• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 BIBLIOMETRIKA

2.1.1 Pengertian Bibliometrika

Bibliometrik merupakan salah satu cabang paling tua dari ilmu perpustakaan. Sebagai kajian ilmiah, cabang ini berkembang karena ada sekelompok ilmuwan pada abad 20 yang tertarik tentang dinamika ilmu pengetahuan sebagaimana tercermin dalam produksi literature ilmiahnya. Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio berarti buku dan metrics berkaitan dengan mengukur. Jadi bibliometrik berarti mengukur atau menganalisis buku/literatur dengan menggunakan pendekatan matematika dan statistika (Diodato, 1994:5).

Pendapat Rohmiyati (2009:4) tentang definisi bibliometrik adalah “penerapan metode matematika dan statistika terhadap buku-buku dan bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya untuk mengetahui proses komunikasi tertulis dengan cara menghitung dan menganalisis berbagai faset komunikasi tertulis.”

Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

Dalam bibliometrika yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya dalam bentuk grafis,dengan demikian objeknya adalah mungkin buku, majalah, laporan penelitian,disertasi,dan sebagainya. Namun sampai saat ini, kajian bibliometrika lebih banyak ditujukan kepada majalah ilmiah karena dianggap menduduki peran penting dalam komunikasi ilmiah.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bibliometrik adalah kegiatan mengukur,menganalisis buku atau informasi terekam lain yang bersifat ilmiah dengan menggunakan metode matematika dan statistika. Kajian ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi dan ilmu pengetahuan, juga merupakan sistem mengkomunikasikan informasi dengan objeknya.

Istilah ‘bibliometrik’ dikenalkan sejak tahun 1969, sebagai tambahan untuk penggunaan bibliografi statistik digunakan untuk menjelaskan bidang kajian dengan memperhatikan model aplikasi matematika dan statistika untuk proses penelitian dalam menghitung jumlah komunikasi tertulis. Bibliometrik

(2)

digunakan untuk menunjukkan penggunaan teknik bibliografi, khususnya publikasi artikel ilmiah dan analisis sitasi, dalam penilaian kegiatan ilmiah.

Dalam kajian sekarang kita melihat pada satu kepentingan aplikasi atas indikator bibliometrik, yaitu evaluasi intitusional penelitian yang berbasiskan pada analisis publikasi dan hasil sitiran kelompok peneliti. Peranan karakteristik jurnal, seperti faktor impak jurnal dalam literatur berbasiskan evaluasi juga dijelaskan. Indikator bibliometrik dapat memberikan level pengembangan sebuah ilmu pada tingkat yang lebih tinggi dengan melihat sifat dan kemajuan ilmu yang bersangkutan. Analisis bibliometrik, merupakan perhitungan dan pengukuran secara kuantitatif tentang komunikasi ilmiah diantara peneliti dan tentunya staf pengajar dari satu fakultas atau bidang ilmu tertentu, melalui pengukuran dan penelaahan penggunaan bibliografi karya terdahulu. Perkembangan selanjutnya, analisis bibliometrik bukan hanya sekedar mengukur perkembangan ilmu pengetahuan bidang tertentu, tetapi juga dapat mengukur kualitas sarana komunikasi ilmiahnya yaitu ‘Jurnal’. Sebagai sebuah pendekatan kuantitatif, bibliometrika menggunakan analisis dokumen untuk mendapatkan data tentang berbagai hal lewat penelitian disatu titik waktu tertentu.

2.1.2 Tujuan Bibliomerika

Sebuah kajian ilmiah pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas. Menu rut Sulistyo-Basuki (2002:3) tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Brookes dalam Sulistyo- Basuki (2002:7) menyatakan bahwa tujuan umum dari Bibliometrika adalah :

1. merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis 2. penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi.

3. identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini.

4. meramalkan kecenderungan penerbitan.

5. penemuan dan elusidasi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam ilmu informasi.

(3)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan bibliometrik adalah merancang sistem jaringan informasi, meningkatkan pengelolaan informasi, pengukuran jasa bibliografi, meramalkan dan menemukan pengembangan dalam informasi.

