• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sejarah Pengarang

Langit Kresna Hariadi pada awalnya adalah MC temanten Jawa, penyiar radio, dan drama radio. Bermula sekedar iseng itu tulisan dramanya (melalui sebuah radio swasta di Solo, ada sekitar 40-an judul karyanya yang tidak terdokumentasikan dengan baik, dua diantaranya dijadikan objek kajian skripsi oleh dua mahasiswa di dua perguruan tinggi berbeda) dua kali menyabet gelar terhormat tingkat Jawa Tengah. Selama di Solo bergabung dengan Sanggar Shakuntala. Tidak puas didaerah, Langit K.H. pindah ke Jakarta bergabung dengan PT Sanggar Prathivi. Pemain-pemain drama andal seperti Ferry Fadli, Ivone Rose, Petrus Ursfon, Hanna Pertiwi (Trio Ceriwis), M. Abud, Elly Ermawati, mereka terlibat sangat intensif dalam drama yang dibesutnya antara lain Sabda Pandita Ratu, Asmara Gang Senggol, Titisan Sang Batari, Gandrung Osing.

Mantan wartawan harian umum ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) juga membuat di jalur cerita silat. Kekagumannya pada penulis cerita silat legendaris dari Yogya, SH Mintardja, mengilhaminya menulis Beliung dari Timur yang dimuat bersambung di harian umum ABRI yang tak terampungkan karena Koran milik TNI itu

(2)

gulung tikar diterjang reformasi. Beliung dari Timur mencuri minat harian SOLOPOS Surakarta dan mengunjungi pembaca tiap pagi melalui harian itu dan berlanjut ke sekuelnya Sang Ardhanareswari dimuat koran yang sama.

Penulis yang pekerjaan sehari-harinya menulis novel ini (ditekuninya sebagai profesi) dan menjadi Indonesian contributor untuk warta berbasis internet di negeri jiran, tercatat melahirkan:

1. Balada Gimpul terbitan Balai Pustaka Jakarta

2. Kiamat Para Dukun, Era Intermedia Solo, yang merupakan refleksi keprihatinannya terhadap pembantaian para dukun santet dikampung halamannya

3. Libby, Tinta Yogyakarta

4. De Castaz, Tinta Yogyakarta

5. Melibas Sekat Pembatas, Tinta Yogyakarta

6. SerongI, Tinta Yogyakarta

7. Eksplorasi Imajinasi, PT Tiga Serangkai Solo

8. Antologi Manusia Laminating, Tinta Yogyakarta

9. Alivia, Tinta Yogyakarta

(3)

Dahsyatnya, semua novel tersebut (kecuali Balada Gimpul) terbit pada tahun 2004.

Visi & Misi :

• Mengingatkan masyarakat akan masa-masa kejayaan kerajaan Majapahit

• Mendukung pendidikan di bidang sejarah dengan menceritakan tentang Gajahmada

• Mengingatkan masyarakat untuk menghargai dan menghormati sejarah yang di milliki bangsa kita

Serial:

Novel Gajahmada karangan Langit Kresna Hariadi ini mempunyai serial-serial yang terdiri dari 5 seri:

Gajah Mada (2005)

Gajah Mada (2005) menceritakan awal karier Gajah Mada saat ia menyelamatkan Raja Jayanegara dari para pemberontak.

Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara (2006)

Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara (2006),

menceritakan bagaimana Gajah Mada mesti bermanuver di antara perseteruan dua kubu calon pengganti Jayanegara

(4)

Gajah Mada: Hamukti Palapa (2007), yang mengisahkan ambisi Sang Mahapatih untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang berserakan di Nusantara di bawah Majapahit.

Gajah Mada: Perang Bubat (2007)

Gajah Mada: Perang Bubat (2007), mengisahkan fragmen tragis dalam karier Gajah Mada dan hubungan antara Kerajaan Sunda dan Majapahit.

Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa (2007)

Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa (2007), mengisahkan tentang Gajah Mada yang dibebastugaskan dari jabatannya karena kesalahannya hingga

(5)

2.2 Fakta Kisah Tentang Gajah Mada

Awal Karir

Menurut Pararaton, ia memulai karirnya di Majapahit sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada tahun 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya takluk. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai Patih Majapahit.

Sumpah Palapa

Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajahmada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336M).

