• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDUNGAN TAHUN 2016 ARTIKEL. Oleh : AGUSTINA TANDI.L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDUNGAN TAHUN 2016 ARTIKEL. Oleh : AGUSTINA TANDI.L."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BANDUNGAN TAHUN 2016 ARTIKEL Oleh : AGUSTINA TANDI .L. Nim 030214B002

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO

(2)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 2 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

Artikel dengan judul “Gambaran Dukungan Suami DalamPemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016” yang disusun oleh :

Nama : Agustina Tandi .L. NIM : 030215B002

Program Studi : D IV Kebidanan Pendidik

Telah disetujui pembimbing utama skripsi Program Studi : D IV Kebidanan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Ungaran, September 2016 Pembimbing Utama

(Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes) NIDN. 0603088101

(3)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 1 Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD di

Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016

Agustina Tandi .L.*), Fitria Primi Astuti., S.SiT., M.Kes**), Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.kes**)

*)Mahasiswa D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo **)Staf pengajar STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Latar Belakang: Penggunaan IUD di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lainnya, seperti: suntik, pil, dan susuk (implan) KB. Sedikitnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan suami. Peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah peran suami sebagai motivator, peran suami sebagai edukator, dan peran suami sebagai fasilitator.

Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif dengan pendekatan Cross

Sectional. Populasinya adalah seluruh Akseptor Kontrasepsi IUD di wilayah kerja

Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang. Sampel didapat sebanyak 34 orang, yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Alat pengukuran data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat yang berisi distribusi frekuensi.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan instrumental suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD sebagian besar dalam kategori baik sejumlah 21 orang (61,7%). Dukungan informasional sebagian besar dalam kategori cukup, sejumlah 20 orang (58,8%). Dukungan penilaian sebagian besar dalam kategori cukup sejumlah 15 orang (44,1%). Dukungan emosional sebagian besar dalam kategori kurang sejumlah 16 orang (47,1%).

Kata Kunci : Dukungan Suami, Pemilihan Kontrasepsi IUD Kepustakaan : (2007-2013)

(4)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 2 The Description of Husband Support In Choosing Intrauterine Device (IUD)

at Work Are of Puskesmas Bandungan, 2016

Agustina Tandi .L.*), Fitria Primi Astuti., S.SiT., M.Kes**), Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.kes**)

*)Study Program of DIV-Midwifery STIKES Ngudi Waluyo **) Advisor STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRACT

Background: Usage of IUD in Indonesia is still less than other contraception, for example: injection, pill, and implant. The least of IUD acceptor from year by year can be caused of some factors, one of them is husband’s support. The roles of husband in choosing contraception device are the role of husband as motivator, the role of husband as educator, and the role of husband as fasilitator. Purpose: Objective of this research is to identify the description of husband support in choosing intrauterine device (IUD) at work are of Puskesmas Bandungan.

Research Design: This research used descriptive design with Cross Sectional approach. Its population was all IUD Contraception Acceptor in work area of

Puskesmas Bandungan, Semarang Regency. Sample was gotten as many as 34

people, what which were taken used Purposive Sampling technique. Measurement Instrument of data used questionnaire. Data analysis used univariat analysis which consisted frequency distribution.

Result: Result of research indicates that instrumental support of husband in choosing IUD contraception, most of them is good category as many as 21 (61.7%). Informasional support, the most of them is sufficient category, as many as 20 (58.8%). Assessment support, the most of them is in sufficient category, as many as 15 (44.1%). Emotional support, the most of them is in poor category as many as 16 (47.1%).

Keywords : Husband Support, Choosing IUD Contraception References : (2007-2013)

(5)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 3 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. PUS bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang melayani program KB. (Profil kesehatan Indonesia, 2014).

