PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP
TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI
PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Nama: Probo Adi Yuniawan NIM: 101134212
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karunia-Nya.
2. Bapak Bambang Cipto Suroso dan Ibu Seti Tri Sejati atas
semangat , dukungan dan doa yang telah diberikan.
3. Kakakku Andri Suparyono dan adikku Totok Wijayanto.
4. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. dan Ibu Agnes
Herlina D H, S.Si., M.T., M.Sc. atas bimbingannya.
5. Semua sahabat dan teman-teman kuliah Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan.
v
MOTTO
Pengalaman adalah pijakan untuk melangkahkan satu
tingkat menuju kesuksesan selanjutnya —Probo—
Belajar itu justru dari yang salah, bukan dari yang lancar,
Yakinkan diri bahwa kita berani memutuskan, melihat
peluang dan segera beradaptasi sebelum inovasi baru datang
—Probo—
Manusia berkarya, Tuhan menghendaki. Kita tetap
berusaha, memaksimalkan kiat yang kita punya, maka
Tuhan akan berkarya dalam diri kita
—Probo—
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan,
kehilangan dan kekecawaan; tetapi kalau kita sabar, kita
segera akan melihat bentuk aslinya
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2014 Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Probo Adi Yuniawan
NIM : 101134212
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI
PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai Penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 21 Juli 2014 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Yuniawan, Probo Adi. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: mind map, kemampuan evaluasi, kemampuan inferensi, mata pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah ingin mengujicobakan salah satu metode pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yaitu metode mind map dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.
Desain penelitian ini menggunakan quasi-experimental design tipe
non-equivalent control group design. Tiap responden pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara random. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Sampel terdiri dari 31 siswa untuk kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB terdiri 31 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa 2 soal essai, satu
soal kemampuan evaluasi dan satu soal kemampuan inferensi. Pengumpulan data diperoleh dari pretest dan posttest.
ix
ABSTRACT
Yuniawan, Probo Adi. 2014. The Influence On The Using of Mind Map Method Toward Evaluative and Inference Ability for Science Subject in Elementary School of Kanisius Wirobrajan. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: Mind map, evaluative ability, Inference ability, science lesson
The background of this research is want to apply one method of learning in order to improve the thinking ability of students, namely mind map method and critical thinking ability. The research aim to identify the influence on the use of mind map on simple tool type identification material on the analytical and evaluative ability on science subject for students in elementary school Canisius Wirobrajan Yogyakarta.
The design of this research using quasi experimental design type non-equivalent control group design. Every respondents on the controlling group and
experiment group do not pick randomly. The Population of the research is all students fifth grade of elementary school Canisius Wirobrajan Yogyakarta. The
samples consists of 31 students to the class VA as experimental group, and the class VB consist 31 student as control group. Instrument research involved two test essay. One of test as evaluative ability and the other as inference ability. Data was obtained from pretest and posttest. Before conducting pretest and posttest, the instruments have fulfilled the requirement of validity and reliability
x
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmatnya yang telah diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Mind map terhadap Kemampuan Evaluasi dan Inferensi Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan beserta masukan yang bermanfaat untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD yang telah membantu memperlancar pengujian skripsi.
4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini tepat waktu.
5. Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Hr. Klidiatmoko, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.
7. Lia Pratiwi, S.Pd., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah memberikan waktu dan tenaganya untuk membantu penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.
xi
9. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
10.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai skripsi ini selesai.
11.Kedua orangtua terkasih (Bambang Cipto Suroso dan Seti Tri Sejati), yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi kepada Penulis.
12.Kakak (Andri Suparyono) dan adikku tercinta (Totok Wijayanto), yang selalu memberikan semangat kepada Penulis.
13.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA (Dani, Priyanti, Lala, Farida, Gramita, Lia, Renny, Tri, Yolanda, Lucia, Luki, Mita, Anjar, Bowo, Patris, Sinta, Yuni) yang telah memberikan banyak dukungan, masukan dan berbagi pengetahuan.
14.Teman-teman PPL SDK Wirobrajan 2014 (Dani, Priyanti, Paska, Hendri, dan Arma) yang telah membantu selama proses penelitian.
15.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, oleh karena itu Penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak. Besar harapan Penulis karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Definisi operasinal ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7
2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10
2.1.1.3 Mind Map ... 10
xiii
2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam... 14
2.1.1.6 Materi Pesawat Sederhana ... 16
2.1.1.7 Berpikir Kritis ... 19
2.1.1.8 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi ... 22
2.1.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 23
2.1.2.1 Penelitian-Penelitian tentang Kemampuan Berpikir Kritis ... 23
2.1.2.2 Penelitian-Penelitian tentang Mind Map... 24
2.2 Kerangka Berpikir ... 26
2.3 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Setting Penelitian ... 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2 Waktu Pengambilan Data ... 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
3.4 Variabel Penelitian ... 32
3.4.1 Variabel Independen (Bebas) ... 32
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)... 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.6 Instrumen Penelitian ... 34
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 35
3.7.1 Uji Validitas ... 35
3.7.2 Uji Reliabilitas ... 37
3.8 Teknik Analisis Data ... 38
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 38
3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan... 39
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 39
3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest Ke Posttest ... 40
3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 41
xiv
3.8.3.2 Uji Besar Efek Perlakuan (Effect Size) ... 41
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 43
3.8.3.3 Dampak Perlakuan pada Siswa ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Implementasi Pembelajaran... 46
4.1.1 Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 46
4.1.2 Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 48
4.2 Hasil Penelitian ... 50