(6)

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Terjemahannya,

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Beliau Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Dari isi naskah ini dapat diketahui bahwa pada masa diangkatnya Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum dikuasai Majapahit.

Perang bubat

Dalam ''Kidung Sunda''Berg, C.C. 1927. ''Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen.'' ‘s Grav., BKI. diceritakan bahwa (Perang Bubat, 1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi (Dyah Pitaloka) putri (Kerajaan Sunda,Galuh) sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit.

(7)

Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam 'Nagarakretagama'' diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa[Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai ''Mahamantri Agung'' yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Mitos dalam Kakawin Gajah Mada

Tokoh Gajah Mada begitu dikagumi, sehingga terbentuklah berbagai mitos tentang dirinya. Fraser berpendapat bahwa pada hakekatnya, pikiran manusia itu tidak mau menerima begitu saja semua gejala yang ditangkapnya dengan akal dan pancaindera. Orang terus-menerus mencari yang tersirat di belakang sesuatu, sehingga terjadilah sebuah mitos. Locher berpendapat bahwa mitos hidup dalam suatu kelompok yang merujuk pada kejadian-kejadian yang sekaligus berhubungan dengan masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Dengan penekanan yang berbeda-beda, ada yang lebih peka terhadap masa lampau, ada pula untuk masa sekarang atau masa yang akan datang. Itulah kekhasan yang membuat mitos itu mempunyai sifat ganda, sekaligus berhubungan

(8)

dan tidak berhubungan dengan sejarah. Ia tidak mempersoalkan benar tidaknya mitos itu, sebab mitos itu seperti kepercayaan lainnya mungkin saja tidak benar, tetapi mungkin juga benar karena itu sebuah mitos. Mitos itu dapat berubah sesuai dengan kepentingan dan kerangka acuan masyarakatnya atau individu dalam masyarakat di mana mitos itu hidup (Partini, 1986:11). Menurut Nurgiyanto (Cika, 2006: 24) mitos merupakan penerusan tradisi. Tradisi yang menguatkan disebut pengukuhan tradisi (myth of concern), sedangkan penolakan tradisi sebagai mitos pemberontakan (myth of freedom). Kedua hal ini dikatakan sebagai sesuatu yang “wajib” hadir dalam penulisan teks kesastraan, sesuai dengan hakikat kesastraan itu yang selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Demikian dalam KGM tidak hanya mitos tentang Gajah Mada yang ditampilkan, juga mitos-mitos lainnya sebagai tokoh antagonis yang perlu dikaji dalam tulisan ini. Mitos-mitos tersebut antara lain:

1) Gajah Mada sebagai keturunan Dewa Brahma (…..mahyun mrakertang Dhatrasuta teher mahaknang guritnireka (KGM 1.2b: ingin memuji putra Dewa Brahma (Gajah Mada) kemudian mengagungkannya dalam bentuk kakawin). Dari larik di atas, oleh penyair KGM Gajah Mada dijadikan sarana citra, keluarga serta keturunannya sebagai anggota yang terhormat dari masyarakatnya. Penyair KGM menganggap Gajah Mada seorang yang digjaya (a)nindyeng sarat (KGM 1.2c: yang jaya tidak tercela di seluruh dunia). Sebagai tokoh protagonis digambarkan kesempurnaan dirinya yang mampu memasukan dewa-dewa kahyangan ke dalam tubuhnya (37.14-18), seperti ajaran kepemimpinan yang populer dengan nama Astabrata yang diungkap dalam kakawin Ramayana.

(9)

