RETENSI BORAKS (H
3BO3) DALAM ROTAN MANAU(CalamusmananMiq) DENGAN METODE VAKUM TEKAN PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh :
YAYUK MUSTIKASARI
NIM. 100 500 094
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
RETENSI BORAKS (H3BO3) DALAM ROTAN MANAU
(CalamusmananMiq) DENGAN METODE VAKUM TEKAN PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh :
YAYUK MUSTIKASARI
NIM. 100 500 094
KaryaIlmiahSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehSebutanAhliMadyaKehutananPada Program Diploma III PoliteknikPertanianNegeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
RETENSI BORAKS (H3BO3) DALAM ROTAN MANAU
(CalamusMananMiq) DENGAN METODE VAKUM TEKAN PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh :
YAYUK MUSTIKASARI
NIM. 100 500 094
KaryaIlmiahSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehSebutanAhliMadyaKehutananPada
Program Diploma IIIPoliteknikPertanianNegeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul KaryaIlmiah : Retensi Boraks (H3
BO
3) Dalam Rotan Manau(Calamus MananMiq) Dengan Metode Vakum Tekan Pada Konsentrasi Yang Berbeda.
Nama : Yayuk Mustikasari
NIM : 100 500 094
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian
Lulus ujian pada tanggal :... PengujiI,
Ir. Sumiati
NIP. 195908081999032002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan,
Ir. Syafi’i. MP
NIP. 196806101995121001 Pembimbing
Ir. Taman Alex, MP NIP.196012121989031008
Penguji II,
Ir. Iskandar, MP NIP.195911191987031003
Mengesahkan,
KetuaJurusanTeknologi Hasil Hutan,
Heriad DaudSalusu, S.Hut,MP NIP. 197008301997031001
ABSTRAK
YAYUK MUSTIKASARI.Retensi Boraks (H3BO3) Dalam Rotan Manau (Calamus
MananMiq) Dengan Metode VakumTekan Pada Konsentrasi Yang Berbeda (di
bawah bimbingan Ir. Taman Alex. MP).
Penelitian tentang pengawetan sangat diperlukan dalam pemanfaatan rotan pada saat ini, karena dengan adanya proses pengawetan sehingga dapat menolak serangan mikroorganisme perusak rotan sehingga menambah umur pakai rotan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai retensi dalam rotan manau (Calamus Manan) menggunakan metode vakum tekan dengan konsentrasi sebesar 5 % dan 10 %.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Kayu Seksi Pengawetan dan Pengeringan Kayu Jurusan Teknologi Pertanian.Yang dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan.
Dari hasil perhitungan retensi rotan manau (Calamus Manan Miq) dengan konsentrasi 5 % diperoleh rata-rata 8,976 kg/cm3dan konsentrasi 10 % diperoleh rata-rata 17,831 kg/cm3.
RIWAYAT HIDUP
Yayuk Mustikasari lahir pada tanggal 25 Oktober 1992 di Desa karang Anyar Kabupaten Ngawi. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Sriyatun.
Tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri V (lima) Karang Anyar dan memperoleh ijazah pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 (dua) Karang Anyar dan memperoleh ijazah pada tahun 2007, lalu melanjutkan di Sekolah Menengah Kejuruan Purnama 1 (satu) Sendawar, pada bulan februari sampai bulan Mei 2009 mengikuti Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Dinas Perindustrian Perdagangan Koprasi dan UKM, Kabupaten Kutai Barat dan mendapat ijazah pada tahun 2010, kemudian melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan Jurusan Teknologi Pertanian.
Pada bulan Maret sampai Mei 2013 mengikuti program Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinandan Batik, Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Rekayasa Kayu Seksi Pengawetan dan Pengeringan Kayu Jurusan Teknologi Pertanian.Penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu dari bulan juni – juli 2013, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta atas segala dukungan baik moril maupun material kepada penulis.
2. Bapak Ir. Taman Alex,MP, selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis mulai dari persiapan penelitian hingga penyusunan karya ilmiah ini selesai.
3. Bapak Ir. Wartomo,MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
4. Bapak Heriad Daud Salusu, S.Hut,MP, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian.
5. Bapak Ir. Syafi’i,MP, selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan. 6. Ibu Ir. Sumiati dan Bapak Ir. Iskandar, MP, selaku penguji.
7. Kepala Laboratorium Rekayasa Kayu, Bapak Ir. Yusdiansyah,MP.
8. Seluruh tenisi dan staf pengajar yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Andi Siamto beserta keluarga yang telah member dukungan do’a serta motifasi kepada penulis.
10. Emiliana, Maria Dewi Astari yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
11. Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah memeri motifasi kepada penulis.
Akhir kata, Penulis mohon maaf walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah, namun dengan penuh harapan
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua serta dapat menjadi acuan dimasa mendatang. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...
vDAFTAR ISI ...
ixDAFTAR TABEL ...
xDAFTAR GAMBAR ...
xiI.
PENDAHULUAN ...
1II.
TINJAUAN PUSTAKA ...
4A. Risalah Pengawetan ... 4
B. Faktor Perusak rotan ... 4
C. Manfaat Pengawetan ... 5
D. Bahan Pengawet ... 5
E. Sifat Bahan Pengawet ... 7
F. Metode Vakum Tekan (selpenuh) ... 8
G. Absorbsi ... 9
H. Retensi ... 9
I. Risalah rotan Manau (Calamus Manan Miq) ... 10
III. METODE PENELITIAN ...
14A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
B. Alat dan Bahan ... 14
C. Prosedur Penelitian ... 15
D. Pengolahan Data ... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...
17
A. Hasil ... 17
B. Pembahasan ... 19
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ...
