• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PERAN AKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) KELAS VII G SMP N 3 SOKARAJA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PERAN AKTIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) KELAS VII G SMP N 3 SOKARAJA - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Aktif siswa

Menurut Sudjana (1989: 110) peran aktif adalah partisipasi subjek didik dalam kegiatan belajar mengajar dengan menekankan peran aktif siswa dalam pengolahan pesan pelajaran. James O. Whittaker menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Widodo, 2008: 126).

Dalam proses belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat (Slameto 2010: 36). Sedangkan menurut Dick dan Carey proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Uno, 2008: 6) serta menurut Uno dan Mohamad (2011:32) proses pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses yang berpusat pada peserta didik (student centered) artinya peserta didiklah yang harus memproses pengetahuan dan berperan aktif mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya.

Menurut Heinz (1981:65) siswa pasti tidak belajar secara aktif, jika ia berperan sebagai pendengar saja. Untuk belajar secara aktif, siswa harus bekerja sendiri, yaitu:

(2)

3. Siswa belajar bertanya.

4. Siswa mengambil keterangan dari buku maupun dari penjelasan guru. 5. Siswa dapat mendiskusikan sesuatu hal dengan temannya.

6. Siswa dapat melakukan percobaan sendiri.

7. Siswa merasa tanggung jawab atas hasil pekerjaannya.

Silberman (2011:9) menyatakan bahwa agar belajar menjadi aktif, siswa harus banyak sekali mengerjakan tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berpikir keras (moving aboutdanthinking aloud).

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peran aktif siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menunjukkan bahwa siswa tersebut terlibat dan bergerak untuk mencapai tujuan belajar.

B. Prestasi Belajar

(3)

Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arifin (2009: 12) istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Cronbach (Arifin, 2009:13) mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnosik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

Arifin (2009: 12-13) mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”

(4)

didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi focus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

(5)

pengukur di bidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan performansi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa yang dapat dinyatakan dalam bentuk nilai setelah siswa mengerjakan suatu tes.

C. Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray (TSTS)

1. Pembelajaran Kooperatif

(6)

Huda (2011:33) menyatakan bahwa konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun komunitas pembelajaran yang saling membantu sama lain. Sedangkan Zamroni (dalam Trianto, 2009:57) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat.

Lie (2010: 41) menyatakan bahwa pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

(7)

Ibrahim (dalam Trianto, 2009:56) menyatakan bahwa struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa dia bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009:66) terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Langkah 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Langkah 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Langkah 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2. Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray (TSTS)

(8)

Kepala Bernomor. Tipe ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Tipe Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan, dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Christoporus Columbus tidak akan menemukan Benua Amerika jika tidak tergerak oleh penemuan Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Einstein pun mendasarkan teori-teorinya pada Teori Newton. ( Lie, 2010 : 61-62 )

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS)

Menurut Lie (2010:62) cara dari Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke dua kelompok yang lain. c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

(9)

B

G

K H

Sehingga langkah-langkah dari Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS)adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

b. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) maupun jenis kelamin. c. Guru memberikan Lembar kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas

dalam kelompok.

d. Dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke dua kelompok yang lain.

E F

H

G

A B

D C

J D

I J

L K

(10)

e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

f. Siswa yang bertugas sebagai tamu mohon diri dan kembali ke kelompok sendiri.

g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h. Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan perwakilan kelompok

mempresentasikan jawaban, serta kelompok lain memberikan tanggapan, pertanyaan, sanggahan, dan sebagainya.

i. Guru membimbing siswa menyimpulkan penyelesaian masalah yang telah dibahas.

j. Guru memberikan penghargaan secara kelompok.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TSTS)

Adapun kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS)adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

(11)

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Sehingga kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, meningkatkan peran aktif siswa serta prestasi belajar siswa. b. Kekurangan

Huda (2011: 171) menyatakan bahwa kekurangan dari kelompok berempat antara lain: membutuhkan banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik serta perhatian anggota sangat kurang. Sehingga dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ini juga membutuhkan banyak waktu, guru membutuhkan banyak persiapan, serta jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat dan peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompok yang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan kelas.

D. Materi Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Himpunan

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah Himpunan. Himpunan ini, diajarkan pada kelas VII semester 2. Indikator dalam penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan irisan dan gabungan dua himpunan.

2. Menjelaskan selisih (difference) suatu himpunan dari himpunan lainnya. 3. Menjelaskan komplemen dari suatu himpunan.

(12)

5. Menyajikan selisih (difference) suatu himpunan dari himpunan lainnya dengan Diagram Venn.

6. Menyajikan komplemen suatu himpunan.

7. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan Diagram Venn dan konsep himpunan.

E. Kerangka Berfikir

Permasalahan yang dihadapi di kelas VIIG 1. Siswa hanya menerima informasi dari guru.

2. Siswa belum menyampaikan jawaban. 3. Siswa belum belajar bertanya.

4. Siswa masih belum memanfaatkan sumber belajar secara penuh. 5. Siswa belum aktif dalam diskusi.

6. Siswa belum meneliti kembali kebenaran jawaban. 7. Siswa belum yakin dengan jawaban sendiri.

Keadaan yang dihasilkan

1. Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri. 2. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. 3. Siswa belajar bertanya.

4. Siswa mengambil keterangan dari buku.

5. Siswa dapat mendiskusikan sesuatu hal dengan temannya.

6. Siswa meneliti kembali kebenaran jawaban mereka atau dinyatakan siswa dapat melakukan suatu percobaan sendiri.

7. Siswa yakin dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya.

Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray(TSTS)

(13)
(14)

Dengan pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) secara optimal, maka peran aktif siswa akan meningkat. Dengan meningkatnya peran aktif siswa dalam pembelajaran tersebut, maka akan membiasakan dan memudahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan atau soal. Sehingga prestasi belajar matematika siswa juga akan meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 1.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Gambar 1.1 Bagan Two Stay Two Stray (TSTS)

Referensi

Dokumen terkait

Dibentuknya Barisan Muslimin Temanggung (BMT) dimotori oleh para kyai kharismatik sebagai kelaskaran Hizbullah yang mewadahi perjuangan para santri dan pemuda

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

Dari mayoritas responden yaitu sebanyak 61.18% yang memberikan penilaian baik terhadap pelayanan yang dirasakan pelanggan tersebut artinya bahwa, pelanggan menilai

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user