• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG)

MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON

KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ANNY MAFTUKHAH NIM 11511063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG)

MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON

KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ANNY MAFTUKHAH NIM 11511063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum Wr. Wb

.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,

maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudari:

Nama

: Anny Maftukhah

Nim

:11511063

Fakultas

:Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan

:Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul

:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2015/2016

.

Dengan demikian kami mohon agar skripsi tersebut diatas

segera di munaqosahkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salatiga, 24 Agustus 2015

(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

:Anny Maftukhah

NIM

:11511063

Jurusan

: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk

sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 22 Agustus 2015

(7)

v

MOTTO

Carilah ilmu sampai ke negeri Cina, mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim pria dan wanita (H. R Bukhari)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku Bapak Rusdi, S.Pd. I DAN Ibu Anjariyah, S.Pd. I, yang selalu ku muliakan yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, serta membimbing dengan kesabaran.

2. Adik-adik ku tercinta (M. Rifqi Zidan & Aura Shofi Nur Hidayah) 3. Teman-teman PGMI Angkatan 2011.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah kepada saya sehingga saya dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik dan skripsi ini merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna mendapatkan gelar Sarjana pada progam Studi PGMI IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang, yang penuh dengan kebaikan dan ilmu yang bermanfaat sehingga dapat di jadikan bekal hidup kita baik di dunia maupun akhirat.

Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang sangat panjang, maka skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas Iv Mi Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016” dapat penulis selesaikan dengan baik, untuk itu penulis mensyukuri nikmat dan rahmat yang di berikannya kepada penulis.

(9)

vii

kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan dan penyusunan skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd, Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku ketua Jurusan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

6. Ibu Nur Hasanah, S.Pd.I, selaku kepala MI Keputon yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang dipimpin beliau.

7. Bapak/Ibu guru MI Keputon yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut.

(10)

viii

9. Bapak, Ibu, dan adiku yang telah memberikan semangat dan selalu memerikan kasih sayang, dorongan dan doa demi keberhasilan penulis.

10. Teman-teman seperjuangan PGMI 2011 yang selama ini telah berjuang bersama.

11. Semua pihak yang ikut andil dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa yang diberikan mereka, penulis hanya bisa memohon doa semoga seluruh amal perbuatan mereka di balas yang lebih baik lagi serta kesehatan dan kesuksesan selalu menyelimuti mereka baik di dunia maupun akhirat. Selanjutnya penulis dalam hal ini juga mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca guna untuk menyempurnakan skripsi ini.

Dan penulis berharap semoga skripsi yang dibuat penulis ini berguna pada diri sendiri maupun orang lain yang membacanya.

(11)

ix ABSTRAK

Maftukhah, Anny. Peningkatan Hasil Belajar matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd

Kata Kunci: Hasil Belajar dan Metode Problem Based Learning

Hasil belajar merupakan hasil usaha peserta didik yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang diberikan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Hasil belajar yang baik merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh peserta didik, termasuk juga siswa kelas IV di MI Keputon. Siswa kelas IV di MI Keputon masih banyak yang mendapatkan prestasi yang bisa dibilang jauh dari memuaskan, Mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena metode yang digunakan Guru kelas IV adalah metode konvensional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja. Untuk itu guru harus dapat membenahi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang lain yaitu dengan memilih metode yang tepat dengan materi yang akan di sampaikan yaitu metode Problem Based Learning. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :Apakah metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran (satuan panjang) pada siswa kelas IV di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 23 terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan. Data yang didapat berupa hasil belajar Matematika materi Pengukuran (satuan panjang) yang didapat dari test dan hasil pengamatan

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Hipotesis dan Indikator Pencapaian... 6