Sumber ajaran kepemimpinan Astabrata ini adalah kitab Manawadharmasastra IX.303-311 (Pudja & Sudharta, 2002:607-609) dan bukan Ramayana karya Walmiki. Demikian pula Gajah Mada disebutkan mampu tampil sebagai Dewa Asmara yang tampan dan cemerlang (37.3-5). Partini Sarjono Pradotokusumo (1986:59) menyimpulkan penggambaran tokoh Gajah Mada dalam KGM adalah sebagai berikut: (1) Tokoh yang pada mulanya ‘datar’ sesuai dengan the epic divine hero, namun dapat membuat kejutan dengan memperlihatkan sifat-sifat yang tidak terpuji, misalnya dalam menghadapi Kebo Wawira; (2) Jaya secara lahiriah, ialah sebagai pencetus gagasan-gagasan yang dapat mengantarkannya mencapai kedudukan yang tinggi sebagai mahapatih kerajaan Majapahit; (3) Kejayaan dalam pemikirannya didapat berkat keturunannya yang agung dan juga karena bakti, ketaatan dan kesetiaannya pada mereka yang diabdinya, terutama raja; (4) kejayaan batin didapatnya berkat sifat-sifat tersebut di atas pada guru agama dan pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab agama sebagai persiapan menuju kelepasan. Muhamad Yamin (Partini, 1986:1253) menyatakan secara meyakinkan bahwa Gajah Mada adalah seorang-orang Indonesia berdarah rakyat, meskipun ditulisnya juga bahwa kepercayaan orang Bali, Gajah Mada adalah penjelmaan Sang Hyang Narayana ke atas dunia. Pandangan Mohamad Yamin tersebut tidaklah salah, karena di dalam Agama Hindu, sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol umumnya diambil dari sifat Dewa Wisnu atau Narayana, yang tampak dari penjelmaan awatara-awatara-Nya dalam setiap zaman.

2) Tokoh protagonis lainnya adalah Sri Kepakisan dan istrinya yang ditampilkan dalam mitos kelahiran dua anak, pria dan wanita, dari batu yang dipuja yang merupakan

(10)

Kapakisan oleh Gajah Mada (44.8). Terjadinya perkawinan incest atau kembar dampit (kembar buncing) di kalangan para bangsawan dianggap sangat utama karena penjelmaan manusia utama, sedang bila itu terjadi di kalangan orang kebanyakan (orang jaba atau di luar tri wangsa) dianggap aib yang dapat menyengsarakan masyarakat. Perkawinan tersebut disebut Asupundung dan Alangkahi Karanghulu. Tentang kelahiran buncing dan perkawinan di atas, pada tanggal 12 Juli 1951 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali memutuskan dua buah keputusan penting berkaitan dengan hal tersebut, yakni Keputusan Nomor 10 Tentang penghapusan adat yang berkaitan dengan seseorang yang melahirkan anak kembar buncing (kembar laki-laki dan perempuan), dan Nomor 11 Tentang penghapusan perkawinan Asupundung dan Anglangkahi Karanghulu, yakni perkawinan antara laki-laki dari Sudrawangsa dengan istri dari Brahmanawangsa dan antara laki-laki dari Sudrawangsa dengan istri dari Ksatriyawangsa. Keputusan DPRD Bali ini mencabut Paswara tahun 1910 yang diubah dengan beslit Residen Bali dan Lombok tertanggal 11 April 1927 No.352 Jl.C.2 tentang Asupundung dan Anglangkahi Karanghulu. Keputusan DPRD Bali tahun 1951 baru mendapat pengukuhan kembali dari Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, melalui Bhisama Sabha Pandita Nomor 3 Tahun 2002 tanggal 20 Oktober 2002 Tentang Pengamalan Catur Warna sesuai dengan kitab suci Veda dan susastra Hindu (Dana, 2005:149).

3) Tokoh antagonis dalam KGM yang pertama disebutkan adalah Raja Masula-Masuli yang lahir atas perkenan Dewa Indra. Ia disebut sebagai keturunan raksasa yang buas dan tamak, musuh dari orang-orang saleh. Ia adalah ayah dari Gajah Waktra (Gajah Wahana) yang kemudian disebut Bedhahulu. Tokoh antagonis umumnya selalu

(11)

4) Tokoh antagonis lainnya sebagai lawan dari Mahapatih Gajah Mada adalah raja Bali yang disebut Bedhahulu atau Bedhamukha. Raja Bali mengadakan latihan perang. Kepala raja pagi hari dipotong, melesat ke angkasa, sore hari kembali bersatu dengan badannya (45.8-11). Latihan perang bertempat di Gunung Batur. Kembali ke Batu Anyar latihan perang dilanjutkan. Kepala raja dipotong oleh Pasung Rigis, namun sampai sore kapalanya itu belum juga kembali (46.8-21). Kepala raja kemudian diganti dengan kepala babi hutan, disebut Bedhahulu (47.1-5). Raja kemudian tinggal di menara yang tinggi dan tidak boleh dilihat orang (47.6-9). Raja ini digambarkan sangat bengis, namun akhirnya ia juga mencapai kelepasan menuju sorga (50.10). Bedhahulu atau Bedhamukha tentunya mengandung makna sebagai orang yang tidak tunduk kepada raja Majapahit.

