• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Anjar Patmawati

101134186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Anjar Patmawati

101134186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala hasil yang besar adalah usaha yang besar.

Kesempatan itu indah dan nyata dalam setiap tindakan, doa dan

harapan.

Tuhan tidak akan memberikan ular pada anakNya yang minta roti.

Tanggungjawab terbesar adalah dirimu sendiri.

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kritus yang selalu menjadi sahabat dalam hidupku.

2. Keluarga yang selalu mencintaiku tanpa batas.

3. Satu orang terdekat yang selalu memberikan motivasi dalam menghadapi

masalah hidup.

4. Sahabat-sahabat saya yang selalu membantu saya dengan dalam

menyelesaikan skripsi.

(6)

v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juni 2014

Penulis,

(7)

vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anjar Patmawati

NIM : 10114186

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mengaplikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarrnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Juni 2014

Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Patmawati, Anjar. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: mind map, kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengujicobakan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis kelas V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan

interpretasi dan analisis siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen design tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Sampel terdiri dari kelas V PL 3 sebanyak 39 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas V PL 4 sebanyak 39 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa soal essay untuk kemampuan interpretasi dan satu soal essay untuk kemampuan analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dengan nilai M = 1,1282, SD = 0,9542, SE = 0,15279 pada kelompok eksperimen dan M = 0,4256, SD = 1,1058, SE = 0,17697 pada kelompok kontrol. Diperoleh harga sig (2-tailed) sebesar 0,004 (p < 0,05) dengan nilai t = 3,005 dan df = 76 dengan peningkatan sebesar 57% dan koefisien korelasi r = 0,76 yang termasuk kategori efek besar. 2) Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan analisis dengan nilai M = 1,2051, SD = 0,80719, SE = 0,12925 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,2615, SD = 1,03736, SE = 0,16611 untuk kelompok kontrol. Diperoleh harga sig (2-tailed)

(9)

viii

ABSTRACT

Patmawati, Anjar. (2014). The effect of using mind map methods for the students’ interpretation and analysis skill of Science at Panghudi Luhur Elementary School Grade Fifth. Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: mind map, interpretation skill, analysis skill, science.

The background of this researsh to try out mind map metthod through the interpretation and analysis skill for fifth grade students in Pangudi Luhur Yogyakarta Elementary School. The aim of this study is to find out the effect of using mind map for the students interpretation and analysis skill of Science at Panghudi Luhur Elementary School Grade Fifth in the academic year 2013/2014.

The research design used in this case was quasi experimen design; non-equivalent control group design. The population all of the students of grade fifth SD Panghudi Luhur, Yogyakarta. The samples were 39 students of Class V PL 3 as a control group and 39 students of Class V PL 4 as an experimental group. The instruments were an essay for measuring the interpretation skill and an essay for measuring analysis skill.

The result of this study shows that 1) the mind map method effects the interpretation skills with M = 1,1282, SD = 0,9542, SE = 0,15279 for the experimental group and M = 0,4256, SD = 1,1058, SE = 0,17697 for the control group. It can be seen by the Sig. (2-tailed) 0.004 or (p < 0.05) with t = 3,005 and df = 76 with increase is 57% and koefisien corelation r = 0,76 in category big effect. 2) The interpretation skill effects of mind map method with M = 1,2051, SD

= 0,80719, SE = 0,12925 for the experimental group and M = 0,2615, SD = 1,03736, SE = 0,16611 for the control group. It can be seen by the Sig. (2-tailed) 0.000 or (p < 0.05) with t = 4,483 anddf = 76 with increase is 68% and koefisien corelation r = 0,83 in category big effect.

(10)

ix KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi

dengan judul “Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan

interpretasi dan analisis mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur

Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati

dan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

motivasi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal peyusunan

hingga selesai.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dengan

penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal hingga akhir penyusunan

skripsi.

5. Fx. Teguh S., FIC., S.Pd , selaku koordinatror SD Pangudi Luhur

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

6. C. Retna Irawati, S.Ag, selaku kepala sekolah SD PL 3 dan PL 4 yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD

Pangudi Luhur Yogyakarta.

7. Ch. Sri Winarsih, S.Pd.SD., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah

banyak membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan

(11)

x

8. Siswa kelas V PL 3 dan V PL 4 SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah

bekerja sama dan bersedia menjadi subjek peneltian sehingga penelitian

berjalan lancar.

9. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai

skripsi ini selesai.

10.Kedua orang tua terkasih, Yosafat Tukiya dan Surepti yang selalu

memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

11.Adik terkasih, Dewi Sumitraning Tyas dan Rara Ajenging Sejati atas

semangat, motivasi dan doanya.

12.Sahabat terkasih, Yacobus Cahyadi atas motivasi, dukungan dan doanya.

13.Teman-teman penelitian kolaboratif payung IPA (Renny dan Lia) yang

memberi banyak masukan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan

penelitian dan menyelesaikan karya skripsi ini.

14.Teman-teman kos (Candra, Yofita dan Lucy) yang telah memberikan

semangat dan dukungan selama kuliah. Terima kasih atas kebersamaannya

selama ini sehingga penulis merasa menemukan keluarga baru di

Yogyakarta.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca. Penulis berharap karya ilmiah sederhana ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

(12)

xi DAFTAR ISI

Judul Halaman

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.5 Definisi Operasional ...7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka...8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ...8

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ...8

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ...10

2.1.1.3 Mind Map ...11

2.1.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...13

2.1.1.5 Materi IPA...14

2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis ...16

2.1.1.7 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis ...18

2.1.2 Penelitian-penelitian yang Relevan ...19

2.1.2.1 Penelitian tentang Mind Map ...19

(13)

xii

2.1.2.3 Literature map...22

2.2 Kerangka Berpikir ...23

2.3 Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 25

3.1 Jenis Penelitian ...25

3.2 Setting Penelitian...26

3.3 Populasi dan Sampel ...28

3.4 Variabel Penelitian ...29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...29

3.6 Instrumen Penelitian ...30

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...32

3.7.1 Uji Validitas ...32

3.7.2 Uji Reliabilitas ...34

3.8 Teknik Analisis Data ...34

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ...35

3.8.2 Pengaruh Perlakuan...35

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...35

3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest-Posttest ...36

3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ...37

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest dan Posttetst I ...37

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...38

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...39

3.8.3.4 Dampak Perlakuan pada Siswa ...40

3.8.3.5 Konsekuensi Lebih Lanjut ...42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Implementasi Pembelajaran ...43

4.1.1 Kelompok Kontrol ...44

4.1.2 Kelompok Eksperimen ...45

4.2 Hasil Penelitian ...46

4.2.1 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map Terhadap Kemampuan Interpretasi ... 47

