• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN HUKUM POLIS ASURANSI JIWA PERORANGAN PADA ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA CABANG MEDAN S K R I P S I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEKUATAN HUKUM POLIS ASURANSI JIWA PERORANGAN PADA ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA CABANG MEDAN S K R I P S I"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

KEKUATAN HUKUM POLIS ASURANSI JIWA

PERORANGAN PADA ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA

CABANG MEDAN

S K R I P S I

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA HUKUM

OLEH:

NAMA : ARTHUR SAMOSIR

NIM : 050200355

DEPARTEMEN HUKUM DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

KEKUATAN HUKUM POLIS ASURANSI JIWA PADA

ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

ARTHUR SURYADHARMA SAMOSIR NIM : 050200335

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA DAGANG

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M. S. NIP. 131 764 556

Pembimbing I Pembimbing II

Sinta Uli, S.H., M.Hum M. SIDDIK, S.H.,M.Hum NIP. 131 570 459 NIP. 132 090 061

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

KATA PENGANTAR

Dalam menyusun skripsi ini, penulis terlebih dahulu mengucapkan syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasihnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi dengan judul Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, bertujuan untuk memberikan pemahaman kegunaan polis asuransi jiwa bagi pihak penanggung dan tertanggung dan peranan klausul - klausul dalam polis terhadap pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.

Penulis menyadari adanya kekurangan - kekurangan, dan masih jauh dari sempurna, baik dibidang tata bahasa, pengalaman, pengetahuan, kemampuan, materinya, maupun fasilitas yang begitu minim. Oleh karena itu, kritik ataupun saran dari berbagai pihak, demi tercitanya kesempurnaan tulisan ini, penulis menerimanya dengan penuh terima kasih. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus kepada Ibu Sinta Uli, S. H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, dalam hal ini telah memberikan bimbingan dan petunjuk - petunjuk bagi penulis untuk menyusun materi skripsi ini. Demikian juga kepada Bapak M. Siddik, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II dalam

(4)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

bidang teknis, yang turut memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S. H. M. Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof . Dr. Tan Kamello, S. H., M. S., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan.

3. Bapak F. Harianja, S. Sos., selaku Kepala Tata Usaha PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.

4. Ibu Zaidar, S. H., M. Hum., selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah mengarahkan penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum USU.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU, atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah dicurahkan selama ini.

6. Teman - teman mahasiswa terutama grup D angkatan 2005 Fakultas Hukum USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dalam skripsi ini, sekali lagi thanks for our friendship.

7. Bung - bung dan sarinah - sarinah Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia yang turut membantu memberikan inspirasi dan meramaikan kehidupan penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan yang diberikan.

(5)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Akhirnya ucapan terima kasih ini disampaikan kepada Ayahanda Drs. Arpudin Samosir, MSi., Ibunda Meleria Siahaan, BA., Adik Alfred Dachnial Samosir, Astry Meyland Samosir, dan Angelica Margareth Samosir, serta Op. Arthur br. Situmorang yang selalu memberikan dukungan baik materil maupun moril selama mengikuti hingga perkuliahan ini dapat diselesaikan.

Dengan tidak memungkiri segala kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan khususnya bagi dunia pendidikan kita dalam menambah wawasan serta pemahaman tentang asuransi dan polis asuransi.

Medan, 22 Agustus 2009 Penulis,

(6)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009. DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi iv Abstraksi vi Bab I Pendahuluan 1 A. Latar belakang 1 B. Perumusan Masalah 9 C. Tujuan Penelitian 10 D. Keaslian Penulisan 10 E. Tinjauan Kepustakaan 11 F. Metode Penulisan 12 G. Sistematika Penulisan 15

Bab II Asuransi dalam Berbagai Aspek 17

A. Pengertian Asuransi 17

B. Prinsip - prinsip pokok Dalam Asuransi 18

C. Penggolongan Asuransi 26

D. Peraturan Perasuransian di Indonesia 28

E. Asuransi Sebagai Perjanjian 34

Bab III Tinjauan Hukum Polis Asuransi dalam Asuransi Jiwa 44

A. Pengertian Asuransi Jiwa 44

B. Polis dan Syarat - syarat Polis Asuransi Jiwa 51

(7)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

D. Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa 63

Bab IV Asuransi Jiwa Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya 71

A.Tata Cara Permohonan asuransi Jiwa 71

B. Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung 74

C. Sistem Pembayaran Premi 80

D. Penghidupan Kembali Polis 86

E. Hak Tertanggung Melakukan Tuntutan Klaim Terhadap

Penanggung 87

F. Klausul - klausul Dalam Polis 90

Bab V Penutup 95

A. Kesimpulan 95

B. Saran 98

Daftar Pustaka Lampiran - lampiran

(8)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

ABSTRAKSI

Asuransi adalah suatu lembaga yang menjalankan usaha juga perlindungan yang bersedia mengambil alih risiko atas ancaman bahaya atas kekayaan, badan, dan jiwa orang. Dalam hal menghadapi risiko kematian, seseorang mengatasi risiko dengan mengalihkannya pada pihak lain dalam hal ini lembaga asuransi jiwa. Pengalihan risiko kepada pihak lain ini (lembaga asuransi jiwa) adalah dengan cara menjadi tertanggung pada lembaga asuransi tersebut. Pengaturan perjanjian pengalihan kerugian kepada lembaga asuransi jiwa tersebut dituangkan dalam suatu polis asuransi jiwa. Polis tersebut harus merupakan suatu polis yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat kedua belah pihak yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kegunaan polis asuransi jiwa bagi pihak penanggung dan tertanggung dan peranan klausul - klausul dalam polis terhadap pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.

Metode yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan dengan wawancara langsung kepada sumbernya.

Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, polis asuransi jiwa memuat perjanjian asuransi jiwa yang dibuat antara penanggung dan tertanggung, oleh sebab itu polis asuransi jiwa memiliki kegunaan yang sangat penting dalam perjanjian asuransi jiwa yaitu sebagai alat bukti utama dari adanya perjanjian asuransi, sebagai dasar/alas hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian asuransi, sebagai jaminan hutang dari tertanggung (pemegang polis), dan berperan penting dalam hal pengajuan klaim asuransi. Polis merupakan salah satu syarat utama pengajuan pembayaran uang asuransi.

