• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif kualitatif tentang motivasi pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif kualitatif tentang motivasi pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan - USD Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Aji Satria Putra NIM: 069114057

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Aji Satria Putra NIM: 069114057

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dalam hidup, tiada yang bisa bertahan tanpa

bantuan orang lain dan Tuhan

(AJI SATRIA PUTRA)

Ad maiorem Dei gloriam

(Demi Kemuliaan Allah yang lebih besar)

-St. Ignatius of Loyola-

(6)
(7)

vi

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG MOTIVASI PEMUDA DAN REMAJA YANG AKTIF DALAM ORGANISASI KEGEREJAAN

Aji Satria Putra

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui motivasi pemuda dan remaja Kristen yang aktif di organisasi kegerejaan. Pada masa-masa pemuda dan remaja, seseorang akan mencoba untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan minatnya melalui berbagai media yang salah satunya melalui organisasi keagamaan. Secara khusus, pemuda dan remaja Kristen akan mencoba untuk menyalurkan minatnya pada organisasi gereja. Kelima subjek penelitian kali ini adalah pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi gereja dalam jangka waktu 1-4 tahun. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa motivasi para informan dipengaruhi oleh adanya pemahaman bahwa pelayanan adalah sebuah kewajiban yang harus mereka lakukan dalam organisasi kegerejaan.

(8)

vii

A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY OF YOUTHS AND ADOLESCENTS MOTIVATION TO ACTIVE IN ECCLESIASTICAL

ORGANIZATION

Aji Satria Putra

ABSTRACT

This study was a descriptive study that aimed to determine the motivations that affect youth and adolescents Christians who are active in Christian ecclesiastical organization. In periods of youth and adolescence, someone will try to develop itself in accordance with their interests through various media that one of them through ecclesiastical organizations. In particular, youth and adolescents Christians will try to channeled their interests in the Christian ecclesiastical organization. All of five subjects of this study were the youth and adolescents that active in the Christian ecclesiastical organization in period 1-4 years. Data collection technique that used in this study was the interview. The result of the study showed that their motivation was influenced by the presence of the informants understanding that service is an obligation that they so do and they do so in the eccleastical organization

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberi berkat dan petunjuk pada saya sehingga saya dapat

menyelesaikan karya tugas akhir saya ini. Dengan segala kerendahan hati,

saya menyadari bahwa tanpa berkat dan petunjuk dariNYA saya tidak

dapat menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana

Psikologi (S.Psi) ini.

Karya ini diharapkan dapat menjadi berkat dan berguna bagi semua

elemen yang berperan penting dalam kehidupan saat ini. Kehidupan saat

ini menuntut adanya suatu pemikiran-pemikiran yang mungkin hanya bisa

dicari melalui sebuah penelitian sehingga diharapkan adanya karya

penelitian ini dapat memicu keinginan para peneliti lain untuk melakukan

penelitian tanpa ada tendensi untuk melakukan kegiatan plagiasi.

Pertama-tama saya ingin berterima kasih kepada kedua orang tua

saya, Drs. Tri Warsono dan Dra. Yetti Yuliati Soebari atas dukungan yang

diberikan kepada perjuangan saya selama ini walaupun durasi studi saya

tergolong lama. Kesabaran dan dukungan mereka yang telah membuat

saya termotivasi untuk segera menyelesaikan karya skripsi saya ini. Saya

juga mengucapkan terimakasih kepada adik saya satu-satunya Bagas

(11)

x

berpatungan untuk membeli tinta printer. Tetap semangat dengan studimu

dan selesaikan studimu dengan tepat waktu pula.

Sebagai seorang yang sedang belajar untuk melakukan penelitian,

saya sangat berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu

saya dalam proses pengerjaaan skripsi ini:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, sebagai Dekan Fakultas

Psikologi beserta segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma atas bimbingannya selama saya menempuh

studi

2. Ibu P. Henrietta PDADS, S.Psi, MA sebagai dosen

pembimbing skripsi saya. Terima kasih atas kerjasama dan

kesabarannya selama membimbing saya dalam penulisan

skripsi

3. Para dosen penguji ujian skripsi

4. Dosen pembimbing saya selama studi, bapak Prof. A.

Supratiknya (2006-2009)dan Bapak H. Wahyudi, M.Si

(2009-2012) atas bimbingan dan perhatian pada kemajuan studi saya

dan teman-teman seangkatan saya.

5. Para staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma: mas Gandung, mas Donny, mas Muji, mbak Nanik

dan pak Gie yang sudah banyak membantu saya selama ini

6. Pak/mas/opa Setyawan J Kridanta yang telah memberi saya

(12)

xi

7. Teman-teman seperjuangan bimbingan mba Etta: Oix, Reno,

Arya. Memang saya yang paling tua, tetapi saya juga banyak

belajar dari kalian semua

8. Teman-teman yang sudah berdinamika bersama saya sesama

angkatan 2006 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

yang sudah berjuang bersama-sama selama beberapa tahun ini

9. Teman-teman Friends Community yang menjadi tempat saya

belajar dan menemukan potensi diri saya

10.Teman-teman Pemuda dan Remaja GKJ Gondokusuma

Yogyakarta yang telah menjadi inspirasi judul skripsi saya ini.

Tetap semangat dalam melayani bagi gereja dan sesamamu

manusia Salam nggiling!!!

11.Para staff dan fasilitator Gloria Edukasindo yang telah

memberikan kesempatan yang sangat berharga untuk saya

belajar.

12.Volunteer Stube-HEMAT atas sharing-sharing berbobot yang

telah memperkaya hidup saya

13.Sahabat-sahabat saya ex PSK SMPN 5 Yogyakarta 2000-2003

“The Godzjidank”. Terima kasih telah menjadi sahabat-sahabat

terbaik saya selama hampir 12 tahun ini. Tuhan memberkati

kalian semua

14.Teman-teman sesama volunteer YMCA Yogyakarta yang

(13)

xii

15.Konco kenthel saya, Kurnia Yohana Yulianti, S.Psi yang sudah

sering saya repotkan dengan pergolakan batin saya. Sukses

terus untuk mimpi-mimpimu dan masa depanmu.

16.dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Yogyakarta, 23 Mei 2012

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI………..iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAH………..………iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….v

ABSTRAK………..vi

ABSTRACT………..vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………viii

KATA PENGANTAR………ix

DAFTAR ISI……….xiii

DAFTAR TABEL………...……..xvi

DAFTAR LAMPIRAN………xvii

BAB I PENDAHULUAN………1

A.Latar Belakang Masalah………...1

B.Rumusan Masalah………...8

C.Tujuan Penelitian………8

D.Manfaat Penelitian………..8

(15)

xiv

2. Manfaat Praktis……….8

BAB II KAJIAN LITERATUR……….10

A.Motivasi Remaja dan Pemuda………..…….10

1. Perkembangan Remaja dan Pemuda………...10

2. Motivasi………...14

B.Organisasi Kegerejaan……….……..21

C.Motivasi Pemuda untuk Aktif dalam Organisasi Gereja……….……..27

D.Pertanyaan Penelitian………31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..32

