• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL

MANGUNAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Yosephine Widya Permanasari NIM: 061124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

P E R S E M B A H A N

Kupersembahkan skripsi ini kepada

Para suster Kongregasi Putri-Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia, Konsuster Komunitas PBHK Deresan – Yogyakarta yang menginspirasiku,

(5)

v M O T T O

Non Scholae, sed Vitae Dicimus

(Belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup)

“Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dihidupi (Socrates)

Kita semua di sini tidak lain adalah alat-alat Allah yang dipakai untuk melakukan hal kecil dan …..kemudian berlalu

(Ibu Teresa)

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya skripsi yang telah saya tidak karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan kutipan dan daftar sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 2012

, Penulis

,

(7)

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA UNTUK AKADEMIS

Yang di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yosephine Widya Permanasari

Nomor Mahasiswa : 061 124019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL

perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis perlu meminta dari saya maupun kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikialah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

Pada 25 Juni 201 2 Yang

Yos phine Widya Permanasari

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa di SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Eksperimental Mangunan telah menggunakan proses Pedagogi Reflektif. Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan reflektif siswa SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Eksperimental Mangunan melalui proses dinamika pemaknaan pengalaman hidup dengan menggunakan aspek mengingat pengalaman, aspek perasaan terhadap pengalaman, aspek mengolah pengalaman dan aspek membangun niat.

Kemampuan Refleksi adalah suatu proses dinamika pemaknaan pengalaman hidup dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi dan perasaan terhadap pengalaman, yang berdasarkan pada pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang tampak dalam bentuk tingkah laku dan perkembangannya sehingga dapat menangkap nilai serta makna dari apa yang sedang dialami.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk metode survei deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Eksperimental Mangunan sebanyak 72 responden. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 25 pernyataan mengenai kemampuan reflektif siswa yang meliputi aspek mengingat pengalaman, aspek perasaan terhadap pengalaman, aspek mengolah pengalaman dan aspek membangun niat. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 72 siswa dan diperoleh sebanyak 19 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh 0,60, yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

(9)

ix ABSTRACT

The title of this thesis was DESCRIPTION ABOUT THE REFLECTIVE ABILITY OF ELEMENTARY SCHOOLS STUDENTS OF KANISIUS SENGKAN AND KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN. The writer chose this title based on fact that the elementary schools of Sengkan and Kanisius Eksperimental Mangunan have used the process of Reflective Pedagogical. Therefore, this thesis aimed to comprehend that how far the reflective ability of elementary schools of Kanisius Sengkan and Kanisius Eksperimental Mangunan through the process of meaning dynamic of life experience by using the aspects of remembering experience, feeling experience, managing experience and building intention.

The Reflection Ability was a process of meaning dynamic of life experience by using remembering ability, comprehension, imagination and the sense to the experiences, which based on knowledge, skills and basic values that showed in attitude and the progressing so they able to comprehend the value and the meaning of what they have being experienced.

This research was qualitative method by using descriptive survey technique. The population of this research was students of V grade of Elementary Schools of Sengkan and Kanisius Eksperimental Mangunan. The respondents were 72 students. The tools of attitude scale was used which implemented in 25 questions about the reflective ability of the students involved aspect of remembering experience, feeling experience, managing experience and building intention. The validity test at the significant rate 5%, N 72 students, 19 items is valid. While from the reliability test obtained 0,60, it meant the reliability instrument is high.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan limpah terima kasih kepada Allah Bapa yang telah menyertai, membimbing, dan menuntun penulis dalam menapaki hidup ini sehingga penulis mampu memaknai pengalaman-pengalaman sepanjang waktu penulisan skripsi ini sebagai rajutan kasih Allah yang indah yang telah dipersiapkan bagi penulis. TanganNya yang lembut mengajak penulis untuk tetap setia dan bertekun dalam menyelesaikan penulisan skripsi kendati penulis mengalami keletihan, inspirasiNya tak pernah berhenti mengalirkan ide-ide yang membuat penulis memiliki kepercayaan diri dan pendampinganNya tak pernah lelah dengan memberikan malaikat-malaikat kecil yang senantiasa menemani, membantu, mendukung dan memotivasi selama proses penulisan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN

(11)

xi

Ketika pengalaman tersebut hadir, berbagai penolakan terjadi (rasa ketidak mampu, rasa kurang dipahami dan rasa dilumpuhkan) yang membuat penulis tidak lagi melihat bahwa Allah ikut terlibat dalam hidup. Dengan berjalannya waktu dan keyakinan yang ditemukan dalam doa, menyediakan waktu mengolah pengalaman dan perjumpaan dengan sesama yang meneguhkan, membuat penulis terbuka dan menyiapkan diri untuk rencana Allah yang indah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai pada waktunya berkat bantuan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendampingi, membimbing dengan penuh kerelaan, kesabaran dan kesetiaan serta mendukung lewat doa-doa sehingga memotivasi penulis untuk setia dan bertekun menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang selalu menginspirasi, membuka pandangan baru bagi penulis serta memperkaya penulisan ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, kesabaran, kemurahan hati serta pemahaman terhadap kesulitan dan kebutuhan penulis serta kesetiaan dalam memberi ruang dan waktu mendengarkan pergumulan penulis, memberi masukan dan kritikan dalam seluruh proses penulisan skripsi ini. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen wali

(12)

xii

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, selaku dosen penguji III yang banyak memberi waktu luang bagi penulis di saat penulis mengalami kepenatan dan kelelahan hati di sela-sela penulisan. Penulis mengucapkan terima kasih atas gagasan yang inspiratif yang mampu memotivasi penulis untuk maju dan terus mau mengembangkan diri.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini. Penulis mengucapkan limpah terima kasih karena melalui bimbingan dan penemanan penulis semakin menyadari bahwa belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup.

5. Suster Immaculae, PBHK beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Putri-Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia yang telah memberikan perutusan studi di Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan studi yang diterima penulis sehingga penulis belajar menghargai dan memaknai setiap pengalaman yang dijumpai dalam rencana akan kehadiran Allah sendiri (Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dihidupi).

6. Sr. Christine Sumiatsih, PBHK, selaku Pemimpin Komunitas suster studi dan para suster lainnya yang sama-sama berjuang dalam perutusan studi, selalu mendoakan, setia mendampingi, mendukung, memahami pergumulan dan memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi. Penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan Suster selama ini.

(13)

xiii

keterbukaan hati dalam menerima penulis untuk mengadakan penelitian serta mendapatkan informasi secara leluasa yang diberikan pada penulis selama proses penelitian skripsi ini berlangsung.

8. Bapak H.J. Ponidjan,B.A. selaku Kepala sekolah SD Kanisius Mangunan, tempat penelitian skripsi ini dilaksanakan. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerelaan, keterbukaan dan dukungan yang diberikan pada penulis selama proses penelitian skripsi ini berlangsung.

9. Sr Agnes, FCJ dan Ibu Olivia Dewi Maharani,S.Pd selaku guru kelas V SD Kanisius Sengkan. Penulis mengucapkan terima kasih atas keterbukaan hati memberi ruang dan waktu untuk penelitian serta kesabaran dalam melayani penulis mendapatkan data penunjang penelitian.

