• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Jln. Rasuna Said No. 68 Padang, Telp. 0751-28077

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 - 2021 dapat diselesaikan.

Berdasarkan penjelasan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib membuat dan memiliki rencana strategis yang disebut Renstra-SKPD. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat yang merupakan Lembaga Dinas Daerah yang mendukung tugas Kepala Daerah (Gubernur) dalam menyusun dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang peternakan sehingga wajib memiliki Renstra.

Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 - 2021, disusun berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis internal dan eksternal dengan mengacu pada RPJM-D Provinsi Sumatera Barat serta Renstra Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), maupun hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Penyusunan Renstra ini, diharapkan dapat menjadikan landasan dalam mewujudkan sistem perencanaan dan kinerja yang lebih baik, menuju tercapainya hasil pembangunan yang diharapkan dan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Padang, Agustus 2016

KEPALA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Drh. ERINALDI, MM

Pembina Utama Muda NIP. 19641111 199103 1 006

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistimatika Penulisan 1 1 3 4 5

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI SUMATERA BARAT

2.1. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi 2.2. Sumberdaya SKPD

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat 7 7 16 18 34

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah

3.3. Telaahan Renstra Ditjen Peternakan dan Ditjen PSP Kementerian Pertanian

3.4. Telaahan Rancangan Tata Ruang Wilayah 3.5. Penentuan Isu – isu Strategis

42 42 46 48 50 52

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

4.3. Strategi dan Kebijakan

53 54 55 57

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

5.1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

5.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 5.3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

5.4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 60 60 61 62 63

(4)

Capaian Kinerja dan Keuangan

5.6. Rencana Program Prioritas 1 : Pengembangan Sentra Kawasan Produksi Peternakn (KSP)

5.7. Rencana Program Prioritas 2: Peningkatan Produksi dan Produktifitas

5.8. Rencana Program Prioritas 3 : Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Pertanian

5.9. Rencana Program Prioritas 4 : Peningkatan Sarana dan Prasarana

5.10. Rencana Program Prioritas 5 : Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil

5.11. Rencana Program Prioritas 6 : Pengamanan Sumberdaya Hewani 64 64 66 68 69 71

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA

(5)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5.1 Tabel 6.1 PNS Berdasarkan Golongan PNS Menurut Pendidikan Formal

Daftar Asset Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Per 31 Desember 2015

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Perolehan PAD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Telaah Visi Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Permasalahan Pelayanan Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Pertanian RI Beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

Permasalahan Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Dinas Lingkup Kabupaten/Kota yang Menangani Peternakan

Telaah Rancangan Tata Ruang Wilayah Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanan Indikatif Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasarn RPJMD 17 17 17 19 32 33 43 47 48 49 50 51 56 58 73 86

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah berkewajiban untuk menyiapkan Rencana Strategis sebagai acuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tugas dan fungsinya dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan. Kewajiban ini, disamping sebagai bentuk implementasi untuk melaksanakan amanat peraturan perundangan juga didasarkan atas kebutuhan dalam rangka mewujudkan Provinsi Sumatera Barat yang lebih sejahtera, berakhlak, berkeadilan, mandiri dan berdaya saing.

Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat adalah dokumen perencanaan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program, dan Indikasi Kegiatan pembangunan disertai dengan indikasi pendanaan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsinya serta diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021.

Penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan disamping berpedoman pada RPJMD juga harus memperhatikan Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Renstra Dinas Kab/Kota yang menangani bidang peternakan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat, serta memperhatikan hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), hasil evaluasi kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Periode 2010-2015, serta dengan memperhatikan isu-isu dan faktor-faktor strategis bidang peternakan, baik pada tingkat global, nasional, maupun regional.

(7)

Proses penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 dilakukan melalui tahapan persiapan, penyusunan rancangan Renstra, rancangan akhir Renstra, hingga penetapan Renstra, dan telah dimulai sejak dimulainya penyusunan Rancangan Awal RPJMD. Keterkaitan dengan tahapan penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 -2021 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 - 2021 tidak terlepas dari tugas dan fungsi serta kewenangan unit kerja teknis yang saling mengisi dan bersinergi satu sama lain. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa unit kerja teknis memiliki peranan dalam mendukung pelaksanaan kewenangan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Adapun alur perencanaan pembangunan daerah menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 sebagaimana pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Alur Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25/2004

(8)

Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan, bahwa penyusunan Renstra SKPD tidak terlepas dari RPJP Nasional, RPJM Nasional, RPJP Daerah, RPJM Daerah dan Renstra K/L.

Berpedoman pada dokumen menurut alur perencanaan tersebut, maka Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021 disusun hingga menjadi sebuah dokumen yang akan menjadi acuan untuk 5 (lima) tahun kedepan.

1.2. Landasan Hukum

Penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat 2016 - 2021 secara yuridis berlandaskan kepada :

1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional.

3. Undang-undang No. 33, tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 6. Peraturan Pemerintah No. 79, tahun 2001, tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah No. 56, tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

8. Peraturan Pemerintah No. 65, tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal;

9. Peraturan Pemerintah No. 8, tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(9)

11. Peraturan Menteri Pertanian No. 19, tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019

12. Surat Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor KEP/214/MPPN/11/2004 tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Nasional;

13. Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera Barat tahun 2005-2025

14. Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat tahun 2012-2032

15. Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 – 2021

16. Rencana Strategis Direktorat Jendral Peternakan 2015 - 2019

1.3. Maksud dan Tujuan

Renstra disusun sebagai penjabaran secara operasional visi, misi dan program Gubernur yang digambarkan dalam bentuk program dan kegiatan terkait urusan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang harus dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat selama kurun waktu Tahun 2016 – 2021.

Tujuan Penyusunan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021 :

1. Merumuskan gambaran umum kondisi pelayanan yang akan diselenggarakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat sebagai penjabaran visi dan misi Gubernur terpilih; 2. Menerjemahkan visi dan misi Gubernur ke dalam tujuan dan sasaran

pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat dengan berpedoman kepada RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021;

3. Menetapkan berbagai program dan kegiatan prioritas disertai dengan indikasi pagu anggaran dan target indikator kinerja yang akan

(10)

dilaksanakan selama periode RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021;

4. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan.

1.4. Sistimatika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 - 2021 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, maksud, tujuan, dan landasan hukum penyusunan, serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN

HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Bab ini memberikan gambaran pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat terkait dengan tugas, fungsi dan struktur organisasi dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, sumber daya yang dimiliki dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, kinerja pelayanan yang telah dihasilkan sesuai Renstra periode sebelumnya, serta tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan pada lima tahun mendatang.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Bab ini menggambarkan tentang identifikasi permasalahan; telaah visi, misi, dan program-program Gubernur terpilih; faktor-faktor penghambat ataupun pendorong pelayanan ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra K/L, telaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan isu-isu strategis yang mempengaruhi permasalahan pelayanan terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat.

