TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Anjar Patmawati
101134186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP
TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Anjar Patmawati
101134186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala hasil yang besar adalah usaha yang besar.
Kesempatan itu indah dan nyata dalam setiap tindakan, doa dan
harapan.
Tuhan tidak akan memberikan ular pada anakNya yang minta roti.
Tanggungjawab terbesar adalah dirimu sendiri.
Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kritus yang selalu menjadi sahabat dalam hidupku.
2. Keluarga yang selalu mencintaiku tanpa batas.
3. Satu orang terdekat yang selalu memberikan motivasi dalam menghadapi
masalah hidup.
4. Sahabat-sahabat saya yang selalu membantu saya dengan dalam
menyelesaikan skripsi.
v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Juni 2014
Penulis,
vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Anjar Patmawati
NIM : 10114186
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP
TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mengaplikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarrnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 11 Juni 2014
Yang menyatakan
vii ABSTRAK
Patmawati, Anjar. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: mind map, kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, mata pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengujicobakan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis kelas V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan
interpretasi dan analisis siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen design tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Sampel terdiri dari kelas V PL 3 sebanyak 39 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas V PL 4 sebanyak 39 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa soal essay untuk kemampuan interpretasi dan satu soal essay untuk kemampuan analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dengan nilai M = 1,1282, SD = 0,9542, SE = 0,15279 pada kelompok eksperimen dan M = 0,4256, SD = 1,1058, SE = 0,17697 pada kelompok kontrol. Diperoleh harga sig (2-tailed) sebesar 0,004 (p < 0,05) dengan nilai t = 3,005 dan df = 76 dengan peningkatan sebesar 57% dan koefisien korelasi r = 0,76 yang termasuk kategori efek besar. 2) Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan analisis dengan nilai M = 1,2051, SD = 0,80719, SE = 0,12925 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,2615, SD = 1,03736, SE = 0,16611 untuk kelompok kontrol. Diperoleh harga sig (2-tailed)
viii
ABSTRACT
Patmawati, Anjar. (2014). The effect of using mind map methods for the students’ interpretation and analysis skill of Science at Panghudi Luhur Elementary School Grade Fifth. Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: mind map, interpretation skill, analysis skill, science.
The background of this researsh to try out mind map metthod through the interpretation and analysis skill for fifth grade students in Pangudi Luhur Yogyakarta Elementary School. The aim of this study is to find out the effect of using mind map for the students interpretation and analysis skill of Science at Panghudi Luhur Elementary School Grade Fifth in the academic year 2013/2014.
The research design used in this case was quasi experimen design; non-equivalent control group design. The population all of the students of grade fifth SD Panghudi Luhur, Yogyakarta. The samples were 39 students of Class V PL 3 as a control group and 39 students of Class V PL 4 as an experimental group. The instruments were an essay for measuring the interpretation skill and an essay for measuring analysis skill.
The result of this study shows that 1) the mind map method effects the interpretation skills with M = 1,1282, SD = 0,9542, SE = 0,15279 for the experimental group and M = 0,4256, SD = 1,1058, SE = 0,17697 for the control group. It can be seen by the Sig. (2-tailed) 0.004 or (p < 0.05) with t = 3,005 and df = 76 with increase is 57% and koefisien corelation r = 0,76 in category big effect. 2) The interpretation skill effects of mind map method with M = 1,2051, SD
= 0,80719, SE = 0,12925 for the experimental group and M = 0,2615, SD = 1,03736, SE = 0,16611 for the control group. It can be seen by the Sig. (2-tailed) 0.000 or (p < 0.05) with t = 4,483 anddf = 76 with increase is 68% and koefisien corelation r = 0,83 in category big effect.
ix KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi
dengan judul “Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan
interpretasi dan analisis mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur
Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati
dan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal peyusunan
hingga selesai.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD.
4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dengan
penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal hingga akhir penyusunan
skripsi.
5. Fx. Teguh S., FIC., S.Pd , selaku koordinatror SD Pangudi Luhur
Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
6. C. Retna Irawati, S.Ag, selaku kepala sekolah SD PL 3 dan PL 4 yang
telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD
Pangudi Luhur Yogyakarta.
7. Ch. Sri Winarsih, S.Pd.SD., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah
banyak membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan
x
8. Siswa kelas V PL 3 dan V PL 4 SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah
bekerja sama dan bersedia menjadi subjek peneltian sehingga penelitian
berjalan lancar.
9. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai
skripsi ini selesai.
10.Kedua orang tua terkasih, Yosafat Tukiya dan Surepti yang selalu
memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
11.Adik terkasih, Dewi Sumitraning Tyas dan Rara Ajenging Sejati atas
semangat, motivasi dan doanya.
12.Sahabat terkasih, Yacobus Cahyadi atas motivasi, dukungan dan doanya.
13.Teman-teman penelitian kolaboratif payung IPA (Renny dan Lia) yang
memberi banyak masukan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
penelitian dan menyelesaikan karya skripsi ini.
14.Teman-teman kos (Candra, Yofita dan Lucy) yang telah memberikan
semangat dan dukungan selama kuliah. Terima kasih atas kebersamaannya
selama ini sehingga penulis merasa menemukan keluarga baru di
Yogyakarta.