10. Ibu Padmi,S.Pd selaku guru kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Penulis mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati dan dukungan dalam memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

11. Para murid kelas V SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Mangunan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas penerimaan yang penuh kepolosan dan kegembiraan di saat penulis mengadakan penelitian di dalam kelas. Keterbukaan yang tulus dari mereka menjadi oase yang menyejukkan dan saat-saat perjumpaan yang berharga bagi penulis.

(14)

xiv

13. Orang tua dan anggota keluarga yang telah mendukung penulis lewat doa dan cinta serta perhatian selama menjalani masa studi.

14. Para Romo, sahabat dan kenalan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan ikhlas dan tulus hati telah memberikan dukungan doa dan bantuan hingga selesainya studi dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan demikian penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 25 Juni 2012 Penulis

(15)

xv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

(16)

xvi

3. Pengertian Kemampuan Reflektif ... 13

4. Tujuan Refleksi ... 14

5. Unsur-Unsur atau Aspek-Aspek Kegiatan Refleksi ... 15

a. Ingatan atas Pengalaman ... 15

1. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg ... 24

2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 25

3. Teori Perkembangan Kepercayaan/Iman James Fowler ... 26

C. Program Kegiatan Pendukung Kemampuan Refleksi ... 28

D. Kegiatan Reflektif Dalam Pembelajaran ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

(17)

xvii

2. Reliabilitas ... 35

F. Tehnik Analisis Data ... 36

G. Kisi-Kisi Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A Hasil Penelitian ... 42

1. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa ... 42

a. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 43

b. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 44

c. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 44

d. Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 45

2. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Sengkan ... 45

a. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 46

b. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 48

c. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 50

d. Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 51

3. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Mangunan .. 53

a. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 54

b. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 56

c. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 57

d. Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 59

B. Hasil Studi Dokumen ... 61

1. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Sengkan ... 62

a. Pengalaman Awal... 62

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 62

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 63

3). Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 65

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 66

b. Pengalaman Tengah ... 67

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 67

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 69

(18)

xviii

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 71

c. Pengalaman Akhir ... 72

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 72

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 74

3). Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 75

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 76

2. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Mangunan .. 77

a. Pengalaman Awal... 77

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 78

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 79

3). Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 80

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 82

b. Pengalaman Tengah ... 83

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 83

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 84

3). Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 86

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 87

c. Pengalaman Akhir ... 88

1). Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman ... 88

2). Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 90

3). Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman ... 91

4). Deskripsi Aspek Membangun Niat ... 92

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

1. Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Mangunan ... 93

2. Kemampuan Reflektif Siswa SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Mangunan Secara Khusus ... 99

a. Aspek Mengingat Pengalaman ... 99

b. Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman ... 102

c. Aspek Mengolah Pengalaman ... 105

(19)

xix

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 112 A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(20)

xx

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Deskriptif Kemampuan Reflektif Siswa 43 Tabel 2. Rangkuman Statistik Deskripsi Nilai Keseluruhan SD Kanisius

Sengkan 45

Tabel 3. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek mengingat pengalaman

SD Kanisius Sengkan 46

Tabel 4. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman SD Kanisius Sengkan 47 Tabel 5. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman SD Kanisius Sengkan 48

Tabel 6. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman SD Kanisius

Sengkan 48

Tabel 7. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

SD Kanisius Sengkan 50

Tabel 8. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman SD Kanisius Sengkan 50 Tabel 9. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat

SD Kanisius Sengkan 52

Tabel 10. Deskripsi Aspek Membangun Niat SD Kanisius Sengkan 52 Tabel 11. Rangkuman Statistik Deskripsi Nilai Keseluruhan SD Kanisius 53

Eksperimental Mangunan

Tabel 12. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 54

Tabel 13. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 55

Tabel 14. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman SD Kanisius Eksperimental Mangunan 56 Tabel 15. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 56

Tabel 16. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

(21)

xxi

Tabel 17. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 58

Tabel 18. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 60

Tabel 19. Deskripsi Aspek Membangun Niat SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 60

Tabel 20. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

Awal SD Kanisius Sengkan 62

Tabel 21. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman Awal SD Kanisius

Sengkan 62

Tabel 22. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman Awal SD Kanisius Sengkan 63

Tabel 23. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman Awal

SD Kanisius Sengkan 64

Tabel 24. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

Awal SD Kanisius Sengkan 65

Tabel 25. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman Awal SD Kanisius

Sengkan 65

Tabel 26. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat

Pengalaman awal SD Kanisius Sengkan 66

Tabel 27. Deskripsi Aspek Membangun Niat Pengalaman Awal

SD Kanisius Sengkan 66

Tabel 28. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat pengalaman

pada Pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 67 Tabel 29. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Sengkan 68

Tabel 30. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman pada Pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 69 Tabel 31. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 69

(22)

xxii

pada Pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 70 Tabel 33. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Sengkan 70

Tabel 34. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mambangun Niat

pada pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 71 Tabel 35. Deskripsi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman Tengah

SD Kanisius Sengkan 72

Tabel 36. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 72 Tabel 37. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Sengkan 73

Tabel 38. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 74 Tabel 39. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 74

Tabel 40. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 75 Tabel 41. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Sengkan 75

Tabel 42. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat

pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 76 Tabel 43. Deskripsi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Sengkan 77

Tabel 44. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

pada Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 78 Tabel 45. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 78 Tabel 46. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman pada Pengalaman Awal SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 79

(23)

xxiii

Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 79 Tabel 48. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

pada Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 80 Tabel 49. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman Awal SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 81

Tabel 50. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat

pada Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 82 Tabel 51. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman Awal

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 82

Tabel 52. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

pada Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 83 Tabel 53. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 83 Tabel 54. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap

Pengalaman pada Pengalaman Tengah SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 84

Tabel 55. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 85 Tabel 56. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

pada Pengalaman Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 86 Tabel 57. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman Tengah

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 86

Tabel 58. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat pada

Pengalaman Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 87 Tabel 59. Deskripsi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman Tengah

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 87

Tabel 60. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman

pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Eksperimental Mangunan 88 Tabel 61. Deskripsi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman Akhir

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 89

(24)

xxiv

Pengalaman pada Pengalaman Akhir SD Kanisius Eksperimental

Mangunan 90

Tabel 63. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Eksperimental Mangunan 90 Tabel 64. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman

pada Pengalaman Akhir SD kanisius Eksperimental Mangunan 91 Tabel 65. Deskripsi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman Akhir

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 91

Tabel 66. Rangkuman Statistik Deskripsi Aspek Membangun Niat pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Eksperimental Mangunan 92 Tabel 67. Deskripsi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman Akhir

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 93

(25)

xxv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman SD Kanisius Sengkan 47 Gambar 2. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman SD Kanisius

Sengkan 49

Gambar 3. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman SD Kanisius Sengkan 51 Gambar 4. Frekuensi Aspek Membangun Niat SD Kanisius Sengkan 52 Gambar 5. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 55

Gambar 6. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 57

Gambar 7. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 59

Gambar 8. Frekuensi Aspek Membangun Niat SD Kanisius

Eksperimental Mangunan 60

Gambar 9. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman Awal SD Kanisius

Sengkan 63

Gambar 10. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman Awal

SD Kanisius Sengkan 64

Gambar 11. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman Awal SD

Kanisius Sengkan 65

Gambar 12. Frekuensi Aspek Membangun Niat Pengalaman Awal

SD Kanisius Sengkan 67

Gambar 13. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Sengkan 68

Gambar 14. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Tengah SD Kanisius Sengkan 69 Gambar 15. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Sengkan 71

(26)

xxvi

Tengah SD Kanisius Sengkan 72

Gambar 17. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Sengkan 73

Gambar 18. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 74

Gambar 19. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Sengkan 76

Gambar 20. Frekuensi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Sengkan 77

Gambar 21. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 78 Gambar 22. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 80 Gambar 23. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman pada

Pengalaman Awal SD Kanisius Eksperimental Mangunan 81 Gambar 24. Frekuensi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman Awal

SD Kanisius Eksperimental Mangunan 82

Gambar 25. Frekuensi Aspek Mengingat Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 84 Gambar 26. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 85 Gambar 27. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 86 Gambar 28. Frekuensi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman

Tengah SD Kanisius Eksperimental Mangunan 88 Gambar 29. Frekuensi Aspek Menginat Pengalaman pada Pengalaman

Akhir SD Kanisius Eksperimental Mangunan 89 Gambar 30. Frekuensi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada

Pengalaman Akhir SD Kanisius Eksperimental Mangunan 90 Gambar 31. Frekuensi Aspek Mengolah Pengalaman pada Pengalaman

(27)

xxvii

Gambar 32. Frekuensi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman

(28)

BAB I PENDAHULUAN

 

A. LATAR BELAKANG

Di tengah kesadaran pentingnya pengembangan kemampuan reflektif dalam mengolah pengalaman hidup keseharian, maka lembaga pendidikan berupaya mencari model pendidikan yang mampu mengembangkan aspek-aspek kemunusiaan untuk menjadikan pribadi yang mandiri dan utuh. Pendidikan tidak cukup hanya menempah kemampuan kognitif atau sekedar meningkatkan potensi inteligensi, melainkan juga mengembangkan kemampuan afektif-emosional, kemampuan sosialisasi dan bahkan kemampuan dalam aspek religius.

Kemampuan reflektif adalah suatu proses dan dinamika pemaknaan pengalaman hidup dengan menggunakan daya ingat, pemahanan, imajinasi dan perasaan yang berdasarkan pada pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang tampak dalam bentuk tingkah laku dan berkembangnya aspek-aspek rasio sehingga dapat menangkap arti hakiki dari apa yang sedang dialami (keyakinan akan, nilai, sikap serta seluruh cara bernalar).

(29)

mengenali kemampuan diri dengan segala kekuatan dan kelemahannya serta mengubah dan mengembangkan diri melalui tindakan pembaruan yang mengarah pada hidup yang lebih baik.

Menurut Barbara K Given (2007: 302), kemampuan berefleksi yang dikembangkan secara serius akan membantu siswa mengatasi berbagai masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan lebih baik, oleh karena itu kemampuan reflektif siswa perlu dipupuk karena dengan refleksi membantu siswa mengenali dirinya dengan kesadaran yang penuh.

Fenomena menarik terjadi dalam proses pembelajaran di SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Di mana pada kedua sekolah tersebut telah menerapkan pedagogi reflektif. Paradigma pedagogi reflektif ini diaplikasikan dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memberikan waktu seusai proses pembelajaran pada hari tersebut. Kebiasaan menuliskan pengalaman yang telah terjadi, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pengalaman di luar proses belajar mengajar menjadi salah satu sarana efektif untuk membantu para siswa (SD Kanisius Sengkan dan SD Kanisius Eksperimental Mangunan) berkembang kemampuan reflektif mereka dalam menemukan nilai dan makna dari setiap pengalaman yang dialami. Kemampuan reflektif mereka, mendorong mereka untuk melakukan tindakan pembaruan bagi diri sendiri dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama.

(30)

bentuk tulisan, mengembangkan segi afektif-emosional dengan pemberian nama kepada perasaan yang dialami saat pengalaman itu terjadi dan mengolah pengalaman itu serta mengembangkan siswa untuk mengungkapkan diri dalam perubahan hidup yang lebih baik. Dengan merenungkan pengalaman secara mendalam serta menemukan konsekwensi dari apa yang telah dipelajari diterima, siswa dapat maju dengan bebas dan dengan penuh keyakinan mampu memilih tindakan-tindakan yang sesuai dan cocok menunjang pengembangan diri sebagai manusia utuh.

Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengambil kedua sekolah di atas sebagai tempat penelitian untuk melihat sejauhmana kemampuan reflektif siswa berkembang.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka judul yang dipilih untuk penulisan skripsi ini adalah: ”DESKRIPSI KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA SD KANISIUS SENGKAN DAN SD KANISIUS EKSPERIMENTAL MANGUNAN”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman kemampuan reflektif siswa?

(31)

3. Bagaimana cara efektif menerapkan pola pembelajaran reflektif siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman Yogyakarta dan siswa kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan di Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta.

C. PEMBATASAN MASALAH

Mengingat luasnya topik penelitian dan keterbatasan yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana kemampuan reflektif siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman Yogyakarta dan siswa kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan di Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta.

D. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan pembatasan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Sejauhmana kemampuan reflektif siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman Yogyakarta dan siswa kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan di Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta”.

E. TUJUAN PENULISAN

(32)

mengolah pengalaman dan aspek membangun niat yang menunjang pengembangan diri sebagai manusia yang bermartabat.

F. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Penulis

Meningkatkan kualitas keilmuan serta sebagai bahan inspirasi bagi penulis sebagai calon guru agama Katolik melalui proses belajar mengajar yang disertai dengan kegiatan reflektif akan memampukan siswa menginterpretasikan ilmu pengetahuan agama dan imannya dalam kehidupan nyata, sehingga mengembangkan kemampuan reflektifnya untuk membentuk dirinya menjadi manusia utuh bagi sesamanya

2. Bagi Guru Agama

Guru agama sebagai pelaku utama dalam menghadirkan dimensi religius bagi siswa di sekolah diharapkan mampu menjalankan tugasnya dengan baik, yakni sebagai pelaku utama. Oleh karena itu, tulisan ini dapat digunakan oleh guru agama katolik sebagai salah satu acuhan untuk memahami pentingnya kegiatan refleksi dalam proses pembelajaran pada pembelajaran agama Katolik untuk peningkatan kemampuan reflektif siswa.

3. Bagi Sekolah

(33)

diharapkan dalam setiap proses pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran reflektif terlebih dalam proses pembelajaran pendidikan agama Katolik sebagai media peningkatan kemampuan reflektif siswa. Dengan demikian dapat menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh, baik di bidang akademis maupun bidang kerohanian atau religius.

