• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN MAHASISWA KOST (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN MAHASISWA KOST (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan )"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Angkatan 2015-2019)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Putri Yulinda Sari NIM : 11150150000086

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

POTRET GAYA HIDUP HEDONIS

DI KALANGAN MAHASISWA KOST

(Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Angkatan 2015-2019)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Putri Yulinda Sari NIM : 11150150000086

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si Andri Noor Ardiansyah, M.Si NIP. 19670828 199303 2 006 NIP. 19840312 201503 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

(3)

ii

MAHASISWA KOST (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015-2019), disusun oleh Putri Yulinda Sari,

NIM. 11150150000086, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 6 Februari 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si Andri Noor Ardiansyah, M.Si NIP. 19670828 199303 2 006 NIP. 19840312 201503 1 002

(4)

iii

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DIKALANGAN MAHASISWA KOST (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015-2019), NIM. 11150150000086, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.

Jakarta, 6 Februari 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si Andri Noor Ardiansyah, M.Si NIP. 19670828 199303 2 006 NIP. 19840312 201503 1 002

(5)
(6)
(7)

viii

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Potret Gaya Hidup Hedonis

Dikalangan Mahasiswa Kost (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015-2019)“ sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana. Berkat izin, nkmat dan bantuan yang Allah berikan kepada penulis tanpa henti, penulis bisa menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan di tingkat strata 1 ini dengan cara yang baik dan in shaa Allah penuh dengan keridhoan-Nya.

Sholawat serta salam penulis lantunkan tiada henti untuk junjungan baginda Rasulullah SAW yang dberkat semangat dan kegigihannya untuk mengajarkan agama islam, menjadi teladan bagi penulis untuk terus menimba ilmu sebanyak- banyaknya dengan rasa ikhlas dan semangat, semata-mata hanya mencari ridho Allah SWT agar ilmu yang penulis pelajari selama ini dapat diamalkan sebaik- baiknya dan menjadi jariah untuk tabungan di akhirat. Semangat yang Rasulullah contohkan ketika tiada hentinya Beliau mengajarkan agama Islam tanpa Lelah, tanpa pamrih dan penuh rasa semangat dan percaya sepenuhnya kepada Allah SWT, membuat penulis terinspirasi dan tergerak hatinya untuk juga bisa mengamalkan apa yang Rasulullah kerjakan sehingga terketuklah hati penulis untuk mengerjakan skripsi ini dengan penuh keikhlasan, rasa syukur, kesabaran, dan mempercayakan sepenuhnya kepada Allah dengan perasaan yang menggebu-gebu penuh rasa semangat.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, penuh dengan bantuan dari pihak lain yang dengan suka rela membantu tanpa pamrih. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.,M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

ix

Pengetahuan Sosial sekaligus yang senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya Beliau tanpa henti terus memotivasi kami agar terus semangat dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa tanpa bimbingan, dan bantuan yang Beliau berikan, penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa tanpa bimbingan, dan bantuan yang Beliau berikan, penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Dr. H. Nurochim, M.M. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan nasehat selama mengenyam pendidikan di kampus ini.

7. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.

8. Kepada seluruh informan yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian.

9. Kepada kedua orang tua, Bapak Marsid dan Alm. Mama Nyimas Siti Kolama Sari, terimakasih atas seluruh doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis dan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini, penulis sadar bahwa doa Ibu dan Bapak yang membuat penulis bisa menyelesaikan penelitian ini, terimakasih yang sedalam- dalamnya penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak yang telah

(9)

x

penulis ucapkan, tidak ada kata yang pantas untuk bisa mengungkapkan kebaikan dan jasanya yang diberikan kepada penulis selama ini hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan penelitian ini, berkat dukungan dan kasih sayang yang diberikan penulis bisa bertahan dan akhirnya bisa menyelesaikan penelitian ini.

11. Kepada “Ghibah” sahabat-sahabat terbaikku selama masa perkuliahan terimakasih telah menjadi tempat berkeluh kesah selama masa perkuliahan Retno Pusparani, Selvi Komariyah, Restu Amalia, Ilfi Laily, Humairoh Ramadanty, Irma Majidah, Tahsya Okta, Ajeng Dwi Lestari, Dinda Mufirdah, Nabilla Kafa, Diamar Dwi Dian Fitri, terimakasih karena sudah menjadi orang-orang yang selalu mendengarkan dengan ikhlas keresahan yang penulis rasakan.

12. Kepada Tanteku Nyimas Siti dan sepupuku Annisah Febrianam, serta adik kandungku Taskia Munawarroh, Afif Latiful Hayat, Siti Syahriah terimakasih telah ikut andil dalam menyemangati peneliti untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.

13. Kepada temen kerjaku @Sindewedding_putrigalarry ka Sinde putri selaku bosku, Neng Sri, Yayang, Tya terimakasih sudah memotivasi saya untuk selalu menyelesaikan studi terakhir saya untuk mendapatkan gelar sarjana , dan terimakasih bantuan dan doanya yang tak pernah henti untuk penulis. 14. Kepada Gbof temen penulis sedari duduk di bangku SMA yaitu Gesuri

Mesias Bintang Merah, Helen Andrianis, Padma Pramitha, terimakasih sudah selalu menyemangati, mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhirnya, terimakasih sudah selalu berada disamping penulis dan selalu setia menemani penulis untuk menyelesaikan tugas akhirnya, salam sayang penulis.