Wormell dalam Pendit (2003: 100) menyatakan tujuan utama bibliometrika adalah untuk mengungkapkan variasi nilai di berbagai bidang pengetahuan dalam rangka menemukan keteraturan yang dapat digeneralisasikan. Dengan demikian sebagai penelitian kuantitatif yang mengamati variasi nilai, bibliometrika dapat digolongkan sebagai penelitian lintas bagian, sehingga beberapa orang mengatakan bibliometrika sebagai “survei terhadap bibliografi”.

2.1.3 Manfaat Bibliometrika

Pada dasarnya kajian bibliometrika mempunyai dampak positif dalam berbagai hal yang berhubungan dengan literature ilmiah. Menurut Sulistyo- Basuki (2002:8) aplikasi kuantitatif dari bibliometrika yang banyak manfaatnya bagi perpustakaan adalah:

1. identifikasi literature inti

2. mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan.

3. menduga keluasan (comprehensiveness)literature sekunder. 4. mengenali pemakai berbagai subjek

5. mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek.

6. menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat

7. mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 8. mengkaji keusangan dan penyebaran literature ilmiah

9. meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi ,negara,atau seluruh disiplin.

10. mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing.

Jadi manfaat bibliometrik adalah untuk mengkaji literature penting dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda, menganalisa perkembangan literature dari berbagai subjek, dan untuk menentukan kebijakan dalam penggunaan dokumen / literature pada pusat-pusat informasi serta memudahkan temu kembali informasi.

(4)

Selain itu menurut Rohmiyati (2009:5) manfaat kajian bibliometik secara umum yang dapat diberikan sebagai kontribusi untuk bidang pusat informasi adalah:

1. Manfaat yang secara teoritis untuk mengembangkan ilmu informasi dan perpustakaan sehingga semakin banyak penelitian terhadap kajian bibliometrik dalam berbagai aspekkajian maupun bidang ilmu yang berbeda maka akan semkain memperkaya jumlah penelitian yang dihasilkan.

2. Manfaat lain dari segi praktis bahwa kajian bibliometrik dapat digunakan untuk penerapan lebih luas terhadap menejemen koleksi perpustakaan, ilmu sosiologi dan temu kembali informasi serta penerapan terhadap pembinaan koleksi dengan menggunakan analisis sitasi, penentuan bahan literature, penentuan core jurnal dan penentuan core book suatu perpustakaan.

Dari kajian diatas dapat disimpulkan manfaat bibliometrik bagi pusat-pusat informasi adalah memperkaya jumlah penelitian bagi bidang ilmu informasi, dan dapat mengembangkan koleksi perpustakaan secara lebih terarah.

2.2 Kolaborasi

2.2.1 Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi terjadi diantara para ilmuwan dari berbagai benua dan budaya melalui spektrum teknologi menghasilkan campuran dari pengetahuan, produk dan solusi. Dalam proses penelitian kolaborasi dipandang sebagai memproduksi hasil melalui transfer dan berbagi informasi, ketrampilan, dan keahlian. Kolaborasi ilmiah terus meningkat frekuensinya, ini memiliki potensi untuk memecahkan masalah ilmiah yang kompleks. Kolaborasi ilmiah terutama kerjasama internasional dan lintas disiplin telah berkembang pesat di semua bidang penelitian dan telah menjadi topik yang menarik peningkatan untuk kedua ilmuwan dan pembuat kebijakan ilmu. Menurut Soetarno (1986:262) menyatakan bahwa “kolaborasi adalah bekerja bersama-sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Kolaborasi mencakup semua kegiatan yang ingin dicapai dan yang mempunyai tujuan serta manfaat yang sama.

(5)

“Kolaborasi merupakan terjemahan dari kata collaboration. Istilah ini ada yang menerjemahkan dengan karya sama, namun dalam hal ini lebih tepat digunakan istilah kolaborasi karena dalam berbagai kejadian khususnya sejarah,dikenal dengan istilah kolaborator”.

