• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL SERTA PERUBAHANNYA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL SERTA PERUBAHANNYA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA

TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL

SERTA PERUBAHANNYA MELALUI PEMBELAJARAN

DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Yuanita Ratna Sari Dewi NIM : 001424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Dewi, Yuanita Ratna Sari, 2008. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa tentang Rangkaian Listrik Seri dan Paralel Serta Perubahannya Melalui Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Terbimbing. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pemahaman siswa mengenai konsep rangkaian listrik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, (2) miskonsepsi yang terjadi pada materi rangkaian listrik seri paralel (3) perubahan konsep Rangkaian Listrik seri dan paralel yang terjadi pada siswa yang mengalami miskonsepsi setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.

Penelitian dilaksanakan di SMA BOPKRI I Yogyakarta. Subyek penelitian yaitu siswa kelas X-C yang berjumlah 18 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu pretest, wawancara I, pembelajaran, posttest, dan wawancara II. Soal pretest dan posttest berupa tes pilihan ganda dan esay yang disertai skala CRI (Certainty of Response Index) yang dimodifikasi untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa dalam menjawab soal. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang Rangkaian seri dan Paralel sebelum pembelajaran masih kurang. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi mengenai arus dan kuat arus.. Melalui pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, pemahaman siswa tentang arus dan kuat arus mengalami perubahan konsep yaitu menjadi lebih baik dibandingkan sebelum pembelajaran, namun beberapa siswa belum mengalami perubahan pemahaman. Metode eksperimen terbimbing dapat membantu proses perubahan konsep siswa.

(8)

ABSTRACT

Dewi, Yuanita Ratna Sari, 2008. Student’s Understanding and Misconception on Series and Parallel Circuits and Its Change in Learning Process Using the Guided Experiment Method. The Physics Education Study Program, The Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The purposes of the research were to find out : (1) the students understanding about the concept of electric circuit before and after attending a learning process using the guided experiment method, (2) the misconception related to the series and parallel circuit, and (3) the concept change on the series and parallel circuit occured to the students who experienced the misconception after attending the learning using the guided experiment method.

The research was conducted at SMA BOPKRI I Yogyakarta. The subjects were 18 students of the X-C grade. The data gathering of this research was conducted in five steps, they were, the pre-test, the interview I, the learning process, the post-test, and the interview II. The pre-test and the post-test question lists were in form of multiple choice and essay using the CRI scale (Certainty of Response Index) which was modified in order to find out the level of the students certainty in answering the questions. The conducted learning process used the guided experiment method.

The result of the research showed that the students understanding about the series and parallel circuit before the learning process were still low. Most of the students experienced the misconception on the current and the power of the current. Through the learning process using the guided experiment method, the students understanding about current and the power of the current changed to be better than before the learning process. However, some students did not get the change in their understanding. The guided experiment method helped the students change their concepts.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL SERTA PERUBAHANNYA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam mempersiapkan, menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan yang diberikan oleh semua pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis, menyediakan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Fisika, dan Dosen Pembimbing Akademik.

3. Bapak Yohanes Suhartono, S.Pd, selaku guru fisika SMA BOPKRI I Yogyakarta yang telah banyak memberikan kesempatan kepada penulis

(10)

untuk melakukan penelitian, membantu dan membimbing penulis dalam penelitian,dan mendukung dari awal sampai akhir penelitian.

4. Mas Andreas Budi selaku penanggung jawab lab fisika SMA BOPKRI I Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menyiapkan dan mengadakan peralatan dalam penelitian, dari awal hingga akhir.

5. Bapak Drs. Sarwoko Budi Purwanto dan Ibu Dra. Ngatini, selaku orang tua yang dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan ketulusan hati telah membimbing, mendukung, mendoakan, dan menyayangi penulis hingga terselesainya skripsi ini.

6. Suamiku Agustinus Doni Tyas Agung Nugroho dan jagoan kecilku Terra Awang Semesta, yang selalu memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan semangat, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Kedua adikku Anggraini Puspita Sari Dewi dan Nuraini Mustika Sari

Dewi yang selalu menyayangi, mendukung, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, memberikan sarana dan prasarana yang membantu penulis, mendengarkan keluh kesah yang ada, dan memberi solusi yang berguna. 8. Teman- temanku angkatan 00 : Sari, Naning, Catherine, Rina, Sri, Wulan,

Deni, dan Ika.

9. Eli, Dias, Yanti, Dina, dan Mif yang telah banyak membantu dan menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi.

10. Pak Narjo dan Pak Sugeng yang dengan keramahan, dan ketulusan hati telah membantu penulis

(11)

11. Keluarga besar SMA BOPKRI I Yogyakarta yang telah menerima peneliti dengan ramah, dan membantu berjalannya penelitian, khususnya kelas X-C (Ronald, Nina, Putri, Lukas, Yessy dan Markus) yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu dalam penelitian. 12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi

bantuan.

Penulis menyadari skripsi ini banyak kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

ABSTRAK……….. vi

ABSTRACT……… vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tinjauan Pustaka... 2

1. Hakekat Fisika………... 2

2. Tujuan Pembelajaran Fisika……….. 4

3. Konsep dan Pemahaman Konsep... 5

4. Miskonsepsi... 7

5. Teori Perubahan Konsep... 9

6. Metode Eksperimen Terbimbing... 12

(13)

7. Rangkaian seri dan Rangkaian paralel... 15

8. Hasil penelitian tentang rangkaian listrik ... 23

C. Rumusan Masalah... 24

D. Tujuan Penelitian... 24

E. Manfaat Penelitian……… 25

BAB II METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Populasi Sampel... 27

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 28

D. Metode Pengumpulan Data... 28

E. Instrument Penelitian……… 28

F. Metode Analisis Data………. 30

BAB III DATA DAN ANALISIS………. 34

A. Deskripsi Penelitian………... 34

B. Data dan Analisis……… 38

1. Data pre test dan wawancara I serta pembahasan………... 38

2. Pemilihan Siswa untuk Wawancara………. 40

3. Gambaran Umum Konsep Awal Siswa (sebelum pembelajaran)… 41

a. Pengertian arus listrik dan syarat agar arus listrik dapat mengalir……… 42

b. Arus mengalir secara serentak... 43

c. Besarnya arus pada setiap bagian pada rangkaian seri adalah sama... 43

(14)

d. Kuat arus pada rangkaian seri dan paralel... 46

C. Pelaksanaan Pembelajaran ……… 50

D. Gambaran Umum Konsep Akhir Siswa ……… 52

a. Pengertian arus listrik dan syarat agar arus listrik dapat mengalir……… 52

b. Arus mengalir secara serentak... 54

c. Besarnya arus pada setiap bagian pada rangkaian seri adalah sama... 55

d. Kuat arus pada rangkain seri dan paralel……….. 60

Keterbatasan penelitian... 63

E. Rangkuman Pemahaman siswa……… 64

BAB IV PENUTUP……… 68

A. Kesimpulan………. 68

B. Saran……….. 70

DAFTAR PUSTAKA……… 72

LAMPIRAN ……….. 74

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Bentuk matrik jawaban siswa ……… 32

Tabel 2 : Rangkuman konsep awal dan konsep akhir siswa mengenai rangkaian seri dan paralel……… 64

Tabel 3 : Daftar hadir siswa……… 74

Tabel 4 : Rekap jawaban, keyakinan dan nilai pre test siswa………. 82

Tabel 5 Kualifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ……… 83

Tabel 6 :Skor, Persentase Skor, dan Kualifikasi Pemahaman Siswa dari Data Pre test……….. 84

Tabel 7 :Skor, dan Persentase Skor Tertinggi, Terendah, dan Rata-rata dari Data Pre test……….. 85

Tabel 8 : Distribusi Kualifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Data Pretest ……… 85

Tabel 9 : Pemahaman Siswa Berdasarkan Skala CRI dari Data Pre test ….. 85

Tabel 10 : Miskonsepsi yang Dimiliki Oleh Setiap Siswa Berdasarkan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi... 86

Tabel 11 :Miskonsepsi yang Dimiliki Oleh Setiap Siswa Berdasarkan Nomor Absen ……… 86

Tabel 12 : Frekuensi Jawaban Benar dan Salah Siswa Berdasarkan Soal Pre test ……… 87

Tabel 13 : Rekap jawaban, keyakinan dan nilai post test siswa………. 122

Tabel 14 : Skor, Persentase Skor, dan Kualifikasi Pemahaman Siswa dari Data Post test……… 122