A.Jenis Penelitian………..32

B.Batasan Penelitian……….32

C.Subjek Penelitian………...34

D.Teknik Pengambilan Data………35

E. Prosedur Penelitian………38

1. Tahap Pra Lapangan………38

2. Tahap Pekerjaan Lapangan……….39

3. Tahap Analisis Data………39

F. Teknik Analisis Data……….40

(16)

xv

BAB IV PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…….43

A.Pelaksanaan Penelitian………..43

B.Deskripsi Informan………44

1. Data demografi subjek………44

C.Hasil Penelitian……….45

1. Hasil Analisis Data Penelitian……….45

2. Integrasi Hasil Analisis Data Penelitian………..54

a. Proses Awal………...55

b. Dinamika Setelah Bergabung………60

c. Tujuan Setelah bergabung……….66

d. Harapan Setelah Bergabung………..68

D.Pembahasan………...73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….………84

A.Kesimpulan……….………...84

B.Saran………..84

1. Bagi Organisasi Kegerejaan………84

2. Bagi Informan……….85

3. Bagi Peneliti Selanjutnya………85

(17)

xvi Daftar Tabel

Tabel 1 Pedoman Wawancara………36

Tabel 2Data Demografi Informan………..44

Tabel 3 Ringkasan Dinamika………53

Tabel 4 Pengaruh Awal Bergabung………...55

Tabel 5 Tujuan Awal Bergabung………...58

Tabel 6 Perasaan Dalam Organisasi………..60

Tabel 7 Pemahaman tentang Berkegiatan di Gereja………..63

Tabel 8 Tujuan setelah Bergabung………66

Tabel 9 Harapan ketika Berorganisasi………...68

(18)

xvii Daftar Lampiran

Informed Concern………..90

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari,

manusia akan berusaha untuk selalu berelasi dengan orang-orang lain yang

ada di sekitarnya. Relasi yang dibangun oleh manusia dan orang-orang di

sekitarnya merupakan suatu kebutuhan dasar dalam diri manusia dan

bertujuan untuk membuat manusia menjadi lebih bertambah dibandingkan

dengan keadaan dirinya yang sebenarnya (Baron & Byrne, 2006). Artinya

dalam perjalanan hidupnya, manusia akan selalu mencoba untuk terus

beradaptasi dengan keadaan yang ada melalui berbagai cara. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya suatu kebutuhan untuk terus membuat dirinya

dapat bertahan dengan keadaan sekitarnya sehingga ia perlu untuk

menjalin sebuah relasi dengan individu yang lainnya.

Dari kebutuhan untuk menjalin relasi tersebut, manusia akan

cenderung untuk membuat suatu perkumpulan yang akhirnya memiliki

suatu tujuan tersendiri sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut (Baron

& Byrne : 2006). Perkumpulan tersebut akan bersifat koheren berdasarkan

(20)

organisasi. Dalam organisasi tersebut, ada suatu tujuan tersendiri mengapa

orang-orang tersebut bisa tergabung menjadi satu. Dalam hal ini, ada

suatu pendorong yang membuat orang-orang tersebut dapat tergabung

menjadi satu tujuan.

Organisasi merupakan suatu hal yang sering dijumpai pada masa

kini. Berbagai macam bentuk organisasi dapat ditemui di mana saja mulai

dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Menurut Katz

dan Kahn (1978), organisasi didefinisikan sebagai suatu perangkat sosial

yang bertujuan untuk memenuhi tujuan dari suatu kelompok secara

terstruktur. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa

organisasi merupakan suatu wadah yang menampung orang-orang yang

memiliki tujuan yang sama sehingga mereka akan berkumpul menjadi satu

untuk menyatukan tujuan tersebut. Katz dan Khan (1978) juga

mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem sosial yang mengatur

perilaku orang-orang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di

masyarakat. Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa organisasi

merupakan suatu tempat untuk mengakomodasi orang-orang sesuai dengan

nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Adanya kesamaan dalam

nilai dan norma serta tujuan yang dianut tersebut akan membuat mereka

berkumpul dan menciptakan suatu yang lebih tinggi dibandingkan ketika

mereka bekerja secara individual. Adanya kesamaan tujuan tersebut tidak

menutup kemungkinan suatu organisasi akan terus berkembang dan

(21)

Organisasi terdiri dari bermacam-macam jenis, tergantung dari

tujuan, nilai serta norma yang dianut. Berdasarkan dari tujuannya, ada

organisasi profit dan profit. Salah satu contoh dari organisasi

non-profit tersebut adalah organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan adalah

suatu organisasi yang memiliki dasar iman akan agama yang dianut, yang

dalam hal ini secara tidak langsung mengatur tingkah laku dari anggota

yang ada di dalamnya (Gruber dalam Levy, 2009). Organisasi keagamaan

memiliki peran dalam membina dan membentuk suatu kepercayaan

berdasarkan agama yang dianut. Dalam hal ini, peran dari organisasi itu

sendiri adalah untuk menjaga “keimanan” para anggota yang mempercayai

agama tertentu.

Berdasarkan sudut pandang dari anggota yang terlibat di dalam

organisasi keagamaan, ada keunikan tersendiri dalam hal motivasi untuk

bergabung. Sebagian besar motivasi dari orang-orang yang tergabung

dalam organisasi keagamaan adalah karena mereka memiliki keinginan

untuk menjadi lebih baik dibandingkan orang lain dalam hal keimanan

tersebut (Berman dalam Carvalho : 2010).

Salah satu organisasi keagamaan adalah organisasi kegerejaan.

Dalam wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada 4 anggota

organisasi kegerejaan di Gereja Kristen Jawa (GKJ), salah seorang

anggota mengemukakan pendapatnya bahwa ia bergabung di organisasi

tersebut sudah cukup lama yaitu 7 tahun (AA, Wawancara, Agustus 2010).

(22)

merasa memiliki suatu panggilan dari dalam dirinya untuk terus terlibat

dalam kegiatan ini. Selain itu, ia juga merasa bahwa ada suatu

kenyamanan ketika ia terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada.

Menurutnya, ia merasa mendapat suatu kesenangan ketika ia terlibat dalam

kegiatan tersebut. Walaupun merasa lelah dan banyak waktu terbuang, ia

merasa bangga ketika berhasil meneyelenggarakan suatu acara baik yang

berskala besar maupun kecil. Baginya, panggilan dalam diri tersebutlah

yang membuatnya mau dan tertarik untuk terlibat di dalam organisasi ini.

Dalam kesempatan yang lain, salah seorang anggota organisasi

kegerejaan mengatakan bahwa dia juga memiliki suatu motivasi tersendiri

untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan tersebut (ID, Wawancara,

September 2010). Selama 8 tahun bergabung, motivasinya dalam

organisasi tersebut adalah karena ia smerasa bahwa ada suatu panggilan

dari dalam dirinya untuk bergabung dalam organisasi tersebut.

Sebelumnya, ia sendiri aktif dalam organisasi di sekolah dan kurang aktif

dalam organisasi gereja. Akan tetapi, setelah cukup lama bergabung dalam

organisasi kegerejaan tersebut, akhirnya ia merasa memiliki kewajiban

yang harus dia lakukan. ID merasa nyaman ketika bisa berkegiatan

bersama-sama dengan teman satu organisasinya tersebut. ID juga merasa

lebih berkembang ketika berdinamika di dalam organisasi kegerejaan

daripada di organisasi sekolahnya. Ia lebih bisa menghargai keadaan orang

(23)

membuat dirinya menjadi seseorang yang dapat mengontrol emosi dan

membuat suatu harmoni yang baik dengan orang lain.

Seorang anggota organisasi kegerejaan yang lain mengatakan

bahwa ia sendiri bergabung dengan organisasi kegerejaan untuk dapat

menambah kemampuannya dalam hal berorganisasi (WW, Wawancara,

Agustus 2010, sudah bergabung selama 7 tahun). Ia berharap bisa belajar

suatu soft skill seperti kemampuan berorganisasi ini. Selain itu, ia juga

ingin untuk belajar membuat suatu keputusan dalam suatu organisasi.

Maksud dari tujuannya ini adalah, ia merasa bahwa dengan ia bergabung

dalam organisasi kegerejaan, ia dapat melatih kemampuan

berorganisasinya serta pengambilan keputusan. Hal tersebut dikarenakan,

ia menganggap bahwa organisasi kegerejaan memiliki struktur yang tidak

terlalu rumit sehingga ia tidak perlu merasa takut ketika melakukan suatu

kesalahan. Selain itu, aktif dalam organisasi kegerejaan membuatnya

belajar untuk berani dalam mengeluarkan pendapat sehingga tidak perlu

ragu ketika berada pada situasi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, ia merasa

bahwa ia bisa belajar banyak ketika ia bergabung dengan organisasi

kegerejaan tersebut.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi keteribatan

seseorang dalam organisasi kegerejaan. Salah satunya adalah adanya

hambatan atau kendala dalam organisasi tersebut. Dalam suatu

kesempatan, salah seorang anggota lain juga menceritakan bahwa ada

(24)

untuk terlibat dalam organisasi (SP, Wawancara, November 2010, sudah

bergabung selama 9 tahun). Salah satunya adalah pandangan awal

seseorang tentang organisasi kegerejaan. Menurutnya, pandangan awal

seseorang yang belum pernah terlibat sama sekali dalama organisasi

kegerejaan cenderung apatis. Mereka memandang organisasi tersebut

hanya tempat untuk membuang-buang waktu belaka dan tidak

menghasilkan apa-apa. Kenyataannya, organisasi kegerejaan sendiri sudah

tidak terlalu diminati oleh banyak anak muda gereja dan tentu saja. Hal

tersebut sangat disayangkannya karena di organisasi ini mereka bisa

mendapatkan manfaat yang berguna seperti kemampuan berorganisasi,

public speaking, leadership dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ia sedang

membuat suatu perencanaan agar banyak pemuda gereja lain yang tertarik

untuk terlibat di dalam organisasi tersebut. Salah satu cara yang ia

gunakan adalah dengan membuat suatu acara yang menarik seperti

lomba-lomba dan lain sebagainya. Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan

untuk membuat image yang positif tentang organisasi tersebut.

Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan, dapat

diketahui bahwa ada perkembangan yang dialami oleh para anggota yang

sudah lebih dahulu bergabung dalam organisasi kegerejaan yang membuat

mereka tetap aktif dalam organisasi kegerejaan. Perkembangan tersebut

adalah meningkatnya kemampuan berelasi. Menurut Maslow (dalam Petri,

1981), pernyataan ini dapat mencerminkan adanya kebutuhan akan cinta

(25)

mendorong mereka untuk bertindak sesuai apa yang mereka inginkan,

dalam hal ini adalah kemampuan berelasi. Perkembangan yang lain adalah

meningkatnya kemampuan berorganisasi dan kontrol emosi. Peningkatan

kemampuan berorganisasi dan kontrol emosi tersebut menunjukan adanya

pemenuhan kebutuhan akan harga diri seseorang yang terjadi ketika ada

peningkatan kemampuan dalam diri seseorang yang meningkatkan

kepercayaan dirinya.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena adanya keprihatinan

dengan keadaan organisasi. Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa

organisasi kegerejaan sudah mengalami penurunan minat dari para

pemuda dan remaja yang menjadi warga gereja. Dalam beberapa tanya

jawab diketahui bahwa faktor yang menyebabkan penurunan minat dari

pemuda dan remaja untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan

sebagian besar adalah karena organisasi tersebut terlihat tidak menarik dan

membosankan sehingga banyak orang yang menganggap bahwa

bergabung dalam organisasi tersebut tidak berguna, akan tetapi, masih ada

pemuda dan remaja yang menganggap bahwa organisasi kegerejaan dapat

menjadi tempat pembelajaran dan aktualisasi diri sehingga hal tersebut

membuatnya tetap bertahan dalam organisasi. Survey awal pada anggota

yang sudah lebih dahulu bergabung selama 7-9 tahun mengemukakan

pandangan mereka tentang organisasi yang semakin kurang diminati. Hal

inilah yang mendorong peneliti untuk melihat bagaimana motivasi anggota

(26)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana motivasi para pemuda dan remaja yang aktif dalam

organisasi kegerejaan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitan dalam penelitian kali ini adalah untuk mengetahui

motivasi para pemuda dan remaja yang aktif dalam organisasi kegerejaan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah, dapat berguna

sebagai wacana dalam pengembangan di bidang Kesehatan Mental.

Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi dan

penelitian yang dapat digunakan bagi semua orang yang ingin meneliti

motivasi seseorang untuk bergabung dalam organisasi kegerejaan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah penelitian ini dapat

memberikan suatu gambaran tentang motivasi seseorang yang aktif

(27)

sehingga dapat dibuat suatu evaluasi tentang keadaan dalam organisasi

(28)

10

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Motivasi Remaja dan Pemuda

1. Perkembangan Remaja dan Pemuda

Manusia memiliki banyak sekali dorongan dan kebutuhan dalam

hidupnya. Dorongan-dorongan itu sendiri berasal dari dalam dirinya dan

dipengaruhi oleh keinginan dari dalam dirinya sendiri. Ketika seseorang

memiliki tujuan yang penting dan ingin dicapai dalam dirinya, ia akan

berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut disebabkan,

pemuasan kebutuhan tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam

perkembangan manusia itu sendiri (Petri: 1981).

Dalam masa-masa remaja sampai awal dewasa, seseorang akan

memasuki suatu tahap peralihan. Artinya, pada masa ini seseorang akan

berada pada keadaan dimana ia sudah mulai mencoba lepas dari ikatan

orang tua dan mulai mencoba untuk memenuhi dirinya secara mandiri.

Dalam hal ini, peran orang tua dalam membimbing serta menentukna jalan

hidupnya sudah mulai berkurang dan seseorang tersebut sudah mulai

mencoba untuk membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Erikson (dalam

Santrock, 2002) mengatakan bahwa dalam masa ini timbul suatu

(29)

Hal tersebut tentu saja membuat seseorang merasa dirinya tidak aman.

Dalam beberapa kasus banyak remaja yang mengalami suatu krisis

identitas yang disebabkan oleh adanya konflik (keamanan dan otonomi)

tersebut. Penentuan identitas seseorang ketika ia mulai beranjak sendiri

sebenarnya tidak lepas dari peran keluarga. Pengaruh pola asuh dalam

keluarga sendiri secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

bagaimana seseorang anak menilai dirinya sendiri (Santrock: 2000).

Remaja akan mencoba untuk mencari kelompok. Tujuan seseorang

bergabung dalam kelompok ini adalah lebih pada untuk mengakomodasi

rasa takut dan kurang dalam dirinya. Maksudnya adalah, dalam kelompok

dimana ia bergabung, seseorang terlebih akan mencoba untuk merasa

nyaman dalam kelompok tersebut. Alasan ia bergabung dalam kelompok

tersebut pada awalnya mungkin saja adalah untuk mengakomodasi

perasaan kurangnya tersebut dan membantuk kepercayaan dirinya.

Dalam masa remaja, selain cenderung untuk mencari teman

sebaya, seseorang juga akan lebih tertarik untuk mencari teman lawan

jenis yang lebih banyak. Menurut Duck (dalam Santrock, 2002), pada

masa remaja seseorang akan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap

lawan jenis. Memiliki teman lawan jenis bagi remaja baik itu wanita atau

pria merupakan sebuah kebutuhan untuk meningkatkan gengsi seorang

remaja. Dalam hal ini, masa remaja identik dengan keinginan seseorang

untuk menarik perhatian orang lain terkhusus bagi teman lawan jenis. Hal

(30)

terlihat mencolok di hadapan lawan jenis sehingga membuat seorang

remaja berlomba-lomba untuk membuat diri mereka menarik di mata

lawan jenis. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh ada kebanggaan

tersendiri dari seorang remaja ketika dia bisa mendapatkan seorang teman

wanita.

Pada fase ini pula, seseorang akan mencoba untuk membuat suatu

awal dari pencapaian pribadinya atau Achieving Stage (Schaie dalam

Santrock ,2002). Maksudnya adalah, pada masa ini, seseorang mulai

mencoba untuk menerapkan intelektualitas dan pengalamannya dalam

suatu hal. Dalam masa ini pula, seseorang mulai mencoba untuk membuat

sesuatu yang berguna dan yang paling penting adalah, ia dapat diakui

intelektualitasnya sehingga ia dapat diakui eksistensinya di masyarakat.

Achieving Stage adalah fase di mana seseorang mulai mempersiapkan diri

memasuki masa tanggung jawab atau Responsibility Stage. Responsibility

Stage adalah fase dimana seseorang sudah mulai mengerti fungsi dirinya.

Maksudnya adalah, dalam masa ini seseorang mulai untuk bertanggung

jawab atas apa yang dilakukannya. Hal ini berhubungan dengan keadaan

dirinya yang mulai mencoba untuk menentukan jalan hidupnya sendiri

sehingga ia sendiri dituntut untuk bertanggung jawab atas apa yang ia

lakukan.