E. Kegunaan Penelitian... 7

F. Definisi Operasional... 8

G. Metode Penelitian... 11

H. Sistematika Penulisan... 19

(13)

xi

1. Pengertian Hasil Belajar... 21

2. Macam-macam Hasil Belajar... 21

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 24

B. Belajar... ... 27

1. Pengertian Belajar... 27

2. Prinsip-prinsip Belajar... 29

3. Tujuan Belajar... 31

C. Teori Belajar... 32

D. Bidang Studi Matematika... 34

1. Pengertian Bidang Studi Matematika... 34

2. Pembelajaran Matematika... 36

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD... 39

E. Pokok Bahasan Pengukuran (Satuan Panjang)... 42

1. Pengertian Pengukuran... 42

2. Pengukuran (Satuan Panjang)... 43

F. Metode Problem Based Learning (PBL)... 46

1. Pengertian Metode Pembelajaran... 46

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran... 47

3. Metode Problem Based Learning (PBL)... 46

4. Konsep Dasar dan Karakteristik PBL... 50

5. Kelebihan dan kelemahan metode PBL... 52

(14)

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian... 56

1. Lokasi Penelitian... 56

2. Tempat dan waktu penelitian... 56

3. Keadaan siswa... 57

B. Deskripsi Penelitian... 59

1. Deskripsi Pra Siklus... 59

2. Deskripsi Siklus I... 60

3. Deskripsi Siklus II... 63

4. Deskripsi Siklus III... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 70

1. Siklus I... 74

2. Siklus II... 82

3. Siklus III... 88

B. Pembahasan... 94

1. Hasil Rekapitulasi... 94

2. Kondisi Awal... 94

3. Kondisi Akhir... 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... ... 96

B. Saran... ... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Keadaan Peserta Didik...67

Tabel 4.1 Hasil Nilai Pra Siklus...81

Tabel 4.2 Hasil Test Formatif Siklus I...84

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I...87

Tabel 4.4 Hasil Test Formatif Siklus II...92

Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II...95

Tabel 4.6 Hasil Test Formatif Siklus III... 99

Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Guru Siklus III...102

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Matematika merupakan cabang ilmu yang spesifik, matematika tidak mempelajari objek-objek yang secara langsung dapat ditangkap oleh indra manusia, substansi. Matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap benda-benda konkret, namun dalam perkembangannya matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan dalam membentuk proses berfikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang logis.

Ilmu nyata yang mengembangkan berbagai ilmu murni dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan anak bagaimana pentingnya mempelajari ilmu matematika dan mencari solusinya yang tepat. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun (Jajang, 2005:5).

(18)

2

Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasa pada umumnya (Susanto, 2013:183-184).

Dalam kurikulum Depdiknas 2004 disebutkan bahwa standart kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajarn bukanlah penguasaan matematika, namun yang perlukan ialah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan sehari-hari. Standart kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi matematis, koneksi matematis, penalaran dan pemecahan masalah, serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika.

(19)

3

Kecamatan Blado Kabupaten Batang berjalan dengan metode ceramah dan latihan (Drill).

Dari pengalaman tersebut diatas menumbuhkan pemikiran baru mucul gagasan untuk merubah agar lebih baik. Agar siswa lebih bersemangat untuk belajar melalui metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Diharapkan dengan kegiatan ini akan meningkatkan semangat siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa.

Terkait dengan tugas guru paling utama adalah memimpin anak-anak untuk kearah tujuan yang jelas. Anak mendapatkan rasa aman dengan adanya model dan rela menerima petunjuk maupun teguran bahkan hukuman.

Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ini merupakan model pembelajaran yang harus terus dikembangkan dan ditingkatkan penerapannya di sekolah-sekolah, termasuk di sekolah dasar. Dengan metode pemecahan masalah ini siswa melakukan kegiatan yang dapat mendorong berkembangnya pemahaman penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai, dan proses matematika. Hal ini akan membuka jalan bagi tumbuhnya daya nalar, berfikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Pemecahan masalah matematis dapat membantu memahami informasi secara lebih baik, dengan demikian bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

(20)

4

di kelas IV ternyata tidaklah mudah. Hal ini terbukti dari pengamatan penulis, hasil belajar mata pelajaran Matematika khususnya pada pokok bahasan Pengukuran Satuan Panjang hanya 30, 43 % yang mencapai KKM dan 69, 56% yang belum mencapai KKM, sedangkan KKM mata pelajaran matematika di MI Keputon Kecamatan Blado adalah 60.

Pengalaman pembelajaran seperti diatas menumbuhkan pemikiran baru bagaimana metode yang sudah tidak relevan untuk diperbaiki dengan menggunakan metode lain.