Dengan demikian kekuatan hukum polis asuransi jiwa perorangan pada perusahaan asuransi jiwa Bumi Asih Jaya adalah sebagai alat bukti yang kuat untuk tertanggung mengajukan klaim kepada penanggung dan polis dapat dijadikan dasar hak dan kewajiban para pihak dengan dibatasi oleh adanya klausul - klausul yang terdapat dalam polis. Oleh karena itu pemerintah hendaknya dapat mengadakan pengawasan yang lebih mendalam terhadap penerbitan polis - polis asuransi jiwa oleh perusahaan asuransi yang ada, calon tertanggung hendaknya memberikan keterangan - keterangan yang benar pada surat permintaan asuransi jiwa dan surat keterangan kesehatan serta laporan kesehatan lengkap karena merupakan dasar/bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan penerimaan penawaran asuransi, pemegang polis atau tertanggung hendaknya membaca dan memperhatikan polisnya sehingga mengetahui apa saja hak dan kewajibannya, dan perusahaan asuransi hendaknya menjaga rutinitas di dalam memberikan pelayanan berupa penagihan premi agar tidak terjadi pembatalan karena premi terhenti.

(9)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia pada dasarnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang dimaksud adalah suatu sifat tidak abadi yang selalu menyertai kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya. Sifat tidak abadi yang dimaksud selalu meliputi dan menyertai manusia, baik ia sebagai pribadi, maupun ia dalam kelompok atau dalam bagian kelompok masyarakat dalam melaksanakan kegiatan - kegiatannya. mempunyai suatu sifat yang tidak abadi.

Keadaan yang tidak abadi yang merupakan sifat alamiah tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu secara tepat; sehingga dengan demikian keadaan termaksud tidak akan pernah memberikan rasa pasti. Karena tidak adanya suatu kepastian, tentu saja akhirnya sampai pada suatu keadaan yang tidak pasti pula. Keadaan yang tidak pasti tersebut, dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang biasanya selalu dihindari. Keadaan tidak pasti terhadap setiap kemungkinan yang dapat terjadi baik dalam bentuk atau peristiwa yang belum tertentu menimbulkan rasa tidak aman yang lazim disebut risiko.1

1

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, ed. 1, cet. 3, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), hlm. 2.

(10)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Manusia itu pada hakikatnya selalu menghadapi risiko. Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loss).2 Ketidaktentuan tersebut menyebabkan kerugian yang mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomi. Menurut A. Abbas Salim ketidaktentuan dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu:3

1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan selera atau minat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga, teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.

2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) misal kebakaran, badai, topan, banjir, dan lain - lain.

3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainty), umpama peperangan, pencurian, perampokan, dan pembunuhan.

Berbagai ketidaktentuan tersebut tentu mengakibatkan kerugian bagi manusia antara lain adalah:

1. Merosotnya kondisi kesehatan/sakit 2. Meninggal dunia

3. Cacat badan 4. Peristiwa lainnya

2

A. Abbas Salim, Dasar - dasar Asuransi (Principles of Insurance), ed. 2, cet. 4, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 3.

3

(11)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Peristiwa-peristiwa tersebut diatas dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi orang-orang yang mengalaminya dan sekaligus juga merupakan risiko yang harus ditanggungnya.

Pada sisi yang lain, manusia sebagai makhluk Tuhan dianugerahi berbagai kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat - sifat yang lebih dari makhluk lain mencari daya upaya guna mengatasi rasa tidak aman tadi. Manusia dengan akal budinya berdaya upaya untuk menanggulangi rasa tidak aman tadi sehingga ia merasa aman. Dengan daya upayanya tersebut manusia berusaha bergerak dari ketidakpastian menjadi suatu kepastian; sehingga ia selalu dapat menghindarkan atau mengatasi risiko - risikonya, baik secara individual atau bersama - sama.

Upaya untuk mengatasi sifat alamiah yang berwujud sebagai suatu keadaan yang tidak pasti tadi, antara lain dilakukan oleh manusia dengan cara menghindari atau melimpahkannya kepada pihak - lain di luar dirinya sendiri. Upaya atau usaha manusia untuk mengurangi, menghindarkan risikonya itu sudah lama dilakukan. Upaya itu dimulai sejak permulaan kegiatan ekonomi manusia, yaitu sejak manusia melakukan kegiatan perdagangan yang sederhana.

Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkan risikonya kepada pihak lain beserta proses pelimpahan sebagai suatu kegiatan itulah yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian yang dikelola sebagai suatu kegiatan ekonomi yang rumit sampai saat ini.

(12)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Tata pergaulan masyarakat khususnya masyarakat modern seperti sekarang ini, membutuhkan suatu institusi atau lembaga yang bersedia mengambil alih risiko - risiko masyarakat baik risiko individual ataupun risiko kelompok. Lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih risiko pihak lain ialah lembaga asuransi, dalam hal ini adalah perusahaan - perusahaan asuransi.

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya.4

Dalam hal menghadapi risiko kematian, seseorang mengatasi risiko dengan mengalihkannya pada pihak lain dalam hal ini lembaga asuransi jiwa. Pengalihan risiko kepada pihak lain ini (lembaga asuransi jiwa) adalah dengan cara menjadi tertanggung pada lembaga asuransi tersebut. Lembaga asuransi Walaupun banyak metode untuk menangani risiko, namun asuransi merupakan metode yang paling banyak dipakai. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan.

4

(13)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

jiwa mau menerima risiko yang dilimpahkan kepadanya tentu saja dengan mengadakan seleksi terhadap risiko yang hendak diterimanya. Sebagai imbalan atas diterimanya risiko, pihak yang melimpahkan risiko mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang disebut dengan premi

Pengaturan perjanjian pengalihan kerugian kepada lembaga asuransi jiwa tersebut dituangkan dalam suatu polis asuransi jiwa. Polis tersebut harus merupakan suatu polis yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat kedua belah pihak yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung.

Dalam kehidupan sehari-hari yang serba kompleks ini, khusus bagi setiap individu yang mengharapkan hari esok yang lebih baik dari hari ini maka asuransi jiwa mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam hal perlindungan diri.

Asuransi jiwa merupakan suatu jawaban atas kebutuhan baru dalam kehidupan yaitu kebutuhan yang timbul karena rasa tanggung jawab akan perlindungan terhadap setiap anggota keluarga untuk menanggulangi akibat-akibat yang bersifat materil. Untuk memenuhi kebutuhan ini diadakanlah perjanjian asuransi jiwa.

Asuransi merupakan suatu perjanjian, hal ini jelas dinyatakan dalam pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yaitu:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, di mana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.

(14)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menjelaskan dalam pasal 1 bahwa:

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarakan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Asuransi sebagai suatu perjanjian juga tunduk terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya dalam buku III Bab II. Asuransi juga dikuasai oleh ketentuan mengenai persyaratan sahnya suatu perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata menyebutkan bahwa sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, 3. Mengenai suatu hal tertentu,

4. Suatu sebab yang halal.

Apabila syarat-syarat tersebut di atas terpenuhi dalam pelaksanaan pembuatan perjanjian asuransi maka pembuatan perjanjian tersebut sah dan mengikat para pihak yang membuatnya.

