• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISIS DAN SINTESIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

ANALISIS DAN SINTESIS

5.1 Aspek Fisik

5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor. Gedongjetis memiliki kebun rambutan yang cukup luas dan tersebar di sepanjang jalan desa. Hal ini membuat wisatawan leluasa menikmati panorama dan memetik rambutan ketika panen tiba. Pengunjung dapat membeli buah rambutan yang masih segar dari pohonnya dengan harga yang lebih murah. Pesona kebun rambutan seluas 20 ha dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata pertanian.

Tapak penelitian berbatasan langsung dengan jalan raya penghubung Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan akses pengunjung menuju tapak. Kondisi jalan raya menuju tapak sudah diaspal tetapi belum dapat mendukung pengembangan wisata karena banyak terdapat lubang di sepanjang jalan ini (Gambar 20). Sedangkan akses di dalam tapak sudah cukup baik kondisinya. Sebagian besar jalur sirkulasi dalam tapak telah diaspal. Namun lebar jalan terlalu sempit apabila ada dua kendaraan roda empat yang berpapasan. Apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Kondisi jalan seperti ini memerlukan perhatian khusus, mengingat aksessibilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam wisata.

Jarak kawasan penelitian dengan kota Kabupaten Klaten cukup jauh yakni 15 km, sehingga memerlukan adanya sarana transportasi umum untuk memudahkan aksessibilitas pengunjung (Gambar 21). Sarana transportasi menuju tapak dapat menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Sarana transportasi umum tersedia dari pagi hingga sore hari. Keberadaan sarana transportasi menuju tapak sudah cukup baik, namun waktu pengoperasiannya cukup jarang, sehingga pengunjung yang ingin berkunjung dengan transportasi umum harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan kendaraan untuk menuju Gedongjetis. Untuk itu perlu adanya peningkatan waktu pengoperasian demi kemudahan akses bagi pengunjung. Selain itu diperlukan adanya peta wisata dan

(2)
(3)

petunjuk akses untuk memudahkan pengunjung yang belum pernah berkunjung ke tapak agar tidak kesasar.

Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten

Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa lain untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Gedongjetis ada yang memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi. Potensi ini dapat menjadi wisata alternatif perikanan ketika pohon rambutan tidak sedang dalam masa berbuah.

Kawasan perencanaan lanskap agrowisata Desa Gedongjetis yang akan dikembangkan menjadi agrowisata hanya sebagian dari kawasan Gedongjetis. Hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian warga dan kehidupan masyarakat Gedongjetis tidak terganggu dengan adanya agrowisata ini. Untuk itu diperlukan pemilihan tapak yang tepat untuk dikembangkan menjadi agrowisata.

Gedongjetis

5 km 10 km 15 km Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten

(4)
(5)

5.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Tapak yang direncanakan memiliki topografi yang relatif landai dengan ketinggian agak lebih rendah dari jalan, sehingga ketika melintasi jalan raya akan terlihat panorama tapak. Kelas kemiringan lahan yang dominan di tapak penelitian adalah 2-5% yakni 105,6 ha atau 65,3% dari luas keseluruhan tapak. Selain itu kemiringan lahan pada tapak ada yang sebesar 5-15% seluas 49,6 ha, kemiringan 15-40% seluas 2,4 ha, dan kemiringan lebih dari 40% seluas 4,1 ha. Tapak dengan kemiringan 2-5% dan 5-15% merupakan mayoritas keseluruhan tapak dan tapak yang termasuk dalam kelas kemiringan 15-40% dan lebih dari 40% terdapat di batas tapak yang merupakan badan air berupa sungai (Gambar 22).

Kemiringan lahan pada tapak penelitian yang tergolong landai memberikan kemudahan untuk pengakomodasian aktivitas dan fasilitas wisata yang direncanakan. Berdasarkan kelas kemiringan lahan yang ada, keseluruhan tapak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata. Kesesuaian ketinggian tempat dengan ekologi tumbuh rambutan cukup sesuai. Dimana rambutan dapat hidup menyebar pada dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut). Hasil terbaik diperoleh pada daerah dengan ketinggian 0-250 mdpl. Tapak penelitian memiliki ketinggian 210-290 mdpl masih termasuk kategori sesuai untuk lingkungan tumbuh rambutan.

5.1.3 Hidrologi dan Drainase

Sumber air untuk keperluan irigasi pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil dan sungai kecil di batas tapak memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Oleh karena itu banyak petani yang mengandalkan air hujan untuk pengairan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan. Akan tetapi drainase yang ada banyak yang tersumbat karena pengendapan lumpur yang ikut terbawa aliran air dan adanya sampah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembersihan saluran drainase dan pembuatan saluran drainase yang menyeluruh sehingga memudahkan aliran air irigasi, dapat dilihat pada Gambar 23.

Kebutuhan air untuk pohon rambutan sendiri tidak terlalu banyak. Tanaman rambutan dapat tumbuh dengan mengandalkan air hujan. Sistem panen tanaman

(6)

rambutan juga mengikuti jadwal musim di Indonesia. Dimana rambutan akan mengalami pembungaan dan penyerbukan pada penghujung musim kemarau, dan pematangan buah akan dilakukan pada awal musim penghujan. Yang perlu diperhatikan dalam budidaya rambutan adalah saluran drainase. Hal ini agar tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air.

5.1.4 Geologi dan Jenis Tanah

Tanah yang terdapat pada tapak penelitian adalah tanah regosol yang memiliki struktur lempung dan berwarna merah yang tergolong baik untuk area pertanian. Untuk tanaman rambutan sendiri tidak terlalu bergantung pada jenis lahan. Tanaman ini dapat bertahan pada berbagai jenis lahan. Menurut habitus dan sistem perakarannya, rambutan akan tumbuh dengan baik pada lahan yang berlempung subur, gembur dan dalam. Lahan yang seperti ini memiliki drainase dan aerasi yang baik sehingga dapat memberikan daya tumbuh, daya tahan dan daya produksi yang baik.

Pengembangan untuk aktivitas wisata memerlukan pembangunan fasilitas sebagai pendukung wisata. Pembangunan fasilitas hendaknya memperhatikan daya dukung tanah agar keberadaan fasilitas tidak menyebabkan kerusakan tanah. Tanah jenis regosol menurut Soepardi (1983) memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas.

5.1.5 Iklim

Curah hujan rata-rata tahunan Desa Gedongjetis berkisar antara 1500-2000 mm dengan bulan kering 5 bulan seharusnya kawasan ini mempunyai persediaan air yang cukup untuk musim kemarau. Akan tetapi perbedaan cuaca yang cukup terlihat ketika musim kemarau menyebabkan daerah ini terkadang mengalami kekeringan. Selain itu pergeseran waktu tiba musim kemarau dan penghujan pada akhir-akhir ini mengganggu sistem produksi tanaman rambutan. Curah hujan yang tinggi ketika tiba musim hujan tidak diimbangi dengan sistem drainase yang baik, sehingga perlu perbaikan sistem drainase untuk menyimpan cadangan air pada musim penghujan untuk mencukupi kebutuhan air terutama irigasi di musim kemarau.

(7)
(8)

Kelembaban rata-rata Desa Gedongjetis 69% - 84,7% termasuk kondisi kelembaban di atas batas nyaman manusia. Dimana kondisi nyaman manusia berada pada kelembaban 40% - 75% (Laurie, 1985). Untuk mengatasi kondisi ini dapat dilakukan dengan membuat ruang-ruang terbuka di antara ruang vegetasi untuk mengatur sirkulasi udara sehingga evapotranspirasi yang naik tidak terhambat oleh kanopi vegetasi. Selain itu, perlu pemilihan material yang kuat yang tidak mudah lapuk dan tahan pada kondisi kelembaban tinggi.

Kecepatan angin Desa Gedongjetis termasuk rendah sehingga seringkali tidak terasa adanya hembusan angin di daerah ini. Kecepatan angin tertinggi menurut data BMKG Pusat tahun 2007-2010 terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,6 m/sec. Angin dengan kecepatan 3,6 m/sec menurut derajat kecepatan angin Beaufort dalam Mori (2003) termasuk derajat 3, yang bermakna angin yang berhembus dapat menggerakkan daun-daun dan ranting-ranting kecil dan bendera dapat berkibar. Namun pada musim kemarau di daerah ini seringkali berhembus angin yang cukup kencang yang dapat merusak kenyamanan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pengadaan tanaman yang mampu memecah angin.

Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia menurut Laurie (1985) adalah apabila nilai indeks kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus:

THI = 0,8T + ((RHxT)/500) Keterangan :

THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Rata-rata (°C) RH = Kelembaban (%)

Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, THI Desa Gedongjetis berkisar antara 21-25,9. Nilai tersebut kurang dari 27 sehingga kondisi suhu di Desa Gedongjetis masih termasuk dalam kategori nyaman. Hal ini dapat dikarenakan karena dominasi vegetasi pada kawasan ini sehingga suhu kawasan terjaga dalam kondisi nyaman. Tindakan perencanaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pengadaan tanaman peneduh untuk menjaga dan

(9)

meningkatkan kenyamanan kawasan. Selain itu pengadaan tanaman peneduh mampu mereduksi sinar matahari dan menjadi tempat penyerapan air sehingga kelembaban udara tetap terjaga.

5.1.6 Vegetasi dan Satwa

Keanekaragaman vegetasi dan satwa menjadi daya tarik dalam wisata. Dominansi tanaman pertanian yang dipadukan dengan tanaman rambutan memberi kesan visual yang menarik. Selain itu perbedaan jenis tanaman yang dibudidayakan di setiap musim akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada musim penghujan banyak ditanam padi sawah, dan pada musim kemarau banyak tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah. Satwa-satwa seperti burung-burung pemakan biji menambah suasana ceria dalam kawasan.

Tanaman rambutan yang dibudidayakan di daerah ini adalah jenis rapiah, binjai, dan silengkeng. Masa panen raya rambutan biasanya bulan Agustus hingga September. Hasil panen rambutan Gedongjetis berdasarkan arsip kelurahan tahun 2010 adalah 50 ton/ha, sehingga kebun seluas 20 ha menghasilkan 1000 ton. Rambutan yang dihasilkan dijual kepada konsumen dalam bentuk buah segar. Hasil produksi rambutan belum dikembangkan menjadi produk olahan yang lebih tahan lama. Untuk itu perlu adanya pengenalan dan pelatihan kepada warga mengenai produk olahan rambutan yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya belum adanya perencanaan penanaman pada tepi kanan kiri jalan yang menambah kesan visual kawasan, dapat dilihat pada Gambar 24. Vegetasi yang ada terlihat kurang sesuai dengan penataan ruang kawasan. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan rencana penanaman sesuai tata ruang kawasan, pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya, ekologi tumbuhnya dan kemampuannya menyediakan lingkungan tinggal bagi satwa, pembersihan semak-semak liar yang memberi kesan kurang menarik, dan penanaman dilakukan secara bertahap untuk memudahkan proses pengembangan kawasan tahap berikutnya.

(10)
(11)

5.1.7 Tata Guna Lahan

Tutupan lahan tapak penelitian sudah sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan BAPPEDA Kabupaten Klaten dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun 2011-2031. Area persawahan yang terhampar di sepanjang desa dapat menjadi daya tarik wisata. Dengan perpaduan tanaman padi dan palawija dengan tanaman rambutan dapat dimanfaatkan secara fungsional dan estetis. Karena tapak didominasi oleh area persawahan, lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata menjadi kendala. Ditambah lagi, status kepemilikan lahan adalah milik warga sehingga cukup susah untuk mendapatkan ijin dari warga untuk memanfaatkan lahan mereka untuk kepentingan wisata. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara pihak kelurahan dan masyarakat untuk mewujudkan kawasan agrowisata yang lebih baik. Disamping itu perlu perencanaan yang berhubungan dengan pengalokasian ruang pada tapak untuk mewujudkan fungsi wisata pada tapak. Peta analisis tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 25.

5.1.8 Visual dan Akustik

Hamparan kebun rambutan dengan kombinasi tanaman pangan dan palawija ketika musim kemarau memberikan daya tarik wisata. Dominasi kebun rambutan pada kawasan ini apalagi ketika musim panen merupakan daya tarik yang kuat untuk mengundang kehadiran wisatawan. Keindahan pemandangan sawah dan kebun turut menghadirkan akustik alami dari burung-burung, belalang, dan satwa lainnya. Perpaduan ini menciptakan suasana yang relaks sehingga mampu menyegarkan pikiran dan hati yang penat dengan rutinitas. Analisis visual tersaji dalam Gambar 26.

Kendala yang sering terjadi adalah adanya gangguan bising yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di sekitar tapak. Hal ini karena tapak berbatasan langsung dengan jalan lintas kabupaten dan seringkali menjadi jalur alternatif kendaraan-kendaraan besar yang mengangkut bahan baku. Sehingga perlu dilakukan pengalokasian ruang wisata yang strategis namun terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. Selain itu, dapat pula dengan pengadaan tanaman peredam bising untuk meminimalisir kebisingan.

(12)
(13)
(14)

5.1.9 Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas umum yang menjadi pendukung wisata pada tapak kurang lengkap. Fasilitas yang telah ada adalah sekolah (taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama) dan sarana ibadah (mushola). Untuk sarana kesehatan terdapat puskesmas yang berjarak ± 2 km dari tapak penelitian. Fasilitas yang telah ada tersebut hendaknya dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan untuk kekurangan fasilitas yang belum ada sebaiknya dilengkapi. Untuk menjadikan kawasan sebagai tempat tujuan wisata, fasilitas umum penunjang wisata sebaiknya dilengkapi dengan disesuaikan kondisi tapak dan fungsi keberadaannya di tapak. Penambahan fasilitas yang diperlukan antara lain kios cinderamata, kafetaria, dan tempat parkir.

Kebutuhan listrik Desa Gedongjetis tercukupi dengan menggunakan jasa PLN. Sedangkan kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan karena debit air sungai tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat untuk pertanian. Untuk kebutuhan air bagi rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat warga di tiap keluarga.

5.2 Aspek Sosial

5.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian penduduk Gedongjetis cukup beragam. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, peternak, dan buruh lepas. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh lepas pada saat musim tanam akan menjadi buruh tani, dan ketika musim panen telah lewat akan mencari pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan. Hal ini berpotensi untuk menjadikan tapak sebagai kawasan wisata agro, selain menjadikan lanskap pertanian serta kegiatannya sebagai daya tarik juga sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ditambah lagi dengan potensi perikanan dan kerajinan anyaman lidi dapat menambah daya tarik wisatawan. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan kerajinan yang dapat menjadi ciri khas Desa Gedongjetis.

(15)

5.2.2 Pengunjung

Pengunjung yang datang berwisata ke tapak penelitian cukup beragam, mayoritas adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengunjung biasanya datang pada musim libur dan meningkat jumlahnya pada musim panen rambutan. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar Desa Gedongjetis dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Pengunjung dapat lebih puas membeli buah rambutan dengan diijinkan untuk memetik sendiri buah yang diinginkan. Potensi ini dapat diarahkan untuk menjadikan Desa Gedongjetis sebagai kawasan wisata. Di samping itu, di sekitar tapak penelitian belum terdapat kawasan wisata agro yang dapat menjadi pesaing Desa Gedongjetis. Dengan potensi tersebut, konsentrasi pengunjung agrowisata dapat terfokus pada tapak penelitian. Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan motor atau kereta mini.

Pengembangan tapak menjadi tempat wisata harus diimbangi dengan pengadaan fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata tersebut. Beberapa fasilitas wisata yang diharapkan keberadaannya oleh pengunjung adalah kios cinderamata, tempat parkir, toilet, kafetaria, kendaraan untuk menuju kawasan (kendaraan umum), tempat ibadah (mushola), dan tempat istirahat.

5.3 Analisis - Sintesis

Alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan pada tapak penelitian dihasilkan dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan dari hasil analisis berupa kegiatan rekreasi pertanian yang edukatif dan disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan. Hasil analisis dan sintesis tapak penelitian tersaji dalam Tabel 10.

(16)

Tabel 10. Analisis dan Sintesis Tapak

No. Aspek yang

Dianalisis Potensi Permasalahan Solusi

Aspek Fisik 1 Letak, Luas,

dan

Aksessibilitas Tapak

Letak strategis, dekat dengan tempat wisata

lainnya. Potensi ini

berpeluang untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Tapak merupakan daerah

pertanian dengan komoditas utama rambutan yang tersebar luas di sepanjang desa.

Akses menuju tapak merupakan jalan lintas kabupaten berupa jalan aspal dan dilalui angkutan umum

Kondisi jalan menuju tapak rusak, banyak yang berlubang sehingga menimbulkan kemacetan karena harus berhati-hati ketika melintas. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak.

Jalan yang berlubang akan tergenang ketika hujan turun dan menjadi tidak terlihat yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melintas. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak.

Transportasi umum untuk menuju tapak waktu pengoperasiannya masih jarang. Perlu koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk kemudahan transportasi umum.

Akses di dalam tapak sebagian besar merupakan jalan aspal dengan kondisi cukup baik. Jalan di dalam tapak cukup sempit untuk dilalui kendaraan besar, penggunaan yang berbaur. Pengaturan jalur sirkulasi yang tepat pada tapak untuk menghindari kemacetan. 2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Posisi tapak lebih rendah dari jalan menjadi daya tarik pengguna jalan yang melintas untuk berkunjung ke tapak. Tapak yang cukup datar kurang memberikan irama dalam perjalanan wisata. Perlu variasi ketinggian untuk memberi kesan dinamis. Tapak merupakan area yang

cukup datar dengan variasi ketinggian yang kecil. Ketinggian tapak termasuk dalam kategori sesuai untuk pengembangan tanaman rambutan.