Sebagai seorang Pendidik penulis merasa tertantang untuk mencari alternatif sebagai bentuk model pembelajaran dengan memberi metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam suatu pembelajaran Matematika materi Pengukuran (Satuan Panjang) yang berjutuan untuk memberi jalan atau cara yang baik bagi pelaksana dan kesuksesan operasional pembelajaran.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ini adalah suatu jenis pembelajaran yang dilatarbelakangi bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang berevolusi selalu mempunyai masalah untuk diselesaikan. Masalah yang harus diselesaikan tersebut tentunya membutuhkan semua pengetahuan sebagai referensi dalam proses penyelesaian.

(21)

5

masalah yang dijadikan bahan pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka dan tanggap terhadap semua persoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari ( Susanto,2013:197)

Pemecaham masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu metode yang merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam pemecahan masalah dapat digunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan pencarian data sampai kepada penarikan kesimpulan.

Menurut Susanto (2013:200) pentingnya penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah(problem based learning) dalam pembelajaran matematika ini, sebagai berikut:

1. Dapat mengembangkan jawaban siswa yang bermakna menuju pemahaman yang lebih baik mengenahi suatu materi.

2. Memberikan tantangan untuk siswa, dan mereka dapat memperoleh kepuasan besar ketika menemukan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri.

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

4. Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka kepada masalah-masalah dunia nyata.

5. Membantu siswa bertanggung jawab untuk membentuk dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.

(22)

6

7. Meningkatkan interaksi siswa dan kerja tim, oleh karena itu meningkatkan skill-skill interpersonal siswa.

Maka melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah ini memberi peluang sebagai strategi pengembangan kinerja maupun kerjasama antar siswa dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika materi Pengukuran (Satuan Panjang) melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.”

B. Rumusan Masalah.

Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang perlu peneliti kemukakan adalah: “apakah penggunaan metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran (satuan panjang) siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016?”

C. Tujuan Penelitian.

(23)

7

Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016?”

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan.

Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat Meningkatkan Hasil Belajar mata pelajaran Matematika materi Pengkuran (Satuan Panjang) Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.

Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:

a. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari siklus I ke siklus II dan siklus III.

b. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pengukuran (satuan panjang) yang disampaikan lebih 85%.

E. Kegunaan Penelitian.

Manfaat yang dapat di ambil dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis.

(24)

8

dalam pembelajaran Matematika di sekolah yang penulis teliti yaitu MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

2. Secara praktis. a. Bagi siswa :

Hasil belajar siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupa Batang pada mata pelajaran Matematika dapat meningkat.

b. Bagi guru :

1) Merupakan upaya dari guru untuk meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. 2) Merupakan inovasi model pembelajaran mata pelajaran

Matematika oleh dan untuk guru khususnya pada penerapan model Pembelajran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

c. Bagi sekolah :

1) Diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika.

2) Diperoleh panduan yang inovatif metode pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas yang lain.

F. Definisi Operasional.

(25)

9

memperjelas pengertian dan pemahaman pada istilah-istilah yang terdapat dalam judul diatas. Istilah-istilah yang digunakan pada skripsi ini terdiri dari: 1. Belajar :

Adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Ahmad Susanto, 2013:2).

2. Hasil belajar

Adalah suatu perubahan atau kemampuan baru yang di peroleh siswa setelah melalukan pembelajaran (Snelbeker, 1974:12).

Menurut Bloom hasil belajar, merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif,dan psikomotorik

(26)

10

intruksional yang direncakan guru sebelumnya (Popi Sopiatin & Sohari Sahroni, 2011: 63-64).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang dimiliki setiap individu setelah melakukan pembelajaran, dan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Matematika.

Merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ahmad Susanto, 2013:185)

4. Pengukuran (Satuan Panjang)

a. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur.

Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statiska terapan yang berjutuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang berfungsi optimal, valid, dan reliabel (Kusaeri Suprananto, 2012:4)

(27)

11

5. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Hamruni, 2009:129).

Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuann berpikirnya secara berkesinambungan.