4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.2.2 Analisis Data Penelitian Kemampuan Evaluasi ... 51
4.2.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 51
4.2.2.2 Uji Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi ... 52
4.2.2.3 Analisis Lebih Lanjut Kemampuan Evaluasi ... 54
4.2.3 Analisis Data Penelitian Kemampuan Inferensi ... 57
4.2.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Inferensi ... 57
4.2.3.2 Uji Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ... 58
4.2.3.3 Analisis Lebih Lanjut Kemampuan Inferensi ... 60
4.3 Pembahasan ... 63
4.3.1 Pengaruh Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi ... 64
4.3.2 Pengaruh Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi ... 64
4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa ... 65
4.3.3.1 Proses Belajar ... 65
4.3.3.2 Hasil Belajar ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72
5.3 Saran ... 72
DAFTAR REFERENSI ... 73
xv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Contoh mind map ciri-ciri mahluk hidup ... 12
Gambar 2.3 Prinsip kerja pengungkit golongan I ... 16
Gambar 2.4 Prinsip kerja pengungkit golongan II ... 17
Gambar 2.5 Prinsip kerja pengungkit golongan III ... 17
Gambar 2.6 Alat-alat bidang miring ... 17
Gambar 2.7 Katrol tetap ... 18
Gambar 2.8 Katrol bebas... 18
Gambar 2.9 Katrol majemuk ... 18
Gambar 2.10 Alat-alat roda berporos ... 19
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 33
Gambar 3.3 Rumus effect size data normal ... 42
Gambar 3.4 Rumus effect size data ridak normal ... 42
Gambar 3.5 Pemetaan Trianggulasi Data... 44
Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
Gambar 4.2 Kenaikan skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan evaluasi. ... 55
Gambar 4.3 Grafik perbandingan pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan Evaluasi ... 57
Gambar 4.4 Perbandingan Selisih Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 59
Gambar 4.5 Kenaikan skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan inferensi. ... 61
xvi
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Kemampuan Berpikir Kategori Kognitif ... 20
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 31
Tabel 3.5 Tabel Pengumpulan Data ... 34
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen... 35
Tabel 3.3 Hasil uji Validitas Soal Essay ... 37
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 38
Tabel 3.6 Kriteria Besar Efek Perlakuan... 42
Tabel 3.7 Topik Pedoman Wawancara ... 44
Tabel 4.1 Uji Normalitas Kemampuan Evaluasi ... 51
Tabel 4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Evaluasi ... 52
Tabel 4.3 Perbandingan Selisih Skor Kemampuan Evaluasi ... 53
Tabel 4.4 Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Evaluasi ... 54
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Besar Effect Size Kemampuan Evaluasi... 56
Tabel 4.6 Perbandingan Skor Posttest I dan Posttest II Kemampuan Evaluasi ... 56
Tabel 4.7 Uji Normalitas Kemampuan Inferensi ... 57
Tabel 4.8 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Inferensi... 58
Tabel 4.9 Perbandingan Selisih Skor Kemampuan Inferensi... 59
Tabel 4.10 Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Inferensi ... 60
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1.1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 77
Lampiran 1.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 86
Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 93
Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 103
Lampiran 1.5 Lembar Kerja Siswa 1 ... 111
Lampiran 1.6 Lembar Evaluasi ... 114
Lampiran 3.1 Instrumen Pengumpulan Data dan Kunci Jawaban ... 119
Lampiran 3.2 Rubrik Penilaian Soal Essay ... 121
Lampiran 3.3 Uji Validitas setiap Variabel... 124
Lampiran 3.4 Uji Reliabilitas Seluruh Soal ... 125
Lampiran 3.5 Rekapitulasi Nilai ... 126
Lampiran 3.6 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II ... 128
Lampiran 4.1: Hasil Uji Normalitas Kemampuan Evaluasi ... 134
Lampiran 4.2: Uji Perbedaan kemampuan awal Evaluasi ... 135
Lampiran 4.3: Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest Kemampuan evaluasi ... 136
Lampiran 4.4: Perbandingan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan evaluasi .... 137
Lampiran 4.5: Besar Efek Perlakuan terhadap Kemampuan Evaluasi ... 138
Lampiran 4.6: Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi ... 140
Lampiran 4.7: Hasil Uji Normalitas Kemampuan Inferensi ... 141
Lampiran 4.8: Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Inferensi... 142
Lampiran 4.9: Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Inferensi ... 143
Lampiran 4.10: Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Inferensi ... 144
Lampiran 4.11: Uji Besar Efek Perlakuan Kemampuan Inferensi ... 145
Lampiran 4.12: Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ... 147
Lampiran 5.1 Hasil Wawancara Siswa ... 148
Lampiran 5.2 Hasil Wawancara Guru ... 166
Lampiran 5.3 Foto-Foto Penelitian Kelas Eksperimen ... 168
Lampiran 5.4 Foto-Foto Penelitian Kelas Kontrol ... 169
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasinal. Sub bab tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bidang yang berperan dalam peningkatan kemajuan suatu bangsa. Seiring dengan keadaan Indonesia yang berkembang, penyelenggaraan pendidikan di sekolah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan mengajar yang menampilkan interaksi antara guru dan siswa. Guru berupaya agar pembelajaran berlangsung aktif dan kreatif agar siswa memusatkan perhatian pada pelajaran tersebut. Pembelajaran yang aktif dan kreatif dipengaruhi oleh cara guru menyampaikan materi dan metode pembelajaran yang digunakan guru. Selain itu juga dipengaruhi dari siswa sendiri dimana siswa perlu secara aktif membaca, mencari sumber lain dan meringkas bahan pelajaran untuk menambah informasi tentang materi yang sedang dipelajari. Pada proses pembelajaran hendaknya diterapkan prinsip pembelajaran yang menyenangkan serta berdasarkan pengalaman langsung, mengingat usia siswa Sekolah Dasar menurut Piaget termasuk pada tahap operasional konkret karena usia siswa Sekolah Dasar antara
7-11 tahun (Piaget dalam Suparno, 2001: 24)
2
merumuskan prosedur untuk memecahkan masalah. Sehingga siswa pun cenderung bosan dan membuat kegaduhan di kelas, pada akhirnya siswa kurang
memahami materi yang dipelajari. pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebaiknya menggunakan metode yang dapat membantu siswa dalam memotivasi diri dan menyenangkan bagi siswa. Siswa tidak hanya menerima tetapi aktif belajar sendiri dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dari hasil Progamme for International Student Assessment 2012 (OECD: 2013)Indonesia berada peringkat ke 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. PISA mengukur kecakapan anak-anak usia 15 tahun dalam mengimplementasikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Implementasi kecakakapan tersebut diterapkan dalam ketrampilan matematika, dan IPA. Kemampuan anak Indosesia usia 15 tahun dibidang matematika, sains, membaca masih rendah dibandingkan dengan anak-anak didunia. Anak Indonesia menghadapi kesulitan mengenai masalah-masalah kehidupan nyata yang diujicobakan dalam PISA. Anak-anak Indonesia seharusnya butuh keterampilan untuk menghadapi realitas. Sekolah Indonesia terlalu fokus mengajarkan kecakapan yang sudah kedaluwarsa, seperti menghafal dan berhitung ruwet. Sekolah Indonesia juga melupakan pembelajaran bernalar. Hal ini menunjukkan betapa pengalaman belajar itu tidak terjadi di sekolah-sekolah kita.