Para pihak yang terkait dalam suatu perjanjian asuransi membuat perjanjian asuransi dalam suatu akta yang disebut dengan polis. Dalam Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengharuskan dibuatnya suatu akta yang dinamakan polis dalam suatu perjanjian asuransi antara para pihak.

(15)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Dalam praktek sebelum polis dikeluarkan oleh pihak penanggung dikeluarkanlah nota suatu penutupan, dengan ditandatanganinya nota penutupan ini maka hak dan kewajiban timbal balik antar para pihak mulai berlaku, karena Pasal 257 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyatakan bahwa perjanjian asuransi bersifat konsensual yaitu perjanjian asuransi terjadi seketika setelah ditutup (yaitu pada saat nota penutupan ditandatangani oleh para pihak), bukan setelah polis dikeluarkan. Jadi polis mempunayai makna yang sangat penting dalam suatu perjanjian asuransi karena dalam polislah dinyatakan hak dan kewajiban para pihak dan ketentuan-ketentuan perjanjian bagi kedua belah pihak.

Dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dinyatakan bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian dilakukan oleh menteri meliputi penyelenggaraan usaha yang terdiri dari:

1. Syarat-syarat polis asuransi, 2. Tindak premi,

3. Penyelesaian klaim,

4. Persyaratan dibidang perasuransian,

5. Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha.

Pasal 11 di atas jelas perlu diadakannya pembinaan dan pengawasan terhadap syarat-syarat polis asuransi karena syarat-syarat dalam polis ini nantinya akan menentukan suatu perjanjian asuransi termasuk juga asuransi

(16)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

jiwa. Syarat-syarat tersebut tidak disebutkan secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, maka dalam hal ini dapat merujuk pada ketentuan Pasal 304 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Isi polis asuransi jiwa ditentukan dalam Pasal 304 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang sebagai berikut:

1. Hari diadakannya asuransi jiwa

2. Nama dari pihak dijamin atau diasuransikan

3. Nama orang yang pembayaran uang asuransi digantungkan pada wafatnya 4. Waktu mulai dan waktu terhentinya risiko bagi si penjamin

5. Jumlah uang yang dijaminkan atau uang asuransi

6. Uang premi yang harus dibayar oleh pihak yang dijamin

Dengan demikian maka suatu polis asuransi jiwa harus memuat hal-hal diatas yang tentunya dijabarkan dalam klausul-klausul berupa pasal - pasal tertentu pada polis asuransi jiwa tersebut yang nantinya akan membatasi pelaksanaan perjanjian asuransi.

Disamping itu, sebagai suatu perjanjian seharusnya isi polis ditentukan oleh kedua belah pihak. Pasal 259 KUHD menyebutkan polis dibuat oleh tertanggung dan diajukan kepada penanggung untuk ditandatangani. Tetapi dalam praktek, polis sudah disiapkan oleh penanggung dan tertanggung berhak untuk mengoreksinya. Oleh karena itu polis yang dibuat oleh penanggung tersebut ini nantinya akan menentukan pelaksanaan perjanjian asuransi bagi para pihak.

(17)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Klausul-klausul dalam polislah yang menentukan pelaksanaan perjanjian asuransi antara para pihak, misalnya syarat - syarat dalam hal pengajuan pembayaran uang asuransi secara jelas dicantumkan dalam salah satu pasal/klausul dalam polis.

Melihat keterangan-keterangan diatas dimana asuransi jiwa itu sebagai peralihan risiko dan sekaligus jaminan hidup di masa depan, maka perlu dibuat suatu polis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi kedua belah pihak.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan menyatakan suatu persoalan tentang sesuatu yang harus dicari jawabannya. Sebagaimana biasanya suatu karya tulis tentu mempunyai permasalahan yang akan diangkat dan diolah untuk menguraikan dan memecahkannya. Sehubungan dengan itu, berdasarkan pengamatan dan penelaahan penulis terhadap literatur, perundang-undangan, dan praktek lapangan, dalam penulisan skripsi ini penulis membuat pembatas masalah guna memudahkan pembahasan agar tidak menyimpang dari materi pokok penulisan skripsi ini.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kegunaan polis asuransi jiwa bagi pihak-pihak yaitu penanggung dan tertanggung pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan?

(18)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

2. Bagaimana peranan klausul-klausul dalam polis terhadap pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian terhadap masalah dalam skripsi ini adalah: 1. Untuk menjelaskan kegunaan polis asuransi bagi pihak-pihak yaitu

penanggung dan tertanggung pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan.

2. Untuk menjelaskan peranan klausul-klausul dalam polis terhadap pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap judul skripsi yang ada di Perpustakaan Fakultas Hukum USU, belum ada tulisan ada tulisan yang mengangkat tentang “Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan”. Oleh karena itu penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih orisinil dan data yang dipakai guna melengkapi pengerjaan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari berbagai media, baik itu media cetak maupun pengumpulan informasi melakui internet, sehingga data - data yang dipakai merupakan data - data yang up to date. Dengan demikian, penulisan ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.

(19)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

E. Tinjauan Kepustakaan

Skripsi ini berjudul Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan yang mengemukakan suatu kegunaan polis dan peranan klausul-klausul dalam asuransi jiwa pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan. Untuk menghindari adanya keragu-raguan maupun salah penafsiran terhadap judul tersebut, maka perlu menguraikan maksud dari judul skripsi ini, yaitu:

1. Kekuatan Hukum adalah tenaga, gaya kekuasaan, untuk mengetahui menurut hukum.5

2. Polis adalah dokumen yang memuat kontrak antara pihak yang ditanggung dengan perusahaan asuransinya.

Sedangkan arti hukum dalam pembahasan skripsi ini adalah ketentuan - ketentuan yang mengatur tentang perjanjian pertanggungan jiwa yang terdapat di dalam KUH Perdata, KUH Dagang, polis sebagai perjanjian serta peraturan - peraturan khusus di PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya tentang asuransi jiwa.

6

5

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 1078.

6

A. Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 110.

Di dalam KUH Dagang tidak terdapat perumusan tentang pengertian polis, kemungkinan istilahnya dianggap telah cukup diketahui hanya dinyatakan pada pasal 255 KUHD bahwa suatu pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta, yang bernama polis.

(20)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

3. Asuransi atau dalam bahasa Belanda “verzekering” berarti pertanggungan. Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu: yang satu sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.7

4. Asuransi jiwa adalah asuransi, di mana jiwa seseorang dipertanggungkan.8 5. PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya adalah sebuah perusahaan asuransi jiwa

yang dijadikan sebagai lokasi untuk mendapatkan data - data dalam penulisan skripsi.

