• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN PADA TAHUN AJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN PADA TAHUN AJARAN 20102011"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL

DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA RAKYAT

SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN

PADA TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ernita Gultom NIM: 071134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL

DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA RAKYAT

SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN

PADA TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ernita Gultom NIM: 071134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Kekasih jiwaku Yesus Kristus

Bunda Penolong Abadi Bunda Maria

Keluarga Besar FCJM

Sahabat-Sahabat ku

 

 

 

 

(6)

MOTTO

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pikullah kuk yang kupasang dan

belajarlah dari padaKu, Karena

Aku lemah lembut dan Rendah

hati dan jiwamu akan mendapat

ketenangan

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebut dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Desember 2010 Penulis

Ernita Gultom

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Universitas Sanata Dharma: Nama : Ernita Gultom

Nomor Mahasiswa : 071134077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA RAKYAT

SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN PADA TAHUN AJARAN 2010/2011

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 13 Desember 2010 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Gultom, Ernita. 2010. Efektivitas Penggunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Rakyat siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan Pada Tahun Ajaran 2010/ 2011. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan 2010/2011, selain itu juga tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara kelas VA dan kelas VB SD Kanisius Sengkan dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat.

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Kanisius Sengkan berjumlah 54 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essei menyimak cerita rakyat. Teknik analisis data menggunakan rumus uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata pembelajaran menyimak cerita rakyat Siswa kelas VA SD Kanisius Sengkan menggunakan media audiovisual lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata hasil pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan tanpa mengunakan media audiovisual. Adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa media audiovisual efektif dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan pada Tahun ajaran 2010/2011.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran bagi (1) sekolah, (2) guru, dan (3) penelitian lain. Untuk pihak sekolah disarankan untuk memfasilitasi siswa khususnya dalam pembelajaran menyimak dengan menggunakan media audiovisual. Untuk guru disarankan dapat menggunakan media audiovisual serta memperbanyak latihan dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat. Penelitian ini baru menjangkau satu sekolah paralel. Untuk penelitian lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis hendaknya menjangkau sampel yang lebih luas lagi, misalnya antarsekolah.

(10)

ABSTRACT

Gultom, Ernita. 2010. Effectiveness of Audio-Visual Media Use in the Reading Instruction for Comprehending Folklores for the Fifth-Graders of Kanisius Elementary School at Sengkan in the Academic Year 2010/2011. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Elementary-School Teacher Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aimed at discovering the effectiveness of the use of audio-visual media in the reading instruction for comprehending folklores for the fifth-graders of Kanisius Elementary School at Sengkan in the Academic Year 2010/2011. In addition, it also aimed to discovering the difference of the students in Class VA and those in Class VB of the school in their achievement in the reading instruction for comprehending folklores.

The subjects of this research were 54 fifth-graders of Kanisius Elementary School at Sengkan. The instrument used in this research was an essay-type comprehension test with folklores as the materials. The data were statistically analyzed with the t-test.

The findings of this research show that the average score of the reading instruction for comprehending folklores among the students of Class VA of Kanisius Elementary School at Sengkan, where audio-visual media had been used, was higher than the average score of the students of Class VB, where no audio-visual media had been used. This difference shows that audio-audio-visual media were effective in the reading instruction for comprehending folklores for the fifth-graders of Kanisius Elementary School at Sengkan in the academic year 2010/2011.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena cinta dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyimak

Cerita Rakyat Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan pada Tahun Ajaran 2010/2011

ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. sebagai dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Puji Purnomo, M, Si., sebagai Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, sebagai dosen pembimbing I yang dengan sabar dan teliti membimbing dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., sebagai pembimbing II yang dengan

(12)

5. Semua dosen dan karyawan PGSD yang membantu saya dalam perkuliahan dari semester satu samapai penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Sri Wartini, sebagai kepala sekolah SD Kanisius Sengkan.

7. Drs. Agung, sebagai guru Bahasa Indonesia, dan seluruh staf guru SD Kanisius Sengkan yang telah memberikan ijin kepada penulis dan membantu melakukan penelitian.

8. Siswa-Siswi Kelas V SD Kanisius Sengkan yang menjadi subjek dalam penelitian skripsi ini.

9. Segenap karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

10.Komunitas para suster FCJM Yogyakarta yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

11.DPP dan persaudaraan FCJM yang memberi dukungan dalam perjalan hidup penulis.

12.Antonius Nesi, OFM yang dengan sepenuh hati membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Rena RGS, sahabat setia berbagi bersama dalam suka dan duka yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Christoforus Tara, OFM tempat berbagi suka dan duka yang selalu berkata “ jangan menyerah kamu pasti bisa”.

(13)

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, yang turut serta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Yogyakarta, 13 Desember 2010 Penulis

Ernita Gutom

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(14)

DAFTAR ISI

Hlm.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... . 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Variabel Penelitian. ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 7

(15)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan ... 10

B. Kerangka Teori ... 12

1. Keterampilan Menyimak a. Pengertian Menyimak... 12

b. Jenis-Jenis Menyimak ... 12

c. Tahap-Tahap Menyimak ... 16

d. Tujuan Menyimak ... 18

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak ... 21

2. Media Audiovisual ... 23

3. Pengunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran ... 27

4. Cerita Rakyat ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Teknik Pengujian Instrumen ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Persiapan ... 40

(16)

3. Pengumpulan Data ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50

B. Analisis Data ... 57

C. Pengujian Hipotesis ... 63

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 72

(17)

DAFTAR TABEL

Hlm.

Tabel 1. Kualifikasi koefisien korelasi... 39

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Menyimak Cerita ... 41

Tabel 3. Kriteria Penilaian Tes Menyimak ... 44

Tabel 4. Patokan Perhitungan Presentase Skala Seratus ... 47

Tabel 5. Data Skor Menyimak Cerita Rakyat Menggunakan Media Audiovisual kelompok eksperimen ... 51

Tabel 6. Urutan Skor Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 7. Perhitungan Jumlah Skor Kuadrat sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Kemampuan Menyimak Menggunakan Media Audiovisual Kelompok eksperimen ... 53

Tabel 8. Data Skor Pembelajaran Menyimak Cerita Rakyat Tidak Menggunakan Media Audiovisual Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 9. Urutan Skor Kelompok Kontrol ... 55

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm.

Lampiran 1. Transkip Cerita Rakyat Bawang Putih dan Bawang Merah ... 72

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 89

Lampiran 3. Rubrik Penilaian ... 94

Lampiran 4. Lembar Kegitan Siswa... 97

Lampiran 5. Deskripsi Skor Kelas eksperimen ... 102

Lampiran 6. Deskripsi Skor Kelas Kontrol ... 103

Lampiran 7. Uji reliabilitas Instrumen ... 104

Lampiran 8. Daftar Nilai Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 108

Lampiran 9. Tabel t Kritis ... 109

Lampiran 10. Contoh Hasil Menyimak Cerita Rakyat ... 110

Lampiran 11. Foto-foto Pembelajaran ... 126

Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian Di SD Kanisius Sengkan ... 128

Lampiran 13. Surat Keterangan ... 129

Lampiran 14. Biografi ... 130

 

 

 

 

 

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan ini delapan hal, yaitu: (A) latar belakang masalah, (B) rumusan masalah, (C) tujuan penelitian, (E) Tujuan penelitian (F) variabel penelitian, (G) ruang lingkup penelitian, (H) batasan istilah, dan (I) sistematika penyajian. Kedelapan hal tersebut dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. Dalam konteks formal, pemakaian bahasa Indonesia sangat penting. Dengan bahasa Indonesia, manusia Indonesia dapat saling berkomunikasi, berbagi pengalaman, belajar satu sama lain, dapat meningkatkan intelektual dirinya (Depdiknas, 2002). Dalam konteks pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah, hal itu berarti peranan bahasa Indonesia sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa.

(20)

berkomunikasi dalam bahasa resmi Negara, yakni bahasa Indonesia, secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen kemampuan berbahasa dan bersastra. Keduanya diintegrasikan ke dalam aspek-aspek mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keempat keterampilan itu harus dilatih secara integratif. Sebab, sebagaimana dikemukakan Tarigan (1994: 3), keterampilan menyimak dapat membantu kualitas berbicara pada seseorang, sedangkan menyimak dan membaca bersifat reseptif, yaitu siswa dapat menerima informasi dari sumber lisan dan tertulis.

Mengingat pentingnya hal tersebut, siswa haruslah mendapatkan pengajaran keterampilan menyimak secara memadai. Untuk mencapai harapan itu dalam pembelajaran menyimak diperlukan media. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat memilih dan merancang media dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa, sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa.

(21)

belajar siswa dan mempertinggi daya serap belajarnya. Salah satu jenis media yang dapat dimanfaatkan adalah media audiovisual.

Media audiovisual adalah alat pembelajaran yang sudah diisi program, yang dapat diserap melalui indera penglihatan dan pendengaran. Tujuan penggunaan media audiovisual ini adalah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan dapat diserap oleh siswa sebagai penerima. Informasi yang ada diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Media audiovisual dapat dimanfaatkan untuk mengajar keterampilan menyimak cerita rakyat.

Cerita rakyat merupakan bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional (Soelarto, 1979). Sadjiman (1990: 16) mengemukakan bahwa yang tergolong cerita rakyat adalah fabel (cerita binatang), legenda, dongeng, dan mite. Dewasa ini cerita rakyat sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan dan rekaman, baik audio maupun audiovisual. Dengan memanfaatkan media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat, perkembangan peserta didik di bidang emosional, kognitif, moral, bahasa, dan sosial dapat semakin ditanamkan dalam diri siswa.

(22)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengujian Efektivitas Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Rakyat Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan Pada Tahun Ajaran

2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada menyimak cerita rakyat. Adapun masalah yang akan diteliti adalah:

1. Seberapa besar efektivitas pengunaan media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan pada tahun ajaran 2010/2011?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan menyimak antara siswa kelas VA dan Kelas VB dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audiovisual dan tidak menggunakan media audiovisual?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

(23)

2. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan menyimak siswa kelas VA dan kelas VB dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audiovisual dan tidak menggunakan media audiovisual.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi sekolah, guru Bahasa Indonesia, dan calon guru Bahasa Indonesia sebagaimana diuraikan berikut.

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang efektivitas media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat di sekolah dan perbedaan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran menyimak di sekolah. Dengan demikian, sekolah dapat menyikapi berbagai peluang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana audiovisual yang bisa mendukung pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audiovisual.

2. Bagi guru Bahasa Indonesia di SD

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya di kelas V SD untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak cerita rakyat.

3. Bagi calon guru SD

(24)

pembelajaran yang kreatif, menyenangkan, menarik perhatian siswa, mudah pelaksanaanya, dan terjangkau.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pengunaan media audiovisual, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VA(kelas eksperimen) dan VB (kelas kontrol) SD Kanisius Sengkan pada tahun ajaran 2010/2011. Standar kompetensi yang dipilih peneliti adalah standar kompetensi berdasarkan KTSP untuk kelas V semester I, yaitu standar kompetensi (SK) 1 yang berbunyi: “memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan, dengan kompetensi dasar 1.2 yang berbunyi: “mengidentifikasi unsur–unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya”.

G. Batasan Istilah

(25)

1. Efektivitas

Efektivitas adalah efek atau akibat atau pengaruh dari sesuatu (Depdikbud, 1990: 219). Efektivitas dalam penelitian ini adalah efek atau akibat dari penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat untuk siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

2. Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan secara penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan pembicara dengan ujaran atau bahasa lisan. Yang dimaksud menyimak dalam penelitian ini adalah siswa mendengarkan cerita rakyat media audiovisual (rekaman audiovisual).

3. Media

Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (massage) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver)(Soeparno, 1998: 1). Media dalam penelitian ini adalah media audiovisual.

4. Media audiovisual

(26)

5. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat pendukung-nya secara tradisional (Soelarto, 1979). Sadjiman (1990: 16) mengemukakan bahwa yang tergolong cerita rakyat adalah fabel (cerita binatang), legenda, dongeng, dan mite. Pada saat ini cerita rakyat sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan, dan rekaman baik audio maupun audiovisual. Cerita rakyat dalam penelitian ini adalah cerita rakyat tentang “Bawang Putih dan Bawang Merah”.

H. Sistematika Penyajian

Penulisan penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan delapan hal, yaitu (A) latar belakang, (B) rumusan masalah, (C) tujuan pennelitian, (D) manfaat penelitian, (E) variabel penelitian, (F) ruang lingkup penelitian, (G) batasan istilah dan, (H) sistematika penyajian. Kedelapan hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini.

Bab II adalah landasan teori. Dalam bab ini akan diuraikan lima hal, yaitu (A) penelitian terdahulu yang relevan, (B) keterampilan menyimak, (C) media audiovisual, (D) cerita rakyat, (E) kerangka berpikir, dan (F) hipotesis tindakan. Kelima hal itu yang secara teoritis melandasi penelitian ini.

(27)

instrumen, dan (G) teknik analisis data. Keenam hal itulah yang secara teknis dipakai peneliti dalam penelitian ini.

Bab IV adalah analisis data. Dalam bab ini akan diuraiakan empat hal, yaitu (A) deskripsi data, (B) analisis data, (C) pengujian hipotesis, dan (D) pembahasan hasil penelitian. Keempat hal itu memuat hasil penelitian ini.

Bab V adalah penutup. Dalam bab ini akan dikemukakan tiga hal, yaitu (A) kesimpulan, (B) implikasi, dan (C) saran. Ketiga hal tersebut menjadi bagian akhir dari penelitian ini.

(28)

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan empat hal, yaitu (A) penelitian yang relevan, (B) kerangka teori, (C) kerangka berpikir, (D) hipotesis. Keempat hal tersebut dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

A. Penelitian yang Relevan

Ada tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga penelitian itu ialah penelitian Hartiningsih (2003), penelitian Kurniawati (2004), dan penelitian Veronica (2007). Ketiga penelitian tersebut diringkaskan sebagai berikut.

Penelitian Hartiningsih (2003), yang berjudul “Kemampuan Menyimak Dongeng “Detektif Kancil “Melalui Media Audiovisual Siswa Kelas I SD Pius I

Wonosobo Tahun Ajaran 2002/2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian sebagai berikut a) kemampuan siswa kelas I SD Pius Wonosobo dalam menyimak secara keseluruhan dongeng “Detektif Kancil” melalui audiovisual, baik. b) kemampuan menyimak dongeng “Detektif Kancil” aspek pengetahuan, baik sekali”. c) kemampuan menyimak dongeng “Detektif Kancil”aspek pemahaman, cukup. d) kemampuan berdasarkan soal tes aplikasi, baik sekali.

(29)

Sekretaris SMKN II Purworejo Tahun Ajaran 2003/2004. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan wawancara dan observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas II Sekretaris SMKN II Purworejo dalam menyimak “Seteguh Batu Karang” baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2007) berjudul “Perbedaan Hasil Pembelajaran Menyimak Cerita Rakyat Tidak Mengggunakan Media

Audiovisual Siswa kelas V (Studi Kasus di SD Kanisius Jetisdepok dan SD

Kanisius Klepu, Yogyakarta)” Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual ada peningkatan pembelajaran. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan tanpa menggunakan media audiovisual dengan menggunakan media audiovisual. Pembelajaran dengan mengunakan media audiovisual hasilnya lebih meningkat dibandingkan dengan tanpa menggunakan media audiovisual.

(30)

B. Kerangka Teori

1. Keterampilan Menyimak

Hal-hal yang dibahas dalam bagian ini meliputi: (a) pengertian menyimak, (b) jenis-jenis menyimak, (c) tahap-tahap menyimak, (d) tujuan menyimak, (e) faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak. Hal-hal tersebut dipaparkan sebagaimana berikut.

a. Pengertian Menyimak

Banyak ahli telah mengemukakan pengertian menyimak. Salah satu pengertian menyimak yang dikutip dalam penelitian ini adalah pengertian menyimak menurut Henry Guntur Tarigan sebagai berikut.

Keterampilan Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran bahasa lisan (Tarigan, 1983: 19).

Keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan mendengarkan atau menyimak, menirunya atau mempraktekkannya (Tarigan, 1983: 11). Menyimak merupakan tahap pertama yang dalam berbahasa yang harus dihubungkan dengan makna.

b. Jenis-Jenis Menyimak

(31)

melalui ujaran. Di samping tujuan umum ada juga tujuan khusus yang menyebabkan adanya beraneka ragam jenis menyimak. Ada dua belas jenis menyimak yaitu: menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/konversosial, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/apresiatif kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, menyimak eksplorasi, menyimak pasif, menyimak selektif.

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif dapat merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif, guru tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa, tetapi siswa diberinya kebebasan untuk mencerna dan memahami hal yang disimak.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang lebih diarahkan pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung oleh guru. Menyimak intensif lebih diarahkan pada sesuatu yang harus diawasi dan dikontrol. Ada dua pembagian penting dalam menyimak intensif, yaitu menyimak intensif yang diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran dan menyimak intensif yang diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum.

3) Menyimak sosial

(32)

dilakukan dalam situasi-situasi sosial, misalnya ketika orang berbicara informal mengenai topik tertentu yang menarik perhatian orang banyak.

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan saja. 5) Menyimak estetik

Menyimak estetik merupakan fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk dalam kegiatan ekstensif. Menyimak estetik biasa juga disebut menyimak apresiatif.

6) Menyimak kritis

Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang didalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidak telitian yang akan diamati.

7) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan sejenis telaah untuk mengikuti petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.

8) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang mengakibatkan pembentukan atau rekontruksi imaginatif terhadap kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atas apa yang didengar seseorang.

9) Menyimak penyelidikan

(33)

10)Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi.

11)Menyimak pasif.

Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, dan berlatih serta menguasai suatu bahasa.

12)Menyimak selektif

Menyimak selektif merupakan jenis kegiatan menyimak yang mempunyai keuntungan pada struktur tata bahasa, struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak.

Dalam suatu pembelajaran tidak mungkin semua jenis menyimak itu dilangsungkan sekaligus. Sebab, setiap pembelajaran memiliki keunikannya tersendiri. Di sini diharapkan bahwa seorang guru dapat memilih jenis menyimak berdasarkan kebutuhan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan jenis menyimak ekstensif.

(34)

peneliti dalam penelitian ini ialah menyajikan bahan yang lama berupa cerita rakyat, dengan cara baru berupa media audiovisual.

Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran menyimak cerita, yakni cerita rakyat. Cerita rakyat diartikan sebagai sebuah cerita yang dituturkan secara lisan dan diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut kemulut adalah cerita rakyat (Suwono, 1981: 1).

c. Tahap-Tahap Menyimak

Sebagai sebuah kegiatan, menyimak senantiasa memiliki tahap-tahap tertentu. Menurut Logan (dalam Tarigan, 1994: 58-59), tahap-tahap menyimak dapat meliputi tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1) Tahap Mendengar

Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Di situ boleh dikatakan bahwa kita belum menangkap dan memahami secara lebih jelas tentang hal yang dikemukakan oleh pembicara. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.

2) Tahap memahami

(35)

3) Tahap menginterpretasi

Pada tahap ini kita mulai mencermati dan menangkap isi pembicaraan untuk selanjut melakukan penafsiran terhadap pendapat yang tersirat dari ujaran. Dengan demikian, kita sampai pada tahap interpreting.

4) Tahap mengevaluasi

Setelah memahami serta menafsirkan isi pembicaraan, kita mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara. Di situ dikemukakan baik keunggulan dan kelemahan maupun kebaikan dan kekurangan dari hal yang disampaikan pembicara. Demikianlah, kita sampai pada tahap evaluating.

5) Tahap menanggapi

Pada tahap ini kita dapat menyerap dan menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara. Di situ kita dapat membuat tanggapan terhadap gagasan atau ide pembicara. Dengan demikian, kita sampai pada responding.

Adapun Srickland (dalam Tarigan 1994: 29) menyimpulkan sembilan tahap menyimak sebagaimana berikut.

1) Menyimak berkala yang terjadi pada saat-saat anak merasa terlibat langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena adanya gangguan berupa selingan-selingan dan hal-hal lain di luar pembicaraan.

3) Setengah menyimak karena adanya kegiatan lain yang sedang ditunggu anak untuk mengekspresikan isi hati atau untuk mengutarakan maksud hatinya. 4) Menyimak serapan karena anak keasyikan menyerap atau mengapsorsi hal-hal

(36)

5) Menyimak sekali-sekali, yaitu anak menyimpan sebentar-sebentar saja apa yang sesungguhnya hendak disimaknya, atau hanya memperhatikan kata-kata si pembicara yang menarik hatinya saja.

6) Menyimak asosiatif, yaitu anak hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang berakibat pada tidak adanya reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara.

7) Menyimak dengan reaksi berkala, yaitu anak membuat pertanyaan dan komentar terhadap hal yang disimaknya.

8) Menyimak secara seksama, yaitu suatu tahap anak mengikuti dengan sungguh-sungguh jalan pikiran sang pembicara.

9) Menyimak secara aktif, yaitu suatu tahap menyimak pada anak untuk menemukan pikiran serta pendapat sang pembicara.

Berdasarkan tahap-tahap menyimak sebagaimana telah dikemukakan di atas, tahap-tahap menyimak yang relevan dengan penelitian ini ialah tahap-tahap menyimak menurut Logan, yang meliputi tahap mendengar, memahami, mengevaluasi, menginterpretasi, menanggapi. Dengan demikian, tahap-tahap menyimak cerita rakyat dapat meliputi tahap mendengarkan cerita, tahap memahami isi cerita, tahap menginterpretasi cerita, dan tahap menanggapi cerita.

d. Tujuan Menyimak

(37)

baik, dan pesan itu dapat disampaikannya kepada orang lain yang membutuhkannya.

Ada delapan tujuan menyimak menurut Tarigan (1980: 28). Kedelapan tujuan itu diuraikan sebagai berikut.

1) Belajar, yaitu menyimak untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara. Menyimak dengan tujuan untuk belajar, misalnya tampak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, mendengar cerita, menyimak film, mendengarkan ujaran orang lain. Kegiatan menyimak ini haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Menikmati keindahan, yaitu menyimak untuk mendapatkan kepuasan batin yang tampak, misalnya, dalam pagelaran seni, mendengarkan musik, menonton drama, dan lain-lain. Penyimak di sini hanya menikmati keindahan dari bahan yang didengar atau dilihatnya.

3) Mengevaluasi materi simakan. Menyimak yang dimaksud adalah agar siswa dapat memahami hal-hal apa yang disimak dapat berupa hal-hal yang baik maupun hal-hal yang kurang baik. Maka perlu hati-hati dalam menyimak agar sesuai dengan materi simakan dan pencapaian tujuan

4) Mengapresiasikan materi simakan. Menyimak yang dimaksud adalah penyimak hanya dapat menghargai hal-hal yang disimak.

(38)

6) Memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Menyimak di sini dimaksudkan untuk memberi ragam masukan untuk memecahkan masalah dalam topik pembicaraan. Menyimak ini sama dengan pada saat kita melakukan kegiatan musyawarah, mendengarkan petunjuk, ceramah dalam kehidupan kita. Setelah itu penyimak berharap apa yang kita simak tersebut dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

7) Membedakan bunyi-bunyi dengan tepat. Menyimak di sini dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian pada kekhasan bunyi-bunyi tertentu. Misalnya, orang yang sedang belajar bahasa asing harus memusatkan perhatian sunguh-sunguh pada ujaran-ujaran yang diucapkan oleh pembicara asli (native speaker).

8) Menyimak persuasif. Menyimak ini bertujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap masalah atau pendapat terhadap masalah yang selama ini diragukan kebenarannya. Menyimak dalam hal ini sebelum kita tahu dan tidak yakin kebenarannya maka menjadi terbuka pikiran yang dia ragukan akan suatu kebenaran yang abadi.

(39)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Walaupun menyimak ada tujuannya, tak dipungkiri bahwa senantiasa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kegiatan menyimak. Menurut Achsin (dalam Tarigan, 1981: 5) ada tiga faktor yang dapat menghambat dalam menyimak. Ketiga faktor itu dijelaskan sebagai berikut.

1) Keterbatasan Fasilitas

Dalam pembelajaran, hal itu berkaitan dengan belum tersedianya alat perekam yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum menunjang pembelajaran menyimak, dan jumlah siswa yang besar.

2) Faktor perhatian dan kebiasaan anak

Faktor ini berkaitan dengan perhatian, daya tahan, dan kebiasaan menyimak siswa yang masih kurang. Kebiasan ini juga dapat berkaitan dengan pengelolaan kelas dan interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran.

3) Faktor kebahasaan

Faktor ini merupakan faktor utama penghambat pembelajaran bahasa Indonesia secara umum dan pembelajaran menyimak secara khusus. Faktor ini mulai dari mengenali bunyi tingkat fonologis, kata, kalimat, wacana sampai menangkap dan menyimpan isi ujaran serta daya tahap menyimpan hasil simakan.

(40)

1) Faktor Fisik

Kondisi fisik seseorang merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keefektifan dalam menyimak. Kesehatan fisik adalah sebagai modal yang turut menentukan bagi setiap penyimak. Lingkungan fisik juga turut bertanggung jawab atas ketidak efektifan menyimak seseorang.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang melibatkan sikap-sikap dan sifat–sifat pribadi juga turut mempengaruhi menyimak. Faktor-faktor ini mencakup masalah-masalah: (a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap isi pembicaraan, (b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi, (c) kurang luasnya pandangan, (d) kebosanan atau tidak ada perhatian sama sekali terhadap subjek, dan (e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subjek dan si pembicara. Masalah-masalah ini sangat mempengaruhi kegiatan menyimak ke arah yang tidak baik, dan berakibat buruk untuk seluruh kegiatan menyimak siswa.

3) Faktor pengalaman

(41)

2. Media Audiovisual

Menurut Soeparno (1987: 1) media yaitu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Istilah media berasal dari bahasa Latin, dari bentuk jamak medium yang secara harafiah berarti pengantara atau pengantar (Sadiman dkk, 1984: 47). Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. Istilah media sangat popular dalam komunikasi. Proses pembelajaran pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.

Dalam bahasa Arab, media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual (Azhar, 1996: 3). Dengan demikian, media adalah sarana atau alat yang dapat menyalurkan informasi mengenai pembelajaran dari sumber informasi (guru) ke penerima informasi (siswa), atau dari sarana penunjang lainnya kepada siswa.

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempertinggi daya serap belajar siswa. Menurut Sudjana dan Rifai (1991: 2), ada empat alasan, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi daya serap belajar siswa. Keempat alasan itu ialah sebagai berikut.

(42)

b. Dengan media, pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pembelajaran .

c. Dengan media pembelajaran, metode pembelajaran akan lebih bervariasi. d. Dengan media, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sedangkan

guru hanya menjadi fasilitator, yakni mengatur, memberi petunjuk, dan memotivasi siswa.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran penting bagi siswa SD. Media dapat menghindari siswa dari kebosanan dan memberikan motivasi baginya untuk terlibat dalam pembelajaran. Sudjana (1991: 154) mengemukakan manfaat media dalampengajaran, yaitu:

a. mengurangi verbalisme

b. menarik minat dan perhatian siswa dalam kegiatan belajar mengajar c. meletakkan dasar untuk perkembangan kegiatan belajar mengajar d. memberikan pengalaman nyata pada siswa

e. menumbuhkan pemikiran yang sistematis dan seimbang

f. membantu tumbuhnya pemikiran dan perkembangan kemampuan berbahasa. g. memberikan pengalaman serta membantu berkembangnya efisien dan

pengalaman belajar

h. memperjelas makna materi atau bahan pelajaran

i. menambah variasi metode mengajar sehingga siswa tidak bosan j. meningkatkan aktivitas belajar siswa.

(43)

karakteristiknya. Guru dituntut untuk dapat memanfaatkan media sesuai dengan fungsinya dan tujuannya. Menurut Roestiyah (1982: 62-70) fungsi media pendidikan meliputi hal-hal berikut.

a. Fungsi edukatif, media pendidikan dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai pendidikan.

b. Fungsi sosial, dengan media pendidikan hubungan antar siswa menjadi lebih baik, siswa dapat bersama-sama mempergunakan media tersebut.

c. Fungsi ekonomi, dengan satu macam alat atau media sudah dapat dinikmati sejumlah anak didik dan dapat digunakan sepanjang waktu.

d. Fungsi politis, dengan media pendidikan berarti sumber pendidikan dari pusat akan sampai ke pelosok.

e. Fungsi seni budaya, dengan adanya media pendidikan siswa dapat mengenal bermacam-macam hasil budaya manusia sehingga pengalaman siswa tentang niai-nilai budaya semakin bertambah luas.

(44)

Media audiovisual dapat juga diartikan sebagai suatu media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi antara dua arah antar-guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media audiovisual terdiri dari “Software” dan “Hardware”. Software adalah bahan-bahan informasi yang terdapat dalam sound slide, kaset, TV dan sebagainya. Sedangkan Hardware adalah segenap teknis yang memungkinkan Software dapat dinikmati misalnya: Tape, proyektor, film, slide, dan sebagainya (Rinanto, 1982: 21).

Menurut Suleiman (1981: 16-18), fungsi media audiovisual adalah sebagai alat untuk mempermudah penyampaian dan penerimaan materi pelajaran antara guru dengan siswa. Dari pihak guru, media audiovisual berfungsi sebagai alat untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran kepada siswa secara lebih konkret. Dari pihak siswa, media audiovisual berfungsi sebagai alat untuk mempermudah penerimaan materi karena adanya suara dan gambar yang lebih konkret.

Media audiovisual dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih banyak hal. Media audiovisual dapat membangkitkan keinginan siswa untuk belajar secara lebih konkret. Media ini bukan hanya menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, namun juga menjadikan siswa mampu menyimpan lebih lama dalam ingatannya hal-hal yang telah dipelajarinya.

(45)

a. Media audiovisual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman yang dimiliki setiap siswa berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh faktor keluarga dan masyarakat. Perbedaan pengalaman siswa ini merupakan hal yang sulit diatasi dalam pembelajaran, sehingga mustahil jika guru hanya menggunakan bahasa verbal.

b. Media audiovisual dapat melampaui batas ruang dan waktu. Dalam hal ini, harus disadari bahwa banyak hal yang tak mungkin dialami di dalam kelas. c. Media audiovisual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung

antara siswa dengan lingkungannya.

d. Media audiovisual memberikan keseragaman pengamatan.

e. Media audiovisual dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret dan realistis.

f. Media audiovisual membangkitkan keinginan dan minat baru bagi siswa. g. Media audiovisual memberikan pengalaman yang integral mengenai hal

yang konkret sampai ke hal yang abstrak.

3. Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajaran

(46)

dalam pembelajaran. Dengan menguasai keterampilan-keterampilan dasar itu, pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar.

Sejalan konsep di atas, penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menyimak cerita rakyat, memerlukan persiapan. Dalam hal itu, perencanaan pokok yang harus dilakukan guru antara lain menyangkut bagaimana menyampaikan informasi bagi yang mendengar maupun yang melihatnya (Suleiman, 1981: 21-24). Pengunaan media audiovisual memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan tahap-tahap tertentu. Adapun tahap-tahap penggunaan media secara efektif dan efisien meliputi: persiapan, penyajian, penerapan, dan kelanjutan.

1. Persiapan

Sebelum melakukan pembelajaran, guru menentukan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Setelah itu, guru melakukan persiapan dengan cara latihan. Pada saat latihan guru hendaknya mencatat hal-hal apa yang seharusnya ditonjolkan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga harus memastikan apakah media yang digunakan sudah siap-pakai ataukah belum.

2. Penyajian

(47)

3. Penerapan

Pada tahap ini siswa dapat belajar menyusun kata-kata untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guru harus singkat, padat, dan jelas. Hal itu dimaksudkan untuk memantapkan fakta-fakta yang penting dalam ingatan peserta didik

4. Kelanjutan

Pembelajaran tidak hanya berhenti pada tahap penerapan, tetapi harus sampai pada tahap kelanjutan. Kelanjutan yang dimaksud adalah pembelajaran yang telah dilakukan tidak hanya berhenti pada saat pembelajaran berlangsung, tetapi juga setelah berlangsungnya pembelajaran itu sebagai kelanjutannya. Pada saat tertentu, sebaiknya siswa perlu disegarkan dan diingatkan kembali akan apa yang pernah diihat dan didengar. Hal itu bisa dilakukan guru saat memulai pembelajaran berikutnya dengan melakukan apersepsi.

4. Cerita Rakyat

Cerita rakyat (folktale) adalah kiasan anonim yang tidak terikat pada ruang dan waktu, yang beredar secara lisan di kalangan masyarakat. Sadjiman (1990: 16) mengemukakan bahwa yang tergolong cerita rakyat adalah fabel (cerita binatang), legenda, dongeng, dan mite. Cerita rakyat biasanya didokumentasikan dalam bentuk tulisan dan rekaman dalam bentuk audio maupun audiovisual.

(48)

cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, dewa-dewi, maupun manusia. Dalam KBBI (Diknas, 1990: 165) dijelaskan bahwa cerita rakyat adalah cerita dari zaman dulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.

Mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral (suci) oleh pendukungnya. Mite mengandung tokoh dewa atau mahluk setengah dewa. Tempat terjadinya di dunia lain dan masa terjadinya sudah jauh di zaman dulu kala yakni di zaman purba.

Dongeng adalah cerita atau prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi (Bunanta, 1998: 10). Dongeng tidak terikat dengan pelaku, waktu, dan tempat artinya tokohnya boleh siapa saja, manusia, dewa, hantu, binatang dan sebagainya, waktu terjadinya dapat kapan saja dan di mana saja.

Legenda adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap sakral. Tokoh legenda adalah manusia biasa yang memiliki sifat yang luar biasa sering dibantu oleh makhluk-makhluk gaib.

Cerita rakyat disebarkan dari seseorang kepada yang lain secara berturut– turut tanpa penekanan pada sumber aslinya. Cerita rakyat benar-benar disebarkan secara oral artinya disebarkan dari mulut ke mulut. Dalam proses penyebaranya, cerita rakyat dituturkan oleh seseorang dan didengarkan oleh orang lain. Orang lain itu menuturkannya kepada orang lain lagi sejauh dia dapat mengingat urutan isinya, dengan atau tanpa tambahan yang dibuat oleh penuturnya yang baru itu (Bunanta, 1998: 23).

(49)

isi cerita secara runtut dan lengkap, atau tidak mampu mengingat seluruh isi cerita secara urut dan lengkap, atau tidak mampu menuturkan secara tepat seperti yang didengarnya dari penuturnya yang memberi cerita kepadanya. Ada juga yang disebabkan karena tuntunan untuk menyelaraskan penuturan cerita tersebut dengan selera pendengarnya (Bunanta, 1998: 23).

Secara rinci Danandjaja (dalam buku Risalah, 1979-1980) menyebutkan ciri-ciri cerita rakyat adalah sebagai berikut.

a. Cerita rakyat merupakan penyebaran secara lisan yakni disebarkan dari mulut ke mulut atau diwariskan melalui kata-kata.

b. Cerita rakyat adalah tradisional, yakni disebarluaskan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar dan tersebar diantara kelompok tertentu, dalam waktu yang cukup lama (sedikitnya dua generasi).

c. Cerita rakyat ada dalam versi (version) yang berbeda-beda. Ini disebabkan oleh penyebaran yang lisan, dari mulut ke mulut, walaupun perbedaannya hanya pada hal-hal yang kecil saja atau pada bagian luarnya saja.

d. Bersifat anonim yaitu nama pencipta suatu cerita rakyat biasanya sudah tidak diketahui oleh orang lain.

e. Cerita rakyat mempunyai fungsi (function) dalam kehidupan bersama sebagai suatu kolektif. Cerita rakyat berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

(50)

g. Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga sering kali kelihatan kasar. Cerita rakyat merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur.

William R. Bascom (dalam Risalah, 1979-1980: 63) menyatakan bahwa cerita rakyat (cerita lisan) mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi adalah sebagai berikut.

a. Cerita rakyat berfungsi sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni mencerminkan angan-angan kelompok.

b. Cerita rakyat berfungsi sebagai alat perantara dan lembaga kebudayaan (validating culture).

c. Cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan anak (paedagocal device). d. Cerita rakyat berfungsi sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma

masyarakat dipenuhi.

Dalam kaitan dengan perkembangan anak, nilai cerita rakyat meliputi perkembangan holistik yang mencakup emosional, kognitif, moral, sosial, dan bahasa. Manfaat yang berhubungan dengan perkembangan emosional yaitu mengajarkan pada anak bahwa manusia mempunyai rasa cinta, benci, sedih, marah, dan gembira. Dalam tataran kognitif, cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan. Sebagai alat pendidikan, cerita rakyat dapat dimanfaatkan sabagai sarana untuk menyadarkan siswa akan nilai-nilai moral dan sosial yang terkadung dalam cerita rakyat (Bunanta, 1998: 52).

(51)

pembelajaran dapat menanamkan penguasaan siswa pada bahasanya sendiri, yang berefek positif pada kompetensi berbahasanya (Bunanta, 1998: 52).

C. Kerangka Berpikir

Sebagai penghubung antara deskripsi teoritis dan pengajuan hipotesis perlu ada kerangka berpikir dari teori yang di terapkan di atas, sehingga dapat diajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari penelitian. Agar pembelajaran menyimak cerita rakyat efektif seperti yang diharapkan, peneliti menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti membuat hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut.

1. Pengunaan media audiovisual efektif dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan tujuh hal, yaitu (A) jenis penelitian, (B) desain penelitian, (C) subjek penelitian, (D) instrumen penelitian, (E) teknik pengujian instrumen, (F) teknik pengumpulan data, dan (G) teknik analisis data. Keenam hal tersebut dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini akan diadakan percobaan untuk meneliti apakah media audiovisual memiliki efektivitas dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan melihat perbedaan jawaban pertanyaan dari cerita rakyat yang didengar antara dua kelompok.

(53)

B. Desain Penelitian (Rancangan Penelitian)

Penelitian ini menggunakan desain post test-only group control.

Kelompok Pre test Treatment Post test

Eksperimen (R) - x O1

Kontrol (R) - - O2

Nilai post-test kelas eksperimen dibandingkan dengan nilai post-test kelas kontrol untuk mengetahui seberapa besar efektivitas treatment. Jika nilai kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka perbedaannya disebabkan karena perlakuan. Sebaliknya, jika nilai kelompok kontrol yang lebih baik, maka perbedaannya disebabkan bukan karena perlakuan (Emzir. 2007: 48).

C. Subjek Penelitian

(54)

Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) kelompok eksperimen, yakni kelas VA yang menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audiovisual, dan (2) kelompok kontrol, yakni kelas VB yang menyimak cerita rakyat tidak menggunakan media (dalam kelompok kontrol, cerita hanya hanya dibacakan oleh peneliti).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk dapat mengumpulkan data (Arikunto, 1990: 177). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan atau soal berupa tes essai.

Untuk mengerjakan tes esai, peneliti membuat perintah kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang telah disediakan peneliti. Selanjutnya, jawaban atau hasil tes dari siswa dikumpulkan, diperiksa, dan diberi skor.

Mengingat ada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka peneliti memberikan perintah yang berbeda antara kedua kelompok. Perintah untuk masing-masing kelompok disusun sebagai berikut.

1. Perintah untuk kelompok eksperimen yaitu:

a. Dengarkanlah dengan baik cerita rakyat yang di tayangkan!

b. Jawablah pertanyaan yang yang disediakan di kertas secara individu! c. Tulis nama, kelas, dan nomor urut presensi di sudut di kertas jawabanmu! d. Kerjakan di dalam ruangan kelas!

(55)

2. Perintah untuk kelompok kontrol adalah sebagai berikut. a. Dengarkanlah dengan baik cerita rakyat yang dibacakan guru!

b. Jawablah pertanyaan yang di kertas yang disediakan di kertas secara individu! c. Tulis nama, kelas, dan nomor urut presensi di kertas jawaban!

d. Kerjakan di dalam ruangan kelas! e. Waktu 45 menit!

E. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen dilakukan dengan 2 cara yakni (1) uji validitas, (2) uji reliabilitas. Kedua hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.

1. Validitas

Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika evaluasi tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur (Purwanto, 2004: 137).

Menurut Putro (2009: 128) Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur.

Berdasarkan pengertian validitas sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas adalah “ketepatan”atau “keajekan” suatu alat ukur mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Purwanto (2004: 138) ada 4 jenis validitas, yaitu: content validity (curricular validity), construct validity, predictive validity, concurrent validity.

(56)

dalam content validity (curricular validity). Suatu tes dikatakan memiliki content validity, jika scope dan isi tes sesuai dengan scope dan isi kurikulum. yang sudah diajarkan. Dalam penelitian ini, Peneliti menyusun soal tes essei berdasarkan kurikulum yaitu berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang sudah disusun (lihat kisi-kisi soal pada tabel 2), kemudian soal-soal yang disusun tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi bahasa Indonesia.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Putro, 2009: 127-154). Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien korelasi. Koefisien korelasi dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara –1,00 sampai 1,00. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas di uji di kelas VB SD Kanisius Sengkan tanggal 16 September 2010. Pengukuran reliabilitas memakai koefisien reliabilitas alpha dengan rumus sebagai berikut.

11

r =

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

2

2 1 1 t b k k σ σ Keterangan

(57)

2

b

σ = Jumlah varians butir

2 1

σ = varians total

Sebelum dilakukan perhitungan koefisien reliabilitas perlu dicari 2 hal yaitu (a) jumlah varians per butir, dan (b) varians total (analisis lihat lampiran 7) a. Varians Butir

Varians butir dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2 1 σ = N N jlh jlhkuadrat 2 − 2 1

σ = Varian soal ke – n

N= Jumlah siswa

b. Varians total

2 t σ = N N Skortotal al Kuadrattot − 2 t

σ = Varian total

N= Jumlah siswa

(58)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah dan cara untuk memperoleh data berkaitan dengan subjek yang diteliti dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes diwujudkan peneliti melalui tiga tahap kegiatan, yaitu: (1) persiapan, (2) treatment, dan (3) pengumpulan data. Ketiga tahap itu dijelaskan sebagai berikut.

1. Persiapan

Sebelum mengumpulkan data peneliti mengadakan persiapan. Persiapan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan untuk melakukan penelitian serta memberikan surat pengantar penelitian dari prodi PGSD.

b. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia untuk mengetahui informasi data, jumlah siswa, dan keadaan siswa.

c. Peneliti bersama guru bahasa Indonesia menentukan jadwal penelitian.

(59)

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Menyimak Cerita Rakyat Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator No. Soal Jumlah Soal 1.Mendengarkan Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan 1.2 mengidentifikasi unsur–unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya”. Siswa dapat menyebutka n tokoh cerita 1 1 Siswa dapat menyebutka n latar cerita

2 1 Siswa dapat menjelaskan amanat 3 1 Siswa dapat menjelaskan watak tokoh

5, 6, 7, 8 dan 9 5 Siswa dapat menentukan tema cerita 3 1 Siswa dapat menuliskan kembali isi ringkas cerita 10 1

Total Soal 10

e. Soal-soal disusun berdasarkan kisi-kisi di atas.

f. Soal-soal yang telah disusun peneliti selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran.

(60)

2. Treatment (perlakuan)

Sebelum mengumpulkan data dari kedua kelompok, peneliti menyusun treatment (perlakukan) yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Treatment (perlakukan) yang dimaksud dideskripsikan sebagai berikut. a. Peneliti memberikan soal berupa tes essai untuk dijawab siswa berdasarkan

cerita rakyat yang didengarkan.

b. Kelompok eksperimen menjawab pertanyaan berdasarkan cerita rakyat yang didengarkan lewat media audiovisual yang ditayangkan lewat media player. c. Kelompok kontrol menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang dibacakan

oleh peneliti.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan subjekpenelitian dalam rangka tujuan penelitian. Data diperoleh melalui tes menyimak. Tes menyimak dilakukan dengan menggunakan media audiovisual dan tidak menggunakan media audiovisual. Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dilakukan dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat menggunakan media audiovisual, kemudian pembelajaran menyimak cerita rakyat tidak menggunakan media audiovisual. Pengambilan data dilakukan satu kali dengan bahan yang sama dengan bahan waktu yang sama.

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut.

(61)

berdasarkan cerita rakyat yang didengarkan lewat media audiovisual yang ditayangkan lewat media player, sedangkan kelompok kontrol menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang dibacakan oleh peneliti.

b. Siswa menyimak cerita untuk menjawab butir soal yang telah diterima.

c. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan informasi yang disimak.

d. Peneliti mengumpulkan hasil pekerjaan siswa untuk dianalisis.

4. Teknik Analisis Data

(62)

Tabel 3 Penilaian Tes Menyimak

No.

Soal Soal Bobot

Skala

Penilaian Jumlah

1 2 3 4 5

1. Menyebutkan tokoh 1

2. Meyebutkan latar 1

3. Menetukan tema 2

4. Mejelaskan amanat 2

5. Menjelaskan kegiatan pelaku 2

6. Mengidentifikasi watak pelaku 2

7. Membandingkan watak pelaku 2

8.

Menjelaskan watak pelaku dan

akibatnya 2

9. Menjelaskan sikap pelaku 2

10. Menuliskan isi cerita 4

Total 100

Skor = 100

Jlh

x 100%

Keterangan mengenai kriteria penilaian tes menyimak

Soal nomor 1

5= Menyebutkan tokoh lebih dari 5

4 = Menyebutkan 5 tokoh

3= Menyebutkan 3 tokoh

2= Menyebutkan 2 tokoh

(63)

Soal nomor 2

5= Menuliskan 5 latar tempat

4 = Menuliskan 4 latar tempat

3 = Menuliskan 3 latar tempat

2= Menuliskan 2 latar tempat

1= Menuliskan 1 latar tempat

Soal nomor 3

5= Menentukan tema sesuai dengan isi cerita

4 = Menentukan tema cukup sesuai dengan isi cerita

3= Menentukan tema kurang sesuai dengan isi cerita

2 = Menentukan tema tidak sesuai dengan isi cerita

1= Tidak ada jawaban yang benar

Soal nomor 4

5 = Amanat sangat sesuai dengan isi cerita dan menuliskan 3

4 = Amanat sesuai dengan isi cerita dan menuliskan 2

3 = Amanat sesuai dengan isi cerita dan menuliskan 1

2= Amanat kurang sesuai dengan isi cerita dan menuliskan 2-3

1= Amanat tidak sesuai dengan isi cerita dan menuliskan 1

Soal nomor 5-9

5= Jawaban sangat tepat, lengkap dan benar

4 = Jawaban tepat lengkap dan benar

3 = Jawaban kurang lengkap dan benar

(64)

1= Jawaban tidak benar

Soal nomor 10

5= Menuliskan judul, Isi sesuai cerita, struktur kalimat sesuai EYD

4 = Menuliskan sesuai dengan isi cerita, struktur kalimat sesuai EYD

3 = Menuliskan judul, isi sesuai cerita, kurang memperhatikan EYD

2= Menuliskan isi sesuai cerita, banyak kesalahan dalam penggunaan tanda baca.

1= Menuliskan judul, kurang sesuai dengan isi cerita, kurang memperhatikan

EYD

Berdasarkan perbedaan skor yang diperoleh siswa dari kedua kelompok, yaitu

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, akan diketahui seberapa besar

efektivitas media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita khususnya

cerita rakyat.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.

a. Membuat tabulasi pada skor kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Membuat tabulasi persiapan perhitungan nilai rata-rata.

c. Menghitung nilai rata-rata (mean).

Nilai mean dilambangkan dengan Perhitungan mean dilakukan dengan

menjumlahkan skor dan membaginya dengan jumlah siswa (Nurgiyantoro, 2001:

361) dengan rumus:

x

=

N

fx

(65)

Keterangan

x = mean (nilai rata-rata)

X = skor dalam menyimak

N = jumlah siswa

d. Mengkonversi nilai rata-rata ke dalam patokan perhitungan persentase skala

seratus untuk menentukan taraf kemampuan menyimak cerita rakyat.

Untuk menafsirkan kemampuan menyimak cerita rakyat apakah baik,

sedang, kurang, maka hasil dari perhitungan dikonversi ke dalam persentase skala

seratus (Nurgiyantoro, 1998: 264)

Tabel 4 Patokan Perhitungan Persentase Skala Seratus

Rentang angka Interval % tingkat penguasaan Keterangan

96-100 96%-100% Sempurna

86-95 86-95% Baik sekali

76-85 76-85% Baik

66-75 66%-75% Sedang 56-65 56%-65% Cukup

46-55 46%-55% Hampir sedang

36-45 36%-45% Kurang

26-35 26%-35% Kurang sekali

16-25 16%-25% Buruk

0-15 0%-15% Buruk sekali

e. UJi -t

Rumus uji-t dimaksudkan untuk menguji perbedaan hasil menyimak cerita

rakyat antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan hasil

menyimak kedua kelompok akan memberikan informasi mengenai efektivitas

media audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat (Nurgiyantoro,

2001: 109). Perbandingan hasil pembelajaran menyimak menggunakan media

(66)

t. Nilai t-observasi yang dicari dapat dilihat signifikan tidaknya dengan tabel kritis

t dengan derajat kebebasan (db). Untuk menentukan signifikan tidaknya nilai t

selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai kritis t (nilai kritis t terlampir).

Jika harga t-observasi diketahui selanjutnya dikonsultasikan dengan t-tabel

dengan taraf signifikansi tertentu. Dalam penelitian ini taraf signifikansi adalah 5

%. Taraf signifikansi tersebut berarti bahwa peneliti bersedia menerima penelitian

walaupun dari populasi ada 5% yang meleset tidak sesuai dengan kesimpulan

(Arikunto, 1990: 505).

Apabila harga t-observasi lebih kecil dari pada t-tabel maka tidak ada

perbedaan yang signifikan antara dua hal. Sebaliknya apabila nilai t-observasi

lebih besar atau sama dengan nilai t-tabel maka hasilnya ada perbedaan antara dua

hal. Perbedaan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus t-tes

Langkah-langkah dalam uji t yaitu

1) Mencari taksiran

S

2

=

 

(

)

2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 − ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + − +

n n n x x n x x

2) Mencari nilai t

(67)

Keterangan

t = Koefisien yang dicari

n1= jumlah sampel kelompok 1

n2= jumlah sampel kelompok 2

1

X = nilai rata-rata kelompok 1

2

X = nilai rata-rata kelompok 2

(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan ini empat hal, yaitu (A) deskripsi data, (B) analisis data, (C) pengujian hipotesis, dan (D) pembahasan hasil penelitian. Keempat hal tersebut dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif yang dimaksud berupa skor yang didapat dari tes menyimak cerita rakyat. Tes menyimak dikerjakan oleh kelompok eksperiman dengan menggunakan media audiovisual dan kelompok kontrol tidak menggunakan media audiovisual.

Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2010 di kelas V SD Kanisius Sengkan. Ada dua subjek dalam penelitian ini. Pertama, siswa kelas VA berjumlah 30, dan saat pengambilan data 1 siswa tidak hadir. Kedua, siswa kelas VB berjumlah 30, dan saat pengambilan data 5 siswa tidak hadir. Dengan demikian, total subjek penelitian ini adalah 54 siswa dengan rincian: kelas VA 29 siswa dan kelas VB 25 siswa.

(69)

1. Skor Kelompok Eksperimen

Total siswa kelompok eksperimen adalah 29 siswa. Berdasarkan urutan presensi, peneliti membuat tabulasi skor sebagai berikut.

Tabel 5

Data Skor Menyimak Cerita Rakyat Menggunakan Media Audiovisual Kelompok Eksperimen

No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor

1. 60 6. 67 11. 82 16. 71 21. 76 26. 75

2. 74 7. 64 12. 72 17. 75 22. 76 27. 75

3. 76 8. 68 13. 75 18. 79 23. 77 28. 79

4. 80 9. 80 14. 77 19. 89 24. 77 29. 79

5. 77 10. 87 15. 79 20. 82 25. 84 30. -

(70)

Tabel 6 Urutan Skor Kelompok Eksperimen No. Urutan skor Jumlah siswa

1 89 1

2 87 1

3 84 1

4 82 2

5 80 2

6 79 4

7 77 4

8 76 3

9 75 4

10 74 1

11 72 1

12 71 1

13 68 1

14 67 1

17 64 1

18 60 1

Dari deksripsi di atas diperoleh kesimpulan bahwa skor tertinggi yang dicapai kelompok eksperimen adalah 89 dan skor terendah adalah 60.

(71)

Tabel 7

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Kemampuan Menyimak Cerita Rakyat

Menggunakan Media Audiovisual Kelompok Eksperimen No. Skor Frekuensi

(f)

f(x) f(x)²

1 89 1 89 7.921

2 87 1 87 7.569

3 84 1 84 7.056

4 82 2 164 13.448

5 80 2 160 12.800

6 79 4 316 24.964

7 77 4 308 23.716

8 76 3 228 17.320

9 75 4 300 22.500

10 74 1 74 5.476

11 72 1 72 5.184

12 71 1 71 5.041

13 68 1 68 4.624

14 67 1 67 4.489

17 64 1 64 4.096

18 60 1 60 3.600

N= 29

f(x)= 2212

2

) (x

f =169.804

Keterangan

N = Jumlah Siswa X = Skor siswa f = Frekuensi

f(x) = Skor dikali frekuensi

(72)

2. Skor Kelompok Kontrol

Total siswa kelompok Kontrol adalah 25 siswa. Berdasarkan urutan presensi, peneliti membuat tabulasi skor sebagai berikut.

Tabel 8

Data Skor Menyimak Tidak Menggunakan Media audiovisual Kelompok Kontrol

No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor No. Skor

1. 50 6. 65

Gambar

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Menyimak Cerita Rakyat
Tabel 3 Penilaian Tes Menyimak
Tabel 4 Patokan Perhitungan Persentase Skala Seratus
Tabel 5 Data Skor Menyimak Cerita Rakyat Menggunakan Media Audiovisual
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita wayang purwa lakon

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA KARTU CERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS V SD NEGERI PURWOTOMO

Menurut Salisbury dalam Tarigan (1994: vii), sadar atau tidak, keterampilan menyimak ini tidak begitu mendapat perhatian pada sekolah-sekolah kita selama

Melalui Penelitian Tindakan Kelas diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menyimak cerita melalui teknik Paired Storytelling dengan media Audiovisual pada mata pelajaran

media film animasi, sehingga setelah menyimak cerita anak siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan terkait cerita tersebut. 1) Menambah ilmu pengetahuan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar Bahasa Indonesia sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: (1) untuk mengetahui keterampilan siswa menyimak cerita yang tidak menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran bahasa