Bagi beberapa pemuda, ada semacam pilihan untuk

mengimplementasikan intelektualnya dalam organisasi. Pilihan bergabung

(31)

keamanan dan otonomi dalam diri seseorang (Erikson dalam Santrock ,

2002). Alasan pertama seseorang untuk bergabung dalam kelompok adalah

perasaan diterima atau perasaan nyaman. Hal tersebut tentu saja

berpengaruh terhadap kelekatannya pada kelompok tersebut. Dalam

prosesnya, motivasi yang ada dalam diri manusia sendiri dapat terwujud

ketika ada faktor-faktor yang mendorong motivasi tersebut terjadi.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari

dalam diri manusia melainkan dari luar diri mereka.

Semua individu yang tergabung dalam kelompok memiliki taraf

kesetaraan yang sama. Kesetaraan inilah yang membuat orang-orang

terkhususnya remaja dan pemuda menjadi tertarik untuk bergabung dalam

suatu kelompok. Keinginan seseorang untuk bergabung dalam suatu

kelompok atau organisasi dipengaruhi oleh adanya suatu kesamaan tujuan

dan kenyamanan antar individu tersebut. Hal tersebut tentu saja

berpangaruh terhadap kuat atau tidaknya dorongan yang mendorong

seseorang untuk bergabung dalam kelompok tersebut.

Pada masa remaja, seseorang beranggapan bahwa memiliki

keanggotaan dalam suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang harus

mereka ikuti. Hal tersebut disebabkan oleh adanya anggapan bahwa

kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu pemenuhan akan kebutuhan

mereka untuk berelasi dan kebersamaan dengan teman-teman sebayanya.

Dalam konteksnya dengan organisasi, terdapat 2 hal umum yang pasti ada

(32)

aturan yang berlaku pada suatu kelompok dan ditaati oleh kelompok

tersebut. hal yang lain adalah adanya peran. Peran merupakan posisi

tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan-aturan dan

harapan-harapan yang menentukan bagaimana remaja harus bertingjah laku dalam

posisi tersebut.

Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok tersebut akan

berkembang ke sebuah organisasi. Organisasi pemuda sendiri memiliki

pengaruh penting dalam perkembangan seorang remaja. Para remaja yang

bergabung dalam organisasi ini akan terlihat lebih mau untuk

berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat pada masa dewasanya dan

memiliki harga diri yang lebih tinggi (Erikson dalam Santrock: 2002).

2. Motivasi

Motivasi dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh adanya suatu

tujuan. Sama halnya dengan kebutuhan, motif yang ada dalam diri

manusia akan terbentuk ketika ada tujuan yang ingin dicapai. Ketika ada

tujuan yang ingin dicapai tersebut, ada suatu hasrat atau emosi yang

muncul dalam diri manusia. Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap

kuat lemahnya motivasi seseorang dalam mencapai tujuan yang

diinginkannya tersebut. Tujuan dari motivasi seseorang tersebut

dipengaruhi pula oleh nilai-nilai yang dihayati dan dimaknai dengan

(33)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap munculnya motivasi

seseorang adalah adanya nilai-nilai yang berpengaruh di lingkungan

tersebut (Clary dalam Frater, dkk ,2004). Nilai adalah sesuatu hal yang

dipercaya dan diperjuangkan oleh orang-orang sehingga nilai kemudian

mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Budaya mempengaruhi pola

pikir dan kebiasaan dari seseorang tersebut untuk bertindak. Hal tersebut

menyebabkan faktor yang berpengaruh pada setiap orang berbeda-beda

tergantung pada nilai-nilai yang mereka anut dan hayati.

Selain itu, faktor lain yang berpengaruh terhadap motivasi pada

manusia adalah adanya kesempatan dari organisasi tersebut yang

memungkinkan seorang individu untuk maju (Soemanto, 2009). Setiap

manusia pasti memiliki sebuah keinginan untuk menjadi lebih baik dari

sebelumya. Hal tersebut menyebabkan setiap manusia akan selalu

berusaha untuk memenuhi semua tujuan yang dimilikinya tersebut. Selain

itu, faktor keinginan untuk maju tersebut bergantung pada visi dan misi

dari orang tersebut. Jika seseorang memiliki visi dan misi yang kuat dalam

menghayati tujuannya tersebut, ia akan dapat mencapai tujuan yang ia

tetapkan tersebut (Baron, 2006).

Motivasi yang timbul dalam diri seseorang pun, dapat dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan sosialnya. Dalam sebuah lingkungan sosial,

manusia secara tidak langsung akan membuat seorang individu akan

mencoba untuk menjadi sama dengan lingkungannya. Hal itu disebut

(34)

muncul ketika individu tersebut berusaha untuk menjadi sama atau

berusaha untuk mengikuti keadaan atau kebiasaan dalam lingkungan

tersebut. Ada suatu hubungan antara konformitas tersebut dengan

motivasi. Dalam suatu lingkungan sosial, terdapat nilai-nilai atau values

yang dihayati oleh semua masyarakat di lingkungan tersebut. Seorang

individu yang berada dalam lingkungan sosial tersebut secara tidak

langsung akan berusaha untuk menjadi sama atau menyesuaikan diri

dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hal inilah yang

membentuk suatu motif atau dorongan yang membuat individu menjadi

termotivasi untuk bertindak (Khan & Katz, 1978).

Perilaku yang diwujudkan oleh seseorang selalu bersumber dalam

dirinya. Hal tersebut lalu diperkuat dengan adanya motivasi dalam diri

manusia. Maslow (dalam Petri, 1981), membuat suatu hirearki tentang

kebutuhan manusia. Menurut Maslow, motivasi dapat diidentifikasikan

sebagai teori yang menekankan pada usaha pada setiap manusia untuk

mencapai potensi yang maksimal dari dirinya atau yang dapal hal ini

adalah aktualisasi diri. Hal ini tentu saja bergantung pada motivasi dan

motif-motif yang ada dalam diri manusia tersebut (Maslow dalam

Petri,1981). Maslow mempercayai bahwa beberapa pandangan mendalam

tentang motivasi pada manusia harus menjamah pada diri manusia tersebut

secara keseluruhan sehingga faktor keseluruhan tersebut akan berjalan

(35)

Motivasi dalam diri manusia dipengaruhi juga oleh adanya motif

dalam diri manusia. Motif tersebut dapat berupa emosi, kebutuhan,

maupun keinginan dari dalam diri manusia. Kuat lemahnya motivasi

seseorang dalam mencapai tujuannya dipengaruhi juga oleh tujuan yang

diinginkan oleh manusia tersebut. Maksudnya adalah, ketika keinginan

atau kebutuhan tersebut menuntut adanya pemenuhan segera, maka

manusia akan cenderung untuk memuaskan kebutuhannya tersebut.

Dalam hubungannya dengan organisasi, motivasi mempengaruhi

orang-orang untuk bergabung dalam organisasi tersebut. Ada banyak hal

yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang. Hal yang paling

berpengaruh adalah pada tujuan dari masing-masing individu tersebut. Ada

banyak faktor yang berpengaruh terhadap tujuan seseorang untuk

melakukan suatu hal. Dalam konteks organisasi, hal tersebut dapat berupa

adanya perasaan diterima maupun ada kepuasan tersendiri ketika

bergabung dalam organisasi tersebut (Katz & Khan, 1978).

Menurut Maslow (dalam Feist & Feist, 2010), manusia memiliki

kebutuhan-kebutuhan dalam diri yang bersifat dasar. Manusia sendiri

dalam hidupnya dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat

sama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat sama untuk semua manusia

dan tidak berubah. Dalam teori ini, Maslow juga berpendapat bahwa

kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh manusia tidak terbatas hanya

pada aspek fisiologis saja tetapi juga pada aspek psikologis seseorang.

(36)

sadar dan bukan atas ketidaksadaran sehingga kebutuhan-kebutuhan

tersebut digerakkan oleh motivasi yang mendorong pemenuhan

kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hirearkis.

Maksudnya adalah, kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut akan

terpenuhi ketika kebutuhan yang ada pada level sebelumnya sudah

terpenuhi.