Tabel 15 : Perbandingan Persentase skor siswa dan Kualifikasi Pemahaman siswa pada pre test dan post test………. 123

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Macam-macam bentuk rangkaian seri ………. 18

Gambar 2 Rangkaian seri dan pangkaian penggantinya ………... 20

Gambar 3 Macam-macam bentuk rangkaian paralel ……… 20

Gambar 4 Rangkaian paralel dan pangkaian penggantinya ……….. 22

Gambar 5 Bagan Analisis Data……….. 30

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar hadir siswa………. 74

Lampiran 2 : Soal Pre test……….. 75

Lampiran 3 : Data Pretest………. 82

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Setelah Pre test……… 88

Lampiran 5 : Rencana Pembelajaran……….. 101

Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa……….. 106

Lampiran 7 : Soal Post test………. 117

Lampiran 8 : Data Posttest………. 122

Lampiran 9 : Hasil Wawancara Setelah Post test………... 124

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari siswa banyak mengenal pengetahuan fisika

secara tidak langsung dan tidak mereka sadari. Salah satunya adalah mengenal

apa itu listrik. Secara tidak sadar mereka telah membangun gagasan tentang

apa itu listrik, apa saja rangkaian listrik itu, bagaimana cara merangkaikan

listrik, apa itu tegangan, hambatan dan arus dari pengalaman dan pengamatan

sehari-hari mereka. Konsep atau gagasan tentang listrik yang mereka dapatkan

dari pengalaman itu akan terus melekat dalam memori mereka dan akan sangat

sulit diperbaiki. Namun apakah gagasan-gagasan tersebut benar?

Tidak semua gagasan yang didapat dari pengalaman dan pengamatan

sehari-hari salah, namun banyak pula dari gagasan-gagasan tersebut yang

tidak benar atau tidak tepat saat digunakan dalam lingkungan formal.

Sayangnya kebanyakan siswa secara konsisten mengembangkan

konsep-konsep yang telah mereka miliki tersebut secara terus-menerus yang akhirnya

dapat mengganggu proses belajar fisika. Konsep atau gagasan-gagasan yang

didapatkan dari pengalaman akan sangat sulit diperbaiki (Berg,1991: 1) yang

tentu saja hal ini dapat mengganggu proses pemahaman siswa.

Salah satu miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran fisika mengenai

rangkaian listrik adalah kesalahan saat harus membedakan rangkaian seri dan

(19)

Untuk dapat mengubah miskonsepsi ini, guru perlu merancang suatu

pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat mengerti dan memahami

konsep yang sebenarnya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah

dengan menggunakan metode eksperimen. Dengan metode eksperimen

terbimbing ini siswa diharapkan dapat mengerti dimana kesalahan konsep

yang mereka miliki dan bagaimana konsep yang sebenarnya. Siswa

diharapkan dapat menemukan sendiri kesalahan konsep yang telah mereka

miliki dan dapat mememukan sendiri pula konsep yang sebenarnya. Tugas

guru disini hanyalah mengarahkan dan menuntun siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berminat untuk menyelidiki

bagaimana konsep awal dan akhir siswa, miskonsepsi yang terjadi, serta

apakah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dapat merubah

pemahaman dan miskonsepsi siswa.

B. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Fisika

Fisika adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya

merupakan bagian (atau bagian yang integral) dari Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA). Menurut Einstain & Infeld dalam Bettencort,1989, ilmu

pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan

semua gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Suparno,

1997, 17). Sund dan Conant mengartikan sains (fisika) sebagai “bangunan

(20)

eksperimen dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk

eksperimentasi serta observasi selanjutnya” (Budi dalam Sumaji,1998 ,

161).

Menurut Dowson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah karena

adanya rasa ingin tahu, keinginan unuk memahami dan mengolahnya agar

dapat memenuhi kebutuhan (Budi dalam Sumaji,1998 :161)

Sains dapat dipandang sebagai satu kesatuan dari hasil keilmuan,

proses keilmuan, dan sikap keilmuan. Hasil keilmuan meliputi hukum,

prinsip, persamaan, dan teori atau konsep. Proses keilmuan sendiri

meliputi metode ilmiah yaitu : menemukan masalah, merumuskan

masalah, membuat hipotesa, merancang percobaan, melakukan

pengumpulan data, menganalisa data dan menarik kesimpula. Sikap

keilmuan meliputi sikap teliti, jujur, terbuka, kritis, kreatif, tidak mudah

menarik kesimpulan dan lain-lain.

Menurut Peter C. Gega (1986), keterampilan proses sains meliputi:

1. Keterampilan Mengamati

2. Keterampilan Mengukur

3. Keterampilan Operasi Hitung Dasar

4. Keterampilan Memecahkan Masalah

5. Keterampilan Menemukan Keteraturan Hubungan Antar Ubahan

6. Keterampilan Menyajikan Data Dalam Bentuk Tabel dan Grafik

7. Keterampilan Berkomunikasi

(21)

9. Keterampilan Melakukan Eksperimen

Keterampilan melakukan eksperimen mencakup keterampilan

siswa membaca gambar atau rangkaian dan mengaplikasikannya dalam

rangkaian yang sesungguhnya (Sinaradi dalam Sumaji,1998 :148-150).

Dalam keterampilan melakukan eksperimen ini siswa juga akan

mengembangkan keterampilan berkomunikasinya yaitu dengan cara

menggambarkan rangkaian nyata dalam sebuah gambar.

2. Tujuan Pembelajaran Fisika

Tujuan pembelajaran fisika menurut GBPP bidang studi fisika

kurikulum 1994 SMU adalah :

“untuk menguasai konsep- konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode (proses)sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.”

Secara khusus tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa mampu

melakukan pengukuran, melakukan percobaan dan berpikir nalar melalui

diskusi untuk memahami konsep-konsep, hukum-hukum, serta mampu

menerapkannya dalam kehidupan nyata (Budi dalam Sumaji,1998

:165-166)

Tujuan-tujuan tersebut mengacu pada tiga aspek penting, yaitu

membangun :

1. Pengetahuan, berupa pemahaman konsep, hukum, dan teori serta

(22)

2. Kemampuan berperoses, meliputi pengukuran, percobaan, dan

berdiskusi.

3. Sikap keilmuan

3. Konsep dan Pemahaman Konsep

Konsep adalah suatu gambaran mental yang tergambar dalam pikiran

seseorang yang dapat dijelaskan apa, bagaimana, dan seperti apa (Budi,

Kuliah Metodologi Pembelajaran Fisika).

Konsep dalam fisika dapat dibedakan menjadi konsep besaran dan

konsep non besaran. Konsep yang merupakan besaran adalah konsep yang

mempunyai nilai, dapat diukur, memiliki satuan dan memiliki difinisi.

Sedangkan konsep yang merupakan non besaran adalah konsep yang yang

hanya memiliki difinisi.

Konsep akan menjadi jelas bila konsep dapat dinyatakan difinisinya,

walau tidak semua konsep memerlukan difinisi, contohnya konsep dari

logam mulia; logam mulia adalah platina, emas, dan perak. Hanya dengan

menyebutkan anggota-anggota dari logam mulia, orang akan tahu maksud

atau apa konsep yang dimaksud.

Konsep dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Konsep Fisis (Physical Concepts)

2. Konsep Logika Matematika (Logic Mathematical Concepts)

(23)

Konsep fisis menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan tentang

obyek, proses yang dialami. Atribut dari suatu obyek serta hubungan antar

konsep-konsep seperti suhu dan volume ; bila suhu naik maka volume

bertambah. Konsep logika matematika adalah konsep yang berada diluar

obyek, tidak menyatu dengan obyek tetapi berkaitan dengan obyek, dalam

hal ini adalah struktur operasi obyek, contohnya konsep komulatif. Konsep

filosofis adalah konsep yang berkaitan dengan sutau pandangan atau sifat

manusia yang pengertiannya bersifat relatif. Contohnya konsep jujur.

Konsep menurut Ausubel dan kawan-kawan adalah sesuatu: obyek,

kejadian dan keadaan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang terwakili oleh

simbol (Berg,1991: 8).

Setiap konsep memiliki ciri khas yang hanya dimiliki konsep tersebut

dan tidak dimiliki oleh konsep lain. Dengan ciri yang dimilikinya konsep

tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling berhubungan.