15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Penulis berharap karya ilmiah sederhana ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
xi DAFTAR ISI
Judul Halaman
PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan Masalah ...5
1.3 Tujuan Penelitian ...5
1.4 Manfaat Penelitian ...6
1.5 Definisi Operasional ...7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka...8
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ...8
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ...8
2.1.1.2 Metode Pembelajaran ...10
2.1.1.3 Mind Map ...11
2.1.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...13
2.1.1.5 Materi IPA...14
2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis ...16
2.1.1.7 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis ...18
2.1.2 Penelitian-penelitian yang Relevan ...19
2.1.2.1 Penelitian tentang Mind Map ...19
xii
2.1.2.3 Literature map...22
2.2 Kerangka Berpikir ...23
2.3 Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 25
3.1 Jenis Penelitian ...25
3.2 Setting Penelitian...26
3.3 Populasi dan Sampel ...28
3.4 Variabel Penelitian ...29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...29
3.6 Instrumen Penelitian ...30
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...32
3.7.1 Uji Validitas ...32
3.7.2 Uji Reliabilitas ...34
3.8 Teknik Analisis Data ...34
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ...35
3.8.2 Pengaruh Perlakuan...35
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...35
3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest-Posttest ...36
3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ...37
3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest dan Posttetst I ...37
3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...38
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...39
3.8.3.4 Dampak Perlakuan pada Siswa ...40
3.8.3.5 Konsekuensi Lebih Lanjut ...42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Implementasi Pembelajaran ...43
4.1.1 Kelompok Kontrol ...44
4.1.2 Kelompok Eksperimen ...45
4.2 Hasil Penelitian ...46
4.2.1 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map Terhadap Kemampuan Interpretasi ... 47
4.2.1.1 Uji Normalitas Data ...47
4.2.1.2 Pengaruh Perlakuan ...49
1) Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...49
2) Uji Selisih Skor Pretest-Posttest I ...50
xiii
1) Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...52
2) Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...53
3) Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...54
4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Analisis . 56 4.2.2.1 Uji Normalitas Data ...56
4.2.2.1 Pengaruh Perlakuan ...57
1) Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...57
2) Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I ...58
4.2.2.3 Analisis Lebih Lanjut ...60
1) Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...60
2) Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...62
3) Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...62
4.3 Pembahasan ...64
4.3.1Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Interpretasi 64 4.3.2 Pengaruh Penerapan Mind Map terhadap Kemampuan Analisis ...66
4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa ...67
4.3.4 Konsekuensi Lebih Lanjut ...70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ...71
5.2 Keterbatasan Penelitian ...72
5.3 Saran ... 72
DAFTAR REFERENSI ...73
xiv DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh Mind Map ... 12
Gambar 2.2 Prinsip golongan I ... 14
Gambar 2.3 Contoh tuas golongan I ... 14
Gambar 2.4 Contoh tuas golongan II ... 15
Gambar 2.5 Contoh tuas golongan III ... 15
Gambar 2.6 Contoh benda yang menggunakan prinsip bidang miring ... 15
Ganbar 2.7 Katrol teteap ... 16
Gambar 2.8 Contoh katrol bebas dan cara kerja katrol bebas ... 16
Gambar 2.9 Contoh katrol majemuk ... 16
Gambar 2.10 Literature Map ... 22
Gambar 3.1 Desain penelitian ... 26
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 29
Gambar 3.3 Rumus persentase peningkatan ... 38
Gambar 3.4 Rumus besar efek untuk data normal ... 38
Gambar 3.5 Rumus besar efek untuk data tidak normal ... 39
Gambar 3.6 Rumus peningkatan posttest II ... 40
Gambar 4.1 Diagram batang perbandingan antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan interpretasi ... 51
Gambar 4.2 Diagram garis antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan interpretasi ... 53
Gambar 4.3 Diagram garis retensi pengaruh perlakuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 55
Gambar 4.4 Diagram batang perbandingan antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan analisis ... 60
Gambar 4.5 Diagram garis antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan analisis ... 61
xv DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Kelompok Eksperimen ... 28
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen ... 30
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ... 31
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Semua variabel ... 33
Tabel 3.5 Perhitungan Reliabel ... 34
Tabel 3.6 Topik wawancara Kelas Eksperimen ... 40
Tabel 3.7 Topik wawancara Kelas Kontrol... 41
Tabel 3.8 Topik wawancara Guru ... 41
Tabel 4.1 Hasil Normalitas Kemampuan Interpretasi ... 48
Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Interpretasi ... 49
Tabel 4.3 Uji Normalitas Selisish Skor Pretest dan Posttest ... 50
Tabel 4.4 Selisih Skor Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi ... 51
Tabel 4.5 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi 52
Tabel 4.6 Besar Efek Perlakuan Kemampuan Interpretasi ... 54
Tabel 4.7 Perbndingan Skor Posttest I dan Posttest II Interpretasi ... 55
Tabel 4.8 Hasil Normlitas Kemampuan Awal ... 56
Tabel 4.9 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Awal ... 57
Tabel 4.10 Uji Normalitas Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 58
Tabel 4.11 Selisih Skor Pretset dan Posttest I Kemampuan Analisis ... 59
Tabel 4.12 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis ... 60
Tabel 4.13 Besar Efek Perlakuan Kemampuan Analisis ... 62
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Silabus Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 77
Lampiran 1.2 Silabus Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 80
Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 83
Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 91
Lampiran 2.1 Soal essay ... 99
Lampiran 2.2 Kunci Jawaban ... 103
Lampiran 2.3 Ihasil Rekapitulasi Expert Judgment ... 107
Lampiran 3.1 Hasil SPSS Validitas ... 108
Lampiran 3.2 Hasil SPSS Reliabilitas ... 111
Lampiran 3.3 Transkip wawancara ... 112
Lampiran 3.4 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II ... 118
Lampiran 4.1 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 125
Lampiran 4.2 Hasil SPSS Uji Kemampuan Awal ... 126
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Selisih ... 127
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest dan Posttest I ... 128
Lampiran 4.5 Hasil Penelitian Pengaruh Efek perlakuan (Effect Size) Kemampuan Interpretasi ... 129
Lampiran 4.6 Hasil Penelitian Pengaruh Efek perlakuan (Effect Size) Kemampuan Analisis ... 130
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 131
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 133
Lampiran 5.2 Surat Bukti Penelitian ... 134
Lampiran 6.1 Foto Penelitian ... 135
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan dibahas menggenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional. Peneliti akan menjabarkan
secara rinci pada setiap sub bab yang akan dibahas.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era sekarang ini pendidikan menjadi sorotan utama yang sangat
diperhatikan oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Pendidikan
menurut Poerbakatwaja (dalam Dejaelani, 2011: 4) merupakan usaha secara
sengaja dari orang dewasa yang berpengaruh untuk meningkatkan anak menuju
kedewasaan yang selalu diarahkan untuk menimbulkan tanggung jawab moril dari
segala perbuatannya. Pendidikan yang diperhatikan mulai dari pendidikan non
formal hingga pendidikan formal. Pendidikan non formal merupakan jenjang
pendidikan yang diperoleh melalui lembaga yang berperan memberikan
peningkatan keterampilan seperti lembaga bimbingan belajar dan lembaga kursus.
Sedangkan pendidikan formal merupakan pendidikan yang dapat dimulai dari
jenjang terendah ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi negara berkembang seperti
Indonesia pendidikan merupakan modal utama untuk menuju perubahan menjadi
negara maju. Bermula dari pendidikan itulah diharapkan akan lahir tunas–tunas
bangsa yang mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia
Internasional.
Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan di Indonesia
mempunyai tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi sehingga mampu menghadapi perkembangan zaman secara mendunia.