(11)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bab ini menjelaskan visi, misi, tujuan dan sasaran serta rumusan strategi dan kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat lima tahun mendatang.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Bab ini memuat rencana program, kegiatan, kelompok sasaran, pendanaan indikatif dan indikator kinerja yang merupakan penjelasan prioritas-prioritas program dan kegiatan beserta indikasi pendanaan dan sumber daya, baik yang berasal dari APBD Provinsi, APBN dan sumber pandanaan lainnya yang sah. Indikator kinerja merupakan refleksi capaian prioritas program dan kegiatan yang telah direncanakan dan terukur.

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Bab ini memuat indikator kinerja skpd yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(12)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sumatera Barat Nomor 11 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi sebagai berikut :

a) Kedudukan

1) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kesehatan Masyarakat Veteriner.

2) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

b) Tugas

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kesehatan Masyarakat Veteriner dan tugas pembantuan.

c) Fungsi

1) Perumusan kebijakan teknis bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

Peternakan serta Kesehatan Masyarakat Veteriner;

3) Pembinaan dan pelaksanaan urusan dibidang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kesehatan Masyarakat Veteriner

(13)

Struktur organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 103 Tahun 2014 tentang Rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat :

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang peternakan dan kesehatan hewan. Rincian tugas Kepala Dinas :

a. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas;

b. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dinas sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah;

c. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

d. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan;

e. Menyelenggarakan fasilitasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan program, kesekretariatan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, usaha pengolahan dan pemasaran hasil, produksi peternakan, penyuluhan dan pengelolaan kawasan;

f. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis sosial; g. Menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan UPTD; h. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

1) Sekretariat;

2) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner; 3) Bidang Bina Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil;

4) Bidang Produksi Peternakan;

5) Bidang Penyuluhan dan Pengelolalan Kawasan; 6) UPTD.

(14)

1. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Sekretaris mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas;

b. Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan; c. Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, umum dan

kepegawaian;

dengan rincian tugas Sekretaris :

a. Menyelenggarakan pengkajian serta koordinasi perencanaan dan program Dinas;

b. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program

kesekretariatan;

c. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan; d. Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja;

e. Menyelenggarakan pengendalian administrasi belanja; f. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan; h. Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan

perlengkapannya;

i. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, protokol dan hubungan masyarakat;

j. Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan; k. Menyelenggarakan pembinaan Jabatan Fungsional;

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

m.Menyelenggarakan pengkajian bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Dinas;

(15)

o. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sekretaris membawahi :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Program.

2. Kepala Bidang Bina kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan, pelayanan medik dan pengawasan obat hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan medik dan pengawasan obat hewan; c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang kesehatan masyarakat veteriner;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

dengan rincian tugas :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Bina Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

d. Menyelenggarakan fasilitasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan masyarakat Veteriner;

(16)

f. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

i. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi :

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan b. Seksi Pelayanan Medik dan Pengawasan Obat Hewan; c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.

3. Kepala Bidang Bina Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang permodalan investasi dan perizinan, informasi, promosi dan pengembangan usaha, dan pasca panen pengolahan hasil dan standarisasi. Kepala Bidang Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang permodalan investasi dan perizinan;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang informasi, promosi dan pengembangan usaha; c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang Pasca panen pengolahan hasil dan standarisasi; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas

(17)

dengan rincian tugas :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Bina Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil;

d. Menyelenggarakan fasilitasi Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil; e. Menyelenggarakan koordinasi Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil; f. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan Usaha Pengolahan dan

Pemasaran Hasil;

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil;

i. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kepala Bidang Bidang Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil, membawahi:

a. Seksi Permodalan Investasi dan Perizinan;

b. Seksi Informasi, Promosi dan Pengembangan usaha; c. Seksi Pasca Panen Pengolahan Hasil dan Standarisasi.

4. Kepala Bidang Bina Produksi Peternakan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pakan ternak, perbibitan dan penyebaran dan pengembangan. Kepala Bidang Produksi Peternakan mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pakan Ternak;

(18)

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Penyebaran dan Pengembangan Ternak.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

dengan rincian tugas :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Bina Produksi Peternakan;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan Produksi Peternakan;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi Produksi Peternakan; d. Menyelenggarakan fasilitasi Produksi Peternakan;

e. Menyelenggarakan koordinasi Produksi Peternakan;

f. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan Produksi Peternakan; g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Produksi Peternakan;

i. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kepala Bidang Produksi Peternakan, membawahi :

a. Seksi Pakan Ternak; b. Seksi Perbibitan;

c. Seksi Penyebaran dan Pengembangan.

5. Kepala Bidang Bina Penyuluhan dan Pengelolaan Kawasan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan pengembangan Sumberdaya, Sarana Prasarana, Teknologi, Penguatan Kelembagaan dan Optimalisasi Pengelolaan Kawasan Peternakan. Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengelolalan Kawasan mempunyai fungsi :

(19)

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan pengembangan Sumberdaya, Teknologi Peternakan dan Kesehatan Hewan

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan pengembangan Sarana Peternakan dan Kesehatan Hewan c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

pelaksanaan Pengelolaan Kawasan Peternakan. dengan rincian tugas :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Bina Penyuluhan dan Pengelolaan Kawasan;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan Sumberdaya, Sarana, Teknologi, Penguatan Kelembagaan Peternakan dan Pengelolaan Kawasan;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi dalam pengembangan Sumberdaya, Teknologi’ Penguatan Kelembagaan Peternakan dan Pengelolaan Kawasan;

d. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan kawasan;

e. Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan penyuluhan teknis peternakan dan kesehatan hewan serta pengelolaan kawasan;

f. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengembangan penyuluhan teknis peternakan dan kesehatan hewan serta pengelolaan kawasan;

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

h. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan penyuluhan teknis peternakan dan kesehatan hewan serta pengelolaan kawasan;

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Menyelenggarakan tugas kedinasan lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

6. Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengelolalan Kawasan membawahi :

(20)

7. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

8. Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari : a. Medik Veteriner

b. Paramedik Veteriner

c. Pengawas mutu bibit ternak d. Pengawas mutu pakan ternak

Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 70 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari :

1. UPTD Balai Pembibitan Pengembangan dan Makanan Ternak.

2. UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan Klinik Hewan. 3. UPTD Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato.

4. UPTD Rumah Potong Hewan (RPH) Modern

Secara lengkap struktur dan organisasi Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(21)

Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

2.2 Sumber Daya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 berjumlah 160 orang. Berdasarkan struktur organisasi perinciannya adalah 1 orang Kepala Dinas (Eselon IIa), 1 orang Sekretaris (Eselon III), 4 orang Kepala Bidang (Eselon III), 4 orang Kepala UPTD (Eselon III), 27 orang Kasi/Kasubbag (Eselon) IV, dan 123 orang staf/pelaksana. Komposisi berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 85 orang dan

(22)

perempuan sebanyak 75 orang. Komposisi PNS menurut pangkat/golongan dan pendidikan disajikan dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2

Aset tetap yang berada dalam penguasaan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat sangat penting dalam upaya mendukung tugas dan fungsi. Aset Tetap mencakup golongan : Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan Lingkung UPTD; Aset tetap Lainnya. Adapun data rekapitulasi aset tetap berdasarkan golongan pembidangan barang per 31 Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(23)

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Pelayanan yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat dalam pembangunan peternakan di Sumatera Barat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tersebut. Berkenaan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sumatera Barat Nomor 11 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat, maka terjadi perombakan struktur organisasi dari Dinas Peternakan. Secara prinsip gambaran pelayanan yang diberikan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kontribusi pembangunan peternakan dalam pembangunan Sumatera Barat.