15. Kepada Tomi, Reza, Nikiwan, dan teman- teman Sosiologi angkatan 2015 terimakasih selalu membantu saya didalam kelas selama perkuliahan, serta

(10)

xi

langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT, senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT , dan penuh dalah keridhoan NYA, semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 21 Februari 2020

Putri Yulinda Sari 11150150000086

(11)

xii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ………. xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

1. Teori Gaya Hidup Pierre Bourdieu ... 9

2. Jenis Gaya Hidup Konsumen ... 13

B. Gaya Hidup Hedonis ... 15

1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis ... 15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup ... 19

(12)

xiii

7. Sifat Hedonisme di Kalangan Mahasiswa ... 25

8. Indikator Gaya Hidup Hedonis ... 26

C. Perilaku Konsumen ... 27

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 28

2. Indikator Perilaku Konsumen ... 29

D. Hubungan Gaya Hidup Hedonis Memperilaku Konsumtif ... 30

E. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam ... 30

F. Penelitian Yang Relevan……….. 34

G. Kerangka berfikir ………. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

1. Tempat Penelitian ... 42

2. Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 43

1. Pendekatan Jenis Penelitian ... 43

2. Menentukan Sumber Data ... 44

C. Sampel ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Teknik Wawancara (Interview) ... 47

2. Teknik Pengamatan (Observasi) ... 50

F. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Sejarah singkat FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 53

(13)

xiv

E. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

1. Potret Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa FISIP UIN Jakarta .... 75

2. Alasan Para Mahasiswa Mengikuti Gaya Hidup Hedonis ... 84

3. Gaya Hidup Hedonis dan Ajaran Agama Islam ... 91

4. Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Terhadap Perilaku Konsumtif mahasiswa FISIP UIN Jakarta ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98 B. Implikasi ... 99 C. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN ... 106

(14)

xv

Tabel 1.2 Penelitian yang relevan ... 34

Tabel 3.1 Time Schedule ... 43

Tabel 3.2 Pedoman wawancara ... 47

(15)

xvi

Gambar 4.1 Gedung FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……

53

(16)

xvii

Grafik 2 Jumlah mahasiswa FISIP berdasarkan jurusan ... 58

Grafik 3 Jenis kelamin mahasiswa FISIP... 59

Grafik 4 Pendidikan terakhir orang tua( Ayah)... 60

Grafik 5 Pendidikan terakhir prang tua (Ibu) ... 61

Grafik 6 Pendapatan orang tua ... 62

Grafik 7 Uang saku mahasiswa FISIP UIN Jakarta ... 63

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, segala hal yang dipakai individu menjadi sorotan, baik individu tersebut artis maupun masyarakat biasa, mulai dari pakaian, aksesoris, sepatu, tas, dan lain-lain. Sekarang Zaman Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia saat ini, telah mendatangkan berbagai hal yang baru di dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat apalagi d idalam lingkungan mahasiswa. Efek dari adanya globalisasi ini ialah munculnya modernisasi yang tumbuh di tengah-tengah kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Proses modernisasi yang ada tidak bisa disangkal mutlak telah membawa suatu perubahan yang begitu besar di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri hal ini tidak luput penyebarannya. Proses penyebarannya yang begitu cepat ini didukung oleh bantuan teknologi dan informasi yang mana dapat diakses secara bebas dan massive di zaman sekarang yang canggih saat ini.

Adanya modernisasi ini turut memberikan dampak pada gaya hidup masyarakat sehingga menciptakan gaya hidup yang berbeda terlebih pada masyarakat yang berada di perkotaan. Masyarakat di perkotaan yang notabenenya memiliki daya beli yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat di luar daerah tentu yang paling terkena dampak dari adanya modernisasi ini, apalagi di lingkungan universitas perdesaan dengan perkotaan sangat berbeda gaya hidupnya. Yaitu Pada masyarakat perkotaan, perilaku konsumerisme bukan hanya sebagai sebuah “kebiasaan” namun hal ini sudah berkembang menjadi sebuah “budaya” yang sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik konsumsi barang atau jasa. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli sejumlah barang (materi) dari televisi hingga mobil tetapi juga berlaku dalam kegiatan konsumsi jasa, seperti: pergi ke tempat hiburan dan berbagai kegiatan sosial (belanja, window shopping, dan lain-lain). Gaya hidup

(18)

menurut Kotler adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.1 Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Gaya hidup hedonis merupakan suatu dorongan individu untuk berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan. Sebenarnya, gaya hidup seperti ini sah-sah saja dilakukan oleh seseorang yang memang mampu untuk menjalani kehidupan yang seperti ini. Namun, akan menjadi berbahaya apabila dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki modal sosial yang memadai. Mereka akan cenderung melakukan hal-hal yang melanggar norma sosial demi menjalani gaya hidup hedonis seperti halnya mencuri, merampok, dan lain-lain. Banyak mahasiswa yang di lakukan di kosan dengan aktivitas gaya hidup hedonis ini juga dilakukan oleh para mahasiswa akhir seperti lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah untuk mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan, minatnya tertuju pada barang-barang mewah yang kurang diperlukan dalam kehidupannya, dan opini yang menganggap bahwa barang-barang tersebut dan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menaikkan kepercayaan diri sebab kesenangan merupakan sasaran utama atau tujuan dari setiap tingkah laku individu hedonis.

Definisi Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dididik, dibimbing agar menjadi individu yang intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat. Definisi Mahasiswa dalam peraturan

1

Kolter, Philip dan Armstrong, Gary, Prinsip- prinsp Pemasaran, ( Jakarta: Erlangga, 2012), hal.192

(19)

pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.2 Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada di dalam masyarakat. Berkaitan dengan peran mahasiswa di atas, maka hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan intelektual yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Banyak aktivitas yang hanya dilakukan oleh orang yang menjalani gaya hidup hedonis ini juga dilakukan oleh para mahasiswa kost akhir seperti lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah untuk mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan, minatnya tertuju pada barang-barang mewah yang kurang diperlukan dalam kehidupannya, dan opini yang menganggap bahwa barang-barang tersebut dan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dapat menaikkan kepercayaan diri sebab kesenangan merupakan sasaran utama atau tujuan dari setiap tingkah laku individu hedonis.