F. Metode Penulisan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang ditujukan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, untuk kemudian, mengusahakan suatu pemecahan atas masalah - masalah yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.9

7

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, cet. 8, (Jakarta: Intermasa, 1987), hlm. 1.

8

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 Hukum Pertanggungan, cet. 3, Djambatan, 1990, hlm. 201.

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), hlm. 43.

Penelitian hukum bertujuan untuk memberikan kemampuan dan keterampilan

(21)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

mengungkapkan kebenaran melalui kegiatan yang sistematis, metodologis dan konsisten.10

Dari sudut tujuan, penelitian hukum terdiri dari dua, yaitu:11

1. Penelitian hukum normatif, yang mencakup penelitian terhadap sistematika hukum, asas - asas hukum, taraf sinkronisasi hukum serta sejarah dan perbandingan hukum.

2. Penelitian huku m sosiologis/empiris, yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektivitas hukum.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan segala daya upaya untuk mengumpulkan data, baik yang terdapat dalam teori maupun dalam pelaksanaanya agar memperoleh suatu penulisan yang baik.

Adapun metode yang digunakan oleh penulis di dalam pengumpulan data ada dua, yaitu:

1. Metode Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan bahan dari perundang - undangan dan buku - buku ilmiah yang berhubungan dengan materi pada skripsi ini.

2. Metode Field Research (penelitian lapangan), yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan penelitian langsung ke lapangan guna

10

Ibid, hlm. 46.

11

(22)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

memperoleh bahan - bahan yang konkret, dialami dan dilaksanakan oleh PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Dalam penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara observasi, yaitu turun langsung berhadapan dengan masalah dan juga melalui interview atau wawancara dengan:

a. Kepala Administrasi Distrik PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya b. Agen Asuransi

Dari sudut sumber, data yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan - bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan - bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder.12 Dalam penelitian hukum, data sekunder dilihat dari kekuatan mengikatnya digolongkan menjadi:13

1. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang - undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum yang masih berlaku. Dalam penelitian ini, peraturan perundang - undangan yang menjadi bahan kajian adalah Undang - Undang Nomor 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya rancangan undang - undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan lain sebagainya.

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, cet. 1, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 14.

13

(23)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, ensiklopedia.

Bahan - bahan tersebut akan digunakan dalam pencarian data penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan alat pengumpul data studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara (interview).

G. Sistematika Penulisan

Agar terjadi pembahasan yang teratur, tidak tumpang tindih dalam uraian - uraian sehingga tercipta uraian yang sistematis, penulisan ini terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN, adalah suatu pengantar untuk pembahasan selanjutnya yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.

BAB II: ASURANSI DALAM BERBAGAI ASPEK, penulis membagi ke dalam lima subbab yang menggambarkan pengertian asuransi, prinsip - prinsip pokok dalam asuransi, penggolongan asuransi, peraturan perasuransian di Indonesia, dan asuransi sebagai perjanjian.

BAB III: TINJAUAN HUKUM POLIS ASURANSI DALAM ASURANSI JIWA, penulis membagi ke dalam empat subbab yang berisikan pengertian asuransi jiwa, polis dan syarat - syarat polis asuransi jiwa, fungsi polis, pada asuransi jiwa, dan kekuatan hukum polis asuransi jiwa.

(24)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

BAB IV: ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA, yang terdiri dari enam subbab yang menjelaskan tata cara permohonan asuransi jiwa, hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung, sistem pembayaran premi, penghidupan kembali polis, hak tertanggung melakukan tuntutan klaim terhadap penanggung, dan klausul - klausul dalam polis.

(25)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

BAB II

ASURANSI DALAM BERBAGAI ASPEK

A. Pengertian Asuransi

Menurut paham hukum, rumusan secara otentik mengenai pengertian asuransi dijabarkan dalam:

1. Pasal 246 KUHD yang mengemukakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak pasti.

2. Pasal 1 butir 1 UU No. 2 Tahun 1992 yang mengemukakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk menberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang

(26)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dalam asuransi terlibat dua pihak, yaitu: yang satu sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan diderita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.14 Perusahaan asuransi secara terbuka menawarkan suatu proteksi/perlindungan dan harapan pada masa datang, baik kepada kelompok maupun perorangan atau perusahaan-perusahaan lain atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut, karena terjadinya suatu risiko.15

B. Prinsip - Prinsip Pokok Dalam Asuransi

Asuransi sebagai suatu perjanjian dilengkapi juga dengan beberapa prinsip. Hal ini bertujuan agar sistem perjanjian asuransi itu dapat dipelihara dan dipertahankan, sebab suatu norma tanpa dilengkapi dengan prinsip cenderung untuk tidak mempunyai kekuatan mengikat.

Prinsip - prinsip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi tersebut antara lain:16

14

Wirjono Prodjodikoro, loc. cit.

15

Sri Rejeki Hartono, op. cit., h. 10.

16

Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung,

(27)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

1. Prinsip Kepentingan yang dapat diasuransikan (Principle of Insurable Interest)

Prinsip ini dapat dijabarkan dalam pasal 250 KUHD, yang menentukan bahwa:

Apabila seseorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seseorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.

Apabila disimpulkan, maka ketentuan diatas mensyaratkan adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan akibat batalnya perjanjian tersebut. Dalam hal tidak ada kepentingan, maka penanggung tidak diwajibkan untuk memberikan ganti rugi. Ketentuan yang terdapat dalam pasal 250 KUHD diatas untuk membedakan antara asuransi dengan permainan dan perjudian. Pada saat ditutupnya perjanjian asuransi itu harus ada kepentingan. Permasalahan akan timbul apabila unsur kepentingan tersebut tidak dapat dibuktikan pada saat ditutupnya perjanjian asuransi.17

KUHD sendiri tidak memberikan rumusan secara otentik mengenai penjabaran unsur kepentingan di atas. Dengan demikian pencarian penjabaran unsur beralih kepada doktrin. Menurut Molengraff seperti dikutip Emmy Pangaribuan Simanjuntak dan dikutip kembali oleh Sastrawidjaja dan Endang, mengatakan bahwa, pokok pertanggungan adalah hak subyektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang karena adanya peristiwa yang tidak tertentu, akan

17

(28)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

tetapi pendapat beliau tersebut diperluas dengan perkataan: juga termasuk segala pengeluaran - pengeluaran yang mungkin harus dilakukan.18

Apabila disimpulkan pendapat Molengraff mengenai kepentingan itu mempunyai pengertian yang luas, yaitu baik kepentingan yang dapat dinilai dengan uang maupun mengenai kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan uang. Pasal 268 KUHD tentang syarat - syarat kepentingan yang dapat diasuransikan, mempunyai kepentingan yang sempit karena harus dapat dinilai dengan uang, sedangkan ada kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan uang, misalnya hubungan kekeluargaan, jiwa anak dan istri, dan lain-lain.19

2. Prinsip Itikad Baik (Principle of Utmost Goodfaith)

Dalam perjanjian asuransi, unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung sangatlah penting. Tertanggung dengan itikad baik dan secara jujur wajib memberikan segala keterangannya dengan benar mengenai objek asuransi yang akan diasuransikan. Di lain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau terjadi peristiwa, penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya ini dasarnya adalah itikad baik. Prinsip itikad baik ini harus dilaksanakan dalam setiap perjanjian (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata), termasuk dalam perjanjian asuransi.