4.2.1.1 Uji Normalitas Data ...47

4.2.1.2 Pengaruh Perlakuan ...49

1) Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...49

2) Uji Selisih Skor Pretest-Posttest I ...50

(14)

xiii

1) Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...52

2) Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...53

3) Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...54

4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Analisis . 56 4.2.2.1 Uji Normalitas Data ...56

4.2.2.1 Pengaruh Perlakuan ...57

1) Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...57

2) Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest I ...58

4.2.2.3 Analisis Lebih Lanjut ...60

1) Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...60

2) Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ...62

3) Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...62

4.3 Pembahasan ...64

4.3.1Pengaruh Penerapan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Interpretasi 64 4.3.2 Pengaruh Penerapan Mind Map terhadap Kemampuan Analisis ...66

4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa ...67

4.3.4 Konsekuensi Lebih Lanjut ...70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ...71

5.2 Keterbatasan Penelitian ...72

5.3 Saran ... 72

DAFTAR REFERENSI ...73

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Mind Map ... 12

Gambar 2.2 Prinsip golongan I ... 14

Gambar 2.3 Contoh tuas golongan I ... 14

Gambar 2.4 Contoh tuas golongan II ... 15

Gambar 2.5 Contoh tuas golongan III ... 15

Gambar 2.6 Contoh benda yang menggunakan prinsip bidang miring ... 15

Ganbar 2.7 Katrol teteap ... 16

Gambar 2.8 Contoh katrol bebas dan cara kerja katrol bebas ... 16

Gambar 2.9 Contoh katrol majemuk ... 16

Gambar 2.10 Literature Map ... 22

Gambar 3.1 Desain penelitian ... 26

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 29

Gambar 3.3 Rumus persentase peningkatan ... 38

Gambar 3.4 Rumus besar efek untuk data normal ... 38

Gambar 3.5 Rumus besar efek untuk data tidak normal ... 39

Gambar 3.6 Rumus peningkatan posttest II ... 40

Gambar 4.1 Diagram batang perbandingan antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan interpretasi ... 51

Gambar 4.2 Diagram garis antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan interpretasi ... 53

Gambar 4.3 Diagram garis retensi pengaruh perlakuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 55

Gambar 4.4 Diagram batang perbandingan antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan analisis ... 60

Gambar 4.5 Diagram garis antara skor pretest dan posttest I pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol kemampuan analisis ... 61

(16)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Kelompok Eksperimen ... 28

Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen ... 30

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ... 31

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Semua variabel ... 33

Tabel 3.5 Perhitungan Reliabel ... 34

Tabel 3.6 Topik wawancara Kelas Eksperimen ... 40

Tabel 3.7 Topik wawancara Kelas Kontrol... 41

Tabel 3.8 Topik wawancara Guru ... 41

Tabel 4.1 Hasil Normalitas Kemampuan Interpretasi ... 48

Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Interpretasi ... 49

Tabel 4.3 Uji Normalitas Selisish Skor Pretest dan Posttest ... 50

Tabel 4.4 Selisih Skor Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi ... 51

Tabel 4.5 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi 52

Tabel 4.6 Besar Efek Perlakuan Kemampuan Interpretasi ... 54

Tabel 4.7 Perbndingan Skor Posttest I dan Posttest II Interpretasi ... 55

Tabel 4.8 Hasil Normlitas Kemampuan Awal ... 56

Tabel 4.9 Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Awal ... 57

Tabel 4.10 Uji Normalitas Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 58

Tabel 4.11 Selisih Skor Pretset dan Posttest I Kemampuan Analisis ... 59

Tabel 4.12 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis ... 60

Tabel 4.13 Besar Efek Perlakuan Kemampuan Analisis ... 62

(17)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Silabus Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 77

Lampiran 1.2 Silabus Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 80

Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 83

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 91

Lampiran 2.1 Soal essay ... 99

Lampiran 2.2 Kunci Jawaban ... 103

Lampiran 2.3 Ihasil Rekapitulasi Expert Judgment ... 107

Lampiran 3.1 Hasil SPSS Validitas ... 108

Lampiran 3.2 Hasil SPSS Reliabilitas ... 111

Lampiran 3.3 Transkip wawancara ... 112

Lampiran 3.4 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II ... 118

Lampiran 4.1 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 125

Lampiran 4.2 Hasil SPSS Uji Kemampuan Awal ... 126

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Selisih ... 127

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest dan Posttest I ... 128

Lampiran 4.5 Hasil Penelitian Pengaruh Efek perlakuan (Effect Size) Kemampuan Interpretasi ... 129

Lampiran 4.6 Hasil Penelitian Pengaruh Efek perlakuan (Effect Size) Kemampuan Analisis ... 130

Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 131

Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 133

Lampiran 5.2 Surat Bukti Penelitian ... 134

Lampiran 6.1 Foto Penelitian ... 135

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan dibahas menggenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional. Peneliti akan menjabarkan

secara rinci pada setiap sub bab yang akan dibahas.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era sekarang ini pendidikan menjadi sorotan utama yang sangat

diperhatikan oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Pendidikan

menurut Poerbakatwaja (dalam Dejaelani, 2011: 4) merupakan usaha secara

sengaja dari orang dewasa yang berpengaruh untuk meningkatkan anak menuju

kedewasaan yang selalu diarahkan untuk menimbulkan tanggung jawab moril dari

segala perbuatannya. Pendidikan yang diperhatikan mulai dari pendidikan non

formal hingga pendidikan formal. Pendidikan non formal merupakan jenjang

pendidikan yang diperoleh melalui lembaga yang berperan memberikan

peningkatan keterampilan seperti lembaga bimbingan belajar dan lembaga kursus.

Sedangkan pendidikan formal merupakan pendidikan yang dapat dimulai dari

jenjang terendah ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi negara berkembang seperti

Indonesia pendidikan merupakan modal utama untuk menuju perubahan menjadi

negara maju. Bermula dari pendidikan itulah diharapkan akan lahir tunas–tunas

bangsa yang mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia

Internasional.

Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan di Indonesia

mempunyai tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

tinggi sehingga mampu menghadapi perkembangan zaman secara mendunia.

Sehingga dari masa ke masa pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan

untuk memperoleh suatu sistem pendidikan yang dapat meningkatkan sumber

daya manusia yang ada di Indonesia. Hal ini akan menciptakan manusia yang

(19)

2 Artikel World Bank PBB (The World Bank, 2011: 65) menuliskan bahwa

kualitas pendidikan Indonesia masih berada di bawah pencapaian rata-rata

dibandingkan dengan negara tetangga. Salah satu contoh hasil Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007

menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 49 negara untuk kualitas

pembelajaran matematika dan posisi 35 untuk sains. Pada tahun 2009 pernah

dilakukan penelitan oleh Program for International Student Asessment (PISA)

yang menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara

dengan skor 371. Pada tahun 2012 juga pernah dilakukan penelitian yang sama

oleh Program for International Student Asessment (PISA) yang meneliti mengenai

kesiapan remaja usia 15 tahun untuk menghadapi situasi kehidupan nyata, dan

menempatkan Indonesia pada posisi 64 dari 65 negara dengan skor matematika

375, sains 382, dan membaca 396.