22
A. Kesimpulan ... 22
B. Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ...
23
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor TubuhUtama Halaman
1. Tabel Kegiatan Penelitian ... 14
2. Nilai rata-rata rentensi pada konsentrasi 5 % dan 10 % ... 18
Lampiran
3. Tabel Perhitungan Data Retensi Borak Konsentrasi 5 % ... 25 4. Tabel Perhitungan Data Retensi Boraks Konsentrasi 10 %.... 25
DAFTAR GAMBAR
Nomor TubuhUtama Halaman
1. Grafik proses vakum tekan ... 17
2. Grafik nilai retensi boraks... 18
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Data Absorbsi Boraks... 26
4. Contoh Perhitungan Data Retensi Boraks ... 26
5. Batang Rotan Manau ... 28
6. Proses Pemotongan Sampel... 28
7. Proses Penandaan Sampel... 29
8. Sampel sebelum divakum ... 29
9. Penimbangan sampel sebelum divakum... 30
10. Seperangkat Peralatan Vakum ... 30
11. Bahan Pengawet (Boraks) ... 31
12. Persiapan proses vakum ... 31
13. Proses vakum tekan... 32
14. Sampel dikeluarkan dari tabung vakum ... 32
15. Sampel setelah divakum ... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rotan merupakan hasil hutan yang memiliki nilai ekonomi kedua setelah
kayu. Dalam perdagangan internasional, Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar dengan memasok sekitar 80% konsumsi dunia (Hartono, 1998). Selain
itu, Indonesia adalah pusat pertumbuhan rotan dunia karena 8 dari 13 genera
dan hampir 40 % jenis rotan yang tumbuh di muka bumi terdapat di Indonesia.
Kekayaan sumberdaya alam ini harus terus dikembangkan baik dari sisi teknis
praktis untuk komersial maupun sisi teknis ilmiah untuk mendukung kebutuhan
komersial secara berkelanjutan. Dari sisi teknis ilmiah penelitian mengenai rotan
telah dilakukan oleh banyak lembaga penelitian, perguruan tinggi dan beberapa
industri di Indonesia maupun manca negara. Penelitian tersebut meliputi botani,
silvikultur, struktur anatomi, kekuatan, sifat kimia, sifat keawetan dan
pengolahan, bahkan aspek ekonomi perdagangan. Namun demikian, informasi
hasil penelitian tersebut masih belum seimbang, letaknya terpencar dan belum
dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan rotan. Oleh sebab itu disusunlah
atlas rotan yang berisi informasi yang komprehensif tentang jenis rotan, sifat dan
penggunaannya sehingga dapat digunakan oleh pemerintah, investor, industri,
dan masyarakat sebagai dasar ilmiah pengelolaan rotan.
Dalam dunia botani, tumbuhan rotan termasuk dalam famili palmae.
Famili atau suku palmae ini adalah salah satu kelompok tumbuhan berbunga dari
sekitar ratusan famili tumbuhan berbunga lainnya yang ada di muka bumi. Nama
yang sering digunakan untuk famili ini ialah suku pinang-pinangan, Palmae, atau
Arecaceae. Tumbuhan rotan ini sebagian besar merambat, batangnya memiliki
2
dalamnya berisi jaringan pembuluh sedangkan pada bambu ruas dalamnya
kosong. Bentuk, ukuran, kualitas batang serta ruas rotan bervariasi tergantung
jenisnya. Daun tumbuhan rotan mulai dari pelepah, tangkai, tulang daun, dan
sulur umumnya berduri. Sebagian besar tumbuhan rotan juga memiliki cemeti
yang berduri. Terutama melalui duri-duri di cemeti, sulur, dan tulang inilah
tumbuhan rotan ini merambat pada batang atau cabang pohon kayu lainnya.
Tumbuhan rotan mudah dibedakan dari tumbuhan lainnya, selain karena ciri-ciri
yang dijelaskan di atas, ciri lain yang sangat signifikan ialah permukaan buahnya
selalu bersisik mirip dengan buah tumbuhan sagu. Tumbuhan sagu ini juga
masih termasuk dalam famili palmae dan sangat berkerabat dekat dengan
tumbuhan rotan.
Dalam pemakaian sebagai bahan kerajinan rotan tidak lepas dari cacat
yang dapat mengurangi keteguhannya, cacat tersebut yaitu mudahnya diserang
mikro organisme perusak seperti serangga dan jamur.
Rotan yang diserang mikro organisme ini akan mengalami kerusakan
beberapa lubang / tanda-tanda yang dapat mengurangi kekuatan dan nilai
estetika rotan.
Untuk mengatasi serangga mikro organisme perusak rotan ini, maka
dilakukan pengawetan rotan dengan cara memberikan bahan kimia yang bersifat
racun, sehingga dapat menolak serangan mikro organisme perusak dengan
pemberian bahan pengawet ini, diharapkan umur pemakaian rotan akan
bertambah sehingga dapat menghemat biaya pemeliharaan dan menaikan nilai
3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Retensi Boraks
pada Rotan Manau (Calamus Manan), sehingga dapat menolak serangan mikro
organisme perusak.