Selama kurun waktu Tahun 2011-2015 kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah dapat dicapai sesuai target RPJMD seperti terlihat pada Tabel 2.4. Berdasarkan hasil evaluasi indikator kinerja sasaran pada renstra tahun 2010-2015 maka dapat digambarkan pencapaian kinerja yang sangat baik dengan kisaran 85% - >100%.

Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk peningkatan populasi dan produksi antara lain perbibitan, budidaya, pakan, agribisnis dan kesehatan hewan.

Terkait dengan kesehatan hewan, untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran AI dan penularan kepada manusia dilakukan dengan jalan vaksinasi terhadap ternak sehat, penataan ulang kawasan peternakan, dan tempat pemotongan unggas (TPU), pengawasan lalu lintas ternak antar provinsi, dan pencegahan pemasukan unggas dan produk turunannya dari negara suspect AI, peningkatan kesadaran masyarakat. Disamping itu juga dilakukan surveillance yang dilaksanakan secara rutin untuk deteksi dini penyakit AI dan mengoptimalkan kegiatan PDSR di Kab/ Kota.

(24)
(25)
(26)

Berdasarkan hasil pencapaian kinerja pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana tercantum pada Tabel 2.4, selanjutnya dapat disajikan evaluasi dan analisis realisasi dan capaian indikator kinerja sebagai berikut :

1. Meningkatnya Produksi dan Mutu Pertanian Secara Berkelanjutan

Sasaran Strategisnya yaitu meningkatnya ketersediaan pangan asal ternak dengan Indikator Kinerja produksi daging.

Dari Tabel diatas dapat dilihat, bahwa produksi daging semakin meningkat tiap tahunnya. Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 8,03% (4.277 ton), selanjutnya terjadi penurunan peningkatan produksi ditahun 2013 dan 2014, dimana kenaikan tahun 2013 sebesar 4,01% (2.306 ton), tahun 2014 sebesar 2,93% (1.755 ton) dan tahun 2015 naik menjadi 3,13% (1.927 ton).

Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk peningkatan populasi dan produksi antara lain perbibitan, budidaya, pakan, agribisnis dan kesehatan hewan. Keberhasilan pencapaian sasaran ini juga atas kontribusi dan partisipasi kalangan dunia usaha terutama usaha di bidang peternakan sapi potong, ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.

2. Berkembangnya Kawasan Sentra Produksi Pertanian

Sasaran Strategisnya yaitu terbentuknya kawasan-kawasan utama peternakan dengan Indikator Kinerja persentase kawasan yang mempunyai fasilitas memadai

Target indikator kinerja ditetapkan berdasarkan jumlah kawasan yang akan ditingkat fasilitas yang memadai antara lain : Pasar ternak, RPH/TPH, Pengolahan Hasil Peternakan, Puskeswan, Pos IB, Unit Pengolah Biogas, UPP, dimana diantaranya sudah terpenuhi dikawasan tersebut tiga kategori seperti adanya: RPH/TPH, Pasar ternak, Pengolahan Hasil Peternakan, Puskeswan, Pos IB,Unit Pengolah Biogas,UPP.

Realisasi indikator kinerja, persentase kawasan yg mempunyai fasilitas memadai (Pasar ternak, RPH/TPH, Pengolahan Hasil Peternakan,

(27)

Puskeswan, Pos IB,Unit Pengolah Biogas,UPP) dapat diukur dengan mengkonversikan realisasi indikator kinerja terbangunnya kawasan produksi peternakan menjadi persentase kawasan yg mempunyai fasilitas memadai (Pasar ternak, RPH/TPH, Pengolahan Hasil Peternakan, Puskeswan, Pos IB,Unit Pengolah Biogas,UPP), dengan realisasi tahun 2011 -2015 sebesar 25%, 33%, 42%, 50%, 58,33% dan 83,33%. Dari hasil konversi tersebut dapat dilihat realisasi indikator kinerja ini menunjukkan terjadinya peningkatan kawasan yg mempunyai fasilitas memadai (Pasar ternak, RPH/TPH, Pengolahan Hasil Peternakan, Puskeswan, Pos IB,Unit Pengolah Biogas,UPP) setiap tahunnya.

Adapun 20 kawasan (83,33%) yang sudah terealisasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kawasan Integrasi terdiri dari Kab. Dharmasraya, Kab. Sijunjung, Kab. Pessel, Kab. Solsel dan Kab. Pasaman Barat.

2) Kawasan sapi potong meliputi Kab. Agam, Kab Lima Puluh Kota, Kab. Tanah Datar , Kab. Pasaman, Kab. Solok

3) Kawasan unggas adalah Kab. Padang Pariaman dan Kota Padang. 4) Kawasan Itik : Kota Payakumbuh dan Kabupaten Agam

5) Kawasan sapi perah : Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.

6) Kawasan ternak kambing : Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Kabupaten Tanah Datar.

3. Meningkatnya Pengamanan Sumberdaya Hewani

Sasaran Strategisnya yaitu penurunan penyakit hewan menular strategis dengan Indikator Kinerja : a) Jumlah penyakit hewan menular strategis dengan kasus 0 kejadian dan b) Penurunan kasus penyakit hewan menular (Flu Burung/ AI).

Berdasarkan hasil pengukuran capaian indikator kinerja dapat disimpulkan sebagai berikut :

(1) Tidak ada kejadian penyakit hewan menular strategis pada tahun 2014 - 2015 (bebas penyakit Brucellosis dan Hog Cholera)

(28)

Pada tahun 2010 kasus penyakit flu burung (AI) terjadi sebanyak 47 kasus/jorong. Pada tahun 2011 terjadi wabah penyakit flu burung di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat yang terjadi sebanyak 291 kasus/jorong. Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran AI dan penularan kepada manusia dilakukan dengan jalan vaksinasi terhadap ternak sehat, penataan ulang kawasan peternakan, dan tempat pemotongan unggas (TPU), pengawasan lalu lintas ternak antar provinsi, dan pencegahan pemasukan unggas dan produk turunannya dari negara suspect AI, peningkatan kesadaran masyarakat. Disamping itu juga dilakukan surveillance yang dilaksanakan secara rutin untuk deteksi dini penyakit AI dan mengoptimalkan kegiatan PDSR di Kab/ Kota.

Pada tahun 2015 kasus Avian Influenza (AI) yang terjadi hanya sebanyak 1 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kasus Avian Influenza (AI) sebanyak 24 kasus (4,8%). dan capaian kinerja tergolong sangat baik (diatas 100%) yaitu 104 %.