Artikel World Bank PBB (The World Bank, 2011: 65) pemerintah sejauh

ini sudah berusaha melakukan perbaikan dengan melakukan transformasi tenaga

kependidikan. Sejak penerapan UU Guru tahun 2005, Kemendiknas sudah

mencoba untuk memperkuat mekanisme pendidikan di Indonesia dengan cara

melakukan pelatihan guru di daerah-daerah dengan langsung ke tingkat gugus

sekolah dasar dan guru sekolah menengah atau KKG (Kelompok Kerja Guru) dan

MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Selain pemerintah sendiri yang harus

turun tangan, salah satu faktor utama dalam menciptakan pendidikan yang

berkualitas adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk

berubah. Perubahan tersebut selalu bisa diawali dari diri sendiri dengan kesadaran

mau belajar.

Belajar adalah bagian terpenting dalam suatu pendidikan. Kegiatan belajar

itu sendiri bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau wawasan terhadap

suatu hal yang sedang dipelajari. Informasi yang diperoleh dalam belajar dapat

berwujud pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Belajar itu sendiri tidak

hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun belajar juga dilakukan oleh anak–

anak. Kegiatan belajar bisa dilakukan oleh siapapun sesuai dengan kebutuhan

(20)

3 Masa kanak-kanak merupakan masa emas untuk memberikan asupan

pengetahuan kepada anak melalui kegiatan belajar. Pengetahuan tersebut dapat

diperoleh melalui pengalaman langsung atau tidak langsung dalam setiap kegiatan

belajar. Ketika anak belajar, berarti mereka sedang menjalankan perkembangan

kognitifnya. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 26-101) perkembangan

kognitif seseorang dibagi menjadi empat tahapan yaitu, sensorimotor (0-2 tahun),

praoperasional (2-7 tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasional formal

(11-dewasa). Anak–anak yang berusia 7-11 tahun menempuh pendidikan formal

di SD atau sekolah yang setara dengan SD dan memasuki tahapan operasional

konkret. Pada tahap inilah anak-anak melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar

dilakukan oleh anak-anak yang berposisi sebagai siswa dan kegiatan mengajar

dilakukan oleh seorang pembimbing sekaligus pengawas yang berposisi sebagai

seorang guru. Proses belajar dan mengajar itulah yang kemudian akan

berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar itu kemudian akan

berpengaruh pada pengalaman belajar siswa, sehingga ada hubungan keterkaitan

antara hasil belajar dan pengalaman siswa.

Berdasarkan observasi pada tanggal 1 Februari 2014 di kelas 5 PL 3 dan 5

PL 4, kegiatan pembelajaran yang terjadi mengabaikan pengalaman siswa

sehingga anak kurang mampu berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan

analisis. Guru cenderung memberikan pengetahuan kepada siswa daripada

menuntun siswa untuk mencari pengetahuannya sendiri. Kemampuan interpretasi

dan analisis dalam setiap kegiatan pembelajaran belum digali dengan baik. Hal

tersebut membuat anak merasa bosan dan memerlukan pembelajaran dengan

metode yang baru sehingga anak mampu berpikir kritis terutama pada

kemampuan interpretasi dan analisis mengenai materi yang sedang dipelajari.

Salah satu mata pelajaran yang seharusnya mengaktifkan anak dalam berpikir

kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis adalah IPA. IPA merupakan

pembelajaran yang berkaitan dengan dunia dan isinya. Mata pelajaran ini

seharusnya dapat menggunakan peran anak seutuhnya sehingga anak menjadi

kreatif dan kritis terhadap suatu permasalahan. Berdasarkan wawancara pribadi

guru kelas V pada tanggal 1 Februari 2014 berpendapat bahwa IPA merupakan

(21)

4 pelajaran yang digunakan untuk ujian akhir yang dapat menentukan kelulusan

anak. Kenyataannya mata pelajaran IPA di sekolah dasar belum diajarkan dengan

menggunakan metode yang menarik, biasanya guru cenderung memberikan

metode ceramah.

Siswa membutuhkan sesuatu yang berbeda untuk menarik perhatian salah

satunya adalah metode. Majid (2009: 135) berpendapat bahwa metode merupakan

cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan guru

kebanyakkan merupakan metode ceramah. Metode yang baik disertai cara

mengajar yang baik akan menciptakan pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan.

Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah

dan jelas, yang melibatkan kegiatan mental untuk memecahkan masalah,

menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, berpendapat,

mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain serta melakukan

penelitian ilmiah. Dimensi kognitif Facione (1990) dibagi menjadi 6 kecakapan

yaitu, interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri.

Pembelajaran yang menarik mampu menumbuhkan keaktifan siswa. Keaktifan

dapat mengarahkan siswa dalam berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan

analisis. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Februari

2014 anak belum mampu mengidentifikasi masalah dan mendiskripsikan

ciri-cirinya, tidak bisa mengklasifikasi, menentukan kriteria tertentu, mengerti maksud

pertanyaan dari guru, menginterpretasi data. Semua indikator tersebut sesuai

dengan indikator interpretasi. Selain itu siswa juga belum mampu meneliti

alternatif-alternatif, menganalisis argumen, membandingkan konsep maupun

gagasan, mengidentifikasi masalah, dan menilai argumen. Semua indikator

tersebut sesuai dengan kemampuan analisis.

Pada bab ini akan menguji metode mind map untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Metode mind map

dapat menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga siswa

mampu berpikir kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis dan memiliki

banyak respon terhadap suatu pembelajaran. Mind map akan membantu siswa

(22)

5 sendiri. Efek dari penggunaan mind map adalah anak mampu memiliki respon

terhadap mata pelajaran yang dipelajari sehingga dinamakan kritis terhadap

masalah. Sedangkan berpikir tingkat tinggi terhadap suatu masalah yang sedang

dihadapi merupakan ciri dari berpikir kritis. Jadi, mind map dapat membantu anak

berpikir kritis terhadap suatu pembelajaran sehingga ilmu yang sedang dipelajari

tersebut dapat melekat lama sehingga tidak mudah dilupakan.

Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penggunaan mind map

terhadap kemampuan interpretasi dan analisis mata pelajaran IPA kelas V SD

Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Kemampuan interpretasi dan analisiss akan diukur dengan pretest dan posttest.

Kelas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah kelas V PL 3 sebagai

kelompok eksperimen dengan jumlah sisiwa 39 dan kelas V PL 4 sebagai kelas

kontrol dengan sisiwa yang berjumlah 39. Standar Kompetensi yang digunakan

adalah “5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya”

dengan kompetensi dasar “5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.”

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan

interpretasi pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas

V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

2013/2014?

1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan

analisis pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V

SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan

interpretasi pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana sisiwa kelas

V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

(23)

6 1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan

analisis pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana sisiwa kelas V

SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran

2013/2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman yang berarti dengan melakukan

penelitian kuasi eksperimen ini. Selain itu juga peneliti mampu menerapkan

metode mind map dalam kegiatan belajar. Peneliti mampu memberikan tambahan

pengalaman pada guru sehingga dalam mengajar guru mampu menggunakan

metode yang berbeda dari biasanya. Penelitian ini mampu memberikan pengaruh

terhadap hubungan sosial antara peneliti dengan SD mitra.

1.4.2 Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk bahan kajian dalam

memberikan materi pembelajaran menggunakan metode yang inovatif sehinga

menciptakan pembelajaran yang baik. Selain itu juga dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam meningkatkan cara berpikir kritis siswa dan prestasi siswa

dengan metode mind map.

1.4.3 Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada

sekolah sebagai bahan kajian dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran

untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di sekolah. Sekolah yang

menggunakan pembelajaran inovatif pastinya akan dicari banyak orang sehingga

dengan adanya penelitian ini akan membantu memberikan sumbangan dalam

menjunjung nama sekolah.

1.4.4 Siswa

Penelitian ini dapat memberikan alternatif lain dalam memahami materi

pelajaran menggunakan metode yang inovatif sehingga menciptakan pembelajaran

yang menarik bagi siswa dan menjadi pembelajaran yang bermakna, sehingga

materi yang dipelajari tidak begitu saja dilupakan melainkan melekat terus

(24)

7

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode pembelajaran adalah cara menyajikan, menguraikan, memberi

contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai

tujuan tertentu yang akan dicapai.

1.5.2 Mind map adalah cara kreatif dan efektif untuk mencatat dengan cara

memetakan pemikiran menggunakan cabang-cabang dan hiasan

warna-warni.

1.5.3 Metode mind map adalah peta pemikiran yang merupakan cara paling

mudah dalam menempatkan informasi ke dalam otak dan ke luar otak.

1.5.4 Kemampuan berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas,

digunakan dengan menggunakan kegiatan mental untuk memecahkan suatu

masalah, menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,

berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain dan

melakukan penelitian ilmiah yang terdiri dari enam unsur yaitu: interpretasi,

analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.

1.5.5 Kemampuan interpretasi adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang

untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman,

situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan,

prosedur, atau kriteria.

1.5.6 Kemampuan analisis adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan,

konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang dimaksudkan untuk

mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi,

atau opini.

1.5.7 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam semesta baik benda mati atau benda hidup.

1.5.8 Pesawat sederhana adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah

pekerjaan manusia.

1.5.9 Siswa SD adalah seluruh siswa kelas V SD yang bersekolah di SD Pangudi

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori yang berisi kajian pustaka,

penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka

membahas teori-teori yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya yang berisi

pengalaman penelitian yang pernah ada. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka

berpikir dan hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara atau jawaban

sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Teori yang mendukung merupakan teori yang berisi teori perkembangan

anak, metode pembelajaran, hakikat ilmu pengetahuan alam, mind map, dan

berpikir kritis. Semua teori tersebut akan diambil sebagai landasan karena

disesuaikan dengan kenyataan pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar pada

umumnya. Penjelasan mengenai teori perkembangan anak akan dibahas pada

subbab selanjutnya.

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Setiap anak mengalami perkembangan kognitif. Piaget (dalam Suparno,

2001: 13) mengatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri untuk

memperoleh pengetahuan. Piaget (dalam Woolfolk, 2009: 50) menambahkan

mengenai organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi merupakan kecenderungan berpikir

seseorang. Organisasi merupakan proses penataan informasi dan pengalaman

yang berlangsung secara terus menerus sehingga menciptakan skema. Skema

adalah sistem pemikiran atau tindakan yang terorganisir yang memungkinkan

untuk memikirkan berbagai objek dan kejadian yang terjadi. Adaptasi adalah

proses penyesuaian terhadap lingkungannya. Organisasi selalu berusaha untuk

mengorganisasikan proses berpikir menjadi cara untuk memahami dan

berinteraksi dengan dunia ini. Selain itu proses berpikir juga melibatkan adaptasi

(26)

9 informasi baru yang diperoleh dengan skema yang sudah dipahami. Akomodasi

merupakan proses untuk mengubah skema yang telah dipahami atau sudah ada

atau menciptakan skema baru. Jika anak tidak mampu melewati adaptasi untuk

mengkonstruksi pengetahuannya berarti anak mengalami proses

ketidakseimbangan (disequilibrium). Anak mampu mengkonstruksi atau mencoba

untuk mengkontruksi pengetahuannya kembali maka anak tersebut mengalami

proses equilibrium. Proses ini terjadi sebelum anak mengalami akomodasi atau

asimilasi.

Pengetahuan dikonstruksi melalui beberapa tahap. Piaget (dalam Suparno,

2001: 26-101) membagi perkembangan kognitif seseorang menjadi 4 tahapan.

Tahap pertama sensorimotor (0-2 tahun), pada usia ini anak mampu

mengkoordinasikan alat indera dengan lingkungannya seperti melihat, meraba,

menjamah, mendengar, dan membau. Anak mulai mempergunakan imitasi (proses

meniru), ingatan, dan pikiran. Tahapan kedua praoperasional (2-7 tahun), tahapan

ini anak sudah mengenal simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi.

Mampu memikirkan suatu kejadian dengan logika, tetapi belum sempurna. Anak

juga sudah mampu menganggap sesuatu yang sulit dengan melihat sudut pandang

orang lain. Pada tahap ini anak masih memiliki sikap egois.

Tahapan operasionalkonkret (7-11 tahun), pada tahap ini dicirikan dengan

perkembangan sistem pemikiran yang dilandaskan dengan aturan-aturan tertentu

yang bisa dinalar secara logis, pemikiran adaptasi dengan gambar di mana anak

dapat menggambarkan ingatan, pengalaman dan objek yang dialami, mampu

mengatasi masalah-masalah kongkrit, memahami hukum-hukum percakapan.