Dalam perjanjian asuransi, banyak pasal-pasal dalam KUHD yang dapat disimpulkan mengandung itikad baik. Pasal - pasal itu antara lain 251 ,

18

Ibid., hlm. 56.

19

(29)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

252, 277 KUHD. Tetapi yang paling dikenal orang adalah pasal 251 KUHD, yang dikenal dengan kewajiban memberikan keterangan. Dalam pasal 251 KUHD tersebut, asuransi menjadi batal apabila tertanggung memberikan keterangan keliru atau tidak benar atau sama sekali tidak memberikan keterangan. Sayangnya dalam pasal tersebut, tidak dipersoalkan apakah tertanggung beritikad baik atau buruk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasal 251 KUHD terlalu memberatkan tertanggung.

3. Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)

Asuransi sebagaimana dapat disimpulkan dari pasal 246 KUHD merupakan perjanjian penggantian kerugian. Ganti rugi di sini mengandung arti bahwa penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian yang sungguh - sungguh diderita oleh tertanggung. Tujuan prinsip ganti rugi atau indemnitas adalah untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung pada posisi semula sesaat sebelum terjadinya kerugian. Tertanggung hanya berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang sungguh - sungguh dialaminya, bukan untuk mendapatkan keuntungan.

Pasal 253 KUHD mengatur prinsip ganti rugi. Pasal - pasal yang ada kaitannya dengan prinsip ganti rugi antara lain pasal 246, 250, 252, 253, 277, 278, 280, 284. Pasal 252 KUHD menentukan bahwa: “Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan - ketentuan undang-undang, maka tak bolehlah diadakan suatu pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman batalnya pertanggungan kedua tersebut.”

(30)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Ketentuan diatas memberi pengaturan bahwa asuransi diancam batal, apabila diadakan asuransi yang kedua atas kepentingan yang telah diasuransikan dengan nilai yang penuh, pada saat perjanjian asuransi yang kedua itu diadakan. Namun dalam pasal 252 KUHD di atas juga ada pengecualian untuk diadakannya asuransi berganda berdasarkan undang - undang.

Beberapa penulis berpendapat bahwa asuransi berganda yang dikecualikan oleh pasal 252 KUHD itu adalah asuransi berganda sesuai dengan ketentuan pasal 277 KUHD, yang menentukan bahwa:

a. Apabila berbagai pertanggungan, dengan itikad baik, telah diadakan mengenai satu - satunya barang, sedangkan dalam pertanggungan yang pertama harga sepenuhnya telah dipertanggungkan, maka hanya pertanggungan pertama itulah yang mengikat, sedangkan para penanggung berikutnya dibebaskan.

b. Apabila dalam pertanggungan yang pertama itu tidak dipertanggungkan harga sepenuhnya, maka para penanggung yang berikut bertanggung jawab untuk harga yang selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan yang berikut itu.

Menurut pasal 277 KUHD, jika terjadi perjanjian yang berhubungan dengan asuransi berganda atas benda yang sama dengan kepentingan yang sama dan untuk waktu yang sama, dan harga pertanggungan penuh telah ada pada penanggung yang pertama, maka penanggung kedua dibebaskan. Penanggung kedua hanya bertanggung jawab untuk pemenuhan kekurangan harga pertanggungan apabila dalam pertanggungan pertama tidak dipertanggungkan harga sepenuhnya.

Dengan demikian, pasal 252 KUHD bertujuan untuk mencegah adanya penggantian kerugian yang menjadi melebihi dari kerugian yang diderita dan

(31)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

mengharuskan adanya keseimbangan antara penggantian kerugian dengan nilai benda yang diasuransikan.

Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah mengenai berlakunya asas imdemnitas ini, yang hanya berlaku dalam asuransi kerugian dan tidak berlaku dalam asuransi sejumlah uang. Hal ini karena dalam asuransi sejumlah uang, ganti rugi tidak ditimbangkan dengan kerugian yang sungguh - sungguh diderita, akan tetapi uang asuransi sudah ditetapkan sebelumnya pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi. Dasarnya, sebab pada asuransi sejumlah uang, kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang.

4. Prinsip Subrogasi (Principle of Subrogation)

Apabila terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya dalam perjanjian asuransi, maka tertanggung dapat menuntut penanggung untuk memberikan ganti rugi. Akan tetapi, apabila sebab terjadinya kerugian itu diakibatkan oleh pihak, maka berarti tertanggung itu dapat menuntut penggantian dari dua sumber. Sumber pertama dari penanggung dan sumber kedua dari pihak ketiga yang telah menyebabkan kerugian itu. Penggantian dari dua sumber itu jelas bertentangan dengan asas dalam perjanjian asuransi itu sendiri, yaitu asas indemnitas dan asas hukum tentang larangan memperkaya diri sendiri secara melawan hukum (tanpa hak). Sebaliknya, apabila pihak ketiga juga dibebaskan begitu saja dari perbuatannya yang telah menyebabkan kerugian bagi tertanggung sangatlah tidak adil.

(32)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Untuk mencegah terjadinya penyimpangan - penyimpangan seperti itu, undang - undang mengaturnya dalam pasal 284 KUHD yang menentukan bahwa:

Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya tehadap orang - orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat mertugikan si penanggung terhadap orang - orang ketiga.

Dengan adanya ketentuan demikian, berarti secara otomatis berdasarkan undang-undang, apabila terjadi kerugian yang menimpa tertanggung oleh pihak ketiga, maka penanggung dapat menggantikan kedudukan tertanggung untuk melaksanakan hak - haknya terhadap pihak ketiga tersebut. Jadi, subrogasi berdasarkan undang - undang ini hanya dapat diberlakukan apabila ada dua faktor, yaitu:

a. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak - hak terhadap penanggung, juga mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga;

b. Hak - hak itu adalah karena timbulnya kerugian.