Dalam teori Maslow (dalam Schultz, 1991), motivasi dalam diri

manusia dibagi menjadi beberapa tingkatan atau hirearki. Hirearki tersebut

dibagi berdasarkan sifat kebutuhan tersebut. Maksudnya adalah, kebutuhan

manusia itu sendiri terbagi mulai dari yang bersifat jasmani sampai yang

bersifat pribadi dalam diri masing-masing individu. Hirearki ini juga tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Maksudnya adalah, setiap

kebutuhan tersebut harus dipenuhi sebelum manusia tersebut beralih ke

kebutuhan yang lain. Tentu saja kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih

dahulu adalah kebutuhan yang sifatnya paling bawah dalam hirearki

Maslow.

Maslow juga menegaskan bahwa semua manusia harus mencari

tujuan pribadinya yang ada didalam dirinya ketimbang sesuatu yang nyata

(Maslow dalam Petri , 1981). Artinya, sebuah tujuan yang didasari dari

dalam diri manusia sendiri akan lebih berpengaruh terhadap motivasinya

tersebut ketimbang yang berdasarkan pada hal-hal yang terlihat. Maslow

pun menganggap bahwa motivasi yang timbul dalam diri manusia

(37)

mereka sadari. Contuhnya adalah, kebutuhan fisiologis. Secara tidak sadar,

manusia sendiri membutuhkan pemuasan kebutuhan seperti makan, sex

dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja memperkuat pernyataan Maslow

bahwa faktor ketidaksadaran juga berpengaruh terhadap penentuan tujuan

yang dibuat oleh manusia. hirearki kebutuhan dalam manusia adalah

sebagai berikut (Maslow dalam Boeree, 2004),

- Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis lebih menekankan pada adanya

pemenuhan kebutuhan dasar dalam diri manusia. Kebutuhan

dasar tersebut dapat berupa kebutuhan akan makan, sex, dan

lain sebagainya. Dalam kehidupan saat ini, pemenuhan

kebutuhan fisiologis dapat dilihat dari banyaknya penawaran

dalam bentuk apapun yang tujuannya adalah untuk membuat

seseorang merasa kebutuhannya dipenuhi. Ketika seseorang

tersebut merasa kebutuhannya dipenuhi, maka ia akan

cenderung untuk lebih termotivasi untuk melakukan yang

terbaik.

- Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman ini lebih menekankan pada

adanya jaminan rasa aman dan kemapanan akan keadaan yang

ada dalam dirinya. Dalam hal ini, seseorang yang merasa

dirinya telah aman atau tidak merasa diganggu keadaanya akan

(38)

ini disebabkan dirinya telah merasa aman dan mapan dengan

keadaannya sehingga ia akan merasa lebih nyaman dalam

melakukan kegiatannya.

- Kebutuhan akan cinta kasih

Kebutuhan akan cinta kasih ini menekankan pada

adanya relasi dan interaksi yang terjadi dalam setiap hubungan

dengan sesama manusia. Dalam hal ini, seseorang akan

menjadi lebih termotivasi dan tergugah untuk beraktivitas

ketika ia mendapatkan dukungan dari orang-orang di

sekitarnya. Selain itu, seseorang juga akan lebih termotivasi

dalam melakukan kegiatannya ketika ia merasa nyaman dan

diterima dalam komunitas yang ada. Hal ini berpengaruh pada

orang-orang yang sering beraktivitas dan berhubungan dengan

orang lain sehingga ia menjadi lebih maksimal dalam

kegiatannya.

- Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan ini lebih membahas pada penghargaan yang

diberikan kepada seseorang atas hasil kerja yang dilakukannya.

Seseorang tentu akan lebih merasa dirinya menjadi lebih baik

dan nyaman ketika ia diriya sendiri selalu diberi masukan yang

(39)

kepercayaan diri yang dimilikinya sehingga ia akan lebih

termotivasi dalam melakukan pekerjaannya

- Aktualisasi diri

Aktualisasi diri terjadi ketika seseorang telah

menemukan suatu keadaan bahwa dirinya mampu untuk

menjadi seseorang yang berbeda dari keadaan yang

sebelumnya. Maksudnya adalah seseorang akan merasa lebih

termotivasi lagi ketika ia telah mencapai apa yang menjadi

tujuannya selama ini. Dengan kata lain, orang tersebut akan

merasa puas ketika dirinya telah mendapatkan apa yang ia cari

selama ini. Ketika ia sudah mendapatkannya, maka ia akan

cenderung untuk terus mencari apa saja yang menjadi

tujuannya dan tentu saja apa yang ia capai adalah sesuatu yang

baru. Hal tersebut membuat seseorang akan terus memperkaya

dirinya dengan hal-hal yang baru sehingga dirinya akan

menjadi lebih kaya dalam banyak hal.

B. Organisasi Kegerejaan

Organisasi merupakan suatu bentuk kompleks dari sebuah

kelompok. Kelompok merupakan suatu kumpulan orang yang terikat satu

dan yang lain secara koheren (Campbell dalam Baron & Byrne , 2006).

(40)

- Organisasi Profit

Organisasi profit sendiri lebih menekankan pada

mendapatkan keuntungan secara finansial yang

sebesar-besarnyadari kegiatan yang mereka lakukan. Organisasi ini juga

lebih menekankan pada pertanggungjawaban hasil kerja yang

dilakukan kapada pemimpin organisasi tersebut.

Organisasi profit sendiri memiliki suatu jabatan yang

disebut pemilik organisasi atau mungkin dewan bersama yang

dapat merupakan pemilik dari organisasi tersebut. Pemilik inilah

yang merupakan penentu setiap keputusan yang ada dalam

organisasi tersebut dan biasanya pemilik ini memilik wewenang

untuk membawa tujuan organisasi sesuai dengan apa yang

diharapkannya.

Fokus dari organisasi ini sendiri lebih pada mencari

keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang sudah dikeluarkan

oleh para penyandang dana. Hal tersebut menyebabkan

orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut wajib untuk selalu

mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasan atau pemilik

organisasi tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh tujuan dari

organisasi itu sendiri sehingga semua orang dituntut untuk tunduk

dan beraktivitas sesuai dengan apa yang sudah disusun dan

(41)

Dalam perkembangannya, organisasi profit sendiri juga

menuntut adanya inovasi dari para anggota yang ada di dalamnya.

Hal tersebut disebabkan oleh tujuan organisasi tersebut adalah

untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dari modal

yang ada sehingga perlu ada banyak inovasi baru untuk

memperoleh keuntungan tersebut.

- Organisasi Non-Profit

Pengertian dari organisasi nonprofit sendiri adalah,

organisasi ini lebih mengutamakan pada tujuan atau misi dari

organisasi tersebut. Organisasi ini sendiri tidak bergantung pada

seberapa besar keuntungan yang harus mereka dapatkan dari

aktivitas organisasi itu sendiri tapi lebih ke pengembangan dan

implementasi dari apa yang menjadi tujuan kegiatan dari organisasi

itu sendiri.

Organisasi nonprofit mengandalkan SDM yang mereka

miliki untuk mengerjakan apa yang menjadi tujuan organisasi

mereka. Maksud dari lebih mengandalkan SDM ini adalah karena

kegiatan yang dilakukan oleh organisasi non profit sendiri lebih

pada mengayomi orang-orang yang menjadi obyek kegiatan dari

organisasi tersebut. Hal tersebut berbeda dari organisasi yang

bersifat profit dimana organisasi profit lebih mengutamakan

(42)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa organisasi

gereja bersifat non-profit. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk

mewujudkan tujuan yang ada dalam organisasi itu sendiri. Organisasi non

profit lebih menekankan pada adanya pemberdayaan orang-orang yang

tergabung atau menjadi target dari tujuan organisasi itu sendiri.

Program-program yang ada dalam sebuah organisasi gereja sendiri lebih bersifat

bagaimana mengembangkan kerohanian bagi orang-orang khususnya di

gereja itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan segala sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi tersebut lebih berfokus pada pengembangan

kerohanian bagi orang-orang di sekitarnya sehingga segala bentuk

kegiatan harus sesuai dengan tujuan gereja itu sendiri.