4. Bagi Siswa

Dengan menerapkan proses kegiatan refleksi dalam pembelajaran pelajaran pendidikan agama Katolik, diharapkan mengakomodasi terciptanya kemampuan reflektif siswa sehingga siswa mampu mengimplementasikan imannya dalam kehidupan nyata dan dapat mengolah hidupnya menjadi bermakna bagi diri, sesama dan dunia.

G. METODE PENULISAN

(34)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, maka penulis akan menguraikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan.

Bab I menguraikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tinjauan teoritis yang meliputi kemampuan reflektif siswa terdiri dari: pengertian kemampuan, pengertian refleksi, pengertian kemampuan reflektif siswa, tujuan refleksi, unsur-unsur atau aspek-aspek kegiatan refleksi, proses dari kegiatan refleksi, ciri-ciri siswa reflektif, teori perkembangan moral Lawrence Kolberg, teori perkembangan kognitif Piaget, teori perkembangan kepercayaan/iman James Fowler, dan program/kegiatan pengembangan kemampuan refleksi.

Bab III mengenai metodologi penelitian deskripsi kemampuan reflektif siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman Yogyakarta dan siswa kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan di Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta yang meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis sumber data, instrumen, dan teknik analisis data.

(35)

Bab V membuat kesimpulan dan saran-saran, agar penulisan ini bermanfaat dan dapat diterapkan oleh penulis dan para guru di sekolah-sekolah sebagai salah satu acuhan untuk memahami pentingnya kegiatan refleksi dalam proses pembelajaran untuk peningkatan kemampuan reflektif siswa.

 

(36)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fokus pembahasan bab kedua ini terdiri atas satu bagian saja yang berisi tentang penjabaran kemampuan reflektif siswa berupa pengertian kemampuan, pengertian refleksi, pengertian kemampuan reflektif siswa, tujuan refleksi, unsur-unsur atau aspek-aspek kegiatan refleksi, proses dari kegiatan refleksi, ciri-ciri siswa reflektif, teori perkembangan moral menurut Lawrence Kolberg, teori perkembangan kognitif Piaget, teori perkembangan kepercayaan/iman menurut James Fowler, dan program/kegiatan pengembangan kemampuan refleksi.

A. Kemampuan Reflektif Siswa 1. Pengertian Kemampuan

(37)

kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Ada pula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut.

(38)

hubungan yang saling berinteraksi. Kemampuan dalam arti penampilan (performence) akan berkembang jika kemampuan rasional mengalami peningkatan. Seseorang yang telah menguasai banyak teori ilmu pengetahuan akan membuat penampilan profesinya lebih berkembang. Perbaikan terus-menerus pada penampilannya, akan meningkatkan kemampuan rasionalnya. Cara belajar seperti ini sering disebut dengan learning by doing, sebaliknya kemampuan rasional akan berkembang jika ada peningkatan dalam performence. Ungkapan: “pengalaman adalah guru yang baik” menunjukkan pengembangan kemampuan rasional melalui praktik nyata.

Dari pendapat di atas, maka kemampuan dapat dimengerti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang tampak dalam bentuk tingkah laku serta berkembangnya aspek-aspek rasio dalam diri seseorang yang kemudian direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga menghasilkan kualitas diri.

2. Pengertian Refleksi

Menurut Webster (1994), “refleksi” berasal dari kata (dalam bahasa Latin) “reflectere” yang artinya memutar, memalingkan, memantulkan, memikirkan kembali secara lebih serius terhadap apa saja.

(39)

Menurut Pedagogi Ignasian (1999: 52-53), istilah refleksi dipakai dalam arti; suatu penyimakan penuh perhatian dari bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan untuk mengerti pentingnya lebih dalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang menonjolkan makna dalam pengalaman manusiawi. Pada tingkat refleksi ini, daya ingat, pemahaman, daya khayal (imajinasi), dan perasaan dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai hakiki dari apa yang sedang dipelajari. Refleksi ini adalah sebuah proses yang membentuk orang, membentuk suara hati pelajar (keyakinan mereka, nilai, dan sikap mereka, serta seluruh cara bernalar).

Provinsi Indonesia Serikat Jesus (1998: 9), refleksi merupakan tindakan kunci pada waktu maju dari pengalaman ke bertindak. Tanpa refleksi atas pengalaman hidup seseorang akan berusaha menyesuaikan diri dengan yang sekarang berlaku. Dan ini sama sekali bukan pengembangan diri melainkan tenggelam dalam konformisme (sikap ikut-ikutan saja).

(40)

Berdasarkan dari beberapa pengertian ini, refleksi kiranya dapat dipahami sebagai usaha manusia dalam mengambil jarak dari pengalaman dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan guna menemukan nilai atau makna di balik peristiwa-peristiwa yang dialaminya.

3. Pengertian Kemampuan Reflektif

Berdasarkan pengertian dari kemampuan dan refleksi di atas, maka kemampuan refleksi dapat ditarik pengertian yaitu: suatu proses dan dinamika pemaknaan pengalaman hidup dengan menggunakan daya ingat, pemahanan, imajinasi dan perasaan yang berdasarkan pada pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang tampak dalam bentuk tingkah laku dan berkembangnya aspek-aspek rasio sehingga dapat menangkap arti hakiki dari apa yang sedang dialami (keyakinan akan, nilai, sikap serta seluruh cara bernalar).

Dari pengertian di atas, maka daya ingat, perasaan dan hati berperan penting untuk menangkap makna (nilai) yang paling penting dan hubungan antara apa yang dipelajari dengan tanggungjawab sebagai manusia di tengah masyarakat.

Dalam proses ingatan, pemahaman, imajinasi dan perasaan dipakai untuk menangkap arti pokok dan nilai-nilai dari yang dipelajari guna menemukan hubungan dengan segi-segi lain dari pengetahuan dan kegiatan manusiawi dan untuk menghargai implikasi-implikasi dalam pencarian terus-menerus dari kebenaran.

(41)

keyakinan-keyakinan maupun cara berpikir dan bernalar, sehingga para siswa didorong bergerak melewati pengetahuan menuju bertindak. Kemampuan berefleksi yang dikembangkan secara serius akan membantu siswa mengatasi berbagai masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan lebih baik, oleh karena itu kemampuan reflektif siswa perlu dipupuk karena dengan refleksi membantu siswa mengenali dirinya dengan kesadaran yang penuh.

Menurut Barbara K Given (2007: 306-307), kesadaran yang penuh lebih dari pemahaman tentang di sini dan kini tetapi lebih mencakup mengenai proses merenungkan perspektif masa lalu (didasarkan pada ingatan masa lalu yang kaya) dan antisipasi ke masa depan (kilasan tentang akan menjadi siapa diri kita di masa depan). Kesadaran yang dibangun di sini, berkaitan dengan perasaan yang terjadi saat seseorang melihat, mendengar, menyentuh, membaui atau merasakan sesuatu yang menciptakan perasaan visual/imajinasi. Kesadaran inilah yang membuat seseorang merasa ingin tahu tentang sang diri yang mengarah pada berkembangnya hati nurani seseorang.

4. Tujuan Refleksi

Menurut P3MP Universitas Sanata Dharma (2008: 12), bahwa tujuan kegiatan refleksi adalah:

a. Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

(42)

c. Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung jawabnya. d. Membentuk hati nurani.

Menurut Subagya (2008: 43), tujuan kegiatan refleksi adalah agar siswa semakin mampu meyakini makna yang terkandung dalam pengalamannya yang otentik. Siswa dapat menggali sendiri dan mengambil suatu pertimbangan dan keputusan pribadi. Bukan berdasarkan patuh pada tradisi, mengikuti himbauan dan ajaran dari guru atau taat pada aturan yang ada. Melalui refleksi mereka mampu membentuk pribadi sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pengalamannya.

Dari dua tujuan refleksi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari refleksi adalah menemukan nilai-nilai yang hakiki dibalik suatu pengalaman yang telah terjadi serta melalui refleksi dapat membentuk diri sebagai manusia yang utuh sehingga menghantar seseorang pada kedalaman hidup beriman yang terwujud dalam relasinya dengan Tuhan dan sesama.

5. Unsur-Unsur atau Aspek-Aspek Kegiatan Refleksi

Berpijak dari pengertian dan tujuan refleksi yang sudah dijabarkan di atas maka, unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kegiatan refleksi, yaitu:

a. Ingatan atas pengalaman

(43)

kita sendiri, karena pemahaman diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan.

Siswa beserta aktivitas-aktivitasnya tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses yang berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses yang lampau ikut menentukan perkembangan kepribadiannya. Mengingat berarti menyerap atau meletakkan pengalaman dengan jalan menangkap atau menerima pengalaman, menyimpan pengalaman dan menghasilkan pengalaman.

(44)

b. Akal Budi

Salah satu karunia Tuhan yang sangat istimewa yang diterima manusia adalah akal budi. Dengan akal budi, manusia memiliki keunggulan dari makhluk hidup lainnya. Akal atau rasio untuk berpikir, mengarahkan manusia mempunyai rasa ingin tahu (curiosity). Rasa ingin tahu inilah yang membuat manusia selalu mempertanyakan segala hal yang dipikirkannya, menyangsikan segala apa yang dilihat, dan mencari segala bentuk permasalahan yang dihadapi. Manusia berusaha menjawab semua pertanyaan yang dihadapi dan mengajukan alternatif pemecahan suatu masalah.

Menurut Jose dalam Syah (2006:46), menjelaskan mengenai akal sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu, dengan akal manusia dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungannya, juga dapat mengembangkan konsepsi mengenai waktu dan keadaan diri sendiri, serta melakukan tindakan yang bersifat antisipatif.

(45)

lain. Singkatnya manusia tidak akan mampu merefleksikan segala pengalaman hidupnya tanpa adanya kekuatan akal budi.

c. Fantasi/Imajinasi

Menurut Yulia Supriyati (2010: 13), fantasi adalah daya jiwa yang dapat membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada dan tanggapan baru tersebut belum tentu sesuai dengan tanggapan yang sudah ada. Berhubung tanggapan baru belum tentu atau tidak perlu sesuai dengan tanggapan yang sudah ada, maka fantasi kadang sangat luas.

Syaiful Sagala (2011: 127), menemukan makna atau tanggapan-tanggapan baru bagi diri pribadi tentang kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran. Hasil dari fantasi atau imajinasi, memungkinkan siswa dapat membuat perencanaan untuk dilaksanakan di masa mendatang dan berusaha merealisasikannya. Misalnya, “Kebanyakan siswa beranggapan bahwa perlu mencintai orang orangtua dengan sepenuh hati, bahkan para siswa beranggapan bahwa mencintai orangtua tersebut merupakan tuntutan mutlak. Mungkinkah sikap saya yang selalu menuntut terhadap orangtua mengakibatkan kesedihan bagi orangtua saya? Apakah saya sanggup merubah sikap agar orangtua menjadi bangga akan diri saya?

d. Perasaan

(46)

perasaan itu bersifat subjektif karena lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan diri. Misalkan: Apa yang baik, menarik dan indah menurut siswa pertama belum tentu demikian bagi siswa yang berikutnya.

Menurut Syaiful Sagala (2011: 131-132), perasaan dapat dibagi atas: perasaan jasmaniah, yaitu perasaan yang berhubungan dengan indera misalnya dingin, hangat, pahit, masam, lelah, lesu, lemah, segar, dan sehat; dan perasaan rohani, yaitu perasaan luhur yang terdiri dari perasaan intelektual, perasaan etis, perasaan estetis, perasaan sosial dan perasaan harga diri. Perasaan siswa dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi, yaitu pernyataan emosi yang dapat diamati oleh orang lain seperti tersenyum, tertawa, menangis, murung, muram, tunduk kepala, mengelus dada, cemberut, merengut, dan lain-lain. Oleh karena itu ekspresi dapat membantu guru dalam usaha mengenal emosi dan perasaan siswa. Misalnya, waktu mendapat nilai ulangan jelek, muka menjadi cemberut dan tidak mau bermain bersama teman-teman. Nilai jelek menimbulkan perasaan apa dalam dirimu? Mengapa demikian? Apakah kamu merasa malu dengan nilai jelek? Kalau ya, mengapa?

e. Kehendak

(47)

adalah kehendak yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan.

6. Proses dari Kegiatan Refleksi

Suatu pengalaman pada dirinya sendiri adalah netral. Bermakna dan tidaknya suatu pengalaman tergantung pada orang yang mengalaminya, yakni bergantung pada bagaimana ia mengolah dan mengartikan pengalamannya tersebut. Merefleksikan pengalaman berarti menempatkan pengalaman tersebut dalam keseluruhan tata pengalaman hidup dan menggali maknanya untuk menyongsong serta mengartikan pengalaman yang masih akan datang. Oleh karenanya, dalam bagian ini penulis memaparkan proses refleksi menurut Gibbs dalam Finlay (2008: 8-12) yang merupakan suatu proses kegiatan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pertama: menggambarkan peristiwa/kejadian

(48)

b. Tahap Kedua: Perasaan dan pikiran (kesadaran diri)

Pada tahap ini, seorang siswa diajak untuk melihat kembali dan menyelidiki perasaan apa saja yang muncul dalam pikiran. Hal-hal ini, antara lain mencakup: bagaimana perasaanmu ketika bermain dalam kelompok? Apa yang kamu pikirkan pada saat terlibat dalam permainan? Apa pendapatmu tentang permainan yang sudah kamu mainkan?. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa dibantu dalam mengungkapkan perasaan selama proses permainan dalam kelompok yang mereka alami. Ketika unsur perasaan dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka siswa akan termotivasi untuk ambil bagian dalam proses pembelajaran. Kehendak untuk terlibat dalam proses pembelajaran menjadi kesempatan bagi siswa mengolah perasaan mereka.

c. Tahap Ketiga: menilai dan mengolah pengalaman

Pada tahap ini seorang siswa diajak untuk menilai atau membuat penegasan tentang apa yang sudah dialami dari sudut pandang manusiawi, moral dan religius. Dari sudut pandang manusiawi, siswa menilai pengalamannya apakah bermanfaat untuk mengembangkan dirinya serta studinya. Dari sudut pandang moral, siswa mampu menilai baik dan buruknya dari pengalaman dalam proses pembelajaran tersebut. Dari sudut pandang religius, siswa dibantu melalui pengalaman belajar sampai pada pengalaman akan kehadiran Allah atau dalam artian bahwa siswa semakin beriman.

(49)

yang manusiawi dan moral saja tetapi dengan refleksi siswa sampai pada pengembangan kehidupan religiusnya. Siswa mampu menemukan makna iman dan tujuan hidup yang terdalam dari relasinya dengan yang ilahi, diri sendiri, sesama dan alam ciptaan melalui proses pembelajaran yang direfleksikan.

Pada tahap ini guru dapat membantu siswa menemukan nilai-nilai tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang, nilai-nilai apa saja yang kamu dapatkan dari permainan dalam kelompok tadi? Apakah ada sikap-sikap yang ikut berkembang demi perkembangan pribadimu? Dari permainan kelompok yang sudah dilakukan tadi, manakah yang berguna atau bermanfaat bagi hidupmu selanjutnya? Melalui bermain dalam proses belajar tadi, apakah kamu juga menemukan dan mengalami kehadiran Allah?

d. Tahap Keempat: Aksi

(50)

Model Gibbs ini menampilkan semua aspek penting dalam membuat refleksi. Tahapan-tahapan ini, tidak hanya berfokus pada refleksi atas/terhadap tindakan (reflection on action), tetapi secara praktis juga berfokus pada refleksi dalam tindakan (reflection in action) dan refleksi sebelum tindakan (reflection before action).

7. Ciri-Ciri Siswa Reflektif

Menurut Salhah Abdullah (2005: 74), bagaimana hendak mengetahui siswa yang reflektif atau tidak? Dibawah ini ada tabel tentang ciri siswa reflektif dan ciri siswa tidak reflektif.

Ciri Siswa Reflektif Ciri Siswa Tidak Reflektif

Berpikir terbuka Berpikir sempit

Proaktif Reaktif Kritis dan kreatif Tidak kritis dan kreatif

Bersedia mengkritik diri sendiri dan terbuka menerima kritikan

Tidak bersedia mengkritik diri sendiri dan dikritik

Fleksibel Terikat/tidak berkembang

(51)

B. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Manusia bertanggung jawab atas kehidupan dan tingkah lakunya. Untuk sampai pada tahap manusia yang kompeten, bertanggungjawab, dan penuh perhatian bagi sesama atau memiliki pribadi yang utuh, manusia memerlukan persiapan yang lama. Hal ini terjadi pula dalam diri pribadi yang reflektif, bahwa menjadi siswa yang reflektif atau siswa yang mampu merefleksikan pengalaman hidupnya tidak terjadi begitu saja tanpa adanya suatu proses pembelajaran dan kematangan dari setiap tahap perkembangannya. Perkembangan itu meliputi perkembangan moral, perkembangan kognitif dan perkembangan iman/religius.

1. Teori Perkembangan Moral

Lawrence Kohlberg dalam Hurlock (1990: 80), menguraikan tahapan moral anak, yaitu: tahap pra-konvensional (1-8 tahun), tahap konvensional (9-13 tahun) dan tahap pascakonvensional (14 tahun ke atas).

Pada usia SD kelas V, siswa masuk dalam tahap pra-konvensional dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) 

(52)

tahap kedua tingkat ini, penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

2. Teori Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Paul Suparno (2001: 26-100), mengelompokkan tahapan-tahapan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (umur 7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas).

Pada usia SD kelas V, siswa masuk dalam tahap operasi konkret dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pada tahap operasi konkret mengalami perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis bersifat reversibel, artinya dapat dimengerti dalam dua arah. Melalui operasi tersebut, anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi dan anak dapat menganalisis dari berbagai segi.

(53)

dialami, seperti anak mulai dapat menggambarkan situasi sekolahnya, perjalanan dari sekolah ke rumah, dan lain-lain. Anak juga mulai dapat melihat persoalan dari sudut yang lebih luas dan bukan dari satu persepsi, seperti dalam menggambar suatu benda, unsur-unsur yang terkait dengan benda tersebut telah digabungkan, anak mulai dapat berhubungan dengan beberapa teman secara serentak dan memperhatikan beberapa hal lain yang dibicarakan teman-temannya, sikap tersebut membuat anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pemikiran yang berbeda.

3. Teori Perkembangan Kepercayaan/Iman

James Fowler dalam Agus Cremers (1995: 15), membagi teori perkembangan kepercayaan/imannya ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: tahap kepercayaan awal dan elementer (0-2 tahun), tahap kepercayaan intuitif-proyektif (2-6 tahun), tahap kepercayaan mistis-harfiah (6-11 tahun), tahap kepercayaan sintetis-konvensional (12 sampai masa dewasa), tahap kepercayaan individukatif-reflektif (18 tahun dan seterusnya), tahap kepercayaan yang konjungtif (usia setengah baya 30-40 tahun), dan tahap kepercayaan yang mengacu pada universalitas.

(54)

akan menyusun dan mengartikan dunia pengalamanya melalui medium cerita dan hikayat. Tentang struktur ketergantungan terhadap orang lain, pada masa ini akan ingin memantapkan kemandirian dan mengokohkan harga dirinya dengan mengembangkan dan memperlihatkan kompetensi sosialnya. Mengapa pada tahap ini dikatakan sebagai tahap kepercayaan mistis? alasannya adalah cerita mistis merupakan unsur pembentukan kognitif dan struktural utama dalam proses pembangunan identitas diri sosial dan hidup kepercayaan anak. Mistis meliputi seluruh dimensi naratif (termasuk cerita, simbol, mitos dan sebagainya). Mengandung khazanah arti dan nilai yang kaya dari tradisi budaya dan religius sebagaimana disajikan kepada anak oleh lingkungan sosial dan kelompok miliknya.

(55)

C. Program Kegiatan Pendukung Kemampuan Refleksi

Menurut Paul Suparno (2002: 78-79) ada beberapa contoh program-program yang dapat diberikan kepada siswa untuk membantu pengembangan kemampuan refleksi mereka, sebagai berikut:

1. Problem solving: siswa dihadapkan suatu masalah konkret. Misalnya, adanya perkelahian antar siswa, prestasi kelas merosot, dan komunikasi dengan guru tertentu yang kurang lancar. Siswa diajak memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan persoalan ini secara bersama pula.

2. Reflective thinking/critical thinking: siswa secara pribadi atau kelompok dihadapkan pada suatu cerita, peristiwa, gambar, foto, dan lain sebagainya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi atau anggapan atas bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan sebaiknya dipilih sendiri atau bersama-sama, tetapi tidak ditentukan oleh guru.