Hubungan-hubungan antar konsep tersebut dapat memberikan arti, walau tidak semua

konsep dapat dihubungkan. Hubungan antara konsep-konsep yang saling

berkaitan dalam sebuah jaringan disebut juga sebagai peta konsep. Dengan

adanya peta konsep siswa akan lebih memahami sebuah konsep. Proses

belajar konsep dimulai melalui mengenal benda-benda dan

gambar-gambar, lalu bagaimana obyek tersebut dijelaskan secara verbal dan

bagaimana konsep tersebut dihubungkan dengan konsep yang lain

(24)

4. Miskonsepsi

Konsepsi merupakan tafsiran seseorang tentang suatu konsep. Seorang

anak yang baru masuk sekolah pun sudah memiliki konsepsi dalam

pikirannya. Konsepsi tersebut terbangun dari pengalaman kehidupan

sehari-harinya. Tidak semua konsepsi yang dimiliki anak salah, namun

banyak konsepsi yang dimiliki anak tersebut tidak sesuai atau bertentangan

dengan konsep yang dimiliki para ahli atau konsep ilmiah.

Ketidaksesuaian atau ketidaktepatan konsep inilah yang disebut sebagai

miskonsepsi (Suparno,2005: 2).

Berg menekankan bahwa tidak semua konsep siswa yang berbeda

dengan fisikawan dikatakan sebagai miskonsepsi, hanya konsep-konsep

yang bertentangan saja yang dikatakan sebagai miskonsepsi.

Hal ini dikuatkan lagi oleh Brown (1989;1992) dan Novak (1984)

dalam Suparno (2005: 4) yang mengatakan bahwa miskonsepsi adalah

suatu interpretasi konsep-konsep yang tidak sesuai dengan pengertian

ilmiah yang sekarang diterima.

Miskonsepsi juga dapat terjadi karena kesalahan siswa dalam

pemahaman hubungan antar konsep, misalnya hubungan antara arus dan

tegangan (Berg,1991: 10). Pernyataan ini juga didukung oleh Feldsine

(1987) dalam Suparno (2005: 4) yang mengatakan bahwa miskonsepsi

merupakan suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara

(25)

Fowler (1987) menerangkan lebih rinci tentang miskonsepsi.

Menurutnya :

Miskonsepsi merupakan pengertian yang tidak akurat akan konsep , penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar ( Suparno, 2005 : 5).

Miskonsepsi yang banyak terjadi adalah salah pengertian siswa atau

ketidaktepatan konsep awal siswa yang terus dibawa selama proses belajar

mengajar. Miskonsepsi terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari

konsep-konsep awal siswa dapat digunakan untuk memecahkan masalah

sehari-hari sehingga miskonsepsi akan sangat sulit dibenahi.

Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh kesalahan guru, buku teks,

konteks dan metode pengajaran (Suparno,2005: 29).

Miskonsepsi sebenarnya adalah hal yang wajar dalam proses

pembentukan pengetahuan seseorang yang sedang belajar. Bahkan dengan

terjadinya miskonsepsi siswa akan dapat lebih memahami suatu konsep.

Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi miskonsepsi dapat

dikurangi dengan cara guru harus dapat menimbulkan keraguan, konflik

dan kebingungan akan konsep awal yang dimiliki siswa. Salah satu

caranya adalah dengan menggunakan peristiwa-peristiwa yang

bertentangan dengan konsep awal siswa (Suparno,2005: 7).

Menurut Katu miskonsepsi dapat diditeksi sejak dini dengan beberapa

cara, yaitu:

(26)

2. Memberikan tugas-tugas terstruktur sebagai tugas diakhir

pembelajaran.

3. Memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse

question), atau pertanyaan yang kaya konteks ( context-rich

problem).

4. Mengoreksi langkah-langkah yang digunakan siswa dalam,

memecahkan suatu masalah.

5. Mewawancarai siswa.

5. Teori Perubahan Konsep

Menurut Suparno ( 2005: 95- 97) perubahan konsep ada dua macam:

1. Perubahan dalam proses perluasan konsep.

2. Perubahan dalam proses pembetulan konsep yang salah.

Perubahan dalam proses perluasan konsep bertujuan memperluas

konsep siswa, melengkapi konsep-konsep yang sudah ada dan

menyempurnakan konsep-konsep yang belum sempurna. Proses ini dapat

dilakukan dengan memberikan informasi baru secara langsung, memberi

bahan baru dengan siswa sendiri yang harus mempelajari bahan tersebut

serta siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah

disediakan. Proses ini memiliki kelamahan.

Kelemahannya adalah dengan bertambahnya konsep-konsep baru siswa

(27)

Proses yang kedua, siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka tidak

tepat dengan situasi yang ada. Salah satu caranya adalah dengan peristiwa

anomali. Yaitu peristiwa yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa

(Suparno, 1997: 51). Siswa diberi data-data dan percobaan-percobaan

yang menghasilkan data yang berbeda dengan keyakinan atau prediksi

anak.

Menurut Chinn ada beberapa reaksi orang terhadap data anomali:

1. Mengabaikan dan menolaknya.

2. Mengecualikan data itu dari yang teori yang telah ada.

3. Mengartikan kembali data itu.

4. Mengartikan data itu dengan sedikit perubahan, dan

5. Menerima data itu dan mengubah teori atau konsep

sebelumnya.

Dari macam-macam reaksi yang ada, dapat dilihat bahwa

kemungkinan kegagalan akan besar ( Suparno, 1997: 51)

Siswa dapat pula diberi suatu masalah yang untuk menjelaskannya

konsep yang dimiliki siswa tidak dapat digunakan sehingga tertantang

untuk mengubah konsepnya.

Joan Davis dalam Suparno (2005: 97) menjelaskan perubahan konsep

dengan dua cara, yakni dengan membuka konsep awal siswa yang

bertujuan untuk mengetahui gagasan awal siswa dan apa yang sebenarnya

dimaksudkan oleh siswa dan membantu siswa untuk mengubah kerangka

(28)

Dalam pengajaran perubahan konsep, Davis, Scott, Asoko, dan Driver

(Suparno 2005: 99-115) mengusulkan tiga strategi, yaitu:

1. Strategi berdasarkan konflik kognitif.

2. Strategi berdasarkan perkembangan ide siswa.

3. Metode pembelajaran fisika yang dapat membantu perubahan

konsep.

Metode-metode yang terbukti dapat membantu perubahan konsep

siswa antara lain:

a. Bridging Analogy ( Analogi Penghubung)

b. Simulasi Komputer

c. Wawancara Diagnosis

d. Diskusi Kelompok

e. Peta Konsep

f. Problem Solving

g. Percobaan (eksperimen) atau Pengalaman lapangan

h. Pertanyaan terus-menerus di kelas

Perubahan konsep dalam pembelajasran fisika sangat penting karena

dengan adanya perubahan konsep, siswa akan berkembang dalam

memahami konsep-konsep fisika dan siswa akan dapat benar-benar

(29)

6. Metode Eksperimen Terbimbing

Jerome Bruner dalam Markaban mengatakan ” penemuan adalah

suatu proses jalan / cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu

produk atau item pengetahuan tertentu". Proses itu dapat terjadi bila

melalui pemecahan masalah, praktek membentuk dan pengujian hipotesa.

Seseorang belajar menurutnya adalah bila ia dapat mencari penyelesaian

masalah untuk masalah yang sama sekali belum ia ketahui sebelumnya.

Eksperimen adalah salah satu cara yang baik untuk mempertentangkan

konsep awal yang dimiliki siswa dengan kenyataan

( Gilbert, Watts, Osborn, 1982; Brouwer,1984; Mc Clelland,1985; dalam

Suparno,2005: 114).

Menurut Roestiyah, eksperimen adalah cara belajar dimana siswa

melakukan suatu percobaan tentang sesuatu, mengamati prosesnya,

mencatat datanya dan mengolah data tersebut hingga didapatkan

kesimpulan (Roestiyah,2001: 80).

Eksperimen yang digunakan haruslah memberikan hasil yang

bertentangan dengan apa yang ada dalam pikiran siswa dan prediksi siswa.

