• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA

TENGAH PERIODE 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Dian Nuswantoro

Disusun oleh :

ADI NUGROHO B12.2010.01598

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2014

(2)

i

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA

TENGAH PERIODE 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Dian Nuswantoro

Disusun oleh :

ADI NUGROHO B12.2010.01598

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2014

(3)

ii

Nama : ADI NUGROHO

NIM : B12.2010.01598

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAN PERIODE 2010-2012

Dosen Pembimbing : Juli Ratnawati, SE, M.Si

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk-bentuk kecurangan lain, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Semarang, Juli 2014

(ADI NUGROHO) Materai

(4)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : ADI NUGROHO

NIM : B12.2010.01598

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2010-2012

Semarang, Juli 2014

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing

(5)

iv

NIM : B12.2010.01598

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : S-1 Akuntansi

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2010-2012

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal, 26 Juni 2014

Tim Penguji :

1. Juli Ratnawati, SE, M.Si (...)

2. Natalistyo T.A.H, SE, M.Si (...)

(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah – Thomas Alva Edison

Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tetapi kerja keras merupakan penentu kesuksesanmu yang sebenarnya.

Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Tidak ada kata menyerah sebelum bertanding.

Persembahan :

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Ayah dan Ibu yang saya cintai dan saya hormati. Kedua adik yang saya banggakan.

Kekasih yang saya sayangi.

Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan yang saya banggakan. Dan kampus yang selalu saya banggakan.

(7)

vi

Government Budget (APBD) during the years 2010 to 2012 are taken from the Badan Pusat Statistik (BPS) of Central Java.

The population in this research is all districts / cities in Central Java Province. The sampling technique used is the census sampling with a sample of the overall total 35 districts / cities. This research was uses the classical assumption test, multiple regression analysis and hypothesis testing.

The result of this research indicate that : 1) The addition of local taxes significant positive effect on the addition of local revenue; 2) The addition of local retribution significant positive effect on the addition of local revenue and 3) The addition of local taxes and local retribution affect simultaneously significant positive effect on the addition of local revenue, with adjusted R-square value 47,8%.

(8)

vii ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Penelitian ini menggunakan data realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) selama tahun 2010-2012 yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus sampling dengan total sampel keseluruhan 35 kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik, analisis regresi berganda dan uji hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Penambahan pajak daerah berpengaruh positif signifikan terhadap penambahan pendapatan asli daerah, 2) Penambahan retribusi daerah berpengaruh positif signifikan terhadap penambahan pendapatan asli daerah, 3) Penambahan pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap penambahan pendapatan asli daerah, dengan nilai adjusted R-Square sebesar 47,8%.

(9)

viii

telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2010-2012” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S1) program studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan seluruh pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, disampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu Juli Ratnawati, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan bimbingan serta pengarahan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 2. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M. Kom, selaku Rektor Universitas Dian

Nuswantoro Semarang.

3. Bapak Dr. Agus Prayitno, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

4. Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

5. Bapak Natalistyo T.A.H, SE, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan pelayanan akademik selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

(10)

ix

6. Bapak Natalistyo T.A.H, SE, M.Si dan Bapak Bambang Minarso, SE, M.Si., Akt, CA, selaku Dosen Penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi serta memberikan kritik dan saran agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat lebih baik lagi.

7. Ibu Amalia Nur Chasanah yang telah memberikan banyak masukan terhadap penulis berkaitan dengan program spss sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Staff Pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan pelayanan akademik dan administrasi selama masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan yang terbaik dan memberikan dorongan semangat dalam menulis skripsi. Terimakasih atas doa yang selalu dipanjatkan setiap hari serta perjuangan dan perhatian yang telah diberikan. 10. Kedua adik, Tya dan Helmi yang telah membantu semangat dan doa serta

memberi hiburan untuk penulis ditengah proses pembuatan skripsi sampai menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua keluargaku, yang telah membantu semangat dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12. Novia Fitri Lestari yang selalu memberi semangat, dukungan serta doa yang selalu dipanjatkan nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabatku Ardito Tri Agustian, Yanuar Wahyu Widodo dan Nanda Bagus

Favianto yang selalu memberi semangat, masukan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x

kebersamaannya dari awal semester sampai akhir semester dan liburan-liburan serta momen-momen yang tidak terlupakan oleh penulis. Terimakasih untuk pertemanannya semoga tetep solid walaupun sudah lulus nanti.

