i
PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL
TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA)
DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I
PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING
YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yulius Guntur Vembrianto
NIM: 091124005
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
S K R I P S I
PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL
TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I
PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA
Oleh:
Yulius Guntur Vembrianto
NIM: 091124005
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
iii
S K R I P S I
PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL
TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I
PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Yulius Guntur Vembrianto
NIM: 091124005
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 28 Agustus 2014
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Tanda Tangan
Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. ...
Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. ...
Anggota : 1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. ...
2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum. ...
3. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. ...
Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan sukacita
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya yang begitu luar biasa.
Orang tua tercinta yang sangat luar biasa, yang dengan setia senantiasa
mendukung dan mendampingi penulis selama menempuh studi dan selama
penulisan skripsi ini.
Teman-teman yang super sekali, yang senantiasa memberikan dukungan, serta
mewarnai perjalanan penulis selama berkuliah dan berdinamika
v
MOTTO
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
Nama : Yulius Guntur Vembrianto
No. Mahasiswa : 091124005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA. Hal ini dipilih karena melihat fakta bahwa kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi audio visual mampu memberikan manfaat positif dalam berbagai bidang, khususnya bidang pendidikan. Pada jaman yang semakin maju ini media audio visual sudah banyak digunakan dalam proses pendidikan dan pendampingan. Banyak sekolah mulai dari SD sampai SMA sudah menggunakan media tersebut dengan tujuan agar proses pembelajaran menjadi semakin menarik dan efektif.
Media merupakan hal yang sangat penting dalam proses PIA dan media audio visual termasuk salah satu media alternatif yang dapat digunakan, namun penggunaan media tersebut dalam kegiatan PIA masih jarang dilakukan. Padahal media ini adalah media yang sangat cocok untuk menjawab perkembangan zaman yang semakin maju ini, mengingat seiring perkembangan zaman akan terjadi pergeseran yang membuat media tertentu bisa menjadi tidak efektif lagi. Berdasarkan fakta yang ada, pada jaman ini media audio visual seperti televisi, film, dan video sudah sangat akrab dengan anak-anak. Ditambah lagi kepemilikan
gadget dan komputer canggih yang memudahkan anak-anak untuk mengakses hiburan audio visual.
ix ABSTRACT
This small thesis entitled THE ROLE OF AUDIO VISUAL MEDIA TO THE PROCESS OF ASSISTANCE OF CHILD’S FAITH (PIA) IN THE DISTRIC OF SAINT AGUSTINUS GANCAHAN I PARISH OF SAINT MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA. This tittle is chosen because of seeing the fact that the progress in technology of audio-visual gives the positives benefit in several fields, especially education field. In this era, audio visual media have widely been used in the process of education and assistance. Many schools from Elementary School to Senior High School have used the media in order that the process of learning to more interesting and effective.
Media is the most important matter in the process of PIA and audio-visual media is one of alternatives media that can be used. However, the application of the media in activities of PIA is still rarely used. Where as this media is media that very suitable to answer the development of modern era, remember that where certain media can become no effective again. In this era audio visual media such as television, film, and video have been very familiar with children. In addition, gadget and computer make children easily to access the amusement of audio visual.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES
PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO
AGUSTINUS GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA
GAMPING YOGYAKARTA.
Penulisan skripsi ini melihat fakta bahwa kegiatan PIA membutuhkan
media yang mampu menjawab perkembangan zaman, karena seiring
perkembangan zaman akan akan terjadi pergeseran yang membuat media tertentu
menjadi tidak efektif lagi. Untuk itu media Audio Visual merupakan solusi tepat
untuk menjawab permasalahan tersebut. Pada zaman digital ini media Audio
Visual sudah banyak digunakan dalam proses pendidikan dari jenjang SD sampai
dengan SMA. Namun penggunaan media ini dalam proses PIA masih jarang
dilakukan. Adapun skripsi ini bertujuan untuk mencaritahu sejauh mana media
Audio Visual memiliki peranan dalam proses PIA di lingkungan Santo Agustinus
Gancahan I Paroki Santa Maria Assumpta Gamping Yogyakarta. Selanjutnya
penulis akan memberikan solusi berdasarkan temuan yang di dapat, demi
tersukseskannya proses PIA dengan menggunakan media Audio Visual di
Lingkungan tersebut.
Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis
mendapatkan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis
xi
1. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang telah telah memberi dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian Skripsi ini.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan perhatian sepenuhnya dan dengan penuh kesabaran telah
membimbing, memberikan perhatian, memberikan sumbangan pemikiran,
serta memotivasi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Drs. L. Bambang Hendarto.Y., M.Hum selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang dengan sabar telah
mendampingi dan membimbing penulis selama menjalani studi dan
menyelesaikan skripsi di kampus IPPAK universitas Sanata Dharma ini.
4. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si. selaku dosen pembimbing III yang dengan
sabar membimbing membimbing penulis selama penulisan skripsi ini, dan
memberikan sumbangan pemikiran, memberikan dukungan, serta memotivasi
kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Orang tua tercinta yang sangat luar biasa, yang senantiasa mendoakan,
menyemangati, memberikan dukungan, dan menginspirasi penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Teman-teman pendamping PIA di Lingkungan Agustinus Gancahan I yang
sangat luar biasa, yang telah mewarnai dinamika penulis selama melaksanakan
penelitian dan meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian dari
xii
7. Teman-teman organisasi UKM Pengabdian Masyarakat (PM) dan Dewan
Perwakilan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (DPMU) yang luar biasa
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak
inspirasi, pembelajaran, dan telah mewarnai perjalanan penulis selama
menempuh studi di Universitas Sanata Dharma sampai terselesaikannya
skripsi ini.
8. Mahasiswa IPPAK USD khususnya teman-teman seperjuangan angkatan 2009
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus
mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung telah mendoakan,
menyemangati dan mendukung penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi semakin
sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini sungguh bermanfaat bagi
para pendamping PIA yang ingin menyelenggarakan kegiatan PIA dengan media
Audio Visual.
Yogyakarta, 28 Agustus 2014
Penulis,
xiii
BAB II. MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA)………... 15
A.Media Audio Visual ... 15
xiv
5. Jenis-jenis Media Audio Visual dalam Pendidikan dan Kelebihannya ... 23
5. Pendampingan Iman Anak (PIA) dilihat dari Segi Pastoral Ajaran Gereja ... 41
6. Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 44
xv
BAB III. PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I ... 72
xvi
Gancahan I Paroki Maria Assumpta Gamping... ... 72
1. Gambaran Paroki Maria Assumpta Gamping secara umum... 72
2. Situasi PIA di Paroki Maria Assumpta Gamping ... 75
3. PIA di lingkungan Santo Agustinus Gancahan I Paroki Maria Assumpta Gamping... ... 77
xvii
BAB IV. USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING PIA DI
LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I TENTANG
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PROSES
PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) ... 124
3. Pengertian Media Audio Visual dan Peranan Media Audio Visual Dalam Proses PIA... 130
xviii
LAMPIRAN ... 202
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian dari Dosen Pembimbing ... (1)
Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian dari Romo Paroki ... (2)
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Ketua Lingkungan ... (3)
Lampiran 4:Surat Pengantar Kuesioner Penelitian dan Hasil Pengisian Kuesioner ... (4)
Lampiran 5: Contoh Program Pendampingan PIA dengan Media Audio Visual ... (75)
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2009.
B. Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang
Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
GE : Gravissium Educationis, Deklarasi Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen, 18 November 1965.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
xx C. Singkatan Teknologi
3gp : 3rdGeneration Project
AVI : Audio Video Interleave
CD : Compact Disc
DVD : Digital Versatile Disc
HD : High Definition
MP4 : MPEG Layer-4 Audio
OHP : Overhead Projector
TV : Televisi
D. Daftar Singkatan Lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Komkat : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
NAEYC : National Association for the Education of Young Children
OMK : Orang Muda Katolik
PAUD : Pendampingan Anak Usia Dini
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Lingkungan yang Berada di Wilayah Santa Maria Gancahan
Tabel 2 : Ciri-Ciri Pola Perkembangan Anak
Tabel 3 : Variabel Penelitian
Tabel 4 : Kisi-Kisi Kuesioner
Tabel 5 : Identitas Responden
Tabel 6 : PIA di Lingkungan Santo Agustinus Gancahan I
Tabel 7 : Peranan Media Audio Visual Terhadap Proses PIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi Audio Visual mampu
memberikan manfaat positif di berbagai bidang khususnya di dalam pendidikan.
media Audio Visual mengalami perkembangan secara bertahap dari zaman ke
zaman, mulai dari jaman dahulu kala sampai pada zaman sekarang ini. Pada
mulanya manusia hanya berkomunikasi dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
dengan suara dan gerakan tangannya saja untuk menunjukan suatu isyarat dengan
maksud tertentu. Namun komunikasi tersebut hanya dapat didengar dan dilihat
pada jarak yang terbatas. Lalu komunikasi berkembang dengan pengunaan
alat-alat tertentu sebagai simbol untuk memberi isyarat dengan maksud tertentu pada
teman-temannya, sebagai contoh sekitar seribu tahun sebelum masehi orang
Yunani telah menemukan nyala obor sebagai isyarat yang dapat dilihat dari jarak
jauh. Pada zaman yang sama orang mulai mengorek sepotong batang kayu supaya
bisa berbunyi bila ditabuh dan bunyinya dapat didengar dari jauh, di Indonesia
alat ini dikenal dengan nama kentongan.
Seiring dengan perkembangan zaman lahirlah komunikasi tertulis melalui
rangkaian gambar-gambar dan tanda-tanda sederhana yang disebut dengan
pictograph. Setelah itu di jaman Firaun manusia telah berhasil menciptakan
”tulisan” berupa tanda-tanda dan gambar secara lebih sempurna yang disebut
dengan hiroglyph. Lalu hiroglyph berkembang menjadi ideograph, yaitu lambang
oleh bangsa Cina dan Jepang. Setelah terciptanya abjad kira-kira tahun 1000
sebelum masehi, manusia mulai dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting
melalui tulisan dan dapat mengirim berita ke tempat-tempat yang jauh.
Setelah itu manusia sampai pada penemuan besar pada tahun 1956 yang
membawa manusia memasuki zaman elektronik, saat seorang peneliti dari Jerman
bernama Jogan Guttenberg menemukan alat pencetak untuk pertama kalinya.
Penemuan alat pencetak tersebut menjadi pelopor mesin cetak modern saat ini,
disusul oleh penemuan alat komunikasi melalui kawat oleh Alexander Graham
Bell pada tahun 1875. Setelah itu dengan adanya satelit Amerika yang bernama
Telstar dan satelit Palapa yang mengorbit Indonesia percakapan antar pulau dapat
dilakukan tanpa kawat dan siaran televisi dapat ditangkap di seluruh Indonesia.
Namun penggunaan alat-alat Audio Visual secara modern dalam pendidikan
sebenarnya baru dimulai setelah penggunaan film 16mm untuk melatih angkatan
perang Amerika Serikat pada saat perang dunia ke II (Amir Hamzah Suleiman,
1981:1-10).
Oleh karena perkembangan media Audio Visual yang sangat pesat dan
penggunaanya sudah meluas dalam kehidupan sehari-hari baik oleh lembaga
maupun perseorangan, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini banyak golongan
mulai dari anak-anak, remaja, sampai dengan orang tua sudah tidak asing lagi
dengan media tersebut, bahkan media tersebut sudah menjadi kebutuhan primer
bagi mereka karena berbagai manfaat yang dimilikinya. Melihat kenyataan di atas
maka tidaklah pada tempatnya lagi jika penyampaian dalam pendampingan dan
tulisan dan kata-kata belaka. Diperlukan inovasi dan variasi dengan
mendayagunakan media Audio Visual dalam penyampaian dan penyajian materi
untuk meningkatkan minat serta daya tangkap siswa, sehingga membuat praktek
pendampingan dan pengajaran menjadi lebih menarik, efektif, dan tidak terkesan
membosankan.
Pada saat ini penyampaian pengajaran di berbagai sekolah formal seperti
SD, SMP, dan SMA sudah mulai menggunakan alat-alat Audio Visual seperti
proyektor dan televisi yang didukung dengan adanya speaker untuk mengeluarkan
gambar dan suara sekaligus. Dalam kelas-kelas sudah terpasang alat-alat tersebut
untuk mendukung penyampaian materi yang sudah dikemas secara Audio Visual.
Minimal ketika alat tersebut tidak terpasang di setiap kelas, mereka telah memiliki
beberapa proyektor dan televisi, atau memiliki laboratorium khusus yang
mendukung penggunaan media Audio Visual untuk digunakan oleh guru dalam
melakukan pendampingan maupun pengajaran. Penggunaan media ini
dimaksudkan untuk membantu proses belajar mengajar yang berlangsung di
dalammya sehingga pembelajaran menjadi semakin menarik dan efektif.
Penelitian semasa perang dunia ke II membuktikan bahwa penggunaan media
Audio-Visual seperti slide dengan rekaman suara untuk melatih angkatan perang
Amerika Serikat mampu meningkatkan efisiensi pengajaran antara 25% sampai
dengan 50% (Amir Hamzah Suleiman, 1981:12).
Di dalam dunia Pendidikan, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah
Pendidikan Anak Usia Dini atau sering disebut dengan istilah PAUD. Pada
khusus untuk anak usia 0 sampai dengan 6 tahun, yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan serta
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk menempuh
pendidikan lebih lanjut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, usia
dini merupakan masa emas perkembangan seorang manusia, karena pada masa itu
anak sangatlah peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari
luar. Seorang anak akan mengalami perkembangan yang sangat drastis mulai dari
perkembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik,
perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Oleh karena itu usia dini adalah
masa yang sangat baik untuk mendidik dan mendampingi anak dengan
menanamkan berbagai nilai-nilai positif yang akan membawa anak ke arah yang
lebih baik, karena apa yang ditanamkan pada usia dini akan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan anak di masa depan.
Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) yang sering disebut sebagai
”Sekolah Minggu” adalah suatu bentuk pendampingan dan pengajaran iman sejak
usia dini yang dilakukan secara informal, khusus untuk anak-anak beragama
Katolik baik yang sudah maupun belum dibabtis. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
yang dilaksanakan secara sadar dan bertanggungjawab. PIA dan PAUD
sama-sama menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak usia dini, namun kekhasan
PIA adalah menekankan ajaran iman katolik. PIA merupakan salah satu sarana
pastoral Gereja sebagai perwujudan konkret dari amanat Paus Yohanes XXIII
menekankan pendidikan keagamaan yang bersifat utama pastoral, Sehingga
pewartaan mampu menjawab tuntutan zaman dan merangkum seluruh umat
manusia yang terdiri dari jiwa dan badan. Tujuan dari kegiatan PIA tersebut
adalah untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anak, agar mereka memiliki
pribadi yang matang, beriman dewasa, dan mendalam, dengan demikian
anak-anak tersebut dapat menjadi orang Katolik yang militan dan dapat diandalkan
untuk menghidupi, mengembangkan Gereja, serta mewujudkan kerajaan Allah di
masa depan (Hardawiryana, 2008:8).
Pada dasarnya Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan
tanggungjawab orang tua yang merupakan pendidik pertama dan utama bagi
anak-anak mereka, namun orang tua juga memerlukan bantuan orang lain untuk
mendidik anak-anak mereka, karena terkadang orang tua tidak dapat melakukan
pendidikan iman secara maksimal kepada anaknya, dikarenakan kesibukan yang
mereka akan pekerjaan atau kurangnya pengetahuan akan iman Katolik.
Berdasarkan survei yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang pada tahun
2005, diketahui bahwa banyak orang tua menghabiskan waktunya untuk bekerja
sehingga anak kurang terdampingi. Oleh karena itu tujuan diadakannya PIA
adalah untuk membantu orang tua Kristiani dalam mendampingi dan
membimbing anak-anaknya yang sedang berkembang menuju masa remaja dalam
iman dan kepribadiannya secara bertahap dan bertanggungjawab (Komkat KWI,
2008:19-25)
Menurut Goretti Sugiarti (1999:22) pada umumnya anak-anak yang
Mereka adalah anak beragama Katolik baik yang sudah maupun belum dibabtis.
Biasanya setelah menerima komuni pertama anak-anak tidak mau terlibat lagi
dalam kegiatan ini, dikarenakan setelah menerima komuni pertama, banyak
anak-anak yang memilih untuk mengikuti kegiatan putra-putri altar atau misdinar.
Pertemuan PIA pada umumnya terjadi seminggu sekali dan biasanya dilaksanakan
pada hari Minggu. Melalui kegiatan PIA ini anak-anak diajak untuk semakin
mengenal Yesus Kristus, mampu mengungkapkan imannya dalam doa, mampu
merayakan imannya secara bersama dalam ibadat, mampu menampilkan diri dan
hidupnya secara baik dan sebagainya. Perkembangan iman ini dapat terjadi
melalui pengenalan Kitab Suci, liturgi Gereja, ajaran Gereja, hidup Menggereja,
hidup bermasyarakat dan sebagainya. Dengan harapan anak-anak menjadi pribadi
yang matang, beriman dewasa, mendalam dan nantinya akan menjadi generasi
penerus Gereja yang militan untuk mengembangkan Gereja dan mewartakan
kabar gembira kepada semua orang.
Dalam praktek pendampingannya, para pendamping PIA menggunakan
berbagai media penunjang agar maksud dan tujuan pendampingan dapat tercapai
dengan maksimal. Media adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
membantu mencapai maksud dan tujuan dari proses PIA yang telah direncanakan
oleh pendamping. Media tersebut meliputi: media visual, media audio, media
audio-visual, media gerak (kinestesis), dan media tiruan benda (replika). Namun
dalam penulisan skripsi ini, secara khusus penulis akan membahas mengenai
peranan media Audio Visual dalam proses PIA. media Audio Visual adalah media
Audio Visual ini dapat berupa film atau gambar-gambar animasi flash player yang
berkaitan dengan unsur indrawi telinga dan mata, sehingga mendukung proses
pendampingan secara pendangaran dan penglihatan sekaligus. Media ini populer
digunakan karena memiliki banyak keunggulan. Salah satu keunggulannya adalah
dapat menampilkan gambar dan suara yang dikemas secara menarik, lucu, dan
tentunya efektif untuk pendampingan (Komkat KWI, 2008:42).
Media Audio Visual adalah media yang masih jarang penggunaanya dalam
proses Pendampingan Iman Anak (PIA). Terutama dalam pendampingan PIA
yang diadakan di lingkungan-lingkungan yang dikelola oleh pengurus lingkungan
dengan beberapa pendamping saja. Ini dikarenakan keterbatasan biaya dari para
pendamping untuk membeli atau menyediakan media tersebut, karena biasanya
PIA yang diadakan di lingkungan-lingkungan hanya memiliki dana yang terbatas.
Oleh karena masih jarang, maka penggunaan media ini dalam proses PIA perlu
dicoba secara berkesinambunggan. Mengingat manfaatnya yang signifikan dalam
proses pendampingan. Ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh para ahli
bahwa penggunaan media Audio Visual dalam pendidikan dapat meningkatkan
efektifitas pendampingan dan pendidikan secara lebih maksimal.
Penggunaan media Audio Visual yang bersifat positif akan mempengaruhi
perkembangan iman dan kepribadiaan anak ke arah yang positif. Anak-anak pada
jaman ini sudah sangat akrab dengan sarana Audio Visual seperti televisi,
handphone, dan komputer yang mampu menampilkan media Audio Visual dengan
sangat baik. Film adalah salah satu media Audio Visual yang dapat dengan mudah
menyaksikan acara-acara atau film dalam televisi yang tidak pantas ditonton oleh
karena program-programnya yang kurang mendidik. Pada dasarnya anak-anak
dapat secara mudah memahami atau meniru apa yang mereka lihat dalam televisi,
ini terbukti karena anak-anak dapat menirukan tokoh-tokoh kartun ataupun trend
gaya dalam acara televisi dengan sangat cepat. Anak-anak yang oleh orang tuanya
diberikan film Power Ranger, akan sangat berbeda kepribadian dan
tingkah-lakunya dengan anak-anak yang oleh orangtuanya diarahkan untuk menonton film
rohani, video memasak, ataupun acara musik secara berkesinambungan. Mereka
cenderung akan menirukan apa yang mereka tonton dan mengaplikasikannya
dalam keseharian mereka. Anak-anak yang menonton film Power Ranger akan
tendang sana-tendang sini menirukan tokoh dalam film tersebut, sedangkan anak
yang menonton acara menyanyi akan menjadi anak yang gemar menyanyi karena
mereka menirukan apa yang dilihatnya. Oleh karena itu media Audio Visual yang
dimaksud oleh peneliti cocok untuk digunakan dalam kegiatan PIA adalah media
Audio-Visual berupa film dan video yang positif dan mengandung unsur rohani,
Seperti film dan video mengenai kisah Cinta kasih yang inspiratif, Kisah Yesus
Kristus, kisah Natal, Kisah Santo Santa dan sebagainya sehingga anak-anak
mampu berkembang ke arah yang lebih positif setelah melihat tayangan tersebut.
Paroki Santa Maria Asumpta Gamping adalah Paroki yang berada di
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Paroki tersebut memiliki 7 wilayah dengan 30 lingkungan. Wilayah adalah
persekutuan lingkungan yang saling berdekatan dengan jumlah antara 3 sampai 8
penulis dalam peneitiannya terletak di wilayah Santa Maria Gancahan. Berikut ini
adalah tabel angota wilayah Santa Maria Gancahan yang beranggotakan 4
lingkungan:
Tabel 1. Lingkungan yang Berada di Wilayah Santa Maria Gancahan
No Wilayah Lingkungan
1 Wilayah Santa Maria Gancahan Lingkungan Santo Agustinus Gancahan I
Lingkungan Santo Petrus Gancahan II
Lingkungan Santa Maria Gancahan III
Lingkungan Santo Yohanes Babtista
Sidokarto
Alasan Penulis memilih lingkungan Santo Agustinus Gancahan I untuk diteliti
karena lingkungan tersebut memiliki kegiatan PIA yang masih aktif hingga
sekarang. PIA diadakan pada hari Minggu sore dengan jumlah peserta aktif sekitar
30 orang dengan 10 orang pendamping termasuk pendamping senior. jumlah ini
berdasarkan data yang saya dapat pada bulan Mei tahun 2013. Dalam
pendampingannya para pendamping menggunakan media berupa kertas lipat,
gerak, cerita, dan media gambar sedangkan penggunaan media Audio Visual
masih jarang dilakukan karena keterbatasan alat penunjang.
Sebagai pembuka, peneliti akan mencoba memasukan media Audio Visual
berupa film rohani untuk menunjang kegiatan PIA ini. Film akan ditayangkan
dapat dengan mudah menangkap dan memahami apa yang disampaikan oleh film,
karena proyektor memiliki gambar yang besar dan dapat menjangkau seluruh anak
sehingga leluasa dilihat dari sudut manapun tanpa harus berdesakan atau berebut
untuk menonton, mengingat jumlah peserta yang cukup besar yaitu 30 orang.
Selanjutnya peneliti akan mulai meneliti secara natural, dalam artian penelitian
ditujukan untuk mengetahui keadaan alamiah yang terjadi berkaitan dengan
pengunaan media Audio-Visual dalam proses PIA di lingkungan tersebut.
Bertolak dari uraian tersebut maka penulis mengambil judul penelitian
“PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES
PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS
GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING
YOGYAKARTA”. Diharapkan dari hasil penelitian ini, nantinya penggunaan
media Audio Visual dapat diterapkan dalam proses Pendampingan Iman Anak
(PIA) di lingkungan tersebut secara berkesinambungan.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan materi di atas, penulis akan membatasi dan
memfokuskan masalah hanya pada “Peranan Media Audio Visual Terhadap
Proses Pendampingan Iman Anak di Lingkungan Santo Agustinus Gancahan I
C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendampingan Iman Anak (PIA) dan
bagaimanakah situasi PIA di lingkungan Santo Agustinus Gancahan I?
2. Apa yang di maksud dengan media Audio Visual?
3. Bagaimana peranan media Audio Visual terhadap proses Pendampingan
Iman Anak (PIA) di lingkungan Santo Agustinus Gancahan I?
D. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Pendampingan Iman
Anak (PIA), dan memaparkan tentang situasi PIA di lingkungan Santo
Agustinus Gancahan I.
2. Menjelaskan tentang apa itu media Audio Visual.
3. Menjelaskan tentang peranan media Audio Visual terhadap proses
Pendampingan Iman Anak (PIA) di lingkungan Santo Agustinus Gancahan
I secara natural.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk mata kuliah
Pendampingan Iman Anak (PIA) di Prodi IPPAK.
2. Bagi pembaca skripsi ini dapat memberikan pemahaman tentang apa yang
dimaksud dengan Pendampingan Iman Anak (PIA) dan apa yang
3. Bagi pendamping PIA skripsi ini akan memberi pemahaman tentang
sejauh mana peranan media Audio Visual terhadap proses Pendampingan
Iman Anak (PIA) dan bagaimana cara penerapannya.
4. Bagi para orang tua di lingkungan Santo Agustinus Gancahan I skripsi ini
akan memberikan pemahaman tentang manfaat media Audio Visual
dalam proses Pendampingan Iman Anak (PIA), sehingga dengan
mengetahui manfaat tersebut para orang tua akan memberikan dukungan
penuh agar kegiatan PIA dengan media Audio Visual di lingkungan
tersebut dapat berjalan dengan baik.
5. Bagi penulis, penulis akan memperoleh pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman baru tentang peranan media Audio Visual terhadap proses
Pendampingan Iman Anak (PIA) di lingkungan Santo Agustinus
Gancahan I.
F. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi
analisis. Yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang
diperoleh melalui penelitian maupun studi pustaka. Penulis juga terjun langsung
dalam kegiatan PIA yang akan diteliti, hal ini sangat penting untuk mendapatkan
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai tulisan ini, penulis
akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang meliputi: Latar belakang penulisan, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II Bab ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian Pertama menjelaskan: Media
Audio Visual, Arti Kata Media, Pengertian Media Audio Visual,
Yang di Maksud dengan Media Audio Visual, Sejarah Penggunaan
Media Audio Visual dalam Pendidikan, dan Jenis-Jenis Media Audio
Visual Dalam Pendidikan. Bagian Kedua berisi tentang: Pengertian
Pendampingan, Pengertian Iman, Peserta Pendampingan Iman Anak
(PIA), Pendampingan Anak Dilihat dari Perspektif PAUD. PIA
Dilihat dari Segi Pastoral Ajaran Gereja, dan PIA.
Bab III Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Gambaran Paoki Maria
Assumpta Gamping Secara Umum, PIA di Paroki Maria Assumpta
Gamping, dan Situasi PIA di Lingkungan Santo Agustinus Gancahan
I. Selanjutnya akan diuraikan penelitian dan pembahasan mengenai:
Peranan Media Audio Visual Terhadap Proses Pendampingan Iman
Anak (PIA) di Lingkungan Santo Agustinus Gancahan I, yang
meliputi: Latar Belakang Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode
Penelitian, Instrumen Penelitian, Responden Penelitian, Variabel
Rangkuman Hasil Penelitian dan Peranan Media Audio Visual
terhadap Proses Pendampingan Iman Anak di Lingkungan Santo
Agustinus Gancahan I berdasarkan hasil penelitian.
Bab IV Pada bab ini akan disajikan usulan program untuk menanggapi hasil
peneitian yang telah dilaksanakan. Yang berisikan hal-hal penting
untuk para pendamping, berkaitan dengan peranan Media Audio
Visual Terhadap Proses Pendampingan Iman Anak (PIA).