Selain itu anak mampu mengklasifikasikan, seriation (menggurutkan dari besar ke

kecil). Tahapan terakhir adalah operasional formal (11- dewasa), tahap ini anak

mampu mengatasi masalah secara abstrak dan logis dan menjadi lebih ilmiah

dalam berpikir. Mampu berpikir deduktif hipotetis, induktif saintifik, abstraktif

reflektif. Pemikiran deduktif hipotetif merupakan pemikiran di mana seseorang

mampu berargumentasi tentang sesuatu yang dianggapnya tidak benar, walaupun

kadang tidak mengalaminya sendiri. Pemikiran deduktif sendiri memiliki arti

sebuah pemikiran yang mengambil keputusan secara spesifik dari hal-hal umum.

(27)

kejadian-10 kejadian khusus menjadi kesimpulan yang lebih umum. Sedangkan pemikiran

abstraksi reflektif merupakan abstraksi yang digunakan unuk memperoleh

pengetahuan matematis logis dan tidak langsung kepada objek materi tertentu.

Misalnya penyelesaian tentang bilangan 5, apakah kelipatan 5 atau bilangan

loncat 5.

Teori perkembangan Piaget digunakan karena siswa kelas V memasuki

tahap operasional konkret di mana anak mampu berpikir logis, sehingga

memungkinkan anak untuk belajar menggunakan mind map. Penyelesaian

masalah yang logis menggunakan mind map akan membantu siswa dalam

mengkontruksi pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang

diperoleh. Proses berpikir logis juga membantu siswa dalam membuat mind map

sehingga pengetahuan menjadi lebih bermakna dan akan selalu diingat. Mind map

akan membantu siswa dalam memilih suatu permasalahan pembelajaran supaya

dapat diselesaikan secara logis. Metode mind map berbeda dengan metode yang

selama ini digunakan oleh guru secara umum. Di bawah ini akan dibahas

mengenai metode yang digunakan guru selama ini dalam mengajar secara umum.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Pembelajaran yang bermakna merupakan tujuan utama kegiatan belajar.

Kegiatan belajar melibatkan metode pembelajaran untuk menciptakan kondisi

belajar yang efektif. Majid (2009: 135) berpendapat bahwa metode merupakan

cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Yamin (2008: 152) juga

berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara menyajikan,

menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa

untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode yang sering digunakan guru

pada umumnya menurut Yamin adalah (1) metode ceramah (lecture), dilakukan

untuk kegiatan belajar dengan jumlah siswa yang banyak tetapi materi yang

diajarkan banyak dengan waktu yang terbatas. (2) Metode demonstrasi dan

eksperimen, dilakukan oleh orang atau ahli yang biasa atau mampu melakukan

demonstrasi dengan baik. (3) Metode tanya jawab, dilaksanakan apabila bertujuan

untuk meninjau ulang pembelajaran yang lalu, untuk menyelidiki pembicaraan,

(28)

11 Metode terebut merupakan contoh metode yang sering digunakan oleh

guru dalam mengajar. Metode tersebut kadang belum mampu menciptakan

pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Metode mind map akan membantu

siswa dalam memahami materi pelajaran yang belum jelas sehingga akan

menciptakan pembelajaran yang bermakna. Pemahaman yang belum jelas dapat

dicari dengan membuat mind map, sehingga siswa mampu mengkontruksikan

informasi yang sudah diketahui dengan informasi yang belum diketahui. Mind

map dikatakan sebagai metode karena dalam pembuatannya mind map

menggunakan langkah-langkah yang tetap. Penjelasan mind map secara rinci akan

dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

2.1.1.3 Mind Map

Mind map bersal dari kata mind yang berarti pikiran dan map yang berarti

peta (Gunawan, 2002: 243-237). Terkadang mind map disamakan dengan peta

konsep, padahal keduanya berbeda. Peta konsep adalah penghubungan yang

bermakna antara konsep-konsep yang memiliki arti lebih luas dan berkembang

dengan arti tertentu menggunakan kata-kata kunci atau kalimat penghubung antar

konsep (Sutiman dan Priyambodo, 2009: 12). Mind map merupakan cara paling

mudah dalam menempatkan informasi ke dalam otak dan keluar otak (Buzan,

2008: 4).

Membuka kreativitas, memperkuat ingatan dan mengubah hidup

merupakan tujuan Buzan dalam mengembangkan metode mind map. Mind map

juga merupakan cara kreatif dan efektif dalam mencatat dengan cara memetakan

pemikiran seseorang yang akan terlihat sangat sederhana. Michalko (dalam Buzan

2008: 6) menambahkan bahwa mind map akan membantu seseorang dalam hal-hal

tertentu, yaitu: (1) membantu mengaktifkan seluruh otak. (2) Membantu

memperbaiki akal (3) Mefokuskan diri pada pokok bahasan. 4) Membantu

menghubungkan informasi yang terpisah. (5) Memberikan gambaran yang jelas

tentang perincian dan perencanaan. (6) Membantu memperjelas tentang perincian

dan perencanaan. (7) Membantu mengelompokkan konsep yang membantu dalam

(29)

12 Beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika membuat mind map menurut

Buzan (2008: 15) adalah kertas kosong, pena atau pensil warna, otak dan

imajinasi. Mind map dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: (1) mulailah dari

bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar agar

terlihat bagus. (2) Gunakan foto atau gambar untuk ide sentral anda supaya

menarik dan mudah diingat. (3) Gunakan warna untuk membuat garis maupun

tulisan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua seperti dahan pohon.

(5) Buatlah garis hubung yang lengkung, bukan garis lurus supaya menarik. (6)

Gunakan satu kata kunci untuk satu garis agar mudah diingat. (7) Gunakan

gambar untuk cabang-cabang supaya lebih menarik dan mudah diingat. Berikut

ini adalah contoh mind map:

(Sumber: www.duniaanyakkita.blogspot.com)

Gambar 2.1 Contoh Mind Map

Dua alat penting dalam diri kita adalah imajinasi dan asosiasi. Imajinasi

merupakan pengandaian terhadap suatu hal, sedangkan asosiasi adalah proses

mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui. Jika ingin mengingat sesuatu hanya

perlu mengaitkan atau mengasosiasikan atau menghubung-hubungkan dengan

sesuatu yang telah diketahui dengan menggunakan imajinasi yang dimiliki. Buzan

(2008: 8) berpendapat bahwa imajinasi akan selalu membuat hal-hal yang ingin

ketahui menjadi nampak dan menarik, sehingga akan lebih mudah diingat.