15. Semua teman-teman mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang jurusan Akuntansi 2010 : David, Ella, Febri, Gugik, Amik, Ricky, Henry, Andhi, Ajeng, Desi, Wahyu, Nurul, Ade, Heri, Sani, Odhi, Yoyok, Udin, Wahyu, Bagas, Rika, Indah, Arum, Dita, Nadya, Ida, Istofa, Yoga, Fahmi, Doni, Dhiyas, Ratri.

16. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di masa depan. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang, Juli 2014 Penulis

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Daerah dan Keuangan Daerah ... 9

2.1.2 Pajak Daerah dan Ruang Lingkupnya ... 10

2.1.3 Retribusi Daerah dan Ruang Lingkupnya ... 12

(13)

xii

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis ... 31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.1.1 Variabel Penelitian ... 34

3.1.2 Definisi Operasional ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel ... 35

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5 Metode Analisis ... 36

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif ... 37

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.5.2.1 Uji Normalitas ... 37

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ... 38

3.5.2.3 Uji Autokorelasi ... 38

3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 39

3.5.3 Uji Analisis Regresi Berganda ... 39

3.5.4 Uji Hipotesis ... 40

(14)

xiii

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 40

3.5.4.3 Uji Parsial (t test) ... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Objek dan Periode Penelitian ... 43

4.2 Profil Provinsi Jawa Tengah ... 43

4.3 Hasil Analisis ... 44

4.3.1 Uji Statistik Deskriptif ... 44

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 46

4.3.2.1 Uji Normalitas ... 46

4.3.2.2 Uji Multikolinearitas ... 48

4.3.2.3 Uji Autokorelasi ... 49

4.3.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.3.3 Uji Analisis Regresi Berganda ... 53

4.3.4 Uji Hipotesis ... 54

4.3.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 54

4.3.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 55

4.3.4.3 Uji Parsial (t test) ... 56

4.4 Pembahasan ... 57

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(15)

xiv

Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif ... 44

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 47

Tabel 4.3 Data Outlier ... 47

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas setelah di Outlier ... 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi setelah dilakukan First Difference ... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser ... 52

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53

Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 54

Tabel 4.11 Hasil Uji F ... 55

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvi

Lampiran A Rekapitulasi Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2012 ... 67 Lampiran B Rekapitulasi Realisasi Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 2010 - 2012 Setelah Menggunakan Metode First Difference . ... 71 Lampiran C Hasil Output SPSS ... 74

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya volume pembangunan dari tahun ke tahun dan ditambah dengan naiknya populasi penduduk dan kebutuhan hidup merupakan masalah dan beban pembangunan yang patut dicermati, upaya pemecahan masalah dan beban pembangunan tersebut menuntut peran pemerintah secara berkesinambungan. Meningkatnya peran pemerintah dalam pemecahan masalah tersebut berdampak pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan (Gomies dan Pattiasina, 2011).

Dalam prakteknya, pemerintah pusat memiliki kemampuan dari sisi memobilisasi dana pembangunan melalui sumber-sumber penerimaan negara, sedangkan pemerintah daerah dihadapkan pada masalah keterbatasan sumber-sumber penerimaan sehingga pembiayaan daerah masih bergantung pada pemerintah pusat. Tekad pemerintah untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab melalui pemberian kewenangan yang lebih besar terhadap daerah, merupakan salah satu cara untuk memberdayakan potensi daerah di berbagai bidang pembangunan, salah satu kebijakan pemerintah untuk menunjang ekonomi daerah adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 (Gomies dan Pattiasina, 2011).

