• Tidak ada hasil yang ditemukan

16. TICMI AEKPI Manajemen Investasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "16. TICMI AEKPI Manajemen Investasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN &

INVESTASI

MANAJEMEN INVESTASI

Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103

(2)

DAFTAR ISI

MANAJEMEN INVESTASI ... 1

PENGANTAR ... 1

I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN) ... 1

I.1. Pengertian ... 1

I.2. Komponen tingkat pengembalian ... 1

I.3. Pengukuran ... 2

I.4. Rate of Return dan Inflasi ... 4

I.5. Expected Return dan Required Return ... 5

I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham ... 6

II. RISIKO ... 7

II.1. Pengertian ... 7

II.2. Pengukuran ... 7

II.3. Risiko Keuangan ... 8

II.4. Risiko Operasional ... 9

II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif ... 10

II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik ... 10

II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI ... 10

III. PORTOFOLIO ... 11

III.1. Pengertian ... 11

III.2. Nilai Return Ekspektasi ... 11

III.3. Risiko Portofolio ... 12

Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham ... 16

(3)

MANAJEMEN INVESTASI

Learning Objectives:

Diharapkan peserta dapat memahami kaidah (pedoman) pengelolaan investasi berdasarkan ekspektasi hasil yang diharapkan, beserta risikonya.

PENGANTAR

Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mempertimbangkan dua faktor penting yaitu besarnya tingkat pengembalian (return) serta risiko (risk) pada saat keuntungan yang diharapkan mungkin tidak terjadi.

Risk–Return Tradeoff adalah suatu prinsip pengelolaan investasi dimana kenaikan potential return akan diikuti oleh kenaikan risk. Menunjukkan hubungan dari besarnya risiko yang

diambil terhadap kemungkinan besarnya tingkat pengembalian yang akan didapat dari investasi tersebut. Biasa disebut juga risk–reward, atau risk-return spectrum. Pilihannya adalah; risiko yang minimal cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah, dan risiko yang tinggi cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk).

I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN) I.1. Pengertian

Adalah keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang diinvestasikan. Dapat berupa Realized Return dan Expected Return.

Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis. Realized Return menjadi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan Expected Return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.

Expected Return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan untuk diperoleh di masa depan. Berbeda dengan Realized Return yang sifatnya sudah terjadi, Expected

Return ini sifatnya belum terjadi.

I.2. Komponen tingkat pengembalian

Sumber-sumber tingkat pengembalian atas investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan

yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi atau deposito didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield

(4)

pada investasi saham didapat dari dividen. Biasa dinyatakan dalam bentuk persentase atas periode tahunan.

Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga

(saham atau obligasi).

Berdasarkan komponen-komponen diatas, tingkat pengembalian suatu investasi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 + 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐺𝑎𝑖𝑛 (𝑙𝑜𝑠𝑠) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 + 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒

I.3. Pengukuran

Pengukuran Realized Return (RR) untuk Single Period

Penghitungan Realized Return (RR) untuk Single Period dapat digunakan untuk membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau dari sekuritas yang berbeda. Untuk menghitung RR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

𝑇𝑅 = 𝐶𝐹𝑡+

𝑃𝐸− 𝑃𝐵

𝑃𝐵

TR adalah Total Return

𝐶𝐹𝑡 adalah cash flow yang diterima selama jangka waktu tertentu

𝑃𝐵 adalah harga sekuritas pada awal periode

𝑃𝐸 adalah harga sekuritas di akhir periode

Pada dasarnya, total return dapat bernilai positif dan juga negatif. Ketika mengakumulasi atau memajemukan, total return yang negatif akan menjadi masalah. Namun, return realisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, karena nilai dari return realisasi selalu bernilai positif.

𝑅𝑅 = 𝐶𝐹𝑡+ 𝑃𝐸 𝑃𝐵

= 1 + 𝑇𝑅

Pengukuran Realized Return (RR) untuk multiple period

Dapat dihitung dengan 3 metode yaitu Rata-rata (mean) Arithmetic, Geometric, dan Weighted.

a) Arithmetic Mean

Mean Populasi: 𝜇 =∑ 𝑋

𝑁

adalah jumlah seluruh nilai observasi dari populasi N adalah banyaknya observasi dalam populasi

Mean sampel:

(5)

n adalah banyaknya observasi dalam sampel

Mean sampel dihitung untuk memperoleh inferensi mengenai mean dari populasi.