Penelitian yang dilakukan oleh bank dunia (Chang, Mae, dkk, 2014: 1-5),
pembelajaran IPA yang menggunakan metode konvensional oleh guru kurang berkesan pada siswa, siswa hanya diisi dengan pengetahuan secara abstrak. seolah-olah siswa hanya sebagai penerima informasi dan guru terus saja memberikan informasi tersebut dengan kegiatan yang kurang menarik bagi siswa. Kualitas guru menurut bank dunia belum meningkat, meskipun pemerintah sudah melakukan kebijakan untuk mengembangkan kompetensi guru, namun justru kebijakan tersebut tidak mengenai sasaran, seperti misalkan kebijakan sertifikasi guru, guru dituntut pandai menggunakan teknologi informasi maupun media pembelajaran. Namun pada kenyataan prestasi belajar siswa tidak meningkat sesuai dengan harapan.
3
saja. Kondisi pembelajaran sekarang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran IPA. Peter A. Facione berpendapat bahwa
berpikir kritis merupakan penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut (Facione, 1990). Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karena dapat mengajarkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi seperti pada kemampuan evaluasi dan inferensi yang menekankan siswa untuk mempertimbangkan dan mengidentifikasi suatu penalaran sebelum menerima begitu saja tanpa sebuah alasan yang jelas dalam menarik alasan yang masuk akal.
Berdasarkan fakta yang ada, pembelajaran IPA belum mengoptimalkan
kemampuan siswa. Metode pembelajaran yang baik akan mampu membuat siswa
aktif untuk berkreasi dan mengembangkan kemampuan berpikir ke tingkat lebih tinggi. Maka perlu diujicobakan suatu metode yang sesuai untuk kemampuan berpikir kritis pada kemampuan evaluasi dan inferensi dalam pelajaran IPA, salah satunya adalah metode mind map. Mind map adalah alternatif pencatatan informasi yang efektif dan mudah diingat dalam merencanakan sesuatu (Buzan, 2008: 5). Metode mind map dapat mengaktifkan setiap siswa dan dapat mengembangkan pola pikir serta kemampuan berpikir tinggi. Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) berpendapat bahwa saat kita membuat atau belajar menggunakan mind map kita akan mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, Dengan materi pesawat sederhana yang memiliki bahasan yang cukup luas, mind map dapat membantu fokus pada pokok bahasan dengan menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah. Pembelajaran menjadi semakin efektif dengan mind map karena siswa berproses langsung membuat ringkasan materi. Siswa dapat memusatkan perhatian pada pokok
4
untuk mengembangkan konsep-konsep yang dimiliki dengan cara yang efektif, mudah, sederhana, dan menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mencoba menerapkan metode mind map yang dapat membangkitkan motivasi siswa yang akhirnya dapat meningkatkan berpikir kritis siswa. Penelitian ini berfokus meneliti pengaruh penggunaan metode mind map terhadap berpikir kritis khususnya pada kemampuan evaluasi dan inferensi. Kemampuan evaluasi dan inferensi diukur dari hasil pretest dan posttest. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental dengan tipe non-equivalent control group design. Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SD kanisius Wirobrajan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2013/2014.Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Mata pelajaran yang diteliti adalah IPA materi pesawat sederhana dengan standar kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi pada siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta
semester genap tahun ajaran 2013/2014?
1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan inferensi pada siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2013/2014?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi pada siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2013/2014.
5
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti
Memberi pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi pembelajaran dalam kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode mind map.
1.4.2 Bagi sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan sekolah dan menjadi acuan untuk selalu mengadakan inovasi peningkatan hasil prestasi belajar.
1.4.3 Bagi Pendidik
Memperkaya wawasan pendidik mengenai inovasi proses belajar yang dapat meningkatan hasil belajar dengan metode pembelajaran mind map 1.4.4 Bagi Siswa
Dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam mempelajari materi dengan menggunakan metode mind map.
1.5Definisi operasinal
Definisi operasinal adalah definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau operasinal yang diperlukan untuk mengukur variabel (Sangadji, 2010).
1.5.1 Metode pembelajaran adalah cara pembelajaran yang sistematis yang digunakan guru agar mempermudah menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa.
1.5.2 Metode mind map adalah suatu metode belajar yang dapat mempermudah dalam mengingat dan memahami suatu materi dari satu tema pokok ke dalam bentuk sub-sub tema
1.54 Kemampuan berpikir adalah suatu kegiatan berkembangnya ide dan konsep yang melibatkan jalan pemikiran dalam diri seseorang.
6
1.56 Kemampuan evaluasi adalah kemampuan menilai argument mengenai kesesuain materi dengan konsep membuat keputusan sesuai dengan
kriteria dan standar.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Pada tinjauan pustaka akan membahas mengenai teori yang relevan dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Dalam kerangka berpikir akan dijelaskan mengenai variabel dan hubungan antara variabel independen dan dependen. Pada sub bab terakhir akan membahas mengenai hipotesis yang merupakan dugaan jawaban sementara dari penelitian ini.
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1Teori Perkembangan Anak
Piaget mengemukakan bahwa anak-anak mengkontruksi keyakinan-keyakinan dan pemahaman-pemahaman mereka berdasarkan pengalaman. Mereka akan membentuk pemahaman yang semakin kompleks mengenai apa saja yang mereka amati. Teori ini terkadang disebut teori konstruktivisme (construktivism) (Piaget dalam Ormrod 2008: 41).