3. Group dynamic: siswa dibimbing untuk kerja kelompok secara kontinu dalam mengerjakan suatu kegiatan tertentu.

4. Community building: siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyarakat mini dengan aturan-aturan, tugas-tugas, hak dan kewajiban, yang mereka atur sendiri secara demokratis.

5. Responsibility building: siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur.

(56)

temannya yang tinggal di desa pun dapat dikembangkan menjadi kegiatan piknik yang menarik. Satu atau dua tahun sekali baik juga kalau diadakan piknik yang jauh dari sekolah, yang tentu saja hatus dipersiapkan lama sebelumnya, termasuk siswa diajak untuk menabung lebih dahulu.

7. Camping study: siswa diajak melakukan kegiatan camping dalam rangka belajar. Kegiatan inipun tidak harus dilakukan jauh dari sekolah, di halaman sekolah atau lokasi sekitar sekolah juga bisa.

8. Rekoleksi atau ziarah: siswa dibimbing mengambil waktu khusus untuk mengambil jarak dari kesibukannya sehari-hari guna secara intensif mengolah kehidupan rohaninya.

D. Kegiatan Reflektif Dalam Pembelajaran

Menurut P3MP Universitas Sanata Dharma (2008:12), dalam proses reflektif hal yang penting adalah:

1. Guru perlu menyiapkan pertanyaan panduan yang tepat dan menyiapkan kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya refleksi yang efektif.

2. Guru menghormati kebebasan siswa untuk berefleksi dan memilih tindakannya.

(57)

4. Guru dan siswa saling berbagi refleksinya dalam rangka memperkaya pemaknaan pengalaman belajar,

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, jenis sumber data,

metode penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, kisi-kisi

penelitian, kemudian dilanjutkan dengan tehnik uji instrumen, dan tehnik analisis

data.

 

A. Jenis penelitian

Menurut Kriyantono (2009: 59), jenis survei yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode survei deskriptif, yang digunakan untuk

menggambarkan populasi yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini pula, fokus

penelitian terdapat pada perilaku yang sedang terjadi dan terdiri satu variabel.

Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti

gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang

digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada

intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,

pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Riduwan (2009: 10), adalah keseluruhan dari karakteristik atau

(59)

ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan jumlah keseluruhan dari sampel

yang digunakan dalam penelitian yaitu seluruh siswa kelas V SD Kanisius

Sengkan, Depok-Sleman Yogyakarta yang berjumlah 47 siswa dan seluruh siswa

kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan Yogyakarta yang berjumlah 25

siswa.

2. Sampel

Teknik yang digunakan untuk penarikan sampel adalah teknik purposive

sampling, yaitu: dengan memilih responden yang memiliki ciri-ciri tertentu sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Ruswanto, 1995: 122).

Dalam hal ini penulis mengambil sampel sesuai dengan kriteria penulis,

kriteria tersebut adalah: para siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman

Yogyakarta dan siswa kelas V SD Kanisius Eksperimental mangunan Yogyakarta

menggunakan pola pembelajaran reflektif dengan diserta kegiatan merefleksikan

peristiwa atau pengalaman dalam bentuk tulisan yang ditulis dalam buku refleksi

siswa dan siswa SD kelas V dirasa oleh peneliti memiliki kemampuan untuk

mengingat pengalaman sesuai dengan kenyataan, mengalami perasaan yang

muncul, mengolah pengalaman sehingga menemukan sebab akibatnya dan usaha

membuat suatu niat dalam tindakan kearah yang lebih baik.

C. Jenis Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

(60)

1. Data primer: data yang didapat dari kuesioner yang disebarkan pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman Yogyakarta dan SD Kanisius

Eksperimental Mangunan di Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta.

2. Data sekunder: dokumentasi, berupa buku refleksi mengenai peristiwa atau pengalaman satu hari ataupun satu minggu yang ditulis oleh siswa sendiri. Pada

penelitian ini oleh siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Depok Sleman dan siswa

kelas V SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Dalam buku refleksi siswa SD

Kanisius Sengkan setiap lembar refleksi terbagi dalam 7 kolom berupa: kolom 1

untuk penomeran, kolom 2 untuk menulis hari, tanggal dan bulan terjadinya

peristiwa, kolom 3 untuk menulis pengalaman atau peristiwa, kolom 4 untuk

refleksi, kolom 5 untuk aksi, kolom 6 untuk tanggapan orangtua dan kolom 7

untuk tanggapan guru. Siswa SD Kanisius Eksperimental Mangunan dalam

melaksanakan kegiatan refleksi menggunakan buku pribadi siswa dan dalam

menuliskan refleksi tidak menggunakan kolom-kolom.

D. Instrumen

Dalam penelitian ini penulis menggunakan isntrumen penelitian berupa

kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data yang

diinginkan. Penelitian item dalam kuesioner didasarkan pada skala likert. Setiap

item memiliki 4 kemungkinan jawaban (Sugiyono, 1994), yaitu Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(61)

Jawaban SS S TS STS

Item favorable 4 3 2 1

Item non favorable 1 2 3 4

E. Tehnik Uji Instrumen

Untuk mempermudah analisis, peneliti menggunakan SPSS for windows

version 17.00 dengan tahap-tahap analisis sebagai berikut:

1. Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan

atau kesahihan suatu alat ukur. Jika suatu instrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid

sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004: 137). Dari hasil jawaban responden

dikumpulkan dan ditabulasikan yang selanjutnya dilakukan pengujian validitas

dengan menghitung korelasi antara masing-masing butir pernyataan dengan skor

total menggunakan rumus teknik korelasi product moment dari pearson.

Pengukuran ini menunjukkan korelasi antar variabel terhadap total skornya, nilai

koefisien r = 0,3 dianggap cukup valid. Angka ini ditetapkan sebagai konvensi

yang didasarkan pada asumsi distribusi skor dari kelompok subyek yang

berjumlah besar (Azwar,1997). Jika korelasi antar butir dengan skor total kurang

dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid atau gugur.

Uji validitas item menggunakan teknik uji korelasi dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menghitung total skor dari setiap responden

(62)

c. Mencari koefisien korelasi skor pada responden di item tersebut

d. Item yang mempunyai koefisien korelasi di bawah 0,3 tidak dapat

digunakan dan dinyatakan tidak valid.

Instrumen penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pada satu variabel yaitu

kemampuan reflektif siswa. Pertanyaan yang valid terdapat 19 nomer (nomer 2,

3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24) dan yang tidak valid

terdapat 6 nomer (nomer 1, 5, 6, 12, 18, 25). Dalam penelitian ini uji validitas

akan dilakukan dengan menggunakan program Ms. Exel yang akan dilihat dari

hasil korelasi Pearson Product Moment. Korelasi Pearson dapat menghasilkan

intensitas ke arah positif atau negatif.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner yang

reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada

kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama (Simamora, 2002).

Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

one shot (pengukuran sekali) melalui pengukuran korelasi antara pertanyan. Uji

reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows

version 17.00 yang akan diukur dengan uji statistik alpha Cronbach (α) dengan

ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel apabila alpha cronbach

(α) lebih besar dari 0,6 maka alat ukur dinyatakan reliabel, sebaliknya apabila

nilai alpha cronbach (α) dibawah 0,6 maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel

(63)

Dari seluruh variabel yang diujikan niainya sudah diatas 0,60, maka dapat

disimpulkanbahwa seluruh variabel dalam penelitian ini lolos dalam uji

reliabilitas dandinyatakan reliabel.Sehingga dapat dinyatakan bahwa instrumen

penelitian telah layak digunakan untuk mengambil data penelitian.

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang dikehendaki oleh data. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif statistik dan deskriptif frekuensi, dimana

terdapat pengujian nilai mean, median, modus, quartiel, varians, standar deviasi

dan berbagai macam bentuk diagram (Wiratna Sujarweni dkk,2012: 23).

Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dari penghitungan data-data

yang diperoleh melalui kuesioner dan kemudian dikelompokkan dan diolah.

Pembuatan kuesioner dengan menggunakan metode skala Likert. Peneliti

menggunakan skala 4 dengan memberi skor atau bobot pada masing-masing

intensitas jawaban dengan ketentuan sebagai berikut sangat setuju (skor 4), setuju

(skor 3), tidak setuju (skor 2) dan sangat tidak setuju (skor 1).

Adapun dalam perhitungan jumlah skor dapat digunakan sebagai berikut:

Skor tertinggi (untuk jawaban sangat setuju) : 4 X 25 = 100 dan Skor terendah

(64)

G. Kisi-Kisi Penelitian Kemampuan Reflektif:

Definisi Konseptual: suatu proses dan dinamika pemaknaan pengalaman hidup dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan

untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang sedang dialami.

Definisi Operasional: siswa mengolah pengalaman melalui tahapan mengingat pengalaman, mengingat perasaan baik positif maupun negatif dalam

pengalaman, mengolah serta belajar dari pengalaman, dan membangun niat.

Kisi-kisi dari instrumen kemampuan reflektif siswa

ASPEK INDIKATOR NO. ITEM

• Siswa mengingat respon

dari perasaan-perasaan

baik positif maupun

negatif melalui peristiwa

yang direfleksikan

7,8,9,10,11

3. MENGOLAH PENGALAMAN

• Siswa menemukan nilai

manusiawi, moral dan

religius dari pengalaman

yang direfleksikan

• Siswa dapat belajar dari

pengalaman yang

direfleksikan

12,13,14,15,16

(65)

4. MEMBANGUN

DESKRIPSI TENTANG KEMAMPUAN REFLEKTIF SISWA

 

Nama lengkap siswa :

Nama Sekolah :

Kelas :

Petunjuk :

A. Bacalah dengan cermat kalimat-kalimat dibawah ini

B. Pilihlah salah satu kolom yang kalian anggap paling benar:

dengan memberi tanda cek list ( √ )

SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

C. Kalian langsung menjawab di lembar angket ini

D. Selamat menjawab!

1 Dalam refleksi aku mengemukakan kenyataan

(66)

2 Dalam refleksi aku menuliskan tempat dimana

peristiwa itu terjadi

3 Dalam refleksi aku menuliskan nama

orang-orang yang ada dalam peristiwa yang aku alami

4 Dalam refleksi aku menuliskan waktu/saat

peristiwa itu terjadi

5 Dalam refleksi aku ingat jelas apa yang aku

lakukan

6 Dalam refleksi aku menuliskan tindakan yang

dilakukan oleh orang lain

MENGINGAT PERASAAN DALAM PENGALAMAN 7 Dalam refleksi aku merasakan kembali

perasaan-perasaan yang muncul dari suatu

peristiwa

8 Dalam refleksi aku merasakan kembali hal-hal

yang tidak baik yang ada padaku

9 Dalam refleksi aku merasakan kembali hal-hal

baik yang ada padaku

10 Dalam refleksi aku merasakan hal-hal baik yang

ada pada orang lain

11 Dalam refleksi aku mencari sebab-sebab dari

peristiwa itu

(67)

12 Dalam refleksi aku belajar menerima hal-hal

yang tidak baik dari suatu pengalaman

13 Dalam refleksi aku belajar mengembangkan

kecenderungan-kecenderungan (kebiasaan)

yang baik

14 Dalam refleksi aku belajar sebab akibat dari

sebuah tindakan

15 Dalam refleksi aku belajar menghormati orang

yang lebih tua

16 Dalam refleksi aku belajar bekerjasama

17 Dalam refleksi aku belajar mengendalikan

emosi (misal mengampuni)

18 Dalam refleksi aku belajar percaya akan Tuhan

yang hadir melalui peristiwa

MEMBANGUN NIAT 

19 Dalam refleksi aku memunculkan niat-niat

untuk mengatasi hal-hal yang tidak baik

20 Dalam refleksi aku memunculkan niat-niat

untuk meningkatkan hal-hal yang baik

21 Dalam refleksi aku memunculkan niat untuk

(68)

22 Dalam refleksi aku memunculkan niat untuk

menghormati orang yang lebih tua

23 Dalam refleksi aku memunculkan niat untuk

bekerjasama

24 Dalam refleksi aku memunculkan niat untuk

mengendalikan emosi dengan mengampuni

25 Dalam refleksi aku memunculkan niat untuk

percaya akan Tuhan yang selalu hadir melalui

peristiwa

(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV membahas mengenai laporan hasil penelitian yang meliputi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan serta pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Instrumen pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah skala. Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada siswa SD Kanisius Sengkan kelas V A berjumlah 23 dan kelas V B berjumlah 24 serta untuk SD Kanisius Eksperimental Mangunan kelas V berjumlah 25, maka seluruhnya berjumlah 72 lembar kuesioner.

1. Deskripsi Kemampuan Reflektif Siswa

Gambar

Tabel 63. Deskripsi Aspek Perasaan Terhadap Pengalaman pada
Gambar 32. Frekuensi Aspek Membangun Niat pada Pengalaman
Tabel 1. Deskriptif Kemampuan Reflektif Siswa
Tabel 2. Rangkuman statistik deskripsi nilai keseluruhan SD Kanisius Sengkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode role play pada pembelajaran menyimak cerita anak siswa kelas V SD Kanisius Sengkan, selain

Tujuan penelitian ini adalah 1) meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan dengan media pembelajaran audio-visual dan

Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Hasil penelitian yang ditemukan adalah: (1) kemampuan siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I menulis karangan narasi sebelum menggunakan gambar seri berkategori cukup , (2)

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan; (2) mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD

(2) Meningkatkan kemampuan menyimak isi pengumuman menggunakan media audio visual siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru 1 Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

audio-visual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung selama satu siklus yang terdiri

Berdasarkan ketiga aspek yang dinilai yakni kemampuan menulis isi teks deskripsi, kemampuan menyusun struktur teks deskripsi, dan kemampuan menggunakan ciri kebahasaan dalam teks