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang nilai retensi larutan boraks (H3BO3) serta pentingnya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Risalah PengawetanKeawetan rotan berhubungan erat dengan pemakaiannya.Rotan
dikatakan awet bila mempunyai umur pakai yang lama.Rotan berumur pakai
lama bila mampu menahan berbagai macam faktor perusak rotan. Menurut
Dumanauw (1982), keawetan adalah daya tahan suatu jenis rotan terhadap faktor perusak yang datang dari luar.
Anonim (2000), keawetan rotan daya tahan suatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan tetapi biasanya yang dimaksud ialah daya tahan
terhadap faktor perusak biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan
seperti jamur dan serangga. Sedangkan keterawetan rotan adalah mudah atau
tidaknya jenis rotan tersebut ditembus bahan pengawet jika diawetkan dengan
proses tertentu sehingga rotan yang sudah diawetkan dengan suatu bahan kimia
(pengawet) tahan terhadap serangan organisme perusak sehingga rotan tersebut
awet.
Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau perlakuan fisik
terhadap rotan yang ditinjau untuk memperpanjang masa pakai (service life)
rotan, tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan rotan akibat mikro
organisme perusak rotan sehingga tahan lebih lama dan untuk mendapatkan nilai
ekonomis yang tinggi (Tawakal, 1987).
B. Faktor Perusak Rotan
Kerugian tahunan dalam berbagai macam hasil hutan akibat perusakan
5
rotan – rotan yang masih berdiri, gelondongan – gelondongan rotan segar, rotan
gergajian dan produk – produk yang lain. Faktor – faktor perusak rotan dibagi
dalam dua golongan besar yaitu faktor biologis dan non biologis (Hunt - Garrat,
1986).
1. Faktor Biologis / Makhluk Hidup
Faktor ini menyerang karena dua hal yaitu, rotan sebagai bahan makanan
dan sebagai tempat tinggal.Misalnya mikro organisme seperti jamur, bakteri,
serangga (insecta).
2. Faktor Non Biologis / Non Makhluk Hidup
Faktor perusak non biologis adalah semua faktor selain dari golongan
biologis yang dapat menimbulkan kerusakan pada rotan. Kerusakan – kerusakan
ini disebabkan antara lain oleh pengaruh – pengaruh :
a. Mekanis : disebabkan oleh adanya gaya luar yang bekerja pada rotan
tersebut.
b. Bahan – bahan kimia.
c. Fisik : oleh udara, cahaya, air dan api.
C. Manfaat Pengawetan Rotan
1. Untuk menambah umur pakai rotan yang tadinya jenis rotan ini kurang
awet maka dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
2. Dengan bertambahnya masa pakai (service life) rotan maka biaya
perbaikan dan perombakan dapat ditekan. D. Bahan Pengawet
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dimasukkan kedalam rotan yang
6
pencegahan atau perlindungan dicapai dengan membuat rotan menjadi bersifat
racun yang kurang disukai oleh organisme perusak rotan (Yusran, 1992).
Menurut Hunt dan Garrat, (1986) bahwa bahan pengawet adalah bahan –
bahan kimia yang apabila diterapkan secara baik pada kayu/rotan akan membuat
kayu / rotan tersebut tahan terhadap serangan organisme perusak.Efek
perlindungannya itu tercapai dengan menjadikan kayu/rotan itu beracun atau
kalis terhadap organisme yang menyerangnya. Bahan-bahan pengawet ini dapat
berupa senyawa kimia murni atau senyawa cam puran dari
senyawa-senyawa lain. Bahan pengawet ini sangat berbeda dalam sifat, harga,
keefektifan, dan kecocokan pengunaannya dibawah kondisi-kondisi pemakaian
yang berbeda.
Berdasarkan sifat bahan pengawet maka dapat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
1. Bahan pengawet yang berupa minyak, contohnya creasot,
carbolenieum Dll.
2. Bahan pengawet larut minyak, contohnya pentacphenol,
copperanarhtenate Dll.
3. Bahan pengawet larut air, contohnya trusi, anti biru Dll.
Selanjutnya bahan – bahan pengawet tersebut harus mempunyai syarat –
syarat sebagai bahan pengawet yang baik, syarat – syarat bahan pengawet yang
baik menurut (Dumanauw, 1982) yaitu :
1) Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu / rotan.
2) Mudah masuk dan tetap tinggal didalam rotan.
7
4) Bersifat toleran terhadap bahan – bahan lain misalnya logam perekat
dan cat / finishing.
5) Tidak mempengaruhi kembang susut rotan.
6) Tidak merusak sifat – sifat rotan : sifat fisik, mekanik, dan kimia.
7) Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
8) Tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan peliharaan.
9) Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat dan murah.
Bahan pengawet yang digunakan dalam pengawetan rotan dengan metode
vakum tekan (sel penuh) ini adalah jenis bahan pengawet yang larut air yaitu
asam borat (H3BO3).Bahan pengawet ini paling banyak digunakan untuk
mengawetkan kayu atau rotan, karena pelarutnya air, maka jenis bahan
pengawet ini mempunyai kelebihan antara lain harganya murah, tidak berbau,
tidak mudah terbakar dan bersih dalam pemakaiannya. Bahan pengawet ini tidak
cocok untuk tujuan penggunaan di tempat basah karena mudah luntur atau
tercuci.Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan
dengan nama kimianatrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat
dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium
hidroksida dan asam borat (H3BO3).B o r a k s a t a u a s a m b o r a t b i a s a
d i g u n a k a n s e b a g a i b a h a n p e m b u a t d e t e r j e n , bersifat antiseptik
dan mengurangi kesadahan air Adawyah (2007).