Berdasarkan pada sifat dari organisasi tersebut yang non profit,

tentu saja tujuan organisasi tersebut bukan untuk mencari sebuah profit

dari modal atau dana yang ada dalam organisasi. Semua sumber daya

digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut, sehingga

dibutuhkan sekali orang-orang yang benar-benar mau untuk berkecimpung

dalam kegiatan ini. Hal tersebut disebabkan, totalitas dari kegiatan yang

dilakukan ini membuat seseorang terkadang tersita waktunya dan bahkan

menciptakan kerugian di sisi waktu para anggotanya. Akan tetapi, ada

sebuah faktor yang membuat orang-orang yang terlibat dalam organisasi

ini banyak meluangkan waktunya demi organisasi.

Eksistensi dari suatu agama tidak pernah lepas dari peran sebuah

(43)

yang memiliki tujuan untuk memelihara keimanan pemeluk agama yang

ada. Dalam realitanya, perlu adanya keseimbangan antara pemahaman dan

pengamalan terhadap agama itu sendiri sehingga semua orang dapat

mengerti apa tujuan dari ajaran agama tersebut (Evans dalam Levy dkk,

2009).

Dalam kehidupan kegerejaan sendiri, terdapat suatu kelompok

sendiri yang bertugas untuk mengatur dan memelihara kegiatan jemaat

yang berhubungan dengan iman jemaat tersebut. Struktur dan peraturan

yang dibentuk dalam organisasi kegerejaan pun didasarkan pada

ajaran-ajaran yang ada dalam kitab suci. Oleh karena itu, banyak terdapat

kebijakan dan “undang-undang” yang didasarkan pada ajaran agama

tersebut seperti pembentukan Majelis Gereja.

Ada banyak faktor yang membuat organisasi kegerejaan tersebut

dapat terbentuk. Salah satu faktor terbentuknya suatu organisasi gereja

adalah dipengaruhi oleh individu-individu yang masuk dan terlibat

dalamnya (Boyer dalam Atran dkk, 2004). Ketika seorang individu merasa

dirinya terberkati oleh adanya organisasi tersebut, dia akan memiliki suatu

ketertarikan atau keterikatan terhadap organisasi tersebut.(Boyer dalam

Atran dkk, 2004).

Terdapat asumsi dari Berman (dalam Carvalho, 2010), yang

menyatakan bahwa seseorang pada kenyataannya sudah memiliki

(44)

tersebut masih bersifat laten atau tersembunyi dalam diri manusia.

Menurut Berman (dalam Carvalho, 2010), di sinilah fungsi dari organisasi

kegerejaan tersebut. Fungsi dari organisasi gereja di sini adalah untuk

memfasilitasi keinginan individu tersebut untuk memenuhi kebutuhannya.

Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa peran organisasi kegerejaan secara

tidak langsung adalah menjadi fasilitator untuk memenuhi kebutuhan

individu-individu sehingga individu tersebut dapat memanifestasikan

kebutuhan dalam dirinya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa eksistensi

dari suatu organisasi kegerejaan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan

keinginan dari individu-individu yang aktif dalam organisasi tersebut.

Ketika beberapa orang dengan kebutuhan yang sama, yaitu sama-sama

menginginkan pemenuhan kebutuhan rohani mereka berkumpul menjadi

satu, mereka secara tidak langsung sudah menjadi bagian yang menjamin

eksistensi dari keberadaan organisasi gereja tersebut.

Pilihan untuk bergabung dalam organisasi sendiri dipengaruhi oleh

budaya dan nilai-nilai yang dianut seseorang. Dalam konteks organisasi

keagamaan, keinginan seseorang untuk bergabung dalam organisasi

keagamaan sendiri dipengaruhi oleh kebutuhannya untuk mengaktualisasi

dirinya. Dalam hal ini, keinginan seseorang untuk melakukan kegiatan

keagamaan serta bergabung dalam organisasi keagamaan lebih

(45)

orang-orang disekelilingnya. Hal tersebut secara tidak langsung

berpengaruh terhadap pola pikir seseorang.

C. Motivasi Pemuda untuk Aktif dalam Organisasi Gereja

Ketika seseorang memasuki masa remaja dan pemuda, orang

tersebut akan mengalami apa yang disebut dengan tahap peralihan.

Maksud dari tahap peralihan itu sendiri adalah, pada masa ini seseorang

akan berada pada keadaan dimana ia sudah mulai mencoba lepas dari

ikatan orang tua dan mulai mencoba untuk memenuhi dirinya secara

mandiri. Dalam hal ini, peran orang tua dalam membimbing serta

menentukan jalan hidupnya sudah mulai berkurang dan seseorang tersebut

sudah mulai mencoba untuk membuat keputusan untuk dirinya sendiri

(Erikson dalam Santrock , 2002). Hal ini tentu saja menyebabkan

seseorang akan merasa dirinya kurang dan berusaha untuk

mengakomodasi kekurangan tersebut dengan cara bergabung dalam

kelompok-kelompok tertentu.

Perilaku yang diwujudkan oleh seseorang selalu bersumber dalam

dirinya. Hal tersebut lalu diperkuat dengan adanya motivasi dalam diri

manusia. Maslow (dalam Petri ,1981), membuat suatu hirearki tentang

kebutuhan manusia. Menurut Maslow, Motivasi dapat diidentifikasikan

sebagai teori yang menekankan pada usaha pada setiap manusia untuk

(46)

adalah aktualisasi diri. Hal ini tentu saja bergantung pada motivasi dan

motif-motif yang ada dalam diri manusia tersebut (Maslow dalam

Petri,1981). Maslow mempercayai bahwa beberapa pandangan mendalam

tentang motivasi pada manusia harus menjamah pada diri manusia tersebut

secara keseluruhan sehingga faktor keseluruhan tersebut akan berjalan

sesuai dengan fungsi-fungsinya.

Dalam hubungannya dengan organisasi, motivasi ini sendiri

berpengaruh terhadap apa yang mempengaruhi orang-orang untuk

bergabung dalam organisasi tersebut. Banyak hal yang berpengaruh

terhadap motivasi seseorang dan yang paling berpengaruh adalah pada

tujuan dari masing-masing individu tersebut. Dalam konteks faktor yang

berpengaruh di organisasi, hal tersebut dapat berupa adanya perasaan

diterima maupun ada kepuasan tersendiri ketika bergabung dalam

organisasi tersebut.

Banyak hal yang mendorong ketertarikan seseorang terhadap

organisasi gereja itu sendiri. Salah satunya karena keinginan mereka untuk

memanifestasikan kebutuhannya. Ketika kebutuhan tersebut sudah bisa

dipenuhi dalam diri individu tersebut, ia akan bersedia untuk bergabung

dan terlibat dalam organisasi tersebut. Pemuasan kebutuhan seseorang

ketika ia bergabung dalam organisasi gereja itu sendiri mungkin ada

bermacam-macam dan tidak sama satu dengan yang lainnya tergantung

(47)

Organisasi gereja bersifat non-profit. Tujuan dari organisasi ini

sendiri adalah untuk mewujudkan nilai-nilai yang dianut dalam organisasi.

Program-program yang ada dalam sebuah organisasi gereja lebih bersifat

bagaimana mengembangkan kerohanian bagi orang-orang khususnya di

gereja itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan segala sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi tersebut lebih berfokus pada pengembangan

kerohanian bagi orang-orang di sekitarnya sehingga segala bentuk

kegiatan harus sesuai dengan tujuan gereja itu sendiri.

Berdasarkan pada sifat dari organisasi tersebut yang non profit,

tentu saja tujuan organisasi tersebut bukan untuk mencari sebuah profit

dari modal atau dana yang ada dalam organisasi. Semua sumber daya

digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut, sehingga

dibutuhkan sekali orang-orang yang benar-benar mau untuk berkecimpung

dalam kegiatan ini. Hal tersebut disebabkan, totalitas dari kegiatan yang

dilakukan ini membuat seseorang terkadang tersita waktunya dan bahkan

menciptakan kerugian di sisi waktu para anggotanya. Akan tetapi, ada

sebuah faktor yang membuat orang-orang yang terlibat dalam organisasi

ini banyak meluangkan waktunya demi organisasi.

Menurut Dister (1988), kebutuhan manusia untuk beragama itu

sendiri tidak dapat disamakan dengan kebutuhan dasar manusia.

Kebutuhan manusia untuk beragaman sifatnya sangat dinamis dimana

kebutuhan itu sendiri tercipta ketika manusia itu mengalami sebuah

(48)

berpengaruh terhadap munculnya kebutuhan manusia akan kegiatan rohani

tersebut. Lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang secara

tidak langsung akan membentuk kecenderungan tersendiri seseorang

dalam hal pengalaman kerohanian. Keberagaman pengalaman pribadi

tersebutlah yang membuat manusia akan memiliki pandangan yang

berbeda-beda dalam hal pengalaman rohani tersebut.

Ada empat motif yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang

untuk melakukan kegiatan beragama. Motif pertama adalah untuk

mengatasi frustrasi. Ada beberapa kasus yang menyebabkan manusia

menjadi “frustrasi” terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh

adanya penolakan oleh masyarakat yang menyebabkan seseorang memilih

untuk mengambil jalan atau cara lain untuk mengakomodasi kebutuhannya

tersebut. Faktor yang lain adalah adanya perasaan ingin menjaga

kesusilaan di masyarakat. Ada kecenderungan manusia untuk

memperbaiki dan meluruskan apa yang ada dalam masyarakat. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan norma dan nilai yang dianut individu

tersebut dan masyarakat. Ada dua persamaan antara dua kecenderungan

tersebut yaitu adanya rasa menolak norma dan nilai yang ada. Hal tersebut

membuat manusia akan cenderung untuk melakukan tindakan penolakan

terhadap keadaan yang ada dengan pilhan kedua cara yaitu, menghindar

atau merubah.

Dalam usahanya untuk mencoba bergabung dalam kelompok

(49)

berasal dari dalam dirinya. Hal tersebut tentu saja menyebabkan

kekecewaan dalam diri orang tersebut. Menurut Dister (1988), hal tersebut

membuat seseorang mengalami suatu frustrasi. Frustrasi dalam konteks ini

adalah mengalami kekecewaan terhadap masyarakat dalam dirinya

sehingga membuat dirinya menjadi memilih untuk bergabung dalam suatu

kelompok kerohanian.

Hal lain yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang untuk

bergabung dalam organisasi kegerejaan adalah keinginan untuk

mempelajari hal-hal yang bersikap intelek. Rasa frustrasi dalam diri

manusia tersebut mungkin dapat ditunjukan dengan keinginannya

mempelajari hal-hal baru yang dalam hal ini adalah sesuatu yang bersifat

religius (Dister, 1988). Masa remaja dan pemuda sendiri adalah

masa-masa dimana seseorang mulai mencoba untuk mempelajari suatu hal baru

dan mencoba untuk menrapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

hal ini, ada kebutuhan untuk dapat diakui eksistensinya dalam kehidupan

sosial sehingga dengan mempelajari hal-hal yang bersiafat rohani seorang

pemuda atau remaja akan lebih dapat dipandang keberadaan dirinya di

kehidupan sosial.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan penelitian dalam penelitian kali in adalah:

Bagaimana motivasi para pemuda dan remaja yang aktif dalam

(50)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif sendiri adalah metode kualitatif yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang suatu masalah. Dalam hal ini, data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data-data kualitatif yang berbentuk seperti wawancara dan obeservasi. Secara sederhana, penelitian ini adalah penelitian yang datanya tidak diperoleh melalui statistik tetapi berdasarkan wawancara dan observasi (Strauss & Corbin, 2009). Tema penelitian ini adalah mengenai motivasi yang membutuhkan data dari subjek karena motivasi sendiri adalah suatu dorongan tak nampak yang berasala dalam diri manusia. Hal tersebut menyebabkan peneliti membutuhkan data yang mendalam dari subjek tentang apa yang terjadi dalam dirinya.

B. Batasan Penelitian

(51)

aktif dalam organisasi gereja. motivasi sendiri adalah suatu dorongan dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk bertindak.

Data-data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang diambil dari para informan. Wawancara dalam penelitian berisi tentang dinamika motivasi dalam diri subjek ketika bergabung dalam organisasi gereja. Selain itu, wawancara ini juga digunakan untuk melihat motif-motif apa yang mempengaruhi seseorang dalam suatu organisasi gereja.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis metode Criterion Sampling. Dalam hal ini, informan diambil secara acak dan diharapkan akan dapat mewakili populasi yang ada (Creswell, 2007). Semua informan pun berasal dari gereja yang sama yaitu GKJ Gondokusuman Yogyakarta. Penetapan ini dilakukan dengan alasan latar belakang lingkungan gereja tempat informan beraktifitas mendukung terbentuknya motivasi tersebut sehingga dapat terbentuk suatu pengalaman yang mungkin sama dari setiap subjek.

Subyek penelitian adalah anggota yang tergabung dalam Komisi Pemuda dan Komisi Remaja. Adapun karakteristik berikut.:

- Berusia antara 18 sampai 24 tahun.

(52)

kegerejaan. Selain itu, karakteristik ini juga mendukung terbentuknya perasaan tersendiri pada organisasi

- Status subjek belum menikah. Hal tersebut didasarkan pada nama organisasi sendiri yaitu Komisi Pemuda dan Komisi Remaja, yang memang beranggotakan Remaja dan Pemuda yang belum menikah

D. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara adalah teknik pengambilan data dengan menanyakan sejumlah pertanyaan kepada subjek dan pertanyaan tersebut bersifat terbuka (Parker, 2008). Wawancara bertujuan untuk mengetahui keadaan subjek sesuai dengan tujuan penelitian secara lebih mendalam. Berbeda dengan skala, wawancara sendiri lebih mengutamakan keotentikan data yang ada. Sedangkan skala lebih mengutamakan pada indikasi-indikasi yang ada berdasarkan teori yang ada. Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan melakukan wawancara, peneliti lebih dapat mengetahuiapa yang terjadi dalam diri subjek secara lebih mendalam.

(53)

pengalaman yang dimiliki subjek dengan konteks sosial yang ada. maksud dari membumikan disini adalah peneliti mencoba untuk melihat bagaimana pengalaman-pengalaman yang diceritakan oleh subjek tersebut dikaitkan dengan tema penelitian yang ada. Dengan kata lain, peneliti berusaha untuk memperkuat pertanyaan penelitian yang ada dengan data-data hasil wawancara yang ada. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, akan digambarkan fenomena-fenomena yang ada dalam pertanyaan penelitian berdasarkan sudut pandang subjek.

Penelitian deskriptif kualitatif sendiri juga menggunakan wawancara semi- terstruktur dalam pengambilan datanya. Maksud dari wawancara semi-terstruktur adalah dalam prosesnya, peneliti sudah mempunyai susunan tersendiri yang digunakan untuk mengambil data pada subyek. Akan tetapi, dalam proses pengambilan data itu sendiri pertanyaan tersebut dapat menjadi fleksibel menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat pengambilan data tersebut.

Tabel 1

Pedoman Wawancara

No. Poin utama Pokok pertanyaan Pertanyaan 1. Lama bergabung

dalam organisasi

Lama berkecimpung dalam organisasi

1. Sudah berapa lama kah anda

berkecimpung dalam organisasi gereja??

2. Awal ketertarikan Apa yang membuat subyek tertarik untuk bergabung

(54)

dalam organisasi

3. Perngaruh luar yang mempengaruhi

4. Dinamika subyek dalam organisasi 2. apakah yang anda

(55)

Perasaan subyek dalam organisasi

1. apakah anda merasa puas dan nyaman ketika bergabung dalam organisasi ini.. 2. Output kegiatan Apa yang diterima

subyek dalam kegiatan di organisasi

1. yang anda peroleh dari organisasi ini..

2. apakah pentingnya organisasi ini bagi anda..

