zoe Café Library adalah Menjadi sarana hiburan alternatif yang mendidik dan pengalaman rehat yang berbeda ditengah kesibukan kota depok, lalu misi dari Zoe Café Library adalah menyediakan sarana edukasi untuk para pengunjung Zoe Café Library dan memberikan hiburan alternative kepada pengunjung Zoe Café Library.

Pengembangan koleksi buku terbarunya, Zoe Cafe Library bekerjasama dengan beberapa toko buku diantaranya Gramedia, Toko Andy, Cahaya Cipta Makmur Sejahtera,

(8)

Toko Arif. Lalu Zoe Cafe Library juga bekerjasama dengan penerbit juga diantaranya Elex Media, Level Comics.

2. Analisis Deskriptif

Dengan memperoleh hasil kuesioner dari sampel sebanyak 88 orang hasil yang diperoleh mengenai penelitian tingkat kepuasan pelayanan Zoe Cafe Library adalah sebagai berikut :

Lokasi Taman Baca Zoe Cafe Library

Tanggapan Responden

Jawaban Total

Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas F % Lokasi Zoe Cafe Library F % F % F % f % 36 41 48 54,5 4 4,5 0 0 88 100

Dilihat dari tabel tersebut hasil tanggapan responden dapat dikaitkan antara lokasi taman baca yang merupakan bagian dari dimensi bukti fisik dengan tempat ketiga (third

places) mengenai kemudahan mengakses tempat tersebut. Menurut para responden lokasinya

sangat strategis untuk dijangkau oleh pengguna.

Ketenangan di ruang baca

Tanggapan Responden

Jawaban Total

Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas F % Ketenangan di ruang baca F % F % F % f % 8 9,1 17 19,3 16 18,2 47 53,4 88 100

Dapat dikaitkan antara ketenangan di ruang baca dengan tempat ketiga (third places) banyak responden yang tidak puas mengenai ketenangan di ruang baca di Zoe Cafe Library. Ketenangan dalam hal ini adalah external noise yang membuat sebagian besar responden tidak dapat ketenangan dalam memanfaatkan ruang baca. Hal ini tidak memenuhi kriteria memiliki lingkungan yang nyaman.

(9)

Keadaan bangku dan meja di ruang baca

Tanggapan Responden

Jawaban Total

Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas F % Keadaan bangku dan meja di ruangbaca f % F % F % F % 12 13,6 43 48,9 25 28,4 8 9,1 88 100

Dapat dikaitkan antara keadaan bangku dan meja di ruang baca dengan tempat ketiga (third places) responden merasa keadaan bangku puas. Hal ini memenuhi syarat mengenai kenyamanan lingkungan di tempat ketiga.

Keadaan pencahayaan di ruang baca

Tanggapan Responden

Jawaban Total

Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas F % Keadaan pencahayaan di ruang baca f % F % F % f % 25 28,4 56 63,6 7 8 0 0 88 100

Dapat dikaitkan antara keadaan pencahayaan di ruang baca dengan tempat ketiga (third places) responden merasa puas. Menurut Haryadi (2006) Pencahayaan dapat mempengaruhi kondisi psikologi seseorang. Kualitas pencahayaan yang tidak sesuai dengan fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada. Hal ini memenuhi syarat tempat ketiga mengenai kenyamanan lingkungan.

Intensitas petugas taman baca untuk berinteraksi tukar pikiran (exchange idea) dengan pengguna

Tanggapan Responden

Jawaban Total

Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas F % Petugas taman baca untuk berinteraksi tukar pikiran f % F % F % f % 0 0 6 6,8 43 48,9 39 44,3 88 100

(10)

Dapat dikaitkan antara intensitas petugas taman baca untuk berinteraksi tukar pikiran dengan pengguna dengan tempat ketiga (third places) yaitu untuk memenuhi kriteria

exchange idea di tempat tersebut. Namun apresiasi menurut responden masih rendah dengan

melihat 43 responden menjawab kurang puas dan 39 responden menjawab tidak puas.

V. KESIMPULAN & SARAN

1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian “Tingkat Kepuasan Pengguna Terhadap Pelayanan

Taman Baca di Zoe Cafe Library Depok”, Zoe Cafe Library memiliki tempat yang strategis

namun keadaan ruang baca di Zoe Cafe Library kurang menunjang kenyamanan terhadap para pengguna taman baca tersebut akibat dari internal noise dan external noise dari lingkungan ruang baca tersebut. Selain menggabungkan dengan kafe dimana beberapa sarana dan prasarananya menimbulkan internal noise, Zoe Cafe Library juga menggelar acara – acara untuk menunjang kriteria third place dimana letaknya berdekatan dengan ruang baca, dimana hal tersebut juga menimbulkan internal noise mengganggu kenyamanan dari ruang baca tersebut. Keadaan diatas menggambarkan Zoe Cafe Library dengan keterbatasan ruang ingin menghadirkan banyak konsep dalam tempat tersebut sedangkan hal tersebut justru menimbulkan masalah terhadap kenyamanan ruang baca. Demi menjaga integritas dari third

places tersebut, peran dari petugas taman baca cukup besar untuk melancarkan kriteria dari third places tersebut. Dengan mengajak interaksi pengguna taman baca, petugas sudah

menjalankan fungsi dari Library as a third place.

2. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan, berikut ini saran – saran yang diberikan untuk meningkatkan jasa pelayanan taman baca Zoe Cafe Library :

1. Melakukan perubahan tata ruang baca untuk mengurangi internal noise dan

(11)

2. Meningkatkan kualitas SDM mengenai informasi koleksi – koleksi yang tersedia di Zoe Cafe Library dan menambah wawasan agar dapat berinteraksi

(12)

VI. DAFTAR ACUAN

Ellis, Allen (1992). Popular Culture and acquisitions. New York : The Haworth Press, Inc Gifford, Robert. (1997). Environmental Psychology : Principles and practice. Boston : Allyn and Bacon

Library as place. (http://wikis.ala.org/professionaltips/index.php?title=Library_as_Place) [Diakses pada tanggal 23 Juli 2013 pukul 21.16]

NS, Sutarno. (2006). Perpustakaan dan masyrakat. Jakarta : Sagung Seto.

Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian ilmu perpustakaan dan informasi: sebuah pengantar

diskusi epistemologi & metodologi. Jakarta : JIP-FSUI

Singarimbun, Sofian Effendi. (1985). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Media Pratama Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Thompson, Godfrey. (1989). Planning and design of library buildings. London : Butterworth Architecture

Referensi

Dokumen terkait

Mengarahkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik agar dapat mengikuti apa yang kita perintahkan sesuai dengan tujuan yang akan

Mengacu pada pengertian diatas mengenai pengertian dari model pembelajaran inquiry maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkury

Untuk memastikan bahwa pengguna dalam hal ini admin telah login , maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan file ceksession.php. File ini dicantumkan

Untuk tujuan perbandingan, beberapa akun dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30

Penurunan nilai kekerasan dan ke- tangguhan retak CSZ dengan 2% CuO, ke- mungkinan disebabkan oleh adanya CuO yang tidak larut yang menyebabkan butir tidak tumbuh

Masyarakat diharapkan memahami bahwa kepolisian mempunyai wewenang diskresi yang diberikan oleh hukum kepada polisi di dalam lingkup tugasnya seperti halnya

Dalam struktur organisasi pada Klinik Puri Asih memiliki tugas dan fungsi masing- masing, antara lain sebagai berikut :..