PENGARUH
PENAMBAHAN
MOLASES
BLOK
DALAM
RAN SUM TERHADAP
RATIO
BAKTERI
DAN PROTOZOA
RUMEN
KAMBING
Rustam
Bahaudin*
ABSTRAK
PENGARUH PENAKBAHAN HOLASES BLOK DALAH RANSUM TERHADAP RATIO BAKTERI DAN PROTO-ZOA RUMEN KAHBING. Pengaruh 2 macam ransum. yaitu rumput iapangan dan moiases hiok (AI) dan rumput lapangan saja (A2) terhadap perubahan ratio bakteri dan protozoa ru-men (R b/p), pH, kandungan amonia (Nfl3), dan kandungan asam lemak mudah menglJap (VFA) cairan rumen kambing telah ditelitL Sampel cairan rumen diambil 17, 21 dan 24 jam setelah kambing diber i makan. Hasi 1 yang di peroleh menunjukkan bahwa ratio bakteri dan protozoa berbeda secara nyata (P < 0.05). Kandungan Nfl3 dan VFA dala.m cairan rumen juga meningkat secara nyata, tetapi pH cairan rumen tidak terpengaruh oleh penambahan molases blok.
ABSTRACT
EFFECTS OF HOLASES BLOCK SUPPLEMENTATION IN DIET ON BACTERIAL AND PROTOZOAL RA-TIO IN GOAT'S RUMEN. Effects of 2 kinds of diets, i.e. grass and molases block (Al), and grass only (A2) on the changes in the bacterial and protozoal ratio (R b/p), pH, ammonia (NH3) content and volatile fatty acid (VFA) content of goat's rumen liquid have been studied. The rumen liquid samples were taken 17, 21 and 24 hours after feeding. The results showed that molases block supplementation could increase R blp of rumen significantly (P < 0.05). The contents of NH3 and VFA in rumen liquid also
increased significantly, but the pH of rumen liquid was not affected by the molases block supplementation.
PENDAHULUAN
Molases biok merupakan pakan tambahan bagi ternak ruminansia yang sekarang sedang digalakkan penggunaannya. Molases biok ini me-ngandung berbagai macam bahan pakan yang dapat mencukupi gizi ternak ruminansia, sebab molases biok mengandung protein dan karbohidrat berkadar tinggi. LAUCA ~t al. (1) menyatakan bahwa sistem pencernaan
amino dalam pertumbuhan kambing mirip dengan ternak ruminansia lain, sedangkan DEVENDRA dan BURNS (2) melaporkan bahwa kambing lebih mampu dalam mencerna
pakan yang berserat kasar tinggi daripada ternak ruminansia lain. Kenyataan seperti ini terutama disebabkan oleh populasi mikroflora yang terdapat dalam rumen kambing.
Pada pencernaan ternak ruminansia terdapat pencernaan fermentasi yang faktor pelakunya adalah mikroba rumen. Mikroba tersebut ter-diri dari bakteri dan protozoa (3).
Tingkat kehidupan mikroba rumen dipengaruhi oleh makanan yang dikonsulI\si oleh ruminansia inangnya, derajat keasaman (pH) rumen sebagai lingkungan hidupnya, serta mempunyai kaitan dengan produksi total amonia (NH3), dan produksi total asam lemak mudah menguap (VFA) dalam cairan rumen.
Pada dasarnya protozoa dapat merugikan inangnya, karena protozoa
memakan dan mencerna bakteri rumen dalam jumlah besar. Hal ini
untuk memenuhi keperluan nitrogen bagi protozoa (4).
Peningkatan jumlah protozoa dalam rumen akan diikuti oleh pe-nurunan populasi bakteri, baik jenis maupun jumlah (5). Menurunnya populasi bakteri berarti akan menurunkan ketersediaan asam amino da-lam rumen. Selanjutnya populasi protozoa akan mati di dalam omasum dan abomasum serta tidak dialirkan ke duodenum karena tidak dapat didorong oleh gerakan peristaltik (5).
Banyak cara untuk menghindarkan kehilangan asam
rumen, salah satu diantaranya ialah dengan menekan
dan kegiatan protozoa.
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ratio bakteri protozoa dengan menyertakan glukosa bertanda- 14C se-bagai perunut mikroba rumen pada kambing peranakan etawah (PE).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di PAIR-Batan Pasar Jumat Jakarta
dengan menggunakan 6 ekor kambing PE betina sebagai hew an percobaan. Kambing tersebut berumur kurang lebih 1 tahun, dengan berat badan 24 kg.