(19)

Dimulai tanggal 1 Januari 2001, pelaksanaan otonomi daerah menghendaki pemerintah daerah untuk mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah (Gomies dan Pattiasina, 2011).

Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri dari Pendapatan asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Pendapatan Lain-lain yang sah. Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dengan demikian, penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dalam hal pencapaian dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Adapun penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak provinsi yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan penerimaan pajak kabupaten/kota di antaranya adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.(Siahaan, 2013)

(20)

3

Selain pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan salah satu komponen penting dalam pendapatan asli daerah. Retribusi Daerah dapat digolongkan menjadi Retribusi Jasa Umum, yang meliputi Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah Cair, Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Jenis Retribusi Jasa Khusus terdiri dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air dan Retribusi Penjualan Produksi Usahan Daerah. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.(Siahaan, 2013)

Sehubungan dengan teori di atas, terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah. Menurut Apriani (2012), pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah. Menurut Prameka (2012), kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Malang sudah cukup baik, sedangkan untuk kontribusi retribusi

(21)

pajak masih didominasi dari retribusi jasa umum. Menurut Gomies dan Pattiasina (2011), disimpulkan bahwa pajak dan retribusi daerah dapat menaikkan pendapatan asli daerah. Menurut Watuna (2013), pajak daerah berperan dalam mendukung pendapatan asli daerah, hal ini dapat dilihat pajak daerah yang diterima selalu meningkat setiap tahunnya dan realisasinya selalu melebihi target yang telah ditetapkan.

Namun pada penelitian Apriani (2012) menyatakan bahwa secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan Mikha (2010), kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah selama periode tahun 2003-2007 cenderung menurun, sedangkan kontribusi retribusi daerah terhadap total pendapatan asli daerah Kabupaten Sleman cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Apriani (2012) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tasikmalaya tahun 2002-2011. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah :

1. Waktu penelitian dalam rentang waktu 2010 sampai dengan 2012.

2. Objek penelitian yang diambil adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Alasan penulis memilih Jawa Tengah sebagai objek penelitian karena terletak di tengah pulau Jawa yang menjadi penghubung antara Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Tengah memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu

(22)

5

lintas ekonomi pulau Jawa. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

Menurut data yang diperoleh dari Biro Humas Jawa Tengah, pada tahun 2010 telah ditargetkan penerimaan dari PAD sebesar Rp. 4.785.133.227.424. Target penerimaan PAD tersebut berasal dari dari empat sumber, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dari pajak daerah ditargetkan bisa memberikan kontribusi sebesar Rp. 3.893.699.996.503, retribusi daerah Rp. 127.651.268.654, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 195.631.744.316, lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp. 568.150.217.951. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pajak daerah memegang peranan yang sangat dominan dibanding penerimaan yang lainnya.

Potensi-potensi yang ada di Jawa Tengah seharusnya bisa dimaksimalkan lagi untuk menambah sumber penerimaan daerah. Tujuan adanya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah adalah untuk mendorong perekonomian Jawa Tengah melalui pembangunan sarana prasarana yang menunjang perekonomian. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan perekonomian dapat berkembang dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2010-2012. Dalam penelitian ini, objek dibatasi hanya Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada

(23)

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah selama 3 tahun, mulai tahun 2010 sampai tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan mengenai :

1. Bagaimana pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah?

1.3 Tujuan Masalah

Penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah.

2. Bagi instansi pemerintahan

Mengetahui pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah dengan tepat. Dengan diketahui nya pengaruh tersebut dapat digunakan sebagai acuan pemerintah guna meningkatkan pendapatan asli daerah nya.