Mind map sangat baik digunakan untuk siswa SD. Mind map dapat

(30)

13 materi yang dipelajari. Materi pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang terkadang

dianggap sulit oleh siswa. Karena itu, mind map akan membantu siswa dalam

memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga tidak akan terjadi

miskonsepsi. IPA secara umum akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

2.1.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Kejadian di dunia ini tidak luput dengan proses alam dan buatan. Iskandar

(2001: 1-12) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu

yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta. Pada

hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk, proses dan sikap. Sebagai produk

hasil dari memahami kegiatan yang dilakukan sesuai proses adalah pengetahuan,

jadi produknya berupa pengetahuan. Prosedur merupakan langkah kegiatan atau

sistematika penelitian guna memperoleh pengetahuan yang diinginkan, bisa

melalui eksperimen atau riset tertentu. Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 137)

berpendapat sama seperti yang diungkapkan Donosepoetro bahwa hakikat IPA

adalah proses, produk, hanya saja yang terakhir berupa aplikasi. Proses dan

produk memiliki arti yang sama, tetapi untuk aplikasi dilaksanakan ketika sudah

ada produk. Aplikasi ini difungsikan sebagai sarana bagi produk IPA yang akan

diujikan. IPA memiliki fungsi khusus, diantaranya adalah untuk menanamkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi manusia yang melek sains dan

teknologi dan untuk menguasai konsep sains sebagai bekal hidup di masyarakat

dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

IPA hakikatnya mengaitkan antara aspek logika material dengan aspek

jiwa spiritual yang merupakan dua sisi yang sangat berbeda. IPA mempelajari

ilmu yang membahas tentang alam semesta ini adalah keadaan alam, keadaan di

dalam ini, di atas bumi dan di luar angkasa. IPA juga membahas tentang benda

hidup dan benda mati yang ada di dunia ini. Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136)

berpendapat bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis dan

terbatas atas gejala-gejala alam. Jadi IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh

(31)

14 ada di bumi yang diperoleh dari metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen

serta menyertakan sikap ilmiah dalam pelaksanaannya. IPA memiliki berbagai

macam bahasan mengenai semua hal yang ada di dalam kehidupan. IPA juga

membahas mengenai benda tak hidup yang dapat digunakan manusia untuk

mempermudah pekerjaan mereka yang kadang-kadang dibuat dari material hidup.

Materi yang akan dibahas peneliti adalah pesawat sederhana. Penjelasan materi

yang lebih rinci akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

2.1.1.5 Materi IPA

Sulistyanto dan Wiyono (2008: 109) berpendapat bahwa semua alat yang

digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut sebagai pesawat

sederhana. Pesawat sederhana berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia.

Pesawat sederhana dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: a) Tuas juga dikenal sebagai

pengungkit. Terdapat tiga titik yang menggunakan gaya ketika mengungkit suatu

benda, yaitu beban (B), titik tumpu (T), dan kuasa (K). Beban merupakan berat

benda. Titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Kuasa merupakan

gaya yang bekerja pada tuas (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)

Gambar 2.2 Prinsip tuas golongan I.

Tuas digolongkan menjadi tiga yaitu tuas golongan pertama yang memiliki

ciri-ciri titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh benda yang

menggunakan prinsip tuas golongan satu yaitu jungkat-jungkit, gunting, linggis,

dan alat pencabut paku (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)

Gambar 2.3 Contoh tuas golongan I.

Tuas golongan kedua memiliki ciri-ciri beban berada di antara titik tumpu

(32)

15 yaitu gerobak beroda satu, alat pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri (dalam

Sulistyanto & Wiyono, 2008: 109).

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyoano, 2008: 110)

Gambar 2.4 Contoh tuas golongan II.

Tuas golongan ketiga memiliki ciri kuasa berada di antara titik tumpu dan

beban. Contohnya adalah skop, sendok, garpu, dan centong (dalam Azmiyawati,

dkk, 2008: 99).

(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 100)

Gambar 2.5 Contoh tuas golongan III.

Bidang miring digunakan untuk memindahkan beban yang berat.

Contohnya memindahkan barang dari truk ke jalan. Prinsip ini diaplikasikan

dalam alat, yaitu: pisau, kapak, pahat, tangga dan paku (bagian yang tajam dari

alat tersebut merupakan prinsip bidang miring), tangga. Selain itu prinsip jalan

berkelok-kelok di pegunungan juga merupakan salah satu dari prinsip kerja

bidang miring (dalam Sulistyanto & Wiyono, 2008: 115).

(Sumber: Sulistyanto & Wiyono, 2008: 115)

Gambar 2.6 Contoh benda yang menggunakan prinsip bidang miring.

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Katrol digolongkan

menjadi tiga, yaitu yang pertama katrol tetap merupakan katrol yang tidak

berpindah pada saat digunakan. Contoh katrol ini dipasang pada tiang bendera dan

(33)

16

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118)

Gambar 2.7 Contoh katrol tetap.

Katrol yang kedua adalah katrol bebas. Katrol ini posisinya tidak tetap

ketika digunakan. Katrol ini dipasang di atas tali yang kedudukannya dapat

berubah. Katrol ini biasanya dipasang di pabrik untuk mengangkat peti atau

bangunan, selain itu ada juga yang digunakan di pelabuhan (Sulistyanto dan

Wiyono, 2008:117-118).

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008:117-118)

Gambar 2.8 Contoh katrol bebas dan cara kerja katrol bebas.

Katrol yang ketiga adalah katrol majemuk. Katrol ini merupakan

perubahan dari katrol tetap dan katrol bebas. Keduanya dihubungkan dengan tali.

Pada katrol ini beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali yang lain

ditarik, maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas

(Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118).

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117-118)

Gambar 2.9 Contoh katrol majemuk.

Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros

yang dapat berputar bersama-sama. Contohnya: setir mobil, setir kapal, roda

sepeda, dan roda kendaraan bermotor.

2.1.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir merupakan kegiatan otak yang selalu dilakukan oleh manusia.

(34)

17 segala kegiatan yang melibatkan mental yang membantu merumuskan atau

memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk

memahami. Kegiatan berpikir tingkat tinggi disebut dengan berpikir kritis.

Johnson (2002: 183) memaparkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses

yang terarah dan jelas, dengan melibatkan kegiatan mental untuk memecahkan

suatu masalah, menggambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,

berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri sendiri dan orang lain serta

melakukan penelitian ilmiah. Adapun beberapa kebaikan dari berpikir kritis

menurut Johnson (2002: 185): (1) kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan

penuh percaya diri; (2) memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di

tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari; (3)

membuat siswa mampu mengevaluasi keyakinan dan pendapat diri sendiri; dan

(4) mampu mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari

pernyataan orang lain.