Bab V Berisikan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan akan merangkum
bab I sampai bab IV. Sedangkan Saran ditujukan kepada paroki
setempat, para pendamping Pendampingan Iman Anak (PIA) di
lingkungan Santo Agustinus Gancahan I, dan untuk mata kuliah PIA
BAB II
MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN
ANAK (PIA)
A. Media Audio Visual
1. Arti Kata Media
Kata media Berasal dari bahasa latin medium yang secara harafiah berarti
“tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Jadi media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam Webster Dictionary
(1960), Media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah sebagai
sebuah perantara atau penghubung antara dua pihak atau dua hal. Oleh karena itu,
media dapat diartikan sebagai sesuatu yang menghantarkan pesan dengan maksud
tertentu yang dikirimkan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan.
Gerlach and Ely (1980) menjelaskan bahwa media adalah sebuah grafik,
fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses
informasi baik visual maupun lisan. Samaldino, dkk (2008) juga menjelaskan
bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Media berasal
dari bahasa latin yang brarti “antara”, menunjuk pada segala sesuatu yang
membawa informasi antara sumber dan penerima pesan. Media dapat dikatakan
sebagai media pembelajaran ketika media tersebut membawakan pesan untuk
tujuan pembelajaran,
Sri Anitah (2009) mengatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan,
alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi
media (Setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa) merupakan sarana untuk menuju
ke suatu tujuan, karena media mengandung suatu informasi yang
dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi tersebut dapat dididapatkan dari
buku-buku, rekaman internet, film, dan sebagainya.
Bertolak dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang terletak di tengah sebagai sebuah penghubung antara
pengirim pesan dan penerima pesan, dan ketika pesan tersebut mengandung unsur
pembelajaran maka disebut sebagai media pembelajaran. Media dapat berwujud
manusia, alat-alat mekanik, fotografi gambar, sesuatu yang bersuara, atau
gabungan dari suara dan gambar yang sering disebut sebagai media audio visual
yang akan dibahas secara khusus oleh peneliti dalam penelitian ini.
2. Pengertian Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang audible artinya dapat didengar dan
media yang visible artinya dapat dilihat. Media audio visual membuat cara
berkomunikasi menjadi lebih efektif. Media audio visual dapat menyampaikan
pengertian atau informasi dengan cara yang lebih kongkrit daripada apa yang
dapat disampaikan oleh kata-kata belaka. Media audio visual membuat suatu
pengertian atau informasi menjadi lebih berarti, karena dengan melihat sekaligus
mendengar penerima pesan dapat lebih cepat mengerti dan mengingat maksud
yang ingin disampaikan oleh pemberi pesan (Amir Hamzah Suleiman, 1981:11).
Menurut Andre Rinanto (1982:21) media audio visual adalah suatu media
yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang
proses belajar mengajar. Atau dengan kata lain media audio visual merupakan
perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu
menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk dalam
media ini antara lain adalah: acara TV, film, dan video.
Yudhi Munandi (2010:56) mengatakan bahwa media audio visual adalah
media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu
proses. Pesan yang disalurkan melalui media tersebut adalah pesan verbal dan non
verbal. Pesan verbal dan non verbal yang terdengar dan terlihat itu disajikan
dalam wujud program audio visual seperti film dokumenter, drama, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaanya semua program tersebut disalurkan atau ditayangkan
dengan menggunakan peralatan yang mendukung media audio-visual (peralatan
audio-visual) seperti komputer, televisi, dan proyektor.
Melalui pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang melibatkan dua panca
indera sekaligus yaitu penglihatan dan pendengaran. Melibatkan indra penglihatan
karena media tersebut menampilkan sebuah tayangan baik itu gambar maupun
animasi yang dapat dilihat “visible”. Melibatkan indra pendengaran karena media
tersebut mengeluarkan suara yang dapat didengar “audible”. Sedangkan media
audio visual yang digunakan untuk kepentingan pendidikan dan pendampingan
adalah media audio visual yang mampu membangkitkan pemikiran dan perasaan
bagi yang menonton. Yang termasuk media audio visual ini adalah: Acara TV,
3. Yang Dimaksud dengan Media Audio Visual
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang jenis-jenis media audio
visual maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang media audio visual
yang dimaksud dalam penelitian ini beserta media yang lain yaitu media audio
dan media visual. Sehingga pembaca dapat membedakan antara media audio
visual yang dimaksud oleh penulis dengan media audio saja atau media visual
saja. Berikut ini adalah penjelasan mengenai media tersebut beserta
contoh-contohnya:
a. Media Audio
Yang dimaksud dengan media audio adalah segala jenis media yang hanya
bisa dinikmati oleh indera pendengar yaitu telinga, dan mampu menggugah
imajinasi bagi para pendengarnya. Terdapat beberapa jenis media yang dapat
dikategorikan sebagai media audio yaitu: radio, alat perekam berupa pita
magnetik, piringan hitam, Compact Disc (CD), dan laboratorium bahasa (Andre
Rinanto, 1982 : 43).
Ciri utama yang dimiliki oleh media ini adalah pesan yang disalurkan
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (bahasa
lisan/kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam,
musik, dll).
b.Media Visual
Media visual ialah semua media yang bisa dinikmati oleh indera
Misalnya: gambar, lukisan, foto-foto, slide, poster, cergam, alat peraga dan
sebagainya (Andre Rinanto, 1982:22). Media ini mengandung unsur garis, bentuk,
warna, dan tekstur. Garis adalah kumpulan dari titik-titik, dan titik tersebut
membentuk berbagai macam jenis garis diantaranya adalah garis horizontal,
vertikal, lengkung, lingkar dan zigzag. Sedangkan bentuk merupakan sebuah
konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan konsep
lainnya, contohnya: hubungan antara garis-garis membentuk gambar buah apel.
Warna pada media visual digunakan untuk memberi kesan pemisahan dan
penekanan, juga untuk membangun keterpaduan dan mempertinggi tingkat
realisme pada media tersebut. Sedangkan tekstur dalam media ini digunakan
untuk menimbulkan kesan kasar dan halus. Juga untuk memberikan penekanan
seperti halnya warna (Azhar Arsyad, 1997:105-108).
Menurut Amir Hamzah Suleiman (1981:26) media visual ini dibagi
menjadi dua, yaitu media visual dua dimensi dan media visual tiga dimensi.
Pembagian tersebut adalah:
1) Media Visual Dua Dimensi
Media visual dua dimensi adalah media yang hanya memiliki ukuran
panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media dua dimensi
memiliki ciri-ciri dimana media ini hanya bisa dilihat dari depan saja dan
tidak mengandung unsur audio dan motion (gerakan). Media visual dua
dimensi terbagi menjadi dua yaitu:
Contoh: Papan tulis, gambar di atas kertas atau karton, gambar yang
diproyeksikan dengan proyektor, gambar sederhana dengan garis dan
lingkaran, gambar sketsa, grafik, diagram, wayang, dan, sebagainya
Media visual dua dimensi pada bidang yang transparan.
Contoh: Slide, Filmstrip, dan lembar transparan untuk overhead
projector (OHP).
2) Media Visual Tiga Dimensi
Disebut tiga dimensi karena mempunyai ukuran panjang, lebar dan
tinggi. Bedanya dangan media visual dua dimensi yaitu media ini tidak
hanya dapat dilihat dari depan saja, akan tetapi dapat dilihat dari berbagai
sisi, Contoh: Alat peraga dengan berbagai macam sisi, benda asli, model,
contoh barang atau specimen, dan alat tiruan sederhana atau mock-up.
Termasuk di dalamnya diorama, pameran dan bak pasir.
c. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang audible artinya dapat didengar dan
media yang visible artinya dapat dilihat. Dalam penggunaanya media audio visual
ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis yang pertama, adalah media audio visual
yang memiliki fungsi suara dan gambar dalam satu unit yang diberi nama media
audio- visual murni seperti film (movie) gerak bersuara, televisi dan video. Jenis
kedua adalah media audio-visual tidak murni. Media audio visual tidak murni ini
unsur suara dari rekaman kaset atau CD yang dimanfaatkan secara bersamaan
dalam satu waktu atau proses pembelajaran. Tetapi hal itu tidak mengubah
hakikatnya sebagai tayangan media visual. Karena unsur gambar pada jenis yang
kedua ini berupa gambar yang diproyeksikan, maka tayangan gambar tersebut
tetap gambar diam (still pictures) tidak bergerak dan termasuk media visual
(Yudhi Munandi, 2010:113)
Amir Hamzah Suleiman (1981:190) mengatakan bahwa yang termasuk
golongan media audio visual yang sebenarnya adalah media yang dapat
menghasilkan suara dan rupa dalam satu unit. Jika slide diberi rekaman suara
melalui rekaman pita kaset, slide yang ditambah dengan suara itu bukan media
audio visual lengkap, sebab suara dan rupa terpisah sumbernya. Slide yang
demikian merupakan media visual saja. Yang termasuk golongan media
audio-visual yang sebenarnya adalah film bersuara dan televisi, karena kedua media
tersebut mengkombinasikan fungsi suara dan rupa dalam satu unit. Kombinasi itu
disebut sebagai media audio visual murni.
Pendapat di atas diperkuat oleh Andre Rinanto (1982:48) yang
mengatakan bahwa akan lebih baik apabila media audio visual tidak terpisah satu
sama lain, tetapi tergabung menjadi satu, dengan begitu kekuatan yang
dimilikinya semakin bertambah maksimal. Sehingga semakin mampu merangsang
anak untuk berpikir kreatif dan penuh penghayatan.
Pemahaman tentang media audio visual di atas memunculkan dua definisi
yang berbeda yaitu media audio visual murni dan media audio visual tidak murni.
audio visual murni. Yaitu media audio visual yang dapat menghasilkan suara dan
rupa dalam satu unit seperti: film gerak bersuara, televisi, dan video.
4. Sejarah Penggunaan Media Audio Visual dalam Pendidikan
Sekitar 3000 tahun yang lalu seorang ayah mengajar anaknya menangkap
ikan dengan membawanya ke sungai atau laut beserta peralatan untuk menangkap
ikan seperti tombak dan jerat. Kemudian sang ayah langsung memperlihatkan
bagaimana cara menggunakan tombak dan memasang jala untuk menangkap ikan.
Begitu pula ketika seorang ibu mengajar anak gadisnya untuk memasak, tidak
hanya menggunakan uraian kata-kata tetapi juga langsung menyuruh anak untuk
melakukannya dengan mengikutsertakan kelima indra si anak. Pendidik-pendidik
Yunani dan Roma jaman dahulu juga membawa murid-murid mereka untuk
bertamasya mengamati situasi kehidupan yang sesungguhnya dan menggunakan
benda-benda sebenarnya sebagai alat peraga.
Dunia barat menganggap penggunaan alat visual di sekolah sudah dimulai
sejak zaman Comenius, beliau adalah seorang pendidik terkemuka dari
Cekoslowakia yang hidup pada abad ke dua belas. Ia mencela teknik mengajar
dengan kata-kata semata dan mendesak para pengajar untuk menggunakan gambar
untuk melatih akal dari orang yang sedang belajar. Oleh karena itu Cornelius
menciptakan buku pelajaran bergambar yang diberi nama “Orbis Pictus” artinya
“Dunia Dalam Gambar” yang didalamnya terdapat 150 gambar. Inilah buku
pelajaran bergambar pertama di dunia. Setelah itu Rousseau filsuf bangsa Perancis
dalam proses pembelajaran. Karena ketika anak memperhatikan alam, secara
alamiah akan segera timbul keinginannya untuk menyelidik.
Media visual seperti gambar, peta, dan bola dunia telah lama digunakan
sebelum penggunaan alat-alat audio visual secara modern. Penggunaan media
audio visual baru dimulai setelah penggunaan film 16mm membuktikan
manfaatnya dalam melatih anggota-anggota angkatan perang Amerika Serikat
dalam Perang Dunia Ke II. Dalam pelatihan tersebut terbukti bahwa selain
gambar, peta, dan bola dunia, media audio visual seperti slide dengan rekaman
suara dan proyektor sanggup meningkatkan efisiensi pengajaran antara 25%
sampai 50%. (Amir Hamzah Suleiman, 1981:11)
5. Jenis-Jenis Media Audio Visual dalam Pendidikan dan Kelebihannya
a. Film
Ada film untuk kepentingan hiburan seperti film komersial yang diputar di
bioskop-bioskop. Tetapi yang akan kita perbincangkan adalah film sebagai media
audio visual untuk pengajaran atau pendampingan. Oleh karena itu penulis akan
memaparkan manfaat film sebagai alat bantu untuk pengajaran dan
pendampingan. Kelebihan film sebagai media audio visual tidak perlu
dipersoalkan lagi. Film memiliki banyak kelebihan, salah satunya adalah
memberikan gambaran yang paling mendekati pengalaman yang sebenarnya
secara menarik (Amir Hamzah Suleiman, 1981:190)
Masyarakat sudah tidak asing lagi dengan kehadiran gedung bioskop.
duduk di kursi yang empuk dan nyaman sambil menonton film kesayangan
dengan tampilan jumbo. Film tersebut menampilkan gambar hidup yang mampu
memberikan imajinasi hingga menghanyutkan para penonton ke negeri antah
berantah. Tidak perlu bersusah payah mengingat pesan yang disampaikan oleh
film, karena semuanya sudah diatur dalam alur film tersebut. Setelah film selesai
maka dapat dipastikan penonton telah menginggat dan menangkap makna dari
film yang telah ditontonnya. Oleh karena itu film merupakan alat yang sangat
ampuh untuk membantu proses pembelajaran dan pendampingan secara efektif
(Yudhi Munandi 2010:115).
Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa jika dilihat dari indra
yang terlibat, apa yang terpandang oleh mata, dan terdengar oleh telinga. Film
lebih mudah diingat daripada apa yang dapat dibaca saja atau hanya didengar saja.
Kelebihan Film:
Selain bergerak dan bersuara, sebuah film dapat menggambarkan suatu
proses, misalnya: Proses kisah sengsara penyaliban Yesus Kristus.
Dapat menimbulkan kesan tentang ruang dan waktu.
Mampu menghasilkan gambar tiga dimensi dan suara yang natural,
sehingga membuat film menjadi kian realistis dan semakin mampu
menghanyutkan para penontonnya.
Jika film itu tentang suatu pelajaran, maka penonton dapat mendengarkan
sekaligus melihat penampilan seorang ahli dalam menjelaskan
Kekurangan Film:
Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang
diucapkan selagi film berputar. Memang film dapat dihentikan sementara
waktu untuk memberi penjelasan, namun hal itu akan menganggu
keasyikan penonton.
Jalan film terkadang terlalu cepat, tidak semua orang dapat mengikutinya
dengan baik. Lebih-lebih jika film yang dipertontonkan sangat berat. Maka
dapat dipastikan film tersebut tidak cocok untuk anak-anak, karena mereka
tidak akan mampu memahaminya.
Jika membuat sendiri, biaya pembuatan film tinggi dan peralatannya
mahal.
b. Televisi
Televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya
sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka bisa dikatakan
televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini
berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan
didengar secara bersamaan. Namun Kelebihan Televisi dibandingkan dengan film
adalah mampu menampilkan dan menginformasikan kejadian-kejadian yang
sebenarnya secara aktual pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai
komentar penyiarnya (Yudhi Munadi 2010:141).
Omar Hamalik (1985:134) “Television is an electronic motion picture
simultaneously from a remote broadcast point” Definisi tersebut menjelaskan
bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang mampu
menampilkan gambar bergerak disertai dengan suara yang dapat dilihat dan
didengar secara bersamaan. Televisi mampu menyampaikan kejadian-kejadian
sebenarnya secara aktual atau pada saat itu juga (pada saat peristiwa terjadi)
disertai dengan komentar-komentar penyiarnya (sering disebut sebagai siaran
langsung).
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa televisi
hampir sama dengan film, karena televisi mampu menyajikan tayangan yang
mengandung unsur gambar bergerak dan suara yang dapat dilihat dan didengar
secara bersamaan. Perbedaanya adalah televisi mampu menyajikan
kejadian-kejadian aktual dengan cepat, bahkan saat itu juga disertai dengan komentar
penyiarnya.
Kelebihan Televisi:
Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang
sebenarnya.
Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai
negara.
Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.
Dapat menunjukan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.
Banyak mempergunakan sumber-sumber dari kejadian di masyarakat.
Kekurangan Televisi :
Kelemahan televisi sebagai media pendampingan dan pengajaran, sama
halnya yang terjadi dalam film, yakni TV terlalu menekankan pentingnya
materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Kekurangan
lainnya yang mencolok adalah sifat komunikasinya yang hanya satu arah.
Apabila pembelajaran televisi dilakukan dengan cara siaran langsung,
maka guru akan mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan jadwal
siaran televisi dengan jadwal pembelajaran di sekolah. Selain itu pesan
yang disampaikan tidak dapat diulang. Namun sekarang, hal tersebut dapat
diatasi dengan merekam acara televisi yang cocok menggunakan
komputer. Setelah itu guru dapat menggunakan rekaman tersebut sesuai
dengan jadwal pelajaran yang ada tanpa harus menyesuaikan.
c. Video
Cecep Kustandi dan Bambang Sudjipto (2011:73) mengatakan bahwa
video sama dengan film, merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame, yang
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis untuk menghasilkan
gambar yang hidup. video dan film merupakan media yang amat besar
kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar
Pada jaman modern seperti sekarang ini pemutaran video sudah tidak perlu
menggunakan proyektor mekanis yang menggunakan mikrovis atau lembaran film
transparan sebagai kaset atau media penyimpanan yang diputar secara bergantian
diputar dan disimpan dengan menggunakan media penyimpanan yang sangat
ringkas dan murah berupa CD, Flashdisk, atau DVD dengan format HD (High
Definition Video), MP4 (MPEG Layer-4 Audio), AVI (Audio Video Interleave)
dan sebagainya.
Bahkan sekarang sudah terdapat beraneka macam alat-alat yang dapat
digunakan untuk membuat video, dari yang mahal sampai yang murah. Sehingga
memungkinkan setiap orang untuk membuat media audio visual berupa video
dengan sangat mudah. Sebagai contoh pengguna telepon genggam dengan kualitas
kamera 2MP sudah mampu menghasilkan video sederhana yang cukup mumpuni
dengan format 3gp (3rd Generation Partnership Project) dan MP4 (MPEG
Layer-4 Audio) untuk digunakan dalam pendampingan dan pengajaran, atau
mengunakan peralatan seperti handycam dan kamera digital untuk menghasilkan
video dengan kualitas HD (High Definition Video) yang sudah bisa didapat
dengan harga yang murah.
Kelebihan Video:
Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
disaksikan secara berulang jika diperlukan. Misalnya, proses konsekrasi
dalam ekaristi.
Semua orang dapat belajar dengan menggunakan video, baik yang pandai
maupun kurang pandai.
Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
Video sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
Video dapat menanamkan sikap-sikap dalam segi afektif. Misalnya Film
kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit DBD. Dapat
membuat siswa sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Video yang mengandung nilai-nilai positif dan reflektif, dapat menarik
minat siswa untuk melakukan pembahasan dengan berdiskusi secara
kelompok.
Video dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, video yang
memakan waktu pembuatan hingga satu minggu dapat ditampilkan dalam
satu atau dua menit. Misalnya bagaimana proses mekarnya bunga mulai
dari munculnya kuncup bunga hingga bunga itu mekar.
Dengan menggunakan Video penampilan para siswa dapat direkam dan
diulang kembali untuk dievaluasi.
Kekurangan Video:
Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan. Namun jika tidak ada video yang cocok
dimungkinkan untuk membuat video sendiri dengan alat yang saat ini
sudah dapat didapatkan dengan harga yang murah dan tersebar secara luas
di pasaran.
6. Rangkuman
Media audio visual adalah media yang audible artinya dapat didengar dan
pendengaran sekaligus dalam suatu proses. Ada dua jenis media audio visual yaitu
media audio visual murni dan tidak murni. Media audio visual murni adalah
media yang menghasilkan suara dan rupa dalam satu unit, yang termasuk media
audio visual murni adalah film gerak bersuara, acara televisi dan video.
Sedangkan media audio visual tidak murni adalah media yang suara dan rupa
terpisah sumbernya. Media audio visual tidak murni ini terjadi apabila slide,
tampilan overhead projector (OHP) atau peralatan visual lainnya diberi unsur
suara baik dari CD maupun kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam
sebuah proses pembelajaran, seperti slide yang ditambah dengan suara.