Hal ini sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agen yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. 3

Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial. Gaya hidup saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional dimana arus gelombang gaya hidup global dengan mudahnya berpindah-pindah tempat melalui perantara media massa.

2

Akses internet https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/60869. Diunduh tanggal 08 Juli 2019 pukul 15.00 wib.

3Akses internet

(http://unisys.uii.ac.id/index.asp?u=4101&b=I&v=I&j=I&id=2). Diakses tanggal 14/07/2019 pukul 17.45 wib.

(20)

Perkembangan yang dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda di kalangan mahasiswa adalah gaya hidup mereka yang secara umum dipengaruhi oleh gaya barat, khususnya dari Amerika Serikat.4

Secara fungsional, fungsi kost bagi mahasiswa adalah sebagai tempat tinggal sementara bagi penyewanya. Namun dalam perkembangannya, pergeseran trend “in the kost” lambat laun diikuti pula oleh evolusi nilai sosial dan budaya dalam interaksi kehidupan di masing-masing pihak antara penyedia jasa kost dan orang yang membutuhkan jasa tersebut. Tak jarang dalam evolusinya, interaksi sosial kedua belah pihak semakin renggang. Sehingga mahasiswa bertindak lebih leluasa dan bebas di dalam kost.

Peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang gaya hidup hedonis di kalangan Mahasiswa Kost FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui bagaimana mereka menghabiskan waktu nongkrong bersama teman-temannya, dimana biasanya mereka pergi untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, bagaimana penampilan mereka ketika pergi kuliah apakah mengikuti trend yang ada di masyarakat atau tidak, atau apakah ia suka membeli barang mahal demi terlihat lebih baik di mata teman-temannya, dan sebagainya.

Dalam dunia modern, gaya hidup membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai dan menunjuk kekayaan serta posisi sosial seseorang. Masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tampaknya tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya semacam shopping mal, industri waktu luang fasthion, industri kecantikan, industri kuliner, gencarnya iklan barang super mewah dan teknologi dunia belanja baik Cash On Delivery (COD) maupun online. Jadi konsumsi mahasiswa modern bukan hanya berupa barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. Segala hal bisa menjadi objek konsumen. Hasilnya adalah budaya konsumtif mencengram seluruh kehidupan umat. Budaya konsumtif kontemporer yang bercirikan dengan adanya peningkatan gaya hidup yang seakan-akan menekankan

4 Akses internet (http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3192). Diakses tanggal 16/07/2019 pukul 01.00 wib.

(21)

penampilan diri justru telah mengalami estetisasi dalam realitas kehidupan sehari-hari senantiasa akan menjadi sebuah proyek peningkatan gaya hidup.5

Perilaku konsumtif juga menggambarkan adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat keinginan kesenangan semata-mata.6

Islam merupakan agama yang sempurna memberikan arahan dan petunjuk kepada hambanya dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Begitupun dalam hal ekonomi, Islam mengatur secara kaffah agar hambanya berperilaku sesuai syair’ah. Berkaitan dengan perilaku konsumen diatas tentunya Islam mengajarkan bagaimana cara berkonsumsi yang baik. Bukan hanya untuk sekadar keinginan akan tetapi dilihat dari kebutuhan dan manfaat dari apa yang akan dikonsumsi. Tujuan utamanya adalah pencapaian maslahat sehingga dapat dikatakan maslahat apabila terdapat pencapaian kepuasan sendiri dan dirasakan oleh masyarakat.7

Kecenderungan manusia pada pola hidup konsumtif diluar kebutuhan pokok, dijelaskan dalam QS. al-A’raff (7): 31 yaitu:

































Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.8

Ayat diatas menjelaskan bahwa jangan melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas makanan-makanan yang dihalalkan. Sehingga konsumsi Islam harus berorientasi pada maslahatt

5 David Chaney, lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jalasutra, Yogyakarta), 2003, hal. 15-16

6Achmad Syalful Ramadhan, “hubungan gaya hidup konsumtif dengan harga diri

mahasiswa fakutas psikologi universitas” Juli 2012 hal.16

7 Hasil Observasi awal.

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Pers, 1993), Qs Al-araf, (7): 31, hal. 22

(22)

yakni bermanfaat baik Secara material, fisik, intelektual, lingkungan dan tentunya jangka panjang. Di samping itu pun jenis barang ataupun jasa yang dikonsumsi harus halal, baik dan di ridhoi Allah SWT.9

Peneliti menemukan hal yang menarik untuk digali pada penelitian yang berjudul “POTRET GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN

MAHASISWA KOST” yakni gaya hidup hedonis dapat kita temukan tidak

hanya di lingkungan orang dewasa yang sudah memiliki pendapatan sendiri namun juga pada mahasiswa yang notabene masih meminta uang untuk jajan kepada orang tuanya pun kerap ditemukan gaya hidup seperti ini. Karena, para pelakunya berpendapat bahwa hidup di dunia hanya untuk mencari kesenangan sehingga prinsip-prinsip hidup senang sangat penting bagi mereka. Hal ini serupa dengan sifat para mahasiswa yang masih suka berhura-hura dan berkumpul bersama teman untuk mencari kesenangan sehingga dapat dipandang lebih baik di antara teman-temannya di lingkungan kampus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan lebih jelasnya untuk mengoperasionalkan, maka dapat menuliskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya mahasiswa FISIP yang mempunyai gaya hidup hedonis. 2. Alasan mahasiswa FISIP melakukan hidup bergaya hedonis. 3. Gaya hidup hedonis dengan ajaran agama Islam.