Subrogasi asuransi ini hanya berlaku dalam asuransi kerugian saja dan tidak berlaku terhadap asuransi sejumlah uang, oleh karena dalam asuransi sejumlah uang, jumlah ganti rugi telah ditetapkan sebelumnya, yaitu pada waktu ditutupnya perjanjian asuransi.

5. Prinsip Sebab Akibat (Principle of Proximate Cause)

Kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung timbul apabila peristiwa yang menjadi sebab adanya kerugian itu dijamin oleh

(33)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

polis. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk menentukan suatu peristiwa itu merupakan sebab timbulnya kerugian yang dijamin dalam polis. Terlebih - lebih apabila peristiwanya banyak, sehingga sulit untuk menentukan mana yang menjadi sebab timbulnya kerugian.

Dalam hal ini, ada 3 pendapat untuk menentukan sebab timbulnya kerugian dalam perjanjian asuransi, yaitu:20

a. Pendapat menurut peradilan di Inggris, yang menyatakan bahwa sebab dari kerugian itu secara urutan kronologis terletak terdekat kepada kerugian itu. Inilah yang disebut Causa Proxima.

b. Pendapat yang kedua ialah di dalam pengertian hukum pertanggungan, sebab itu tiap - tiap peristiwa yang tidak dapat ditiadakan tanpa ikut melenyapkan kerugian itu. Dalam perkataan lain ialah tiap peristiwa yang dianggap sebagai conditio sinequanon terhadap kerugian itu.

c. Causa remota: bahwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian itu ialah peristiwa yang terjauh. Ajaran ini merupakan lanjutan dari pemecahan suatu ajaran yang disebut “sebab adequate” yang mengemukakan: bahwa dipandang sebagai sebab yang menimbulkan kerugian itu ialah peristiwa yang pantas berdasarkan ukuran pengalaman yang harus menimbulkan kerugian itu.

20

(34)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Jadi dengan demikian, berdasarkan sebab itulah timbul kerugian yang menjadi tanggungan penanggung kecuali kalau polis dengan klausul All Risks, yaitu polis yang menanggung semua resiko. Dalam hal ini juga terdapat kekecualian, yaitu apabila sebab itu terjadi karena kesalahan sendiri dari tertanggung (pasal 276 KUHD).

6. Prinsip Kontribusi (Principle of Contribution)

Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penanggung, maka masing - masing penanggung itu menurut imbangan dari jumlah untuk mana mereka menandatangani polis, hanya akan memikul jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung. Prinsip kontribusi ini terjadi apabila ada asuransi berganda (double insurance) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 278 KUHD.

C. Penggolongan Asuransi

Asuransi dapat digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut sifat pelaksanaannya, ada dua bentuk asuransi:21

a. Asuransi sukarela, yaitu asuransi yang pada prinsipnya dilakukan dengan cara sukarela, dimana semata - mata dilakukan atas keadaan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas

21

Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung,

(35)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

sesuatu yang diasuransikan tersebut. Misalnya asuransi kecelakan, asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, dan sebagainya. b. Asuransi wajib, merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan

oleh pihak - pihak yang terkait, dimana pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang - undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya asuransi tenaga kerja.

2. Menurut Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian:

a. Usaha asuransi, yang dapat digolongkan lagi menjadi:

1) Asuransi kerugian atau adalah usaha yang memberikan jasa - jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

2) Asuransi jiwa atau adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalmya seorang yang dipertanggungkan. 3) Reasuransi atau adalah pertanggungan atau pertanggungan yang

dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi suatu sistem penyebaran risiko, dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada yang lain. b. Usaha Penunjang Asuransi, yang dapat digolongkan lagi menjadi:

(36)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

1) Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

2) Pialang reasuransi adalah yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

3) Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

4) Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.

5) Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

3. Menurut The Chartered Insurance Institute, London:22

a. Asuransi harta atau property insurance adalah asuransi untuk semua milik yang berupa harta benda, yang memiliki risiko atau bahaya kebakaran kecurigaan, tenggelam di laut, misalnya asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan, asuransi penerbangan, asuransi kecelakaan;

22

(37)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

b. Asuransi tanggung gugat atau liability insurance adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kergian yang timbul dari gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung;

c. Asuransi jiwa atau life insurance;

d. Asuransi kerugian atau general insurance; e. Reasuransi atau reinsurance.

D. Peraturan Perasuransian di Indonesia

Ada dua tempat pengaturan asuransi, yaitu pengaturan di dalam KUHD dan di luar KUHD.

1. Pengaturan dalam KUHD

Dalam Kitab Undang - Undang Hukum Dagang ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.23 Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246 - Pasal KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287 - Pasal 308 KUHD dan Buku II Bab 9 Pasal 592 - Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut: 24

23

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cet. 4, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 18.

24

(38)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

a. Asuransi kebakaran pasal 287 - pasal 298 KUHD b. Asuransi hasil pertanian pasal 299 - pasal 301 KUHD c. Asuransi jiwa pasal 302 - pasal 308 KUHD

d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan pasal 592 - pasal 685 KUHD

e. Asuransi pengangkutan darat, sungai, dan perairan pedalaman pasal 686 - pasal 695 KUHD.

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara bertimbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi substansi sebagai berikut:

a. asas - asas asuransi; b. perjanjian asuransi; c. unsur - unsur asuransi;

d. syarat - syarat (klausula) asuransi; e. jenis - jenis asuransi.

2. Pengaturan di luar KUHD

Di luar KUHD ada pengaturan khusus yang diatur tersendiri dalam undang - undang. Undang - undang tersebut antara lain: 25

25

(39)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

a. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1992

Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan, maka Undang - Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan administratif. Pengaturan daru segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut Undang - Undang Perasuransian. Pelaksanaan Undang - Undang No. 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang - Undang No. 2 tahun 1992 terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal dengan rincian substansi sebagai berikut:

1) Bidang Usaha perasuransian meliputi kegiatan: a) usaha asuransi, dan

b) usaha penunjang asuransi. 2) Jenis usaha perasuransian meliputi:

a) usaha asuransi terdiri dari: asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi.

(40)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

b) usaha penunjang asuransi terdiri dari: pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria, dan agen asuransi.

3) Perusahaan perasuransian meliputi: a) Perusahaan Asuransi Kerugian b) Perusahaan Asuransi Jiwa c) Perusahaan Reasuransi d) Perusahaan Pialang Asuransi e) Perusahaan Pialang Asuransi

f) Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi g) Perusahaan Konsultan Aktuaria h) Perusahaan Agen Asuransi.

4) Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari: a) Perusahaan Perseroan (Persero)

b) Koperasi

c) Perseroan Terbatas d) Usaha Bersama (mutual).