Keunggulan media audio visual adalah membuat suatu pengertian dan
informasi menjadi lebih berarti, karena media ini mampu menyampaikan
informasi dengan cara yang lebih kongkrit daripada apa yang dapat disampaikan
oleh kata-kata saja. Selain itu dengan melihat sekaligus mendengar penerima
pesan akan mudah dan cepat mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh si
pemberi pesan.
Dalam penelitian ini, peneliti megkhususkan pada penggunaan media
audio visual murni yaitu media yang dapat mengeluarkan suara dan rupa dalam
satu unit dalam peranannya terhadap proses Pendampingan Iman Anak (PIA) di
B. Pendampingan Iman Anak (PIA)
Untuk menguraikan tentang Pendampingan Iman Anak (PIA), terlebih
dahulu penulis akan menjabarkan mengenai arti pendampingan secara umum,
yang didalamnya terdapat arti pendampingan, ciri khas pendampingan, dan tujuan
pendampingan. Serta penjelasan mengenai iman yang didalamnya terdapat
pengertian iman secara umum, dan pengertian iman Kristiani. Selanjutnya penulis
akan menjelaskan tentang siapa saja peserta yang mengikuti kegiatan PIA,
dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kegiatan PIA dilihat dari perspektif
PAUD danperspektif ajaran iman Gereja, dan yang terakhir penulis akan
menjelaskan mengenai PIA.
1. Pendampingan
a. Arti Pendampingan
Pendampingan berasal dari kata dasar “damping”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, damping mempunyai arti dekat, karib, atau akrab. Sedangkan
arti kata “mendampingi” dalam pendampingan diartikan sebagai “menyertai”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:234).
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa pendampingan
merupakan suatu kedekatan yang akrab seperti seorang sahabat dekat sehingga
dalam pendampingan senantiasa tercipta suasana yang hangat. Selain itu
Pendampingan dapat diartikan sejajar atau tidak ada atasan dan bawahan. Terjadi
kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan antara yang mendampingi dan
senioritas ataupun penggojlokan, yang ada adalah kerjasama timbal balik untuk
meraih tujuan yang sudah direncanakan.
b. Ciri Khas Pendampingan
Pendampingan mempunyai ciri khas bahwa seseorang yang didampingi
atau mendapatkan pendampingan merupakan pribadi yang bebas dan berdiri
sendiri. Mereka bukanlah penerima yang pasif yang dapat menerima materi dan
menelan mentah-mentah apa yang diberikan oleh pendamping. Oleh karena itu
pendamping harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan
kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta.
Kesejajaran berarti tidak ada atasan dan bawahan, sehingga terjadi kesetaraan,
kerjasama, dan kebersamaan yang harmonis antara pendamping dan yang
didampingi. Selain itu pendamping merupakan alat yang dapat menolong peserta
dalam mengembangkan potensi mereka, sehingga orang lain dapat tumbuh dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan baik (Mayerof, 1993:53).
c. Tujuan Pendampingan
Pendampingan bertujuan untuk membantu seseorang dalam mendapatkan
ilmu pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, dan perilaku hidup
memadahi dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi,
kebersamaan dengan orang lain, dan peran mereka dalam masyarakat, bangsa, dan
Berdasarkan tujuan pendampingan di atas dapat dipahami bahwa
pendampingan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu
seseorang meningkatkan kualitas pribadinya dengan memberikan sesuatu yang
positif dan bermanfaat. Seperti menambah pengetahuan, meningkatkan
kecakapan, peningkatan dalam segi sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.
Selain itu kegiatan ini juga akan meningkatkan relasi kebersamaan dengan sesama
teman yang mengikuti pendampingan. Kebersamaan dan relasi ini akan membuat
mereka mudah bergaul dan tidak minder untuk berteman, sehingga pada pergaulan
yang lebih luas nanti mereka sudah tidak canggung lagi. Sikap-sikap seperti ini
hendaknya dipupuk sejak dini dalam Kegiatan Pendampingan Anak (PIA). Untuk
itu tujuan pendampingan sangat penting diketahui oleh pendamping, agar
pendamping tahu ke arah mana peserta pendampingan akan diarahkan. Sehingga
pendamping dapat melakukan persiapan yang matang berdasarkan tujuan
pendampingan tersebut.
2. Iman
a. Pengertian Iman Secara Umum
Menurut Amalorpavadas (1972:17) iman adalah pertemuan pribadi yang
mendalam dengan Allah yang hidup, di mana manusia menyerahkan diri dengan
penuh cinta kepadaNya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu
peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan
Allah. Jadi dapat dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi yang
kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas
hidup kita.
Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah: Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, Menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah.
Beriman disini berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Manusia akan mencapai iman yang mendalam ketika manusia membangun
komitmen dan berserah diri seutuhnya kepada Allah. Menjalankan perintah dan
menjauhi larangan-Nya adalah kehendak-Nya. Apabila manusia membiasakan
diri untuk berdoa dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah maka hidupnya
akan semakin terarah pada kebaikan dan akan senantiasa beroleh keselamatan.
Maka dapat disimpulkan: seseorang dikatakan beriman bila percaya,
berkomitmen, dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah, sehingga ia
akan senantiasa hidup seturut kehendaknya dengan menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
b. Pengertian Iman Kristiani
Iman adalah hubungan antara manusia dengan Allah sang pencipta yang
menuju pada keselamatan. Iman adalah sesuatu yang sangat penting yang akan
menuntun manusia ke arah yang lebih baik. Dalam iman perlu diketahui bahwa:
1) Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah
Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah
melalui perantaraan para nabi dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan,
Yesus Kristus adalah sabda yang menjadi daging. Yesus Kristus
merupakan perantara dan kepenuhan seluruh wahyu Allah yang maha tinggi.
Melalui Yesus Kristus, Allah yang tidak kelihatan dengan cinta kasihnya
menyapa manusia dan bergaul dengan mereka untuk membebaskan manusia
dari kegelapan dosa dan maut. Maka barang siapa melihat Yesus Kristus
maka melihat Allah juga (DV 2)
Allah mewahyukan dirinya dalam diri Yesus Kristus yang merupakan
jalan kebenaran dan hidup. Melalui Yesus Kristus Allah turun ke dunia untuk
menjumpai dan berinteraksi dengan manusia yang dinyatakan dalam misteri
Tritunggal Maha Kudus. Dalam karyanya Yesus Kristus mewartakan kabar
gembira untuk membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut. Barang
siapa mengikuti Dia maka akan beroleh hidup yang kekal (DV 4).
Maka ketika manusia secara bebas dan tanpa paksaan menjadi
percaya dan berkomitmen untuk mengikuti Yesus Kristus sebagai jalan
kebenaran dan hidup, tindakan tersebut merupakan jawaban manusia atas
wahyu Allah yang hadir secara nyata di dalam diri Yesus Kristus.
2) Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah
Oleh karena cinta kasihnya yang begitu besar kepada umat manusia,
Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan mengutus Putra-Nya,
yakni sabda kekal yang tinggal di tengah umat manusia untuk menyinari
semua orang dan akan bercerita kepada mereka tentang hidup Allah yang