• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH TOMAT. Darwin Pangaribuan dan Hidayat Pujisiswanto ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH TOMAT. Darwin Pangaribuan dan Hidayat Pujisiswanto ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI

DAN KUALITAS BUAH TOMAT

Darwin Pangaribuan dan Hidayat Pujisiswanto

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung 35145

Email: bungdarwin@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas pemberian EM4 pada lahan dan menentukan dosis bokashi jerami yang optimal memberikan pertumbuhan vegetatif, produksi dan buah tomat yang berkualitas. Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang disusun secara rancangan petak terbagi 2 x 5. Petak utama yaitu pemberian EM4 pada lahan yaitu tanpa pemberian EM4 dan diberi EM4 sebanyak 10 l/ha. Anak petak adalah dosis bokashi jerami yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5; dan 30 ton/ha. Sedangkan jumlah ulangan 3 kali untuk setiap kombinasi perlakuan. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: (1) EM4 yang disiramkan ke dalam tanah tidak meningkatkan pertumbuhan maupun produksi buah tomat. (2) Bahan organik berupa bokashi jerami dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi buah tomat. Belum diperoleh dosis optimum aplikasi karena produksi masih menunjukkan respon linier (3) Aplikasi EM4 pada tanah dan dosis bokashi jerami tidak mempengaruhi kandungan gula dan asam

Kata Kunci: kompos, jerami, EM4, prouduksi tomat

1. PENDAHULUAN

Penelitian penerapan pupuk kandang matang pada sayuran pada umumnya dan sayuran buah tomat pada khususnya telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Iskandar (2003), tanaman sayuran (pakchoy dan selada hijau) memberikan respon yang positif terhadap aplikasi bokashi. Produktivitas bawang merah juga meningkat setelah aplikasi bahan organik (Pangaribuan, 1998). Penelitian tomat oleh Hilman dan Nurtika (1992) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 20 t/ha dapat meningkatkan bobot buah dan jumlah buah tomat. Pupuk kandang dalam penelitian diatas tidak dijadikan kompos terlebih dahulu atau tanpa bantuan suatu mikroorganisma. Demikian juga penelitian Rahardjo et al. (2003), pemberian pupuk organik berupa sampah kota dan sampah desa dapat meningkatkan tinggi tanaman dan produksi buah tomat.

Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pukan belum banyak dikaji untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi kompos dengan bantuan suatu mikroorganisma. Selain itu, dari perspektif tanaman, kualitas pascapanen buah tomat dalam penelitian di atas belum diselidiki lebih

(2)

jauh. Padahal menurut Pangaribuan (2006), faktor-faktor prapanen, seperti kualitas kesuburan tanah, akan mempengaruhi kualitas hasil pascapanen tomat. Dengan demikian dari tinjauan singkat hasil-hasil penelitian mutakhir tentang bahan organik pada aneka jenis sayuran di atas, menguatkan perlunya dilakukan kajian pemanfaatkan bahan organik bagi tanaman tomat.

Bahan organik yang akan diteliti adalah penggunaan bahan organik yang berasal dari limbah tanaman berupa jerami padi. Limbah jerami padi sangat mudah didapatkan diareal persawahan sehingga pemanfaatannya dapat mengurangi masalah limbah. Sisa tanaman seperti jerami apabila dikomposkan juga berfungsi sebagai pupuk.

Proses fermentasi bahan organik biasanya menggunakan aktivator mikroba. Salah satu fungsi aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan kualitas bahan. Prinsip pembuatan kompos bokashi adalah pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai bioaktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari bakteri inokulan (bacterial inoculant) berupa effective microorganism (EM4). Bioaktivator yang terdapat dalam EM4 adalah Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Actinomycetes serta cendawan pengurai selulosa. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon dan nitrogen yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos (Djuarnani, Kristian, Setiawan, 2005 dan Yuwono, 2005). Bioaktivator EM4 akan dikaji efektivitasnya jika disemprotkan di lahan dalam penelitian ini