Berpikir kritis memungkinkan seorang siswa untuk mempelajari masalah

secara sistematis, menghadapi berbagai tantangan dengan cara yang terorganisasi,

merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang original. Berpikir

kritis dan kreatif merupakan satu hal yang sama tetapi berbeda arti. Berpikir kritis

tertuju pada sifat evaluatif, sedangkan berpikir kreatif tertuju pada generatif

kemampuan berpikir seseorang. Facione (1990) membagi pemikiran kritis

menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif

dibagi menjadi 6 kecakapan yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,

eksplanasi dan regulasi diri. Setiap kecakapan memiliki sub kecakapan tersendiri.

Interpretasi terdiri dari pembuatan kategori, memahami makna, dan menjelaskan

makna. Analisis terdiri dari cara menguji gagasan, mengidentifikasi argumen, dan

menganalisis argumen. Evaluasi yaitu menilai klaim, dan menilai argumen.

Inferensi terdiri atas menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan menarik

kesimpulan. Eksplanasi memuat cara menjelaskan hasil penalaran, menjustifikasi

prosedur dan menjelaskan argumen. Sedangkan regulasi diri terdiri dari

eksaminasi diri dan koreksi diri.

Dimensi disposisi dibagi menjadi enam kategori menurut Facione (2010)

(35)

18 informasi yang belum diketahui. (2) Analitis dan sistematis, di mana kegiatan

yang dilakukan bersifat menganalisis dengan lengkah yang sistematis. (3)

Evaluatif yaitu sikap yang dibutuhkan untuk menilai pernyataan diri sendiri

maupun orang lain. (4) Suka kesimpulan yang benar, di mana seseorang merasa

puas jika menemukan kesimpulan yang dianggap diri sendiri atau orang lain

benar. (5) suka penjelasan yang nalar, yaitu cara menyimpulkan sesuatu dilihat

dari logis tidaknya pemikiran. (6) Berpikir terbuka, yaitu sikap sadar untuk

merefleksikan kegiatan sendiri. Berdasarkan enam kemampuan berpikir kritis

dimensi kognitif di atas, pada penelitian ini akan dibahas tentang kemampuan

interpretasi dan kemampuan analisis yang akan dicapai melalui metode mind map

pada materi pesawat sederhana mata pelajaran IPA.

2.1.1.7 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis

Kemampuan interpretasi merupakan kemampuan paling awal pada enam

kemampuan yang diungkapkan oleh Facione. Facione (1990) menjelaskan bahwa

interpretasi merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami

dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian,

penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kecakapan

ini masih dibagi lagi dalam 3 sub-kecakapan, yaitu (1) kecakapan untuk membuat

kategori yaitu anak mampu membuat kategori pada hal-hal tertentu. Misalnya

mengkategorikan hewan berkaki empat dengan hewan berkaki dua. (2)

Menangkap makna adalah kemampuan siswa dalam memahami materi

pembelajaran yang sedang dipelajari. (3) Menjelaskan makna merupakan

kemampuan untuk menjelaskan kembali informasi yang sudah diperoleh.

Facione (1990) mengungkapkan bahwa analisis merupakan kecakapan

yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari

pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang

dimaksudkan untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman,

penalaran, informasi, atau opini. Kecakapan analisis masih dibagi lagi dalam 3

sub-kecakapan, yaitu: (1) kecakapan untuk menguji gagasan yaitu kemampuan

untuk membuktikan sebuah pendapat atau ide dengan kenyataan. (2)

(36)

19 tertentu. (3) Menganalisis argumen adalah kemampuan untuk memilah-milah

argumen dengan melihat argumen dari berbagai segi.

Penjelasan kedua kemampuan di atas merupakan landasan peneliti untuk

mencari beberapa penelitian yang relevan tentang berpikir kritis. Penelitian

tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian

yang relevan tersebut mengacu pada dua penelitian penting yaitu mind map dan

berpikir kritis yang di dalam berpikir kritis akan membahas kemampuan

interpretasi dan analisis. Penelitian yang relevan tersebut akan dipaparkan pada

pembahasan selanjutnya.

2.1.2 Penelitian-penelitian yang Relevan 2.1.2.1 Penelitian tentang Mind Map

Cahyani (2012), melakukan penelitian tentang pengaruh metode mind map

terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA di SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah kelas VA sebagai

kelas eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa

masing-masing kelas 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mind map

berpengaruh pada kemampuan mengingat ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed)

sebesar 0,047 (atau > 0,05) dan memahami ditunjukkan dengan harga Sig.

(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05).

Sutarni (2011) melakukan penelitian tentang penerapan metode mind

mapping dalam meningkatkan kemampuan mengajar soal cerita bilangan pecahan.

Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah kesulitan mengerjakan soal cerita

tentang bilangan pecahan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDK 3 BPK

PENABUR Jakarta dengan jumlah murid 32 siswa. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari persentase siswa yang dulunya

mampu mengerjakan soal cerita sebanyak 48% meningkat menjadi 87,5% dengan

target peningkatan 80%. Kemudian persentase siswa yang belum mampu

mengerjakan soal cerita yang dulunya 52% menjadi 12,5%.

Wahyuni (2009), melakukan penelitian Quantum learning dengan teknik

mind map untuk meningkatkan hasil belajar mata kuliah histologi-embrilogi.

(37)

20 mengetahui peningkatan hasil belajar melalui quantum learning dengan teknik

mind map. Subjek penelitian mahasiswa semester VI Studi Pendidikan Biologi

FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Hasil dari penelitian menunjukkan

terjadi peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) siklus I, II,

III sebesar 22%, 81,25 %, 96,87%, sedangkan pada ranah afektif rata-rata pada

siklus I, II, III sebesar 61,14%, 73,56%, 76,25%, sedangkan pada ranah

psikomotorik rata-rata siklus I, II, III adalah 63,69%, 75,71%, 78,83%.

Hartati (2012) meneliti tentang penerapan metode mind mapping sebagai

upaya untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman peserta didik dalam

pembelajaran IPS kelas VIII C SMP N 4 Wonosari. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui peningkatan kreativitas dan pemahaman peserta didik melalui metode

mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas VIII C SMP N 4 Wonosari. Subjek

penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII C SMP N 4 Wonosari sebanyak 32

siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kreativitas peserta didik

dari siklus I ke II dengan kategori tinggi meningkat 43,75%, kategori sedang

mengalami penurunan 21,88%, kategori rendah mengalami penurunan 12,49%

dan kategori sangat rendah mengalami penurunan 9,38%. Peningkatan dari siklus

II ke siklus III kategori sanggat tinggi meningkat 15,63%, kategori sedang

mengalami penurunan 21,88%, kategori rendah mengalami penurunan 9,38% dan

kategori sangat rendah mengalami penurunan 3,12%. Penerapan metode mind

mapping dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Hal ini dibuktikan

dengan peserta didik mencapai KKM pada siklus I 31,25% meningkat menjadi

78,13% dengan kriteria 75%.