Contoh:

Data return tahunan saham ABCD untuk 8 tahun adalah: 22%, 25%, 23%, 20%, 18%, 19%, 23%, 24%

Misalkan dari data di atas diambil sampel sebanyak 4 tahun pertama, maka:

Arithmetic Mean merupakan salah satu perhitungan yang mudah dan sederhana, namun ada beberapa kekurangannya, diantaranya adalah;

 Tidak mengukur tingkat pertumbuhan majemuk dari waktu ke waktu.  Tidak dapat menangkap realisasi perubahan wealth untuk beberapa

periode.

 Tidak dapat menggambarkan return khusus pada single period. b) Geometric Mean

Menggambarkan return majemuk atau return akumulasi selama lebih dari satu periode.

Menghitung Geometric Mean dapat menggunakan formula sebagai berikut;

atau

Dimana:

- TR adalah total return - n adalah bilangan positif

Geometric Mean selalu kurang dari atau sama dengan Arithmetic Mean, dan nilai observasi yang digunakan dalam perhitungan Geometric Mean harus positif.

Geometric Mean digunakan untuk perhitungan rata-rata perubahan persentase, rasio, indeks, dan tingkat pertumbuhan dari waktu ke waktu. Contoh: Gaji seorang karyawan tahun lalu naik sebesar 5%, dan tahun ini naik sebesar 10%.

Perlu diperhatikan bahwa kenaikan 5% berarti nilai observasi menjadi 105% (dapat ditulis 1,05).

(6)

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kenaikan gaji per tahun karyawan tersebut ialah 7,4709%.

Bila variabilitas dari return dinotasikan sebagai s, maka selisih antara nilai Geometric dan Arithmetic Mean tergantung dari nilai s.

c) Weighted Mean

Secara umum weighted mean dari sekumpulan observasi X1, X2, …, Xn

dengan weight masing-masing w1, w2, …, wn dihitung sebagai berikut:

Contoh: Suatu portofolio investasi terdiri dari 20% saham A, 50% saham B dan 30% saham C. Diketahui return saham A sebesar 15%, return saham B 13%, dan return saham C 9%.

Maka weighted mean portofolio tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan hitungan di atas, kita bisa menyampaikan kepada klien bahwa dari 3 investasi saham di atas, return yang akan diperoleh adalah sekitar 12,2%. I.4. Rate of Return dan Inflasi

Penghitungan return belum disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun perhitungan tingkat return yang disesuaikan dengan inflasi adalah sebagai berikut;

adalah total return setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi.

Secara konseptual, tingkat suku bunga bebas risiko nominal merupakan tingkat suku bunga bebas risiko riil ditambah dengan premium tingkat inflasi.

Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut; Saham Bobot PengambalianTingkat

A 20% 15%

B 50% 13%

(7)

I.5. Expected Return dan Required Return

Expected return adalah return yang diharapkan atas kepemilikan aset.

Required return adalah return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku

bunga tertentu.

Required return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

Risk premium adalah tambahan return yang didapat atau diekspektasikan ketika ada

tambahan risiko.

Equity risk premium adalah selisih antara return saham dan tingkat suku bunga bebas

risiko.

Bond horizon premium adalah selisih antara return dari sekuritas pemerintah jangka

panjang dengan jangka pendek.

Keputusan investasi akan terfokus pada expected return, dimana investor memperkirakan berapa besar return yang dibutuhkan dimasa mendatang untuk mengelola risiko yang ada. Ketika investor memiliki tujuan untuk mengurangi risiko tanpa mempengaruhi return yang akan didapatnya, maka investor dapat melakukan diversifikasi atas sekuritas yang dimilikinya dengan membuat suatu portfolio. Keputusan investasi mengandung ketidakpastian. Dengan adanya ketidakpastian tersebut, maka terdapat risiko dari expected return yang tidak disadari, sehingga investor perlu untuk memperhatikan distribusi returnnya.