4. Pengaruh gaya hidup hedonis terhadap perilaku konsumtif mahasiswa FISIP UIN Jakarta.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkupnya agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Serta dapat mempermudah proses analisa itu sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis membatasi

(23)

pembahasan atas permasalahan yang akan dikajin yaitu bagaimana potret gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa kost angkatan 2015-2019 yang sudah tinggal 2-3 tahun di kost tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dan juga pembatasan masalah, menarik bagi peneliti untuk merumuskan suatu masalah kepada Bagaimana potrek gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa kost?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potret gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa angkatan 2015-2019 yang tinggal di kost selama 2-3 tahun.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu: 1. Manfaar Teoritis

a. Bagi mahasiswa:

Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan tentang gaya hidup hedonis yang berkost di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya di fakultas FISIP .

b. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan:

Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya tentang gaya hidup hednis mahasiswa FISIP .

c. Bagi masyarakat:

Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk mengetahui karakter mahasiswa kost khususnya mahasiswa FISIP didalam lingkungan masyarakat.

d. Bagi peneliti :

Sebagai saran untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa FISIP .

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan:

Sebagai Informasi untuk pihak lembaga dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang gaya hidup di lingkungan mahasiswa kost terutama mahasiwa FISIP.

b. Bagi Dosen:

Sebagai informasi dan motivasi dosen untuk memperhatikan dan meningkatkan ketertiban dalam gaya hidup mahasiswa terutama dalam proses perkuliahan.

c. Bagi mahasiswa :

Sebagai tinjuan yang di harapkan dapat dijadikan informasi untuk memperhatikan pola gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa kost dan dapat dijadikan bahan pertimbangan mahasiswa dalam gaya hidupnya.

d. Bagi Penulis:

Sebagai informasi tentang gaya hdup hedonis dikalangan mahasiswa kost khususnya FISIP di harapkan dapat membantu peneliti lain yang akan meneliti hal serupa untuk dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan alernatif referensi.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Gaya Hidup Pierre Bourdieu

Secara umum dalam berbicara tentang perubahan gaya hidup, maka dalam melihat permasalahan ini banyak teori yang dapat dipakai dalam memahaminya, salah – satu Pierre Felix Bourdieu. Sehingga penulis dalam menilai teori ini dapat di sesuaikan dengan masalah yang di kaji saat ini. Dalam teori Bourdieu mengembangkan tiga konsep mengenai teori praktik sosial antara lain: Habitus, medan (field), dan modal (capital).

a. Habitus

Menurut Pierre Bourdieu, dalam konsep teori praktik sosial, bahwa ia mengungkapkan tiga faktor yang mendasar dalam dunia kehidupan yang pertama yaitu konsep habitus, dimana habitus ini yang berupa proses dialektika antara internalisasi eksterior dan eksternalisasi interior. Internalisasi eksterior adalah kondisi ketika seseorang menyerap, menginternalisasi dunia disekelilingnya, sedangkan eksternalisasi interior adalah kondisi ketika seseorang mengungkapkan hasil pemahamannya, hasil penyerapannya dari dunia luar baik itu dalam perilaku maupun tindakan sosial lainny. Bahwa habitus menggambarkan serangkaian kecenderungan yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk beraksi dan bereaksi dengan cara tertentu. Berkaitan dengan hal di atas bahwa habitus hanya semata-mata apa yang sebaiknya diperkirakan orang dan apa yang sebaliknya dilakukan. Dengan demikian Bourdieu memberi defenisi habitus sebagai suatu sistem disposisi yang berlangsung lama dan berubah-ubah (durable, transposable disposition) yang berfungsi sebagai basis generatif bagi praktik-praktik yang terstruktur dan terpadu secara objektif.10

10

Khairul Amin, “Memahami Postivisme Generatif Pierre Bourdieu” (Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh), Diakses di Braindilog Sosiologi, tgl 14 Juli 2019

(26)

Menurut Bourdieu, habitus menggambarkan serangkaian kecenderungan yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk beraksi dan bereaksi dengan cara menentu. Kecenderungan-kecenderungan inilah yang melahirkan praktik, perpepsi, dan perilaku yang tetap, teratur, yang kemudian menjadi “mode” yang tidak dipertanyakan lagi aturan-aturan yang melatarbelakanginya. Habitus menjadi saringan, filter, dan bahkan cara pandang bagi pelaku sosial dalam memahami dunia sosial yang dihasilkan oleh struktur. Habitus inilah untuk kemudian melahirkan praktik sosial yang terus berlangsung secara terus menerus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Habitus sebagai struktur mental atau kognitif yang digunakan aktor untuk menghadapi kehidupan sosial. Habitus dibayangkan sebagai struktur sosial yang diinternalisasikan yang diwjudkan. Sebagai contohnya, kebiasaan makan dengan menggunakan tangan kanan, yang dipelajari seseorang sejaka kecil dari orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga terbawa sampai ia dewasa, karena kebiasaan tersebut sudah ia internalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh lainnya, yaitu kebiasaan seseorang berjalan di sebelah kiri pada jalan umum dan raya, dikarenakan peraturan lalu-lintas, dimana hal itu merupakan peraturan dalam kehidupan sosial yang harus ditaati, karena ketaatan dari individu tersebut, hal yang tadinya merupakan peraturan menjadi kebiasaan kareana sudah terinternalisasi dalam diri setiap individu. Sehingga dapat dikatakan bahwa habitus adalah struktur sosial yang diinternalisasi sehingga menjadi suatu kebiasaan yang terus diwujudkan.11

b. Medan (Field)