6. Madrasah Ibtidaiyah Keputon adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang berasaskan islam berada di Desa Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

Intinya adalah bagaimana agar pembelajaran Matematika di Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan karakteristik siswa, materi yang akan di ajarkan dan tujuan pembelajaran. Metode yang penulis maksudkan adalah metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

(28)

12 G. Metode Penelitian.

Metodologi penelitian berturut-turut akan menjelaskan: rancangan penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. Penjelasan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rancangan Penelitian.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama ( Suharsini Arikunto, 2007:3).

Penelitian terdiri dari tiga siklus yaitu I, II dan III. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki. Tapi jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus (Suharsimi Arikunto, 2007:75).

(29)

13

berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat langsung, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisis serta berakhir dengan melapor hasil penelitiannya (Samsu Sumadoyo, 2013: 26).

Adapun skema penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:

Gambar 1.1( Suyadi ) 2. Subjek penelitian.

a. Lokasi penelitian.

1) Tempat Penelitian : MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

2) Mata pelajaran : Matematika

3) Materi : Pengukuran (Satuan Panjang)

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

?

(30)

14

4) Kelas/semester : IV/ I b. Waktu Penelitian.

Penelitian ini di lakukan pada awal semester I Tahun Ajaran 2015/2016.

1) Siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 Agustus 2015 2) Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 3) Siklus III dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015 c. Subjek Penelitian.

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan perubahan yang diharapkan adalah:

1) Fokus siswa adalah meningkatnya hasil dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika. Meningkatnya hasil belajar matematika siswa ditandai dengan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar, dan ditandai dengan meningkatnya nilai akhir proses pembelajaran dan pencapaian nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Fokus pengamatannya adalah tingkat hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

(31)

15

metode Pembelajaran problem based learning dan hasil belajar akan lebih optimal. Fokus pengamatannya adalah proses pembelajaran yang dikembangkan guru, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, sehingga dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. Indikator keberhasilannya adalah respon positif ketika berlangsungnya proses pembelajaran metematika Pengukuran (Satuan Panjang).

3. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian.

Perencanaan ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah berikut:

a. Pra- Siklus

Awal kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Berdasarkan refleksi tersebut kemudian dilakukan identifikasi masalah, mendiskusikan permasalahan, melakukan kajian teori, dan mengkaji pendekatan pembelajaran yang relevan.

Pada tahap ini peneliti juga menyajikan pertanyaan tentang mata pelajaran matematika materi pengukuran (satuan panjang) kepada siswa, sebelum siswa menerima perilaku/pemberian pembelajaran matematika dengan startegi pembelajaran berbasis masalah diberikan. b. Perencanaan Tindakan.

(32)

16

II,dan siklus III mendesaian alat tes. (Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 74-76).

c. Pelaksanaan Tindakan.

Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III yang terlampir dalam RPP.

d. Observasi.

Observasi merupakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Instrumen observasi menggunakan pedoman observasi yang berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Dalam hal ini berisi indikator yang mewakili data. Tujuan pedoman tersebut untuk mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dalam proses penelitian (Rosma

Hartiny Sam’s, 2010:77). Observasi dilakukan terhadap guru dan

siswa.

1) Observasi terhadap guru

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pendekatan dari guru mata pelajaran matematika di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Informasi tersebut digunakan oleh peneliti untuk mempersiapkan RPP pada siklus I. 2) Pedoman observasi terhadap subjek

(33)

17

masalah (PBL) dengan memberikan latihan soal matematika materi pengukuran satuan panjang. Untuk soal terlampir.

e. Refleksi

Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut guru melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang baru saja dilakukan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran matematika untuk peningkatan hasil belajar siswa. Melalui kegiatan refleksi akan diketahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dengan demikian pelaksanaan tindakan siklus II merupakan perbaikan dan peningkatan siklus I.

4. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

buku absensi, buku daftar nilai siswa, dokumentasi yaitu catatan pelaksanaan proses pembelajaran.

b. Pedoman lembar observasi yaitu lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati guru selama proses pembelajaran. Jadi lembar observasi ini ada satu macam yaitu lembar observasi untuk guru (terlampir) yang dilakukan diobservasi sebelum penelitian.

(34)

18

5. Pengumpulan Data a. Test

Test di berikan kepada siswa pada setiap siklus, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam setiap tahapan yang dilakukan. b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat tahap pelaksanaan, pada tahap ini semua hal yang terjadi meliputi aktifitas pembelajaran di catat pada lembar pengamatan, hal ini berfungsi untuk mengatahui seberapa jauh peningkatan-peningkatan pada hal yang diteliti.

c. Dokumentasi

Untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah, nilai siswa, data guru dan lain-lain.

6. Analisis data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan penelitian bersama dengan para kolabolator sebagai pijakan untuk menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya.

(35)

19

a. Mencari nilai rata-rata untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

M = ∑ Keterangan :

M = rata-rata nilai kelas

∑ = jumlah seluruh nilai siswa jumlah siswa

(Aqib, 2010:204)

b. Mencari persentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = ∑

∑ x 100%

(Aqib, 2010:41)

H. Sistematika Penulisan.

Sistematika laporan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini di susun dalam format skripsi sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

(36)

20

BAB II : Landasan Teori

Pada bab ini dibahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran satuan panjang menggunakan metode problem based learning pada siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini berisi tentang pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, dan III. Masing-masing siklus akan menjelaskan perencanaan, pelaksanan, pengamatan, pengumpulan data, dan refleksi.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan penelitian.

BAB V : Penutup

(37)

21 BAB II

LANDASAN TEORI

A. HASIL BELAJAR.

1. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil Belajar dalam penelitian ini sama halnya dengan prestasi belajar yakni merupakan hal yang ingin dicapai oleh guru selaku pendidik, orang tua sebagai wali murid dan siswa sendiri yang sedang dalam transformasi pendidikan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalamannya yang diperoleh (Rosma Hartiny Sam’s, 2010:33)

Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dengan siswa akan mengahsilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

2. Macam-macam Hasil Belajar.

(38)

22

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketrampilan kognitif.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom, yang secara garis besar dibagi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan : kemampuan mengingat apa yan sudah dipelajari. 2) Pemahaman : kemampuan mengangkat makna dari yang

dipelajari.

3) Aplikasi : kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari kedalam situasi baru yang konkret.

4) Analisis : kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari kedalam unsur-unsurnya, supaya struktur organisasinya dimengerti.

5) Sintesis : kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru.

(39)

23

b. Ranah Afektif.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu :

1) Receiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam konteks situasi dan gejala.

2) Responding atau tanggung jawab, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datangnya dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus tadi.

4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki dan mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah Psikomotorik.

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam ketrampilan (Skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada lima tingkat ketrampilan yaitu :

(40)

24

Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. 3) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan

dan ketepatan.

4) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain berasal dari luar diri yang belajar (Lilik Sriyanti, 2011:23)

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor eksternal.

(41)

25

a. Faktor nonsosial.

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor diluar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktorr nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat, aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis dan rumah dan sejenisnya.

b. Faktor sosial.

Faktor sosial adalah faktor-faktor diluar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

2. Faktor internal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis.

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari :

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya.

(42)

26

akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika kesehatan dan kebugaran individu kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu.

Yang terkait dalam fungsi jasmani yaitu fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu. b. Faktor psikologis.

Adalah faktor faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya.

Dari beberapa faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar, pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung, namun bisa juga negatif- menghambat.

B. Belajar.

1. Pengertian Belajar.

(43)

27

arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan arti belajar.

Bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar bukan hanya berupa mempelajari suatu mata pelajaran dirumah atau di sekolah secara formal, tetapi belajar juga merupakan masalah setiap orang. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusi di modifikasi dan berkembang karena belajar.(Popi Sopiatin & Sohari Sahrani, 2011: 64).

(44)

28

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian ilmu. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang yaitu pada perubahan tingkah lakunya sebagai hasil dari interaksi (hubungan) dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan.

2. Prinsip-prinsip belajar.

Menurut Slameto (1991:29) mengatakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

(45)

29

c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainnya.

g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

h. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) ehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

k. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ ketrampilan/ sikapitu mendalam pada siswa.

(46)

30

tingkatan-tingkatan perubahan tertentu. Dengan mengansumsi bahwa manusia memiliki hal-hal yang tidak hanya apa yang terlihat dari mereka, manusia mempunyai motivasi dan persepsi berfikir dan mengingat (Sopiatin, 2010:26).

Prinsip-prinsip belajar menurut Mudjiono dan Dimyati (2002: 42) mengatakan bahwa prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan, dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat bebrapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan mengajarnya, prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

3. Tujuan belajar

(47)

31

pengetahuan dan keterampilan. Dari uraian diatas dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan jasmaniah maupun rohaniah, keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/ penampilan dari anggota tubuh, sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

(48)

32 C. Teori belajar

Pada mulanya teori-teori belajar itu dikembangkan oleh para ahli psikologi. Adapun beberapa teori menurut Sardiman (1994:31-37), yaitu: a. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya.

b. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gesalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian / unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Menurut aliran teori belajar ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu.

c. Teori belajar menurut Ilmu jiwa Asosiasi

Ilmu jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal yakni:

1) Teori konektionisme

(49)

33

2) Teori conditioning

Dalam praktek kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang itu akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya ssuatu tanda.

Menurut purwanto (1987:106) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual.

b. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

Lebih lanjut untuk teori belajar menurut Ahmadi (1978:21) bahwa menurut Ilmu Iiwa Gesalt mengemukakan:

a. Keseluruhan memiliki arti lebih luas dari pad jumlah bagian-bagiannya. Manusia dipandang sebagai organisme yang berfikir dan bertindak sebagai suatu keseluruhan.

b. Teori ini tidak mengakui adanya bagian-bagian otak yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu seperti pendapat teori daya. c. Manusia sebagai makhluk yang aktif, yang selalu berada dalam

(50)

34 D. Bidang Studi Matematika

1. Pengertian bidang studi matematika

Kata Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “ belajar atau hal yang di pelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran menurut Depdiknas(2001:7) dalam susanto (2013:184). Matematika memiliki bahasa atau aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran induktif didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.

(51)

35

Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berfikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.

Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantudalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari- hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau yang berkaitan dengan urusan angka- angka berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu ketrampilan dan kemampuan untuk memecahkannya. Oleh sebab itu, siswa sebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus selalu di latih dan di biasakan berfikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena pemecahan masalah, selain menuntut siswa untuk berfikir juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. Melalui pelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan- kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah- masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan.

2. Pembelajaran Matematika.

a. Pengertian pembelajaran.

(52)

36

apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam pembelajaran, faktor- faktor eksternal seperti lembar kerja siswa, media dan sumber-sumber belajar yang lain direncanakan sesuai dengan kondisi internal siswa. Perancang kegiatan pembelajaran berusaha agar proses belajar itu terjadi pada siswa yang belajar dalam mencapai pembelajaran tertentu. Pembelajaran tidak harus diberikan oleh guru, karena kegiatan itu dapat dilakukan oleh perancang dan pengembang sumber belajar, seperti dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika di jenjang pendidikan sekolah dasar yaitu di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

(53)

37

terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.

b. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kretifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antar siswa dengan siswa, dan antar siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung (Ahmad Susanto, 2013:187)

(54)

38

inovatif.sementara siswa dalam memperoleh pengetahuannya tidak menerima secara pasif, pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri secara aktif.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Pertama dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran , di samping menunjukan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(55)

39

yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahuy sesuatu menjadi tahu konsep matematika, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari- hari (Ahmad Susanto, 2013:188)

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut Depdiknas (2001:9) dalam susanto (2013:189), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut :

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. d. Menggunakan pengukuran : satuan, kesetaraan antar satuan, dan

(56)

40

e. Menetukan dan menafsirkan data sederhana, seperti : ukuran tertinggi, terrendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.

f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar, sebagaimana yang di sajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generelasisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(57)

41

membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuaanya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan- bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksikannya dalam ingatan yang sewaktu- waktu dapat diproses dan di kembangkan lebih lanjut (Ahmad Susanto, 2013:190-191)

Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil- hasilpenelitian masih menunjukan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut, tentu banyak faktor yang menyebabkannya, misalnya masalah klasik tentang penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru (teacher oriented), sementara siswa cenderung pasif. Faktor klasik lainnya, ialah penerapan model pembelajaran konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR).

(58)

42

E. Pokok Bahasan Pengukuran (Satuan Panjang)

1. Pengertian pengukuran.

Menurut Reynolds, etal (2003:3) dalam Suprananto (2012:4) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut dan tingkah laku. Sedangkan Azwar (2010:3) dalam Suprananto (2012:5) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum.

Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat di katakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang hendak di ukur dengan alat ukurnya

Pengukuran dalam pelajaran matematika di Sekolah Dasar terdapat beberapa pengukuran diantaranya: pengukuran sudut, pengukuran satuan waktu, pengukuran satuan panjang, pengukuran satuan berat, dan pengukuran satuan kuantitas. Di dalam bab pembahasan pengukuran tersebut membahas bagaimana cara membandingkan suatu besar pengukuran, bagaimana cara menyelesaiakan yang berkaitan dengan satuan tersebut, dan menentukan hubungan antar satuan pengukuran.

(59)

43 2. Pengukuran (satuan panjang)

Dalam kehidupan sehari- hari kita sering menggunakan satuan panjang misalnya mengukur panjang meja, mengukur panjang buku dan lain sebagainya.

a. Mengenal alat ukur satuan panjang.

Untuk mengukur panjang suatu benda di butuhkan alat ukur. Misalnya mengukur panjang buku, mengukur panjang meja, bahkan mengukur panjang jalan membutuhkan alat ukur yaitu misalnya mistar, meteran.

b. Hubungan antar satuan panjang.

Dalam mengukur panjang suatu benda, dapat menggunakan dua macam satuan yaitu menggunakan satuan panjang tidak baku dan satuan panjang baku.

1) Satuan panjang tidak baku.

Misalnya : jengkal, hasta, depa, langkah, telapak kaki, lengan, pensil, pena, sedotan, potongan ranting, lidi, maupun pita. Ukuran tersebut dinyatakan tidak baku karena panjangnya tidak selalu sama.

Contohnya :

(60)

44

Meter di singkat m dan sentimeter di singkat cm. Jika di ukur dengan mistar yang bersatuan sentimeter, maka di peroleh hasil 125 cm, yaitu 100 cm + 25 cm. Jadi

 Sebuah bus panjangnya 10 meter, maka untuk 100 bus panjang totalnya adalah 1000 meter. Jadi

2) Satuan panjang baku

Satuan ukuran panjang baku di tetapkan melalui perjanjian internasional dan sifatnya tetap.

Satuan ukuran panjang baku standart internasional adalah kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), sentimeter (cm), milimeter (mm).

Contohnya :

 Ibu membeli kain 40 meter. Bibi membeli kain 5 meter.berapa cm panjang semua kain yang di beli Ibu dan Bibi?

Jawab :

1 m = 100 cm

(61)

45

Semua satuan diubah dahulu ke dalam satuan cm, sehingga menjadi :

40 m + 5 m = 4.000 cm + 500 cm = 4.500 cm.

 Marbun dan Ayahnya setiap hari minggu bersepeda santai menempuh jarak 12 km. Berapa jarak yang di tempuh Marbun dan Ayahnya dalam setahun ?

Penyelesaian :

Setiap minggu Marbun dan Ayahnya menempuh jarak 12 km.

Setahun ada 52 minggu.

Jarak yang ditempuh dalam setahun = 52 x 12 km = 624 km. Jadi, total jarak yang di tempuh Marbun dan Ayahnya dalam setahun adalah 624 km.

3) Menentukan hubungan antara satuan panjang Hubungan satuan panjang sebagai berikut :

1 km = 10 hm = 100 dam = 1.000 m = 10.000 dm = 100.000 cm = 1.000.000 mm

1 mm =

cm =

dm =

m =

dam =

hm

=

km

(62)

46

6.000 cm = . . . m

Jawab :

100 cm

= 1 m

6000 cm

= 60 x 100 cm

= 60 x 1 m

= 60 m

 8 hm = . . . dam Jawab :

1 hm = 1.000 dam

8 hm = (8 x 1 hm) = 8 x 1.000 dam = 8.000 dam

(Mustaqim, 2008:85-88)

F. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

1. Pengertian Metode Pembelajaran.

Ditinjau dari segi etismologi (bahasa) metode berasal dari

bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang

ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2001:45)

(63)

47

Metodologi Pendidikan Agama Islam yakni cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.

Nana sudjana (2009:76) menyimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat di lakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efesien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang mempengarui metode pembelajaran.

(64)

48

a. Anak didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

b. Tujuan.

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar, tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan intruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

c. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari. Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengansituasi yang diciptakan itu.

d. Fasilitas.

(65)

49

laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.

e. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

3. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Rusman, 2011:232). Sedangkan menurut Barrow dalam Miftahul Huda (2014:271) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah

sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahan

akan resolusi suatu masalah.

Strategi pembelajaran dengan PBL (Problem Based Learning), siswa di harapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

(66)

50

pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan jawabannya tanpa bantuan khusus.

Model pemecahan masalah dirancang untuk meningkatkan aktifitas belajar peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Aktifitas peserta didik dimulai dengan mengidentifikasikan masalah, kemudian mencari alternatif yang paling tepat sebagai jawaban terhadap masalah tersebut. Pengidentifikasian masalah adalah menemukan persoalan dari konsep- konsep bahan pembelajaran yang di sampaikan oleh guru, kemudian merumuskannya dalam bentuk pertanyaan (Sobry Sutikno, 2014:101-102)

Adapun ciri-ciri strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), menurut Baron (2003:1) dalam Rusmono (2012:74), adalah: (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran di pusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran di tentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.

(67)

51

4. Konsep dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning)

Asumsi teoritis mendasar dibangunnya strategi pembelajaran problem based learning adalah untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan orang mempunyai komitmen tinggi untuk menyelesaikan masalah adalah orang-orang yang berjiwa tanggung jawab. Adapun tanggung jawab itu adalah salah satu nilai karakter.

Menurut Rusman (2011:232) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak tersetruktur.

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang di miliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

(68)

52

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan

j. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Dalam setiap perubahan bukan saja diperlukan adanya kemauan untuk berubah, akan tetapi kesiapan menyongsong perubahan yang membawa implikasi terhadap sisi lain dari pendidikan itu sendiri.

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning)

Menurut Suyadi (2013:142-143) ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode pembelajaran berbasis masalah. Adapun kelebihan metode problem based learning antara lain :

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik, sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

(69)

53

d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.

f. Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.

h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

i. Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan peserta didik untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praktisnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika suatu masalah selesai di atasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya.

Gambar

Gambar 1.1( Suyadi )
Tabel 3.1
Tabel 4.1 hasil nilai siswa pra siklus
Tabel 4.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tiada siapa-siapa mengaku mudah menjadi ibu bapa. Susah senang dan kekecewaan membesarkan anak, lumrah bagi kebanyakan pasangan. Jarang-jarang ditemui anak 'baik'

Beberapa parameter standar ekstrak yang diukur antara lain identifikasi ekstrak rimpang kunyit yang meliputi pemerian dan pemeriksaan kandungan kurkuminoid secara

Website merupakan kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar, data animasi, suara, video atan gabungan dari semuanya. Beragam

Pada tabel 14 ditemukan hubungan yang selaras antara pengetahuan dan persepsi Mahasiswa terhadap Mutu Pangan.Lebih dari 70% responden memiliki persepsi bahwa

Tujuan penulisan artikel ilmiah berikut yakni1) untuk mengetahui konsep model pembelajaran kooperatif tipe TGT; 2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT; 3)

maka, tujuan dari penelitian ini adalah agar para orang tua dapat mengerti bagai mana cara orang tua (umat Islam) menghargai, mengasuh anak yatim dengan baik sesui dengan apa yang

(1994) dinamika Cladocera dan Diptera pada sawah di Filipina dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen dan pestisida Selain itu indeks keanekaragaman (Tabel 2) juga tergolong

 Dengan diberi contoh gerakan oleh guru, siswa dapat melakukan gerak koordinasi kepala, tangan, dan kaki sesuai hitungan dengan benar..  Dengan diberikan teks cerita tentang