(24)

7

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 bab dan setiap bab dibagi menjadi sub bab-sub bab, hal ini dimaksudkan agar lebih jelas dan mudah dipahami. Secara garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah tujuan penelitian manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari penelitian ini dan untuk penganalisaan masalah yang dibahas, penelitian terdahulu sebagai dasar dari penelitian yang akan dilakukan, pengembangan hipotesis dan kerangka teoritis dari penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini akan diuraikan mengenai variable dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian

Bab V : Penutup

Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang berguna bagi pihak

(25)

terkait, implikasi dari hasil analisis data yang dibuat, serta keterbatasan yang mengemukakan kelemahan dari penelitian ini.

(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Daerah dan Keuangan Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Mengenai Pemerintah Daerah, Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan pengertian Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD, yaitu : suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan. Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dari definisi Keuangan Daerah tersebut melekat 4 (empat) dimensi, yaitu : 1. Adanya dimensi hak dan kewajiban;

2. Adanya dimensi dan tujuan perencanaan;

(27)

4. Adanya dimensi nilai uang dan barang (investasi dan inventarisasi)

2.1.2 Pajak Daerah dan Ruang Lingkupnya

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jenis-jenis Pajak Daerah, menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dibagi menjadi dua jenis pajak daerah, yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota (Siahaan, 2013). Pajak Propinsi terdiri dari :

1. Pajak kendaraan bermotor yaitu pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor;

2. Bea balik nama kendaraan bermotor yaitu pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua buah pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha;

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor yaitu pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor;

(28)

11

4. Pajak air permukaan yaitu pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan; dan

5. Pajak rokok yaitu pemungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.

Sedangkan Pajak Kabupaten atau Kota terdiri dari :

1. Pajak Hotel yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel; 2. Pajak Restoran yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran; 3. Pajak Hiburan yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan;

4. Pajak Reklame yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame;

5. Pajak Penerangan Jalan yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain;

6. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan yaitu pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan baik dari sumber alam di dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan;

7. Pajak Parkir yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor ;

8. Pajak Air Tanah yaitu pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah;

9. Pajak Sarang Burung Walet yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan yaitu pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang

(29)

pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan; dan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yaitu pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.

2.1.3 Retribusi Daerah dan Ruang Lingkupnya

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, yang dimaksud dengan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Perbedaan utama retribusi dari pajak adalah pada retribusi terdapat kontra-prestasi langsung. Hal tersebut berarti pihak pembayar retribusi melakukan pembayaran karena ditujukan untuk memperoleh prestasi tertentu dari pemerintah misalnya untuk mendapatkan izin atas usaha tertentu. Pungutan atas retribusi diberikan atas pembayaran berupa jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan oleh pemerintah kepada orang pribadi atau badan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Retribusi Daerah dibagi menjadi tiga golongan yaitu : Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu (Siahaan, 2013).

(30)

13

1. Retribusi Jasa Umum, retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Objek pendapatan yang termasuk dalam kategori retribusi jasa umum untuk Pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

a. Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali pelayanan pendaftaran;

b. Retribusi pelayanan kebersihan adalah pelayanan kebersihan/persampahan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah;

c. Retribusi penggantian beban cetak KTP dan beban cetak akta catatan sipil

adalah meliputi pelayanan : kartu tanda penduduk, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk musiman, kartu keluarga dan akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian;

d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi : pelayanan pemakaman dan sewa tempat pemakaman yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah;

e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(31)

f. Retribusi pelayanan pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang;

g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah;

h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan atau dipergunakan oleh masyarakat;

i. Retribusi penggantian beban cetak peta adalah penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah;

j. Retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus adalah pelayanan penyediaan dan atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah;

k. Retribusi pengolahan limbah cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran dan industri yang disediakan, dimiliki, dan atau dikelola secara khusus oleh pemerintah daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair;

l. Retribusi pelayanan tera/tera ulang adalah seperti : pelayanan pengujian alat-alat ukur, taar, timbang dan perlengkapannya, serta pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(32)

15

m. Retribusi pelayanan pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah; dan

n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum.

2. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi Jasa usaha untuk Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi :

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah retribusi atas pemakaian kekayaan daerah;

b. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah;

c. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan;

d. Retribusi jasa usaha terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

(33)

e. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

f. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

g. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

h. Retribusi jasa usaha pelayanan kepelabuhan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

i. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah;

j. Retribusi penyeberangan di air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah; dan

k. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan

(34)

17

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis retribusi perizinan tertentu untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu sebagai berikut :

a. Retribusi izin mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan;

b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu;

c. Retribusi izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja;

d. Retribusi izin trayek adalah pemberian izin kepada pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu; dan

e. Retribusi izin usaha perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah di tentukan sebagai berikut :

(35)

1. Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan;

2. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 153, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak; dan

3. Tarif retribusi perizinan tertentu diterapkan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah dalam Otonomi Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari :

1. Pajak Daerah; 2. Retribusi Daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah.

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, yang dimaksud dengan lain-lain PAD yang sah antara lain meliputi :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2. Jasa giro;

(36)

19

3. Pendapatan bunga;

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah.

2.1.5 Reformasi Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2009 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia akhirnya mengesahkan Rancangan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (RUU PDRD) menjadi Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) Nomor 28 Tahun 2009, sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000.

Dalam pendapat akhir pemerintah, Menteri Keuangan menyatakan bahwa penyelesaian Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 merupakan langkah yang strategis dan fundamental dalam memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang lebih ideal. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010 mempunyai tujuan sebagai berikut (Siahaan, 2013) :

1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.

(37)

3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah yang dipergunakan dalam penyusunan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 ini, yaitu :

1. Pemberian kewenangan pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah tidak terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhadap fiskal nasional

2. Jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009

3. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam undang-undang

4. Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam undang-undang sesuai kebijakan pemerintah daerah

5. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara preventif dan korektif. Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur pajak dan retribusi harus mendapat persetujuan pemerintah sebelum ditetapkan menjadi peraturan daerah.

Materi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 ini, antara lain :

a. Penambahan Jenis Pajak Daerah

Terdapat penambahan 4 (empat) jenis pajak daerah, yaitu : 1 jenis pajak provinsi dan 3 jenis pajak kabupaten/kota. Jenis pajak provinsi yang baru adalah

(38)

21

Pajak Rokok, sedangkan 3 jenis pajak kabupaten/kota yang baru adalah PBB Pedesaan dan Perkotaan, BPHTB, dan Pajak Sarang Burung Walet. Sebagai catatan, untuk kabupaten/kota ada penambahan 1 jenis pajak yaitu Pajak Air Tanah yang sebelumnya merupakan pajak provinsi, yaitu Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

a) Pajak Rokok

Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penerimaan Pajak Rokok tersebut sebesar 70% dibagihasilkan kepada kabupaten/kota di propinsi yang bersangkutan. Walaupun pajak ini merupakan jenis pajak baru, namun diperkirakan pengenaan Pajak Rokok tidak terlalu membebani masyarakat karena rokok bukan merupakan barang kebutuhan pokok dan bahkan pada tingkat tertentu konsumsinya perlu dikendalikan. Di pihak lain, pengenaan pajak ini tidak terlalu berdampak pada industri rokok karena beban Pajak Rokok akan disesuaikan dengan kebijakan strategis di bidang cukai nasional dan besarnya disesuaikan dengan daya pikul industri rokok mengikuti natural growth (pertumbuhan alamiah) dari industri tersebut. Selain itu, penerimaan Pajak Rokok dialokasikan sebesar 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan (pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyedia sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat

(39)

mengenai bahaya merokok) serta penegakan hukum (pemberantasan peredaran rokok ilegal dan aturan mengenai larangan merokok).

b) PBB Pedesaan dan Perkotaan

Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir seluruh penerimaannya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan dijadikannya PBB Pedesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai PAD. c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan PAD.

d) Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet merupakan jenis pajak daerah baru, yang dapat dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki potensi sarang burung walet yang besar akan dapat meningkatkan PAD.

(40)

23

b. Penambahan Jenis Retribusi Daerah

Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera Ulang; Retribusi Pengendalian Tower Telekomunikasi; Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.

a) Retribusi Tera/Tera Ulang

Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan oleh masyarakat. Dengan pengendalian tersebut alat ukur, takar, dan timbang akan berfungsi dengan baik, sehingga penggunanya tidak merugikan masyarakat.

b) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembangunan dan pemeliharaan menara telekomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan menara telekomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan dan keselamatan, keindahan dan sekaligus memberikan kepastian kepada pengusaha. Untuk menjamin agar pungutan daerah tidak berlebihan, tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak melampaui 2% dari Nilai Jual Objel Pajak PBB menara telekomunikasi.

c) Retribusi Pelayanan Pendidikan

Pengenaan Retribusi Pelayanan Pendidikan dimaksudkan agar pelayanan pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menengah, seperti pendidikan dan pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh

(41)

pemerintah daerah agar dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang dimaksud.

d) Retribusi Izin Usaha Perikanan

Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah dipungut sejumlah daerah sesuai dengan kewenanganya. Sebagaimana halnya dengan jenis retribusi lainnya, pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di bidang perikanan dapat terlaksanakan secara terus menerus dengan kualitas yang lebih baik.

c. Perluasan Basis Pajak Daerah

Perluasan basis pajak daerah, antara lain adalah : a) PKB dan BBNKB, termasuk kendaraan pemerintah, b) Pajak Hotel, mencakup seluruh persewaan di hotel, dan c) Pajak restoran, termasuk jasa katering/jasa boga

d. Perluasan Basis Retribusi Daerah

Perluasan Basis Pajak Daerah dilakukan dengan mengoptimalkan pengenaan Retribusi Izin Gangguan, sehingga mencakup berbagai retribusi yang berkaitan dengan lingkungan yang selama ini dipungut, seperti Retribusi Izin Pembuangan Limbah Cair, Retribusi AMDAL, serta Retribusi Pemeriksanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

(42)

25

e. Kenaikan Tarif Maksimum Pajak Daerah

Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakan dalam rangka peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan, penghematan energi, dan pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah dinaikkan, antara lain :

a) Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10% khusus untuk kendaraan pribadi dapat dikenakan tarif progresif

b) Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi 20%

c) Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan angkutan umum. Tarif dapat ditetapkan lebih rendah.

d) Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi 30%

e) Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (sebelumnya Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C), dinaikkan dari 20% menjadi 25%

f. Bagi Hasil Pajak Provinsi

Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak propinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota dengan proporsi sebagai berikut :

a) Pajak Kendaraan Bermotor, 70% untuk propinsi dan 30% untuk kabupaten/kota

(43)

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, 70% untuk propinsi dan 30% untuk kabupaten/kota

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 30% untuk propinsi dan 70% untuk kabupaten/kota

d) Pajak Air Permukaan, 50% untuk propinsi dan 50% untuk kabupaten/kota e) Pajak Rokok, 30% untuk propinsi dan 70% untuk kabupaten/kota

g) Pengalokasian Pajak

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus-menerus dan sekaligus menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, penerimaan beberapa jenis pajak daerah wajib dialokasikan untuk mendanai pembangunan sarana dan prasaranan secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat. Pengaturan pengalokasian pajak tersebut adalah :

a) 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan, serta pengingkatan sarana transportasi umum

b) 50% dari penerimaan Pajak Rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum

c) Sebagian penerimaan Pajak Penerangan Jalan digunakan untuk penyedian penerangan jalan

Dengan penerapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di daerah menjadi lebih kondusif karena PERDA pungutan

(44)

27

daerah yang membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian ini. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menganalisis pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Hasil

1 Danied Mikha (2010) Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman 1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Daerah terhadap total Pendapatan Asli Daerah . Untuk mengetahui besarnya kontribusi Retribusi Daerah terhadap total Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sleman

1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Sleman mengalami

pertumbuhan yang positif dengan tingkat pertumbuhan yang berfluktuatif.

2. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Ali Daerah Kabupaten Sleman selama periode 2003-2007 cenderung menurun.

3. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap total

(45)

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman cenderung

mengalamani

penurunan setiap tahun. 2 Evi Apriani (2012) Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2011 (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Semarang) 1. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh Pajak Daerah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah 2.Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah 3. Untuk mengetahi pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah. 1. Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah 2. Retribusi Daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah. 3 Adelia Shabrina Prameka (2012) Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah 1. Untuk mengetahui

kontribusi tiap pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Malang 1. Kontribusi pajak daerah keseluruhan sudah memberikan tingkat kontribusi yang baik bagi pendapatan Kabupaten Malang 2. Tingkat kontribusi

(46)

29 (PAD) Kabupaten Malang 2. Untuk mengetahui kontribusi tiap retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Malang

3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas yang dicapai tiap jenis pajak di Kabupaten Malang 4.Untuk mengetahui tingkat efektifitas yang dicapai tiap jenis retribusi daerah di Kabupaten Malang.

retribusi jasa umum yang paling besar untuk kontribusi retribusi daerah di Kabupaten Malang 3.Tingkat efektifitas pajak daerah di Kabupaten Malang dapat dikategorikan baik. 4.Tingkat efektifitas retribusi daerah di Kabupaten Malang dapat dikategorikan baik. 4 Stevanus J. Gomies dan Victor Pattiasina Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Untuk menghitung besarnya kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Maluku Tenggara.

Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah dapat menaikkan pendapatan asli daerah. 5 Firlly BC Watuna Peran Pajak Daerah dalam Untuk mengetahui bagaimana peran

Pajak daerah berperan dalam mendukung

(47)

Menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bitung pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bitung.

pendapatan asli daerah.

2.3 Kerangka Konseptual

Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pemberlakuan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah merupakan titik tolak pemberdayaan pemerintah daerah secara lebih mandiri. Dalam prakteknya, Pemerintah daerah mengandalkan sumber dana yang berasal dari pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah. Pendapatan asli daerah ini meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dalam usaha meningkatkan pendapatan asli daerah dibutuhkan sumber daya manusia yang jeli guna menggali potensi-potensi penerimaan di daerahnya yaitu kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Untuk melihat analisis pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah maka digunakan analisis regresi berganda.

Pajak daerah dan retribusi daerah hakekatnya adalah sumber-sumber dari penerimaan asli daerah. Dari sumber-sumber tersebut pemerintah dapat memungut penerimaan dan mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki oleh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah guna membiayai pembangunan daerah. Dengan demikian pajak daerah dan retribusi daerah dapat dijadikan indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah. Dari uraian di atas, terdapat dua faktor yaitu pajak daerah dan retribusi

(48)

31

daerah yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah, maka kerangka konseptualnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.4 Hipotesis

Menurut Sudjana (2005), hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk pengecekannya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesi itu diterima atau ditolak. Berdasarkan teori-teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Penambahan Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

Dalam prakteknya, pajak daerah merupakan komponen dari pendapatan asli daerah. Berdasarkan penelitian Apriani (2012), menyatakan bahwa secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Pajak daerah

PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

(49)

berdasarkan perkembangan memberi kontribusi yang benar terhadap pendapatan asli daerah karena penerimaan dari pajak daerah dominan dibandingkan dengan komponen pendapatan asli daerah yang lainnya. Sedangkan Watuna (2013) menyatakan bahwa pajak daerah berperan dalam mendukung pendapatan asli daerah, hal ini dapat dilihat dari pajak daerah yang diterima selalu meningkat setiap tahunnya dan realisasinya selalu melebihi target yang telah ditetapkan. Berdasarkan dari penelitian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha1 : Penambahan Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

2. Penambahan Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

Retribusi daerah juga merupakan komponen dari pendapatan asli daerah. Berdasarkan penelitian Prameka (2012), menyatakan bahwa tingkat efektifitas retribusi daerah di Kabupaten Malang dapat dikategorikan baik, karena realisasi retribusi daerah yang tercapai lebih besar daripada target yang direncanakan. Sedangkan Gomies dan Pattiasina (2011) menyatakan retribusi daerah memberikan kontribusi yang baik terhadap pendapatan asli daerah. Berdasarkan dari penelitian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha2 : Penambahan Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

(50)

33

3. Penambahan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah memiliki komponen antara lain, pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dalam penelitian ini, pajak daerah dan retribusi daerah yang akan dimasukkan dalam variabel penelitian untuk menganalisa pengaruhnya terhadap pendapatan asli daerah. Menurut Apriani (2012) menyatakan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan Gomies dan Pattiasina (2011) menyimpulkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah dapat menaikkan pendapatan asli daerah. Berdasarkan dari penelitian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha3 : Penambahan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap penambahan Pendapatan Asli Daerah

(51)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan satu variabel dengan variabel yang lain. Adapun variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya/berpengaruhnya variabel dependen. Dalam hal ini Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi variabel independen dalam penelitian ini. 2. Variabel Dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam hal ini Pendapatan Asli Daerah menjadi variabel dependen, karena dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Pajak Daerah

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Siahaan, 2013).

(52)

35

2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (Siahaan, 2013).

3. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Jadi populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah untuk periode 2010-2012.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah perusahaan yang diperkirakan dapat mewakili karakteristik populasi (Sugiyono, 2011). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus sampling (sampel jenuh) yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Adapun sampel dari penelitian ini

(53)

adalah Laporan Realisasi APBD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah untuk periode 2010-2012.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sedangkan sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari dokumen, informasi, data-data mengenai pendapatan asli daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series (runtut waktu) selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 meliputi data : pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan asli daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data sekunder, data dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan persamaan regresi linear berganda, yaitu menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui tabel dengan menggunakan software SPSS dan analisis kuantitatif sebagai berikut :

(54)

37

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi dan sample Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Data dalam penelitian ini bersumber dari laporan APBD Pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah yakni data Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, serta standar deviasinya.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen, yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011). Untuk uji normalitas data, penulis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Apabila signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

(55)

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel independen.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika variabel independen yang cukup tinggi di atas 0,09 maka hal ini memiliki adanya indikasi ada multikolinearitas.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance, dan lawannya Variance Inflastion Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel yang terpilih tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff

yang umum dipakai adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.5.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

(56)

39

pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dL < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL Tidak ada autokorelasi. Positif dan negatif Tidak ditolak dU < d < 4 - dU

3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

3.5.3 Uji Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua ataua lebih variabel independennya sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya), (Sugiyono, 2011). Persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 4.3  Data Outlier
Tabel 4.8  Hasil Uji Glejser
Tabel 4.11  Hasil Uji F
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini merupakan pembuatan aplikasi mini market tampilan window yang berhubungan serta berinteraksi dengan database dengan menggunakan fasilitas yang ada pada Visual

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi messenger menggunakan software bahasa pemrograman Java2 dan menggunakan text editor Edit Plus2. Aplikasi messenger yang

Using mind mapping technique to improve students ability in reading descriptive text (a quasi-experimental study in one of junior high school in Bandung). An S.Pd Thesis

Komoditi Andalan dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Desa sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Tasman, Aulia dan

Pondasi Tapak Gabungan Tanpa Balok Pengaku4.

kelompok pemerhati dan pelaku pariwisata dalam peningkatan daya tarik obyek wisata unggulan-. mininmal 5

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Karakterisasi kimia Andisols di Jawa Barat dan Jawa Tengah, (2) Karakterisasi pola pelepasan nitrat pada Andisols di Jawa Barat dan

Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang bermakna pendidikan dan usia ibu dengan pengetahuan ibu tentang pesan-pesan gizi (pemberian MP-ASI) di Buku KIA di Desa Bulusulur