Sehingga dari masa ke masa pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan
untuk memperoleh suatu sistem pendidikan yang dapat meningkatkan sumber
daya manusia yang ada di Indonesia. Hal ini akan menciptakan manusia yang
2 Artikel World Bank PBB (The World Bank, 2011: 65) menuliskan bahwa
kualitas pendidikan Indonesia masih berada di bawah pencapaian rata-rata
dibandingkan dengan negara tetangga. Salah satu contoh hasil Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007
menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 49 negara untuk kualitas
pembelajaran matematika dan posisi 35 untuk sains. Pada tahun 2009 pernah
dilakukan penelitan oleh Program for International Student Asessment (PISA)
yang menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara
dengan skor 371. Pada tahun 2012 juga pernah dilakukan penelitian yang sama
oleh Program for International Student Asessment (PISA) yang meneliti mengenai
kesiapan remaja usia 15 tahun untuk menghadapi situasi kehidupan nyata, dan
menempatkan Indonesia pada posisi 64 dari 65 negara dengan skor matematika
375, sains 382, dan membaca 396.
Artikel World Bank PBB (The World Bank, 2011: 65) pemerintah sejauh
ini sudah berusaha melakukan perbaikan dengan melakukan transformasi tenaga
kependidikan. Sejak penerapan UU Guru tahun 2005, Kemendiknas sudah
mencoba untuk memperkuat mekanisme pendidikan di Indonesia dengan cara
melakukan pelatihan guru di daerah-daerah dengan langsung ke tingkat gugus
sekolah dasar dan guru sekolah menengah atau KKG (Kelompok Kerja Guru) dan
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Selain pemerintah sendiri yang harus
turun tangan, salah satu faktor utama dalam menciptakan pendidikan yang
berkualitas adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk
berubah. Perubahan tersebut selalu bisa diawali dari diri sendiri dengan kesadaran
mau belajar.
Belajar adalah bagian terpenting dalam suatu pendidikan. Kegiatan belajar
itu sendiri bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau wawasan terhadap
suatu hal yang sedang dipelajari. Informasi yang diperoleh dalam belajar dapat
berwujud pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Belajar itu sendiri tidak
hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun belajar juga dilakukan oleh anak–
anak. Kegiatan belajar bisa dilakukan oleh siapapun sesuai dengan kebutuhan
3 Masa kanak-kanak merupakan masa emas untuk memberikan asupan
pengetahuan kepada anak melalui kegiatan belajar. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh melalui pengalaman langsung atau tidak langsung dalam setiap kegiatan
belajar. Ketika anak belajar, berarti mereka sedang menjalankan perkembangan
kognitifnya. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 26-101) perkembangan
kognitif seseorang dibagi menjadi empat tahapan yaitu, sensorimotor (0-2 tahun),
praoperasional (2-7 tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasional formal
(11-dewasa). Anak–anak yang berusia 7-11 tahun menempuh pendidikan formal
di SD atau sekolah yang setara dengan SD dan memasuki tahapan operasional
konkret. Pada tahap inilah anak-anak melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar
dilakukan oleh anak-anak yang berposisi sebagai siswa dan kegiatan mengajar
dilakukan oleh seorang pembimbing sekaligus pengawas yang berposisi sebagai
seorang guru. Proses belajar dan mengajar itulah yang kemudian akan
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar itu kemudian akan
berpengaruh pada pengalaman belajar siswa, sehingga ada hubungan keterkaitan
antara hasil belajar dan pengalaman siswa.
Berdasarkan observasi pada tanggal 1 Februari 2014 di kelas 5 PL 3 dan 5
PL 4, kegiatan pembelajaran yang terjadi mengabaikan pengalaman siswa
sehingga anak kurang mampu berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan
analisis. Guru cenderung memberikan pengetahuan kepada siswa daripada
menuntun siswa untuk mencari pengetahuannya sendiri. Kemampuan interpretasi
dan analisis dalam setiap kegiatan pembelajaran belum digali dengan baik. Hal
tersebut membuat anak merasa bosan dan memerlukan pembelajaran dengan
metode yang baru sehingga anak mampu berpikir kritis terutama pada
kemampuan interpretasi dan analisis mengenai materi yang sedang dipelajari.
Salah satu mata pelajaran yang seharusnya mengaktifkan anak dalam berpikir
kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis adalah IPA. IPA merupakan
pembelajaran yang berkaitan dengan dunia dan isinya. Mata pelajaran ini
seharusnya dapat menggunakan peran anak seutuhnya sehingga anak menjadi
kreatif dan kritis terhadap suatu permasalahan. Berdasarkan wawancara pribadi
guru kelas V pada tanggal 1 Februari 2014 berpendapat bahwa IPA merupakan
4 pelajaran yang digunakan untuk ujian akhir yang dapat menentukan kelulusan
anak. Kenyataannya mata pelajaran IPA di sekolah dasar belum diajarkan dengan
menggunakan metode yang menarik, biasanya guru cenderung memberikan
metode ceramah.
Siswa membutuhkan sesuatu yang berbeda untuk menarik perhatian salah
satunya adalah metode. Majid (2009: 135) berpendapat bahwa metode merupakan
cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan guru
kebanyakkan merupakan metode ceramah. Metode yang baik disertai cara
mengajar yang baik akan menciptakan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah
dan jelas, yang melibatkan kegiatan mental untuk memecahkan masalah,
menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, berpendapat,
mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain serta melakukan
penelitian ilmiah. Dimensi kognitif Facione (1990) dibagi menjadi 6 kecakapan
yaitu, interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri.
Pembelajaran yang menarik mampu menumbuhkan keaktifan siswa. Keaktifan
dapat mengarahkan siswa dalam berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan
analisis. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Februari
2014 anak belum mampu mengidentifikasi masalah dan mendiskripsikan
ciri-cirinya, tidak bisa mengklasifikasi, menentukan kriteria tertentu, mengerti maksud
pertanyaan dari guru, menginterpretasi data. Semua indikator tersebut sesuai
dengan indikator interpretasi. Selain itu siswa juga belum mampu meneliti
alternatif-alternatif, menganalisis argumen, membandingkan konsep maupun
gagasan, mengidentifikasi masalah, dan menilai argumen. Semua indikator
tersebut sesuai dengan kemampuan analisis.