Dalam Piaget, hal-hal yang dipelajari anak akan diorganisasikan sebagai skema (schemes). Pikiran dan tindakan tersebut akan digunakan secara berulang-ulang dalam rangka merespon lingkungan. Seiring berjalannya waktu, skema-skema ini akan dimodifikasi melalui pengalaman dan menjadi terintegrasi satu
sama lain. Pengetahuan dan proses berpikir yang semakin terorganisir secara progesif memungkinkan anak-anak berpikir dengan cara-cara yang semakin kompleks dan logis (Piaget dalam Ormrod 2008: 41).
8
diwaktu berbeda anak melempar batu, batu akan jatuh ke tanah. Anak yang belum tahu mengenai gaya gravitasi akan memberikan kesimpulan bahwa semua benda
yang dilempar akan jatuh ke tanah karena gaya tarik ke tanah (gaya gravitasi), (Piaget dalam Ormrod 2008: 41).
Anak dapat mendapatkan manfaat, atau mengakomodasi pengalaman-pengalaman baru jika mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman-pengalaman-pengalaman tersebut dengan pengetahuan dan keyakinan yang mereka miliki. Kondisi seperti ini biasa disebut dengan ekuilibrium. Meski demikian ekuilibrium tidak berlangsung tanpa akhir. Terkadang anak menjumpai situasi-situasi dimana pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki tidak memadai atau disekuilibrium. Proses pergerakan dari ekuilibrium ke disekuilibrium dan kembali ke ekuilibrium disebut sebagai ekulibrasi (equilibration). Dalam pandangan Piaget, ekuilibrasi dan hasrat intrinsik anak untuk meraih ekuilibrium mendorong perkembangan kemampuan berpikir dan pengetahuan yang semakin kompleks (Piaget dalam Ormrod 2008: 42).
Perubahan-perubahan yang terjadi diotak bersamaan seiring bertambahnya usia, Piaget berspekulasi bahwa otak memang berubah secara signifikan. Perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadinya proses-proses berpikir yang semakin kompleks (Piaget dalam Ormrod 2008: 43). Berikut merupakan tahapan perkembangan konitif menurut Piaget (dalam Nuryanti, 2008:19) yang
mempunyai empat tahap sebagai berikut: 1) Periode Sensorimotor (dari lahir - 2 tahun)
Sejak dari lahir anak memahami dunia dari apa yang dilihat dan ditangkap indera mereka yang lain. Mereka berkembang dari fungsi refleks yang sederhana menuju skema melalui beberapa tahap. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu memunculkan respon dalam urutan yang lebih kompleks, seperti mampu mengambil benda yang tersembunyi di balik sapu tangan.
2) Periode Pra-operasianal (2 - 7 tahun)
9
Penggunaan simbol ini menunjukkan peningkatan kemampuan mengorganisasi informasi dan kemampuan berpikir. Pada periode ini anak
belum mampu mengembangkan konsep tentang aturan dalam bermain, namun hanya melakukan apa yang boleh dan tidak boleh seperti dikatakan orang dewasa di sekitar mereka.
3) Periode Operasianal Konkret (7 - 11 tahun)
Dalam tahap ini anak mencapai struktur logika tertentu yang memungkinkan mereka membentuk beberapa operasi mental, namun masih terbatas pada objek-objek yang konkret. Anak-anak menunjukkan kemampuan untuk mengklasifikasikan beberapa tugas dan mengurutkan objek dalam aturan tertentu. Pada periode ini anak-anak juga mulai mampu membuat kategorisasi objek berdasarkan atribut yang tidak saja terlihat (seperti kategori berdasarkan warna), namun berdasarkan label kategori yang lain, seperti kelompok binatang, angka, dan kendaraan.
4) Periode Operasional Formal (11 - 15 tahun)
Pada periode ini operasional mental anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret, namun mereka sudah dapat menerapkannya pada pernyataan verbal dan logika, baik pada objek yang nyata maupun tidak. Kemampuan untuk menggeneralisasikan pernyataan yang abstrak sudah muncul, begitu juga untuk beberapa hipotesis dan kemungkinan hasilnya.
Individu juga mampu memahami proporsi, manipulasi aljabar, dan proses-proses abstrak yang lain.
10
2.1.1.2Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru hendaknya dapat
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Sanjaya (2006: 147) menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai secara optimal. Berikut ini merupakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam proses belajar di kelas.
Beberapa ahli telah menjelaskan beberapa metode yang sering diterapkan dalam pembelajaran. Namun, belum ada penjelasan yang membahas tentang metode mind map. Padahal mind map termasuk dalam salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu peneliti membahas metode mind map pada sub-bab yang berbeda agar metode mind map dapat dimengerti lebih jelas.
2.1.1.3Mind Map
Buzan (2008: 4) mengatakan mind map adalah teknik mencatat yang kreatif, efektif, sederhana, dan dapat memetakan pikiran kita. Mind map merupakan peta rute bagi ingatan yang memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran dengan sedemikian rupa. Dengan menggunakan mind map dapat menggapai berbagai materi ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari
segala sudut.
Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) berpendapat bahwa mind map mempunyai beberapa tujuan yaitu mengaktifkan seluruh otak, memungkinkan kita terfokus pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian- bagian informasi yang saling terpisah, memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu membandingkannya, memusatkan perhatian kita pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
11
menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, dan melihat
gambar keseluruhan.
Michalko (dalam Buzan, 2011: 6) menjelaskan bahwa mind map akan mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu kita membandingkan.
Pembuatan mind map begitu mudah dan alami. Buzan (2008: 14) menguraikan bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat mind map yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, proses berpikir, imajinasi. Dengan bahan-bahan tersebut, maka dapat dimulai langkah-langkah dalam membuat mind map. Berikut tujuh langkah dalam membuat mind map (Buzan, 2008: 15):
a. Memulai menulis pokok bahasan dari bagian tengah kertas kosong. sisi panjang kertas diletakkan mendatar. Dengan memulai dari tengah dapat memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah.
b. Menggunakan gambar atau foto sentral. Dengan sebuah gambar dapat bermakna seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi. Gambar sentral
akan lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu berkonsentrasi dan mengaktifkan otak.
c. Menggunakan warna karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map menjadi lebih hidup. Warna dapat menambah energi kepada pemikiran kreatif sehingga menyenangkan.
d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya, karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang, maka akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
12
f. Menggunakan satu kata kunci utuk setiap garis karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map.
g. Menggunakan gambar karena seperti gambar sentral, setiap gambar mempunyai makna seribu kata.
Berikut merupakan contoh gambar mind map:
Gambar 2.1 Contoh mind map ciri-ciri mahluk hidup
(Sumber: http://exstudy.blogspot.com/2011/04/minds-mapping-ipa-sd.html)
Metode mind map merupakan salah satu metode yang dapat membantu siswa dalam mencerna materi pembelajaran. Mind map dapat mengaktifkan siswa kerena keunikanya dapat membuat siswa tertarik untuk berimajinasi dengan mengembangkan sebuah tema menjadi bagian sub-sub tema dari yang dipelajari. mind map dapat membuat siswa merasa antusias untuk berekspresi sekaligus memahami materi, sehingga dengan bantuan mind map siswa akan mengakomodasi pengetahuan lama dan mengasimilasi pengetahuan baru dalam bentuk karya mind map. Maka materi pembelajaran dapat diingat lebih lama.
2.1.1.4Perbedaan Mind Map dengan Peta Konsep
13
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Suparno (dalam Yogihati, 2010: 105) memaknai peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk mempresentasikan
suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep. Yogihati (2010: 105) mengartikan peta konsep dapat diartikan sebagai alat yang skematis untuk menunjukkan arti suatu konsep berdasarkan proposisi. Peta konsep ini mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep disusun hirarki, konsep yang lebih umum berada di atas dalam peta, sedangkan yang khusus di bawah dan relasi antar konsep diletakkan di antara konsep-konsep dengan anak panah. Berikut merupakan contoh peta konsep:
Gambar 2.2 Contoh peta konsep
(Sumber: http://belajar-ipa-asyik.blogspot.com/p/peta-konsep.html)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peta konsep dan mind map mempunyai perbedaan arti yang mendasar. Peta konsep dapat memperlihatkan arti
14
yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
2.1.1.5Ilmu Pengetahuan Alam 1) Hakikat IPA
Iskandar (2001: 2) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA adalah mata pelajaran tentang penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola keteraturan dalam alam. Mempelajari IPA tidak hanya berkaitan dengan alam dan prosedur penelitian, namun berkaitan juga dengan hakikat IPA. Hakikat IPA, antara lain IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai teori (Iskandar, 2001: 3-8)
a) IPA sebagai Produk.
IPA selalu menghasilkan pengetahuan baru yang berdasarkan proses yang sistematik. Produk-produk IPA antara lain yaitu fakta, konsep, prinsip dan hukum. Fakta dalam IPA yaitu pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang menggabungkan fakta-fakta yang ada sehingga saling berhubungan. Prinsip IPA adalah deskripsi yang paling tepat tentang objek atau kejadian. Hukum sering merupakan prinsip-prinsip yang sudah mengalami pengujian.
b) IPA sebagai Proses.
Pada pembelajaran, cara kerja untuk memperoleh suatu hasil dalam IPA mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam penyelidikan. Keterampilan proses dalam IPA berkaitan dengan mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik, melakukan eksperiman.
c) IPA sebagai dimensi sikap
15
2) Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam Depdikbud (2007: 485) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan seperti memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. IPA juga mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Selain itu IPA mampu mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Dengan IPA akan memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 3) Ruang lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD adalah sebagai berikut (Depdikbud, 2007: 485):
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas. c) Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta, meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
16
2.1.1.6Materi Pesawat Sederhana
Standar Kompetensi IPA kelas V yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Sedangkan kompetensi dasar yang dipilih adalah 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Kekuatan otot manusia terbatas. Setiap melakukan suatu pekerjaan akan menemui kesulitan. Misalnya membuka tutup botol, memanjat pohon, menimba air, dan memindahkan barang yang berat. Oleh karena itu, diperlukan alat untuk mempermudah pekerjaan tersebut yaitu dengan menggunakan pesawat sederhana. Pesawat sederhana dapat memperkecil gaya yang dikeluarkan.
Berikut merupakan jenisjenis pesawat sederhana (Azmiyawati, 2008: 99 -117):
1) Pengungkit atau Tuas
Pengungkit atau tuas memiliki tiga titik yang menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban (B), titik tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut kuasa. Pengungkit/tuas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Pengungkit Golongan I
Pada pengungkit golongan I, letak tumpu di antara titik beban dan kuasa. Catut, gunting, dan pencabut paku merupakan alat-alat yang menggunakan prinsip kerja pengungkit golongan I.
(Sumber: Azmiyawati, 2008: 99) Gambar 2.3 Prinsip kerja pengungkit golongan I
b) Pengungkit Golongan II
Pada pengungkit golongan II, letak beban di antara titik tumpu dan kuasa. Kereta sorong, pembuka kaleng, dan pemotong kertas merupakan alat-alat yang
17
(Sumber: Azmiyawati, 2008: 99) Gambar 2.4 Prinsip kerja pengungkit golongan II
c) Pengungkit Golongan III
Pada pengungkit golongan III, letak kuasa di antara beban dan titik tumpu. Stapler, pinset, dan sapu menggunakan prinsip kerja pengungkit golongan III.
(Sumber: Azmiyawati, 2008: 100) Gambar 2.5 Prinsip kerja pengungkit golongan III
2) Bidang Miring
Untuk memindahkan benda-benda yang terlalu berat. Cara paling mudah memindahkan peti ke dalam truk yaitu dengan menggunakan bidang miring. Peti dapat didorong atau ditarik melalui bidang miring. Tenaga yang dikeluarkan lebih kecil daripada mengangkat peti secara langsung. Contoh lain peralatan yang menggunakan prinsip bidang miring adalah tangga, pisau, obeng, sekrup, dan
paku. Bagian yang tajam dari peralatan tersebut adalah menggunakan prinsip bidang miring (Sulistyanto, 2008:115).