Dengan mengalami dan mengamati eksperimen yang hasilnya

terus-menerus berbeda dengan mereka pikirkan, siswa akan tertantang untuk

mencari jawaban yang sebenarnya dan akan lebih efektif dalam mengubah

pemahaman awal dengan pengetahuan baru yang ia dapat (Suparno,2005:

(30)

Eksperimen dapat menanamkan kemantapan dan kepercayaan diri serta

dapat membuat siswa lebih mendalami konsep-konsep dan

pengertian-pengertian yang diperoleh di kelas (Soejono dalam Marpaung dan

Suparno, 1987: 192).

Eksperimen bertujuan agar siswa dapat mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari persoalan-persoalan yang dihadapinya dan juga dapat

menemukan bukti kebenaran dari sebuah teori. Dengan eksperimen siswa

juga dapat berlatih untuk berpikir secara ilmiah (Roestiyah,2001: 80).

Keunggulan eksperimen menurut Roestiyah (2001: 82).

1. Siswa menjadi terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah.

2. Siswa dapat menjadi lebih aktif dalam berpikir dan berbuat.

3. Siswa dapat menjadi lebih terampil dalam menggunakan alat-alat

percobaan.

4. Siswa dapat membuktikan kebenaran sebuah teori.

Menurut Wenning, eksperimen terbimbing adalah suatu metode

pembelajaran yang aktivitas di dalamnya dilakukan oleh siswa sendiri dan

tugas guru adalah memberikan arahan dan membimbing jalannya aktivitas

siswa. Selain itu guru juga bertugas mengembangkan dan mengajukan

pertanyaan penyelidikan, menimbulkan tanggapan, mencari penjelasan

lebih lanjut, dan membantu siswa mencapai kesimpulan atas dasar bukti

(31)

Metode eksperimen terbimbing diperkenalkan pertama kali Plato.

Berawal dari dialog antara Socrates dan siswanya yang mencari

kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur

oleh guru (Socrates) untuk mengarahkan siswa agar dapat menemukan

kesimpulan yang dicarinya. Metode eksperimen terbimbing ini jaga

dikenal sebagai metode Socratic (Cooney,1975 : 136, Markaban)

Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

terbimbing, siswalah yang paling berperan. Guru hanya bertugas

memperkenalkan suatu masalah, menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan siswa untuk memecahkan masalah tersebut dan mengorganisir

kegiatan yang akan dilakukan. Siswalah yang harus dapat menemukan

sendiri pemecahan masalahnya.

Metode eksperimen terbimbing memiliki kelemahan dan kekurangan.

Kelebihan Metode Eksperimen Terbimbing adalah :

1. Siswa menjadi aktif dalam pembelajaran

2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry

(mencari-temukan)

3. Meningkatkan kemampuan problem solving siswa

4. Dengan siswa menemukan sendiri konsep yang dicari, maka

konsep tersebut akan lebih kuat dan tidak mudah terlupakan.

Kekurangan metode eksperimen terbimbing adalah :

1. Memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

(32)

2. Tidak semua siswa dapat mengikuti metode ini karena beberapa

siswa masih terbiasa dengan model ceramah

3. Tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan metode ini

Dalam skripsi ini, materi yang penulis bahas dapat menggunakan

metode eksperimen terbimbing dan metode ini juga diharapkan akan dapat

membantu memecahkan masalah miskonsepsi yang terjadi dalam

memahami kesulitan siswa dalam materi rangkaian listrik seri dan paralel.

Langkah-langkah yang akan penulis lakukan adalah :

1. Merumuskan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa dengan

berbekal data yang sudah pernah siswa dapat sewaktu SMP.

2. Dengan data yang sudah mereka miliki, siswa menyusun dan

menganalisis data tersebut dengan bantuan LKS yang telah penulis

siapkan.

3. Siswa mencatat dan menganalisis data yang dihasilkan dari

eksperimen yang sudah mereka lakukan.

4. Siswa menyerahkan hasil eksperimen.

5. Penulis akan mewawancarai siswa untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan dan apa saja yang siswa dapatkan dari

pembelajaran yang baru saja mereka lakukan.

7. Rangkaian seri dan Rangkaian paralel

Hambatan adalah besaran yang menyatakan sukar mudahnya

(33)

komponen listrik yang merupakan hambatan adalah resistor. Resistor

berfungsi sebagai pengontrol arus yang mengalir di dalam rangkaian

listrik.

Arus listrik adalah elektron yang mengalir melalui satu rangkaian

listrik yang membuat alat-alat listrik dapat bekerja. Arus pada kawat

penghantar diakibatkan oleh pergerakan muatan negatif. Arus memiliki

beberapa tipe, antara lain arus searah (DC), arus bolak-balik (AC), arus

eksponensial dan arus sinusoidal terendam. Namun yang banyak dibahas

hanyalah AC dan DC (Hayt,Kiemmerly,Durbin, 2005 :12)

Kuat arus listrik adalah jumlah muatan yang mengalir melalui

penampang tiap detik. Kuat arus memiliki satuan Ampere dan di

simbolkan dengan I.

Tegangan atau beda potensial antara dua titik adalah usaha untuk

membawa satu satuan muatan dari satu titik ke titik yang lain. Tegangan

disimbolkan dengan V dan memiliki satuan volt atau 1 J/C. Tegangan

dapat muncul tanpa adanya arus yang mengalir (Hayt et al, 2005 :14)

Daya adalah usaha yang dilakukan setiap elektron tiap detik (Budi,

2005: 7). Daya disimbolkan dengan P dan memiliki satuan Watt.

Hayt et al (2005 :19,26) mengatakan bahwa sumber arus dapat dibagi

menjadi 3 macam, yaitu:

1. Sumber arus bebas

Sumber arus bebas adalah sumber arus yang tidak tergantung

(34)

Sumber arus ini dapat dapat mengirimkan daya yang tidak berhingga dari terminal-terminalnya karena sumber arus ini dapar menghasilkan arus berhingga yang sama besarnya untuk setiap nilai tegangannya, tidak peduli berapapun besarnya tegangan ini”(Hayt et al, 2005 : 19).

Sumber arus ini disebut juga sebagai sumber arus DC bebas.

2. Sumber arus tak bebas kendali arus

3. Sumber arus tak bebas kendali tegangan

Selain sumber arus, Hayt et al (2005 : 18, 19, 26) juga

mengelompokkan sumber tegangan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Sumber tegangan bebas

Sumber tegangan bebas dikarakterisasi oleh sebuah tegangan

terminal yang bebas atau tidak bergantung pada arus yang

melewatinya, selama arus yang melewatinya tidak melebihi nilai

arus yang dispesifikkan. Sumber tegangan bebas sering disebut

juga sebagai sumber tegangan DC bebas.

2. Sumber tegangan tidak bebas terkendali-tegangan

3. Sumber tegangan tak bebas terkendali arus

Rangkaian listrik adalah rangkaian yang terdiri dari alat-alat listrik

yang memungkinkan terjadinya arus listrik. Alat-alat tersebut antara lain :

sumber listrik (sumber tegangan), beban, alat ukur listrik, kabel

penghubung, dan sakelar.

Rangkaian listrik dapat dibedakan menjadi rangkaian sumber tegangan

(35)

Sumber tegangan dapat dirangkai dengan dua cara yaitu dirangkai

secara seri dan dirangkai secara paralel. Sedangkan rangkaian beban dapat

disusun secara empat cara, yaitu :

1. Seri

2. Paralel

3. Kombinasi seri-paralel

4. Kompleks (bukan seri, bukan paralel, dan bukan kombinasi)

Dalam penelitian ini hanya akan dibahas rangkaian seri dan

rangkaian paralel pada hambatan.

Rangkaian Seri

Rangkaian seri adalah rangkaian komponen listrik yang disusun

tanpa ada cabang pada sumber arus listrik dengan kata lain hanya

memiliki satu jalan arus.

Macam-macam bentuk rangkaian seri :

Gambar 1 R2

R2

R1

R1

R1 R2

R1

R2

Vs Vs

Vs

(36)

Sifat-sifat rangkaian seri :

1. Pada rangkaian yang disusun oleh beberapa hambatan (resistor),

seluruh arus yang mengalir di tiap resistor hanya ada satu arus.

2. Kuat arus pada rangkaian sama dimana-mana.

3. Bila satu komponen terputus, maka tidak akan ada arus dalam

rangkaian.

4. Bila dua penghambat (resistor) adalah R1 dan R2, maka hambatan

secara keseluruhan (Rs) sama dengan jumlah hambatan kedua

resistor tersebut.