2.1.2.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis

Rahayu (2011) meneliti tentang pengaruh penggunaan metode inkuiri

terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata

pelajaran IPA di SDK Ganjuran Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah kelas

VA sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar

(38)

21 Sedangkan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir krits

dengan harga Sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,001.

Hartati (2010) melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga

gaya gesek untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tujuan

penelitian ini untuk untuk mendapatkan alat peraga gaya gesek pada bidang yang

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Subjek penelitian adalah siswa

kelas X SMA N 2 Pekalongan sebanyak 34 responden. Hasil penelitian ini

meningkat, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji peningkatan keterampilan berpikir

kritis dengan uji t diperoleh terhitung = 5,389 dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa praktikum menggunakan alat peraga gaya

gesek pengembangan secara nyata mengalami peningkat, ditunjukkan dengan

peningkatan hasil belajar dari 65,24 naik menjadi 70,63.

Wassalwa (2012) meneliti tentang upaya peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa kelas VIII B SMP N 1 Ngemplak pada pembelajaran IPA dengan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah

megetahui keterlaksanaan model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kritis, besar peningkatan kemampuan berpikir kritis, dan respon siswa terhadap

model PBL. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP N 1 Ngemplak

yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran IPA

dengan model PBL memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir

siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata skor kemampuan berpikir

kritis siklus I adalah 73,71% dan meningkat pada siklus II menjadi 83,09%.

Sukaesih, Ristiasari, & Priyono (2012) meneliti tentang model

pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap kemampuan

berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mind map

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 6 Temanggung.

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII E dan VII G. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dengan

menggunakan mind map berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis di SMP

N 6 Temanggung dengan hasil analisis persentase menunjukkan bahwa

kemampuan memberikan penjelasan sederhana siswa pada kelas eksperimen dan

(39)

22 (71,43% dan 64,28%) maupun setelah dilakukan pembelajaran (89,73% dan

78,57%), sedangkan kemampuan siswa dalam mengatur strategi dan taktik

berpikir kritis siswa pada kedua kelas penelitian memiliki persentase terendah

baik sebelum dilakukan pembelajaran (52,27% dan 49,69%) maupun setelah

dilakukan pembelajaran (63,06% dan 52,72%).

Beberapa penelitian mengenai metode mind map dan kemampuan berpikir

kritis, menujukkan bahwa keduanya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Tetapi penelitian-penelitian sebelumnya belum banyak meneliti mengenai berpikir

kritis pada kemampuan interpretasi dan analisis lebih jauh, karena itu peneliti

ingin melihat lebih jauh mengenai dampak metode mind map terhadap

kemampuan interpretasi dan analisis.

2.1.2.3 Literature map

Gambar 2.10 Literature Map

Penelitian Mind Map Penelitian Berpikir Kritis

Sutarni (2011)

Mind mapping– kemampuan mengajar soal cerita bilangan pecahan

Wahyuni (2009)

Mind map– belajar mata kuliah histologi-embrilogi

Sukaesih, Ristiasari, & Priyono (2012)

Problem solving– kemampuan berpikir kritis

Hartati (2010)

Berpikir keritis – pengembangan alat peraga gaya gesek

Wassalwa (2012)

PBL – kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA

Rahayu (2011)

Inkuiri – prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata

pelajaran IPA Cahyani (2012)

Mind map– kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran

IPA

Hartati (2012)

Mind map– kreativitas dan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPS

Yang perlu diteliti :

(40)

23

2.2 Kerangka Berpikir

Mind map merupakan cara paling mudah dalam menempatkan informasi

ke dalam otak dan ke luar otak. Mind map membantu seseorang untuk

mempermudah memetakan suatu kegiatan, sedangkan untuk mata pelajaran

digunakan sebagai cara kreatif untuk menciptakan kebermaknaan pembelajaran

karena materi yang disajikan dapat dipetakan menurut kategori yang diinginkan.

Mind map membantu siswa menjadi lebih kreatif dan mampu menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan. Mind map mampu menarik perhatian siswa

karena menggunakan gambar dan warna sehingga terlihat menarik. Selain itu

mind map juga mempengaruhi seseorang untuk memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi dengan membuat mind map, sehingga akan menciptakan pemikiran yang

kritis terhadap materi pelajaran.

Berpikir merupakan kegiatan yang dilakukan manusia setiap saat. Berpikir

merupakan kegiatan yang melibatkan otak dalam pengorganisasiannya. Suatu

kegiatan yang terarah dan terorganisasi dalam memecahkan suatu masalah selalu

melibatkan pemikiran kritis. Berpikir kritis merupakan proses terarah yang jelas

yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengambil keputusan,

membujuk, menganalisis asumsi, berpendapat, mengevaluasi bobot pendapat diri

sendiri dan orang lain, serta melakukan penelitian ilmiah secara sistematis.

Melalui berpikir kritis, siswa mampu memiliki tingkat pemecahan masalah yang

lebih baik. Mind map dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran

sehingga menjadi bermakna dan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

Rasa ingin tahu yang tinggi akan menciptakan pemikiran yang kritis sehingga

siswa mampu berpikir kritis. Jika metode pembelajaran mind map diterapkan pada

materi IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta, penggunaan metode mind

map akan berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.

2.3 Hipotesis

2.3.1 Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan

interpretasi siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yoyakarta pada semester

(41)

24 2.3.1 Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan analisis

siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yoyakarta pada semester genap tahun

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Mind Map
Gambar 2.2 Prinsip tuas golongan I.
Gambar 2.5 Contoh tuas golongan III.
Gambar 2.8 Contoh katrol bebas dan cara kerja katrol bebas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan sirkulasi adalah suatu layanan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk melakukan proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka dalam waktu

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

Dimuat dalam prosiding seminar internasional Editorial board adalah para ahli dibidangnya yang berasal dari berbagai negara; penulis berasal minimal dari lima negara;

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,

Pada TWR, Traffic management akan lebih berguna untuk penataan traffic yang lebih rapi, terutama jika tidak terdapat DEL dan GND, maka akan dibutuhkan pemikiran dua kali lipat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Hal Ini menyebabkan bertambahnya para pelaku rantai pasok seperti adanya manufaktur yang mengolah produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah, pasar swalayan yang

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa perangkat keras yang akan digunakan sebagai pengembangan Perangkat lunak GPS Based Location Tracker Pada Platform Android