Kambing-kambing tersebut berasal dari kelahiran pertama kambing penelitian reproduksi, dan telah dipelihara di kandang hewan
per-cobaan di Pasar Jumat Jakarta. Mula-mula kambing-kambing tersebut dimasukkan ke kandang individual dengan maksud untuk memberikan ke-sempatan menyesuaikan diri dengan lingkungan individual.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah molases
blok + rumput lapangan (A1) dan rumput lapangan saja (A2). Komposisi molases blok yang diberikan sarna dengan yang digunakan oleh pene-liti terdahulu (6).
Tiga ekor kambing diberi pakan A1 dan tiga lainnya pakan A2.
Adaptasi kambing dengan keadaan pakan dilakukan selama 15 hari.
Rumput lapangan sebagai makanan basal dan air minum disediakan se-cara ad-libitum. Pemberian molases blok sebagai makanan tambahan diberikan setiap hari pada pukul 15.00 sore, sebanyak 150 giharii ekor
Pengambilan cai ran rumen kedua macam per lakuan dilakukan pada 17, 21, dan 24 jam setelah pemberian molases blok. Cairan rumen ter-sebut digunakan untuk mendapatkan data pH, produksi NH3, VFA, dan ratio bakteri protozoa (Rbip) cairan rumen.
Pengukuran pH cairan rumen dilakukan dengan pH meter. Kadar NH3 cairan rumen ditentukan dengan metode difusi dengan cawan Conway. Kadar VFA cairan rumen ditentukan dengan sistem distilasi uap. R bip
diukur dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cairan rumen
di-inkubasi pada suhu 39°C, selama 2 jam. Kemudian bakteri dan pro-tozoa dalam cairan rumen tersebut diaktivasi dengan glukosa-14C. Selanjutnya bakteri dan protozoa dipisahkan dari cairan rumen dan juga kelompok bakteri dari kelompok protozoa dengan metode HOBSON dan THOMPSON (7).
Bakteri dan protozoa yang telah dipisahkan dari cairan rumen tersebut dicuci sampai 3 kali dengan larutan garam fisiologis 10 %. Kemudian dibakar dengan alat pembakar biologis untuk mendapatkan 14C02 yang di tangkap dengan coctil sintilasi !alu dicacah dengan beta counter (Liquid Scintillation Spectrometer).
Hasil pencacahan berupa cpm ..adalah inkorporasi karbon yang bertanda dalam kelompok bakteri dan kelompok protozoa. Angka cacah (cpm) dalam fraksi bakteri dibandingkan dengan angka cacah (cpm) dalam fraksi protozoa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
pH
Cairan
Rumen.
Hasil pengamatan ran~ direroleh selamarene-litian berlangsung dapat dilihat pada Tabel 1. Data tersebut me-nunjukkan bahwa secara statistik pengaruh jenis pakan, pengaruh waktu pengambilan cairan rumen, dan interaksi keduanya tidak me-nunjukkan perbedaan.yang nyata pada pH cairan rumen kambing (P>0.05) Kondisi dan kesehatan hewan percobaan sangat stabil sampai saat pe-nelitian berakhir. Hal ini antara lain ditunjukkan dari pH cairan rumen yang relatif normal dan stabil selama penelitian berlangsung.
Derajat keasaman (pH) yang diperoleh untuk kedua macam pakan berkisar antara 6,7 dan 7,0 dan nilai ini sesuai untuk pertumbuhan mikroba dalam rumen menurut HUNGATE (3). Nilai pH rumen merupakan interaksi keseimbangan antara kapasitas penyangga dengan keasaman
atau kebasaan produk fermentasi di dalam rumen. Pengendalian pH
rumen merupakan faktor yang pontensial untuk perkembangan mikroba dalam rumen. Bila nilai pH dibawah 5, maka sebagian besar mikroba rumen akan mati.
Menurut CHURCH (8), pakan yang dapat menurunkan pH rumen akan menghambat perkembangan mikroba rumen. Di samping itu, jenis pakan yang diberikan pada ternak dapat pula mempengaruhi nilai pH rumen. Pada penelitian ini ternyata pemberian molases blok tidak mempenga-ruhi nilai pH rumen kambing. Dengan penambahan molases blok yang banyak mengandung protein, karbohidrat dan mineral, maka pemecahan protein akan menghasilkan amonia dan asam amino, sedangkan
peme-cahan karbohidrat akan menghasilkan VFA. Keadaan ini akan
meng-akibatkan nilai pH rumen netral yaitu, sekitar 6,7 sampai 7,0 karena dalam bahan molases blok terdapat imbangan antara sumber karbohidrat dan sumber nitrogen.
Kadar NH3. Pada Tabel 1, produksi amonia untuk kedua pakan Al dan A2 tampak bervariasi, yaitu berkisar antara 9,21-16,18 mg/ml cairan rumen. Hasil analisis menunjukkan perbedaan tersebut adalah nyata (P <0.05). Produksi amonia tersebut ternyata meningkat pada 21 jam setelah pemberian molases blok. Hal ini menunjukkan bahwa mikroba rumen berperan aktif mencerna protein. Peran aktif mikroba
tersebut sangat penting karena setengah sampai dua pertiga dari
jumlah nitrogen dalam rumen berasal dari kegiatan mikroba (9). Menurut COLEMAN (10), 21 jam setelah hewan makan pertumbuhan
protozoa meningkat, dan untuk pertumbuhan tersebut protozoa memakan bakteri. Walaupun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri yang berkembang dalam rumen jauh melebihi jumlah yang ter-makan oleh protozoa. Tampak disini bahwa meningkatnya produk amonia berasal dari fermentasi protein pakan, dan pertumbuhan mikroba ter-pacu karena tersedianya bahan asam amino berupa amonia tersebut.
Terbentuknya amonia, asam amino dan terpacunya pertumbuhan
mikroba dalam rumen merupakan siklus nitrogen dalam rumen. Siklus nitrogen itu bisaterjadi pada hewan yang diberi rumput dan molases blok karena dalam molases blok terdapat imbangan antara bahan kar-bohidrat dan bahan nitrogen. Pada hewan yang hanya diberi rumput, hasil fermentasi utama adalah VFA yang lebih dominan dibanding NH3'
Pada keadaan seperti ini tidak terdapat imbangan antara sumber
karbohidrat dan nitrogen, sehingga pertumbuhan mikroba tidak terpacu karena bahan asam amino tidak tersedia berupa amonia. Keadaan ini terlihat pada produksi amQnia yang rendah pada hewan yang hanya diberi rumput dibandingkan dengan produksi amonia pada hewan yang diberi rumput dan molases biok.
Kadar Total VFA. Produksi VFA yang diperoleh untuk kedua pakan Al dan A2 berkisar antara 6,23 dan 10,92 mmolilOO ml cairan rumen,
dan hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada
tingkat P < 0.05. Keadaan ini karena tersedianya tambahan bahan karbohidrat pada pakan Al, sedangkan pada hewan yang diberi pakan A2 hal tersebut tidak ada maka produksi VFA Iebih rendah. Produksi VFA pada data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba juga terpacu, karena mikroba giat mencerna karbohidrat. VFA dalam rumen juga di-pergunakan sebagai kerangka protein. Dengan tersedianya VFA dalam rumen maka kerangka protein tersedia untuk mikroba dan inangnya.
Ratio b/pf. Pada penelitian ini ratio bakteri dan protozoa cairan rumen ya~g diperoleh berkisar an tara 1,0 dan 1,9. Secara statistik ternyata bahwa pengaruh jenis pakan berbeda nyata pada tingkat P < 0.05 antara ratio bip pada hewan yang diberi rumput dan molases biok (A1) dengan ratio
bip
pada hewan yang diberi rumput saja (A2). Dalam Tabel 1 ternyata pengaruh waktu pengambilan cairanrumen tidak berbeda nyata baik antara ratio bip pada hewan yang
diberi pakan (Al) maupun ratio bip pada hewan yang diberi pakan(A2). Pada kedua jenis pakan ratio bip terlihat agak bervariasi bahkan
ratio b/p pada kambing yang diberi pakan (AI) cenderung meningkat pada setiap waktu pengambilan cairan rumen. Hal ini disebabkan
oleh terpacunya pertumbuhan bakteri rumen
pada
hewan yang
diberi
pakan (AI), sedangkan pada kambing yang diberi pakan (A2), ratio b/p dalam rumennya lebih rendah dan relatif sarna dengan satu. Hal sarna ditemukan pula oleh NASUTION (6), yaitu bahwa jumlah
pro-tozoa pada cairan rumen kambing yang diberi pakan rumput saja
lebih banyak dari pada jumlah protozoa yang terdapat dalam cairan rumen kambing yang diberi pakan rumput dan molases blok.
Meningkatnya ratio bakteri protozoa rumen yang berarti me-ningkatnya populasi bakteri dalam rumen, akan diikuti pula oleh aktivitas fermentasi rumen yang tinggi yang dapat dilihat pada pro-duksi VFA dan NH3 cairan rumen yang terjadi karena didukung oleh pH rumen yang normal, yaitu berkisar antara 6,7 dan 7,0.
KESIMPULAN
1. Derajat keasaman (pH) cairan rumen kambing tidak dipengaruhi oleh pemberian molases blok dan nilainya berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan bakteri dan protozoa rumen yaitu 6,7 - 7,0. 2. Produksi amonia (NH3) dalam cairan rumen kambing berbeda nyata
untuk kedua macam pakan Al dan A2.
3. Produksi asam lemak mudah menguap (VFA) dalam cairan rumen'
kambing berbeda nyata untuk kedua macam pakan Al dan A2.
4. Ratio bakteri protozoa (R b/p) dalam cairan rumen kambing yang
diberi pakan rumput dan molases blok lebih tinggi dari pada
R b/p dalam cairan rumen kambing yang diberi pakan rumput
lapangan saja.
5. Pakan yang mengandung energi tinggi dapat memacu kegiatan
bakteri dalam rumen kambing.
UCAPAN TERlMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. C. Hendratno atas bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Demikian pula kepada Saudara Titin Maryati dan Nuniek Lelananingtias at as bantuannya
da-lam anal is is kimia, dan kepada Saudara Edi Irawan, Eboh dan War jum atas bantuannya dalam pemeliharaan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
1. LAUCA, A.T., ANTON ION , and HATZIPAHAYIYON,M. "Compara tive
diges-tibility of feedstuffs by various ruminansia specilically
goats", Goat Production and Disease (Proc. Int. Conf. Arizona 1970), The College of Agric., The University of Arizona Tucsan, Arizona (1970) 1013.
2. DEVENDRA, C. and BURNS, M. Goat Production in the Tropic, Co-mmonwelth Agricultural Bureaux Farnham Royal,Bucks, England
(1970).
3. HUNGATE, R.E., The Rumen and Its Microbes, Academic Press, New York (1966).
4. ORSKOV, K., Protein Nutrition in Ruminant, Academic Press, Lon-don (1982).
5. LENG,R.A., "The microbial interaction in the rumen", Proceeding of the Symposium Held at University of Western Australia, Aus-tralia (1984) 107.
C§:') NASUTION, E. S., Pengaruh pemberian molases blok dalam pakan
ter-nak terhadap ragam protozoa dalam rumen kambing, Karya Ilmiah, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB, Bogor
(1989)
7. HOBSON, P.N. and THOMPSON, J.K., The concentration of soluble polysaccharides in the rumen contents of sheepf ed on hay., J. Agrig. Sci. Camb. 75 (1970) 471.
8. CHURCH, D. C., Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant, Oxford Press, 1427 SE Strak., Portland Oregon 2 (1979) 189.
9. SUTARDI, '1'.,Landasan Ilmu Nutrisi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor (1980).
10. COLEMAN, G.S., The role of rumen protzoa in the metabolism of ruminant given tropical feeds., Tropical Animal Production 4 (1979) 23.
Tabel I. Hasil pengamatan parameter pH, amonia, VFA dan ratio b/p selama penelitian berlangsung.
!---:
Selang waktu pengambilan cairan rumen (jam) : Parameter Ransum
..
.---. 17 21 24 I :---. pH Al A2 7,0 •. 0,21 6,9 •. 0,19 6,9 •. 0,22 6,8 •. 0,33 6,8 •. 0,17 6,7 •. 0,21 ,---: I Al 12,41 •. 0,2813,6316,18•. 0,12•. 0,11 NH3 a a a (mg£100 ml) A2 9,91 •. 0,3110,7410,84 •. 0,29•. 0,16 b b b I :---, Al 8,81 •. 0,2510,129,22 •. 0,48•. 0,32 VFA a a a (mM/100 ml) A2 6,85 •. 0,436,236,60•. 0,17•. 0,28 b b b.
,---. I R b/p Al A2 1,6 •. 0,32a
1,0 •. 0,09 b 1,9 •. 0,25 a 1,1 •. 0,32 b 1,9 •. 0,38a
1,0 •. 0,00 b.
.---,.
a,bHuruf yang sam a di bawah angka pada lajur yang sarna untuk setiap parameter berarti tidak berbeda nyata (P<0.05)
DISKUSI
HARYONO
Apakah ada pengaruh kenaikan NH3 terhadap aktivitas mikro dalam
rumen
?
RUSTAM B.
Kenaikan NH3 tergantung pada bahan yang bila dicerna dapat
menghasilkan NH3, tetapi walaupun banyak bahan kalau tidak ada
potensi yang akan mencerna tentu NH3 tidak akan terbentuk kira- kira demikianlah pengaruh aktivitas mikroba dalam rumen.
MARIA LINA
1. Ratio bakteri/protozoa berbeda nyata pada ran sum rumput saja dan ransum yang diberi molase block dan yang ditambah dengan molase block sehingga jumlah bakteri meningkat mengapa
?
2. sampai jumlah berapa bakteri akan menghambat pencernakan hew an yang Anda gunakan
?
RUSTAM B.
1. Karena tersedianya faktor-faktor kehidupan bakteri oleh molase
block seperti lingkungan hidup pH diatas 5 dan tersedianya
makanan untuk bakteri.
2. Tidak ada batas tertentu yang akan menghambat pencernakan dalam rumen, karena yang akan melakukan pencernakan tersebut adalah bakteri.
B. HARYANTO
Apakah ada data produksi (bahan kering) bakteri dan protozoa,
masing-masing
?
Mungkin lebih baik kalau data ini dimasukkan, di samping data imbangan bakteri/protozoa.RUSTAM B.
ANDI DJ AY ANEGARA
Peningkatan ratio mungkin juga akibat menurunnya populasi protozoa.
Klranya perL J!pcrhaUkan, populas! Juga lerganLng volume rumen,
sebelum mengambil kesimpulan terjadinya peningkatan aktivitas
bakteri bilamana pengukuran volume rumen tidak dilakukan.
RUSTAM B.
Kami tidak melakukan pengukuran volume rumen, karena kami hanya
melihat ratio antara bakteri dan protozoa pada waktu pencernaan terjadi.
MANTRA
1. Mohon dijelaskan komposisi zat-zat makanan antara pakan Al dengan
A2.
2. Tujuan penelitian adalah untuk mencari imbangan bakteri dan
protozoa yang optimum, tetapi dalam kesimpulan hal itu tidak ada Mohon penjelasan.
RUSTAM B.
1. Komposisi zat-zat makanan yang dipergunakan kami tidak
melakukannya, tetapi dapat dilihat pada makalah yang Iainnya baik molase blok maupun rumputnya. "Uj i coba molase biok di Iapangan oleh Hendratno C.".
2. Tujuan peneli tian tidak mencari imbangan antara bakteri dengan protozoa tetapi mencari ratio antara bakteri dan protozoa rumen.
I. DJATMIKO
Pada makalah Anda nampak bahwa protozoa dan bakteri bersifat antago-nistik, sayangnya speciesnya tidak dijelaskan. Bagaimana mekanisme antagonisme itu, apakah karena C/N-nya atau apanya
?
Mohon dijelas-kan.RUSTAM B.
Kami belum mengadakan penjenisan bakteri, karena kami hanya melihat ratio secara giobal/fraksi. Antagonisme yang dimaksud adalah yang aktif
I
mencerna makanan yang masuk adalah bakteri dan setelah a8amamino tersedia protozoa mulai aktif dan memakan asam amino dan juga memakan bakteri karena bakteri juga mengandung asam amino.
KUSWANDI
1. Apa pengaruh molase blok terhadap konsumsi pakan (rumput) apakah turun ?
2. Mungkinkah protozoa diharapkan .membantu pencernakan rumput, mengikat klonisasi yang kuat dengan partikel rumput.
3. kalau bisa demikian, protozoa jenis apa yang dapat dan jenis apa yang tidak dapat dimanfa~tkan untuk pencernakan tersebut ?
RUSTAM B.
1. Konsumsi semakin meningkat karena mola~e blok meningkatkan pencernakan pakan dalam rumen.
2. Kemungkinan ini bisa saja tapi lebih lama daripada bakteri karena protozoa akan aktif setelah makan lebih dulu.
3. Kami tidak melakukan penjenisan mikroba rumen.
SUGI ARTO
Menurut Anda pemberian molase blok menstimulasi populasi bakteri dalam rumen. Apa ada batas maksimum bakteri yang masih ada dalam batas berfaedah dengan memberi molase blok atau apa ada faktor self limi tation.
RUSTAM B.
Ya, karena molase blok menyediakan seperti lingkungan hidup artinya pH diatas 5, menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan. Batas maksimum
bakteri rumen tidak ada karena bakteri selalu mengalir/masuk ke
dalam amasom dan abomasom dan langsung diserap oleh inangnya untuk memenuhi protein bagi inangnya.
SUKARDJI
Meningkatnya VFA dan NH3 secara nyata ini apakah akibat dari naiknya bakteri, naiknya protozoa dan naiknya bakteri dan protozoa?
RUSTAM B.
Meningkatnya VFA dan