5) Kepemilikan perusahaan perasuransian oleh:

a) Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

b) Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.

(41)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

7) Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan mengenai:

a) Kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi.

b) Penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal dasar.

8) Kepailitan dan likuidasi perusahaan asuransi melalui keputusan pengadilan niaga.

9) Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi:

a) Sanksi pidana karena kejahatan: menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi, menerima/menadah/membeli kekayaan perusahaan asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi, reasuransi.

b) Sanksi administratif berupa: ganti kerugian, denda administrasi, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perusahaan.

b. Undang - Undang Asuransi Sosial

Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1)

(42)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Undang - Undang No. 2 tahun 1992. Perundang - undangan yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai berikut:

1) Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Jasa Raharja):

a) Undang - Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965.

b) Undang - Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peratiuran pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965.

2) Asuransi Sosial Tenaga Kerja:

a) Undang - Undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

b) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Perubahan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977).

c) Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI). d) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi

Sosial Pegawai Negeri Sipil (ASPNS).

3) Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan (Askes) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991 tentang

(43)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan Beserta Keluarganya. Dengan berlakunya Undang - Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan perundang - undangan asuransi sosial di samping ketentuan asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik adminstratif.

E. Asuransi Sebagai Perjanjian

1. Syarat-syarat Perjanjian Asuransi

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian asuransi. Disamping itu, acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.26

Secara umum pengertian perjanjian dapat dijabarkan antara lain adalah sebagai berikut:27

a. Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

26

Subekti, Hukum Perjanjian, cet. 18, (Jakarta: Intermasa, 2001), hlm. 1.

27

(44)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

b. Suatu hubungan hukum antar pihak, atas dasar pihak yang satu (yang berpiutang/kreditor) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (yang berhutang/debitor), yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi.

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap perjanjian pada dasarnya akan meliputi hal - hal sebagai berikut:28

a. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum.

b. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan menurut hukum.

c. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak yang satu akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

d. Dalam setiap perjanjian, kreditor berhak atas prestasi dari debitor, yang dengan sukarela akan memenuhinya.

e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitor wajib dan bertanggung jawab melakukan sesuai dengan isi perjanjian.

Kelima unsur termaksud pada hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis perjanjian termasuk perjanjian asuransi. Jadi pada perjanjian asuransi disamping harus mengandung unsur-unsur kelima unsur pokok tersebut, mengandung pula unsur-unsur lain yang menunjukkan ciri-ciri khusus dalam

28

(45)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

karakteristiknya. Ciri-ciri dan karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti yang membedakannya dengan jenis perjanjian pada umumnya dan perjanjian- perjanjian lain.29

a. Ada Persetujuan Kehendak

Asuransi sebagai perjanjian harus memenuhi syarat - syarat sebagai yang ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata, juga harus memenuhi syarat - syarat khusus yang tercantum dalam KUHD yaitu pasal 250 dan 251. Dibawah ini diuraikan satu persatu syarat - syarat itu:

Antara pihak-pihak yang mengadakan pertanggungan harus ada persetujuan kehendak (consensus, toestemming, meeting of mind). Artinya kedua belah pihak menyetujui tentang benda yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat tertentu yang berlaku bagi perjanjian tersebut. Apa yang disetujui oleh pihak penanggung, disetujui juga pihak tertanggung. Dengan demikian tercapai satu pengertian yang sama antara kedua belah pihak tentang benda yang menjadi objek perjanjian dan tentang syarat - syarat yang berlaku bagi perjanjian itu.

b. Wewenang Melakukan Perbuatan Hukum

Kedua belah pihak yang mengadakan pertanggungan harus berwenang melakukan perbuatan hukum (bekwaan, authorized). Artinya kedua belah pihak itu sudah dewasa, tidak dibawah pengampunan (curatele),

29

(46)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

tidak dalam keadaan sakit ingatan, tidak dalam keadaan pailit. Demikian juga apabila pihak - pihak itu mewakili pihak - pihak lain mengadakan pertanggungan perlu menyebutkan untuk kepentingan siapa ia mengadakan pertanggungan itu. Kedua belah pihak dapat berupa manusia pribadi dan dapat juga berupa badan hukum, biasanya berbentuk suatu badan usaha. Pihak penanggung selalu dalam bentuk badan usaha yang pekerjaannya bergerak dalam bidang pertanggungan.

c. Ada Benda yang dipertanggungkan

Dalam setiap pertanggungan harus ada benda yang dipertanggungkan. Karena yang mempertanggungkan benda itu adalah tertanggung, maka tertanggung harus mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan benda yang dipertanggungkan itu. Dikatakan ada hubungan langsung apabila tertanggung memiliki benda tersebut. Dikatakan ada hubungan tidak langsung, apabila tertanggung mempunyai kepentingan atas benda tersebut. Pihak tertanggung harus dapat membuktikan bahwa ia betul - betul memiliki atau mempunyai kepentingan atas benda yang dipertanggungkan itu. Apabila ia tidak dapat membuktikannya, maka akibatnya timbul anggapan bahwa ia tidak mempunyai kepentingan apa - apa, hal mana mengakibatkan pertanggungan batal (neitig, null and coid). Undang-undang tidak akan mentolerir orang yang tidak mempunyai kepentingan dalam pertanggungan. Walaupun orang yang mengadakan pertanggungan itu

(47)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

tidak mempunyai kepentingan atas benda yang dipertanggungkan, ia harus menyebutkan untuk kepentingan siapa pertanggungan itu diadakan. Dianggap tidak mempunyai kepentingan, orang yang mempertanggungkan benda yang dilarang oleh undang-undang. Jika diadakan pertanggungan juga, pertanggungan itu batal (pasal 599 KUHD).

d. Ada Causa yang diperbolehkan (a legal cause)

Yang dimaksudkan dengan causa yang diperbolehkan disini adalah bahwa isi dari perjanjian pertanggungan itu tidak dilarang oleh undang - undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan tidak

bertentangan dengan kesusilaan. Misalnya adalah

mempertanggungkan benda yang dilarang oleh undang - undang, disini tidak ada causa yang halal. Misalnya lagi orang yang mempertanggungkan benda itu tidak mempunyai kepentingan, jadi hanya spekulasi saja sifatnya, disini juga tidak ada causa yang halal. Spekulasi disini sifatnya sebagai perjudian. Perjudian adalah perbuatan yang bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak terhormat. Pertanggungan bukan perjudian dan pertaruhan.

e. Pembayaran premi (premi betaling, premium payment)

Karena pertanggungan itu adalah perjanjian timbal balik, maka kedua belah pihak harus berprestasi. Penanggung menerima peralihan berisiko atas benda yang dipertanggungkan, sedangkan tertanggung harus membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Besar atau kecil

(48)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

jumlah premi bukan soal penting. Yang penting adalah kedua belah pihak harus mencapai persetujuan. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.

f. Kewajiban pemberitahuan dari tertanggung

Salah satu syarat sahnya pertanggungan adalah pemberitahuan kepada penanggungan tentang keadaan benda pertanggungan. Ketentuan diatas dimuat dalam pasal 251 KUHD yang selengkapnya berbunyi: Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya oleh si tertanggung, betapapun iktikad baik itu ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung telah mengetahuinya keadaan yang sebenarnya perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.