Hasil Pengukuran dan evaluasi capaian kinerja pada sasaran strategis jumlah penyakit hewan menular strategis dengan kasus 0 kejadian dan penurunan kasus penyakit hewan menular (Flu Burung/ AI) sebesar 102 % dan sasaran berhasil dicapai dengan sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari capaian kinerja pada tahun 2015 yaitu bebasnya Sumatera Barat dari penyakit hewan menular strategis yaitu penyakit Brucellosis. dan penyakit Hoq Cholera. Dan untuk indiator capaian menurunnya kasus Flu Burung (AI), terjadi penurunan kasus Avian Influenza (AI) di tahun 2015 dibandingkan tahun 2014. Komoditas unggas merupakan penyumbang produksi daging terbesar diantara komoditas lain. Daur hidup ternak unggas potong sangat cepat, hanya dalam hitungan bulan, dengan adanya wabah penyakit AI kondisi ternak tersebut sangat kritis baik dari segi populasi, pemasaran maupun keamanan lingkungan. Penyebaran unggas pada umumnya berada disekitar lingkungan rumah penduduk. Jika pada suatu wilayah desa ditemukan satu kasus positif penyakit AI, maka dapat dipastikan unggas sejenis di seluruh desa itu telah terjangkit AI, karena penularan AI melalui respirasi (udara).

(29)

Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran AI dan penularan kepada manusia dilakukan dengan jalan vaksinasi terhadap ternak sehat, penataan ulang kawasan peternakan, dan tempat pemotongan unggas (TPU), pengawasan lalu lintas ternak antar provinsi, dan pencegahan pemasukan unggas dan produk turunannya dari negara suspect AI. Disamping itu juga surveillance yang dilaksanakan secara rutin untuk deteksi dini penyakit AI.

4. Berkembangnya Teknologi Informasi Pertanian dan Peningkatan Penerapan Teknologi Tepat Guna

Sasaran strategisnya yaitu terwujudnya penerapan bioteknologi peternakan dengan Indikator Kinerja 1) Persentase Peternak yang sudah mengimplementasikan Embrio Transfer pada ternak sapi dan 2) Indikator Kinerja Persentase Peternak yang mengimplementasikan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi.

Capaian dari indikator kinerja sebagai berikut :

1) Persentase Peternak yang sudah mengimplementasikan Embrio Transfer pada ternak sapi.

Target indikator kinerja dihitung berdasarkan jumlah peternak/rumah tangga pemelihara ternak sapi yang ditetapkan sebagai resipient dari Embrio Transfer (ET)

Dari Tabel 3.6 terlihat capaian indikator untuk persentase Peternak yang mengimpementasikan Embrio Transfer tahun 2011 – 2015 dengan target yang ditetapkan :

a) Pada tahun 2011 adalah 0,01 % (sebanyak 24 peternak dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 24 ekor) dan capaian kinerjanya 125 % atau sebanyak 30 peternak dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 30 ekor.

b) Sampai dengan tahun 2012 adalah 0,02 % (sebanyak 60 peternak dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 60 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %.

(30)

c) Sampai dengan tahun 2013 adalah 0,04 % (sebanyak 90 peternak dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 90 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %.

d) Sampai dengan tahun 2014 adalah 0,06 % (sebanyak 120 peternak dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 120 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %.

e) Dasar perhitungan target dan realisasi pada tahun 2011 s.d 2014 adalah berdasarkan peternak/rumah tangga pemelihara ternak sapi yang ditetapkan pada awal tahun renstra (tahun 2010) Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat sebanyak 201.654 KK peternak. Dan pada tahun 2015 dasar perhitungan direvisi menjadi Peternak/rumah tangga pemelihara ternak sapi mandiri yang ditetapkan pada awal tahun renstra Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat (tahun 2010) adalah sebanyak 12.490 KK/RTP f) Sampai dengan tahun 2015 adalah 1,28 % (sebanyak 160 peternak

dengan jumlah ternak sapi sebagai resipient sebanyak 160 ekor) dan capaian kinerjanya 106,67 %.

Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan capaian kinerja tersebut diatas perlu dilakukan upaya-upaya strategis antara lain diperlukan persiapan secara menyeluruh, bukan saja penyiapan sarana dan prasarana, namun yang paling penting adalah sumber daya manusianya yang dapat menguasai teknologi dan mempunyai moral dan etika tinggi terhadap penggunaan teknologi ini. Selain itu juga diperlukan target dari penerapan bioteknologi ini, peternakan rakyat yang hanya mempunyai ternak dengan jumlah kecil, industri peternakan atau pemerintah yang akan membangun pusat pemuliaan ternak sapi, sehingga penerapan bioteknologi ini dapat dilakukan secara terpadu.

2) Indikator Kinerja Persentase Peternak yang mengimplementasikan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi.

Target indikator kinerja tersebut dihitung berdasarkan jumlah peternak yang sudah mengimpementasikan Inseminasi Buatan pada ternak sapi.

(31)

Dari tabel 2.4 terlihat capaian indikator kinerja persentase peternak yang mengimplementasikan Inseminasi Buatan pada ternak sapi dengan target yang ditetapkan:

1) Pada tahun 2011 adalah 29,88 % (sebanyak 60.250 peternak dengan jumlah ternak sapi 60.250 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %. 2) Sampai dengan tahun 2012 adalah 47,52 % (sebanyak 95.820

peternak dengan jumlah ternak sapi sebanyak 95.820 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %.

3) Sampai dengan tahun 2013 adalah 67,03 % (sebanyak 135.650 peternak dengan jumlah ternak sapi sebanyak 135.650 ekor) dan capaian kinerjanya 100 %.

4) Sampai dengan tahun 2014 adalah 71,52 % (sebanyak 144.225 peternak dengan jumlah ternak sapi sebanyak 144.225 ekor) dan capaian kinerjanya 100.15 %.

5) Sampai dengan tahun 2015 adalah 111,19 % (sebanyak 224.225 peternak dengan jumlah ternak sapi sebanyak 224.225 ekor) dan capaian kinerjanya 124.57 %.

Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan capaian kinerja tersebut diatas perlu dilakukan upaya-upaya strategis antara lain melakukan penyuluhan kepada para peternak sapi potong, agar peternak lebih terampil dalam pengamatan birahi dan memahami manfaat IB. Dengan demikian usaha peningkatan produksi ternak khususnya sapi potong melalui program IB dapat dicapai.

5. Meningkatnya Nilai Tambah, Daya Saing Produk Hasil Pertanian

Sasaran Strategisnya yaitu meningkatnya nilai tambah produk peternakan dengan Indikator Kinerja Persentase peningkatan nilai tambah harga produk olahan hasil peternakan.

Target indikator persentase peningkatan nilai tambah harga produk olahan hasil peternakan ditetapkan berdasarkan keuntungan yang diperoleh setelah produk peternakan diolah dikurangi dengan biaya produksi dan

(32)

Dari Tabel 2.4 terlihat, realisasi indikator kinerja meningkatnya nilai tambah produk peternakan tahun 2010 – 2015 menunjukkan pencapaian yang stabil setiap tahunnya.