5. Resistor yang hambatannya R1,R2,R3,...,Rn dapat digantikan

dengan sebuah resistor pengganti Rs, dengan syarat

Rs = R1 + R2 + R3 +...+ Rn

6. Bila kuat arus yang mengalir pada rangkaian gambar a adalah I,

maka :

VAC = VAB+ VBC = IR1 + IR2 = I (R1+R2)

Bila kedua hambatan digantikan dengan sebuah hambatan

pengganti Rp (gambar b) sedemikian hingga sifatnya sama, yaitu

bila sumbernya sama menghasilkan kuat arus yang sama, maka

(37)

gambar a gambar b

Gambar 2

Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel adalah rangkaian komponen listrik yang

memiliki percabangan diantara sumber arus listrik.

Macam-macam bentuk rangkaian paralel :

Gambar 3

R1 R2

Vs

R1

R2

Vs R1

R2

R1 Vs R2

Vs

R1 R2

C

Vs I

A A C

B Rs

I

(38)

Sifat-sifat rangkaian paralel :

1. Hanya ada satu beda potensial persekutuan antara ujung-ujung

hambatan-hambatan.

2. Titik cabang tidak menampung muatan, sehingga muatan yang

masuk melalui titik cabang akan langsung dilepaskan kembali.

Bila kuat arus yang menuju titik cabang diberi tanda negatif dan

yang melalui diberi tanda positif, maka di titik cabang ∑ I = 0

(hukum I Kirchhoff)(Budi,2006:10).

3. Jumlah arus yang masuk ketitik percabangan sama besar dengan

jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.

4. Putusnya salah satu cabang tidak menyebabkan arus pada cabang

lain terputus.

5. Bila dua penghambat (resistor) R1 Dan R2, maka hambatan

keseluruhannya Rp bernilai

2

digantikan dengan sebuah hambatan pengganti Rp sebesar

n

berdasarkan hukum I Kirchhoff, maka :

(39)

Dengan mengganti R1 dan R2 dengan rangkaian pengganti Rp

(gambar d), maka : I =

p AB

R V

Gambar 4

Keuntungan dari rangkaian paralel adalah rangkaian ini dapat

menghasilkan arus listrik yang labih besar dibandingkan bila

menggunakan rangkaian seri karena hambatan yang dihasilkan

pada rangkaian parelel lebih kecil.

R1

Aplikasi rangkaian seri dan paralel dalam kehidupan sehari-hari:

- Rangkaian seri digunakan pada lampu hias deret, bila satu lampu

dimatikan atau diputus sumber arusnya atau dimatikan maka lampu

yang lain akan mati.

- Rangkaian pararel digunakan untuk rangkaian lampu di rumah, bila

satu lampu diputus dari sumber arus atau dimatikan, lampu lain

tidak akan ikut mati.

R2

Rp

Vs Vs

(40)

8. Hasil penelitian tentang rangkaian listrik

Paula Vetter Engelhardt and Robert J. Beichner dari Department of

Physics, North Carolina State University, Raleigh, North Carolina

melakukan penelitian pemahaman siswa tentang arus searah pada

rangkaian listrik. Siswa diminta menganalisa bagaimana arus dan tegangan

yang terjadi pada baterai yang dirangkai seri dan paralel. Miskonsepsi

yang terjadi pada siswa adalah siswa beranggapan bila tegangan dan

hambatan merupakan bagian dari arus. Tegangan dan hambatan tidak akan

ada bila tidak ada arus.

Hasil dari penelitian itu adalah :

1. 27% siswa meyakini bila dua baterai dirangkai secara paralel akan

menyediakan arus yang lebih kuat dibandingkan bila di rangkai seri,

21% diantaranya juga percaya bila baterai yang dirangkai secara

paralel akan menyediakan tegangan yang lebih tinggi.

2. 46% siswa meyakini bila dua baterai dirangkai secara seri akan

menyediakan arus yang lebih kuat, 51% diantaranya juga percaya

bila baterai yang dirangkai secara seri akan menyediakan tegangan

yang lebih tinggi.

3. 17% siswa meyakini bahwa bila baterai dirangkai seri maupun

paralel akan menyediakan arus yang sama kuat dan 22% diantaranya

meyakini bila rangkaian seri dan paralel juga akan menyediakan

(41)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, secara umum

rumusan masalahnya adalah ”Apakah metode Eksperimen Terbimbing dapat

membantu proses perubahan miskonsepsi siswa tentang Rangkaian Listrik?”

Masalah tersebut dapat diuraikan menjadi:

1. Bagaimana pemahaman awal siswa mengenai konsep rangkaian seri

dan rangkaian paralel sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode

eksperimen terbimbing

2. Apakah terjadi miskonsepsi siswa tentang Rangkaian Seri dan Paralel.

Jika terjadi miskonsepsi, dalam hal apa miskonsepsi itu cenderung

terjadi

3. Bagaimana pemahaman siswa mengenai konsep rangkaian seri dan

rangkaian paralel setelah mengikuti pembelajaran dengan metode

eksperimen terbimbing.

4. Apakah pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dapat

merubah miskonsepsi siswa tentang Rangkaian seri dan Paralel.

5. Adakah perubahan konsep mengenai rangkaian seri dan rangkaian

paralel.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini

(42)

1. Mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep rangkaian listrik

sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen

terbimbing.

2. Mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada materi rangkaian listrik seri

paralel.

3. Mengetahui perubahan konsep Rangkaian Listrik seri dan paralel yang

terjadi pada siswa yang mengalami miskonsepsi setelah mengikuti

pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.

E. Manfaat Penelitian

Bagi siswa:

1. Menyadarkan para siswa bahwa konsepsi awal atau prakonsepsi yang

mereka miliki sangatlah penting dan berpengaruh pada penanaman konsep

yang sebenarnya.

2. Memberi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajarnya, sehingga

bila hasilnya kurang baik, maka siswa termotivasi untuk memperbaiki cara

belajarnya dan menggunakan waktu belajar dengan lebih efektif.

3. Mengingatkan kembali melewati pengajaran konsep yang diterima oleh

siswa itu, kompetensi apa saja yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah

(43)

4. Setelah siswa dapat memahami dan menguasai konsep fisika yang benar,

diharapkan siswa juga memiliki dan menanamkan sikap keilmuan dalam

tindakannya.

Bagi pengajar:

1. Memberi masukan tentang kemungkinan adanya miskonsepsi-miskonsepsi

siswa tentang Rangkaian listrik seri dan pararel.

2. Memberi kontribusi dalam pengembangan metode mengajar sebagai salah

satu alternatif mengatasi jika benar terjadi miskonsepsi pada siswanya.

Bagi peneliti:

1. Belajar menelusuri kemungkinan terjadinya miskonsepsi tentang

Rangkaian Listrik seri dan paralel dan dapat memberikan penjelasan yang

benar.

2. Agar peneliti mendapatkan masukan bagaimana cara mengatasi

miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang berkaitan dengan Rangkaian

(44)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dianalisis untuk mendiskripsikan suatu keadaan yang dalam penelitian ini adalah miskonsepsi siswa terhadap rangkaian seri dan rangkaian pararel. Data dianalisa sedekat mungkin dengan bentuk data yang terekam dengan anggapan semua data mempunyai andil dalam menjalaskan apa yang sedang dipelajari (Suparno,2000,78).

B. Populasi Sampel 1. Subyek

Subyek dari penelitian ini adalah siswa SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA kelas XC

2. Alasan Pemilihan Subyek

Alasan peneliti memilih subyek tersebut adalah karena adanya kemudahan bagi peneliti untuk meneliti siswa disana. Kemudahannya adalah dalam pendekatan terhadap pihak sekolah dan pengurusan ijin penelitian. 3. Pemilihan Subyek

(45)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti ini dilakukan pada tanggal 13 Maret 2008 hingga 23 Mei 2008.

Penelitian dilakukan di SMA BOPKRI I.

D. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui dua cara, yaitu: 1. Tes Tertulis

Tes tertulis dibagi menjadi dua macam tes, yaitu pre test dan post test. Pre test diberikan sebelum pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dilakukan dan post test dilakukan diakhir kegiatan pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi dan perubahannya setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.

2. Wawancara

Wawancara pertama dilakukan setelah pre test dilakukan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi. Hasil wawancara menentukan bagaimana metode eksperimen terbimbing dilakukan. Wawancara kedua dilakukan setelah post test berlangsung. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsep siswa.

(46)

Pretest terdiri dari 10 soal umum mengenai rangkaian seri dan paralel, dan 5 soal praktik. Contoh soal dapat dilihat sebagai berikut :

a. Contoh soal pilihan ganda Soal nomor 8.

Berikan alasanmu.

……… ……… Tingkat keyakinan jawaban

Manakah pernyataan berikut yang benar?

R1 R2

A B C

0 1 2 3

b. Contoh soal praktik

Soal post test berisi soal-soal yang dibuat berdasarkan miskonsepsi siswa terhadap soal-soal pre test.

X

a)

Vs +

-E D

IAB IBC

a. IDE = IAB +IBC

- IDE

b. IAC = IAB + IBC c. IAB = IBC = IDE

(47)

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa digunakan dalam pembelajaran dengan eksperimen terbimbing. LKS berisi tuntunan siswa dalam melakukan eksperimen terbimbing.

3. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara I dilakukan untuk mengetahui konsep awal siswa dan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar mengalami miskonsepsi. Wawancara II dilakukan setelah pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dan post test dilakukan. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk mengetahui adakah perubahan miskonsepsi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan eksperimen terbimbing.

F. Metode Analisis Data

Gambar 5

Pre test

Wawancara I

Pembelajaran metode eksperimen terbimbing

Post test

keterangan Untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi data pretest dianalisa dengan menggunakan CRI

keterangan Untuk memastikan miskonsepsi yang terjadi dan pemahaman konsep awal siswa

Wawancara II

Menggunakan LKS sebagai pembimbing

Untuk mengetahui pemahaman akhir siswa keterangan

keterangan keterangan

(48)

a. Soal pre test dan post test

Soal pre-test digunakan untuk mengetahui konsep awal siswa tentang rangkaian seri-pararel dan miskonsepsi yang dimiliki siswa. Pada pre-test yang diberikan, siswa akan ditanyakan seberapa yakin mereka dengan jawaban yang mereka berikan.

Untuk mengukur tingkat keyakinan siswa, maka akan digunakan CRI. Dengan CRI, akan diketahui mana siswa yang kurang memahami konsep, mana siswa yang tidak memahami konsep sama sekali, mana siswa yang mengalami miskonsepsi dan mana siswa yang benar-benar mengerti konsep (http://hfi.fisika.net.Okt 2007). Dalam penelitian ini akan digunakan CRI dengan 4 skala, yaitu 0 untuk jawaban yang hanya menerka (totally guess answer), 1 untuk jawaban yang tidak yakin benar (not sure), 2 untuk jawaban yang yakin benar (sure), dan 3 untuk jawaban yang sangat yakin benar (certain).

(49)

Tabel 1

Bentuk matrik jawaban siswa Tipe

jawaban

CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (>2,5)

Jawaban benar

Jumlah jawaban yang benar dan CRI Rendah,

kurang pengetahuan = CL

Jumlah jawaban yang benar dan CRI Tinggi,

pengetahuan konsep benar = CH

Jawaban salah

Jumlah jawaban yang salah dan CRI Rendah,

kurang pengetahuan = WL

Jumlah jawaban yang salah dan CRI tinggi,

Miskonsepsi = WH

Dari matrik tersebut akan didapatkan empat kelompok siswa, yaitu: 1. Menerka jawaban yang benar ( lucky of guess)

2. Kurang pengetahuan (a lack of knowedge) 3. Miskonsepsi

4. Mengerti dan paham konsep

Selain soal tertulis pretest juga akan diberikan dalam bentuk praktik. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana kemampuan siswa dalam membaca rangkaian, merangkai rangkaian yang diminta dan membuktikan arus dan tegangan yang ada dalam rangkaian.

(50)

b. Hasil wawancara

(51)

BAB III

DATA DAN ANALISIS

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 2008 – 23 Mei 2008 pada kelas XC yang berjumlah 18 siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui miskonsepsi siswa tentang rangkaian seri dan paralel dan membantu memfasilitasi siswa melakukan perubahan konsep siswa dalam rangkaian seri dan paralel.

Proses pangambilan data diawali dengan melakukan pre test pada siswa. Pre test ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa dalam pokok bahasan rangkaian seri dan paralel. Waktu yang disediakan adalah 90 menit, waktu yang diberikan ini mencakup membagikan soal, pengantar yang berkaitan dengan memberikan penjelasan tentang soal yang akan dikerjakan, dan mengerjakan soal. Siswa yang mengikuti pre test berjumlah 18 siswa.

Data yang diperoleh, digunakan sebagai acuan dalam memilih siswa yang akan diwawancarai (wawancara I) dan untuk mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Peneliti menggunakan data ini untuk pembuatan rancangan pembelajaran yang dapat memfasilitasi perubahan konsep, dari konsep siswa yang salah menjadi konsep yang benar. Hasil wawancara ini akan terlihat siswa mana yang benar-benar mengalami miskonsepsi.

(52)

pembelajaran dan post test. Wawancara ini digunakan untuk melihat adakah terjadi perubahan konsep pada diri siswa tentang rangkaian seri dan paralel.

Hasil post test dan hasil wawancara II untuk setiap siswa dibandingkan dengan hasil pretest dan hasil wawancara I siswa tentang arus listrik pada rangkaian seri dan paralel. Pemahaman siswa tentang arus pada rangkaian seri dan paralel setelah dilakukan pembelajaran dapat diketahui dari hasil post test siswa dan wawancara II.

a. Pre test

Soal pre test terdiri dari dua macam test. Soal pertama berbentuk test tertulis dan soal tes tertulis ini berjumlah 10 soal. Tes kedua berupa soal praktik yang terdiri dari 5 soal. Tujuan pemberian soal praktik adalah untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam melakukan praktikum dan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya. Peneliti menemukan enam siswa yang mengalami miskonsepsi berdasarkan data pre test yang diperoleh.

b. Wawancara I

(53)

yang belum terungkap dalam pretest.Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan bagian dimana siswa mengalami miskonsepsi pada soal pre test.

Data wawancara yang telah diperoleh dipakai untuk melengkapi data pemahaman siswa dari pre test sehingga dapat dibuat rancangan pembelajaran yang sesuai. Hasil wawancara I didapatkan lima orang siswa yang benar-benar mengalami miskonsepsi. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti memilih konsep arus pada rangkaian seri dan rangkaian paralel untuk pembelajaran.

c. Pembelajaran dengan eksperimen terbimbing

Pembelajaran dengan eksperimen terbimbing ini diberikan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep arus dan kuat arus pada wawancara I. Tujuan dari pembelajaran dengan eksperimen terbimbing ini adalah untuk mengubah miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian seri dan paralel.

(54)

d. Post test

Post test dilakukan setelah dilaksanankannya pembelajaran. Tujuan dilakukannya post test adalah untuk melihat apakah terjadi perubahan konsep siswa pada konsep rangkaian seri dan paralel khususnya konsep arus dan kuat arus. Post test dilakukan pada tanggal 9 Mei 2008 setelah pembelajaran dilakukan. Soal post test disusun sesuai dengan materi yang diberikan. Waktu yang disediakan adalah 25 menit.

e. Wawancara II

Wawancara II dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan miskonsepsi siswa pada konsep rangkaian seri dan paralel khususnya konsep arus dan kuat arus.

Jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: • 13 Maret 2008 : Pretest

(55)

B. Data dan Analisis

1. Data pre test dan wawancara I serta pembahasan

Pre test dilakukan di SMA Bopkri I pada tanggal 13 Maret 2008. Pre test ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang Rangkaian Seri dan Paralel. Waktu yang disediakan untuk pretes adalah 90 menit.

Hasil pre test untuk setiap siswa dapat dilihat pada tabel 6 dalam lampiran 3. Dari data pretest, dapat diketahui pemahaman siswa mengenai rangkaian seri dan paralel. Siswa yang mengikuti pre test tidak mempersiapkan materi terlebih dulu sebelumnya, sehingga pemahaman saat mengikuti pre test hanyalah pemahaman yang pernah diterima saat di SMP.