E. Sifat Bahan Pengawet
Suatu hal yang umum diketahui ialah bahwa jenis bahan pengawet yang
dipakai mungkin mempunyai pengaruh yang nyata pada kemudahan dan
8
Keragaman absorbsi dan peresapan yang diperoleh dengan berbagai tipe
bahan pengawet mungkin sebagian besar ditentukan oleh perbedaan-perbedaan
viskositas cairan, meskipun kenyataan bahwa larutan-larutan dalam air diserap
oleh dinding sel, sedangkan minyak pengawet tidak dapat membantu
menerangkan kelebihan peresapan-peresapan yang diperoleh dengan klorida
seng dan bahan-bahan pengawet larut air lainnya (Alex, 2002).
F. Metode Vakum Tekan ( Sel Penuh)
Metode vakum tekan (sel penuh) adalah prose pengawetan yang dilakukan
didalam selinder tertutup, yang diawali dengan vakum pendahuluan (vakum
awal) kemudian diberi tekanan dan diakhri dengan vakum akhir.Kemudian tanpa
memasukkan udara, silindernya diisi penuh dengan bahan pengawet.Apabila
bahan pengawet yang diinginkan itu sudah dimasukkan kedalam rotan,
tekanannya diturunkan dan bahan dikeluarkan dari dalam silinder.Menurut Hunt
dan Garratt (1986) metode vakum tekan ini dibagi dalam dua kelompok utama,
yaitu proses sel penuh dan proses sel kosong. Metode yang digunakan untuk
pengawetan rotan manau ini adalah proses sel penuh. Dalam proses ini
tujuannya ialah mempertahankan sebanyak mungkin larutan yang telah didorong
masuk kedalam bahan yang diawetkan selama periode tekanan, dengan
demikian meninggalkan konsentrasi maksimum dari bahan pengawet dalam
bagian bahan yang diawetkan. Proses pengawetan dengan tekanan ini yang
paling berhasil dan banyak digunakan secara luas ialah proses pengawetan yang
dilakukan dalam silinder tertutup. Pemvakuman bertujuan untuk mengosongkan
rongga sel. Pada umunya proses tersebut memiliki kelebihan yaitu ; peresapan
yang lebih seragam, absorbsi bahan pengawet yang lebih tinggi sehingga
9
pengawetan dapat dapat dikendalikan sehingga retensinya dapat diatur sesuai
persyaratan pemakaian dengan demikian dapat dihemat penggunaan bahan
pengawetnya. Sedangkan kelemahan metode vakum tekan ini yaitu ;
memerlukan alat khusus, harganya mahal sehingga biaya investasinya tinggi,
alat-alat yang dipergunakan harus tahan karat, tahan vakum dan tahan terhadap
tekanan.
G. Absorbsi
Absorbsi adalah jumlah larutan yang terserap dalam rotan setelah proses
pengawetan selesai atau selisih berat rotan sebelum dan sesudah diawetkan
yang di nyatakan dalam liter atau gram. Absorbsi sangat tergantung dari jenis
rotan, perlakuan dan jenis larutan serta pelarut bahan pengawet
yangdigunakan(Hunt dan Garrat, 1986).
H. Retensi
Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang masuk dan terkandung
didalam rotan yang dinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg/m3). Retensi
dapat diketahui dengan cara menghitung berdasarkan selisih berat rotan
sebelum dan sesudah diawetkan dibagi dengan volume rotan dan dikalikan
dengan konsentrasi larutan yang digunakan untuk mengawetkan rotan.
Hunt dan Garrat (1986) menyebutkan bahwa retensi bahan pengawet merupakan faktor penting sebagai indikator keberhasilan pengawetan karena
besarnya retensi dapat mempengaruhi keefektifan sistem pengawetan dalam
memperpanjang umur penggunaan rotan yang diawetkan. Selanjutnya dikatakan
10
memperbesar konsentrasi bahan pengawet. Dengan kata lain hubungan retensi
dan konsentrasi bahan pengawet adalah linier.
I. Risalah Rotan Manau (Calamus mananMiq)
Rotan manau secara umum memiliki batang yang bewarna kuning langsat,
diameter batang yang sudah dirunti berkisar 25 mm dan panjang ruas 35 cm,
total panjang batang bila merambat dan telah dewasa dapat mencapai 100 m.
Rotan ini tumbuh secara alami didaerah Thailand, semenanjung Malaya,
pulau Sumatra dan Kalimantan. Kondisi iklim yang disukai adalah daerah yang
beriklim basah, dan hidup baik di ketinggian 50 m – 600 m Dpl. Rotan ini tumbuh
tunggal ( tidak berumpun ) dan merambat diantara batang dan ranting pohon,
sehingga pembudidayaannya hanya melalui biji.
Daun rotan ini termasuk majemuk menyirip, tiap daun terdiri atas kurang
lebih 40 pasang anak daun.Bentuk anak daun berfariasi dari bentuk lanset
susang pelepah dan tangkai daunnya diselimuti dengan duri yang tajam dan
rapat. Bunga tersusun dalam tandan berbentuk malay, berukuran panjang dan
letaknya menggantung. Buahnya tidak terlalu besar panjang buah kurang lebih 3
cm, bersisik dan berbentuk lonjong.Diameter batangnya cukup besar, kuat dan
kokoh maka rotan ini banyak dipakai untuk rangka kursi, tempat tidur, sofa dan
rangka furniture lainnya.
1. Anatomi rotan manau
Rachman(1996)menyebutkan bahwa struktur anatomi batang rotan yang berhubungan erat dengan menentukan keawetan dan kekuatan rotan antara lain
adalah besar pori dan tebalnya dinding sel serabut. Sel serabut diketahui
11
Ciri anatomi rotan manau terdiri dari : Ø ikatan pembuluh 404,8 µm, Ø
metaxylem 228,2 µm , Ø protoxylem 37,5 µm, Ø phloem 40,2 µm, Panjang sel
serabut 1586,7 µm, Tebal dinding sel serabut 5,4 µm , KIP (Kerapatan iikatan
pembuluh) 3,1 buah/mm2.
Thulasidas (1993) menyebutkan bahwa tebal dinding sel serabut merupakan parameter anatomi yang paling penting, dalam menentukan kekuatan
rotan, dinding yang lebih tebal membuat rotan manjadi lebih keras dan lebih
berat. Sel-sel serabut yang berdinding tebal menunjang fungsi utama sebagai
penunjang mekanis.
2. Sifat fisik rotan manau
Menurut Karmidi (2009). Sifat fisik dari rotan adalah sifat-sifat yang dapat
diamati secara kasat mata.
Sifat fisik rotan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
a. Warna rotan yang baik dan berkualitas adalah batang rotan yang
berwarna hijau daun pada saat masih hidup, hal ini menandai bahwa
rotan tersebut sudah masak tebang. Batang rotan yang berwarna hijau
daun akan berubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas
dan akan makin putih setelah ada proses pemutihan (bleaching).Yang
dimaksud dengan warna rotan adalah warna setelah dicuci atau dirunti
atau diasapi dengan belerang dan belum mendapat perlakuan
pemutihan.
b. Kilapdan suram dapat memberikan ciri yang khusus dari suatu jenis
rotan serta dapat menambah keindahan dari rotan tersebut. Kilap rotan
tergantung pada struktur anatomi, kandungan zat ekstraktif, sudut
12
air maka makin suram, makin tinggi lemak dan minyak maka makin
suram.
c. Bau dan rasa menggambarkan kesegaran dari rotan tersebut, pada
rotan segar bau dan rasa tidak mencolok.
d. Berat rotan tergantung pada kandungan air, zat ekstraktif dan zat
infiltrasi dalam rotan.Kadar air dapat dikurangi dengan proses
pengeringan yang mampu mengurangi dari 40 – 60 % menjadi titik jenuh
serat (15 – 30 %).
e. Kekerasan/elastisitas menunjukkan bahwa batang rotan mampu
menahan tekanan/gaya tertentu.Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air,
umur saat dipungut, posisi batang yang digunakan (pangkal, tengah,
ujung).
f. Diameter rotan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
- Diameter kecil, rotan yang berdiameter kurang dari 18 mm, seperti
Rotan Sega, Irit/Jahab, Jermasin, Pulut Putih, Pulut Merah, Lilin, Lacak,
Manau Padi, Datuk Merah, Sega Air, Ronti, Sabut, Batu, Tapah.
- Diameter besar, rotan yang berdiameter l8 mm atau lebih, seperti
Rotan Manau, Batang, Mantang, Cucor, Semambu, Wilatung, Dahan,
Tohiti, Seel, Balukbuk, Bidai, Buwai, Bambu, Kalapa, Tiga Juru, Minong,
Umbulu, Telang dan Lambang.
g. Kesilindrisandapat diperoleh dengan perbandingan antara diameter
rata-rata pangkal ruas dengan diameter rata-rata-rata-rata ujung ruas.
h. Ruasadalah bagian rotan yang terletak diantara dua buku.
i. Buku rotan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
13
- Buku Agak Menonjol
- Buku Tidak Menonjol
j. Selaput Silika Hampir semua jenis rotan memiliki lapisan silika yang
membalut kulit luarnya.
3. Sifat kimia rotan manau
Komponen kimia rotan juga penting dalam menentukan kekuatan dan
keawetan rotan.
Komponen kimia rotan penting dalam menentukan kekuatan rotan.Selulosa
yaitu molekul gula linear berantai panjang termasuk ke dalam holoselulosa.
Rachman (1996), menyatakan selulosa berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang, karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin
piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa, semakin tinggi kadar selulosa
yang terdapat dalam rotan maka keteguhan lentur juga makin tinggi.
Selain selulosa yang sangat penting juga adalah lignin. Lignin adalah
merupakan suatu polimer yang komplek dengan berat molekul yang tinggi. Lignin
juga berfungsi memberikan kekuatan pada batang dan makin tinggi kadar lignin
dalam rotan makin kuat rotan karena ikatan antar serat juga makin kuat.