Bourdieu menjelaskan bahwa dalam dunia sosial, kita mengenal medan sosial dan arena. Medan sosial mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Konsep ini memandang bahwa realitas

11

Muhammad In’am Esha, “Membincang Perempuan Bersama Pierre Bourdieu”, dalam

(27)

sosial sebagai suatu ruang (topologi). Medan sosial terdiri atas banyak arena yang saling terkait, tetapi memiliki mode sendiri. Arena adalah sebuah dunia sosial yang otonom dan bekerja dengan hukum-hukumnya sendiri. Misalnya dalam mengenal arena politik, ekonomi, seni, agama, dan lain sebagainya. Setiap individu yang hendak memasuki sebuah arena, perlu memahami “aturan main” di dalamnya.

Konsep medan (field) merupakan ruang atau semesta sosial tertentu sebagai tempat para agen atau aktor sosial saling bersaing. Di dalam ranah atau arena para agen bersaing untuk mendapatkan berbagai sumber maupun kekuatan simbolis. Persaingan bertujuan untuk mendapat sumber yang lebih banyak sehingga terjadi perbedaan antara agen yang satu dengan agen yang lain. Semakin banyak sumber yang dimilki semakin tinggi struktur yang dimiliki. Perbedaan itu memberi struktur hierarki sosial dan mendapat legitimasi seakan-akan menjadi suatu proses yang alamiah.

Dalam konsep arena dalam pandangan Bourdieu, yaitu sejenis pasar yang ada di dalamnya berbagai jenis modal (ekonomi, kultural, sosial), yang digunakan dan dimanfaatkan. Jadi ranah sebagai tempat para aktor atau agen sosial yang saling bersaing untuk mendapatkan berbagai sumber daya material. Persaingan bertujuan untuk mendapat sumber yang lebih banyak sehingga terjadi perbedaan antara agen yang satu dengan agen yang lain. Misalnya dalam mengenal arena politik, ekonomi, seni, agama, dan lain sebagainya. Setiap individu yang hendak memasuki sebuah arena, perlu memahami “aturan main” di dalamnya maka, setiap ranah yang ada di dalam masyarakat harus membutuhkan habitus dan capital yang berbeda-beda.12

c. Modal (capital)

Habitus berkaitan dengan modal sebab sebagian habitus berperan sebagai pengganda modal secara khusus modal simbolik. Modal dalam

12

Michael Sega Gumelar, “Pemarginalan Terstruktur dari Pemerintah Kepada Dosen di

(28)

pengertian Bourdieu sangatlah luas karena mencakup: modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik digunakan untuk merebut dan mempertahankan perbedaan dan dominasi. Modal harus ada dalam setiap ranah, agar ranah mempunyai arti legitimasi aktor dalam tindakan sosial dipengaruhi oleh modal yang dimilki. Modal dapat dipertukaran antara modal yang satu dengan modal yang lainnya, modal dapat juga diakumulasi antara modal yang satu dengan yang lain.

Modal merupakan energi sosial yang hanya ada dan membuahkan hasil dalam arena pertarungan di mana ia memproduksi dan mereproduksi. Modal sosial ialah hubungan-hubungan dan jaringan hubungan-hubungan yang merupakan sumber daya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi posisi sosial. Jadi modal dapat berupa ijazah, pengetahuan yang diperoleh, kode-kode budaya, cara berbicara, cara bergaul, dan sebagainya yang berperan dalam penentuan dan reproduksi posisi sosial. Oleh karena itu modal dapat dipahami sebagai hal-hal yang harus di miliki seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, dan melahirkan kesempatan-kesempatan untuk bersaing.13

Contoh ini dapat dilihat di negara Indonesia dan kecenderungan para pengusaha menjadi terjun di bidang politik. Pengusaha yang mempunyai modal ekonomi berlomba untuk merebut kursi di legislatif maupun di eksekutif. Modal ekonomi yang dimiliki para pengusaha ditukar menjadi modal sosial (untuk mendapatkan kedudukan di pemerintahan dalam arti luas). Selain dipertukarkan juga terjadi perkumulasian modal sebab seorang pengusaha yang sudah memiliki modal ekonomi bertambah lagi dengan modal sosial karena dia berhasil sebagai pejabat publik.

Pengusaha yang awalnya mempunyai satu macam modal, menjadi mempunyai lebih dari satu macam modal sekaligus yaitu modal ekonomi, modal sosial, dan juga modal simbolis Menurut Pierre Bourdieu, manusia termotivasi oleh kebutuhan mereproduksi sebuah acuan kolektif yang

(29)

didasarkan pada demarkasi kelas. Maka, kelas yang dominan akan menunjukkan superioritas melalui akses kepada budaya dan konsums yang “tinggi”. Dari sini, implikasi yang dapat muncul ialah bahwa konsumsi menyediakan sejumlah sumber-sumber daya yang menopang kehidupan sehari-hri konsumen. Pandangan bourdieu telah membangun sebuah konsep “habitus”, yakni modal pengetahuan atau budaya sehari-hari yang mereflesikan pengalaman rutin dengan tingkah laku yang sesuai dengan budaya-budaya partikular.14

Habitus juga berperan penting dalam mengontruksi gaya hidup, di mana produk sistematisnya menjadi sistem-sistem penanda kualitifikasi sosial, misalnya: yang termasyhur, yang vulgar, dan seterusnya. 15Jadi dalam dunia praktik sosial terdapat tiga model yaitu habitus, capital dan arena sehingga orang yang memiliki habitus yang tepat, capital yang banyak serta arena yang tepat maka orang tersebut yang akan menang. Oleh karena itu setiap individu harus mampu mengindentifikasi setiap arena yang dimasuki, kira-kira habitus apa yang dibutuhkan oleh arena itu serta modal apa yang paling mendukung agar habitus tersebut dapat eksis dalam arena tersebut. Pendekatan teoritis yang dilakukan Bourdieu adalah untuk menggambarkan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang dalam kehidupannya pada dasarnya adalah sesuatu yang lain dari keinginannya atau hanya sekedar dari struktur sosial dan struktur material. Individu dalam tindakannya dipengaruhi oleh struktur atau yang kolektif/sosial.16

2. Jenis Gaya Hidup Konsumen

Gaya hidup konsumen terdiri dari berbagai macam jenis, Secara umum, jenis gaya hidup konsumen terdiri dari:

14

Sega Gumelar, “Pemarginalan Terstruktur” (PT. Gramedia Pustaka Utama,2008), hal.67.

15

Haryanto Soedjatmiko, “Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan

Desain ,Menjadi Gaya Hidup” ( Yogyakarta: Jalasutra, 2007), hal. 25

(30)

a. Gaya hidup mandiri

Gaya hidup mandiri merupakan salah satu fenomena yang populer dalam kehidupan perkotaan. Perusahaan harus memahami dengan baik terkait dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan gaya hidup yang mandiri. Gaya hidup mandiri biasanya mampu terlepas dari budaya konsumerisme, karena konsumen tersebut menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta mampu berfikir inovasi dan kreatif dalam menunjang kemandiriannya tersebut. 17

b. Gaya hidup sehat

Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikir, kebiasaan dan lingkungan yang sehat-sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang dapat dilakukan untuk memberikan hasil yang baik dan positif.

c. Gaya hidup modern

Di zaman sekarang ini yang serba modern dan praktis, menuntut masyarakat untuk tidak ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam bidang teknologi. Gaya hidup modern konsumen dimana dalam kehidupan sarat akan penggunaan teknologi dan informasi digital. Konsumen jenis ini sering melek dengan teknologi baru dan harga bukan merupa pertimbangan utama untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut.

d. Gaya hidup hedonis

Gaya hidup heninis adalah suatu pola hidup yang aktivitas untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

e. Gaya hidup hemat

Konsumen dengan gaya hidup yang hemat, adalah konsumen yang mampu berfikir secara ketat terkait dengan pengelolaan keuangan yang

17

(31)

dilakukannya. Konsumen seperti ini mampu berfikir mana konsumsi yang harus diprioritaskan dan mana konsumsi yang dapat ditunda. f. Gaya hidup bebas

Gaya hidup adalah suatu seni yang budayawan oleh setiap orang. Pilihan gaya hidup seseorang merupakan pilihan bagai mana dan seperti apa ia menjadi anggota dalam masyarakat. Gaya hidup bebas sedang marak di kalangan remaja, terutama di kota besar. Gaya hidup bebas tersebut dampak dari pemahaman bahwa yang ubdate adalah yang hidup bebas. misalnya banyak remaja saat ini yang berpakaian terbuka dan seksi, banyak yang tinggal dan hidup bersama namun tanpa ikatan pernikahan, dan yang hidup bergaul dengan mengkonsumsi narkoba. Konsumsi seperti ini biasanya menampilkan diri sebagai konsumen yang rendah dalam menggunakan kemampuan kognitifnya.

B. Gaya Hidup Hedonis

1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis

Pengertian gaya hidup hedonis Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitas untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.18

Teori hedonistic menyatakan bahwa segala perbuatan manusia, baik disadari ataupun tidak disadari, baik timbul dari kekuatan dalam ataupun luar pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan. Hedonis merupakan salah satu dari teori motivational yang cocok dengan prinsip arah tujuan yang dianggapnya paling menarik.19

Istilah gaya hidup (lifestyle) pada awalnya dibuat oleh seorang psikolog dari Austria yang bernama Alfred Adler pada tahun 1929. Menurut Alfred Adler, gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder

18 Ibid. hal. 186

19

Chiristina Whidya Utami, “Manajemen Ritel Strategi Dan Implementasi Operasional

(32)

manusia yang bisa berubah tergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup ini mulai digunakan sejak tahun 1961.20

Dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Baik dari segi busana, bicara, hiburan saat waktu, pilihan makan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan hiburan dan seterusnya dipandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.

Salah satu bentuk gaya hidup yang umumnya banyak ditemukan di kalangan remaja adalah gaya hidup hedonis. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Dalam KBBI gaya hidup adalah suatu pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Bahwa Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki karakter, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu.21

Engel mendefinisikan“di mana gaya hidup sebagai pola hidup serta bagaimana orang dalam menghabiskan waktu serta uang”. Hal itu meliputi bagaimana seseorang menggunakan atau memanfaatkan waktunya serta uangnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendapat Adler “gaya hidup yaitu cara seseorang individu dalam menanggapi lingkungan dan kebutuhan atau inspirasinya yang individual dan karakteristik sifatnya, maka konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola tingkah laku individu sepanjang hidupnya”. Gaya hidup merupakan kerangka acuan yang

20 Wikipedia. Gaya Hidup. Diunduh melalui (http://www.wikipedia.org). Diakses pada tanggal 18 Agustus 2019.

21KBBI, “Gaya Hidup”, Didunduh melalui (

(33)

dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.22

Hurlock mengatakan “remaja lebih banyak diluar bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga,” pada saat remaja cenderung memilih berteman atau bergaul dengan sebaya, dengan seringnya mereka bersama dengan sebayanya dapat mempengaruhi sikap, pembicaraan, minat, dan perilaku.

Weber mengemukakan bahwa suatu persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Dibidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.23

Intinya, gaya hidup adalah bagaimana seseorang tersebut ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk mereflesikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Status sosial bisa dibilang adalah merupakan penghargaan masyarakat atas prestise yang dicapai. Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada lapisan tertentu dalam masyarakat.24

22 Rahma sugihartitati,”Membaca, Gaya Hidup dan kaplitalisme”( Jakarta:Graha

Ilmu,2016, hal.9

23 Aswadinur, “Gaya Hidup Remaja Pedesaan” (Skripsi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah Banda Aceh, 2013), hal. 8

24

Miftah Afif Mahmuda, “Studi Pengaruh Gaya Hidup Modern Masyarakat Indonesia

terhadap Visualisasi Iklan Televisi Tri Indie Versi “Anak Cowok” dan “Anak Cewek”, (Skripsi

(34)

Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih fokus secara mendalam terhadap Potret Gaya Hidup Hedonis di kalangan Mahasiswa Kost dalam lingkungan kampus FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu, harus dibedah terlebih dahulu definisi sebenarnya dari gaya hidup ini. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedone yang artinya kesenangan atau pleasure dan kata isme paham, nilai, pandangan atau tindakan yang dianut. Jadi, dapat dikatakan bahwa hedonisme adalah nilai yang dimiliki individu sehingga perilakunya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai kesenangan dan menghindari kesakitan .

Di Indonesia sendiri, khususnya di kota metropolitan seperti Jakarta sudah tidak asing lagi dengan gaya hidup yang seperti ini. Apalagi, gaya hidup hedonis ini biasanya dianut oleh para remaja akhir dimana mereka berada dalam proses pencarian jati diri sehingga lebih mudah bagi mereka untuk ikut terpengaruh menjalani gaya hidup hedonis yang sedang marak saat ini. Hal tersebut didukung oleh fakta yang didapat melalui hasil penelitian yang menemukan bahwa mall adalah tempat nongkrong yang paling popular untuk mengisi waktu luang remaja (30,8%), sedangkan jajan merupakan prioritas pertama pengeluaran remaja (59,4%), jalan-jalan atau hura-hura (30,8%), membeli pakaian (10,3%), membeli aksesoris mobil (0,6%), dan ada pula yang tidak menjawab sebanyak (0,4%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja saat ini lebih berorientasi pada gaya hidup hedonis.25

Kecanggihan teknologi saat ini banyak dimanfaatkan oleh para selebriti untuk mengekspos gaya hidup mewahnya baik melalui media cetak (majalah) maupun media online (portal berita online atau media sosial seperti instagram). Gaya hidup mewah yang akhir-akhir ini sering ditunjukkan oleh para selebriti tanah air berupa koleksi barang-barang mewah seperti mobil mewah dan aksesori yang harganya selangit pun turut mendorong alasan para mahasiswa ini untuk meniru gaya hidup mewah yang dilakukan oleh para selebriti kesukaannya. Namun, sebenarnya para

(35)

selebritas ini banyak yang mengkoleksi barang-barang mewah tersebut dengan tujuan untuk investasi masa depan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup

Kotler dan Amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Faktor internal sebagai berikut:

a. Sikap

Sikap bisa dipahami sebagai cara seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu hal sesuai dengan keadaan jiwa dan pikirannya yang dipengaruhi oleh pengalaman dan mempengaruhi secara langsung terhadap perilaku orang tersebut. Sikap bisa jadi dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya, yang bisa disangkutkan dengan pola gaya hidup mahasiswa di lingkungan kampus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.26

b. Pengalaman dan Pengamatan

Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi cara seseorang dalam mengamati sesuatu sehingga akhirnya dapat membentuk pandangan pribadi mereka terhdap suatu hal, pengalaman ini didapatkan dari semua

26

Angga Sandy Susanto, “Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup)”, dalam Jurnal Universitas Ma Chung Malang, (2013), hal. 1

(36)

tindakannya di masa lalu. Pengalaman didapat dari belajar dan juga dapat disalurkan ke orang lain dengan cara mengajarkannya. Hal ini mempengaruhi gaya hidup seseorang, pengamatan atas pengalaman orang lain juga dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga pada akhirnya membentuk gaya hidup.

c. Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kepribadian berubah dari waktu ke waktu, sehingga hal itu sangat penting untuk diamati karena mempengaruhi buying behavior dari seseorang konsumen. Sebenarnya, kepribadian bukanlah mengenai apa yang kita pakai di tubuh fisik kita, melainkan adalah totalitas perilaku dari seseorang disetiap situasi yang berbeda. Kepribadian meliputi beberapa karakteristik khusus seperti dominasi, keagresifan, rasa percaya diri dan sebagainya yang berguna untuk menentukan perilaku konsumen untuk produk tertentu.

d. Konsep Diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri amat berhubungan dengan image merek cara seseorang memandang dirinya sendiri akan menentukan minat seseorang terhadap suatu objek termasuk juga suatu produk. Konsep diri adalah inti dari pola kepribadian yang akan mempengaruhi cara seseorang dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya, konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu terbentuk karena adanya motif kebutuhan untuk kebutuhan fisik, merasa aman, merasa dihargai dan lain sebagainya, pengelompokan kebutuhan manusia telah dibuat teori oleh beberapa orang, salah satunya teori kebutuhan Maslow. Jika motif seseorang

(37)

cenderung untuk memenuhi kebutujan akan prestasi yang besar, maka akan ada kecenderungan orang tersebut memiliki gaya hidup hedonis.27

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move .Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Motif sebagai pendorong sangat terikat dengan fakrot - faktor lain, yang disebut dengan motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