5) Kebo Wawira (Kebo Iwa) digambarkan sebagai orang yang mukanya buas, badannya besar dan tinggi, bagaikan Kumbhakarna yang gagah, congkak, badannya kuat perkasa (51.60).

Tokoh protagonis pada umumnya selalu digambarkan sangat tampan, cerdas dan berbudi pekerti luhur, sebaliknya tokoh antagonis digambarkan sebagai orang yang tidak tampan, jahat, bodoh, licik, dan tidak memiliki budi pekerti yang luhur. Hal ini adalah wajar dan merupakan konvensi dalam karyasastra sejak diturunkannya kitab suci Veda, dituliskannya kitab-kitab Itihasa (Ramayana dan Mahabharata) dan kitab-kitab Purana. Penggambaran para dewa dan raksasa, perwujudan dharma dengan adharma, senantiasa

(12)

diekspresikan melalui tokoh-tokoh yang tampan dan buruk, seperti Rama, Krisna, Arjuna, yang bertentangan dengan Rawana, Duryodhana, Dussasana, dan sebagainya.

Ajaran Kepemimpinan dalam Kakawin Gajah Mada

Ajaran kepemimpinan dalam KGM dapat dijumpai pada bagian awal hingga bagian akhir dari karyasastra kakawin ini. Seorang pemimpin hendaknya:

1) Senantiasa rajin sembahyang dan bermeditasi atau samadhi. Digambarkan bahwa sejak anak-anak Pipil Mada atau Gajah Mada suka melaksanakan sembahyang dan meditasi. Meditasi dilakukan pada malam hari dan sering mendapat vision (penglihatan) dewata yakni mendapat petunjuk dari Dewa Brahma, ayah spiritualnya.

2) Menjadi pelopor dan memiliki wawasan ke depan, terutama dalam membuka ladang Trik. Gajah Mada digambarkan selalu menjadi pelopor dan mengambil inisiatif yang pertama serta bekerja keras di antara teman-teman sebayanya.

3) Mampu memberi semangat dalam melaksanakan kerja keras dan berat terutama dalam memajukan sistem pertanian. Gajah Mada digambarkan mampu memberi motivasi kepada sesamanya. Karismanya tampak yang sejak anak-anak, kemana Pipil Mada pergi diikuti oleh teman-teman sebayanya. Para gembala senantiasa menuruti apa yang diperintahkan Pipil Mada.

(13)

4) Ahli memimpin, termasuk memimpin sidang, hatinya terbuka, dan kata-katanya manis bagaikan air kehidupan. Dalam berbagai kesempatan digambarkan Gajah Mada dapat memimpin sidang, memiliki keterbukaan dan pemimpin yang memberikan kesejukan kepada bawahannya.

5) Mampu menarik simpati, cerdas, dan kreatif. Hal ini tampak ketika Gajah Mada baru pertama kali mengabdikan dirinya di istana mahapatih Majapahit yang sudah mulai tua (Arya Tadah?) dan kemudian ia dikawinkan dengan putrinya bernama Dyah Bebed. Kecerdasan Gajah Mada tampak pula ketika ia ingin mengetahui wajah asli Raja Bedhahulu dengan cara minta dijamu sayur pakis yang utuh sedepa panjangnya, lauk pauknya setumpuk usus ayam, minumannya satu bumbung legen, ia bersedia makan di hadapan raja. Dengan cara demikian itu Gajah Mada akan mudah melihat wajah raja Bali saat itu, dan raja tidak boleh membunuh utusan raja Majapahit ini, apa lagi saat yang bersangkutan menikmati makanan (humadang ri ajengira sri haji kang bhojana).

6) Sopan dan ramah. Gajah Mada sangat sopan dan ramah ketika ia ditanya oleh Kebo Wawira dan Pasung Rigis tentang maksud kedatangannya ke Bali. Gajah Mada diutus oleh Raja Jawa yang mempunyai putri yang sangat cantik, tiada duanya di Wilatikta, dan memuji Kebo Wawira supaya bersedia mengawini putri Jawa tersebut. Karena penampilannya yang sangat sopan dan ramah, akhirnya Kebo Iwa mudah ditipu oleh Gajah Mada.

7) Senantiasa menuntut ilmu pengetahuan, tidak mementingkan kesukaan duniawi, mempelajari kitab suci, dan melaksanakan upacara yajña.

(14)

8) Senantiasa melindungi warga dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, menegakkan keadilan.

9) Seorang pemimpin hendaknya gagah berani, bertanggungjawab, dan tangguh dalam menghadapi berbagai masalah, tunduk kepada aturan (hukum), tidak menghina rakyat jelata, dan tidak menjilat kepada penguasa (atasan atau yang berpangkat).

10) Menghormati orang yang arif bijaksana, menghargai para pahlawan, dan senantiasa melakukan tapabrata dan Samadhi.

2.3 Fakta Tentang Si Pengarang

Gajah Mada merupakan roman sejarah yang ditulis Langit Kresna Hariadi, penulis asal Banyuwangi, yang berkisah tentang sepak terjang Gajah Mada dalam kariernya sebagai hulubalang hingga menjadi mahapatih suatu imperium besar di Nusantara, Kerajaan Majapahit.

Roman yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai, Surakarta, ini hingga sekarang telah terdiri dari lima seri:

Gajah Mada (2005) menceritakan awal karier Gajah Mada saat ia menyelamatkan Raja Jayanegara dari para pemberontak,

(15)

Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara (2006), menceritakan bagaimana Gajah Mada mesti bermanuver di antara perseteruan dua kubu calon pengganti Jayanegara, serta

Gajah Mada: Hamukti Palapa (2007), yang mengisahkan ambisi Sang Mahapatih untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang berserakan di Nusantara di bawah Majapahit.

Gajah Mada: Perang Bubat (2007), mengisahkan fragmen tragis dalam karier Gajah Mada dan hubungan antara Kerajaan Sunda dan Majapahit.

Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa (2007), mengisahkan tentang Gajah Mada yang dibebastugaskan dari jabatannya karena kesalahannya hingga menyebabkan para tamu dari Kerajaan Sunda Galuh terbunuh.

Dilihat dari aspek pembuatannya, roman ini dapat dikatakan mulai memanfaatkan jaringan maya. Penulis dan pembacanya dapat saling kontak dan memberi usulan dan komentar mengenai isi melalui weblog yang dibuat oleh penulisnya.

Langit Kresna Hariadi

Langit Kresna Hariadi pada diskusi dan peluncuran buku Gajah Mada: Perang Bubat di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit, Cidadap, Bandung

Langit Kresna Hariadi (lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 24 Februari 1959; umur 50 tahun) adalah seorang penulis roman Indonesia. Mantan penyiar radio ini dikenal masyarakat luas dengan cerita roman Gadjah Mada yang menceritakan kisah dari Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit.

(16)

[filsafat] Seri Pahlawan (1) : Gadjah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara

DwiIrwanti

Wed, 27 Jul 2005 05:51:00 -0700

Seri Pahlawan (1) : Gadjah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara Pengarang : Mr. Muhammad Yamin

Penerbit : Balai Pustaka Tjetakan Kelima 1953

Sinopsis :

Dialiran sungai Berantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan dataran Malang dan dikaki pengunungan Kawi-Ardjuna yang yang indah-permai itu, maka disanalah agaknya seroang Indonesia berdarah rakyat dilahirkan pada permulaan abad ke 14. Ahli sejarah tidak daapt menyusun hari lahirnya dengan pasti, ibu bapak dan keluarganya tidak mendapat perhatian kenang-kenangan riwayat, begitu juga nama desa tempat dilahirkan dilupakan saja oleh penulis keropak zaman dahulu.

Asal-usul Gadjah Mada semuanya dilupakan dengan lalim oleh sejarah. Barangkali keadaan itu selaras pla dengan perbawa dan nasih Gadjah Mada. Dia tidak bertopang kepada darah keturunan, dan namanya terpaku dalam lembaran emas sejarah karena tujuan hidup yang tinggi dan maju kedepan atas tenaga usaha sendiri.

(17)

Dia kelahiran rakyat jelata, dan rakyat murba acapkali dilangkahi saja oleh sejarah yang berpihak ekpada yang dianggapnya menarik perhatian.

Menurut kepercayaan orang Bali, seperti tertulis dalam kitab Usana Djawa, maka Gadjah Mada itu dilahirkan dipulau Bali Agung, dan pada suatu ketika berpindah ke Madjapahit.

Menurut cerita Bali itu, maka Gadjah mada tidak mempunyai ibu dan bapa, melainkan terpancar dari dalam buah kelapa sebagai penjelmaan Sang Hiang Narajana ke atas dunia.

Jikalau sekiranya cerita ini benar, maka Gadjah Mada berasa dari tanah pulau Bali seperti Perabu Airlangga (990-1042), Yang mendirikan kerajaan Darmawangsa setelah keraton dibakar dan negara diruntuhkan oleh kekuasaan Wuraweri Sriwijaya dalam tahun 1007 M.

Tetapi karena disekelilingi kota Malang-Singasari sejak dahulu banyak didapati tanda-tanda memperingati nama Gadjah Mada, dan oleh karena dalam tahun 1321 dia telah berusia cukup untuk menjadi patih disuatu daerah, maka keluarlah persangkaan yang memberi alasan, bahwa dia agkanya kelahiran aliran sungai Berantas, dilahirkan kira-kira dalam tahun 1300.

Sebagai pemuda dia tidak mempunyai hidup yang mewah-bahagia, melainkan dibesarkan sebagai anak desa yang bersatu dalam kemelaratan sehari-hari dengan alam yang kaya raya. Dari pemuda rakyat yang lebih tua mendengar bagaimana runtuhnya

(18)

kerajaan Singasari dengan pembakaran keraton dan pembunuhan bangsawan pada tempat yang letaknya dekat disebelah utara.

Keadaan negara turun dan negara naik itu mengisi kepada dan dada pemuda Gadjah Mada yang mempunyai panggilan hidup yang luar biasa. Suruhan suci lahirlah kedalam dadanya.

Pemuda yang bercita-cita itu lalu menjadi ahli negara yang maha tangkas, djiwa dan raga, waktu dan seluruh tenaga diserahkan untuk membesarkan negara yang baru terbentuk.

Didalam tangannya negara itu menjadi berjiwa dan bersemangat dan naik ketingkat keluhuran diatas dasar persatuan yang hidup dalam tangan pemimpin besar yang berasal dari anak desa itu.

Dalam perpustakaan, maka Gadjah Mada kenamaan juga dengan memakai nama lain, seperti Empu Mada, Jaya Mada, atau Dwirada MAda, menurut agama namanya : Lembu Muksa, sebagai penjelmaan Mahadewa Wisnu. Gajah Mada artinya Gajah yang galak tangkas, penuh dengan kegiatan.

Lebih dari pada empat puluh tahun Gadjah Mada berjuang dan bekerja segenap waktu untuk persatuan dan kepentingan negara.

Kitab pararaton memberi rencana tentang perjalanan rancangan hidup Gajah Mada menurut garis-garis besar. Lekaslah dia mendapat perhatian pegawai tinggi, karena bertindak sebagai pemuda yang penuh cita-cita membantu kerajaan dan jiwa kepala

(19)

negara (1328). Dialah yang mempersatukan kepulauan Nusantara dengan sumpah nusantara atau sumpah palapa.

Dalam tahun 1364 Gadjah Mada meninggal dunia tidak ketahuan dimana badannya tersimpan dalam pangkuan bumi. Kata setengah orang dia meninggal di Majapahit. kata setengah orang lagi dia menenggelamkan diri kedalam lautan Indonesia. Dialah seorang besar Indonesia, yang tidak diketahui tempat lahir dan tempat matinya.

Walaupun demikian nama dan perjuangannya tinggal hidup selama-lamanya dalam hati sanubari rakyat sesudahnya dan mendapat ingatan mulia dalam sejarah kebangsaan.

Perjuangan yang lamanya empat puluh tahun itu akan mendapat penerangan dalam karangan yang tuan baca ini.

Tulisan ini akan menurutkan jejak2 yang dapat diselidiki di atas jalan yang dirintis pemimpin kebangsaan itu di atas lebih persatuan menuju kebesaran nusa, bangsa dan negara.

Bagian I : Hidup Yang Penuh Perjuangan Untuk Melaksanakan Persatuan Tumpah Darah dan Negara

Bagian II : Turun naiknya negara Majapahit sejak dari lahir sampai runtuhnya dengan Gajah mada dipuncak kebesaran (1292-1365)

Bagian III : Gajah Mada melangkah dengan kebijaksanaan dan tumpahan darah ke dalam usaha negara (1319-1331)

(20)

Bagian IV : Gajah Mada menjadi patih Mangkubumi Majapahit dan perdana menteri Negara (1331)

Bagian V : Kedudukan Gajah Mada dalam Pusat Pemerintahan Negara

Bagian VI : Perhubungan antara Aditiwarman dengan Gajah Mada dan orang besar sekeliling mereka (1325-1344)

Bagian VII : Panglima Gajah Mada Menyerang Pulau Bali, Sumbawa dan Bone (1343) Bagian VIII: Gajah Mada mengabdi dengan mengangkat Sumpah kepada persatuan Nusantara dan menghubungkan negara-negara Asia.

Bagian IX : Riwayat Sunda yang berisi kegagalan tindakan Gajah Mada (1357) Bagian X : Gajah Mada meninggal dunia dipuncak kemegahan

Bagian XI : Keruntuhan negara Majapahit sesudah Gajah Mada meninggal dunia (1365-1521) 2.4 Target Pasar • Geografis o Domisili : Kota o Kepadatan : Perkotaan • Demografis o Usia : 15-22 tahun o Jenis kelamin : Unisex

(21)

o Besar keluarga : Terserah

• Psikografis

o Tingkat Sosial : B sampai A

o Gaya hidup : senang main games, surfing internet, jalan–jalan ke mall aktif, suka bergaul, suka berolahraga

Pada usia ini, biasanya orang sudah mulai bisa mengambil keputusan sendiri dan mulai mau mengikuti kegiatan-kegiatan. Usia ini adalah usia produktif yang sangat dibutuhkan untuk membantu pelestarian sejarah bangsa kita.

2.5 Analisis SWOT

• SWOT GAJAH MADA

o Strength

1. Gajah mada sudah cukup dikenal masyrakat luas melalui kisah-kisah sejarahnya.

2. Komik sedang di gemari oleh target audience yang tergolong usia produktif di masa sekarang

3. Dengan dibuatnya komik menarik tentang Gajah Mada maka dapat membuat ketertarikan sendiri bagi pembaca

(22)

o Weakness ( kendala )

1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian sejarah dan kebudayaan bangsa.

2. Susahnya menyampaikan maksud dari komik ini yang ingin membuat target market menjadi lebih peduli dan tersentuh dengan kisah Gajah Mada ini.

o Opportunity

1. Dengan dibuatnya komik Gajah Mada maka dapat dibuat menjadi kisah yang luar biasa dan akan dikenal sampai sepanjang masa. 2. Dengan adanya komik Gajah Mada ini dapat menjadi sebuah

trend baru di kalangan anak muda untuk membuat mereka lebih tanggap akan sejarah dan kebudayaan bangsa kita.

o Threat

1. Perkembangan Zaman sekarang ini membuat anak-anak muda zaman sekarang sudah tidak terlalu peduli lagi akan sejarah dan kebudayaaan bangsa kita.

2. Munculnya komik-komik yang bersifat komersil, yang lebih menarik dari komik yang ditawarkan dalam lingkup tugas ini.

Referensi

Dokumen terkait

Skor hidung berair selama 8 minggu kelompok BCG dan kontrol Gambar 4 tampak skor gejala hidung berair juga terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna baik pada kelompok BCG

5. Bagaimana cara Tita menyampaikan pesan ayah kepada ibunya? Mari Berlatih.. Kamu dapat membuat kelompok dengan teman sebangkumu. Cobalah untuk mencari sebuah percakapan yang

Folklor merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, di antara kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi

Kepiting bakau jantan di perairan Pulau Mantehage Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara lebih besar dibandingkan betina sehingga kepiting jantan cenderung

Penelitian lain yang dilakukan pada 80 santri pondok pesantren di kabupaten Malang tahun 2014 tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian pedikulosis

Akuntansi sektor publik menurut Abdul Halim (2011) adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan sektor publik sehingga pihak-pihak yang

PIHA K KEDUA harus mempresentasikan hasil penelitian / program pemberdayaan berbasis PA R*) sebagai bentuk pertanggungjawaban intelektual dalam Seminar Hasil

Pada tahap pengklasifikasian data ini, peneliti mengklasifikasikan berita mana saja yang mengandung kohesi aspek gramatikal dan leksikal yang ada dalam wacana