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati melalaui Kepres RI No 103/2001 Tanggal 13 September 2001, pemerintah ketika itu mempertahankan keberadaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penunjang keberhasilan pembangunan daerah. Peraturan tersebut belum sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah daerah, keluarga berencana sebagai salah satu program BKKBN tidak dijadikan program utamaPenyebab berikutnya adalah masih berlakunya anggapan yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka akan terjadi baby

booming di Indonesia. Oleh karena itu, sosialisasi tentang manfaat KB menjadi

program utama pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB (Hartanto, 2008).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk memberikan jarak kelahiran anak serta mengurangi jumlah kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi baik yang sederhana maupun kontrasepsi mantap. Adapun tujuan program keluarga berencana adalah: mencegah kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan, mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan serta kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima serta komunikasi informasi, edukasi konseling;, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab keluarga pasangan usia subur dalam praktek keluarga berencana, dan memberikan informasi pada masyarakat tentang umur yang terbaik untuk kehamilan yang pertama serta kehamilan yang terakhir yaitu dengan rentan umur 20 sampai 35 tahun (Hartanto, 2008).

Jenis-jenis metode kontrasepsi yaitu: (1) metode sederhana adalah tanpa alat (KB alamiah dan coitus interruptus) dan tanpa alat (mekanisme dan kimiawi), (2) metode modern adalah kontrasepsi hormonal (pre-oral, injeksi dan implant),

intra uterine devices (IUD), dan kontrasepsi mantap (pada wanita dan pada pria).

(Hartanto, 2008)

IUD mempunyai banyak keuntungan antara lain; efektivitas nya tinggi (angka kegagalan rendah yaitu terjadi 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian), dapat efektif segera setelah pemasangan, dapat dipakai jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti),

(6)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 4 ibu tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual dan tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Keuntungan lainnya IUD merupakan alat kontrasepsi yang aman karena kandungannya yang tanpa hormon (non hormonal), jadi tidak ada efek sistemik di dalam tubuh. (Proverawati, 2010)

Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil (23,58%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif yaitu Metode IUD sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,15%. (Profil kesehatan Indonesia, 2014)

Penggunaan AKDR di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lainnya, seperti suntik, pil, dan susuk (implan) KB. Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten semarang pada tahun 2014 angka cakupan peserta KB aktif pada tahun 2014 sebesar 76,67% meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebesar 76,46%, tahun 2012 sebesar 75,03 % dan tahun 2011 sbesar 76,02%, meski pada tahun 2012 terjadi penurunan namun masih di atas target SPM yaitu 70%. (Dinas Kabupaten Semarang, 2014)

Penurunan jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti 1) ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD, dimana pengetahuan terhadap alat kontarsepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan, 2) umur yang merupakan alasan dan kebutuhan dalam memilih alat kontrasepsi yang digunakan. 3) Jumlah anak atau paritas juga merupakan pertimbangan ibu untuk tidak menggunakan IUD karena jangka waktu pemasangan yang lama dan 4) pendapatan, karena biaya pelayanan IUD yang relatif mahal dan biaya untuk menjangkau fasilitas kesehatan.(Kusmarjadi, 2010)

Peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah peran suami sebagai motivator, peran suami sebagai edukator, dan peran suami sebagai fasilitator. Pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pilihan pasangan suami istri dapat memenuhi kepuasan klien sehingga pemakaian alat kontrasepsi diharapkan lebih konsisten (Faridah, 2008)

Dari hasil penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Dukungan Suami Dan Dukungan Bidan Pada Akseptor IUD dan Non IUD Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung” oleh budiadi Berdasarkan Dukungan suami pada akseptor IUD dan Non IUD dalam penggunaan AKDR dapat dilihat untuk pengguna akseptor IUD terdapat 82 (90%) responden mendapat dukungan suami, serta terdapat 9 (10%) responden yang tidak memiliki dukungan suami. Sedangkan untuk akseptor Non IUD terdapat 54 (59,3%) responden yang mendapat dukungan suami dan 37 (40,7%) responden yang tidak memiliki dukungan suami.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas bandungan di dapatkan ada sebanyak 280 PUS dan data pemakaian kontrasepsi dari bulan januari sampi desember tahun 2015 bahwa ibu yang menggunakan alat kontrasepsi implant sebanyak 55 %, suntik 33 %, dan IUD 12 %.

(7)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 5 Berdasarkan studi penelitian pada 10 orang ibu yang menggunakan IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan di dapatkan hasil bahwa 3 orang ibu mendapatkan dukungan dari suami dan 7 orang ibu tidak mendapatkan dukungan dari suami, karena suami berpendapat bahwa kontrasepsi IUD dapat menggangu saat berhubungan dan menyebabkan penyakit, jadi sehingga ibu dan ada juga ibu yang ingin menggunakan kontasepsi IUD tetapi tidak mendapat dukungan dari suami.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan kontrasepsi IUD di Puskesmas Bandungan Tahun 2016”.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Bandungan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam pnelitian ini adalah :

a. Untuk Mengetahui Gambaran Dukungan Instrumental Suami Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di wilayah Kerja Puskesmas Bandungan. b. Untuk Mengetahui Gambaran Dukungan Informasional Suami Dalam

Pemilihan Kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan. c. Untuk Mengetahui Gambaran Dukungan Penilaian (appraisal) Suami

Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah kerja Puskesmas Bandungan.

d. Untuk Mengetahui Gambaran Dukungan Emosional Suami Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah kerja Puskesmas Bandungan. METODOLOGI

Penelitian ini hanya memiliki satu variabel, yaitu dukungan keluarga dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang. Namun, variabel tersebut memiliki 4 sub variabel, yaitu variabel dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh Akseptor Kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang pada bulan Januari – Desember 2015 sejumlah 34 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

total sampling. Pengambilan sampel secara total sampling (sampel jenuh) adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, misalnya kurang 100 orang atau penelitian yangingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang Tahun 2016.

(8)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 6

Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)

20-35 Tahun > 35 Tahun 21 13 61,8 38,2 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 34 responden ibu akseptor kontrasepsi IUD di wilayah kerja puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 21 orang (61,8%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4 11 16 3 11,8 32,4 47,1 8,8 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 34 responden akseptor KB IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarnag, sebagian besar memililki suami dengan pendidikan SMA, yaitu sejumlah 16 orang (47,1%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Suami Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Buruh Karyawan/Swasta Wiraswasta/Pedagan PNS 6 17 10 1 17,6 50,0 29,4 2,9 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 34 responden akseptor KB IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar memililki suami dengan pekerjaan sebagai karyawan/swasta, yaitu sejumlah 17 orang (50,0%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Dukungan Suami Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 6 18 10 17,6 52,9 29,4 Jumlah 34 100,0

(9)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 7 Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dukungan suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 18 orang (52,9%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Instrumental Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Dukungan Instrumental Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 2 11 21 5,9 32,4 61,7 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dukungan instrumental suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah 21 orang (61,7%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Informasional Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Dukungan Informasional Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 5 20 9 14,7 58,8 26,5 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dukungan informasional suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 20 orang (58,8%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Penilaian Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Dukungan Penilaian Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 11 15 8 32,4 44,1 23,5 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dukungan penilaian suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 15 orang (44,1%).

(10)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 8 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Emosional Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Dukungan Emosional Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 16 10 8 47,1 29,4 23,5 Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dukungan emosional suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 16 orang (47,1%).

Pembahasan

1. Gambaran Dukungan Suami Dalam pemilihan Kontrasepsi IUD Pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan yang kurang ada sebanyak 6 orang (17,6%), cukup 18 orang (52,9%) dan baik 10 orang (29,4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja Bandungan penelitian ini dalam kategori cukup 18 orang (52,9%), dan dukungan suami dalam penelitian ini yang baik adalah dukungan instrumental ada 21 orang (61,7%), dan dukungan yang kurang adalah dukungan emosional 16 orang (47,1%).

Dukungan suami didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan keputusan KB, pengetahuan suami tentang KB dan penggunaan kontrasepsi IUD . Keterlibatan keluarga dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi. (BKKBN, 2013).

Dukungan suami adalah informasi dari suami pada pasangan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama (dukungan bidan atau tidak digunakan, tetapi setiap pasangan memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan) (Taylor, 2009).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari Radita dengan judul penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsiyang digunakan pada pasangan usia subur dengan hasil penelitian penelitian ini faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS adalah umur istri (p=0,011), jumlah anak (p=0,049), dan tingkat pendidikan (p=0,081). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p=1,000), kepemilikan Jamkesmas (p=0,485), tingkat pengetahuan (p=0,537), dukungan pasangan (p=1,000), dan pengaruh agama

(11)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 9 (p=1,000) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.

2. Gambaran Dukungan Instrumental Suami Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di wilayah Kerja Puskesmas Bandungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan instrumental suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan yang kurang ada sebanyak 2 orang (5,9%), cukup 11 orang (32,4%), baik 21 orang (61,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami membantu mengantarkan istrinya ke pelayanan kesehatan untuk menggunkan alat kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan kategori tinggi yang menjawab iya ada sebanyak 33 orang (97%) dan menjawab tidak ada sebanyak 1 orang (2,9%), dan dalam penelitian dukungan instrumental yang mendapatkan hasil yang rendah adalah suami yang membantu mencarikan tempat pelayanan, saat istri ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja puskesmas Bandungan yang menjawab iya ada sebanyak 18 orang (53%), dan yang menjawab tidak ada sebanyak 16 orang (47%).

Dukungan suami dalam keluarga berencana adalah mengantarkan istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol, atau merujukkan, misalnya istri sudah waktunya kontrol kontrasepsi dan suami siap mengantarkan istri ke bidan terdekat atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (Faridah, 2008)

Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksi. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratih (2015) tentang hubungan antara dukungan suami dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi intra uterine device (iud) di puskesmas polokarto kabupaten sukoharjo didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi IUD dilihat dari nilai p=0,002 <0,05 dan OR=3,6. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dilihat dari nilai p=0,326 > 0,05 dengan pemilihan kontrasepsi IUD.

3. Gambaran Dukungan Informasional Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan Informasional Suami adalah kurang ada sebanyak 5 orang (14,7%), cukup 20 orang (58,8%) dan baik 9 orang (26,5%). Dalam penelitian ini dukungan informasional suami dalam pemilihan alat kontrasepsi cukup ada 20 orang (58,8%). Hasil penelitian dukungan informasional dalam penelitian ini menunjukkan bahwa suami pernah membantu mencarikan informasi tentang alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan dalam kategori cukup yang menjawab iya ada sebanyak 26 orang (76,5%), yang menjawab tidak ada sebanyak ada 8 orang (23,5%), dan yang mendapatkan hasil yang rendah dalam penelitian informasional ini adalah apakah suami pernah menyarankan istrinya untuk

(12)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 10 memakai kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan yang menjawab iya ada sebanyak 11 orang (32,3%), yang menjawab tidak ada sebanyak 23 orang (67,7%).

Dukungan suami dalam keluarga berencana membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan istri untuk kontrol, membantu mencarikan pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi. (Faridah, 2008)

Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja. (Faridah, 2008)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nawirah (2013) tentang faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD di wilayah kerja puskesmas wonomulyo Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman

Hasil penelitian dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan umur dengan pemilihan kontrasepsi IUD(p=0,000< α=0,05), ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi IUD (p=0,000< α=0,05),dan efek samping dengan pemilihan kontrasepsi IUD (p=0,000 < α=0,05) sedangkan jumlah anak tidak berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi IUD (p=0,248>α=0,05).

4. Gambaran Dukungan Penilaian Suami Dalam Pemilihan Konrasepsi IUD pada Akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Hasil penilaian menunjukkan bahwa Dukungan Penilaian Suami adalah sebanyak kurang 11 orang (32,4%), cukup 15 orang (44,1%), baik 8 orang (23,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan penilaian suami menunjukkan suami mendukung, apabila istri menggunakan alat kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan dalam kategori cukup yang menjawab iya ada sebanyak 20 orang (59%), yang menjawab tidak ada sebanyak 14 orang (41,1%), dan dalam penelitian dukungan penilaian yang mendapatkan dukungan rendah adalah suami pernah ikut serta pada saat konsultasi tentang kontrasepsi IUD ke tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan adalah yang menjawab iya ada sebanyak 11 orang (32,3%), yang menjawab tidak ada sebanyak 23 orang (67,6%).

Dukungan suami dalam keluarga berencana adalah memilah kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi sesuai dengan keinginan dengan kondisi istri, misalnya suami yang menyarankan istri yang menggunaka alat kontrasepsi IUD. (Faridah, 2008)

Dalam melaksanakan keluarga berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti diketahui di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit

(13)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 11 istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai. (Faridah, 2008)

Hasil penelitian ini sejalan dengan Radita (2009) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada pasangan usia subur, hasil penelitiannya adalah penelitian ini faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS adalah umur istri (p = 0,011), jumlah anak (p = 0,049), dan tingkat pendidikan (p = 0,081). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p = 1,000), kepemilikan Jamkesmas (p = 0,485), tingkat pengetahuan (p = 0,537), dukungan pasangan (p = 1,000), dan pengaruh agama (p = 1,000) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.

5. Gambaran Dukungan Emosional Suami dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD pada akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional suami dalam adalah kategori sebanyak kurang 16 orang (47,1%), cukup 10 orang (29,4%), Baik 8 orang (23,5%). Dalam penelitian ini dukungan emosional suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD adalah kurang sebanyak 16 orang (47,1%). Hasil penelitian menjukkan bahwa suami mendengarkan istri pada saat pertama kali istri ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan dalam kategori rendah yang menjawab iya ada sebanyak 21 orang (68%), yang menjawab tidak ada sebanyak 13 orang (35,2%), dan dalam penelitian ini dukungan emosional yang mendapatkan dukungan emosional yang mendapatkan hasil yang rendah adalah apakah suami anda masih perhatian saat anda sesudah memakai alat kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan yang mendapat jawaban iya ada sebanyak 10 (29,4%), yang mendapatkan jawaban tidak ada sebayank 24 orang (70,5%).

Dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakkan saat ini terbukti tidak memuaskan, misalnya suami menyarankan istri untuk memakai kontrasepsi yang lainnya karena istrinya sering mengalami efek samping saat memakai kontrasepsi yang digunakan sekarang. (Faridah, 2008)

Dukungan sosial dalam suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang atau akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai (Chone dan Sme 1996 dalam Harnilawati, 2013)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari Radita dengan judul penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsiyang digunakan pada pasangan usia subur dengan hasil penelitian penelitian ini faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS adalah umur istri (p=0,011), jumlah anak (p=0,049), dan tingkat pendidikan (p=0,081). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p=1,000), kepemilikan Jamkesmas (p=0,485), tingkat

(14)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 12 pengetahuan (p=0,537), dukungan pasangan (p=1,000), dan pengaruh agama (p=1,000) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.

PENUTUP Kesimpulan

1. Gambaran dukungan instrumental suami dalam pemilihan kontrasepsi iud pada akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah 21 orang (61,7%)

2. Gambaran dukungan informasional suami dalam pemilihan kontrasepsi iud pada akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 20 orang (58,8%).

3. Gambaran dukungan penilaian suami dalam pemilihan kontrasepsi iud pada akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 15 orang (44,1%).

4. Gambaran dukungan emosional suami dalam pemilihan kontrasepsi iud pada akseptor KB IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan, Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 16 orang (47,1%).

DAFTAR PUSTAKA

Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC.

Anggraini & Martini, 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

BKKBN. 2013. Evaluasi Pembangunan Kependudukan dan KB BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah: BKKBN Provinsi

Dinas Kesehata Kabupaten Semarang, Profil penggunaan Kontrasepsi. Kabupaten Semarang, 2014

Faridah, 2008. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hartanto, 2008. KB Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan : Pustaka As Salam

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta: Salemba Medika

(15)

Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD

di Wilayah Kerja Puskesmas Bandungan Tahun 2016 Page 13 Notoatmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, 2008. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan

Praktis.Jakarta: Salemba Medika.

Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontasepsi, Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwoni Prawirohardjo

Saryono, setiawan. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sugiyono, 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alvabeta

Suratun, 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta: EGC Taylor Seigel, 2009. Dukungan Sosial Dalam Keluarga. Jakarta: Trans Info Media Zaidin, 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku

Referensi

Dokumen terkait

Dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dapat disimpulkan bahwa praktikan mendapat tambahan wawasan pengetahuan yang lebih luas mengenai dunia kerja yang

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan puji dan syukur pertama kali kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dari segi penyimpanan data, laporan bulanan yang diterima oleh bagian UPTD belum menggunakan penyimpanan basis data (database), sehingga data yang diterima oleh

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi

Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu investasi bagi perusahaan karena diperlukan biaya untuk mendukung hal tersebut, namun sejalan dengan

Setelah mencicipi tiap sampel, Anda dapat memberikan penilaian atas dasar SANDINESS (rasa berpasir (bertepung) pada es krim) dengan menggunakan skala rating (boleh ada yang

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS Geografi