Adapun produk olahan hasil peternakan tersebut adalah rendang daging, rendang telur dan susu olahan dalam bentuk susu pasteurisasi, yoghurt, es krim, puding, karamel dan dodol susu.

6. Meningkatnya Hasil Produksi Pertanian

Sasaran Startegisnya yaitu Meningkatnya Peternak/Kelompok yang memiliki akses ke perbankan dan Meningkatnya Kemitraan Usaha yang Saling Menguntungkan.

Indikator Kinerja : (1) Persentase peternak/kelompok penerima KKPE, (2) Persentase peternak/kelompok peternak yang menerima KUPS dan (3) Jumlah MOU/kerjasama antara kelompok tai dengan pengusaha.

Dari Tabel 2.4, realisasi indikator kinerja tahun 2011 – 2015 menunjukkan terjadinya peningkatan setiap tahunnya.

(1) Persentase peternak/kelompok penerima KKPE

Target indikator kinerja persentase peternak/kelompok penerima KKPE sampai dengan tahun 2015 sebesar 22,89 % (1250 peternak/kelompok) ditetapkan berdasarkan jumlah peternak/rumah tangga pemelihara ternak selain ternak sapi pada awal tahun renstra (tahun 2010) Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 5460 KK/RTP.

tingkat penyaluran KKP-E dari tahun 2014 sampai tahun 2015 dengan peningkatan 19,53%, penerima manfaat 1.452 pelaku usaha. Pelaku usaha penerima KKP-E hampir 90% adalah pelaku usaha sapi potong dan 10% peternak kambing dan unggas.

Untuk mendorong perkembangan usaha agribisnis peternakan di Sumatera Barat perlu dukungan penguatan permodalan melalui sumber-sumber pembiayaan pemerintah, swasta dan masyarakat.

Koordinasi sumber-sumber pembiayaan yang dilaksanakan pada tahun 2015 meliputi; Koordinasi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

(33)

serta Koordinasi Investor Peternakan. Kegiatan Koordinasi bertujuan untuk mengoptimalkan penyaluran KUPS dan KKP-E dan mengiventarisasi permasalahan-permasalahan dalam penyaluran KUPS dan KKP-E. Peserta koordinasi adalah terdiri dari unsur bank pelaksana kredit yang ditunjuk oleh pemerintah, penerima kredit, serta dinas kabupaten/kota yang menangani fungsi peternakan selaku Pembina pada tingkat kabupaten/kota.

(2) Persentase peternak/kelompok peternak yang menerima KUPS

Target indikator kinerja persentase peternak/kelompok penerima KUPS sampai dengan tahun 2015 sebesar 11,69% (146 peternak/kelompok). ditetapkan berdasarkan jumlah peternak/ rumah tangga pemelihara ternak sapi pada awal tahun renstra (tahun 2010) Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 1249 KK/RTP.

Realisasi KUPS sampai dengan Desember 2015 mencapai

Rp.67.597.000.000.- dengan jumlah kelompok penerima 143 kelompok dan penambahan populasi ternak 6.309 ekor. Peningkatan jumlah populasi ternak sapi bibit akan mempercepat pencapaian swasembada daging. Penyaluran KUPS tahun 2015 sudah tidak ada lagi. Tingkat penyaluran KUPS tertinggi di di Kabupaten Dharmasraya sebanyak Rp.26.167.000.000.-dengan kelompok penerima 53 kelompok yang kebanyakan system integrasi sapi – sawit. Peningkatan penyaluran ini tidak lepas dari kerjasama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, dinas yang menangani fungsi peternakan kab/kota dengan Bank Nagari.

(3) Jumlah MOU/kerjasama antara kelompok tai dengan pengusaha.

Pencapaian kinerja jumlah MOU/kerjasama antara kelompok tani dengan pengusaha menunjukkan hasil yang sangat baik (200%). MoU/Kerjasama tersebut masing-masing adalah :

a) MoU antara Gubernur Sumbar dengan Perusahaan Sawit (Bakri TKA dan Wilmar Group) tentang CSR Perusahaan Sawit untuk mendukung PSDS.

(34)

b) MoU antara Gubernur Sumbar dengan BUMN (Pelindo dengan SMN Padang) tentang PKBL.

c) MoU antara Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat dengan PT. Berdikari.

d) MoU antara Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat dengan PPSKI. e) MoU antara Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat dengan Asuransi

Jasindo tentang asuransi sapi.

f) MoU antara Asosiasi Peternak Sapi Potong dengan PT. Berdikari. g) MoU antara Asosiasi Sarjana Membangun Desa dengan PT. Berdikari h) MoU antara Walikota Payakumbuh dengan PT. Berdikari

i) Kerjasama PT. ATS dengan Kelompok Mitra Keluarga Tentang Pengelolaan RPU di Kayu Tanam.

j) Kerjasama bidang pemasaran Unit Pengolahan Hasil Rendang Kokoci dengan Unit Pemasaran UKM Dunia Food Indoglobal

k) Kerjasama pemasaran ayam potong PT. Gunung Sago Utama dengan PT. Andalas Tuah Sakato

l) Kerjasama bidang pengadaan jagung pakan ternak Kelompok Tani Sahabat Madani dengan PT. Japfa Comfeed

m)Kerjasama bidang pengadaan jagung pakan ternak PT. Gunung Sago Utama dengan Kelompok Tani Sahabat Madani

n) Kerjasama Pengembangan Agribisnis Penggemukkan Ternak Sapi di Klaster Tri Arga Dinas Peternakan Prov. Sumbar dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumbar dan PT. Jamkrida Sumbar.

o) MoU antara Unit Pengolahan Hasil Rendang Kokoci dengan Unit Pengolahan Hasil Susu Kambing Boncah Raya tentang Pemasaran Susu Kambing

p) Mou antara Unit Pengolahan Hasil Rendang Kokoci dengan UPTD RPH Modern Payakumbuh tentang Penyediaan Daging Sapi

q) Kerjasama Asuransi ternak Sapi antara PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumbar

(35)

r) Kerjasama Pengembangan Agribisnis Penggemukkan Ternak Sapi di Klaster Tri Arga Melalui Asuransi Ternak antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero)

7. Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan dari SDM Petani

Sasaran Strategisnya yaitu Terwujudnya SDM peternakan yang professional dengan Indikator Kinerja persentase SDM peternakan yang bersertifikat.

Target indikator kinerja Persentase SDM Peternakan yang bersertifikat sebesar 7,53% (1351 KK/RTP) ditetapkan berdasarkan jumlah peternak/rumah tangga pemelihara ternak sapi yang mandiri pada awal tahun renstra (tahun 2010) Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 17.950 KK/RTP.

Dari Tabel 2.4 terlihat, realisasi indikator kinerja, persentase SDM Peternakan yang bersertifikat tahun 2011 -2015 menunjukkan terjadinya peningkatan persentase SDM Peternakan yang bersertifikat setiap tahunnya.

Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran ini melalui berbagai usaha yang dilaksanakan pemerintah berkenaan dengan peningkatan kapasitas SDM Pertanian antara lain memberikan pelatihan teknis peternakan kepada SDM peternak yang menerima bantuan sapi dan petugas di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat baik untuk ternak besar, kecil maupun unggas dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi. Berbagai pelatihan pemberdayaan ekonomi masyarakat peternakan juga dilakukan dan Pelatihan peningkatan motivasi wirausaha generasi muda peternakan untuk mengembangan pembangunan peternakan di Sumatera Barat.

8. Berkembangnya Program Satu Petani Satu Sapi

Sasaran Strategisnya yaitu meningkatnya diversifikasi usaha petani ternakIndikator Kinerja persentase peternak yang memiliki usaha lebih

(36)

Tahun 2011 – 2014 jumlah dari peternak yang memilki usaha lebih dari satu dihitung dari jumlah KK penerima ternak Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP), Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GEPEMP) dan Satu Petani Satu Sapi (SPSS). Dan tahun 2015 belanja hibah barang untuk masyarakat sebahagian tidak dilaksanakan karena terevaluasi Kemendagri pada kegiatan GPP, GEPEMP dan SPSS. Untuk pencapaian indikator kinerja sasaran melalui APBN 2015 dan sebahagian kecil dari APBD 2015 dengan realisasi capaian s.d Tahun 2015 sebanyak 3691 ekor/3691 KK (851 ekor pengadaan APBN 2015 dan 40 ekor dari APBD 2015) atau 20,56 %.

Untuk pencapaian target tahun 2011 sebanyak 300 KK peternak/ 30 Kelompok (0,15%), terealisasi sebanyak 300 KK peternak/ 30 Kelompok(0,15%), dengan capaian kinerja 100%, target sampai dengan tahun 2012 sebanyak 1160 KK peternak/116 Kelompok (0,57%), terealisasi sebanyak 1160 KK peternak/116 Kelompok (0,57%), dengan capaian kinerja 100% dan target sampai dengan tahaun 2013 sebanyak 2140 KK peternak/214 Kelompok (1,06%), terealisasi sebanyak 2140 KK peternak/214 Kelompok (1,06%) dengan capaian kinerja 100%, dan target sampai dengan tahaun 2014 sebanyak 2800 KK peternak/280 Kelompok (1,39%), terealisasi sebanyak 2800 KK peternak/280 Kelompok (1,39%) dengan capaian kinerja 100%.

Capaian kinerja anggaran Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selama kurun waktu Tahun 2011-2015 seperti terlihat pada Tabel 2.5.

Anggaran belanja selama 5 tahun menunjukkan kinerja yang baik pada tahun 2013 -2015 yang dapat dilihat dari ratio antara realisasi dan anggaran yang mencapai 87,57% - 91,30%, sementera itu pada tahun 2011-2012 terdapat ratio sebesar 80,23% dan 82,84% sebagaimana terlihat pada Tabel 2.5.

(37)
(38)

Beberapa masalah yang perlu menjadi perhatian Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

1) Masih banyak kegiatan yang harus dilakukan pergeseran, perubahan atau revisi anggaran sehingga pelaksanan kegiatan menumpuk di akhir tahun anggaran

2) Belum berfungsinya Rumah Potong Hewan karena peralatan dan mesin yang ada di Rumah Potong Hewan belum diinstal/dipasang oleh pihak ketiga

3) Terbatasnya tenaga terampil dan kompeten utamanya juru semelih halal, butcher, keurmaster, dan dokter hewan penanggung jawab teknis RPH menyebabkan belum seluruh RPH menerapkan pemeriksaan ante dan post mortem.

Anggaran pendapatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan selama 5 tahun (2011- 2015) sebagaimana terlihat pada Tabel 2.6 menunjukkan kinerja yang baik dengan capaian realisasi melebihi 100% dari target yang ditetapkan kecuali pada tahun 2015 tercapai 95,96% karena adanya subsidi semen beku dari Pusat.

(39)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan analisis terhadap Renstra K/L dan Renstra SKPD Kab/Kota serta hasil analisis terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah, maka dapat diidentifikasikan mengenai indikasi program pemanfaatan Ruang serta pengaruh Rencana struktur ruang terhadap Kebutuhan Pelayanan SKPD. Sedangkan Kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) adalah telaahan lingkungan hidup yang bersifat strategis terutama terkait dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan sehingga pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, telaahan KLHS lebih dititikberatkan bagaimana pembangunan sektor peternakan bisa berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan. Hal ini disebabkan sektor peternakan memberikan sumbangan terhadap efek rumah kaca yang dihasilkan dari limbah ternak. Selain itu berdasarkan analisis terhadap Renstra K/L dan Renstra SKPD Bidang peternakan Kab/Kota dapat dijelaskan sebagaimana berikut :

1. Fungsi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

Provinsi Sumatera Barat termasuk wilayah yang rawan tertular penyakit dari wilayah Provinsi lain karena merupakan daerah lalu lintas ternak antar Provinsi. Kondisi tersebut mengandung konsekuensi tindakan pencegahan dini terhadap kemunginan timbulnya penyakit menular dari wilayah lain. Beberapa jenis penyakit hewan menular (PHM) yang perlu diwaspadai antara lain rabies, anthrax, avian influenza (AI), dan brucellosis.

Anthrax merupakan penyakit hewan menular yang hanya dapat dikendalikan namun tidak dapat dibebaskan. Hal ini berkaitan dengan sifat spora bakteri Anthrax yang dapat bertahan di dalam tanah selama lebih dari 60 (enam puluh) tahun.

Penyakit hewan menular lain di Sumatera Barat yang perlu mendapatkan prioritas pengendalian dan pemberantasan adalah brucellosis dan avian influenza (AI).

(40)

Hewan (PAH) yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) serta produk hewan sangatlah penting. Perlindungan konsumen akan pangan asal hewan yang ASUH tidak lagi sebagai tuntutan, tetapi sudah menjadi persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh semua pelaku usaha yang berasal dari bahan asal hewan. Pelayanan Kesmavet melalui penertiban peredaran bahan Pangan Asal Hewan yang ASUH melalui pengawasan (bersama instansi terkait maupun Tim Pengawasan), Pemeriksaan dan Pengujian di Labor UPTD BLKKH, pembinaan, bimbingan teknis, monitoring, surveilans, sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV), sosialisasi kepada petugas maupun kepada pelaku usaha, public awareness, standarisasi, penataan dan evaluasi kios daging guna memotivasi perdagangan yang lebih hiegines, dan sosialisasi pada pelaku usaha tentang PAH ASUH.

Keberhasilan fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner di Sumatera Barat didukung oleh Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, UPTD Balai Labour dan Klinik Hewan, Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner :

a. Tantangan

1) Tata niaga peredaran hewan, dan bahan asal hewan yang berdampak pada keamanan sumber daya ternak genetik Sumatera Barat sulit dikendalikan.

2) Adanya ancaman penyakit hewan endemik dan eksotik sebagai akibat mobilitas hewan yang tidak terkendali.

3) Perubahan iklim global yang ekstrim.