Kajian kolaborasi dalam penelitian secara umum dapat dilihat dalam kegiatan penulisan suatu karya yang melibatkan banyak pengarang atau ko-pengarang. Kolaborasi terjadi bila lebih dari satu orang atau lembaga bekerjasama dalam suatu kegiatan penelitian dengan memberikan sumbangan baik ilmu pengetahuan, tindakan intelektual maupun materi.

Katz dan Martin seperti yang diungkapkan oleh Sormin (2009:2) memberikan batasan bahwa:

Seorang peneliti dapat dikatakan atau disebut berkolaborasi (kolaborator) apabila orang tersebut bekerjasama dalam suatu penelitian dan ikut memberikan kontribusi penting berkali-kali, namanya muncul dalam proposal penelitian asli, bertanggung jawab pada satu atau lebih elemen utama penelitian, pelaksanaan eksperimen, analis dan interpretasi data, penulisan laporan hasil penelitian, bertanggung jawab pada tahap-tahap penting penelitian (pencetus ide, hipotesis asli, atau interpretasi teori); dan sebagai pemilik proposal proyek asli atau penyandang dana, meskipun kontribusi utamanya hanya pada manajemen penelitian (misalnya ketua tim)bukan pada penelitiannya. Merka yang tidak termasuk kolaborator adalah orang yang member kontribusi relative sedikit dalm proses penelitian dan teknisi atau asisten peneliti.

Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kolaborasi adalah karyasama dari dua orang atau lebih dalam suatu kegiatan penelitian dan ikut memberikan kontribusi penting pada pelaksanaan penelitian atau eksperimen untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Kajian bibliometrik terhadap karya kolaborasi lebih banyak ditujukan pada ko-penulis dari pada sub-penulis, karena parameternya lebih jelas, batasnya tampak dan mudah diukur. Pada konsep ko-penulis, kolaborasi dikerjakan secara bersama-sama dan nama-nama pengarang disebutkan satu persatu dalam karyanya, sedangkan pada konsep sub-penulis, merupakan penulis yang memberikan bantuan teknis dan teoritis, sehingga namanya tidak disebutkan dalam karyanya sebagai pengarang. Untuk menghargai jerihnya biasanya nama sub-penulis disebutkan dalam pendahuluan atau catatan kaki. Selanjutnya, dalam kajian kolaborasi yang menjadi objek penelitiannyanya adalah co-penulis, sesuai

(6)

dengan pertimbangan yang diberikan Subranyaman (1983:34) tentang kemudahan yang terdapat pada kajian ko-penulis antara lain:

a. Tidak bervariasi

b. Mudah diperoleh dan dihitung c. Dapat dihitung

d. Non-aktif artinya proses penilaian kolaborasi tidak mempengaruhi terjadinya proses kolaborasi itu sendiri.

Tingkatan kolaborasi untuk masing-masing disiplin ilmu berbeda. Secara umum dinyatakan bahwa kolaborasi untuk ilmu humaniora tingkat kolaborasinya rendah, karena dalam bidang ilmu ini lebih banyak difokuskan pada karya cipta yang lazimnya hanya dilakukan oleh satu orang pengarang. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial kolaborasi lebih tinggi tetapi masih dibawah sains dan teknologi (Elita,2008:5). Untuk bidang ilmu Ekonomi, pekerjaan Sosial dan sosiologi, prosentase karya kolaborasi berkisar antara 17-25% dari seluruh karyanya. Untuk bidang Gerontologi, Psikiatri, psikologi dan biokimia kolaborasi yang dilakukan mencapai 48-81% dari seluruh karyanya. Tingkat kolaborasi biasanya dipengaruhi oleg berbagai faktor seperti ketersediaan dana, sifat masalah dan lingkungannya.

Kajian tentang tingkat kolaborasi telah dilakukan oleh banyak peneliti untuk masing-masing disiplin ilmu di luar negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Derek de Solla Price (1963 dalam Sulistyo basuki 1992: 3) menyatakan bahwa perbandingan karya kolaborasi makin meningkat sejak permulaan abad 20, dan diramalkan pada tahun 1980 tidak ada lagi karya yang ditulis oleh satu orang. Pada kenyataan ramalan tersebut tidak terbukti. Pada tahun 1964 ramalan Price ditentang oleh Beverly Clark (1964) yang menunjukkan bahwa literatur biomedika antara tahun 1934 sampai 1963 jumlah rata-rata pengarang per makalah tetap adalah 2 dan 3 orang penulis (Crake, 1964:823)

Beaver dan Rosen mengkaji sejarah penelitian kolaborasi sejak abad 17 hingga sekarang. Hasil dari kajian tersebut menyatakan bahwa kolaborasi dalam penelitian berhubungan dengan profesionalitas dari penelitinya, yang umumnya mengarah pada produktivitas yang lebih besar dan memperkaya mobilitas dan peranan ilmuwan (Pao, 1982:38). Dalam bidang musik Pao meneliti hubungan

(7)

antara kolaborasi dengan produktivitas dalam bidang musik, hasilnya menunjukkan bahwa 15% karya dari seluruh karya yang ada dibuat secara berkolaborasi dan juga merupakan peneliti yang produktif. Di lain pihak Reptis (1992:35) meneliti karakteristik kepengarangan pada lima jurnal Internasional Ilmu Perpustakaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa 13,54% makalah dihasilkan melalui kolaborasi, dan sisanya 86,46% dihasilkan oleh pengarang tunggal.

2.2.2 Unsur - Unsur Kolaborasi

Unsur - unsur kolaborasi terdiri dari :

1. Adanya kerjasama antara dua orang atau lebih. 2. Mempunyai tujuan tertentu.

3. Adanya karya bersama.

Selain itu ada beberapa komponen penting bagi keberhasilan kolaborasi, yaitu : 1. Sifat dari pekerjaan

2. Jumlah landasan bersama antara peserta 3. Kesiapan mereka untuk berkolaborasi 4. Gaya manajemen dan kepemimpinan 5. Kesiapan teknologi.

Setiap unsur mempunyai keterkaitan satu sama lain. Kolaborasi dapat terjalin dengan baik, jika setiap anggota yang berkolaborasi dapat bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu kegiatan.

2.2.3 Faktor-faktor Pengarang Berkolaborasi

Konsep Kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa suatu kegiatan kadang tidak dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan orang lain. Seorang ilmuwan akan membutuhkan ilmuwan yang lain guna memenuhi informasi maupun bidang ilmu tertentu yang kurang dipahaminya secara baik agar menghasilkan suatu penemuan yang lebih baru lagi. Menurut Togatorop (2009: 2 ) factor yang mempengaruhi pengarang berkolaborasi yaitu:

(8)

1. Kolaborasi bisa terjadi jika sebuah karya tidak dapat ditangani secara perorangan sehingga membutuhkan bantuan pihak lain.

2. Ada anggapan bahwa karya bersama lebih baik dari karya perorangan. 3. Semakin kompleks masalah yang diteliti, maka karya itu semakin

membutuhkan kolaborasi dengan ahli-ahli yang lain. 4. Adanya keinginan pengarang /peneliti untuk meningkatkan

popularitas.

5. Pendanaan yang cenderung berjumlah besar dalam melakukan kegiatan penelitian.

Selain itu Beaver dalam Sormin (2009:2) mengemukakan berbagai alasan lain yang mendorong peneliti berkolaborasi yaitu:

1. Akses untuk keahlian.

2. Akses untuk peralatan, sumber daya atau bahan yang tidak dimiliki. 3. Akses keuangan.

4. Untuk mendapatkan penghargaan (prestise) pada peningkatan keahlian.

5. Efisiensi dalam arti koordinasi diantara berbagai peneliti dari latar belakang ilmu yang berbeda (multidisiplin)dapat terlaksana secara efisien.

6. Mendapatkan kemajuan dengan cepat.

7. Mengatasi masalah yang besar, lebih penting,lebih sulit, lebih global dapat diatasi.

8. Menambah atau meningkatkan produktivitas. 9. Menciptakan jaringan informasi antar peneliti. 10. Sebagai alat belajar kemampuan atau teknik baru.

11. Untuk memuaskan keingintahuan yang berhubungan dengan keahlian. 12. Berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain.

13. Untuk mengurangi kesalahan dan pendapat yang salah atau kekeliruan.

14. Target penelitian yang lebih terfokus, sehingga tidak terjadi penelitian dengan subjek yang sama diteliti didua tempat.

(9)

16. Untuk mendidik (siswa,diri sendiri)

17. Meningkatkan pengetahuan dan terus belajar. 18. Untuk kesenangan dan hiburan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya peneliti berkolaborasi dikarenakan kompleksnya masalah yang dihadapi sehingga dibutuhkan bantuan pihak lain untuk berbagi pengetahuan dan keahlian.

2.2.4 Manfaat Kolaborasi

Kolaborasi ilmiah tidak hanya bermanfaat bagi ilmu itu sendiri, kolaborasi Ilmiah dapat membantu untuk membangun jembatan antara masyarakat dan bertindak sebagai pendorong bagi perkembangan negera - negara tertentu. Kolaborasi dapat bermanfaat karena beberapa alasan :

1. Ia menyediakan kolom yang lebih besar dari ide-ide yang tersedia, metode , dan sumber daya, dan itu memungkinkan berbagi biaya dan menghemat waktu sebagai akibat dari pembagian kerja. Akibatnya kolaborasi ilmiah biasanya dianggap sebagai prasyarat penelitian berkualitas tinggi. Tingkat kolaborasi juga sering diperhitungkan ketika membuat dana, perekrutan,dan promosi keputusan. 2. Potensi manfaat kerjasama ilmiah, mungkin tergantung pada jenis kolaborasi, disiplin, atau negara-negara yang terlibat. Sebagai contoh, kolaborasi internasional umumnya dianggap meningkatkan tingkat kutipan lebih dari domestik kolaborasi dan akan sangat bermanfaat bagi para ilmuwan dari universitas kecil dan negara-negara kecil. Kolaborasi multi-institusi juga telah terbukti meningkatkan tingkat rujukan terutama jika institusi bekerjasama berasal dari negara berbeda (www. goliath.ecnext.com).

Ada indikasi dalam literature bahwa kolaborasi ilmiah meningkatkan kualitas kertas, produktivitas penelitian dan jumlah kutipan. Adapun keuntungan kolaborasi bagi peneliti dalam Sormin (2009:1-2) yaitu:

1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki sesorang sangat memakan waktu dan terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan perkembangan terbarunya menyebabkan pengetahuan menjadi bersifat tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi sperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikan.

2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orang-orang dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.

(10)

3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian. 4. Peningkatan Produktivitas. Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk

berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi.

Selain itu Togatorop (2009:12) menyatakan keuntungan dalam kolaborasi sebagai berikut:

1. Meningkatkan ruang lingkup kegiatan. 2. Mengurangi biaya dan resiko

3. Meningkatkan kemampuan secara kompleks. 4. Meningkatkan kapasitas belajar anggota. 5. Dampak kesejahteraan interval (pembiayaan)

6. Fleksibilitas dan efisiensi pada pembelian dan penggunaan peralatan. 7. Mengurangi keterlambatan waktu untuk menimbulkan kesempatan

atau tantangan.

Jadi dari pendapat diatas keuntungan berkolaborasi yang paling jelas adalah pertukaran ide,pengetahuan, efisiensi waktu dan biaya.

2.2.5 Jenis Kolaborasi

Jika dilihat dari bentuk kerjasama antar ilmuwan dalam menghasilkan suatu karya sama maka dikenal bentuk kolaborasi sebagai berikut:

1. Kolaborasi dosen-mahasiswa. Kolaborasi bentuk ini terjadi jika dosen dan mahasiswa melakukan kerja sama untuk menghasilkan karya sama. Kolaborasi bentuk ini sering dijumpai dilingkungan perguruan tinggi, dimana dosen memberikan gagasan dan petunjuknya, dan mungkin berikut biayanya, sedangkan asisten dosen dan mahasiswa yang melaksanakannya. Hasilnya berupa laporan penelitian, makalah atau artikel dengan mencantumkan nama dosen dan mahasiswa.

2. Kolaborasi sesama rekan sejawat. Kolaborasi ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa orang dalam satu lingkungan kerja, untuk menghasilkan satu karya sama. Kolaborasi ini sering terjadi di lembaga-lembaga penelitian, dimana beberapa orang melakukan penelitian secara bersama, baik dalam bentuk suatu

(11)

penelitian atau lebih, dan masing-masing orang menyumbangkan keahliannya dalam berbagai aspek penelitian.

3. Kolaborasi penyelia (supervisor) asisten. Kolaborasi jenis ini merupakan karya sama antara peneliti dengan asistennya. Dalam penelitian yang dilakukan di laboratorium, adakalanya peneliti urtama berkolaborasi dengan asisten laboratorium atau teknisi laboratorium. 4. Kolaborasi Peneliti-konsultan. Kolaborasi semacan ini biasanya

dilakukan dalam skala besar. Untuk penelitian perorangan atau oleh satu tim, peneliti dapat bekerjasama dengan konsultan atau lembaga konsultan, khususnya dalam hal pengumpulan data serta pengolahan dan analisis data.

5. Kolaborasi antar lembaga. Ilmuwan dan teknisi dari lembaga yang berbeda bekerjasama dalam melakukan penelitian yang berguna untuk masing-masing lembaga tersebut.

6. Kolaborasi Internasional. Kolaborasi yang menyangkut beberapa negara atau kerjasama penelitian antar ilmuwan/peneliti dari beberapa negara. Kolaborasi internasional lebih cenderung mengacu tepat jika dilihat pada lokasi penelitian, sehingga ada kolaborasi lokal, regional, nasional dan internasional. (Elita,2008:3)

Dari uraian diatas pada dasarnya kolaborasi dapat dilakukan dalam berbagai aspek, antar orang,lembaga,ataupun negara yang berbeda sesuai dengan tujuannya masing-masing.

2.2.6 Masalah dalam Kolaborasi

Dalam setiap hal yang dikerjakan tidak semuanya berjalan dengan baik se suai dengan yang diharapkan, demikian pula dalam berkolaborasi akan muncul permasalahan sebagai berikut:

1. Kehilangan kepercayaan diantara para ilmuwan dalam struktur kerjasama yang besar. Kepercayaan ilmiah didasarkan pada keyakinan dalam kemampuan dan upaya kolaborator seperti halnya pada hubungan antar-pribadi diantara mereka.

2. Kurangnya motivasi untuk beberapa ilmuwan yang bekerja di struktur kolaboratif besar. Selain itu, biaya kolaborasi ilmiah meningkat karena sistem penghargaan dalam karya ilmiah.

Selain itu dalam www.slideshare.net dikemukakan bahwa tantangan dalam kolaborasi ilmiah adalah sebagai berikut :

1. Jarak masih masalah walaupun teknologi canggih tersedia. Lembaga yang terlibat kurang terkooordinasi dengan baik.

(12)

2. Sulit untuk membangun dan memelihara kepercayaan saat kolaborator terpisah satu sama lain.

3. Sistem insentif yang dirancang buruk dapat menghambat kolaborasi dan mencegah adopsi teknologi kolaborasi baru.

Jadi dapat disimpulkan dalam berkolaborasi diperlukan saling komunikasi dan pengertian diantara pihak-pihak yang terlibat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah dalam penerbitan sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal sudah efektif, terbukti dengan tidak adanya

Cushing (1974) dalam Jogiyanto (2000:49) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah kumpulan dari manusia dan sumber-sumber daya modal di dalam suatu

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 butir 11 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,

Hal ini menunjukkan responden yang hipertensi memiliki kadar MDA yang lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak hipertensi, dan diperoleh nilai p=0,200 (p>0,05)

- Masih kurangnya dukungan peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan Potensi KPHP Model Mukomuko. Analisis Lingkungan Internal. Tingginya produktivitas lahan

Sungguh disayangkan para calon gubernur dan calon wakil gubernur Kalimantan Barat dalam Pilkada Tingkat I Gubernur Kalimantan Barat 2012 lalu tidak memanfaatkan kekuatan

is a type of bond instrument where the proceeds will be to finance / refinance activities that support / have an impact on social improvement, eg poverty program, gender issue, Micro

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang berdasar