Menurut ketentuan pasal 251 KUHD, pertanggungan itu batal apabila ada pemberitahuan yang palsu mengenai keadaan benda pertanggungan, baik kepalsuan itu disengaja maupun karena ketidaktahuannya. Hal ini mengakibatkan kekecewaan bagi tertanggung yang jujur, karena dengan batalnya pertanggungan dia tidak mendapat ganti kerugian. Apabila keadaan benda pertanggungan yang sebenarnya ternyata tidak sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya, diketahui setelah terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian. Perlindungan yang diberikan oleh pembentuk undang-undang kepada penanggung dalam pasal 251 KUHD terlalu berlebih-lebihan sehingga tidak mustahil pula ketentuan pasal tersebut dijadikan senjata untuk menghantam tertanggung yang beritikad baik,

(49)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

karena penanggung tidak memiliki kewajiban untuk menegur atau memberi peringatan guna menghindarkan hal-hal penyebab kebatalan.30

Selanjutnya Dorhout Mees juga mengajukan keberatan - keberatan terhadap ketentuan batal dalam pasal 251 KUHD. Keberatan - keberatan tersebut adalah:31

1) Kebatalan tidak dapat diperbaiki oleh tertanggung, kendatipun ia ingin memperbaiki kesalahannya.

2) Kebatalan merupakan hukuman yang terlalu berat bagi tertanggung yang beritikad baik, apalagi pemberitahuan yang tidak tepat itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerugian.

3) Pemberitahuan yang seharusnya akan dilakukan oleh tertanggung setelah mengadakan perjanjian pertanggungan itu tidak dapat dimasukkan dalam ketentuan pasal 251 KUHD karena keadaan telah berubah.

2. Berakhirnya Perjanjian Asuransi

Asuransi sebagai perjanjian dapat juga berakhir akan tetapi di dalam KUHD, tidak ada peraturan secara tegas. Menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian asuransi berakhir karena:32

a. Jangka waktu berlaku sudah habis

30

Abdul Kadir Muhammad, Pokok - Pokok Hukum Pertanggungan, Bandung, 1993, hlm. 81.

31

Ibid., hlm. 221.

32

(50)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

Asuransi biasanya diadakan untuk jangka waktu tertentu, misalnya 1 (satu) tahun. Jangka waktu ini biasanya terdapat pada asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan bermotor. Ada juga asuransi yang diadakan untuk jangka waktu yang lebih lama, misalnya 10 (sepuluh) - 20 (dua puluh) tahun atau lebih. Jangka waktu panjang ini biasa terdapat pada asuransi jiwa. Jangka waktu asuransi tersebut ditetapkan dalam polis. KUHD tidak mengatur secara tegas jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu yang ditentukan itu habis, maka asuransi itu berakhir. Lain halnya dengan asuransi di Inggris, asuransi yang ditentukan jangka waktunya tidak boleh melebihi 12 (dua belas) bulan. Asuransi yang diadakan untuk jangka waktu melebihi 12 (dua belas) bulan adalah batal.

b. Perjalanan berakhir

Selain dari jangka waktu tertentu, asuransi dapat diadakan berdasarkan perjalanan. Asuransi berdasarkan perjalanan ini umumnya diadakan untuk asuransi pengangkutan, baik pengangkutan barang maupun penumpang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan.

c. Terjadi evenemen diikut i klaim

Dalam polis dinyatakan terhadap evenemen apa saja asuransi itu diadakan. Apabila asuransi sementara berjalan terjadi evenemen yang ditanggung dan menimbulkan kerugian, penanggung akan menyelidiki apakah benar tertanggung mempunyai kepentingan atas benda yang

(51)

Arthur Samosir : Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, 2009.

diasuransikan. Di samping itu, apakah evenemen yang terjadi itu benar bukan karena kesalahan tertanggung dan sesuai dengan evenemen yang telah ditetapkan dalamn polis. Jika jawabannya benar, maka dilakukan pemberesan berdasarkan klaim tertanggung. Pembayaran ganti kerugian dipenuhi oleh penanggung berdasarkan asas keseimbangan. Dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim tertanggung, maka asuransi berakhir.

d. Asuransi berhenti atau dibatalkan

Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti. Berhentinya asuransi dapat terjadi karena kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, misalnya karena premi tidak dibayar dan ini biasanya diperjanjikan dalam polis asuransi. Berhentinya asuransi juga dapat terjadi karena faktor di luar kemauan tertanggung dan penanggung, misalnya terjadi pemberatan risiko setelah asuransi berjalan (Pasal 293 dan Pasal 638 KUHD). Dalam hal pemberatan risiko setelah asuransi berjalan, seandainya penanggung mengetahui hal yang demikian itu, dia tidak akan membuat asuransi dengan syarat - syarat dan janji - janji khusus.

e. Asuransi gugur

Asuransi gugur biasanya terdaapat dalam asuransi pengangkutan. Jika barang yang akan diangkut diasuransikan kemudian tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur. Tidak jadi diangkut dapat terjadi karena kapal tidak jadi berangkat atau baru akan melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Indonesia Timur Makassar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa asuransi umum atau asuransi kerugian

Adapula asuransi jiwa dwiguna, yaitu asuransi jiwa yang menyediakan sejumlah uang pertanggungan untuk dibayarkan jika peserta asuransi meninggal dunia pada saat kontrak

Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2

Untuk mengidentifikasi bangunan kuno yang ada di Kota Banyumas pada koridor Gatot Subroto dan Pramuka; fungsi bangunan awal dan fungsi bangunan pada saat ini..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan berat badan balita gizi kurang sebelum dan sesudah pemberian konseling pada ibu balita di Posyandu Nagrog Desa

@asil &ang #iperoleh ti#a' a'an +e+pengaruhi hasil persilangan Men#el.. 'arena genIgen &ang #ipilih Men#el a#alah genIgen &ang ti#a' terpaut

• Indikasi kerugian negara dari ekspor bijih nikel karena kurang catat harga periode tahun 2007 – 2015 sebesar Rp 5,800 triliun, yang terdiri dari :.. Indikasi Kerugian negara

Sedangkan leverage adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan