• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur bahasa tersebut secara mendalam ( Sedangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur bahasa tersebut secara mendalam ( Sedangkan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Analisis Kesalahan Berbahasa

“Analisis ialah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam” (http://id.wikipedia.org/wiki/). Sedangkan menurut http:/kbbi.web.id/analisis “analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sebab-musabab, duduk perkaranya”.

Berdasarkan pengertian Analisis Kesalahan berbahasa menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan penulis jika analisis kesalahan berbahasa adalah berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

2.2 Bahasa Baku

Wardiyah (2008, 186) menyatakan “Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku dan kamus umu

2.2.1 Ciri-Ciri Bahasa Baku

Menurut Alwi, dkk. (2003:13) ciri-ciri bahasa baku yaitu sebagai berikut.

(2)

1) Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tik dapat berubah.

2) Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.

3) Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.

Sedangkan Wardiyah (2008:186-187) menyebutkan ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut.

1) Tidak dipengaruhi bahasa daerah . 2) Tidak dipengaruhi bahasa asing.

3) Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.

4) Pemakaian imbuhan secara eksplisit,

5) Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat, 6) Tidak mengandung unsur makna ganda atau rancu.

7) Tidak mengandung arti pleonasme, pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang lebih dari apa yang diperlukan, misalnya: kita harus dan wajib saling menghorati.

8) Tidak mengandung hiperkorek, gejala hiperkorek merupakan proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu menjadi salah. Misalnya, sesuatu yang sudah betul menjadi salah. Maksudnya, sesuatu yang sudah betul dibetulkan lagi, yang akhirnya justru menjadi salah, setidaknya dianggap bentuk yang tidak baku. Gejala hipertorek dapat dilihat pada contoh berikut.

a. fonem/s/ menjadi /sy/

sehat menjadi syehat;

insaf menjadi insyaf

(3)

saraf menjadi syaraf b. fonem /h/ menjadi /kh/

ahli menjadi akhi hewan menjadi khewan c. fonem /p/ menjadi /f/

pasal menjadi pasal d. fonem /j/ menjadi /z/

ijazah menjadi izazah

Chaer(1994) menandai ciri-ciri ragam bahasa baku antara lain sebagai berikut.

1) Penggunaan Kaidah Tata Bahasa 2) Penggunaan kata-kata baku.

3) Penggunaan ejaan resmi dalam ragam bahasa tulis.

4) Penggunaan lafal baku dalam ragam tulisan.

5) Penggunaan kalimat

Chaer (1994) menandai ciri-ciri ragam bahasa baku antara lain sebagai berikut.

1) Penggunaan Kaidah Tata Bahasa

Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara eksplisit dan konsisten.

Misalnya, dengan jumlah.

a) Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten.

Misalnya:

Tabel 2.1 Pemakaian Awalan me- dan Awalan ber-

NO Bahasa baku Bahasa tidak baku

1 - Gubernur

meninjau daerah kebakaran

- Gubernur tinjau daerah kebakaran

(4)

2 - Pintu perlintasan kereta itu bekerja secara otomatis

- Pintu perlintasan kereta itu kerja secara otomatis

b) Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam bentuk kalimat majemuk secara eksplisit dan konsisten. Misalnya:

Tabel 2.2 Pemakaian Kata Penghubung bahwa dan karena

No Bahasa baku Bahasa tidak

baku 1 - Ia tidak tahu bahwa

anaknya sering bolos

- Ia tidak tahu anaknya sering bolos

2 - Ibu guru marah

kepada Sudin karena ia sering bolos

- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos

c) Pemakaian pola frase untuk predikat: aspek kata kerja secara konsisten.

Misalnya:

Tabel 2.3 Pemakaian Pola Frase

No Bahasa baku Bahasa tidak baku

1. - Surat anda

sudah saya terima

Surat anda saya terima

2. - Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan

- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan

d) Pemakaian konstruksi sintesis, misalnya:

Tabel 2.4 Pemakaian Konstruksi Sinetris

(5)

No Bahasa baku Bahasa tidak baku

1. -anaknya -dia punya anak

2. - membersihkan -kasih tau

e) Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah, misalnya:

Tabel 2.5 Unsur Gramatikal Dialek Regional

No Bahasa baku Bahasa tidak baku

1 - Dia mengontrak

rumah di

kebayoran lama

- Dia ngontak rumah di kebayoran lama

2 - Mobil paman

saya baru

- Paman saya mobilnya baru

2.2.2 Kata Baku dan Tidak Baku

Kata baku digunakan untuk proses komunikasi resmi dan memberi rujukan norma berbahasa dalam penggunaannya. Kata baku digunakan oleh orang orang dikalangan pendidikan, digunakan dalam media jurnalistik, pidato kenegaraan, surat- surat resmi, dan sebagainya. Sedangkan kata tida k baku digunakan dalam situasi tidak resmi, yaitu bahasa percakapan sehari hari.

2.3 Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata ini bersangkutan dengan penulisan bukan pengucapan. Jadi, pemenggalan kata tidak sama dengan penyukuan kata (silabifikasi), yang lebih berhubungan dengan fonologi bahasa Indonesia. Sedangkan menurut chaer (2010:113) “ pemenggalan kata dalam menulis berita atau mengarang seringkali kita harus memenggal kata, misalya, karena pindah baris atau untuk keperluan lain”.

Pemenggalan kata ini diatur sebagai berikut.

(6)

(a). Bila di tengah kata dasar ada dua huruf vokal yang berurutan, maka pemenggalan di lakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Contoh:

Ma-af, Bu-ah

Catatan: gabungan huruf (diftong) karena dianggap sebagai sebuah bunyi, maka tidak pernah diceraikan, sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

2.4 Akronim

Menurut chaer (2010:110) “akronim adalah singkatan yang dianggap dan dapat diperlukan sebagai sebuah kata.

a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia SIM Surat Izin Mengemudi

b) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Bulog Badan Usaha Logistik

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani Kongres Wanita Indonesia

(7)

c) Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Pemilu Pemilihan umum

Iptek Ilmu pengetahuan dan teknologi Rapim Rapat pimpinan

Rudal Peluru kendai Tilang Bukti pelanggaran

Radar Radio detecting and ranging

Catatan: jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.

(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari suku kata)

(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

2.5 Bahasa Indonesia Jurnalistik 2.5.1 Bahasa Jurnalistik

Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. Akan tetapi jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku, yaitu sesuai kaidah-kaidah tata bahasa dan harus memperhatikan ejaan yang benar

(8)

Ciri-ciri Jurnalistik

Menurut Sumadiria (2005:53) “ ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya sederhana, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku”.

2.6 Terapan Kaidah Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik

Bahasa jurnalistik harus didasarkan kepada bahasa baku. Menurut Badudu (Anwar, 1991:2) “bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.” Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi baik lisan maupun tulisan: misalnya, bahasa yang digunakan dalam berkhotbah, ceramah, pelajaran, berdiskusi, dan sebagainya (lisan); bahasa yang digunakan pula dalam surat menyurat resmi, buku, skripsi, UU dan sebagainya (tulisan). Demikian juga bahasa Koran dan majalah, bahasa siaran televisi dan radio, dan haruslah baku, agar dapat dipahami oleh orang yang membaca dan mendengarkan diseluruh negeri.

2.7 Kode Etik Jurnalistik

Wartawan itu kaum profesional, seperti dokter, pengacara, dan profesi lain yang memerlukan keahlian (expertise) khusus. Sebagaimana layaknya kalangan profesional, wartawan juga memiliki kode etik atau etika profesi sebagai pedoman dalam bersikap selama menjalankan tugasnya (code of conduct).Pasal 7 ayat (2) UU No. 40/1999 tentang Pers menyatakan "Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik". Dalam penjelasan disebutkan, yang dimaksud

(9)

dengan Kode Etik Jurnalistik adalah Kode Etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.

2.8 Berita (News)

Secara etimologis istilah “berita” dalam bahasa Indonesia mendekati istilah

“berict (en)”dalam bahasa Belanda. Besar kemungkinan kedua istilah itu berketurunan mengingat Indonesia lama dijajah Belanda. Dalam bahasa belanda istilah “bericht (en)” dijelaskan sebagai “mededeling” (pengumuman) yang berakar kata dari “made (delen)” dengan sinonim pada “bekend maken” (memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal) dan “vertelen” (menceritakan atau memberitahukan) (van Haeringen, 1977:87 dan 559; Wojowasito, 1981:70, 394, dan 740).

2.9 Jenis Berita

Menurut Chaer (2010:15) berita-berita yang dimuat pada setiap surat kabar lazim dibedakan atas tiga jenis berita, yaitu:

1. Berita Langsung (Straight News) 2. Berita Ringan (Soft News) 3. Berita Kisah (Feature)

Setiap berita, baik yang bersifat langsung, berita ringan maupun berita kisah harus berisi fakta-fakta yang menyangkut manusia, meskipun yang diberitakan hewan atau benda-benda yang terdapat dalam masyarakat. Semua berita itu harus mengungkap unsur 5W dan 1H. 5W dan 1H adalah what, apa yang terjadi, who siapa yang terlibat dalam kejadian, why mengapa kejadian itu timbul, where dimana tempat kejadian, when kapan terjadinya, dan how bagaimana kejadiannya. (Chaer, 2010: 17).

(10)

2.9.1 Syarat Berita

Adapun kaidah atau persyaratan suatu berita adalah sebagai berikut:

1) Fakta (fact)

Dalam dunia jurnalisitik, fakta terdiri dari kejadian nyata, pendapat dan pernyataan sumber berita. Opini atau pendapat pribadi reporter yang dicampuradukan dalam pemberitaan yang ditayangkan bukan merupakan suatu fakta dan bukan karya jurnalistik.

2) Obyektif (objective)

Berita yang ditulis wartawan harus obyektif atau sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak boleh dibumbui dan menyimpang dari keadaan sebenarnya. Wartawan dituntut adil, jujur, dan tidak memihak, apalagi tidak jujur secara yuridis merupakan pelanggaran kode etik jurnalistik.

3) Berimbang (balance)

Berimbang artinya porsi sama, tidak memihak/tidak berat sebelah. Wartawan mengabdi pada kebenaran ilmu atau berita itu sendiri, dan bukan mengabdi pada sumber berita. Apalagi dalam penulisan berita yang sifatnya konflik atau melihat beberapa pihak.

1) Lengkap (complete)

Berita yang ditulis harus lengkap, kelengkapan dikolerasikan dengan rumusan penulisan berita, 5W+1H.

5) Akurat (accurate)

Berita yang ditulis benar dan tidak terdapat kesalahan-kesalahan.

2.9.2 Bagian Berita

(11)

Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya, yaitu hedline, deadline, lead dan body.

2.9.2.1 Headline

Headline yang sering di sebut judul sering juga dilengkapi dengan anak judul. Bagian ini

berguna untuk 1). Menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberikan 2). menonjolkan satu berita dengan dukungan teknikgrafika.Pada hakikatnya judul berita merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya.

Menurut kepentingannya berita mengenal empat jenis headline A. Banner Headline

B. Spreal Headline C.Secondary Headline D.Subordinated Headline

2.9.2.2 Deadline

Deadline ada yang terdiri atas nama media masa, tempat kejadian dan tanggal kejadian.

Akan tetapi ada pula yang terdiri atas nama media masa dan tempat kejadian. Fungsinya adalah untuk menunjukan tempat kejadian dan inisial media.

2.9.2.3 Lead

Lead lazim disebut teras berita. Biasanya, lead ditulis pada paragraf pertama sebuah

berita. Bagian ini merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita karena menentukan apakah isi berita akan di baca atau tidak. Intinya, Lead adalah sari pati sebuah berita yang melukiskan seluruh berita secara singkat

2.9.2.4 Body

Body atau tubuh berita berisi peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan perkembangan berita.

(12)

2.10 Berita Utama

Menurut Chaer (2010:16) “berita utama yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat”. Sedangkan menurut Suhandang (2004:16) “berita yang sangat terpenting (banner headline) dibuat dengan jenis dan ukuran huruf yang mencerminkan sifat gagah dan kuat, dalam arti hurufnya terbesar dan lebih dari empat kolom surat kabar.

2.11 Koran “Harian Tribun Jambi”

Koran harian “Tribun Jambi” diterbitkan oleh Kompas Gramedia. Perusahaan ini bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 28 Juni 1965 oleh P.K Ojong dan Jakob Oetama. Pada tahun 1980-an perusahaan ini mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi.saat ini, kompas Gramedia memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, even organizer, stasiun TV hingga universitas. Pada tahun 2005, perusahaan ini memperkerjakan sekitar 12.000 karyawan yang terbesar diseluruh Indonesia.

Gambar

Tabel 2.1 Pemakaian Awalan me- dan Awalan ber-
Tabel 2.4 Pemakaian Konstruksi Sinetris
Tabel 2.5 Unsur Gramatikal Dialek Regional

Referensi

Dokumen terkait

M at a kuliah ini mengkaji t ent ang: Penget ahuan, Ilm u, dan Ilm u Sosial, Ruang Lingkup dan Perkem bangan Ilm u-ilm u Sosial, Objek form al dan objek m at erial Ilm u Sosial, M

Untuk menguji pengaruh kompetensi akidah akhlak pada aspek kognitif terhadap perilaku keagamaan siswa kelas XI MA Al- Hikmah Langkapan Srengat Blitar secara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi etil asetat ekstrak metanol kulit buah manggis dan konsentrasi efektif dalam menghambat

Pendidikan Anak Usia Dini kini tidak hanya sebagai tempat “penitipan anak” saja tetapi dengan perkembangan zaman dan tuntutan pendidikan, kini PAUD menjadi salah satu wadah atau

Tidak ditemukan informasi ketidakpatuhan syariah pada akun pendapatan yang masih akan diterima.. Bank Rakyat Indonesia

Jenis serangga hama yang harus di waspadai dalam membudidayakan tanaman cabai adalah kutu daun Aphis karena serangga ini dari jumlah populasi dan

PEMERINTAII KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PEKERIAAN UMUM CIPTA KARYA PANITIA PENGADAAN BARANG DAN

barang jaminan tersebut maka bank akan mengembalikan uang tersebut kepada nasabah, sedangkan apabila kurang maka bank akan mengkonfirmasikan kepada nasabah gadai