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan mengikuti prosedural standar yang diperlukan dalam setiap penelitian kualitatif. Prosedur tersebut berupa tahapan penelitian mulai dari awal penyusunan rancangan penelitian hingga analisis dan kesimpulan penelitian. Lebih lanjut tahapan ini diungkapkan oleh Moleong (2009) sebagai berikut :

1. Tahap Pra Lapangan

(56)

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti sudah mulai turun ke lapangan untuk mengambil data. Penelitian diarahkan untuk mengambil data sebanyak-banyaknya yang terkait dengan fokus penelitian. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa jangan sampai peneliti melenceng terlalu jauh dari rancangan awa penelitian. Perubahan rancangan penelitian mungkin saja terjadi, hal ini terkait dengan kondisi lapangan yang dapat selalu berubah-ubah. Pendekatan dengan sumber data yaitu informan perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya bias data. Pemahaman yang baik terhadap sumber data dan konteks sosialnya dapat mengurangi bias dalam data yang diperoleh.

3. Tahap Analisis Data

(57)

analisis utama untuk membahas semua data yang telah diperoleh. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan analisis data berdasarkan tujuan dan rumusan masalah penelitian.

Dalam penelitian kali ini, langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan data adalah sebagai berikut

- Membuat kerangka pertanyaan berdasarkan teori.

- Membuat pedoman pertanyaan berdasarkan kerangka pertanyaan

- Mulai mencari orang-orang yang cocok dengan kriteria subjek - Memulai wawncara dengan subjek

- Membuat verbatim hasil wawancara subjek - Menarik makna dari verbatim subjek

- Menentukan apakah jawaban dari subyek sudah menjawab berdasarkan pedoman pertanyaan yang ada

- Menentukan wawancara kedua bila ada pertanyaan dalam pedoman yang belum terjawab.

F. Teknik Analisia Data

Menurut Creswell (2007), ada beberapa tahapan yang digunakan untuk menganalisa data yaitu:

(58)

- Memulai untuk membaca dan mengkategorikan kalimat-kalimat atau paragrag-paragraf yang berhubungan dengan tema penelitian - Membuat deskripsi berdasarkan hasil wawancara yang ada.

Maksudnya adalah, peneliti menjabarkan apa yang didapatkannya - Membuat klasifikasi dari data-data yang ada. Proses ini digunakan

untuk mengelompokkan data-data yang ada lalu membuat klasifikasi berdasarkan konteks penelitian yang ada

- Membuat interpretasi. Maksud dari membuat interpretasi adalah, peneliti menemukan arti dari data-data yang dikumpulkan secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk melihat fenomena apa yang sebenarnya terjadi

- Mempresentasikan hasil penelitian. Dalam hal ini, peneliti mulai untuk mempresentasikan apa yang telah diteliti dengan cara membuat suatu deskripsi berdasarkan data-data yang ada

G. Kredibilitas Penelitian

(59)
(60)

43

BAB IV

PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti selama tiga bulan (Juni –

September 2011). Subjek dari penelitian adalah para anggota dari

organisasi kepemudaan gereja yang berbentuk komisi. Pencarian subjek

sendiri dilakukan di satu gereja. Tujuannya adalah lebih pada persamaan

asal gereja sehingga para subjek akan memiliki kesamaan dalam hal

lingkungan yang mendorong keinginan mereka untuk bergabung dalam

organisasi gereja.

Dalam proses pemilihan subjek penelitian, peneliti memilih

orang-orang yang sudah aktif minimal selama satu tahun dalam organisasi gereja.

Pada proses ini dilakukan penyeleksian pada anggota-anggota organisasi

dari Komisi Remaja dan Komisi Pemuda yang dianggap memenuhi syarat

untuk menjadi informan pada penelitian kali ini. Dengan syarat setahun

aktif dalam organisasi gereja tersebut diharapkan informan sendiri telah

mengerti seluk beluk dan memilik pengalaman dalam dirinya terkait

dengan dorongan yang membuat dirinya mau untuk aktif dalam organisasi

(61)

B. Deskripsi Informan

1. Data Demografi Subjek

Pemilihan informan pada penelitian kali ini didasarkan pada

sudah seberapa lama calon informan aktif dalam organisasi gereja.

Dengan persyaratan ini, diharapkan informan masih mengingat apa

yang membuat mereka mau untuk aktif dalam organisasi gereja. Hal

ini berbeda ketika pemilihan informan didasarkan pada anggota

organisasi yang sudah lebih dari lima tahun berkecimpung dalam

organisasi karena mereka akan cenderung menganggap bahwa hal

yang mereka lakukan dalam organisasi tersebut biasa saja.

Tabel 2

Data Demografi Informan

Uraian Informan

1 Informan2 Informan 3 Informan 4 Informan 5

Usia 23 20 18 19 22

(62)

Organisasi

lain yang

pernah diikuti

Stube OSIS,

KSR, PSK, OSIS, relawan

OSIS, pengurus asrama

Karang taruna, OSIS, PMK

Para informan sendiri sudah memenuhi persyaratan peneliti untuk

menjadi informan dalam penelitian kali ini yaitu belum lima tahun

berkecimpung dalam organisasi kegerejaan. Seperti yang sudah

dibicarakan sebelumnya, persyaratan tersebut dilakukan agar informan

masih ingat pengalaman-pengalaman apa yang mendorongnya untuk aktif

dalam organisasi gereja itu sendiri.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Data Penelitian

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada semua subjek,

kebanyakan subjek memulai untuk aktif dalam organisasi gereja adalah

antara usia 16-20 tahun. Menurut Pieaget (dalam Santrock , 2002),

pada masa ini seseorang akan mulai memiliki ide-ide dan pemikiran

yang akan untuk dibuat sesuatu yang nyata dari hal-hal tersebut.

Berikut akan ditampilkan data dari masing-masing informan untuk

(63)

Informan 1

Informan 1 ini memulai mengikuti kegiatan organisasi kegerejaan

ini sejak 3 tahun yang lalu. Pada awalnya, dirinya hanya diajak oleh

seorang temannya untuk mengikuti kegiatan di organisasi dan tidak

memiliki motivasi apapun. Dalam perkembangannya, informan merasa

bahwa dirinya memiliki suatu kewajiban tersendiri dalam hidup ini yaitu

melayani Tuhan. Ia berpikir demikian karena dirinya merasa telah

menerima berkat. Informan mengatakan bahwa dalam perjalanan

hidupnya, dirinya akhirnya merasa bahwa Tuhan sendiri telah banyak

berkorban bagi dirinya sehingga dia merasa bahwa dirinya sendiri saat ini

tidak hanya minta untuk dilayani Tuhan, tapi bagaimana caranya ia

melayani Tuhan sebagai kewajiban atas hak yang ia terima.

Selain itu, informan juga memiliki harapan untuk membuat

pemuda dan remaja di lingkungan gereja mau untuk aktif dalam

kegiatan-kegiatan dalam organisasi tersebut. Menurutnya, ada penurunan dalam hal

kuantitas pemuda remaja yang bergabung dalam organisasi gereja tersebut.

Hal tersebut diamatinya selama ia aktif terlibat dalam organisasi gereja

tersebut. Informan pun terkadang merasa sedih dan tidak bersemangat

apabila banyak dari teman-temannya yang mulai tidak aktif atau bahkan

menghilang dari kegiatan organisasi. Baginya, teman-teman yang satu

pelayanan tersebut merupakan salah satu hal yang membuat ia semangat

Gambar

Tabel 1 Pedoman Wawancara
Tabel 2 Data Demografi Informan
Tabel 3 Ringkasan Dinamika
Tabel 4 Pengaruh  Awal Bergabung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Pemberian Pakan Alami yang Berbeda pada Benih Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Terhadap Pertubuhan dan Kelangsungan Hidup yang di laksanakan

Bahwa benar Terdakwa meninggalkan dinas tanpa ijin yang sah dari Komandan Kesatuan sejak tanggal 26 Juni 2013 sampai dengan perkaranya di laporkan ke Polisi Militer

No. Pada aspek keintensifan proses penumbuhan minat belajar peserta didik dalam menulis teks tanggapan deskriptif.. Pada aspek kekondusifan proses diskusi dalam mengidentifikasi

(2) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tindakan skorsing kepada pekerja/ buruh yang sedang dalam proses

Dalam pelaksanaan program kerja RW 012, mengenai acara peringatan HUT kemerdekaan RI yang ke-65 yang malam puncaknya tanggal 7 Agustus 2010 bisa terlaksana dengan baik tentunya

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Septiyanti (2017), bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan perawat tentang perawatan luka diabetes menggunakan

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang