• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan metode role play pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan metode role play pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan."

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ROLE PLAY PADA PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA ANAK

SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Sulistiati NIM. 091134001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE ROLE PLAY PADA PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA ANAK

SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Sulistiati NIM. 091134001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

iv

PERSEM BA HA N

K arya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Y ang M aha E sa.

B apak dan I buku tercinta.

A dikku tersayang.

Teman istimewaku Ganjar Subekti.

Semua pihak yang telah membantu penulis, terima

kasih atas bantuannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

v

MOTTO

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama

ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya”

“Sabar dal am mengat asi kesul it an dan ber t indak bij aksana dal am

mengat asinya adal ah sesuat u yang ut ama”

“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya

revisi dan saya menang”

Opt imis, Kar ena Hi d up Ter us M engal ir Dan Keh id upan

Ter us Ber put ar ”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

viii ABSTRAK

Sulistiati. 2013. Efektivitas Penggunaan Metode Role Play Pada Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode role play pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan, selain itu juga tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemampuan menyimak siswa kelas VA dan VB pada pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan metode role play dan tidak menggunakan metode role play.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa–siswi kelas V SD Kanisius Sengkan berjumlah 62 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda menyimak cerita anak. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode role play efektif digunakan pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan menyimak cerita anak antara siswa kelas VA dan kelas VB yang dibuktikan dengan persentase kenaikan nilai pre-test ke nilai post-test. Kenaikan nilai pre-test

ke nilai post-test kelompok eksperimen sebesar 19,51%. Persentase kenaikan nilai

pre-test ke nilai post-test kelompok kontrol sebesar 10,32%. Kata kunci: menyimak cerita anak, metode role play.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

ix

ABSTRACT

Sulistiati. 2013. Effectiveness Use of Role Play Method At the Learning Listening to Children Stories Students Class V Kanisius Sengkan Elementary School.

This research was aim to know the effectiveness the use of role play method at the learning listening to children stories students class V in Kanisius Sengkan elementary school, beside that the aim of this research was to know the difference of listening skills students class VA and VB at the learning listening to children stories using the role play and do not using the role play method.

The type of this research was quasi-experimental. The subjects of this research were students class V Kanisius Sengkan elementary school totaled 62 students. The instrument used in this research is a multiple-choice test listening to children school. Techniques of the data analysis in this research was using the t test.

The research results indicate that the role play method is effectively used at the learning listening to children stories students class V in Kanisius Sengkan elementary school. From the results of the research also showed that there are differences in the ability listening to children stories students class VA and students class VB that evidenced by the percentage of increase in score pre-test to post-test score. The increase in score pre-test to post-test score of the experimental group as big as 19,51%. Percentage increase in score pre-test to post-test score of the control group as big as 10,32%.

Keywords: listening to children stories, role play method.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

segala berkat, anugerah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Role Play Pada Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan” yang

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui

kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku Ketua Jurusan Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah begitu

baik meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingannya, masukan dan kritik yang sangat berharga, dengan penuh

perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

xi

4. Galih Kusumo., S. Pd., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, memberikan kritik, saran dan masukan serta

nasehat-nasehatnya yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membagikan

ilmunya dan membantu penulis.

6. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan serta siswa-siswi SD Kanisius

Sengkan yang saya cintai, yang telah membantu dapat terselesaikannya

skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, adik dan seluruh keluarga yang saya sayangi.

8. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu serta menemani

dalam suka maupun duka.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan skripsi ini, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran

dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 03 Juli 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Pengertian... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Keterampilan Menyimak ... 8

B. Metode Role Play ... 19

C. Cerita Anak ... 25

D. Penelitian Yang Relevan ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 30

F. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 32

C. Jenis Penelitian ... 33

D. Desain Penelitian ... 33

E. Variabel Penelitian... 34

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 35

H. Teknik Pengumpulan Data ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 43

J. Jadwal Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Data ... 46

B. Analisis Data ... 47

C. Pembahasan ... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xiv

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rancangan Penelitian ... 32

Tabel 2 Kriteria Penilian Instrumen Validasi ... 35

Tabel 3 Tabel Koefisien Reliabilitas ... 38

Tabel 4 Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 5 Uji Normalitas ... 46

Tabel 6 Uji t Nilai Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Nilai Pre-Test Kelompok Kontrol... 48

Tabel 7 Uji t Selisih Nilai Pre-Test dan Nilai Post-Test Kelompok Eksperimen dengan Selisih Nilai Pre-Test dan Nilai Post-Test Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 8 Uji t Perbedaan Nilai Pre-Test dan Nilai Post-Test Kelompok Eksperimen ... 49

Tabel 9 Uji t Perbedaan Nilai Pre-Test dan Nilai Post-Test Kelompok Kontrol ... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Silabus Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Lampiran 2 RPP Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Lampiran 3 Kisi-kisi Menyimak Cerita Anak

Lampiran 4 Pre-Test

Lampiran 5 Kunci Jawaban Pre-Tes

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa

Lampiran 7 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa

Lampiran 8 Post-Test

Lampiran 9 Kunci Jawaban Post-Tes

Lampiran 10 Pedoman Skoring dan Nilai Akhir Pre-Test & Post-Test

Lampiran 11 Hasil Pre-Test Siswa Lampiran 12 Hasil Lembar Kerja Siswa

Lampiran 13 Hasil Post-Test Siswa Lampiran 14 Refleksi Siswa

Lampiran 15 Nilai Pre-test dan Post-test

Lampiran 16 Nilai-nilai r Product Moment

Lampiran 17 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 18 Uji Normalitas

Lampiran 19 Hasil Uji-t

Lampiran 20 Foto-foto Pembelajaran

Lampiran 21 Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

xvii

Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 23 Biografi Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia penting untuk dikuasai di Sekolah Dasar karena

merupakan penunjang keberhasilan pembelajaran bidang studi lainnya dan dapat

digunakan untuk saling berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan KTSP (2006: 113),

bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

pembelajaran bidang studi lainnya (Matematika, Sains, IPS, PKn). Pembelajaran

bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tertulis.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan bersastra (Nurgiyantoro, 2001: 20). Tarigan (1983:

112), mengungkapkan bahwa kemampuan tersebut diintegrasikan ke dalam

aspek-aspek mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

keterampilan tersebut harus dilatih secara integratif dalam pembelajaran bahasa

Indonesia sebab secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa pada

umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan terakhir menulis.

Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh

anak bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Sebelum anak dapat melakukan

berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan menyimaklah yang pertama kali

dilakukan sehingga siswa harus mendapatkan pengajaran keterampilan menyimak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

2

secara memadai. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai di Sekolah Dasar

yaitu keterampilan menyimak cerita anak. Cerita anak mengandung banyak nilai

kehidupan sehingga pembelajaran menyimak cerita anak dapat membangun

kepribadian baik bagi siswa.

Keberhasilan pembelajaran sangat erat dengan metode pembelajaran, oleh

karena itu pembelajaran menyimak memerlukan metode yang cocok agar siswa

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (Marno, 2009: 65). Guru harus

dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik

agar dapat meningkatkan kemampuan menyimak peserta didik.

Metode adalah cara penyampaian bahan untuk mencapai tahapan-tahapan

tujuan dalam usaha mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan sebelumnya

(Sarosa Purwadi, 1980: 1). Dalam konteks pembelajaran menyimak, metode

pembelajaran diharapkan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat siswa, bahkan memotivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap

belajarnya. Salah satu jenis metode yang dapat dimanfaatkan adalah metode role play.

Role Play adalah salah satu bentuk permaianan pendidikan (Educational Games) yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain

(membayangkan diri sendiri dalam keadaan orang lain) ( Suwardi, dkk. 1980: 1).

Tujuan penggunaan metode role play ini adalah agar siswa mampu menggali peran dari seseorang dan menghayati sesuatu kejadian atau hal sehingga pesan

atau informasi yang dikomunikasikan dapat diserap oleh siswa sebagai penerima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

3

Informasi yang ada diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Metode role play dapat dimanfaatkan untuk mengajar keterampilan menyimak cerita anak, karena pembelajaran menyimak cerita anak dengan metode role play

bisa membangun keaktifan siswa untuk memerankan sendiri tokoh-tokoh yang

ada dalam cerita sehingga anak bisa menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku

dan nilai, menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain.

Pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode role play masih jarang diterapkan di sekolah. Hal itu diketahui berdasarkan pengamatan dari

peneliti terhadap pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di SD Kanisius Sengkan

pada 11 Januari 2013. Guru lebih sering memakai metode ceramah dalam

pembelajaran. Guru bahasa Indonesia SD Kanisius Sengkan menyatakan bahwa

dalam proses penyajian metode ceramah guru hanya mengandalkan bahasa verbal

dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya, sedangkan disadari

bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam

ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya sehingga

hasil belajar siswa kurang memuaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan pengujian Efektivitas Penggunaan Metode Role Play Pada Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti akan

memfokuskan pada penggunaan metode role play untuk meningkatkan hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

4

belajar menyimak cerita anak. Penulis hanya akan membahas tentang materi

menyimak cerita anak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas V

semester II tahun pelajaran 2013/2014 Standar Kompetensi 5 “Memahami cerita

tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan”

dan Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema,latar,

amanat)”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada menyimak cerita anak. Adapun masalah

yang akan diteliti adalah:

1. Apakah metode role play efektif digunakan pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2013/2014?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan menyimak antara siswa kelas VA dan

VB dalam pembelajaran menyimak cerita anak dengan menggunakan

metode role play dan tidak menggunakan metode role play?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan efektivitas penggunaan metode role play pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

5

2. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan menyimak siswa kelas VA dan VB

pada pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan metode role play

dan tidak menggunakan metode role play.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang efektivitas

metode role play dalam pembelajaran menyimak cerita anak di sekolah dan perbedaan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran.

2. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru, khususnya di

kelas V SD untuk memilih dan menggunakan metode yang kreatif,

menyenangkan, menarik perhatian siswa, mudah pelaksanaannya, dan

terjangkau.

3. Siswa

Siswa termotivasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

semanagat dan berdampak pada peningkatan prestasi belajarnya.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan pertanyaan tentang suatu konsep (istilah) yang

dipakai, kiranya perlu diberi batasan pengertian:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

6

1. Efektivitas

Efektivitas adalah efek atau akibat atau pengaruh dari sesuatu (Depdikbud,

1990: 219). Efektifitas dalam penelitian ini adalah efek atau akibat dari

penggunaan role play dalam pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.

2. Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang

lisan secara penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi

yang disampaikan pembicara dengan ujaran atau bahasa lisan. Yang

dimaksud menyimak dalam penelitian ini adalah siswa mendengarkan dan

menangkap isi cerita anak yang diperankan pemain dengan metode role play.

3. Metode

Metode adalah cara penyampaian bahan untuk mencapai tahapan-tahapan

tujuan dalam usaha mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan

sebelumnya (Sarosa Purwadi, 1980: 1). Metode dalam penelitian ini adalah

metode role play.

4. Role Play

Role play adalah adalah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan

menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain

(membayangkan diri sendiri dalam keadaan orang lain (Suwardi, 1980: 1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

7

Role play dalam penelitian ini diterapkan dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk memainkan secara bergantian tokoh yang ada dalam cerita

anak.

5. Cerita Anak

Cerita anak adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau

penderitaan orang, kejadian dan sebagainya, yang merupakan rekaan belaka,

bersifat imajinatif dan fiktif (Sugihastuti, 1999: 6). Cerita anak dalam

penelitian ini adalah cerita anak tentang “Sepatu untuk Nisa”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI A. Keterampilan Menyimak

Bagian ini akan membahas hal-hal sebagai berikut: (a) Pengertian

Menyimak, (b) Jenis-jenis Menyimak, (c) Tahap-tahap Menyimak, (d) Tujuan

Menyimak, (e) Faktor-faktor yangMempengaruhi Menyimak.

a. Pengertian Menyimak

Keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan

lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta

interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna

komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran bahasa lisan

(Tarigan, 1983: 19).

Keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada

dasarnya bertujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami

makna komunukasi dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu

bahasa dengan jalan mendengarkan atau menyimak, menirunya atau

mempraktekkannya (Hery, 2012: 29). Menyimak merupakan tahap pertama yang

dalam berbahasa yang harus dihubungkan dengan makna.

b. Jenis-jenis Menyimak

Tujuan umum menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi,

serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara

melalui ujaran. Di samping tujuan umum terdapat pula tujuan khusus yang

menyebabkan adanya beraneka ragam jenis menyimak. Ada dua belas jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

9

menyimak yaitu: menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/

konversosial, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/ apresiatif kritis, menyimak

konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, menyimak eksplorasi,

menyimak pasif, menyimak selektif (Hery, 2012: 43).

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif dapat merupakan kegiatan menyimak yang

berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif, guru

tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa, tetapi siswa

diberinya kebebasan untuk mencerna dan memahami hal yang disimak.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang lebih diarahkan

pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan lebih umum serta

tidak perlu di bawah bimbingan langsung oleh guru. Menyimak intensif

lebih diarahkan pada sesuatu yang harus diawasi dan dikontrol. Ada dua

pembagian penting dalam menyimak intensif, yaitu menyimak intensif yang

diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran

dan menyimak intensif yang diarahkan pada pemahaman serta pengertian

umum.

3) Menyimak sosial

Menyimak sosial merupakan kegiatan menyimak yang meliputi dua hal,

yaitu menyimak secara sopan dan menyimak penuh perhatian. Hal ini

biasanya dilakukan dalam situasi-situasi sosial, misalnya ketika orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

10

berbicara informal mengenai topik tertentu yang menarik perhatian orang

banyak.

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan

saja.

5) Menyimak estetik

Menyimak estetik merupakan fase terakhir dari kegiatan menyimak secara

kebetulan dan termasuk dalam kegiatan ekstensif. Menyimak estetik biasa

juga disebut menyimak apresiatif.

6) Menyimak kritis

Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang di dalamnya

sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidak telitian yang akan diamati.

7) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan sejenis telaah untuk mengikuti

petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat kualitas,

waktu, urutan, dan sebab akibat.

8) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang mengakibatkan

pembentukan atau rekontruksi imaginatif terhadap kesenangan-kesenangan

akan bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang

disarankan atas apa yang didengar seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

11

9) Menyimak penyelidikan

Menyimak penyelidikan adalah jenis menyimak intensif dengan maksud dan

tujuan yang agak lebih sempit.

10) Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut lebih

banyak konsentrasi dan seleksi.

11) Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan suatu

bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada

saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, dan berlatih

serta menguasai suatu bahasa.

12) Menyimak selektif

Menyimak selektif merupakan jenis kegiatan menyimak yang mempunyai

keuntungan pada struktur tata bahasa, struktur yang diserap oleh proses ini

cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak.

Dalam suatu pembelajaran tidak mungkin semua jenis menyimak itu

dilangsungkan sekaligus karena setiap pembelajaran memiliki keunikannya

tersendiri. Di sini diharapkan bahwa seorang guru dapat memilih jenis menyimak

berdasarkan kebutuhan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

digunakan jenis menyimak ekstensif. Sebagaimana telah dikemukakan Tarigan

(1983: 27), menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang

berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif, guru tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

12

secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa, tetapi siswa diberinya

kebebasan untuk mencerna dan memahami hal yang disimak.

c. Tahap-tahap menyimak

Logan (Tarigan 1994: 58-59) mengungkapkan bahwa menyimak memiliki

tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap menyimak dapat meliputi tahap mendengar,

memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Tahap-tahap

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1) Tahap Mendengar

Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh

pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Di situ boleh dikatakan

bahwa kita belum menangkap dan memahami secara lebih jelas tentang hal

yang dikemukakan oleh pembicara. Jadi, kita masih berada dalam tahap

hearing.

2) Tahap memahami

Pada tahap ini ada keinginan dari kita untuk mengerti atau memahami

dengan baik hal yang disampaikan pembicara. Di sini kita sudah masuk

pada tahap menangkap inti dan memahami secara jelas maksud pembicara.

Jadi, di sini kita sampai pada tahap understanding.

3) Tahap menginterpretasi

Pada tahap ini kita mulai mencermati dan menangkap isi pembicaraan untuk

selanjutnya melakukan penafsiran terhadap pendapat yang tersirat dari

ujaran. Dengan demikian, kita sampai pada tahap interpreting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

13

4) Tahap mengevaluasi

Setelah memahami serta menafsirkan isi pembicaraan, kita mulai menilai

atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara. Di situ

dikemukakan baik keunggulan dan kelemahan maupun kebaikan dan

kekurangan dari hal yang disampaikan pembicara. Demikianlah, kita sampai

pada tahap evaluating.

5) Tahap menanggapi

Pada tahap ini kita dapat menyerap dan menerima gagasan atau ide yang

dikemukakan pembicara. Di situ kita dapat membuat tanggapan terhadap

gagasan atau ide pembicara. Dengan demikian, kita sampai pada

responding.

Adapun Srickland (dalam Tarigan 1994: 29) menyimpulkan sembilan tahap

menyimak sebagai berikut:

1. Menyimak berkala yang terjadi pada saat anak merasa terlibat langsung

dalam pembicaraan mengenai dirinya.

2. Menyimak dengan perhatian dangkal karena adanya gangguan berupa

selingan-selingan dan hal-hal lain di luar pembicaraan.

3. Setengah menyimak karena adanya kegiatan lain yang sedang ditunggu anak

untuk mengekspresikan isi hati atau untuk mengutarakan maksud hatinya.

4. Menyimak serapan karena anak keasyikan menyerap atau mengapsorsi

hal-hal yang kurang penting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

14

5. Menyimak sekali-kali, yaitu anak menyimpan sebentar-sebentar saja apa

yang sesungguhnya hendak disimaknya, atau hanya memperhatikan

kata-kata si pembicara yang menarik hatinya saja.

6. Menyimak asosiatif, yaitu anak hanya mengingat pengalaman-pengalaman

pribadi secara konstan, yang berakibat pada tidak adanya reaksi terhadap

pesan yang disampaikan pembicara.

7. Menyimak dengan reaksi berkala, yaitu anak membuat pertanyaan dan

komentar terhadap hal yang disimaknya.

8. Menyimak secara seksama, yaitu suatu tahap anak mengikuti dengan

sungguh-sungguh jalan pikiran sang pembicara.

9. Menyimak secara aktif, yaitu suatu tahap menyimak pada anak untuk

menemukan pikiran serta pendapat sang pembicara.

Berdasarkan tahap-tahap menyimak sebagaimana telah dikemukakan di

atas, tahap-tahap menyimak yang relevan dengan penelitian ini ialah tahap-tahap

menyimak menurut Logan, yang meliputi tahap mendengar, memahami,

mengevaluasi, menginterpretasi, menanggapi. Dengan demikian, tahap-tahap

menyimak cerita anak dapat meliputi tahap mendengarkan cerita, tahap

memahami isi cerita, tahap menginterpretasi cerita dan tahap menanggapi cerita.

d. Tujuan menyimak

Tujuan umum menyimak adalah untuk memperoleh informasi tentang

sesuatu hal. Amir (2002: 54) mengatakan bahwa seseorang dapat menyimak

dengan baik apabila ia mampu menerima dan menyimpan suatu pesan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

15

baik, dan pesan itu dapat disampaikannya kepada orang lain yang

membutuhkannya.

Ada delapan tujuan menyimak menurut Tarigan (1994:20). Kedelapan

tujuan itu diuraikan sebagai berikut:

1) Belajar

Menyimak untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara.

Menyimak dengan tujuan untuk belajar, misalnya tampak dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah, mendengar cerita, menyimak film, mendengarkan

ujaran orang lain. Kegiatan menyimak ini haruslah disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Menikmati keindahan

Menyimak untuk mendapatkan kepuasan batin yang tampak, misalnya,

dalam pagelaran seni, mendengarkan musik, menyimak film, menonton

drama, dan lain-lain. Penyimak hanya menikmati keindahan dari bahan yang

didengar atau dilihatnya.

3) Mengevaluasi materi simakan

Menyimak yang dimaksud adalah agar siswa dapat memehami hal-hal apa

yang disimak dapat berupa hal-hal yang baik maupun hal-hal yang kurang

baik. Mka perlu hati-hati dalam menyimak agar sesuai dengan materi

simakan dan pencapaian tujuan.

4) Mengapresiasikan materi simakan.

Menyimak yang dimaksud adalah penyimak hanya dapat menghargai

hal-hal yang disimak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

16

5) Mengkomunikasikan ide-ide sendiri.

Menyimak yang dimaksud adalah agar seseorang dapat mengkomunikasikan

ide, gagasan-gagasan maupun perasaan kepada orang lain dengan lancar dan

baik.

6) Memecahkan masalah secara kreatif dan analitis.

Menyimak di sini dimaksudkan untuk memberi ragam masukan untuk

memecahkan masalah dalam topik pembicaraan. Menyimak ini sama

dengan pada saat kita melakukan kegiatan musyawarah, mendengarkan

petunjuk, ceramah dalam kehidupan kita. Setelah itu penyimak berharap apa

yang kita simak tersebut dapat menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapi.

7) Membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

Menyimak disini dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian pada

kekhasan bunyi-bunyi tertentu. Misalnya, orang yang sedang belajar bahasa

asing harus memusatkan perhatian sungguh-sungguh pada ujaran-ujaran

yang diucapkan oleh pembicara asli (native speaker). 8) Menyimak persuasif.

Menyimak ini bertujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap masalah atau

pendapat terhadap masalah yang selama ini diragukan kebenarannya.

Menyimak dalam hal ini sebelum kita tahu dan tidak yakin kebenarannya

maka menjadi terbuka pikiran yang dia ragukan akan suatu kebenaran yang

abadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

17

Dari kedelapan tujuan menyimak tersebut, tujuan menyimak yang

ditekankan dalam penelitian ini adalah (1) menyimak untuk belajar, (2) menyimak

untuk mengevaluasi materi simakan, dan (3) menyimak untuk mengapresiasikan

materi simakan. Kegiatan menyimak yang akan dilangsungkan disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran yang akan dan harus dicapai siswa. Siswa dituntut

untuk mampu menghargai hal-hal yang disimak, dan memahami materi simakan

dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Walaupun menyimak ada tujuannya, tidak dipungkiri bahwa senantiasa ada

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak. Menurut Achsin (dalam

Tarigan, 1994: 5) ada tiga faktor yang dapat menghambat dalam menyimak.

Ketiga faktor itu dijelaskan sebagai berikut.

1) Keterbatasan Fasilitas

Dalam pembelajaran, hal itu berkaitan dengan belum tersediannya alat

perekam yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum menunjang

pembelajaran menyimak, dan jumlah siswa yang besar.

2) Faktor Perhatian dan Kebiasaan Anak

Faktor ini berkaitan dengan perhatian, daya tahan, dan kebiasaan menyimak

siswa yang masih kurang. Kebiasaan ini juga dapat berkaitan dengan

pengelolaan kelas dan interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran.

3) Faktor Kebahasaan

Faktor ini merupakan faktor utama penghambat pembelajaran bahasa

Indonesia secara umum dan pembelajaran menyimak secara khusus. Faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

18

ini mulai dari mengenali bunyi tingkat fonologis, kata, kalimat, wacana,

sampai menangkap dan menyimpan isi ujaran serta daya tahap menyimpan

hasil simakan.

Masih menurut Tarigan (1994: 44-47), masih ada faktor lain yang

mempengaruhi menyimak. Ada tiga faktor penghambat di dalam pembelajaran

menyimak.

1) Faktor fisik

Kondisi fisik seseorang merupakan faktor penting yang turut menentukan

keefektifan serta kualitas keefektifan dalam menyimak. Kesehatan fisik

adalah sebagai modal yang turut menentukan bagi setiap penyimak.

Lingkungan fisik juga turut bertanggung jawab atas ketidak efektifan

menyimak seseorang.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi juga

turut mempengaruhi menyimak. Faktor-faktor ini mencakup masalah: (a)

prasangka dan kurangnya simpati terhadap si pembicara, (b) keegosentrisan

dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi, (c) kurang

luasnya pandangan, (d) kebosanan atau tidak ada perhatian sama sekali

terhadap subjek, (e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subjek

dan si pembicara. Masalah tersebut sangat mempengaruhi kegiatan

menyimak ke arah yang tidak baik, dan berakibat buruk untuk seluruh

kegiatan menyimak siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

19

3) Faktor pengalaman

Sikap siswa merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan

pengalamannya sendiri. Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat

dari pengalaman yang dangkal atau tiadanya pengalaman terhadap bidang

yang disimak.

B. Metode Role Play

a. Pengertian role play

Role play adalah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan menghayati

perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (membayangkan diri

sendiri dalam keadaan orang lain (Suwardi, 1980: 1).

Metode simulasi (Role Playing) adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana,

2009:89). Pada metode role playing ini, proses pembelajaran ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah

yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa.

b. Tujuan dan Manfaat role play

Menurut Suwardi (1980: 2) tujuan dan manfaaat role play sebagai berikut: 1. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas

hidup.

2. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana

akibatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

20

3. Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu.

4. Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan.

5. Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemampuan dan kebutuhan siswa.

6. Pembentukan konsep secara mandiri.

7. Menggali peran-peran daripada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/

keadaan.

8. Menggali dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam

kehidupan.

9. Membantu siswa dalam mengklasifikasikan/ memperinci, memperjelas pola

berpikir, berbuat dan ketrampilannya, dalam membuat/ mengambil

keputusan menurut caranya sendiri.

10. Media pembina, struktur sosial dan sistem nilai lingkungannya.

11. Membina siswa dalam: kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis

analistis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.

12. Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara

berfikirnya dan perbuatannya.

c. Strategi pelaksanaan pembelajaran role play

Menurut Wahab (2007:109) mengemukakan secara rinci tentang strategi

role playing dalam proses pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa, yaitu: 1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan

tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/ berbelit-belit, akan tetapi jelas

dan mudah dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

21

2) Melatar belakang cerita role playing dan bermain peran tersebut. Misalnya bagaimana guru dapat menjelaskan latar belakang kehidupan sahabat Abu

Bakar sebelum menceritakan kisah sahabat Abu Bakar masuk Islam. Hal ini

agar materi pelajaran dapat dipahami secara gamblang dan mendalam oleh

siswa/ anak didik.

3) Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus siswa lakukan/ mainkan.

4) Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/

melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan

penonton.

5) Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik

klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan

masalah dapat didiskusikan secara seksama.

6) Sebaiknya diadakan latihan-latihan secara matang, kemudian diadakan uji

coba terlebih dahulu, sebelum role playing dipentaskan dalam bentuk yang sebenarnya.

Wahab (2007:114) menyatakan bahwa dalam bermain peran, ada tiga tahap

yang harus dilaksanakan guru, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak

lanjut. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

a) Persiapan untuk bermain peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

22

Persiapan untuk bermain peran meliputi memilih permasalahan yang

mengandung pandangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan

pemecahannya serta mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang akan

dihadapi.

b) Memilih pemain

Hal-hal yang harus diperhatikan saat memilih pemain yaitu pilih secara

sukarela atau jangan dipaksa, sebisa mungkin pilih pemain yang dapat

mengenali peran yang akan dibawakannya, hindari pemain yang ditunjuk

sendiri oleh siswa, pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan

dua peran sekaligus, setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang ,

hindari siswa membawakan peran yang dengan kehidupan sebenarnya.

c) Mempersiapkan penonton

Hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan penonton yaitu harus

yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran,

arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku.

d) Persiapan para pemain

Hal-hal yang dilakukan saat persiapan para pemain yaitu biarkan siswa agar

mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru, sebelum

bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya,

siapkan tempat dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

23

2. Pelaksanaan

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pelaksanaan metode role play yaitu biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya, jika terjadi kemacetan

saat pelaksanaan bimbing dengan pertanyaan.

3. Tindak lanjut

Yang dilakukan pada tahap tindak lanjut meliputi:

a. Diskusi

Diskusi dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan

pengetahuan siswa. Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, memberi

jalan keluar atau merekreasi. Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang

telah dilaksanakan.

b. Melakukan bermain peran kembali

Bermain peran kembali dilakukan agar memberi pemahaman yang lebih

baik bagi pemain maupun pendengar.

Sedangkan Sudrajat (2010:1) mengemukakan strategi penggunaan role playing sebagai berikut:

1) Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan

diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara

sederhana dimainkan di depan kelas.

2) Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga

diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan

dipentaskan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

24

3) Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa.

4) Setelah role playing itu dalam peuncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar

kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum,

sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu.

5) Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa

catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

Menurut Hamzah B Uno (2009: 26) prosedur role play terdiri dari sembilan

langkah, yaitu: a) pemanasan (warming up), kegiatannya meliputi mengajukan permasalahan, menjelaskan permasalahan, menafsirkan cerita, menjelaskan role playing. b) memilih partisipan, kegiatannya meliputi menganalisa peran-peran dan memilih pemain-pemain. c) menyiapkan pengamat (observer), kegiatannya meliputi menentukan apa yang harus diamati dan menetapkan tugas-tugas

pengamat. d) menata panggung, kegiatannya meliputi menata jalannya permainan,

menjelaskan kembali peran-peran, memasuki situasi permasalahan. e) memainkan

peran, kegiatannya meliputi memulai permaian, mempertahankan permainan,

menghentikan permaianan. f) diskusi dan evaluasi, kegiatannya meliputi meninjau

kembali lakon (kejadiannya, posisi, realisme), membicarakan kembali fokus-fokus

utama, mengembangkan permaianan berikutnya. g) memainkan peran ulang,

kegiatannya meliputi memainkan peranan yang sudah diperbaikai dan

menggambarkan langkah-langkah selanjutnya atau alternatif perilaku. h) diskusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

25

dan evaluasi kedua, kegiatannya seperti kegiatan pada diskusi dan evaluasi

pertama. i) berbagi pengalaman dan kesimpulan, kegiatannya meliputi

menghubungkan situasi permasalahan dengan pengalaman sendiri yang nayata

dan masalah kini, menjajagi azas-azas perilaku umum.

C. Cerita Anak

1. Pengertian cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita

tentang anak ( Hardjana, 2006: 2 ). Tokoh dalam cerita anak itu tidak harus

seorang anak, tetapi dapat berupa orang tua, guru, petani, nenek, kakek, atau siapa

saja. Bahkan binatang dan peri atau makhluk halus. Cerita anak dapat ditulis

dalam bentuk cerita pendek, novelet, maupun novel.

Menurut Sugihastuti (1999: 6) cerita anak adalah karangan yang

menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian dan

sebagainya, yang merupakan rekaan belaka, bersifat imajinatif dan fiktif.

Sarumpaet (1976:23) menyebutkan empat titik tolak yang dapat diambil untuk

merumuskan secara khusus apa yang disebut cerita anak. Pertama, tradisional, bacaan anak adalah bacaan yang tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahulu

kala dalam bentuk mitologi, cerita-cerita binatang, dongeng, legenda, dan

kisah-kisah kepahlawanan yang romantis. Kedua, idealistis, bacaan anak harus bersifat patut dan universal. Artinya, bacaan didasarkan pada bahan-bahan terbaik yang

diambil dari zaman yang telah lalu dan karya-karya penulis terbaik masa kini.

Ketiga, populer, bacaan anak adalah bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

26

yang menyenangkan anak-anak. Keempat, teoretis, bacaan anak adalah bacaan yang dikonsumsi anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota-anggota

keluarga dewasa, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang-orang dewasa.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa cerita anak merupakan karya yang dibuat oleh orang dewasa

dan diperuntukkan bagi kalangan pembaca anak-anak.

2. Struktur Cerita Anak

Cerita anak terdiri dari unsur-unsur yang membangunnya menjadai satu

kesatuan utuh. Unsur-unsur tersebut dapat dikaji sebagai satu struktur yang

membangun cerita. Unsur-unsur tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Tema

Tema-tema yang cocok untuk anak-anak adalah tema yang menyajikan

masalah yang sesuai dengan alam hidup anak-anak. Misalnya, tema tentang

kepahlawanan, suka duka pengembaraan, peristiwa sehari-hari, atau juga

kisah-kisah perjalanan seperi petualangan di hutan/ gunung, penjelajahan

dunia dan sebagainya.

2. Tokoh

Tokoh dalam cerita anak tidak harus manusia. Ia bisa siapa atau apa saja,

bahkan juga dari golongan hewan, tumbuhan, dan benda mati. Hal ini sesuai

dengan sifat anak yang antropomorfistis, yaitu mereka memiliki imajinasi luar biasa sehingga dalam pandangan mereka semua benda memiliki nyawa

layaknya manusia. Sarumpaet (1976:34) mengelompokkan tokoh utama

dalam cerita anak menjadi tiga jenis utama. Jenis tokoh utama yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

27

dimaksud yaitu (1) tokoh utama berasal dari benda mati, (2) tokoh utama

yang berasal dari alam hidup bukan manusia, dan (3) tokoh utama berasal

dari alam manusia. Bagaimanapun, tokoh-tokoh dalam cerita anak harus

bertingkah wajar dan hidup. Tindakan-tindakan tokoh itu harus jelas

sebab-akibatnya. Selain itu harus ada kejujuran penyajian. Artinya,

tindakan-tindakan atau tokoh-tokoh yang jahat juga ditampilkan secara jujur dan

tidak hanya tindakan dan tokoh yang baik saja yang ditonjolkan.

Sebagaimana dalam kehidupan dalam cerita pun tokoh jahat itu ada dan

perlu diberi tempat. Yang terpenting adalah penjelasan secukupnya,

mengapa tokoh-tokoh itu berperilaku demikian (Trimansyah, 1999:40).

3. Latar

Latar dalam cerita anak bisa dilihat dari isi cerita anak itu sendiri. Misalnya,

dalam cerita anak berupa dongeng binatang (fabel), biasanya menggunakan latar tempat hutan belantara dan menampilkan suasana kehidupan binatang.

Latar kehidupan sehari-hari juga banyak mewarnai cerita anak masa kini.

Pada umumnya penggambaran latar pada cerita anak tidak serinci cerita

orang dewasa. Dalam cerita anak, latar digunakan untuk memancing

imajinasi dan antusiasme anak. Untuk itu sering digunakan latar

tempat-tempat yang menakjubkan, seperti gua-gua, gunung, khayangan atau surga,

istana kerajaan, atau gemerlap kota metropolitan. Adapun mengenai latar

waktu, secara prinsip tidak ada bedanya dengan latar waktu dalam cerita

dewasa. Latar waktu biasanya juga menampilkan setinglampau, kini, dan

yang akan datang. Latar waktu yang lebih khusus, biasanya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

28

ditampilkannya latar waktu liburan. Hal ini karena masa liburan merupakan

peluang bagi anak-anak untuk bermain, berwisata, ataupun berpetualang

yang dapat dijadikan latar cerita yang menarik (Trimansyah, 1999:41).

4. Sudut pandang

Sudut pandang atau pusat pengisahan adalah sudut tinjau yang diambil

pengarang dalam menuturkan kisahnya. Berdasarkan pusat pengisahan ini,

pengarang akan memusatkan perhatian dan penuturannya pada unsur-unsur

tertentu dalam suatu peristiwa (Sarumpaet, 1976:32). Jadi, sudut pandang

itu bisa merupakan jawaban atas pertanyaan: siapakah yang menceritakan

kisah ini? (Sumardjo, 2004:82). Pusat pengisahan ini juga yang akan

memperjelas amanat cerita. Karena itu, pemilihan pusat pengisahan penting

dalam penulisan cerita anak. Pusat pengisahan yang sesuai untuk anak

adalah jika pencerita membiarkan tokoh utama bertutur sendiri. Dengan kata

lain, pengarang menggunakan pusat pengisahan atau sudut pandang orang

pertama. Akan tetapi pusat pengisahan yang bertolak dari sudut pandang

orang ketiga juga dapat digunakan, dengan syarat, pengarang bercerita

secara analitik. Artinya, pengarang tidak hanya bertindak sebagai pengamat,

tetapi juga menyelam dalam peristiwa yang diceritakannya (Sarumapet,

1976:32).

5. Alur

Dalam cerita anak, cenderung menggunakan alur yang datar dan tidak

serumit cerita orang dewasa. Hal itu dikarenakan pengalaman dan daya pikir

anak yang terbatas untuk memahami ide-ide yang rumit. Alur datar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

29

dijabarkan melalui gaya bercerita secara langsung. Artinya, cerita yang

disajikan tidak bertele-tele atau berbelit-belit. Kemampuan anak untuk

membedakan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dan kehadiran para

tokoh berkaitan dengan peristiwa pada umumnya belum dapat diandalkan.

Karena itu, dalam menjalin peristiwa dan menampilkan tokoh seputar tema

harus diperhatikan faktor kejelasan penyebabnya. Alur tidak hanya dinamis

dan hidup, tetapi harus dilandaskan pada penyebab yang jelas (Sarumpaet,

1976:31).

D. Penelitian yang Relevan

Ada dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Kedua

penelitian itu ialah penelitian Rika Evalia Ariyanti (2010) dan penelitian Fajar

Romadhon (2012). Penelitian tersebut diringkaskan sebagai berikut.

Penelitian Rika Evalia Ariyanti (2010) yang berjudul “Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalwaru Kabupaten Malang”. Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Role Playing mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V SDN Tegalweru.

Penelitian Fajar Romadhon (2012) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Materi Mengidentifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

30

Unsur Cerita di SDN Jatiguwi 03 Sumberpucung”. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Role Playing

mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN Jatiguwi 03

Sumberpucung pada materi mengidentifikasi unsur cerita.

E.Kerangka Berpikir

Pembelajaran menyimak cerita anak perlu menggunakan metode yang

sesuai karena di dalam cerita anak mengandung nilai-nilai hidup yang dapat

membangun kepribadian baik siswa. Sehingga, metode yang digunakan harus

mampu membangun keaktifan siswa dan mampu membuat siswa benar-benar

menghayati secara langsung nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dengan

cara memerankan tokoh-tokohnya. Metode role play adalah metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran menyimak cerita anak, karena dalam proses

pembelajarannya siswa memerankan secara langsung tokoh-tokoh dalam cerita.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti membuat hipotesis untuk

penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan metode role play efektif dalam pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Sengkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

31

2. Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak siswa kelas

VA dan kelas VB dalam pembelajaran menyimak cerita anak dengan

menggunakan metode role play dan tidak menggunakan metode role play.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: (A) waktu

penelitian, (B) tempat penelitian, (C) subyek dan obyek penelitian, (D) populasi

dan sampel penelitian, (E) jenis penelitian, (G) variabel penelitian.

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan, Jl. Kaliurang Km 7

RT 002/ RW10, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55283.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Gugus Perumnas Condong Catur dengan

jumlah 1.617 siswa. Gugus ini terdiri dari 7 SD yaitu SD N Karangasem dengan

jumlah 180 siswa, SD N Perumnas Condong Catur dengan jumlah 430 siswa, SD

N Perumnas 3 dengan jumlah 137 siswa, SD N Sari Karya dengan jumlah 149

siswa, SD Budi Mulia Dua Pandean Sari dengan jumlah 169 siswa, SD K

Condong Catur dengan jumlah 151 siswa, seluruh siswa kelas V SD K Sengkan

dengan jumlah 62 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian kelompok eksperimen yaitu kelas VB SD Kanisius

Sengkan yang berjumlah 31 siswa. Sampel penelitian kelompok kontrol yaitu

kelas VA SD Kanisius Sengkan yang berjumlah 31 siswa. Dalam menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

33

sampel penelitian menggunakan teknik purposive random sampling. Purposive

random sampling yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan

pertimbangan tertentu dari peneliti. Metode role play yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan bentuk kuasi

eksperimen, artinya kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih

secara random melainkan ditentukan oleh peneliti atau guru. Percobaan yang akan

dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti apakah penggunaan

metode role play memiliki efektivitas dalam pembelajaran menyimak cerita anak dengan melihat kemampuan menyimak cerita anak antara dua kelompok. Dua

kelompok tersebut yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen dikondisikan untuk pembelajaran menyimak menggunakan metode

role play. Kelompok kontrol dikondisikan untuk pembelajaran menyimak tanpa menggunakan metode role play. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dicari hubungan sebab akibat yang timbul dari kedua kelompok.

[image:51.595.145.492.703.747.2]

D. Desain Penelitian

Tabel 1

Rancangan Penelitian

Kelompok Pre test Treatment Post test

Eksperimen (R) v X O1 Kontrol (R) v - O2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

34

Keterangan:

v : Mendapatkan pre test

X : Mendapatkan perlakuan berupa metode role play

O1 : Mendapatkan post test

O2 : Mendapatkan post test

Penelitian ini menggunakan soal pre-test dan post-test. Soal pre-test dan

post-test diberikan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Nilai post-test kelas eksperimen dibandingkan dengan nilai post-test kelas kontrol untuk mengetahui seberapa besar efektivitas treatment. Jika nilai kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka perbedaannya disebabkan karena

perlakuan. Sebaliknya, jika nilai kelompok kontrol yang lebih baik, maka

perbedaannya disebabkan bukan karena perlakuan. (Emzir. 2007: 48).

E. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:

61). Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

variabel penelitian dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

35

role play dalam pembelajaran menyimak cerita anak sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa tentang menyimak cerita anak kelas V SD

Kanisius Sengkan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk dapat

mengumpulkan data (Arikunto, 1990: 177). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pre-test dan post-test berupa pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Peneliti menyusun tes pilihan ganda berdasarkan kurikulum yaitu

berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Instrumen

penelitian dapat dilihat pada lampiran 4 dan 8.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Teknik pengujian instrumen dlakukan dengan dua cara yakni (1) uji

validitas, (2) uji reliabilitas. Kedua hal tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas juga bisa dikatakan taraf sampai dimana suatu tes mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Putro, 2009: 128). Dengan kata lain

validitas berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur.

Menurut Arifin (2009: 248) ada 5 jenis validitas, yaitu: validitas permukaan

(face validity), validitas isi (content validity), validitas empiris (empirical validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas faktor (factorial validity). Dalam penelitian ini, peneliti memakai content validity atau validitas isi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

36

Menurut Arifin (2009: 248) validitas isi sering disebut juga validitas kurikuler.

Validitas kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan

dengan kurikulum yang sudah ditentukan.Validitas kurikuler dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain mencocokkan materi tes dengan silabus dan

kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesama pendidik, atau mencermati kembali

substansi dari konsep-konsep yang akan diukur.

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun tes pilihan ganda berdasarkan

kurikulum yaitu berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

yang telah dibuat (lihat kisi-kisi soal pada lampiran 3), kemudian soal-soal yang

disusun tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, kepala sekolah dan

guru bidang studi bahasa Indonesia. Setelah instrumen tes dinyatakan valid oleh

dosen pembimbing, kepala sekolah, dan guru bidang studi bahasa Indonesia,

peneliti mengujikan soal kepada siswa. Soal yang diujikan sebanyak 30 soal

meskipun yang akan digunakan dalam penelitian hanya 20 soal. Kriteria nilainya

[image:54.595.101.515.322.670.2]

adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Kriteria Penilaian Instrumen Validasi

Jawaban Skor

Benar 1

Salah 0

Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas diuji di SD N

Ngulakan 2 kelas V tanggal 25 Januari 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

37

siswa. Peneliti memilih SD N Ngulakan 2 untuk uji validitas dan reliabilitas

karena di SD N Ngulakan 2 mempunyai kesamaan dengan SD Kanisius Sengkan

yaitu sama-sama sekolah dasar berakreditasi A. Dengan akreditasi yang sama

diasumsikan siswanya mempunyai kemampuan yang hampir sama.

Dalam penelitian ini validitas diuji secara manual dengan rumus korelasi

product moment atau korelasi Pearson (Sugiyono, 2010: 255).

= ∑

(∑ ) (∑ )

Setelah menghitung korelasi skor setiap item dengan skor total dengan

menggunakan product moment atau korelasi Pearson akan didapatkan r hitung setiap item. Harga ini dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung  r tabel,

korelasinya positif atau valid (lihat r tabel pada lampiran). Hasil uji validitas dari

30 soal pre-test diperoleh 20 soal valid dan 10 soal tidak valid. Hasil uji validitas dari 30 soal post-test diperoleh 21 soalvalid dan 9 soal tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran17.

2. Reliabilitas

Menurut Arifin (2009: 258) reliabilitas adalah tingkat atau derajat

konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes

mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam

taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Putro, 2009: 127).

Dalam penelitian ini pengujian dilakukan secara internal. Pengujian secara

internal dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi item-item yang ada

pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu, yaitu teknik belah dua dari

Spearman Brown. Untuk itu butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

38

yaitu kelompok instrumen nomor ganjil dan genap. Skor datanya disusun

tersendiri. Seluruh skor genap dijumlahkan, demikian juga seluruh skor ganjil.

Skor total kelompok genap dikorelasikan dengan skor total kelompok ganjil.

Setelah dihitung didapat koefisien korelasinya. Koefisien korelasi ini lalu

dimasukkan rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2010a: 190).

= 2.

1 +

Dari hasil pengujian validitas, item-item yang valid diambil untuk uji

reliabilitas. Untuk uji reliabilitas item-item yang valid diurutkan lagi dari nomor

item terkecil ke nomor item yang terbesar. Item-item yang telah diurutkan disusun

dalam tabel nomor genap dan nomor ganjil, kemudian data-data dari tabel nomor

genap dan ganjil diolah. Setelah data dioleh, skor diolah dengan rumus korelasi

product moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

= ∑

(∑ ) (∑ )

Koefisien korelasi selanjutnya dimasukkan dalam rumus reliabilitas dari

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

= 2.

1 +

Hasil perhitungan reliabilitas soal-soal dikonsultasikan dengan tabel kriteria

koefisien reliabilitas berikut (Masidjo, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

39

[image:57.595.99.515.155.609.2]

Tabel 3

Tabel Koefisien Reliabilitas

Koefisien reliabilitas Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,20 Rendah

Negatif – 0,20 Sangat rendah

Dari hasil perhitungan pre-test den

Gambar

Tabel 1 Rancangan Penelitian
Tabel 2 Kriteria Penilaian Instrumen Validasi
Tabel Koefisien Reliabilitas
Tabel 4 Jadwal Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA KARTU CERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS V SD NEGERI PURWOTOMO

Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita pendek dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Pegandekan menggunakan media

Ada delapan tujuan menyimak menurut Tarigan (1980: 28). Kedelapan tujuan itu diuraikan sebagai berikut. 1) Belajar, yaitu menyimak untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran

Sriwahyuni, Anastasia. Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan

Berdasarkan tabel 12 tentang keterampilan menyimak peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan media audio cerita anak di kelas V dapat dilihat pada siklus

Faktor yang mempengaruhi penggunaan media boneka dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita anak adalah belum digunakannya media boneka dalam pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak cerita dengan menggunakan media wayang kartun binatang pada siswa kelas V SD Negeri