(56)

terendah termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang, dan rata-rata persentase skor siswa termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang. Selain dua hal di atas, hal ini juga sesuai dengan tabel 9 lampiran 3 yang memaparkan pemahaman siswa berdasarkan skala CRI pada soal pre test. Dalam tabel 9 lampiran 3 tersebut juga terlihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kurang pemahaman untuk soal-soal yang diberikan. Bahkan dalam kolom jumlah siswa yang mempunyai pemahaman benar dalam tabel 9 lampiran 3 terlihat juga bahwa ada terdapat soal dimana hanya ada satu siswa yang mempunyai pemahaman benar, yaitu soal nomor 7, 8, serta 9. Terlihat pula terdapat soal dimana tidak ada satu siswa pun yang memiliki pemahaman benar, yaitu pada soal nomor 10.

(57)

Dari tabel 12 lampiran 3 terlihat persentase jumlah siswa yang memiliki pemahaman benar dalam soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, dan 8. Soal nomor 7 dan 8 memiliki persentase jumlah siswa yang memiliki pemahaman benar 5.56%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pemahaman yang kurang pada konsep dimana siswa banyak mengalami miskonsepsi. Dari tabel 12 lampiran 3 juga terlihat bahwa pada kedua soal tersebut memiliki frekuensi jawaban benar yang rendah. Pada soal nomor 7 memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 5.56% dan soal nomor 8 memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 11.11%. Pada hari yang sama peneliti juga menguji kemampuan siswa dalam membaca dan merangkai peralatan listrik menjadi rangkaian seri dan paralel seperti soal yang diberikan. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan dan kebingungan dalam membaca rangkaian maupun dalam menggunakan alat-alat praktik, namun setelah dijelaskan bagaimana cara membaca dan merangkai rangkaian, siswa mulai dapat melakukan praktik.

2. Pemilihan Siswa untuk Wawancara

(58)

wawancara adalah siswa yang data pre testnya menunjukkan gejala miskonsepsi.

Keenam siswa yang akan diwawancara adalah sebagai berikut : • Siswa kode 02 : siswa ini memiliki persentase skor 32%, dan

mengalami miskonsepsi pada soal nomor 3,5, dan 6. • Siswa kode 07 : siswa ini memiliki persentase skor 58%, dan

mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8

• Siswa kode 08: siswa ini memiliki persentase skor 22% ,dan dan mengalami miskonsepsi pada soal nomor 6 dan 7 • Siswa kode 09: siswa ini memiliki persentase skor 28% , dan dan

mengalami miskonsepsi pada soal nomor 7

• Siswa kode 13: siswa ini memiliki persentase skor 48%, dan mengalami miskonsepsi pada soal nomor 8

• Siswa kode 18: siswa ini memiliki persentase skor 56%, dan mengalami miskonsepsi pada soal nomor 7

(59)

a. Pengertian arus listrik dan syarat agar arus listrik dapat mengalir Dari hasil wawancara didapatkan bagaimana pemahaman siswa tentang apakah itu arus listrik,dan bagaimana arus listrik mengalir. Seperti yang terungkap dari hasil wawancara berikut ini :

Siswa kode 07

T : arus itu apa, arus secara keseluruhan, arus itu apa

J : arus itu mengalirnya, ini listrik he e, mengalirnya listrik dari kutub positif ke kutub negatif, he e yo, arus

Siswa kode 09

T :arus dulu, arus itu apa? J : listrik, ahahaha

T :listrik? Lha kalo tegangan bukan listrik? J :listrik, eeeh ini kalo ini kuat arus tuuu.. T :apa?

J :aduuh apa dong mbak? T :arus dulu, arus itu apa? J :eeeeh.. hantaran listrik..

Siswa kode 13

T : menurutmu arus itu apa?

J : arus itu suatu muatan listrik yang berasal dari objek yang bermuatan tinggi ke bermuatan lemah

T : objeknya itu apa J : sumber listrik, batre

T : muatan tingginya apa, muatan lemah apa?

J : muatan tinggine sumber listrike, muatan lemahe tempat yang tidak ada listrik sedikitpun

T : muatan listrike apa? J : ampere

(60)

bahwa arus listrik adalah elektron yang mengalir melalui satu rangkaian listrik.

b. Arus mengalir secara serentak

Ada pula siswa yang memahami bahwa arus yang mengalir melalui dua buah lampu tidaklah serempak, tetapi arus akan melewati lampu yang lebih dekat dengan sumber terlebih dahulu barulah kemudian melalui lampu berikutnya, jika dilihat dari nyala lampu, lampu yang dekat dengan sumber tegangan akan menyala terlebih dahulu dibandingkan lampu yang lain, bahkan adapula siswa yang memahami bahwa lampu yang berada dekat dengan sumber akan menyala lebih terang dibandingkan dengan lampu sesudahnya.

c. Besarnya arus pada setiap bagian pada rangkaian seri adalah sama Siswa juga beranggapan bahwa besarnya arus pada rangkaian seri tidak sama, besarnya arus bergantung pada ada tidaknya dan besar kecilnya resistor. Hal ini diungkapkan oleh siswa dalam wawancara berikut ini.

Siswa 07

T : mesti, kenapa ga IAB = IAC =IDE

J : IAB =IBC = IDE ?

T : kenapa tidak begitu

J : soale IDE ga ada resistornya

(61)

T : jadi laen, beda J : beda

T : bedanya kenapa karena tidak ada resistornya J : he e

T : besar yang ada resistornya atau tidak J : besar yang ada resistornya atau ndak T : arusnya

J : lebih besar nek ndak ada resistore

T : intinya yuk sekarang, arus yang mengalir di rangkaian seri tu gimana

J : dari rangkaian seri

T :ya, kalo dari jawabanmu aku simpulkan arus pada rangkaian seri adalah arus yang melewati R1 melewati R2

J : he e T : gitu J : he e

T :dan setiap arus yang melewati resistor itu tidak sama, seandainya besarnya resistor yang ada beda, arusnya tidak sama

J :he e

Siswa kode 13

T :tidak yakin. Nomor 8, a,b,atau c, yakinkan diri berikan alasan yang tepat sesuai keyakinan

J :IA.., berubah meneh, ya jawabnya kayaknya yang b

J :ya tergantung hambatannya, tergantung Rnya

T : mesti kalo itu penjumlahan dari itu, arus-arusnya itu dibagi , terus bedanya dengan paralel, kalo paralel tadi dibaginya sama

(62)

Kebingungan lain siswa pada konsep arus adalah besarnya arus sebelum dan sesudah melewati hambatan. Pada soal no 8, hampir semua siswa yang mengalami miskonsepsi menjawab arus yang melalui rangkaian merupakan penjumlahan dari arus-arus yang melalui hambatan-hambatan yang ada. Bahkan siswa kode 07 mengatakan bahwa semakin jauh jarak tempuh arus, semakin banyak hambatan yang dilalui, maka semakin besar arusnya.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang siswa, dari hasil wawancara sebagai berikut :

Siswa kode 07

T : IDE = IAB + IBC, alasannya

J : inikan resistor 1 sama resistor 2, jadikan kalo resistor, ini kan aliran listriknya ke resistor 1 baru keresistor 2 jadi IDE itu tu nanti hambatannya yang paling besar

T : bedanya IDE dengan IAC apa ?

J :IAC mana sich, IAC ? IAC, mana sich IAC

T : ini A ini C, IAC inikan berarti I yang mengalir dari A ke C,

bedanya dengan IDE, IAC itu apa ?

J : bedane IAC sama

T : IDE

J : apa ya, kan jarak e lebih jauh, jadi hambatannya lebih banyak

T :yang jaraknya lebih jauh yang mana

J : yang IDE, kan harus melewati ini-ini dulu, jadi

hambatannya lebih banyak

Beberapa siswa yang lain juga mengungkapkan hal yang sama. Siswa memahami bahwa arus –arus yang malalui hambatan merupakan pembagian atas arus yang mengalir melalui rangkaian.

(63)

penjumlahan dari arus-arus yang melalui hambatan-hambatan yang ada.

d. Kuat arus pada rangkaian seri dan paralel

Soal yang berhubungan dengan kuat arus listrik adalah soal no 7. Pada soal no 7, salah seorang siswa menjawab bahwa rangkaian seri akan menghasilkan kuat arus yang lebih besar dari pada rangkain paralel dengan alasan kabel pada rangkaian seri lebih sedikit sehingga kuat arus tidak terbagi-bagi.