Pada bab ini akan menguji metode mind map untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Metode mind map
dapat menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga siswa
mampu berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis dan memiliki
banyak respon terhadap suatu pembelajaran. Mind map akan membantu siswa
5 sendiri. Efek dari penggunaan mind map adalah anak mampu memiliki respon
terhadap mata pelajaran yang dipelajari sehingga dinamakan kritis terhadap
masalah. Sedangkan berpikir tingkat tinggi terhadap suatu masalah yang sedang
dihadapi merupakan ciri dari berpikir kritis. Jadi, mind map dapat membantu anak
berpikir kritis terhadap suatu pembelajaran sehingga ilmu yang sedang dipelajari
tersebut dapat melekat lama sehingga tidak mudah dilupakan.
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penggunaan mind map
terhadap kemampuan interpretasi dan analisis mata pelajaran IPA kelas V SD
Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
Kemampuan interpretasi dan analisiss akan diukur dengan pretest dan posttest.
Kelas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah kelas V PL 3 sebagai
kelompok eksperimen dengan jumlah sisiwa 39 dan kelas V PL 4 sebagai kelas
kontrol dengan sisiwa yang berjumlah 39. Standar Kompetensi yang digunakan
adalah “5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya”
dengan kompetensi dasar “5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan
interpretasi pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas
V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
2013/2014?
1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan
analisis pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V
SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan
interpretasi pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana sisiwa kelas
V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
6 1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan
analisis pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana sisiwa kelas V
SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran
2013/2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman yang berarti dengan melakukan
penelitian kuasi eksperimen ini. Selain itu juga peneliti mampu menerapkan
metode mind map dalam kegiatan belajar. Peneliti mampu memberikan tambahan
pengalaman pada guru sehingga dalam mengajar guru mampu menggunakan
metode yang berbeda dari biasanya. Penelitian ini mampu memberikan pengaruh
terhadap hubungan sosial antara peneliti dengan SD mitra.
1.4.2 Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk bahan kajian dalam
memberikan materi pembelajaran menggunakan metode yang inovatif sehinga
menciptakan pembelajaran yang baik. Selain itu juga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam meningkatkan cara berpikir kritis siswa dan prestasi siswa
dengan metode mind map.
1.4.3 Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada
sekolah sebagai bahan kajian dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di sekolah. Sekolah yang
menggunakan pembelajaran inovatif pastinya akan dicari banyak orang sehingga
dengan adanya penelitian ini akan membantu memberikan sumbangan dalam
menjunjung nama sekolah.
1.4.4 Siswa
Penelitian ini dapat memberikan alternatif lain dalam memahami materi
pelajaran menggunakan metode yang inovatif sehingga menciptakan pembelajaran
yang menarik bagi siswa dan menjadi pembelajaran yang bermakna, sehingga
materi yang dipelajari tidak begitu saja dilupakan melainkan melekat terus
7
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Metode pembelajaran adalah cara menyajikan, menguraikan, memberi
contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu yang akan dicapai.
1.5.2 Mind map adalah cara kreatif dan efektif untuk mencatat dengan cara
memetakan pemikiran menggunakan cabang-cabang dan hiasan
warna-warni.
1.5.3 Metode mind map adalah peta pemikiran yang merupakan cara paling
mudah dalam menempatkan informasi ke dalam otak dan ke luar otak.
1.5.4 Kemampuan berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas,
digunakan dengan menggunakan kegiatan mental untuk memecahkan suatu
masalah, menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,
berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain dan
melakukan penelitian ilmiah yang terdiri dari enam unsur yaitu: interpretasi,
analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.
1.5.5 Kemampuan interpretasi adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman,
situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan,
prosedur, atau kriteria.
1.5.6 Kemampuan analisis adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan,
konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang dimaksudkan untuk
mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi,
atau opini.
1.5.7 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam semesta baik benda mati atau benda hidup.
1.5.8 Pesawat sederhana adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan manusia.
1.5.9 Siswa SD adalah seluruh siswa kelas V SD yang bersekolah di SD Pangudi
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II merupakan landasan teori yang berisi kajian pustaka,
penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka
membahas teori-teori yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya yang berisi
pengalaman penelitian yang pernah ada. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka
berpikir dan hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara atau jawaban
sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
Teori yang mendukung merupakan teori yang berisi teori perkembangan
anak, metode pembelajaran, hakikat ilmu pengetahuan alam, mind map, dan
berpikir kritis. Semua teori tersebut akan diambil sebagai landasan karena
disesuaikan dengan kenyataan pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar pada
umumnya. Penjelasan mengenai teori perkembangan anak akan dibahas pada
subbab selanjutnya.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Setiap anak mengalami perkembangan kognitif. Piaget (dalam Suparno,
2001: 13) mengatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri untuk
memperoleh pengetahuan. Piaget (dalam Woolfolk, 2009: 50) menambahkan
mengenai organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi merupakan kecenderungan berpikir
seseorang. Organisasi merupakan proses penataan informasi dan pengalaman
yang berlangsung secara terus menerus sehingga menciptakan skema. Skema
adalah sistem pemikiran atau tindakan yang terorganisir yang memungkinkan
untuk memikirkan berbagai objek dan kejadian yang terjadi. Adaptasi adalah
proses penyesuaian terhadap lingkungannya. Organisasi selalu berusaha untuk
mengorganisasikan proses berpikir menjadi cara untuk memahami dan
berinteraksi dengan dunia ini. Selain itu proses berpikir juga melibatkan adaptasi
9 informasi baru yang diperoleh dengan skema yang sudah dipahami. Akomodasi
merupakan proses untuk mengubah skema yang telah dipahami atau sudah ada
atau menciptakan skema baru. Jika anak tidak mampu melewati adaptasi untuk
mengkonstruksi pengetahuannya berarti anak mengalami proses
ketidakseimbangan (disequilibrium). Anak mampu mengkonstruksi atau mencoba
untuk mengkontruksi pengetahuannya kembali maka anak tersebut mengalami
proses equilibrium. Proses ini terjadi sebelum anak mengalami akomodasi atau
asimilasi.
Pengetahuan dikonstruksi melalui beberapa tahap. Piaget (dalam Suparno,
2001: 26-101) membagi perkembangan kognitif seseorang menjadi 4 tahapan.
Tahap pertama sensorimotor (0-2 tahun), pada usia ini anak mampu
mengkoordinasikan alat indera dengan lingkungannya seperti melihat, meraba,
menjamah, mendengar, dan membau. Anak mulai mempergunakan imitasi (proses
meniru), ingatan, dan pikiran. Tahapan kedua praoperasional (2-7 tahun), tahapan
ini anak sudah mengenal simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
Mampu memikirkan suatu kejadian dengan logika, tetapi belum sempurna. Anak
juga sudah mampu menganggap sesuatu yang sulit dengan melihat sudut pandang
orang lain. Pada tahap ini anak masih memiliki sikap egois.
Tahapan operasionalkonkret (7-11 tahun), pada tahap ini dicirikan dengan
perkembangan sistem pemikiran yang dilandaskan dengan aturan-aturan tertentu
yang bisa dinalar secara logis, pemikiran adaptasi dengan gambar di mana anak
dapat menggambarkan ingatan, pengalaman dan objek yang dialami, mampu
mengatasi masalah-masalah kongkrit, memahami hukum-hukum percakapan.
Selain itu anak mampu mengklasifikasikan, seriation (menggurutkan dari besar ke
kecil). Tahapan terakhir adalah operasional formal (11- dewasa), tahap ini anak
mampu mengatasi masalah secara abstrak dan logis dan menjadi lebih ilmiah
dalam berpikir. Mampu berpikir deduktif hipotetis, induktif saintifik, abstraktif
reflektif. Pemikiran deduktif hipotetif merupakan pemikiran di mana seseorang
mampu berargumentasi tentang sesuatu yang dianggapnya tidak benar, walaupun
kadang tidak mengalaminya sendiri. Pemikiran deduktif sendiri memiliki arti
sebuah pemikiran yang mengambil keputusan secara spesifik dari hal-hal umum.
kejadian-10 kejadian khusus menjadi kesimpulan yang lebih umum. Sedangkan pemikiran
abstraksi reflektif merupakan abstraksi yang digunakan unuk memperoleh
pengetahuan matematis logis dan tidak langsung kepada objek materi tertentu.
Misalnya penyelesaian tentang bilangan 5, apakah kelipatan 5 atau bilangan
loncat 5.
Teori perkembangan Piaget digunakan karena siswa kelas V memasuki
tahap operasional konkret di mana anak mampu berpikir logis, sehingga
memungkinkan anak untuk belajar menggunakan mind map. Penyelesaian
masalah yang logis menggunakan mind map akan membantu siswa dalam
mengkontruksi pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang
diperoleh. Proses berpikir logis juga membantu siswa dalam membuat mind map
sehingga pengetahuan menjadi lebih bermakna dan akan selalu diingat. Mind map
akan membantu siswa dalam memilih suatu permasalahan pembelajaran supaya
dapat diselesaikan secara logis. Metode mind map berbeda dengan metode yang
selama ini digunakan oleh guru secara umum. Di bawah ini akan dibahas
mengenai metode yang digunakan guru selama ini dalam mengajar secara umum.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang bermakna merupakan tujuan utama kegiatan belajar.
Kegiatan belajar melibatkan metode pembelajaran untuk menciptakan kondisi
belajar yang efektif. Majid (2009: 135) berpendapat bahwa metode merupakan
cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Yamin (2008: 152) juga
berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode yang sering digunakan guru
pada umumnya menurut Yamin adalah (1) metode ceramah (lecture), dilakukan
untuk kegiatan belajar dengan jumlah siswa yang banyak tetapi materi yang
diajarkan banyak dengan waktu yang terbatas. (2) Metode demonstrasi dan
eksperimen, dilakukan oleh orang atau ahli yang biasa atau mampu melakukan
demonstrasi dengan baik. (3) Metode tanya jawab, dilaksanakan apabila bertujuan
untuk meninjau ulang pembelajaran yang lalu, untuk menyelidiki pembicaraan,
11 Metode terebut merupakan contoh metode yang sering digunakan oleh
guru dalam mengajar. Metode tersebut kadang belum mampu menciptakan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Metode mind map akan membantu
siswa dalam memahami materi pelajaran yang belum jelas sehingga akan
menciptakan pembelajaran yang bermakna. Pemahaman yang belum jelas dapat
dicari dengan membuat mind map, sehingga siswa mampu mengkontruksikan
informasi yang sudah diketahui dengan informasi yang belum diketahui. Mind
map dikatakan sebagai metode karena dalam pembuatannya mind map
menggunakan langkah-langkah yang tetap. Penjelasan mind map secara rinci akan
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
2.1.1.3 Mind Map
Mind map bersal dari kata mind yang berarti pikiran dan map yang berarti
peta (Gunawan, 2002: 243-237). Terkadang mind map disamakan dengan peta
konsep, padahal keduanya berbeda. Peta konsep adalah penghubungan yang
bermakna antara konsep-konsep yang memiliki arti lebih luas dan berkembang
dengan arti tertentu menggunakan kata-kata kunci atau kalimat penghubung antar
konsep (Sutiman dan Priyambodo, 2009: 12). Mind map merupakan cara paling
mudah dalam menempatkan informasi ke dalam otak dan keluar otak (Buzan,
2008: 4).
Membuka kreativitas, memperkuat ingatan dan mengubah hidup
merupakan tujuan Buzan dalam mengembangkan metode mind map. Mind map
juga merupakan cara kreatif dan efektif dalam mencatat dengan cara memetakan
pemikiran seseorang yang akan terlihat sangat sederhana. Michalko (dalam Buzan
2008: 6) menambahkan bahwa mind map akan membantu seseorang dalam hal-hal
tertentu, yaitu: (1) membantu mengaktifkan seluruh otak. (2) Membantu
memperbaiki akal (3) Mefokuskan diri pada pokok bahasan. 4) Membantu
menghubungkan informasi yang terpisah. (5) Memberikan gambaran yang jelas
tentang perincian dan perencanaan. (6) Membantu memperjelas tentang perincian
dan perencanaan. (7) Membantu mengelompokkan konsep yang membantu dalam
12 Beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika membuat mind map menurut
Buzan (2008: 15) adalah kertas kosong, pena atau pensil warna, otak dan
imajinasi. Mind map dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: (1) mulailah dari
bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar agar
terlihat bagus. (2) Gunakan foto atau gambar untuk ide sentral anda supaya
menarik dan mudah diingat. (3) Gunakan warna untuk membuat garis maupun
tulisan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua seperti dahan pohon.
(5) Buatlah garis hubung yang lengkung, bukan garis lurus supaya menarik. (6)
Gunakan satu kata kunci untuk satu garis agar mudah diingat. (7) Gunakan
gambar untuk cabang-cabang supaya lebih menarik dan mudah diingat. Berikut
ini adalah contoh mind map:
(Sumber: www.duniaanyakkita.blogspot.com)
Gambar 2.1 Contoh Mind Map
Dua alat penting dalam diri kita adalah imajinasi dan asosiasi. Imajinasi
merupakan pengandaian terhadap suatu hal, sedangkan asosiasi adalah proses
mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui. Jika ingin mengingat sesuatu hanya
perlu mengaitkan atau mengasosiasikan atau menghubung-hubungkan dengan
sesuatu yang telah diketahui dengan menggunakan imajinasi yang dimiliki. Buzan
(2008: 8) berpendapat bahwa imajinasi akan selalu membuat hal-hal yang ingin
ketahui menjadi nampak dan menarik, sehingga akan lebih mudah diingat.
Mind map sangat baik digunakan untuk siswa SD. Mind map dapat
13 materi yang dipelajari. Materi pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang terkadang
dianggap sulit oleh siswa. Karena itu, mind map akan membantu siswa dalam
memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga tidak akan terjadi
miskonsepsi. IPA secara umum akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
2.1.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Kejadian di dunia ini tidak luput dengan proses alam dan buatan. Iskandar
(2001: 1-12) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta. Pada
hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk, proses dan sikap. Sebagai produk
hasil dari memahami kegiatan yang dilakukan sesuai proses adalah pengetahuan,
jadi produknya berupa pengetahuan. Prosedur merupakan langkah kegiatan atau
sistematika penelitian guna memperoleh pengetahuan yang diinginkan, bisa
melalui eksperimen atau riset tertentu. Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 137)
berpendapat sama seperti yang diungkapkan Donosepoetro bahwa hakikat IPA
adalah proses, produk, hanya saja yang terakhir berupa aplikasi. Proses dan
produk memiliki arti yang sama, tetapi untuk aplikasi dilaksanakan ketika sudah
ada produk. Aplikasi ini difungsikan sebagai sarana bagi produk IPA yang akan
diujikan. IPA memiliki fungsi khusus, diantaranya adalah untuk menanamkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap
dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi manusia yang melek sains dan
teknologi dan untuk menguasai konsep sains sebagai bekal hidup di masyarakat
dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
IPA hakikatnya mengaitkan antara aspek logika material dengan aspek
jiwa spiritual yang merupakan dua sisi yang sangat berbeda. IPA mempelajari
ilmu yang membahas tentang alam semesta ini adalah keadaan alam, keadaan di
dalam ini, di atas bumi dan di luar angkasa. IPA juga membahas tentang benda
hidup dan benda mati yang ada di dunia ini. Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136)
berpendapat bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis dan
terbatas atas gejala-gejala alam. Jadi IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh
14 ada di bumi yang diperoleh dari metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menyertakan sikap ilmiah dalam pelaksanaannya. IPA memiliki berbagai
macam bahasan mengenai semua hal yang ada di dalam kehidupan. IPA juga
membahas mengenai benda tak hidup yang dapat digunakan manusia untuk
mempermudah pekerjaan mereka yang kadang-kadang dibuat dari material hidup.
Materi yang akan dibahas peneliti adalah pesawat sederhana. Penjelasan materi
yang lebih rinci akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
2.1.1.5 Materi IPA
Sulistyanto dan Wiyono (2008: 109) berpendapat bahwa semua alat yang
digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut sebagai pesawat
sederhana. Pesawat sederhana berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia.
Pesawat sederhana dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: a) Tuas juga dikenal sebagai
pengungkit. Terdapat tiga titik yang menggunakan gaya ketika mengungkit suatu
benda, yaitu beban (B), titik tumpu (T), dan kuasa (K). Beban merupakan berat
benda. Titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Kuasa merupakan
gaya yang bekerja pada tuas (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)
Gambar 2.2 Prinsip tuas golongan I.
Tuas digolongkan menjadi tiga yaitu tuas golongan pertama yang memiliki
ciri-ciri titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh benda yang
menggunakan prinsip tuas golongan satu yaitu jungkat-jungkit, gunting, linggis,
dan alat pencabut paku (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)
Gambar 2.3 Contoh tuas golongan I.
Tuas golongan kedua memiliki ciri-ciri beban berada di antara titik tumpu
15 yaitu gerobak beroda satu, alat pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri (dalam
Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)
Gambar 2.4 Contoh tuas golongan II.
Tuas golongan ketiga memiliki ciri kuasa berada di antara titik tumpu dan
beban. Contohnya adalah skop, sendok, garpu, dan centong (dalam Azmiyawati,
dkk, 2008: 99).
(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 100)
Gambar 2.5 Contoh tuas golongan III.
Bidang miring digunakan untuk memindahkan beban yang berat.
Contohnya memindahkan barang dari truk ke jalan. Prinsip ini diaplikasikan
dalam alat, yaitu: pisau, kapak, pahat, tangga dan paku (bagian yang tajam dari
alat tersebut merupakan prinsip bidang miring), tangga. Selain itu prinsip jalan
berkelok-kelok di pegunungan juga merupakan salah satu dari prinsip kerja
bidang miring (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 115).
(Sumber: Sulistyanto & Wiyono, 2008: 115)
Gambar 2.6 Contoh benda yang menggunakan prinsip bidang miring.
Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Katrol digolongkan
menjadi tiga, yaitu yang pertama katrol tetap merupakan katrol yang tidak
berpindah pada saat digunakan. Contoh katrol ini dipasang pada tiang bendera dan
16
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118)
Gambar 2.7 Contoh katrol tetap.
Katrol yang kedua adalah katrol bebas. Katrol ini posisinya tidak tetap
ketika digunakan. Katrol ini dipasang di atas tali yang kedudukannya dapat
berubah. Katrol ini biasanya dipasang di pabrik untuk mengangkat peti atau
bangunan, selain itu ada juga yang digunakan di pelabuhan (Sulistyanto dan
Wiyono, 2008:117-118).
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008:117-118)
Gambar 2.8 Contoh katrol bebas dan cara kerja katrol bebas.
Katrol yang ketiga adalah katrol majemuk. Katrol ini merupakan
perubahan dari katrol tetap dan katrol bebas. Keduanya dihubungkan dengan tali.
Pada katrol ini beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali yang lain
ditarik, maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas
(Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118).
(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118)
Gambar 2.9 Contoh katrol majemuk.
Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros
yang dapat berputar bersama-sama. Contohnya: setir mobil, setir kapal, roda
sepeda, dan roda kendaraan bermotor.
2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir merupakan kegiatan otak yang selalu dilakukan oleh manusia.
17 segala kegiatan yang melibatkan mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk
memahami. Kegiatan berpikir tingkat tinggi disebut dengan berpikir kritis.
Johnson (2002: 183) memaparkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses
yang terarah dan jelas, dengan melibatkan kegiatan mental untuk memecahkan
suatu masalah, menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,
berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain serta
melakukan penelitian ilmiah. Adapun beberapa kebaikan dari berpikir kritis
menurut Johnson (2002: 185): (1) kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan
penuh percaya diri; (2) memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di
tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari; (3)
membuat siswa mampu mengevaluasi keyakinan dan pendapat diri sendiri; dan
(4) mampu mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain.
Berpikir kritis memungkinkan seorang siswa untuk mempelajari masalah
secara sistematis, menghadapi berbagai tantangan dengan cara yang terorganisasi,
merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang original. Berpikir
kritis dan kreatif merupakan satu hal yang sama tetapi berbeda arti. Berpikir kritis
tertuju pada sifat evaluatif, sedangkan berpikir kreatif tertuju pada generatif
kemampuan berpikir seseorang. Facione (1990) membagi pemikiran kritis
menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif
dibagi menjadi 6 kecakapan yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
eksplanasi dan regulasi diri. Setiap kecakapan memiliki sub kecakapan tersendiri.
Interpretasi terdiri dari pembuatan kategori, memahami makna, dan menjelaskan
makna. Analisis terdiri dari cara menguji gagasan, mengidentifikasi argumen, dan
menganalisis argumen. Evaluasi yaitu menilai klaim, dan menilai argumen.
Inferensi terdiri atas menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan menarik
kesimpulan. Eksplanasi memuat cara menjelaskan hasil penalaran, menjustifikasi
prosedur dan menjelaskan argumen. Sedangkan regulasi diri terdiri dari
eksaminasi diri dan koreksi diri.
Dimensi disposisi dibagi menjadi enam kategori menurut Facione (2010)
18 informasi yang belum diketahui. (2) Analitis dan sistematis, di mana kegiatan
yang dilakukan bersifat menganalisis dengan lengkah yang sistematis. (3)
Evaluatif yaitu sikap yang dibutuhkan untuk menilai pernyataan diri sendiri
maupun orang lain. (4) Suka kesimpulan yang benar, di mana seseorang merasa
puas jika menemukan kesimpulan yang dianggap diri sendiri atau orang lain
benar. (5) suka penjelasan yang nalar, yaitu cara menyimpulkan sesuatu dilihat
dari logis tidaknya pemikiran. (6) Berpikir terbuka, yaitu sikap sadar untuk
merefleksikan kegiatan sendiri. Berdasarkan enam kemampuan berpikir kritis
dimensi kognitif di atas, pada penelitian ini akan dibahas tentang kemampuan
interpretasi dan kemampuan analisis yang akan dicapai melalui metode mind map
pada materi pesawat sederhana mata pelajaran IPA.
2.1.1.7 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis
Kemampuan interpretasi merupakan kemampuan paling awal pada enam
kemampuan yang diungkapkan oleh Facione. Facione (1990) menjelaskan bahwa
interpretasi merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami
dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian,
penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kecakapan
ini masih dibagi lagi dalam 3 sub-kecakapan, yaitu (1) kecakapan untuk membuat
kategori yaitu anak mampu membuat kategori pada hal-hal tertentu. Misalnya
mengkategorikan hewan berkaki empat dengan hewan berkaki dua. (2)
Menangkap makna adalah kemampuan siswa dalam memahami materi
pembelajaran yang sedang dipelajari. (3) Menjelaskan makna merupakan
kemampuan untuk menjelaskan kembali informasi yang sudah diperoleh.
Facione (1990) mengungkapkan bahwa analisis merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari
pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang
dimaksudkan untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman,
penalaran, informasi, atau opini. Kecakapan analisis masih dibagi lagi dalam 3
sub-kecakapan, yaitu: (1) kecakapan untuk menguji gagasan yaitu kemampuan
untuk membuktikan sebuah pendapat atau ide dengan kenyataan. (2)
19 tertentu. (3) Menganalisis argumen adalah kemampuan untuk memilah-milah
argumen dengan melihat argumen dari berbagai segi.
Penjelasan kedua kemampuan di atas merupakan landasan peneliti untuk
mencari beberapa penelitian yang relevan tentang berpikir kritis. Penelitian
tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian
yang relevan tersebut mengacu pada dua penelitian penting yaitu mind map dan
berpikir kritis yang di dalam berpikir kritis akan membahas kemampuan
interpretasi dan analisis. Penelitian yang relevan tersebut akan dipaparkan pada
pembahasan selanjutnya.
2.1.2 Penelitian-penelitian yang Relevan 2.1.2.1 Penelitian tentang Mind Map
Cahyani (2012), melakukan penelitian tentang pengaruh metode mind map
terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA di SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah kelas VA sebagai
kelas eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa
masing-masing kelas 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mind map
berpengaruh pada kemampuan mengingat ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed)
sebesar 0,047 (atau > 0,05) dan memahami ditunjukkan dengan harga Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05).
Sutarni (2011) melakukan penelitian tentang penerapan metode mind
mapping dalam meningkatkan kemampuan mengajar soal cerita bilangan pecahan.
Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah kesulitan mengerjakan soal cerita
tentang bilangan pecahan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDK 3 BPK
PENABUR Jakarta dengan jumlah murid 32 siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari persentase siswa yang dulunya
mampu mengerjakan soal cerita sebanyak 48% meningkat menjadi 87,5% dengan
target peningkatan 80%. Kemudian persentase siswa yang belum mampu
mengerjakan soal cerita yang dulunya 52% menjadi 12,5%.
Wahyuni (2009), melakukan penelitian Quantum learning dengan teknik
mind map untuk meningkatkan hasil belajar mata kuliah histologi-embrilogi.
20 mengetahui peningkatan hasil belajar melalui quantum learning dengan teknik
mind map. Subjek penelitian mahasiswa semester VI Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Hasil dari penelitian menunjukkan
terjadi peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) siklus I, II,
III sebesar 22%, 81,25 %, 96,87%, sedangkan pada ranah afektif rata-rata pada
siklus I, II, III sebesar 61,14%, 73,56%, 76,25%, sedangkan pada ranah
psikomotorik rata-rata siklus I, II, III adalah 63,69%, 75,71%, 78,83%.
Hartati (2012) meneliti tentang penerapan metode mind mapping sebagai
upaya untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman peserta didik dalam
pembelajaran IPS kelas VIII C SMP N 4 Wonosari. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan kreativitas dan pemahaman peserta didik melalui metode
mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas VIII C SMP N 4 Wonosari. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C SMP N 4 Wonosari sebanyak 32
siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kreativitas peserta didik
dari siklus I ke II dengan kategori tinggi meningkat 43,75%, kategori sedang
mengalami penurunan 21,88%, kategori rendah mengalami penurunan 12,49%
dan kategori sangat rendah mengalami penurunan 9,38%. Peningkatan dari siklus
II ke siklus III kategori sanggat tinggi meningkat 15,63%, kategori sedang
mengalami penurunan 21,88%, kategori rendah mengalami penurunan 9,38% dan
kategori sangat rendah mengalami penurunan 3,12%. Penerapan metode mind
mapping dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Hal ini dibuktikan
dengan peserta didik mencapai KKM pada siklus I 31,25% meningkat menjadi
78,13% dengan kriteria 75%.
2.1.2.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis
Rahayu (2011) meneliti tentang pengaruh penggunaan metode inkuiri
terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata
pelajaran IPA di SDK Ganjuran Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah kelas
VA sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
21 Sedangkan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir krits
dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,001.
Hartati (2010) melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga
gaya gesek untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tujuan
penelitian ini untuk untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek pada bidang yang
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Subjek penelitian adalah siswa
kelas X SMA N 2 Pekalongan sebanyak 34 responden. Hasil penelitian ini
meningkat, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji peningkatan keterampilan berpikir
kritis dengan uji t diperoleh terhitung = 5,389 dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa praktikum menggunakan alat peraga gaya
gesek pengembangan secara nyata mengalami peningkat, ditunjukkan dengan
peningkatan hasil belajar dari 65,24 naik menjadi 70,63.
Wassalwa (2012) meneliti tentang upaya peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas VIII B SMP N 1 Ngemplak pada pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah
megetahui keterlaksanaan model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, besar peningkatan kemampuan berpikir kritis, dan respon siswa terhadap
model PBL. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP N 1 Ngemplak
yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran IPA
dengan model PBL memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir
siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata skor kemampuan berpikir
kritis siklus I adalah 73,71% dan meningkat pada siklus II menjadi 83,09%.
Sukaesih, Ristiasari, & Priyono (2012) meneliti tentang model
pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap kemampuan
berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mind map
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 6 Temanggung.
Sampel penelitian adalah siswa kelas VII E dan VII G. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dengan
menggunakan mind map berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis di SMP
N 6 Temanggung dengan hasil analisis persentase menunjukkan bahwa
kemampuan memberikan penjelasan sederhana siswa pada kelas eksperimen dan
22 (71,43% dan 64,28%) maupun setelah dilakukan pembelajaran (89,73% dan
78,57%), sedangkan kemampuan siswa dalam mengatur strategi dan taktik
berpikir kritis siswa pada kedua kelas penelitian memiliki persentase terendah
baik sebelum dilakukan pembelajaran (52,27% dan 49,69%) maupun setelah
dilakukan pembelajaran (63,06% dan 52,72%).
Beberapa penelitian mengenai metode mind map dan kemampuan berpikir
kritis, menujukkan bahwa keduanya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Tetapi penelitian-penelitian sebelumnya belum banyak meneliti mengenai berpikir
kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis lebih jauh, karena itu peneliti
ingin melihat lebih jauh mengenai dampak metode mind map terhadap
kemampuan interpretasi dan analisis.
2.1.2.3 Literature map
Gambar 2.10 Literature Map
Penelitian Mind Map Penelitian Berpikir Kritis
Sutarni (2011)
Mind mapping– kemampuan mengajar soal cerita bilangan pecahan
Wahyuni (2009)
Mind map– belajar mata kuliah histologi-embrilogi
Sukaesih, Ristiasari, & Priyono (2012)
Problem solving– kemampuan berpikir kritis
Hartati (2010)
Berpikir keritis – pengembangan alat peraga gaya gesek
Wassalwa (2012)
PBL – kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA
Rahayu (2011)
Inkuiri – prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata
pelajaran IPA Cahyani (2012)
Mind map– kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran
IPA
Hartati (2012)
Mind map– kreativitas dan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPS
Yang perlu diteliti :
23
2.2 Kerangka Berpikir
Mind map merupakan cara paling mudah dalam menempatkan informasi
ke dalam otak dan ke luar otak. Mind map membantu seseorang untuk
mempermudah memetakan suatu kegiatan, sedangkan untuk mata pelajaran
digunakan sebagai cara kreatif untuk menciptakan kebermaknaan pembelajaran
karena materi yang disajikan dapat dipetakan menurut kategori yang diinginkan.
Mind map membantu siswa menjadi lebih kreatif dan mampu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Mind map mampu menarik perhatian siswa
karena menggunakan gambar dan warna sehingga terlihat menarik. Selain itu
mind map juga mempengaruhi seseorang untuk memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dengan membuat mind map, sehingga akan menciptakan pemikiran yang
kritis terhadap materi pelajaran.
Berpikir merupakan kegiatan yang dilakukan manusia setiap saat. Berpikir
merupakan kegiatan yang melibatkan otak dalam pengorganisasiannya. Suatu
kegiatan yang terarah dan terorganisasi dalam memecahkan suatu masalah selalu
melibatkan pemikiran kritis. Berpikir kritis merupakan proses terarah yang jelas
yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi, berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri
sendiri dan orang lain, serta melakukan penelitian ilmiah secara sistematis.
Melalui berpikir kritis, siswa mampu memiliki tingkat pemecahan masalah yang
lebih baik. Mind map dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran
sehingga menjadi bermakna dan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
Rasa ingin tahu yang tinggi akan menciptakan pemikiran yang kritis sehingga
siswa mampu berpikir kritis. Jika metode pembelajaran mind map diterapkan pada
materi IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta, penggunaan metode mind
map akan berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.
2.3 Hipotesis
2.3.1 Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan
interpretasi siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yoyakarta pada semester
24 2.3.1 Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan analisis
siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yoyakarta pada semester genap tahun