Ketika terdapat ketidakpastian akan expected return yang akan didapat, maka investor harus berpikir mengenai distribusi return, tidak hanya single return saja. Semua hal-hal yang mungkin terjadi dimasa mendatang harus ikut dipertimbangkan dalam bentuk probabilitas.

Probabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kemungkinan relatif (peluang atau

kecenderungan) dari suatu kejadian. Nilai ekspektasi dari suatu variabel acak adalah probabilitas dari seluruh outcome (hasil) dari variabel acak tersebut.

Dilambangkan dengan E(X), nilai ekspektasi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berdasarkan persamaan diatas, maka expected return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

adalah expected return adalah return pada saat i

(8)

Return

Risiko Contoh:

Berikut adalah pengamatan seorang investor terhadap return saham A jika dibandingkan dengan return pasar. Ada tiga outcome yang mungkin terjadi, yaitu “lebih besar”, “sama”, dan “lebih kecil”. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data berikut: Outcome Frekuensi “Lebih besar” “Sama” “Lebih kecil” 92 27 81 Total observasi 200

Probabilitas bahwa return saham A lebih kecil dari return pasar dapat diperoleh dengan menghitung 81/200, hasilnya 0,405.

I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham

Ketika investor menghadapi pilihan antara 2 saham; A dan B, dimana saham A memiliki

expected return yang lebih kecil daripada saham B, namun memiliki tingkat risiko

(standar deviasi) lebih rendah. Maka untuk memilih saham manakah yang akan dipilih? Keputusan ini tergantung pada seberapa besar penerimaan risiko dari seorang investor tersebut. Perlu diingat bahwa terdapat

tradeoff antara risiko dan return. Ketika return tinggi, maka risiko dari saham tersebut tinggi, begitu pula sebaliknya. Ketika sebuah saham memiliki risiko yang rendah, maka return dari saham tersebut juga rendah. Sehingga investor harus menentukan, apakah ia termasuk investor yang berorientasi pada return ataukah risiko. Trade off antara return dan risiko dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini;

Dengan adanya trade off risiko dan return tersebut, maka dalam mengambil keputusan dapat menggunakan perbandingan coefficient of variation untuk kedua saham tersebut.

Coefficient of variation (CV) adalah perhitungan statistik dari penyebaran data disekitar

rerata.

Coefficient of variation dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar volatilitas

risiko dibandingkan dengan besarnya return yang diekspektasikan akan didapat dari sebuah investasi.

Semakin rendah nilai CV, maka semakin bagus risk return trade off nya.

Contoh: Terdapat dua saham A dan B. Saham A memiliki expected return 60% dan standar deviasi 15%. Sedangkan saham B memiliki expected return 8% dan standar deviasi 3%. Manakah yang sebaiknya dipilih?

Untuk menentukan saham manakah yang dapat kita pilih, maka dapat dilihat dari coefficient of variation nya,

(9)

Saham A: Saham B:

Berdasarkan perhitungan CV, dapat kita ketahui bahwa saham B ternyata memiliki nilai CV yang lebih besar dibandingkan dengan saham A, sehingga dapat dikatakan bahwa saham B lebih berisiko daripada saham A.

II. RISIKO

II.1. Pengertian

Risiko secara umum didefinisikan sebagai penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan. Risiko juga dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan sesuatu kejadian di mana sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan di mana kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerugian.

II.2. Pengukuran

Dalam ilmu statistika, risiko dinyatakan dengan standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varians data. Standar deviasi menunjukan seberapa besar/jauh sebuah kejadian menyimpang dari nilai rata-ratanya atau nilai yang diharapkan. Semakin besar standar deviasi maka risiko yang ada semakin besar. risiko juga dapat didefinisikan sebagai volatilitas dari hasil yang tidak diharapkan, umumnya berkaitan dengan nilai aset atau kewajiban.

Risiko dapat dilihat dari sebaran data dalam suatu distribusi terhadap nilai rata-ratanya, dan dapat diukur dengan cara-cara berikut:

a) Variansi sampel

b) Standar deviasi sampel

Risiko dari nilai ekspektasi untuk investasi tunggal dapat dihitung dengan rumus berikut:

Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:

Contoh:

(10)

23%, 25%, 20%, 12%, 30%

Hitung variansi return dari saham A selama 5 tahun;

Variansi return di atas memiliki satuan yang sulit diinterpretasikan, karena mean

return memiliki satuan %. Masalah ini dapat diatasi dengan menghitung standar

deviasi return dengan cara berikut.

Selanjutnya diasumsikan manajer investasi A mencatat return saham A selama total 9 tahun, sehingga data di atas merupakan sampel dari 5 tahun yang dia catat. Hitung variansi dan standar deviasi return saham A.

II..3. Risiko Keuangan

Risiko keuangan adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berdampak langsung dari kinerja keuangan perusahaan. Terdiri dari Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, dan Risiko Kredit.

A. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko di mana investasi/pendapatan perusahaan memberikan hasil yang menyimpang dari yang diharapkan karena terjadi pergerakan variabel pasar. Hal ini bisa juga terkait dengan instrumen keuangan di mana perusahaan berinvestasi. Misalkan perusahaan memiliki investasi pada obligasi. Karena adanya perubahan di pasar obligasi, maka nilai obligasi yang dimiliki perusahaan turun. Risiko pasar juga dapat dibagi lagi menjadi risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko komoditas.

 Risiko tingkat suku bunga

Perubahan tingkat suku bunga bisa berdampak kepada pendapatan, investasi dan beban bunga perusahaan. Misalkan perusahaan memiliki sumber pendapatan dari meminjamkan uang (seperti bank), maka ketika tingkat suku bunga pasar naik sedangkan pinjaman yang diberikan dalam suku bunga tetap maka perusahaan kehilangan potensi pendapatan bunga.

(11)

Perubahan nilai tukar dapat menyebabkan perubahan pada arus kas, laba, nilai perusahaan atau nilai aset perusahaan. Jika perusahaan melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang asing, maka dengan adanya perubahan nilai tukar akan menyebabkan perubahan pada uang keluar dari dan masuk ke perusahaan. nilai kewajiban perusahaan juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi kalau perusahaan memiliki pinjaman dalam mata uang asing. Jika terjadi perubahan pada nilai tukar, maka jumlah kewajiban perusahaan akan berubah dan tentunya juga akan berpengaruh pada laba akuntansi perusahaan.

 Risiko komoditas

Transaksi perusahaan terkait dengan barang komoditas memberikan risiko kepada perusahaan akibat adanya perubahan pada harga komoditas tersebut. Biasanya perusahaan meminimalkan risiko dengan melakukan transaksi komoditas dengan forward. Jika perusahaan akan membeli bahan bakar minyak dan memperkirakan harga akan naik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan kontrak forward untuk pembelian bahan bakar minyak dengan harga yang telah ditetapkan saat ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan akan menghadapi risiko akibat peningkatan harga minyak. Barang-barang yang termasuk komoditas antara lain minyak bumi, crude palm oil (CPO), emas, perak, batu bara, dll.

B. Risiko Likuiditas

Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban/hutang yang jatuh tempo segera. Likuiditas juga berarti kemampuan sebuah aset untuk segera dikonversikan menjadi kas tanpa harus kehilangan nilainya secara signifikan.

Perusahaan menghadapi risiko tidak mampu membayar kewajiban yang jatuh tempo karena perusahaan gagal dalam pengelolaan modal kerja terutama kas. Untuk meminimalkan risiko likuiditas maka perusahaan sebaiknya berinvestasi pada aset yang memang dapat segera dikonversikan ke kas tanpa mengurangi nilai secara signifikan. Kalau perusahaan berinvestasi pada aset yang kurang likuid seperti pada saham atau obligasi yang tidak sering diperdagangkan di bursa, maka ketika perusahaan butuh kas akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat menjual saham atau obligasi tersebut.

Biasanya investasi pada piutang, surat berharga pasar uang dan pasar modal relatif likuid. Sedangkan investasi pada Aset tetap relatif lebih tidak likuid.

C. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko di mana debitur (peminjam) tidak mampu membayar kewajiban/hutangnya baik itu berupa bunga dan atau pokok pinjamannya. Risiko kredit ini muncul tidak hanya melalui transaksi pinjam meminjam langsung seperti bank memberikan pinjaman ke nasabahnya atau ketika perusahaan melakukan penjualan secara kredit ke pelanggan tetapi juga bisa berupa kegiatan investasi pada obligasi. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan penerbit obligasi memiliki risiko tidak mampu membayar baik bunga dan pokok pinjaman kepada investor. Biasanya besarnya risiko kredit dari perusahaan penerbit obligasi tercermin dari peringkat (rating) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat terhadap kualitas obligasi.

II.4. Risiko Operasional

Selain risiko keuangan, perusahaan juga menghadapi risiko terkait dengan kegiatan operasional sehari-hari. Risiko operasional biasanya terjadi karena tidak berfungsinya

(12)

sistem, SDM, teknologi atau faktor lain yang ada pada perusahaan. risiko operasional yang mungkin terjadi pada perusahaan di antaranya kerusakan sistem informasi, kerusakan mesin, kesalahan catat dari pegawai, perampokan, kesalahan produksi, dll. II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif

Risiko murni adalah risiko dimana dampak yang diakibatkan pasti akan merugikan perusahaan. sedangkan jika risiko tersebut tidak terjadi maka tidak ada keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko murni adalah kebakaran, bencana alam, kerusakan mesin,dll. Kalau risiko ini benar-benar terjadi maka akan berdampak pada kerugian perusahaan. tetapi, jika kebakaran, bencana alam atau kerusakan mesin tidak terjadi maka tidak ada dampak bagi perusahaan.

Sebaliknya, risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan dua kemungkinan. Jika risiko terjadi maka akan merugikan perusahaan, tetapi jika risiko tidak terjadi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko spekulatif adalah risiko penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau risiko penurunan harga saham. Jika perusahaan memiliki kewajiban dalam bentuk dolar, jika rupiah melemah maka kewajiban perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah menguat maka perusahaan akan untuk karena kewajibannya dalam rupiah menjadi turun. Sama juga dengan investasi perusahaan pada saham. Jika harga saham turun maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetapi jika harga saham tidak turun (naik) maka perusahaan akan memperoleh keuntungan.

II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik

Risiko sistematik (risiko umum) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi (nondiversifiable risk). Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi yaitu proses menggabungkan beberapa kegiatan yang tidak sejenis. Risiko sistematik sering juga disebut dengan risiko pasar karena risiko ini berdampak tidak hanya pada satu perusahaan tetapi terhadap satu industri/pasar atau negara. Contoh dari risiko sistematik ini adalah risiko inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, risiko politik, dll. Risiko non sistematik (risiko khusus) adalah risiko yang dapat didiversifikasi/dikurangi dengan cara menggabungkan kegiatan/usaha yang berbeda-beda. Risiko non sistematik sering juga disebut dengan risiko spesifik perusahaan karena hanya perusahaan/bidang usaha tertentu saja yang akan terkena dampak dari risiko ini. Contoh risiko non sistematik adalah risiko bisnis, kematian orang kunci pada perusahaan, peraturan terkait industri/bidang usaha tertentu, dll.

Pengetahuan perusahaan terhadap risiko sistematik dan risiko non sistematik akan sangat berguna dalam upaya pengelolaan risiko yang ada. Karena ada risiko yang bisa dikurangi melalui diversifikasi usaha/kegiatan, maka perusahaan dapat mempersiapkan program pengelolaan untuk risiko yang non sistematik tersebut. Berdasarkan jenis risiko tersebut, maka

II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI

Di Indonesia, baru Bank Indonesia yang secara resmi mengatur industri perbankan dalam hal pengelolaan risiko. Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.5

(13)

tahun 2003 mengatur segala hal tentang manajemen risiko pada bank umum dan membagi risiko menjadi 8 kelompok yaitu:

1. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga, nilai tukar dan options) dari portofolio yang dimiliki, yang dapat merugikan perusahaan (adverse movement).

2. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.

3. Risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur (counterparty) memenuhi kewajibannya.

4. Risiko operasional, yaitu risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan.

5. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. 7. Risiko reputasi, yaitu adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap perusahaan.

8. Risiko strategik, yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

III. PORTOFOLIO

III.1. Pengertian

Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset investasi.

Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara diversifikasi.

Dalam berinvestasi didalam portofolio, yang harus diingat adalah bahwa aset didalam suatu portofolio lebih kecil risikonya dibanding jika aset tersebut hanya dipegang tunggal. Dari sudut pandang investor, yang terpenting adalah return dan risiko secara keseluruhan dari portofolio yang dimilikinya, bukan masing-masing aset didalam portofolio tersebut. Oleh karena itu, investor menganalisa bagaimana risiko dan return suatu aset tunggal mempengaruhi portofolio dimana aset tersebut berada. III.2. Nilai Return Ekspektasi

(14)

Rumus ini sering digunakan dalam analisis investasi, yaitu menghitung nilai ekspektasi dari return portofolio, dimana R1, R2, …, Rn adalah return masing-masing

aset dalam portofolio dan w1, w2, …, wn adalah bobot (proporsi) dari masing-masing

aset tersebut. Contoh:

Misalkan diketahui data mengenai saham A dan saham B sebagai berikut; Kondisi

Ekonomi Probabilitas Saham A Return Saham B Return Resesi Normal Booming 0,2 0,3 0,5 2% 10% 15% -4% 5% 20% Ekspektasi return saham A = 0,2(2%)+0,3(10%)+0,5(15%)

= 10,9%

Ekspektasi return saham B = 0,2(-4%)+0,3(5%)+0,5(20%)

= 10,7%

Variansi return saham A = 0,2(2-10,9)2+0,3(10-10,9)2+0,5(15-10,9)2

= 24,48

Standar deviasi return A = = 4,95%

Variansi return saham B = 0,2(-4-10,7)2+0,3(5-10,7)2+0,5(20-10,7)2

= 96,19

Standar deviasi return B = = 9,81%

Jika saham A 50% dari keseluruhan portofolio maka imbal hasil yang diharapkan dari portofolio A & B adalah: 50% (10,9%) + 50% (10,7%) = 10,8%.

III.3. Risiko Portofolio

Risiko portofolio dapat diukur sebagai standar deviasi dari portofolio, namun perhitungan standar deviasi tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang standar deviasi masing-masing sekuritas didalam portofolio. Perhitungan risiko dari sebuah portofolio harus memperhatikan hubungan atau korelasi return antar saham-saham tersebut.

Penurunan Risiko Portofolio

Jika diasumsikan bahwa semua sumber risiko dari sebuah portofolio tidak bergantung satu sama lain (independen), semakin banyak jumlah instrument atau asset yang terdapat dalam sebuah portofolio, maka akan semakin rendah risikonya. Sehingga yang perlu diperhatikan disini adalah berapa banyak instrument atau asset yang dimasukkan kedalam portofolio?

Penurunan risiko portofolio dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi atas saham-saham yang dimiliki dalam sebuah portofolio. Diversifikasi adalah strategi penempatan dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan berbeda-beda di sini adalah potensi return, risiko dan likuiditasnya. Sebagai contoh, potensi return investasi di saham tentu saja berbeda dengan obligasi.

Pada umumnya, saham memberikan return yang lebih besar daripada obligasi. Namun tentu saja risiko berinvestasi di saham lebih besar karena fluktuasi harga saham cenderung lebih besar daripada obligasi. Aspek ketiga adalah likuiditas.

(15)

Likuiditas di sini artinya adalah kemudahan untuk membeli dan menjual sebuah instrumen investasi. Contoh yang bagus untuk ini adalah properti. Kalau kita mengiklankan rumah kita belum tentu hari itu juga bisa terjual. Bisa besok, minggu depan atau bahkan bulan depan rumah kita baru bisa terjual. Berbeda dengan saham yang dapat kita perdagangkan saat itu juga kalau kita inginkan.

Diversifikasi acak (random diversification) adalah mendiversifikasikan saham tanpa melihat pada karakteristik masing-masing saham yang relevan. Penurunan dari marjinal risiko akan semakin kecil seiring dengan penambahan sekuritas. Jumlah sekuritas yang sangat besar tidak dibutuhkan untuk menurunkan risiko secara signifikan.

Diversifikasi tidak hanya terbatas pada investasi di industri yang berbeda pada negara yang sama, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan berinvestasi antar negara. Diversifikasi internasional dapat bermanfaat bila tingkat keuntungan (return) yang diminta oleh investor ditentukan oleh risiko sistematis pasar domestik (yang menunjukkan bahwa pasar modal di dunia bersifat fully segmented). Hal ini disebabkan karena sebagian risiko yang semula tidak dapat didiversifikasi, sekarang bisa dihilangkan dengan diversifikasi internasional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi antar indeks pasar di berbagai pasar modal rendah (Pudjiastuti, 1990). Sebaliknya bila return ditentukan oleh risiko sistematis dalam lingkup pasar dunia (yang menunjukkan bahwa pasar modal dunia bersifat fully

integrated), maka diversifikasi internasional tidak memberikan manfaat yang berarti.

Manfaat yang diperoleh hanya berupa efek diversifikasi murni, yaitu penurunan kontribusi risiko non-sistematis sekuritas individual terhadap risiko total suatu portofolio.

Markowitz Diversification

Selain random diversifikasi, juga terdapat non-random diversifikasi. Berbeda dengan random diversifikasi, non-random diversifikasi mengukur dan mengelola risiko portofolio, memperhatikan hubungan antar sekuritas-sekuritas portofolio sebelum membuat keputusan investasi.

Diversifikasi ini mengambil keuntungan dari expected return dan risiko dari sekuritas-sekuritas individual dan bagaimana return dari sekuritas-sekuritas tersebut bergerak bersama-sama.

(16)

Markowitz Portfolio : Portofolio yang efisien menurut Markowitz dapat dicari melalui

pengkombinasian seluruh sekuritas yang akan memaksimumkan expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) pada tingkat risiko (variance) tertentu.

Markowitz Portfolio

Perhitungan Risiko Portofolio Berdasarkan Markowitz

Dalam menghitung besarnya risiko portofolio menurut Markowitz, ada 3 faktor yang harus diperhatikan, yaitu;

A. Bobot masing-masing sekuritas didalam portofolio. 1) Bobot risiko sekuritas individual

Dihitung dengan membobotkan varians menggunakan proporsi dari dana sekuritas-sekuritas tersebut didalam portofolio.

Untuk sekuritas i :

2) Bobot pergerakan bersama antar return

Return kovarians dibobotkan menggunakan proporsi dari dana-dana tersebut dalam masing-masing sekuritas.

Untuk sekuritas i, j :

B. Covariance antar 2 sekuritas.

Kovarians (covariance) adalah suatu ukuran data yang bertujuan untuk melihat hubungan antar dimensi.1

Kovarians menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas dalam portofolio cenderung untuk bergerak bersama-sama.

Kovarians dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

Kovarians ( ) berhubungan dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ( ) adalah suatu ukuran hubungan antara dua sekuritas (i dan j). Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan 1 (-1< <1).

artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi positif sempurna. Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j juga mengalami kenaikan

(17)

return dengan jumlah kenaikan yang sama besar dengan kenaikan return pada saham j.

artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi negative sempurna. Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j mengalami penurunan return dengan jumlah penurunan sama besar dengan kenaikan return pada saham j.

artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi nol atau tidak memiliki korelasi satu sama lain.

Hubungan antara kovarians dengan koefisien korelasi dapat dilihat pada formula dibawah;

Secara umum, semakin kecil korelasi positif antar sekuritas, maka akan semakin baik portofolio tersebut.