4) Luasnya cakupan wilayah pelayanan kesehatan hewan.

5) Beragamnya kelembagaan kesehatan hewan di Kabupaten/Kota.

6) Masih adanya zoonosis dan penyakit yang ditularkan melalui pangan asal hewan (food born disease).

7) Masih adanya penyimpangan terhadap prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.

(41)

8) Masih adanya peredaran daging glonggongan, daging illegal, daging babi, bahan pengawet pada pangan hewani, cemaran kimiawi, biologis dan fisik yang meresahkan masyarakat konsumen.

9) Masih terjadinya pemotongan hewan di RPH di Kab / kota yang belum sesuai prosedur yang ditetapkan.

10) Kurangnya pemahaman produsen, konsumen maupun petugas lapangan terhadap produk pangan hewani yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

11) Kurangnya kesadaran masyarakat/pelaku usaha untuk mengujikan produk hewani di Laboratorium Kesmavet.

12) Prasarana dan sarana yang dimiliki RPH/RPU, TPH, Los/kiosDaging, Usaha Pangan hewani (daging, telur, susu) masih kurang memenuhi standard teknis.

13) Masyarakat dan pelaku usaha maupun Dinas yang membidangi fungsi kesmavet di kab/kota se Sumatera Barat belum optimal dalam memanfaatkan fungsi Laboratorium Kesmavet.

14) Belum diberlakukannya penerapan sanksi terhadap pelanggaran peraturan perundangan di bidang Kesmavet.

b. Peluang

1) Globalisasi komunikasi dan informasi menuntut pelayanan kesehatan hewan prima yang membutuhkan kesiapan sarana dan prasarana serta SDM yang memadai di bidang kesehatan hewan.

2) Pelaku usaha di bidang peternakan dan kesehatan hewan yang semakin meningkat.

3) Tuntutan kompetensi terhadap petugas medis dan paramedis veteriner serta standarisari pelayanan bidang kesehatan hewan.

4) Tuntutan standarisasi keswan dibidang usaha peternakan dan kesehatan hewan.

5) Keselarasan kegiatan kesehatan hewan di tingkat Pusat dan Daerah. 6) Terjaminnya keamanan, kesehatan, dan ketentraman batin masyarakat

(42)

7) Adanya tuntutan global terhadap penerapan kesejahteraan hewan (animal welfare).

8) Meningkatnya permintaan masyarakat akan labelisasi halal pada produk peternakan.

9) Tuntutan pelaku Usaha (eksportir, distributor, industri produk pangan hewani) terhadap sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) unit usaha pangan hewani.

10) Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi produk hewani.

11) Meningkatnya jumlah usaha di bidang produk pangan asal hewan.

12) Meningkatnya kebutuhan kemampuan uji laboratorium dan pengujian laboratorium terakreditasi.

13) Berkembangnya teknologi pengujian yang semakin modern.

2. Fungsi Perbibitan

Benih/bibit ternak berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya pengembangan ternak. Hal tersebut terkait dengan peningkatan populasi dan produktivitas ternak dalam penyediaan daging dan susu.

Sesuai tugas pokok dan fungsi, ketersediaan benih/bibit ternak menjadi tanggung jawab Bidang Produksi, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato, Balai Pembibitan / Pengembangan dan Makanan Ternak.

Untuk memenuhi ketersediaan bibit tersebut, perlu dilakukan beberapa hal antara lain : pengembangan pembibitan ternak dalam suatu wilayah berbasis sumber daya lokal melalui pemberdayaan kelompok, penerapan good breeding practice di kelompok pembibitan, pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Genetik Hewan lokal (SDGH), penerapan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) bagi ternak ternak yang memenuhi standar bibit serta peningkatan produksi semen beku.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi perbibitan:

(43)

a. Tantangan

1) Terbatasnya bibit ternak berkualitas yang sesuai dengan standar bibit; 2) Tingginya pemotongan betina produktif;

3) Lemahnya kelembagaan kelompok pembibitan; 4) Belum dilaksanakannya good breeding practice.

5) Rendahnya produksi dan produktivitas sumber daya genetik hewan (SDGH);

6) Tingginya ketergantungan replacement bull; 7) Penyakit hewan menular strategis;

8) Perubahan cuaca ekstrim. b. Peluang

1) Tingginya permintaan bibit ternak berkualitas; 2) Meningkatnya usaha pembibitan sapi lokal;

3) Tingginya permintaan semen beku di Sumatera Barat; 4) Potensi pasar untuk bibit ternak cukup luas;

5) Tumbuhnya kelompok-kelompok pembibitan di pedesaan; 6) Tersedianya wilayah-wilayah sumber bibit ternak.

3. Fungsi Budidaya

Pelaksanaan kegiatan fungsi budidaya merupakan suatu rangkain usaha pemeliharaan atau pengelolaan peternakan dalam rangka menghasilkan (daging, susu dan telur) guna memenuhi kebutuhan atau ketersedian sumber protein asal hewan. Namun demikian dalam pelaksanaannya kegiatan budidaya ini tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal.

Keberhasilan fungsi budidaya di Sumatera Barat didukung oleh Bidang Produksi, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi budidaya.

a. Tantangan :

(44)

3) Munculnya wabah dan penyakit hewan menular; 4) Ketidakstabilan harga ternak dan produknya;

5) Cuaca ekstrim dan anomali iklim yang berpengaruh terhadap performan ternak.

b. Peluang :

1) Carrying capacity ternak belum merata pada suatu wilayah; 2) Aspek ekonomi usaha budidaya ternak sangat menjanjikan; 3) Manajemen budidaya ternak lebih mudah dilaksanakan; 4) Tingginya permintaan masyarakat terhadap produk ternak; 5) Berkembangnya IPTEK peternakan.

4. Fungsi Pakan

Pakan ternak memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produktifitas ternak dan menyerap hampir 80% dari total biaya produksi usaha dan budidaya peternakan. Penyediaan pakan ternak selain harus mempertimbangkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas juga memperhatikan aspek keamanannya.

Pengelolaan pakan ternak dimulai dari penyediaan bahan baku, pengolahan hingga menjadi pakan jadi, memerlukan pengawasan baik dalam produksi maupun peredarannya. Upaya peningkatan carrying capacity dilaksanakan dengan mencetak kebun rumput baru, memanfaatkan lahan marjinal maupun terintegrasi dengan kegiatan pertanian lainnya. Pengolahan pakan ternak harus menggunakan standart mutu pakan yang telah ditetapkan untuk masing-masing

komoditas ternak. Pengawasan peredaran pakan ternak di masyarakat

dilakukan oleh pejabat pengawas mutu pakan maupun pengujian pakan melalui laboratorium terakreditasi.

Keberhasilan fungsi pakan di Sumatera Barat didukung oleh Bidang Produksi, Bidang Penyuluhan dan Pengelolaan Kawasan dan Balai Pembibitan Ternak dan Makanan Ternak.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi pakan. a. Tantangan :

1) Penggunaan pakan unggas sebagai pakan ruminansia; 2) Kondisi cuaca ekstrim dan bencana alam;

(45)

3) Alih fungsi lahan pertanian menjadi perusahaan/pemukiman. b. Peluang :

1) Banyaknya kawasan potensial ternak sapi potong dan sapi perah; 2) Tingginya kebutuhan benih dan bibit HPT untuk masyarakat; 3) Tingginya populasi ternak unggas.

5. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam rangka mengantisipasi tantangan perubahan lingkungan strategis yang berkembang dengan isu globalisasi, desentralisasi, demokratisasi, pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim global diperlukan sumberdaya manusia yang siap pakai, professional, inovatif, kreatif dan berwawasan global guna mewujudkan pertanian yang tangguh, produktif, efisien, berdaya saing dan dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku pembangunan pertanian.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi SDM. a. Tantangan

1) Adaptasi Teknologi Informasi lambat

2) Masuknya sektor industri ke desa, memungkinkan berpindahnya potensi tenaga kerja peternakan ke sektor lain.

3) Peternak yang dilatih meninggalkan tempat pada waktu pelatihan karena tidak ada yang memelihara ternaknya selama mengikuti pelatihan.

b. Peluang

1) Masih rendahnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan peternak; 2) Tingginya minat peternak untuk mengikuti pelatihan;

3) Derajat kesehatan ternak, budidaya dan pakan masih kurang; 4) Tersedianya peluang usaha dan pasar untuk para peternak.

6. Bidang Usaha Peternakan

Pembangunan peternakan Sumatera Barat selama ini masih didominasi usaha peternakan rakyat. Ciri usaha ini diantaranya adalah kepemilikan modal usaha ternak yang sangat terbatas, skala usaha yang kecil, minimnya penguasaan

(46)

usaha peternakan dalam pelaksanaannya adalah sebagai fasilitator dan motivator agar kegiatan usaha peternakan rakyat dapat lebih berkembang dan memiliki nilai tawar yang dapat dijadikan sumber penghidupan atau kegiatan usaha tani yang mapan.

Keberhasilan fungsi usaha peternakan di Sumatera Barat didukung oleh Bidang Bina Usaha, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.

Berikut secara rinci tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan fungsi budidaya.

a. Tantangan

1) Kurangnya modal kerja dan SDM dalam pengembangan usaha peternakan di pedesaan.

2) Masih sulit kelompok ternak dan pelaku usaha peternakan mempersiapkan usahanya untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh kredit lunak (skim kredit) dari lembaga pembiayaan.

3) Kurangnya pemahaman dan kesadaran pelaku usaha pengolahan produk ternak dalam penerapan Good Manufacturing Practice (GMP)/Good Handling Practice (GHP) dan standarisasi mutu pengolahan hasil peternakan.

4) Terbatasnya akses informasi harga pasar dan pemasaran produk olahan hasil peternakan.

b. Peluang

1) Program Pemerintah dalam pemberian subsidi bunga melalui lembaga perbankan.

2) Kemitraan (Inti Plasma) antara Poknak/Gapoknak dengan pihak investor perusahaan peternakan.

3) Terbukanya kerjasama dengan industri pengolahan hasil produk peternakan dalam pembinaan, pelatihan dan pemasaran bagi peternak/poknak/pelaku usaha produk olahan hasil ternak.

4) Fasilitasi penyebaran informasi pasar (komoditas peternakan) oleh media cetak dan elektronik.

(47)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Kebijakan dan strategi dalam membangun peternakan di Provinsi Sumatera Barat ke depan, perlu analisis faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal yang sangat dominan berpengaruh dalam proses pembangunan. Pada Tabel 3.1 diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat ditinjau dari pelayanan dinas, renstra Kabupaten/Kota, renstra Kementerian Pertanian, kajian RTRW dan KLHS.

Tujuan umum pembangunan peternakan adalah untuk peningkatan populasi dan produktivitas ternak serta keamanan produk yang dihasilkan , dan peningkatan daya saing produk peternakan.

Seiring dengan meningkatnya permintaan pangan asal hewan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, kesadaran akan kebutuhan gizi, maka perlu upaya-upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak di Sumatera Barat sesuai dengan potensi genetiknya, melalui pengembangan komoditas ternak unggul berbasis kawasan dan mengoptimalkan potensi SDA dan SDM yang ada. Beberapa faktor yang dapat mengancam tidak tercapainya produksi pangan asal hewan adalah ancaman penyakit hewan, anomali cuaca, peraturan yang kurang mendukung kelestarian usaha peternakan di Sumatera Barat serta regulasi import yang kurang berpihak kepada usaha peternakan rakyat. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi secara rinci dalam membangun peternakan di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1.

(48)
(49)
(50)
(51)

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.

Sesuai dengan visi Gubernur dan Wakit Gubernur terpilih, maka visi pembangunan daerah jangka menengah Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-2021 adalah:

Terwujudnya Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera

Perwujudan visi pembangunan ditempuh melalui misi untuk memberikan arah dan batasan proses pencapaian tujuan, maka ditetapkan 5 (lima) misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 -2021, sebagai berikut :

1. Meningkatkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat, dan berbudaya berdasarkan falsafah” Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

2. Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional

3. Meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter, dan berkualitas tinggi

4. Meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan yang tangguh, produktif, dan berdaya saing regional dan global, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan daerah;

5. Meningkatkan Infrastruktur dan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya mendukung dan berperan dalam menjalankan misi ke-4 yaitu Meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan yang tangguh, produktif, dan berdaya saing regional dan global, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan daerah.

Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pada akhirnya harus berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha peternakan dengan mengimplementasikan program dan kegiatan untuk mewujudkan melalui pengembangan usaha peternakan berbasis kawasan sesuai

(52)

RENSTRA DISNAKKESWAN PROV.SUMBAR 2016 - 2021 47

potensi wilayahnya.

Secara rinci telaahan terhadap visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih di Provinsi Sumatera Barat dalam hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Gambar

Gambar 1. Alur Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut UU No. 25/2004
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pegawai di Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang tidak diberikan Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud pada

Dari hasil penelitian yang yang telah dianalisis secara statstik dipeoleh hasil akhir yang menunjukkan ada hubungan positif antara prestasi aqidah akhlak dengan budi

Informasi yang diterima seseorang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pikir penerimanya, sebab baik langsung atau tidak langsung, informasi akan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain dan membuat pengering tipe bak dengan sumber panas berasal dari tungku sekam kopi dan kolektor surya untuk pengeringan biji kopi,

Dari hasil Riset selama di Paud Qurrotu Ayun, yang dapat dilihat bahwa Dengan sistem pengolahan data penerimaan siswa baru yang masih menggunakan cara manual serta lama,

Teknologi AR bekerja dengan menangkap sebuah penanda yang nantinya jika penanda tersebut tertangkap maka aplikasi AR akan menampilkan sebuah informasi atau konten yang disematkan

Sistem yang akan dibangun pada penelitian ini adalah sistem kriptografi citra digital , dimana pengirim mengirimkan gambar yang telah di enkripsi sebelumnya menggunakan