(Sumber: Azmiyawati, 2008:102)
Gambar 2.6 Alat-alat bidang miring
3) Katrol
18
a) Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan
untuk memindahkan benda. Contoh katrol tetap seperti katrol yang digunakan pada sumur timba, tiang bendera, dan tarikan burung.
(Sumber: Azmiyawati, 2008: 103 dan Sulistyanto, 2008: 117) Gambar 2.7 Katrol tetap
b) Katrol Bebas
Katrol bebas merupakan katrol yang berubah posisinya ketika
digunakan untuk memindahkan benda. Contoh katrol bebas seperti katrol yang digunakan fly fox dan alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
(Sumber: Sulistyanto, 2008: 118) Gambar 2.8 Katrol bebas
c) Katrol Majemuk
Katrol majemuk adalah perpaduan katrol yang tetap dan katrol bebas. Contoh katrol majemuk seperti katrol yang digunakan pada alat-alat pengangkat proyek bangunan.
19
4) Roda Berporos
Roda berporos adalah roda yang dihubungkan dengan sebuah poros dan
dapat berputar bersama-sama. Adanya roda memungkinkan manusia untuk bergerak lebih cepat dan mudah. Ketika berangakat ke sekolah dengan mengendarai sepeda tentu lebih cepat daripada berjalan kaki. Bahkan, orang lumpuh kakinya pun dapat bergerak lebih cepat dengan menggunakan kursi roda. Roda berporos juga digunakan dalam mesin-mesin kendaraan maupun industry. Contoh peralatan yang menggunakan prinsip roda berporos yaitu roda pada mobil, roda pada sepeda, setir mobil, roda dokar, dan setir kapal (Azmiyawati, 2008: 104).
(Sumber: Azmiyawati, 2008: 105 dan Sulistyanto, 2008: 119) Gambar 2.10 Alat-alat roda berporos
Materi pesawat sederhana merupakan cara yang mudah dan cepat untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam beberapa perkerjaan sehari-hari dibutuhkan alat sesuai untuk memperlancar pekerjaan, tentu hal ini diperlukan kecermatan untuk memilih alat–alat yang sesuai. Dengan metode mind map diharapkan siswa mampu berpikir kritis memilih dan menjelaskan alat yang sesuai untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
2.1.1.7Berpikir Kritis
Johnson (2007: 183) berpendapat berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara terorganisir. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk
20
sekali melihat makna dibalik informasi dan kejadian. Kemampuan ini merupakan keinginan untuk mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti
logis dan logika yang benar. Pencarian akan kebenaran dapat membuat berhati-hati dalam menarik kesimpulan, cepat mengakui kebodohan, rindu mendapatkan informasi baru, sabar dalam menyelidiki bukti, toleran terhadap sudut pandang baru, dan mau mengakui kelebihan sudut pandang orang lain dibandingkan dengan sudut pandang mereka sendiri (Johnson, 2007: 184).
Peter A. Facione (1990) berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut. Facione menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif.
1) Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif
Dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kecakapan mental yang paling penting yang terdiri dari 6 kemampuan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Kemampuan dalam dimensi kognitif ini dapat dilihat dalam bagan berikut:
Tabel 2.1 Kemampuan Berpikir Kategori Kognitif
Kemampuan Sub- Kemampuan 1. Interpretasi 1. Membuat kategori
2. Memahami makna 3. Menjelaskan makna
2. Analisis 1. Menguji gagasan
2. Mengidentifikasi argumen 3. Menganalisis argument
3. Evaluasi 1. Menilai klaim 2. Menilai argument
4. Inferensi 1. Menguji bukti-bukti 2. Menerka alternatif 3. Menarik kesimpulan
21
2. Menjustifikasi prosedur 3. Menjelaskan argument
6. Regulasi diri 1. Eksaminasi diri 2. Koreksi diri
Interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan menjelaskan pengertian dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusan, kejadian, kepercayaan, aturan, prosedur dan kriteria.
Analisis adalah kemampuan mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan lain untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi, atau opini.
Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kebenaran pernyataan yang digunakan untuk menyampaikan pemikiran, persepsi, pandangan, keputusan, alasan, serta opini.
Inferensi adalah kemampuan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya.
Eksplanasi adalah kemampuan menyatakan hasil pemikiran, penjelaskan alasan berdasarkan pertimbangan bukti, konsep metodologi, kriteriologi dan konteks.
22
2) Kemampuan Berpikir Kritis Dimensi Disposisi Afektif
Facione menjelaskan bahwa disposisi afektif lebih merupakan sikap yang
menjadi dasar dalam mendekati permasalahan. Dalam disposisi afektif masih dibagi lagi dua bagian, yaitu:
a) Sikap umum
Sikap yang termasuk dalam kategori sikap umun ada 12 sikap yaitu 1) Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan. 2) Berusaha untuk selalu mendapatkan informasi yang memadai. 3) Sadar untuk berpikir kritis. 4) Mengedepankan proses inkuiri yang rasional. 5) Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar. 6) Berpikiran terbuka terhadap berbagai pandangan yang berbeda. 7) Fleksibel untuk mempertimbangkan alternatif dan pendapat lain yang berbeda. 8) Mau memahami opini orang lain. 9) Menghargai nalar. 10) Jujur akan kecenderungan adanya bias, prasangka, dan egosentrisme atau sosiosentrisme. 11) Hati-hati dalam menangguhkan, membuat, atau mengubah penilaian. 12) Kesediaan untuk meninjau ulang pandangan sendiri jika bukti mengatakan yang berbeda.
b) Sikap khusus
Sikap yang termasuk dalam kategori sikap khusus ada tujuh sikap yaitu: 1) Kejelasan dalam merumuskan permasalahan. 2) Sabar dalam menghadapi permasalahan yang kompleks. 3) Tekun mencari informasi yang relevan. 4)
Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria. 5) Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan. 6) Daya tahan dalam menghadapi kesulitan. 7) Ketajaman dalam menganalisis permasalahan dan latar belakangnya.
Dalam penelitian ini, dimensi kognitif yang difokuskan oleh peneliti hanya pada kemampuan evaluasi dan inferensi. Pada pembahasan selanjutnya merupakan pembahasan mengenai dua kemampuan tersebut (Facione, 1990).
2.1.1.8Kemampuan Evaluasi dan Inferensi
a) Evaluasi
23
yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau ungkapan lainnya. Sub kemampuan dalam evaluasi yaitu menilai klaim dan manilai argumen.
b) Inferensi
Inferensi merupakan kemampuan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menrik alasan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan, dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan lainnya. Sub kemampuan dalam inferensi yaitu menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan menarik kesimpulan.
2.1.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan
2.1.2.1Penelitian-Penelitian tentang Kemampuan Berpikir Kritis
Penelitian yang dilakukan oleh A. Sochibin, P. Dwijananti, P. Marwoto (2009) bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa ,pertumbuhan dan perkembangan keterampilan bepikir kritis siswa terhadap pokok bahasan air dan sifatnya. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Sampel penelitian adalah kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang. Pengumpulan data dialkukan dengan metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menumbuh
kembangkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD pokok bahasan air dan sifatnya.
24
penelitian diperoleh rata-rata persentase hasil evaluasi student worksheet dari dosen ahli 70%, dari guru fisika SMA 80,66%, dari teman sejawat 81,33%.
Penggunaan student worksheet dengan pendekatan problem solving dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis dengan rata-rata skor posttest sebesar 88.
Penelitian yang dilakukan A. Setyowati, B. Subali, Mosik (2011) berujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika terhadap kemampuan berpikir kritis, pemahaman konsep dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sampel penelitian yaitu VIIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol. Dari analisis uji rata-rata dua pihak atau uji t diperoleh harga ttabel < thitung yang berarti bahwa terdapat perbedaan terhadap rata-rata kemampuan berpikir kritis, tabel hitung pemahaman konsep dan hasil belajar kognitif kedua kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi pendekatan konflik kognitif pada pokok bahasan tekanan efektif digunakan dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, pemahaman konsep dan hasil belajar kognitif siswa kelas VIII SMP.
2.1.2.2Penelitian-Penelitian tentang Mind Map
Penelitian yang dilakukan Dewa Ayu Made Manu Okta Priantini, Nengah Bawa Atmadja, A.A.I.N Marhaeni (2013) bertjuan untuk mengetahui pengaruh
25
Mapping lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F
hitung sebesar 8,41 dan Sig. = 0,001).
Penelitian yang dilakukan Tia Ristiasari, Bambang Priyono, Sri Sukaesih (2012) bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 6 Temanggung. Penelitian eksperimental ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah VII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VII E sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian diperoleh peningkatan tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar 0,40 (sedang) sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,23 (rendah). Hasil uji t-test menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen berbeda signifikan dengan kelas kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 6 Temanggung.
Penelitian yang dilakukan Netti Yuniarti, St. Y. Slamet, Budhi Setiawan (2013) bertujuan untuk(1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerita penek siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak dengan metode peta pikiran (mind mapping), dan (2) meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa IX A SMP Negeri 9 Pontianak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian
26
Hasil penelitian sebelumnya dapat dibuat peta literatur sebagai berikut :
Gambar 2.11 Literatur Map
Penelitian-penelitian terdahulu belum menjelaskan pengaruh mind map tehadap berpikir kritis, maka peneliti bermaksud mengisi kekosongan penelitian yang sudah ada yaitu mind map dan berpikir kritis kemampuan evaluasi dan
inferensi.
2.2Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran IPA membutuhkan metode untuk membantu mempermudah keterampilan berpikir siswa. Metode mind map merupakan contoh metode pembelajaran yang mampu mengaktifkan dan mendorong siswa belajar aktif dan kreatif. Mind map dapat membantu siswa dalam memahami peta rute materi yang memungkinkan kita menyusun fakta dan konsep materi. Dengan
Mind map Berpikir Kritis
Priantini, dkk (2013)
Mind Map– berpikir kreatif dan Prestasi Belajar
Sochibin A., dkk (2009)
Metode inkuiri terpimpin -- Berpikir Kritis
Febriana A., Dkk (2013)
Pendekatan Problem Solving -- Berpikir Kritis Ristiasari, dkk (2012)
problem solving & Mind Map
– berpikir kritis
Setyowati A., dkk (2009)
Pendekatan konflik kognitif - Berpikir Kritis Yuniarti N., dkk(2013)
Mind Map– menulis ceita pendek
Yang perlu diteliti: Penggunaan Mind Map -
27
menggunakan mind map dapat menggapai berbagai materi ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Sehingga dengan mind map akan
mengaktifkan seluruh otak, membantu menunjukkan hubungan antara bagian- bagian informasi yang saling terpisah, membantu membandingkannya, memusatkan perhatian kita pada pokok materi, dan kemampuan kognitif yang tertinggi dapat tercapai dengan baik.
Kemampuan berpikir kritis dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kecakapan mental yang paling penting. Kemampuan ini merupakan keinginan untuk mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti logis dan logika yang benar. Pembelajaran IPA merupakan proses belajar ilmu alam yang membutuhkan pemikiran logis. Pembelajaran yang baik tentu membutuhkan metode yang dapat mempengaruhi perkembangan berpikir kritis pada anak.
Penggunaan mind map diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis kategori kognitif peserta didik. Jika metode mind map diterapkan pada kelompok eksperimen, pencapaian perkembangan berpikir kritis anak akan lebih tinggi daripada perkembangan berpikir kritis kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode mind map.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi pada siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1Jenis Penelitian
Sugiyono (2010: 109-118) menjelaskan ada empat jenis penelitian eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi experimental Design tipe Nonequivalent Kontrol Group Design (Sugiyono, 2010: 114). Pada metode kuasi eksperimen memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Creswell menyatakan bahwa tipe nonequivalent control group design menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara tidak acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui adanya atau tidaknya perbedaankemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Creswell, 2010: 242). Pada penelitian eksperimental murni (True Experimental Design) pemilihan sampel dengan cara random bertujuan untuk
memastikan bahwa kedua kelompok memilki kemapuan yang setara. Meskipun pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian quasi-experimental tidak dilakukan secara random, namun dalam penelitian ini akan dilakukan uji perbedaan kemampuan awal untuk memastikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang setara.
29
hasilnya negatif maka efek kausal negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka kausalnya positif atau ada pengaruh. Berdasarkan
penjelasan di atas, desain penelitian dengan quasi-experimental design tipe n on-equivalent control group design dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
= Rerata skor pretest kelompok eksperimen = Rerata skor posttest kelompok eksperimen
x = Treatment/perlakuan dengan metode mind map = Rerata skor pretest kelompok kontrol
= Rerata skor posttest kelompok kontrol
Semua data yang diobservasi adalah data yang diambil dari variabel dependen dengan pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan data dari variabel independen tidak dianalisis.
3.2Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Sekolah ini beralamat di jalan HOS
Cokroaminoto No 8, Pakuncen, Yogyakarta. Peneliti memilih SD Kanisius Wirobrajan karena Peneliti tertarik dengan proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2014 pukul 07.30 – 09.00 WIB siswa mengalami suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. Guru lebih banyak memberikan tugas dan ceramah dalam pembelajaran di kelas. Jika terjadi keadaan yang demikian seharusnya prestasi belajar siswa rendah, tetapi yang terjadi di SD Kanisius Wirobrajan siswa tetap memperoleh nilai yang bagus pada mata pelajaran IPA. Hal ini yang membuat
30
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan metode
mind map dalam kemampuan berpikir kritis yaitu evaluasi dan inferensi. Selain hal itu, sekolah ini mempunyai kelas yang paralel sehingga dapat digunakan untuk penelitian jenis eksperimen, karena dalam penelitian eksperimen membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah siswa yang diteliti di SD Kanisius Wirobrajan juga lumayan banyak, dengan jumlah siswa yang memadai tersebut diharapkan mendapatkan data penelitian yang normal.
Sekolah mempunyai tenaga karyawan sebanyak 26 orang, yang terdiri dari 12 guru kelas satu sampai kelas enam pararel. Sisanya adalah kepala sekolah, guru bidang, penjaga sekolah, dan karyawan bantu. Jumlah total siswa yang ada disekolah ini sebanyak 390 yang tersebar dikelas pararel. Karakter siswa yang terlihat yaitu anak sering nakal seperti layaknya anak SD pada umumnya, namun mereka mudah diatur. Di sekolah belum melayani anak kebutuhan khusus. Hal ini dikarenakan sekolah tidak memiliki tenaga pengajar untuk anak berkebutuhan khusus. Kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi rutinitas sekolah di luar kegiatan pembelajaran. Seperti kegiatan taekwondo, seni karawitan, seni tari, paduan suara, kegiatan pramuka, dan ekstra bimbingan bahasa inggris. Sehingga berbagai prestasi ditunjukan oleh siswa-siswinya, seperti menang lomba menggambar, bernyanyi, menang lomba tari se-DIY.
3.2.2 Waktu Pengambilan Data
Waktu pelasanaan penelitian dilakukan di semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2014. Krathwohl (2004: 547) berpendapat bahwa pengambilan data eksperimental dianjurkan dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk mengurangi bias.
31
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Kegiatan Alokasi sederhana jenis tuas atau pengukit
3 x 35 menit 7 Februari 2014 membuat mind map secara keseluruhan.
3 x 35 menit 24 Februari 2014 sederhana bagian tuas atau pengukit
2 x 40 menit 11 Februari 2014 membuat mind map secara keseluruhan.
24 Februari 2014
Post test I 2 x 40 menit 25 Februari 2014
Post test II 2 x 35 menit 28 Maret 2014
3.3Populasi dan Sampel Penelitian
32
Sugiyono (2010: 297) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tertentu. Sampel dalam penelitian
ini terdiri dari 2 sampel yang terbagi dalam kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Sugiyono mengemukakan bahwa teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2010: 297). Penentuan sampel kelompok ini dilakukan dengan menggunakan undian gulungan kertas, kertas yang keluar pertama dijadikan kelas eksperimen dan untuk kertas kedua dijadikan kelas kontrol. Pengundian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2013 yang disaksikan oleh kepala sekolah, guru kelas VA dan VB. Tujuan pengambilan undian ini hanya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil undian diperoleh kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol.
3.4Variabel Penelitian
Sugiyono (2010: 61) berpendapat bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
3.4.1 Variabel Independen (Bebas)
Sugiyono (2010: 61) mengatakan, variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah penggunaan metode mind map.
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)
33
Berikut adalah pemetaan variabel dari penelitian ini:
Variabel independen variabel dependen
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
3.5Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik tes. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis khususnya dalam kemampuan evaluasi dan inferensi dengan 2 soal uraian. Tes yang diberikan kepada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen merupakan pretest sekaligus posttest. Langkah awal penelitian ini adalah pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dilakukan. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu metode mind map. Sedangkan kelompok kontrol tidak memperoleh perlakuan atau menggunakan metode konvensional. Setelah diberikan perlakuan, dilakukan posttest pada masing-masing kelompok dan kemudian hasilnya dibandingkan. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya pengaruh perlakuan atau treatment yang telah diberikan.
Pelaksanaan penggunaan mind map dan pengajaran dilakukan oleh guru mitra. Hal ini didasarkan atas pertimbangan kesesuaian hasil yang akan dicapai
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan (penggunaan mind map). Sedangkan untuk pengamatan dan dokumentasi dilakukan juga oleh peneliti guna untuk ditindak-lanjuti dan dianalisa.
Krathwohl (2004: 546) menganjurkan untuk lebih mengetahui sensivitivitas perbedaan perlakuan dari penelitian eksperimental dianjurkan untuk melakukan posttest II sesudah posttest I. Tujuannya untuk lebih mengetahui retensi pengaruh perlakuan. Untuk itu, pada penelitian ini diberikan posttest II dengan menggunakan soal yang sama dengan pretest untuk melihat dampak
Metode Mind Map
Kemampuan Evaluasi