Siswa kode 09

T : nomer 7, jawabannya apa? J : B

T : kenapa

J : eh soalnya ini paralel ya, eh sik ...soalnya ...ga tau.. T : kamu milih yang B kenapa?

J : kalo menurut aku ya? T : iya..

J : ini yang bener yang mana mbak, ahahaha... T : ya nggak tau, kenapa, gitu aja?

J : karena...eeh, hambatan R1 sama R2 itu paralel..hehehe

T : kalo paralel kenapa?

J : kan kalo paralel tuh memiliki, apa ya...hambatan masing-masing

T : hambatan masing-masing , ehm...jadi hambatannya ga jadi satu?

J : nggak..

T :kalo seri jadi satu? J : iya..

T : maksudnya jadi satu gimana? J : hambatannya tu..

T : ini ya masing-masing kan kalo seri?

J : oh iya.. , biasanya kalo lampu tuh lebih nyala yang paralel kan?maksudnya, ahh, aku bingung mbak..

T : sik, yang mempengaruhi kuat arus itu apa? J : ehm...hambatannya

(64)

J : besar

T : besar gimana maksudnya

J : kan yang mempengaruhi kuat arus hambatan toh T : he em

J : ehm...

T : hambatan yang gimana yang mempengaruhi? Apa maksudnya hambatan kok bisa mempengaruhi itu kenapa? Apanya? Gimananya? Besarnya hambatan? Maksudnya? J : besarnya hambatan yang mempengaruhi kuat arus T : hambatan yang gimana? Yang besar?

J : ahahaha..

T : lho ini kan besarnya sama, hambatannya J :...

T : ya menurutmu aja.. A apa B? Yang menghasilkan lho J : aah, kalo menurutku diganti jawaban gimana mbak? T :ya ga papa

J :yang A T :kenapa?

J : karena kabelnya lebih sedikit daripada yang B T :kalo kabelnya lebih sedikit emang kenapa? J : kan kuat arusnya ga kebagi-bagi..

T :ga kebagi-bagi dengan...?ke?

J :ke hambatan. Ke...apa, kabelnya itu lo.. T :ke kabel?

J : ho oh..

T :kabelnya mempengaruhi? J : iya

Ada pula siswa yang menjawab kuat arus pada rangkaian seri akan menghasilkan kuat arus lebih besar karena rangkaian seri lebih sederhana sehingga arus listrik tidak terbuang sia-sia dijalan.

Siswa kode 08

(65)

rangkaian manakah yang menghasilkan kuat arus lebih besar, rangkaian A atau rangkaian B

J : rangkaian A mbak T :kenapa

J :karna apa namanya, lebih sederhana rangkaiannya mbak T :maksudnya sederhana

J :dia gak apa, kalo inikan harus muter disini(percabangan) dulu mbak, kalo inikan langsung, apa namanya langsung, langsung kena itu mbak, langsung apa dari Rgnya langsung ke R1 R2nya mbak

T :Rg itu apa J :iya mbak T :Rg itu apa

J :Rg itu, ga tau mbak T :lha tadi kamu bilang Rg J :apa namanya, energi T :o energi

J :iya, gitu lo mbak, kalo ini kan harus apa, disini harus apa namanya dibagi 2 dulu trus baru ketemu, kalo inikan langsung gitu lo mbak, ga usah muter-muter kaya gini lho mbak

Dari jawaban kedua siswa dapat diketahui pemahamannya bahwa kuat arus dapat berkurang, terbagi-bagi bahkan terbuang sia-sia dijalan. Siswa sama sekali tidak memahami bahwa hambatan total pada rangkaian seri dan pada rangkaian paralel tidak sama dan itulah yang menentukan basarnya kuat arus bukan bentuk rangkaian.

(66)

Siswa kode 18

T :ya arus yang dihasilkan, arus yang ada disini kalo itu rangkaian apa, kalo hambatannya diseri dengan hambatannya diparalel nanti tu arusnya bakal lebih besar disini apa disini dengan Vsnya nilainya sama, Rnya nilainya sama

J : ini

T : A, alasannya

J : soalnya kalo yang B inikan kebelah, kalo yang inikan jadi 1 terus

T : memang kalo kebelah kenapa J : ya kan nanti dibagi 2

T : terus

J : ya itu aja kalo dibagi 2 kan jadi lebih kecil kalo inikan 1 T : kalo dibagi2 berartikan arus disini dibagi 2, keluarnya J : keluarnya dijadiin satu lagi

T : sama pa ga

J : yakan sempet dibagi 2

Ketika peneliti menanyakan apakah tidak ada hubungan antara hambatan total dengan kuat arus, barulah siswa tersadar. Siswa kode 18 hanya masih bingung membedakan cara menghitung rangkain total pada rangkaian seri dan paralel.

Dari keenam siswa yang mengikuti wawancara, hanya lima siswa yang terbukti mengalami miskonsepsi dalam konsep rangkaian seri dan paralel khususnya pada konsep arus dan kuat arus, sedangkan seorang lagi hanya masih mengalami kebingungan saja.

(67)

dan menggambarkan rangkaian serta mewujudkan rangkaian dalam bentuk nyata.

Rangkuman pemahaman siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing :

- Siswa belum memahami apa arus itu sesungguhnya bahkan siswa yang mengalami miskonsepsi mengatakan arus adalah listrik - Arus yang mengalir pada rangkaian tidak serempak.

- Besarnya arus pada rangkaian tidak sama. Arus yang melewati hambatan akan lebih kecil dari pada sebelum melewati hambatan, termasuk arus pada rangkaian seri

- Besarnya kuat arus bergantung pada bentuk rangkaian dan panjang pendeknya rangkaian.

C. Pelaksanaan Pembelajaran

(68)
(69)

D. Gambaran Umum Konsep Akhir Siswa

Setelah mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, siswa diberi post test. Soal post test yang diberikan berisi pertanyaan-pertanyaan yang menggali pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran sehari sebelumnya.

a. Pengertian arus listrik dan syarat agar arus listrik dapat mengalir Siswa sudah mulai memahami bagaimana terjadinya arus listrik atau apa syarat agar arus listrik dapat mengalir dan apa itu arus listrik. Seperti yang terungkap dari hasil wawancara berikut ini :

Siswa kode 02 T : arus itu apa

J : sesuatu yang mengalir T : sesuatunya itu apa

J : sesuatu yang mengalir itu elektron

T : sesuatunya itu mengalir dari mana kemana J : positif ke negatif

T : syarat arus itu mengalir apa

J : syarate ada sumber tegangan, dalam rangkaian tertutup dan komponennya harus terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan listrik

Siswa kode 07 T : Arus itu apa?

J : Arus itu elektron yang bergerak bila mendapatkan dorongan dari sumber tegangan

Siswa kode 08 T :arus itu apa

Gambar

Gambar 1 R2 R 2R1R1R1R2R1R2VsVs VsVs
gambar c  gambar d
Gambar 5 Pre test Wawancara I Pembelajaran metode eksperimen terbimbing Post test
Tabel 2 : Rangkuman konsep awal dan konsep akhir siswa mengenai  rangkaian seri dan paralel
+7

Referensi

Dokumen terkait

BTN (Pesero) Tbk Cabang Surakarta menerapkan beberapa hal yang berhubungan dengan strategi pengembangan sumber daya manusia, hal tersebut dimaksudkan agar

Salah satu kemudahan yang dimiliki oleh pintu pagar ini adalah sistem kendali buka pintu pagar dengan remote control, dengan menekan remote pintu maka pintu pagar akan membuka

Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan perawat tentang program patient safety di Instalasi Rawat Inap RS Karya Bhakti Bogor diperoleh

Bila anda memilih tidak menginstal Connection Kit, maka untuk menjalankan koneksi PPP dengan Melsa-i-net harus menyiapkan MacTCP dan MacPPP (jika menggunakan MacTCP dan MacPPP)

 Inflasi pada Bulan Maret 2016 di Kota Tegal terjadi karena adanya perubahan indeks pada semua kelompok yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,06 persen,

Untuk PDRB atas dasar harga konstan tidak terjadi hal yang sama, karena kondisi Triwulan I-2017 justru lebih rendah jika dibandingkan dengan Triwulan I-2016.. Nihilnya

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor rata- rata hasil belajar Fisika siswa kelas VIII 1 SMP Muhammadiyah 13 Makassar yang diajar dengan model active learning type

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar PKn materi Peraturan Perundang-undangan pada peserta didik kelas V