Tanin nama komponen zat organik yang sangat komplek dan terdiri dari
senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500 - 3000, dapat bereaksi
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 2 (dua) bulan, yang diuraikan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Proses Pelaksanaan Penelitian
No. Tanggal pelaksanaan Uraian kegiatan 1. 12 Mei2013 Pengambilan/Penebangan Rotan 2. 13 Mei – 15 Juni 2013 Proses Penjemuran Rotan 3. 17 Juni 2013 Pelaksaan Penelitian 4. 19 Juni – 27 Juni 2013 Penyusunan Karya Ilmiah
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Kayu Seksi
Pengawetan dan Pengeringan Kayu Jurusan Teknologi Pertanian.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Cirkuler saw
b. Seperangkat peralatan pengawetan proses sel penuh
c. Kalifer
d. kalkulator
e. Pengaris / meteran
f. Timbangan
15
2. Bahan
a. Rotan manau dengan ukuran panjang 20 cm sebanyak 20 potong.
b. Bahan pengawet boraks (H3BO3)
c. Air
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan contoh uji yang meliputi penebangan rotan didaerah Kampung
Tukul Kabupaten Kutai Barat, rotan dipotong sepanjang 1 m untuk
mempermudah proses pengeringannya. Kemudian pembuatan sampel
dengan ukuran panjang 20 cm sebanyak 20 sampel dengan rincian 10
sampel untuk konsentrasi larutan boraks 5 % dan 10 sampel untuk
konsentrasi larutan baoraks 10 %.
2. Sampel diukur diberi tanda pada pangkal, ujung dan tengahnya lalu diukur
menggunakan mikro kaliffer untuk mengetahui nilai diameternya.
3. Sebelum dilakukan proses pengawetan sampel ditimbang terlebih dahulu
untuk mengetahui berat awal rotan sebelum divakum.
4. Membuat larutan boraks konsentrasi 5 % dengan cara menimbang boraks
sebanyak 250 gram lalu dilarutkan dengan air sebanyak 5 liter, sedangkan
untuk larutan boraks konsentrasi 10 % dengan cara menimbang boraks
sebanyak 500 gram lalu dilarutkan dengan 5 liter air.
5. Proses pengawetan dilakukan dengan metode sel penuh yaitu sampel
dimasukkan kedalam tabung silinder kemudian ditutup rapat, lalu diberi
vakum awal selama 5 menit setelah itu larutan bahan pengawet dimasukkan
kedalam tabung apabila bahan pengawet telah masuk kemudian diberi
16
Tekanan dihentikan dan larutan bahan pengawet dikeluarkan dari dalam
tabung setelah itu diberikan vakum akhir selama 5 menit.
6. Proses pengawetan selesai lalu sampel dikeluarkan dari dalam tabung dan
dilap.
7. Sampel kembali ditimbang untuk mengetahui berat sampel setelam divakum.
8. Sampel diukur volumenya dengan cara mencelupkan sampel kedalam air
yang dimasukkan dalam gelastabung.
9. Menghitung data retensi rotan.
D. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil perhitungan data contoh uji sebelum dan sesudah
proses pengawetan dicari nilai retensinya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
? ? ? ?? ? ? Keterangan :
R= Retensi ( kg/m3 )
Ab= Absorbsi antara selisih berat sesudah divakum dikurang berat sebelum
divakum ( gr/cm3)
V = Volume ( ml/cm3)
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HasilBerikut ini adalah gambar proses pengawetan metode vakum tekan
dengan sel penuh yang diawali dengan proses vakum awal yang berlangsung
selama 5 menit kemudian tanpa memasukkan udara bahan pengawet
dimasukkan kedalam tabung silinder, lalu diberi tekanan sebesar 2 bar yang
dipertahankan selama satu jam kemudian bahan pengawet dikeluarkan dari
dalam tabung selanjutnya diberikan vakum akhir selama 5 menit. Proses
pengawetan dengan metode vakum tekan (sel penuh) ini berlangsung selama 70
menit. Tekanan (Psi/Bar) 10 c 5 b d a 5 10 20 30 40 50 60 70 e 80 Waktu (menit) Vakum (cm/hg)
Gambar 1. Proses vakum tekan (sel penuh)
Keterangan :
a. : Proses vakum awal berlangsung selama 5 menit. b. : Proses pengisian bahan pengawet kedalam tabung.
18
d. : Proses pengeluaran larutan borak dari dalam tabung. e. : Proses vakum akhir selam 5 menit.
Tabel 2.Nilai rata-rata retensi dengan bahan pengawet boraks dalam rotan manau (Calamus Manan) berdasarkan konsentrasi yang berbeda.
No. Konsentrasi (%) Rata-rata retensi (kg/m3)
1 5 8,976
2 10 17,831
Untuk mengetahui besarnya selisih rata-rata retensi boraks pada rotan
manau yang terdapat pada tabel diatas maka dapat dilihat pada gambar grafik
barchat berikut ini :
Gambar 2.Grafik nilai rata-rata retensi boraks dalam rotan manau (Calamus
Manan).
Dari grafik diatas dapat dilihat perbedaan nilai rata-rata retensi rotan
manau antara konsentrasi larutan boraks 5 % dan konsentrasi larutan boraks 10
%, dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi larutan boraks
sebanyak 10 % menunjukan nilai retensi yang cukup besar yaitu 17,831 kg/cm3,
sedangkan untuk konsentrasi larutan borak 5 % sebesar 8,976 kg/cm3.
8,976 17,831 0 5 10 15 20 1 2
19
B. Pembahasan
Berdasarkan nilai rata-rata retensi untuk konsentrasi larutan boraks 5 %
diperoleh retensi sebesar 8,976 kg/m3 sedangkan untuk konsentrasi larutan
boraks 10 % diperoleh retensi sebesar 17,831 kg/m3, maka nilai tersebut jelas
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan boraks 10 % untuk mengawetkan rotan
dengan metode sel penuh atau vakum menghasilkan retensi yang sanggat tinggi.
Perbedaan nilai retensi juga dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 yang
tertera didalam lampiran serta pada gambar grafik barchart yang tersedia pada
halaman sebelumnya.Jika dibandingkan dengan penelitianSaputro (2010) yang
mengunakan metode rendaman dingin selama satu minggu dengan konsentrasi
larutan sebanyak 5 % diperoleh hasil retensi sebesar 2,47141 kg/m3, konsentrasi
larutan 10 % nilai retensinya sebesar 8,619 kg/m3. Sedangkan pada metode
vakumtekan dimana proses pengawetannya hanya berlangsung selama satu jam
dengan konsentrasi larutan 5 % diperoleh nilai retensi sebesar 8,976 kg/m3 dan
konsentrasi larutan 10 % diperoleh nilai retensi sebesar 17, 831 kg/m3 dari hasil
kedua metode penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa metode vakum tekan
lebih efisien dari pada metode rendaman dingin, karena selain waktu
pengawetannya yang cepat pada saat proses pemvakuman berlangsung bahan
pengawetnya benar-benar dipaksa masuk kedalam rotan sehingga diperoleh
retensi yang tinggi,akan tetapi jika dilihat dari segi biaya metode vakum tekan
lebih banyak mengeluarkan biaya, yang berarti tidak ekonomis. Sedangkan untuk
metode rendaman dingin waktunya lebih lama akan tetapi tidak membutuhkan
20
Tinggi rendahnya nilai retensi diduga juga dipengaruhi oleh
pori-pori rotan yang besar dan kerapatan sel pembuluh yang rendah. menurut
Sarayar (1974) bahwa sel pori ini tergolong kedalam kategori sedikit yaitu
berkisar antara 2-5 buah/mm
2sehingga bahan pengawet mudah masuk
kedalam rotan, dengan pemberian tekanan sebesar 2 bar atau 30psi yang
dipertahankan selama satu jam diperoleh nilai retensi yang
tinggi.
Rachman (1996) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa rotan manau memiliki KIP (Kerapatan ikatan pembuluh) 3,1 buah/mm2 yang artinya bahwakerapatan ikatan pembuluh rotan rotan manau ini tergolong dalam kategori
sedikit (kerapatan rendah).
Astuti (2007) mengatakan bahwa pori-pori rotan berbeda dengan
pori-pori kayu, pori-pori rotan cenderung lebih besar sehingga rotan lebih
mudah menyerap air, apabila rotan dan kayu direndam kedalam air
dengan waktu yang bersamaan maka nilai peresapan pada rotan jauh
lebih besar dibanding dengan nilai peresapan pada kayu. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa besar kecilnya nilai peresapan dan nilai
retensi diperngaruhi oleh struktur anatomi dari rotan tersebut.
Menurut SKI.C-m.001.1987 atauSNI No.03-5010.1.1999dalam Barlybahwa retensi boraks pada kayu adalah sebesar 8 kg/m3dan untuk rotan kurang lebih sama. Sedangkan menurut Anonim (2000) nilai retensi minimum
untuk pengawetan rotan adalah 6,28 kg/m3. Untuk konsentrasi larutan boraks 5
% menghasilkan retensi 8,976 kg/m3, yang berarti telah memenuhi standar
21
konsentrasi larutan boraks 5 % telah mencapai standar retensi yang
diinginkan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa boraks termasuk salah satu
jenis bahan pengawet yang berpotensi tinggi untuk mengawetkan rotan dengan
metode vakum tekan proses sel penuh ini, selain boraks mudah dicari harganya
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanDari pengamatan uji retensi pada rotan manau maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Konsentrasi larutan borak 5 % menghasilkan retensi rata-rata sebesar 8,976
kg/m3, sedangkan konsentrasi larutan boraks 10 % diperoleh nilai retensi
rata-rata sebesar 17,831 kg/m3.
2. Tinggi rendahnya nilai retensi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yang
digunakan, bila konsentrasinya tinggi maka nilai retensinya pun akan tinggi,
namun sebaliknya bila konsentrasinya rendah maka nilai retensinya juga
akan rendah.
3. Besar kecilnya nilai retensi yang diperoleh juga dipengaruhi oleh struktur
anatomi rotan tersebut.
B. Saran
1. Untuk melanjutkan pengujian retensi ini, sebaiknya menggunakan perlakuan,
waktu dan tekanan yang berbeda, sehingga dapat dilihat berapa besar nilai
retensi yang diperoleh.
2. Penulis juga menyarankan untuk pengawetan metode vakum tekan dengan
bahan pengawet boraks dengan tekanan 2 bar atau 30 psi lebih baik
menggunakan konsentrasi larutan 5 %.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, 2007. Pengolahan dan Pengawetan rotan. Bumi Aksara.Jakarta
www.wikipedia.orghttp://pengawetan.blogspot.com/2008/07/boraks.ht ml(Diakses 24 Desember 2011)
Alex T, 2002.Penelitian Tentang Pengawetan Kayu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Anonim, 2000. Himpunan Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Astuti, 2007. Anatomi Rotan. 02 Mei 2010.
http://tuti.986.com/2007/penelitian-anatomi-rotan.html
Barly dan M. Abdurahim. 2010. Pedoman Pengawetan Kayu. IPB Press. Bogor. Deon, G.1990. Manual For The Preservation Of Wood In The Tropis.International
Tropical Timber Organization.Yokoyama.
Dumanauw, JF. 1982. Mengenal Rotan. Pendidikan Industri Rotan Atas.Kanisius.Yogyakarta.
Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan. Makalah pada workshop tentang deregulasi rotan.Asmindo. Jakarta.
Hunt and Garrat, 1986.Pengawetan Kayu.Akademi Pressindo. Jakarta. Karmidi. 2009.Pengenalan Jenis Rotan. 16 september 2012.
http://karmidi.blogspot.com/2009/08/pengenalan-jenis-rotan.html
Mahdi, Achmad. 2009. Penelitian Pengawetan Kayu Dengan Metode Vakum Tekan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Rachman. 1996. Sifat-sifat Kimia Rotan. 11 Mei 2011.
http://rahcman.sarihasilpenelitianrotan.com/1996/11/sifat-sifatkimiarotanmanau.html
Saputro, A, Singgih.2010.Penelitian Pengawetan Rotan Manau. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Sarayar, G. Ch. 1974. Dasar-dasar Identifikasi Kayu. Direktorat Bina Sarana Usaha. Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta.
Tawakal, M. Imam. 1987. Teknologi Hasil Hutan Proyek Pembangunan Kehutanan Daerah Dengan dana IHH. Pusdiklat Departemen Kehutanan.
24
Thulasidas, 1993. Sifat-sifat Kimia Rotan. 09 Juli 2011.
http://thulasidas.penelitianrotan2009.com/1993/7/sifat-sifatfisikdankimiarotan.html
Wileitner, H.And Leise, W. 1992.Wood Protection In Tropical Countries. GTZ. Technical Coorpration Federal Republic Of Germany.
Yusran, Kadir. 1992. Diktat Pengawetan Rotan. Politeknik Pertanian Bidang Studi Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
25
Lampiran 1. Tabel Perhitungan Data Retensi Dalam Rotan Manau Pada (Calamus Manan) Konsentrasi 5 %.
Lampiran 2. Tabel Perhitungan Data Retensi Dalam Rotan Manau(Calamus
Manan) Pada Konsentrasi 10%.
No. Panjang (cm) Diameter (cm) Volume (cm) Bo (gram) Ba (gram) Ab K (%) Retensi (kg/m3) 1 20 35,3 179 149 171 22 10 12,29 2 20 36,3 180 149 193 44 10 24,44 3 20 36,9 205 153 190 37 10 18,05 4 20 35,6 190 160 184 24 10 12,63 5 20 34,7 175 131 174 43 10 24,57 6 20 35,3 160 150 192 42 10 26,25 7 20 34,3 195 168 198 30 10 15,38 8 20 38,7 225 142 190 48 10 21,33 9 20 35,7 190 157 189 32 10 19,14 10 20 37,4 230 161 199 38 10 16,52 Rata-rata 17,831 Keterangan :
Bo : Berat rotan sebelum divakum Ba : Berat rotan setelah divakum Ab : Absorbsi K : Konsentrasi. No. Panjang (cm) Diameter (cm) Volume (cm) Bo (gram) Ba (gram) Ab K (%) Retensi (kg/m3) 1 20 35,3 180 140 174 34 5 9,44 2 20 34,7 195 150 179 29 5 7,43 3 20 34 180 157 185 28 5 7,77 4 20 37,2 220 193 215 22 5 5 5 20 34 180 134 176 42 5 11,66 6 20 35,7 195 168 199 31 5 7,94 7 20 36,7 180 155 189 34 5 9,44 8 20 35,2 185 140 179 39 5 10,54 9 20 37,5 125 180 211 31 5 7,29 10 20 40,8 215 182 239 57 5 13,25 Rata-rata 8,98
26
Lampiran 3. Contoh perhitungan nilai absorbsi rotan manau (Calamus
manan) pada konsentrasi 5 %.
Untuk mengetahui besarnya nilai absorbsi bahan pengawet boraks dari
konsentrasi yang berbeda ini dicari berdasarkan selisih berat contoh uji sebelum
dan sesudah divakum yang ditulis dengan rumus :
Ab = Ba – Bo Keterangan : Ab = Absorbsi
Ba = Berat sesudah divakum
Bo = Berat sebelum divakum
Ab = 174 – 140 : 34
Lampiran 3. Contoh perhitungan nilai absorbsi rotan manau (Calamus
manan) pada konsentrasi 10 %.
Ab = Ba – Bo
Ab = 171 – 149 : 22
Lampiran 3. Contoh perhitungan nilai retensi rotan manau (Calamus
manan) pada konsentrasi 5 %.
? ? ? ?? ? ? Keterangan :
R= Retensi ( kg/m3 )
Ab= Absorbsi antara selisih berat sesudah divakum dikurang berat sebelum divakum ( gr/cm3)
V = Volume ( ml/cm3)
K = Konsentrasi larutan (% )
? ?
?????? ? ?? ? ?
: 0,00944 gr/cm327
Kemudian dikompersikan kedalam kilogram/meter kubik dengan cara dikalikan
1000.
= 0,00944 x 1000 : 9,44 kg/m3
Lampiran 3. Contoh perhitungan nilai retensi rotan manau (Calamus
manan) pada konsentrasi 10 %.
? ? ? ??
? ? ????? ? ??? : 0,01229 gr/cm3
Kemudian dikompersikan kedalam kilogram/ meter kubik dengan cara dikalikan
1000.
28
Gambar 3. Batang Rotan Manau
29
Gambar 5.Proses Penandaan Sampel
30
Gambar 7.Penimbangan Sampel Sebelum Divakum.
31
Gambar 9. Bahan Pengawet (Boraks/H3BO3)
32
Gambar 11.ProsesVakum Berlangsung.
33
Gambar 13.Sampel Setelah Divakum.