Hasil penelitian pupuk hayati dalam bentuk EM4 (effective microorganism) yang diinkorporasikan ke dalam bahan organik tanah pada tanaman cabai, tomat, kubis dan bawang merah memberikan hasil yang lebih baik daripada tanpa pemberian EM4 (Hilman, 2000). Demikian juga penelitian Yadav (2000), sayuran radis dan kubis yang diberikan EM4 pada lahan nyata meningkatkan hasil. Dengan demikian pemanfaatan limbah bahan organik dan mikroorganisme yang berguna dalam EM4 perlu dikembangkan dalam usaha menekan input bahan kimia anorganik. Bahan organik seperti limbah tanaman yang telah dikomposkan akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tomat. Studi pemanfaatan bahan organik berarti menunjang sistem budidaya sayuran yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji efektivitas pemberian EM4 pada lahan terhadap pertumbuhan produksi, dan kualitas pascapanen buah tomat.

2. Menentukan dosis kompos bokashi limbah jerami yang optimal memberikan pertumbuhan vegetatif, reproduktif, produksi dan buah tomat yang berkualitas.

(3)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di lahan petani di Metro dari bulan April sampai November 2007. Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Victory, jerami padi, EM4, insektisida dan fungisida botani. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang disusun secara rancangan petak terbagi 2 x 5. Petak utama yaitu pemberian EM4 pada lahan yaitu tanpa pemberian EM4 dan diberi EM4 sebanyak 10 l/ha. Anak petak adalah dosis kompos bokashi jerami yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5; dan 30 ton/ha. Sedangkan jumlah ulangan 3 kali untuk setiap kombinasi perlakuan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet sedangkan kemenambahan data dihitung dengan uji Tukey. Jika kedua asumsi terpenuhi, analisis dilanjutkan dengan Analisis Ragam (Anova) dan Uji Regresi.

Pelaksanaan Penelitian

Benih tomat kultivar Victory disemai dalam bedeng persemaian. Media pesemaian adalah campuran tanah : pupuk kandang sapi (2 : 1 v/v). Bibit siap dipindahtanamkan ke lapang setelah berumur 21-- 28 hari setelah semai atau bibit yang telah memiliki 3 – 5 helai daun sejati. Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan menggunakan bajak, sisa tanaman, rumput, dan akar dibersihkan, lalu tanah diratakan dengan cangkul. Ukuran plot untuk setiap percobaan dalah 4 m x 3,6 m dengan jarak antarulangan 1 m. Tomat ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm, sehingga jumlah populasi tomat per plot adalah 48 tanaman. Kapur CaCO3 dengan dosis 4 ton/ha untuk

menetralkan kemasaman tanah diaplikasikan dua minggu sebelum tanam.

Pengomposan bokashi jerami dan EM4. Sebelum penelitian, kompos bokashi jerami dibuat terlebih dahulu sesuai petunjuk pembuatan kompos bokashi oleh Simamora dan Salundik (2006). Kompos bokashi jerami diberikan ke petak percobaan secara sebar dan dicampur merata dengan tanah sedalam 15 - 20 cm. Perlakuan pemberian EM4 diberikan dengan menyiramkan EM4 dengan gembor ke permukaan tanah yang telah diolah dan dicampur dengan kompos bokashi seminggu sebelum tanam di sekitar lubang tanam. EM4 dilarutkan dengan air terlebih dahulu dengan perbandingan 1:300 dan volume semprot adalah 3000 l/ha.

Pemberian ajir dilakukan saat tanaman tomat mencapai ketinggian 20 - 25 cm. Ajir setinggi 1 m yang dibuat dari bambu ini berfungsi untuk menopang tanaman agar tetap tegak dan tidak mudah rebah. Pada tanaman akan dilakukan pembuangan tunas samping (tunas yang tumbuh pada bagian ketiak daun/cabang). Gulma dikendalikan secara manual dengan menggunakan kored atau cangkul. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan biopestisida yang telah dipersiapkan sebelumnya (Kardinan, 2005). Untuk mengendalikan hama

(4)

mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips dan Aphid dengan pestisida nabati. Sedangkan untuk mencegah dan memberantas penyakit diramu fungisida nabati. Tomat dipanen jika buah sudah sampai pada fase semburat (breaker stage).