C. Varians atau risiko dari masing-masing sekuritas.

Berdasarkan ketiga faktor tersebutlah kemudian standar deviasi untuk portofolio dapat dihitung dengan persamaan seperti dibawah ini;

Dimana, adalah standar deviasi portofolio adalah bobot sekuritas i dalam portofolio adalah bobot sekuritas j dalam portofolio adalah standar deviasi sekuritas i adalah standar deviasi sekuritas j

adalah koefisien korelasi sekuritas i dan j

Penyederhanaan Perhitungan Markowitz

Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang kompleks selanjutnya dikembangkan oleh William F. Sharpe ditahun 1963 dengan menciptakan model indeks tunggal (Single Index Model). Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar secara matematis, model indeks tunggal adalah sebagai berikut;

Dimana, adalah return sekuritas i adalah return indeks pasar

adalah bagian return sekuritas yang tidak dipengaruhi kinerja pasar

adalah ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar

adalah kesalahan residual

Perhitungan kovarian dengan model Markowitz dengan model indeks tunggal mengandung perbedaan. Model Markowitz menghitung kovarians melalui penggunaan matriks hubungan varians-kovarians yang memerlukan perhitungan yang kompleks. Sedangkan dalam model indeks tunggal, risiko disederhanakan ke dalam dua

(18)

komponen, yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan secara matematis, resiko dalam model indeks tunggal bisa digambarkan sebagai berikut:

Persamaan perhitungan risiko sekuritas dan model indeks tunggal dalam persamaan tersebut di atas juga bisa diterapkan untuk menghitung risiko portofolio. Persamaan untuk menghitung risiko portofolio dengan model indeks tunggal akan menjadi:

Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham

Persepsi investor terhadap return dan risiko dari sebuah saham akan menentukan harga pasar dari saham tersebut. Sedangkan return yang sebenarnya dapat dihasilkan oleh saham dan risiko sebenarnya yang terkandung dalam saham tersebut akan membentuk nilai intrinsik dari saham tersebut.

Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik atau nilai yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar mengenai return dan risiko dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham menyimpang dari nilai intrinsiknya. Sebaiknya, manajer menghindari melakukan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan nilai intrinsik, walaupun jika keputusan tersebut digunakan untuk meningkatkan harga saham dalam jangka pendek.

(19)

Jenis-jenis Investasi

Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham) dibedakan menjadi:

A. Growth Stock

Growth stock diasosiasikan pada perusahaan yang high-quality atau perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatannya diatas rata-rata relative terhadap pasar. Umumnya memiliki Price-Earning dan Price-to-Book value rasio yang tinggi. Pasar menempatkan growth stock pada nilai yang tinggi dan hal tersebut membuatnya terlihat mahal dan undervalue.

B. Value Stock

Value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya). Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena merupakan perusahaan baru, sehingga tidak disadari oleh investor.

C. Good Stock

Good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah diperjualbelikan. Di Indonesia sendiri, terdapat 45 saham yang sangat likuid. Namun, saham ini merupakan saham yang sangat volatile atau berisiko. Hal ini bisa dilihat dari standar deviasi perubahaan harganya setiap hari. Harga saham naik dan turun secara cepat dalam periode yang singkat.

Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan

Referensi

Dokumen terkait

Penyerahan mahasiswa PPL UNY untuk keperluan observasi dilakukan pada bulan Agustus 2015. Observasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan terhadap karakteristik

Menurut Pramudiarja, (2011) upaya pengobatan penderita diare non spesifik sebagian besar adalah dengan terapi rehidrasi atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan tubuh

Management Discussion and Analysis Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility.. PT Surya Semesta

Di antaraberbagaijenisbambutersebut, baru sekitar 20 jenis saja yang dimanfaatkan dan dibudidayakan oleh masyarakat.Jenis-jenis bambu yang dimaksudantara lain bambu cendani,

saannissa ei ollut tässä 'kokeessa tilastollisesti merkitsevää eroa säilörehryhmien välillä, Tähkäasteryhmän eläimet söivät säi- lörehua enemmän kuin

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana cerai gugat akibat suami hiperseks menurut hukum Islam?, bagaimana pertimbangan hukum yang dipergunakan hakim

Temuan dari penelitian ini adalah bahwa variabel lingkungan fisik, kualitas layanan dan kualitas relasional memiliki hubungan yang bervariasi dengan loyalitas pelanggan pada

Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu. Jika kita melihat pasal 3 dan kita kaitkan misalnya dengan Pengungsi Suriah, maka kita akan