• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR

B. Organisasi Kegerejaan

Organisasi merupakan suatu bentuk kompleks dari sebuah kelompok. Kelompok merupakan suatu kumpulan orang yang terikat satu dan yang lain secara koheren (Campbell dalam Baron & Byrne , 2006). Menurut Drucker (1990), organisasi dapat dibagi menjadi :

- Organisasi Profit

Organisasi profit sendiri lebih menekankan pada mendapatkan keuntungan secara finansial yang sebesar-besarnyadari kegiatan yang mereka lakukan. Organisasi ini juga lebih menekankan pada pertanggungjawaban hasil kerja yang dilakukan kapada pemimpin organisasi tersebut.

Organisasi profit sendiri memiliki suatu jabatan yang disebut pemilik organisasi atau mungkin dewan bersama yang dapat merupakan pemilik dari organisasi tersebut. Pemilik inilah yang merupakan penentu setiap keputusan yang ada dalam organisasi tersebut dan biasanya pemilik ini memilik wewenang untuk membawa tujuan organisasi sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Fokus dari organisasi ini sendiri lebih pada mencari keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang sudah dikeluarkan oleh para penyandang dana. Hal tersebut menyebabkan orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut wajib untuk selalu mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasan atau pemilik organisasi tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh tujuan dari organisasi itu sendiri sehingga semua orang dituntut untuk tunduk dan beraktivitas sesuai dengan apa yang sudah disusun dan direncanakan oleh pemilik organisasi.

Dalam perkembangannya, organisasi profit sendiri juga menuntut adanya inovasi dari para anggota yang ada di dalamnya. Hal tersebut disebabkan oleh tujuan organisasi tersebut adalah untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dari modal yang ada sehingga perlu ada banyak inovasi baru untuk memperoleh keuntungan tersebut.

- Organisasi Non-Profit

Pengertian dari organisasi nonprofit sendiri adalah, organisasi ini lebih mengutamakan pada tujuan atau misi dari organisasi tersebut. Organisasi ini sendiri tidak bergantung pada seberapa besar keuntungan yang harus mereka dapatkan dari aktivitas organisasi itu sendiri tapi lebih ke pengembangan dan implementasi dari apa yang menjadi tujuan kegiatan dari organisasi itu sendiri.

Organisasi nonprofit mengandalkan SDM yang mereka miliki untuk mengerjakan apa yang menjadi tujuan organisasi mereka. Maksud dari lebih mengandalkan SDM ini adalah karena kegiatan yang dilakukan oleh organisasi non profit sendiri lebih pada mengayomi orang-orang yang menjadi obyek kegiatan dari organisasi tersebut. Hal tersebut berbeda dari organisasi yang bersifat profit dimana organisasi profit lebih mengutamakan keuntungan finansial dari kegiatan yang dilakukan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa organisasi gereja bersifat non-profit. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk mewujudkan tujuan yang ada dalam organisasi itu sendiri. Organisasi non profit lebih menekankan pada adanya pemberdayaan orang-orang yang tergabung atau menjadi target dari tujuan organisasi itu sendiri. Program-program yang ada dalam sebuah organisasi gereja sendiri lebih bersifat bagaimana mengembangkan kerohanian bagi orang-orang khususnya di gereja itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan segala sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut lebih berfokus pada pengembangan kerohanian bagi orang-orang di sekitarnya sehingga segala bentuk kegiatan harus sesuai dengan tujuan gereja itu sendiri.

Berdasarkan pada sifat dari organisasi tersebut yang non profit, tentu saja tujuan organisasi tersebut bukan untuk mencari sebuah profit dari modal atau dana yang ada dalam organisasi. Semua sumber daya digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut, sehingga dibutuhkan sekali orang-orang yang benar-benar mau untuk berkecimpung dalam kegiatan ini. Hal tersebut disebabkan, totalitas dari kegiatan yang dilakukan ini membuat seseorang terkadang tersita waktunya dan bahkan menciptakan kerugian di sisi waktu para anggotanya. Akan tetapi, ada sebuah faktor yang membuat orang-orang yang terlibat dalam organisasi ini banyak meluangkan waktunya demi organisasi.

Eksistensi dari suatu agama tidak pernah lepas dari peran sebuah organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud adalah organisasi

yang memiliki tujuan untuk memelihara keimanan pemeluk agama yang ada. Dalam realitanya, perlu adanya keseimbangan antara pemahaman dan pengamalan terhadap agama itu sendiri sehingga semua orang dapat mengerti apa tujuan dari ajaran agama tersebut (Evans dalam Levy dkk, 2009).

Dalam kehidupan kegerejaan sendiri, terdapat suatu kelompok sendiri yang bertugas untuk mengatur dan memelihara kegiatan jemaat yang berhubungan dengan iman jemaat tersebut. Struktur dan peraturan yang dibentuk dalam organisasi kegerejaan pun didasarkan pada ajaran-ajaran yang ada dalam kitab suci. Oleh karena itu, banyak terdapat kebijakan dan “undang-undang” yang didasarkan pada ajaran agama tersebut seperti pembentukan Majelis Gereja.

Ada banyak faktor yang membuat organisasi kegerejaan tersebut dapat terbentuk. Salah satu faktor terbentuknya suatu organisasi gereja adalah dipengaruhi oleh individu-individu yang masuk dan terlibat dalamnya (Boyer dalam Atran dkk, 2004). Ketika seorang individu merasa dirinya terberkati oleh adanya organisasi tersebut, dia akan memiliki suatu ketertarikan atau keterikatan terhadap organisasi tersebut.(Boyer dalam Atran dkk, 2004).

Terdapat asumsi dari Berman (dalam Carvalho, 2010), yang menyatakan bahwa seseorang pada kenyataannya sudah memiliki kebutuhan akan hal-hal yang bersifat rohani. Akan tetapi, kebutuhan

tersebut masih bersifat laten atau tersembunyi dalam diri manusia. Menurut Berman (dalam Carvalho, 2010), di sinilah fungsi dari organisasi kegerejaan tersebut. Fungsi dari organisasi gereja di sini adalah untuk memfasilitasi keinginan individu tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa peran organisasi kegerejaan secara tidak langsung adalah menjadi fasilitator untuk memenuhi kebutuhan individu-individu sehingga individu tersebut dapat memanifestasikan kebutuhan dalam dirinya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa eksistensi dari suatu organisasi kegerejaan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan dari individu-individu yang aktif dalam organisasi tersebut. Ketika beberapa orang dengan kebutuhan yang sama, yaitu sama-sama menginginkan pemenuhan kebutuhan rohani mereka berkumpul menjadi satu, mereka secara tidak langsung sudah menjadi bagian yang menjamin eksistensi dari keberadaan organisasi gereja tersebut.

Pilihan untuk bergabung dalam organisasi sendiri dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai yang dianut seseorang. Dalam konteks organisasi keagamaan, keinginan seseorang untuk bergabung dalam organisasi keagamaan sendiri dipengaruhi oleh kebutuhannya untuk mengaktualisasi dirinya. Dalam hal ini, keinginan seseorang untuk melakukan kegiatan keagamaan serta bergabung dalam organisasi keagamaan lebih dipengaruhi oleh adanya budaya dan kebiasaan dalam keluarga maupun

orang-orang disekelilingnya. Hal tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap pola pikir seseorang.

Dokumen terkait