Pengamatan

(1) Pengamatan analisis pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap 5 tanaman contoh, terdiri dari ILD (indeks luas daun) pada 21, 28, 35, 42, 49 HST. (2) Bobot buah per ha (ton/ha). Bobot buah diukur dengan menimbang bobot buah segar pada saat panen. (3) Mengukur kandungan asam (Pangaribuan, 2006) (4) Kandungan gula total (Brix) diukur dengan refraktometer.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Tanah

Tabel 1 menyajikan hasil analisis tanah setelah aplikasi EM4 pada lahan dan penerapan dosis 22.5 ton/ha setelah 3 bulan aplikasi bahan organik. Setelah aplikasi bahan organik nampak bahwa nilai C/N ratio pada petak yang diberi EM4 setelah 3 bulan mulai mendekati ideal yaitu 19.7. Sedangkan kandungan unsur-unsur hara makro seperti N, P dan K pada semua petakan setelah aplikasi EM4 3 bulan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Tabel 1. Hasil analisis tanah yang diberi 0 l/ha EM4 dan 10 l/ha EM4 pada dosis 22.5 ton/ha setelah 3 aplikasi bahan organik

No. Parameter analisis Kontrol Non EM4 + bokashi 22.5 ton/ha EM4 + bokashi 22.5 ton/ha 1. pH H2O (1:25) 6.52 6.55 6.81 2. N (%) Kejldahl 0.21 0.24 0.21 3. P (ppm) Bray-1 23.55 41.29 42.80 4. K (me/100g) 0.19 1.08 0.59 5. Ca (me/100g) 3.62 6.99 6.72

6. C (%) Walkley & Black 3.03 2.54 2.07

7 C/N ratio 8 12.05 19.07

Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung Indeks Luas Daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis EM-4 pada lahan tidak berpengaruh nyata tetapi pemberian bokashi jerami berpengaruh pada variabel indeks luas daun (LAI) tanaman tomat. Tidak terjadi interaksi antara kedua perlakuan pada ILD. Peningkatan dosis bokashi jerami menyebabkan terjadinya peningkatan indeks luas daun tanaman tomat secara kuadratik (Gambar 1). Pada gambar tampak bahwa nilai LAI optimum tanaman tomat berada pada dosis bokashi jerami

(5)

ke-4, yaitu 22.5 ton/ha pada pengamatan ke-4, yaitu pada saat tanaman berumur 42 hari setelah pindah tanam. y = -0,0557x2 + 0,5683x + 0,4 R2 = 0,979 y = -0,0371x2 + 0,4049x + 0,704 R2 = 0,9206 y = -0,07x2 + 0,642x + 0,408 R2 = 0,9755 y = -0,1107x2 + 0,8973x + 0,314 R2 = 0,9488 y = -0,07x2 + 0,642x + 0,408 R2 = 0,9755 0 0,5 1 1,5 2 2,5 21 28 35 42 49

Pengamatan (hari sesudah tanam)

In d e k s lu a s d a u n 0 t/ha 7,5 t/ha 15 t/ha 22,5 t/ha 30 t/ha

Gambar 1. Perubahan indeks luas daun pada berbagai dosis bokashi jerami

Produksi dan Kualitas Pascapanen Buah Tomat

Pemberian EM4 pada lahan tidak nyata mempengaruhi produksi buah tomat, akan tetapi bokashi jerami berpengaruh nyata terhadap produksi buah, dan produksinya cenderung masih linier (Gambar 2) dengan persamaan y = 4,107x + 29,749 (R2 = 0.53). Pemberian EM4 pada tanah tidak mempengaruhi pengujian kandungan gula buah (brix) (Tabel 2) dan kandungan asam (Tabel 3). Demikian juga, dosis kompos jerami tidak mempengaruhi pengujian kandungan gula (Tabel 2) dan kandungan asam (Tabel 3).

y = 4,107x + 29,749 R2 = 0,5287 0 10 20 30 40 50 60 0 7,5 15 22,5 30

Dosis bokashi jerami (t/ha)

P ro d u k s i to m a t ( t/ h a)

(6)

Tabel 2. Rata-rata kandungan gula (°Brix) buah tomat pada berbagai dosis aplikasi EM4 dan dosis bokashi jerami.

Anak Petak (Dosis)

Petak Induk (Aplikasi EM4)

0 l/ha 10 l/ha Rata-rata 0 4.07 4.11 4.09 7.5 4.55 4.18 4.37 15 4.81 4.18 4.50 22.5 4.32 4.48 4.40 30 4.47 4.45 4.46 Rata-rata 4.44 4.28

Tabel 3. Rata-rata kandungan asam (%) buah tomat pada berbagai aplikasi EM 4 dan dosis bokashi jerami

Anak Petak (Dosis)

Petak Induk (Aplikasi EM4)

0 l/ha 10 l/ha Rata-rata 0 0.4 0.4 0.4 7.5 0.4 0.3 0.35 15 0.3 0.4 0.35 22.5 0.3 0.3 0.30 30 0.3 0.3 0.30 Rata-rata 0.35 0.35 Pembahasan

Nisbah C/N dari bahan organik merupakan faktor yang sangat penting dalam pengomposan. Transformasi residu organik menjadi pupuk didominasi oleh proses mikrobiologi dan dipengaruhi oleh nisbah C/N bahan yang ada dalam residu yang dikomposkan. Residu organik dengan nisbah C/N 25 - 40 cukup optimal untuk efisiensi pengomposan (Gaur, 1982). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai C/N ratio perlakuan aplikasi EM4 pada lahan dan pemberian bokashi dosis 22.5 t/ha mendekati ideal yakni 19.07.

Sesudah bokashi diterapkan 1 sampai 3 bulan ke dalam tanah, nampak ada perbaikan sifat kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya unsur hara makro N, P dan K. Hal ini menandakan bahwa aplikasi bokashi jerami berpengaruh positif terhadap perbaikan sifat kimia khususnya kesuburan tanah.

ILD 7 harian selama empat periode pada berbagai dosis menunjukkan perkembangan ILD berpola kuadratik dengan respon yang berbeda. Perkembangan ILD yang diaplikasikan bahan organik bokashi jerami padi dosis 22.5 ton/ha meningkat lebih cepat dibandingkan dengan tanpa

(7)

bahan organik (kontrol). Menurut Gardner dkk. (1991) ILD merupakan parameter yang menunjukkan potensi tanaman melakukan fotosintesis dan juga merupakan potensi produktif tanaman di lapangan.

Meningkatnya dosis bokashi dapat meningkatkan konsentrasi hara dalam tanah, terutama N, P dan K serta unsur lainnya. Selain itu, bokashi juga dapat memperbaiki tata udara dan air tanah. Dengan demikian, perakaran tanaman akan berkembang dengan baik dan akar dapat menyerap unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang akan meningkatkan pembentukan klorofil, sehingga aktivitas fotosintesis lebih meningkat dan dapat meningkatkan ekspansi luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bokashi nyata meningkatkan produksi tomat secara linear. Hal ini mendukung studi yang dilakukan di IRRI pada tahun 1974 dan 1975 yang menunjukkan manfaat pemakaian jerami sebagai sumber unsur hara. Pemberian jerami dapat meningkatkan hasil padi sebesar 12% (Lin, 1982).

Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman. Selain itu bahan organik jerami padi dapat mensuplai unsur hara terutama N, P dan K (Tabel 1). Semakin tinggi dosis bahan organik maka semakin tinggi konsentrasi N, P dan K di dalam tanaman. Semua unsur-unsur tersebut memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme tanaman. Menurut Ponnamperuma (1984) jerami padi mengandung kira-kira 0.6% N, 0.1% P, 0.1% S, 1.5% K dan 5% Si dan 40% C. Jerami padi secara tidak langsung mengandung sumber senyawa N-C yang menyediakan substrat untuk metabolisme jasad renik yaitu gula, pati (starch), selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein. Senyawa-senyawa ini terdiri dari 40% C dari bobot kering jerami.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi EM4 ke atas permukaan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produksi buah tomat. Jadi, pemberian EM4 yang disemprotkan di atas tanah, tidak memberikan dampak positif terhadap produksi buah tomat. Tanaman tomat diduga kurang responsif terhadap perlakuan EM4. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Suwardi (2004), bahwa sejarah EM-4 masih mengundang kontroversi di daerah asalnya, yaitu Jepang. Dalam penelitian di Tokyo University of Agriculture maupun lembaga Riset Ilmu Lingkungan Jepang, dihasilkan bahwa tidak ada perbedaan antara bokashi yang diinokulasi EM dan tanpa EM. Iskandar (2003) juga menemukan bahwa tanaman pakchoy tidak responsif terhadap aplikasi bokashi EM4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis berpengaruh nyata terhadap produksi secara linier. Artinya bahwa belum diperoleh dosis optimum bahan organik yang memberikan produksi

(8)

panjang. Penggunaan 10 ton kompos per hektar dapat menyumbang 100 – 150 kg N, 44 kg P, dan 125 kg K. Unsur hara ini tidak digunakan hanya dalam satu periode musim tanam karena terurainya masing-masing unsur tidak sama. Unsur N dinyatakan sebagai unsur yang lambat terurai, karena umumnya nitrogen organik berikatan dengan koloid liat membentuk ikatan stabil yang ketersediaannya secara berangsur-angsur dan hanya sekitar 30% saja yang dapat digunakan selama musim tanam pertama; unsur P 60 % - 70%, sedangkan K sekitar 75%.

Kelebihan unsur yang dapat disumbangkan oleh kompos kepada tanaman merupakan residu di dalam tanah. Suatu percobaan jangka panjang untuk mempelajari pengaruh kompos terhadap produktivitas tanah lempung liat berdebu di Taiwan, menunjukkan bahwa pemberian kompos sebanyak 20 ton/ha setelah 10 tahun memberikan hasil padi lebih tinggi daripada yang dipupuk dengan NPK pada tingkat nitrogen yang sama (Lin et al, 1993).

Bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kualitas pascapanen tomat. Hal ini diduga bahwa perbaikan kualitas pascapanen seperti kandungan gula atau asam lebih banyak ditentukan oleh faktor genetik dan faktor kemasakan buah. Bagian utama dari padatan terlarut total adalah kandungan gula dan asam organik yang menentukan rasa buah.

Menurut Hobson dan Davies (1971) buah tomat mengandung gula 1.5 – 4.5% bobot segar. Gula pada tomat terdiri atas glukosa dan fruktosa (pereduksi) dengan jumlah yang hampir sama, serta sukrosa (gula non pereduksi) yang jumlahnya jauh lebih kecil ± 0.1% bobot segar. Asam organik utama yang terdapat pada buah tomat adalah asam malat dan asam sitrat.

4. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: (1) EM4 yang disemprotkan ke tanah, tidak meningkatkan pertumbuhan maupun produksi buah tomat. (2) Bahan organik berupa bokashi jerami dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi buah tomat. Belum diperoleh dosis optimum aplikasi karena produksi masih menunjukkan respon linier (3) Aplikasi bokashi jerami dan pemberian EM4 pada tanah tidak mempengaruhi kualitas pascapanen buah yang diukur dari kandungan gula dan asam buah. Disarankan untuk melakukan percobaan yang sama pada lahan dataran medium.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dana penelitian dari Program Hibah Kompetisi (PHK) A-2 Jurusan BDP Fakultas Pertanian Unila periode 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N., Kristian, B. S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. 74 hal.

Gardner, F. P., Pearce, R. B. dan Mitchell R .E. 1991. Fisiologi Tanaman Budiodaya. Jakarta: UI Press. 428 hal.

Gaur, A. C. 1982. A Manual of Rural Composting. Project Field Document No. 15. FAO/UNDp Regional Project.

Hilman, Y. 2000. Hasil Penelitian Teknologi Maju Tepat Guna dalam Budidaya Sayuran Organik. Prosiding seminar nasional Pertanian Organik. Fakultas Pertanian, Universitas IBA. Palembang. Hal. 183 – 196.

Hilman, Y dan N. Nurtika. 1992. Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat. Bulletin Penelitian Hortikultura Vol XXII(1); 96-101.

Hobson, G.E. dan Davies, J. N. 1971. The Tomato. Dalam Hulne, A.C. (ed.). The Biochemistry of Fruit and Their Proucts. Vol. 2. Academic Press. London.

Iskandar, S. 2003. Pengaruh Bokashi Produktivitas Tanaman Sayuran dalam Kegiatan Pertanian Organik. Jurnal Agrotropika Vol VIII(2): 6 - 10.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati. Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. 88 hal.

Lin, C. F., T. S. L. Wang, A. H. Chang and C. Y. Cheng. 1993. Effects of Some Long Term Fertilizer Treatments on the Chemical Properties of Soil and Yield of Rice. Journal of Taiwan Agricultural Research 22: 241-292.

Pangaribuan, D. 1998. Peningkatan Produktivitas Bawang Merah melalui Penambahan Bahan Organik pada Tanah. Jurnal Tanaman Tropika Vol 1(2): 98 – 107.

Pangaribuan, D. 2006. Ethylene Production and Respiration Rate in Fruit and Sliced Tomatoes. Jurnal Agrotropika Vol XI(1): 15-22.

Ponnamperuma, F. N. 1984. Straw as a source of nutrient for wtland rice. In organic matter and Rice, p. 117 – 136. international Rice Research Institute, Los Banos, Phillipines.

Rahardjo, B. T.,L. P. Astuti, L. K. Putra, E. S. Handani. 2003. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Perkembangan Populasi Nematode Puru Akar (Meloidogyne sp.) pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum M.). Agrivita Vol. 25(2):120 – 125.

(10)

Suwardi. 2004. Teknologi Pengomposan Bahan Organik sebagai Pilar Pertanian Organik. Proceeding Simposium Nasional, Pertanian Organik Ketrepaduan teknik Pertanian radisional dan Inofatif. Hlm. 25—33.

Simamora, S dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. 64 hal Yadav, S. P. 2000. Performance of Effective Microorganisms (EM) on Growth and Yields of

Selected Vegetables. Presented in the "Conference on EM Technology and Nature Farming" from 20th to 22nd September 2000 in Pyongyong, DPR Korea.

Gambar

Tabel 1 menyajikan hasil analisis tanah setelah aplikasi EM4 pada lahan dan penerapan  dosis 22.5 ton/ha setelah 3 bulan aplikasi bahan organik
Gambar 1.  Perubahan indeks luas daun pada berbagai dosis bokashi jerami
Tabel 3.  Rata-rata kandungan asam (%) buah tomat pada berbagai aplikasi EM 4 dan dosis bokashi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa kombinasi asam mefenamat-akupunktur sebelum induksi (nilai inhibisi radang 40,24%; nilai inhibisi nyeri 8,95%)

 Intensitas curah hujan pada bulan Juni 2017 di beberapa wilayah (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian selatan, Sulawesi

L.2.5 Ekstraksi Biji Kelor Moringa oleifera dengan Pelarut NaCl Biji kelor - Sebanyak 1 g serbuk biji kelor diekstrak dalam 100 mL larutan NaCl dengan konsentrasi 1 M -

Tampilan tambah kecamatan (admin) adalah halaman yang digunakan admin untuk menginputkan data kecamatan untuk menentukan titik lokasi kecamatan di kota Bandar Lampung,

Sikap mental ini menyebabkan guru tersebut merasa senang mengajar ( bekerja ), seakan- akan melakukan pekerjaan secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati

Apabila pengeluaran pemerintah sektor industri pengolahan meningkat 1 persen (semula Rp 60.062 juta menjadi Rp 60.662 juta), pembentukan modal tetap sektor industri

Belum optimalnya implementasi kebijakan produksi tanaman pangan lokal di Provinsi NTT karena masih terdapat beberapa masalah antara lain: Pada dimensi organisasi