(17)

Tabel 10. Lanjutan

No. Aspek yang

Dianalisis Potensi Permasalahan Solusi

Aspek Fisik 3 Hidrologi dan

Drainase

Petani mengandalkan air hujan untuk irigasi.

Sumber air yang ada memiliki debit yang kecil, tidak dapat mencukupi kebutuhan irigasi pertanian. Perlu pengadaan vegetasi di sekitar sumber air untuk menjaga kondisi badan air, sehingga ketersediaan air pada badan air dapat bertahan lebih lama.

Sistem irigasi kawasan cukup baik, merata ke seluruh kawasan sehingga mengurangi terjadinya genangan air, erosi, dan banjir. Sistem drainase hanya berupa cekungan yang mudah terjadi pengendapan lumpur yang terbawa aliran air. Perlu pembersihan saluran drainase secara berkala. 4 Geologi dan Jenis Tanah

Jenis tanah pada tapak adalah Regosol kelabu yang cukup baik untuk pertanian dengan diimbangi

pemupukan dan pengairan

yang cukup.

Perlu diimbangi dengan sistem drainase yang baik agar air tidak tergenang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan rambutan. Tanah Regosol memiliki

daya dukung yang cukup baik untuk pengembangan fasilitas pendukung wisata.

5 Iklim Curah hujan berkisar

1500-2000 mm/th, cocok untuk pengembangan tanaman rambutan.

Kelembaban rata-rata lebih tinggi dari zona nyaman manusia. Perlu adanya rekayasa iklim mikro dengan pengadaan tanaman sebagai peneduh dan pemecah angin, dapat pula dengan pengadaan gazebo untuk berteduh. Tapak merupakan daerah

dengan kisaran suhu nyaman untuk manusia, kecepatan angin termasuk dalam zona nyaman manusia. Angin berhembus cukup kencang pada musim kemarau. 6 Vegetasi dan

Satwa Tanaman pertanian

mendominasi vegetasi kawasan, jenisnya berubah mengikuti musim. Perbedaan jenis tanaman dibudidayakan setiap musimnya menjadi daya tarik tersendiri.

(18)

Tabel 10. Lanjutan

No. Aspek yang

Dianalisis Potensi Permasalahan Solusi

Aspek Fisik 7 Tata Guna

Lahan

Tutupan lahan pada tapak sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Klaten Belum adanya alokasi ruang untuk wisata. Perlu koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan agrowisata lebih lanjut.

Tapak merupakan daerah permukiman dan persawahan. 8 Visual dan

Akustik

Hamparan kebun rambutan di sepanjang tapak menjadi daya tarik tapak.

Lahan bekas perombakan kebun rambutan yang sudah tua terkadang mengganggu pemandangan tapak Pembersihan dengan segera lahan bekas perombakan kebun rambutan untuk menjaga kualitas visual tapak. Gerbang masuk kebun rambutan kurang menarik perhatian. Perencanaan gerbang kebun yang lebih menarik dan memberi kesan estetis.

Akustik alami berasal dari burung-burung, belalang, dan satwa lain.

Tapak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga cukup bising. Potensi akustik alami memberi kesan damai dan tenang pada tapak, kebisingan dapat diatasi dengan pengadaan tanaman yang dapat meredam suara. 9 Fasilitas, dan Utilitas

Sarana transportasi umum tersedia hingga sore hari.

Waktu pengoperasian sarana transportasi umum cukup jarang. Perlu koordinasi dengan pemerintah mengenai jadwal pengadaan sarana transportasi umum.

Kebutuhan listrik dipenuhi dari PLN yang terdapat di tapak. Fasilitas pendukung wisata belum tersedia di tapak. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak.

Kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat oleh warga di rumah masing-masing. Kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan.

(19)

Tabel 10. Lanjutan

No. Aspek yang

Dianalisis Potensi Permasalahan Solusi

Aspek Fisik 10 Keadaan

Sosial Ekonomi

Masyarakat Mata pencaharian penduduk beragam, kebanyakan menjadi petani, peternak, dan buruh tani.

Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani akan berpindah pekerjaan setelah musim panen lewat. Pengembangan agrowisata dapat menjadi peluang pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat dan dapat

meningkatkan penghasilan masyarakat.

Potensi lain adalah pemijahan ikan dan anyaman dari lidi yang ditekuni beberapa warga.

Perlu

pengembangan pemijahan ikan dan pemberdayaan potensi anyaman lidi sebagai daya tarik yang dapat menjadi ciri khas pada lokasi.

11 Data

Pengunjung Kegiatan yang sering dilakukan pengunjung adalah piknik dan belanja buah rambutan langsung dari kebun.

Fasilitas pendukung wisata pada tapak belum ada.

Pengadaan fasilitas pendukung wiata pada tapak sesuai harapan

pengunjung dan disesuaikan dengan kondisi tapak.

Pengunjung yang datang secara rombongan biasanya menggunakan kereta mini sebagai transportasi untuk menuju tapak dan berkeliling tapak.

Kereta mini dapat memberikan keunikan tapak dengan menjadikannya sebagai sarana transportasi di dalam tapak. 5.4 Program Ruang

Peta tematik yang dihasilkan pada tahap analisis dioverlay untuk menghasilkan peta komposit (Gambar 27). Peta komposit dihasilkan dengan memperhatikan standar kesesuaian ruang untuk wisata, dapat dilihat pada Tabel 11. Dari peta komposit dapat ditentukan program ruang yang dapat dikembangkan pada tapak (Tabel 12). Luas tapak yang direncanakan secara keseluruhan adalah 161,7 ha dan akan dikembangkan menjadi area rekreasi dengan tiga ruang peruntukan, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata dan ruang konservasi.

(20)

Tabel 11. Standar kesesuaian ruang

Aspek Standar Kesesuaian Kriteria

Kesesuaian

Penggunaan lahan

Tapak didominasi penggunaan lahan terbuka. Tidak terdapat struktur

bangunan dan vegetasi selain groundcover. Optimum

Tapak cukup didominasi lahan terbuka. Namun, terdapat beberapa

struktur bangunan dan vegetasi selain grondcover. Cukup

Tapak dominan bangunan dan vegetasi. Minimum

Kemiringan lahan

Datar dan Landai Optimum

Agak Curam Cukup

Curam Minimum

Tabel 12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak

Ruang Sub Ruang Fungsi Aktivitas Wisata Fasilitas Wisata

Wisata Wisata

Pertanian

Rekreasi Mengenal Rambutan Kebun dan Papan informasi

Mengenal Padi dan

Palawija Sawah dan Papan infomasi

Mengenal Tanaman Hias Papan infomasi Mengenal Ikan dan belajar

pemijahan Kolam ikan

Wisata Non

Pertanian Rekreasi Belajar anyaman lidi Workshop

Menikmati pemandangan Saung

Bermain Area bermain

Piknik Area piknik

Photo hunting Gazebo

Outbond Area outbond

Olahraga Area olahraga

Pendukung

Wisata Penerimaan Penerimaan Keluar masuk area Pintu gerbang

Membeli tiket Loket tiket

Informasi tentang kawasan Ruang pengelola dan informasi

Pelayanan Pelayanan Memarkir kendaraan Tempat parkir

Beribadah Mushola

Makan dan minum Kafetaria

Keamanan Pos keamanan

Membeli oleh-oleh Toko cinderamata

Belanja hasil pertanian Kios

Masyarakat Permukiman - -

(21)

Gambar

Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten
Tabel 10. Analisis dan Sintesis Tapak
Tabel 10. Lanjutan
Tabel 10. Lanjutan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang sangat mempengaruhi status gizi adalah pola asuh gizi anak melalui makanan, yang akan direspon dan dipraktekan oleh pemberi perawatan secara berbeda-beda pada

Selanjutnya undang-Undang Narkotika yang mengatur tentang ketentuan pidana dalam BAB XII dapat dikelompokkan dari segi bentuk perbuatannya menjadi kejahatan yang

pertanyaan ilmiah’ dapat di lakukan dengan menampilkan beragam fenomena alam melalui media, kemudian meminta mahasiswa berdiskusi kelompok untuk membuat satu pertanyaan

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen sikap kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang memiliki peningkatan yang

- Sekolah dapat berkembang karena didukung oleh sumber daya manusia (yang ahli di bidangnya). - Pencapaian target tujuan pendidikan lebih besar akan tercapai. Sarana

Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11

Menururt Saputra dan Agustin (2012:7) “Jquery merupakan salah satu teknik atau kumpulan library javascript yang sangat terkenal dengan animasinya”. Secara standar, apabila