3. Aspek-Aspek Gaya Hidup Hedonis

Menurut Wells dan Tigert aspek-aspek gaya hidup hedonis ada 3 (tiga), yaitu :

a. Aktivitas

Aktivitas adalah suatu cara individu dalam mempergunakan waktunya yang diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang dapat dilihat seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bermain, hura-hura, pergi ke pusat perbelanjaan maupun kafe, serta senang membeli barang-barang mahal yang sifatnya kurang diperlukan ( konsumtif ), suka dengan kegiatan bersenang- senang yang penting bagi remaja adalah apa saja yang bersifat praktis, berapapun uang yang diberikan orang tua pasti habis dibelanjakan demi memuaskan nafsu semata-mata.

b. Minat

Minat diartikan sebagai suatu ketertarikan yang muncul dari dalam diri individu terhadap lingkungan, sehingga individu tersebut merasa senang untuk memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekankan pada unsur kesenangan

27

Angga Sandy Susanto, “Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup)”, dalam Jurnal Universitas Ma Chung Malang, (2013), hal.3

(38)

hidup. Minat tersebut dapat berupa dalam hal fashion, makanan, barang-barang branded, menginginkan barang-barang-barang-barang diluar kebutuhannya, tempat berkumpul, senang pada keramaian kota, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian di masyarakat.

c. Opini

Opini adalah pendapat atau tanggapan baik secara lisan maupun tulisan yang diberik yang diberikan individu dalam merespon situasi ketika muncul pernyataan- pernyataan atau tentang isu-isu sosial tentang dirinya sendiri, dan produk-produk yang berkaitan dengan kesenangan hidup. Jika sudah menjadi kecenderungannya suka dengan kegiatan bersenang-senang jiwa juangnya sangat tipis, inginnya semua enak dan gampang. Jika remaja melihat sesuatu Berdasarkan penjelasan dari tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek gaya hidup hedonis dalam penelitian ini adalah:

1) Aspek Aktivitas

Dengan indikatornya yang meliputi : mengejar modernitas fisik, dan menghabiskan banyak uang berapapun yang dimiliki (konsumtif ).

2) Aspek Minat

Dengan indikatornya yang meliputi: memenuhi banyak keinginan spontan yang muncul, memandang hidup sebagai sesuatu yang instan, dan melakukan rasionalisasi atau pembenaran dalam memenuhi kesenangan tersebut, menginginkan kehidupan yang serba enak dan gampang.

3) Aspek Opini

Dengan indikatornya yang meliputi : memiliki anggapan bahwa dunia adalah segalanya, dan Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi, dan memandang hidup secara instan. 28

(39)

4. Macam-Macam Gaya Hidup Hedonis

Macam-macam gaya hidup hedonis dapat dibedakan menjadi 2 (dua), sebagai berikut:

a. Hedonisme Egoistis

Hedonisme egoistis adalah suatu gaya hidup hedonis yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud disini adalah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam, contohnya : makan di tempat yang mahal dan enak dengan jumlah dan jenisnya yang banyak, kemudian disediakan pula waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya seperti pada perjamuan makan ala Romawi.

b. Hedonisme Universal

Hedonisme universal adalah suatu gaya hidup hedonis yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan maksimal bagi semua yang mencakup banyak orang. Contohnya : apabila individu sedang berdansa maka haruslah berdansa bersama- sama dan waktunya semalam suntuk, serta tidak boleh ada seorangpun yang tidak hadir, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama semua orang.

Berdasarkan penjelasan dari tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) macam gaya hidup hedonis, yaitu : gaya hidup hedonis egoistis yang berpusat pada kesenangan hidup secara pribadi dan gaya hidup hedonis universal yang mengutamakan. 29

5. Karakteristik Gaya Hidup Hedonis

Karakteristik gaya hidup hedonis seseorang dapat dilihat melalui ciri-cirinya, sebagai berikut:

a. Memiliki pandangan hidup serba instan yaitu melihat suatu harta selalu dilihat dari hasil akhir bukan dari proses untuk mencapai hasil akhir itu. Akibatnya seseorang yang berpandangan instan akan melakukan pembenaran atau rasionalisasi dalam memenuhi semua kesenangan-kesenangannya.

29

(40)

b. Menjadi pengejar identitas fisik. Seseorang yang berpandangan bahwa memiliki barang-barang berteknologi mutakhir dan serba mewah adalah suatu kebanggaan bagi dirinya sendiri.

c. Memiliki cita rasa yang tinggi. Seseorang merasa tidak puas dengan kenikmatan yang sudah memuaskan bagi kebanyakan orang.

d. Memiliki banyak keinginan-keinginan yang bersifat secara spontan. e. Tidak tahan hidup menderita. Ketika seseorang mendapatkan masalah

yang dia anggap berat, maka dia akan muncul sebagai seseorang yang menganggap bahwa dunia sangat begitu membenci dirinya.

f. Tidak bisa mengatur keuangan. Seseorang yang memiliki sejumlah uang maka akan habis dan atau tersisa sedikit dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut. Untuk masalah makanan saja begitu kompleks dan jenisnya banyak, belum termasuk pakaian, rumah, barang-barang mewah. 30

Berdasarkan penjelasan dari tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini gaya hidup hedonis memiliki karakteristik khusus yaitu selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah dimilikinya, selalu mengejar kesenangan dalam duniawi, dan tujuan hidupnya adalah hanya untuk mencari kenikmatan semata.

6. Ciri- Ciri Gaya Hidup Hedonis

Ketidakstabilan emosi dan cam berpikir membuat remaja menjadi generasi yang lentan terjerat gaya hidup hedon. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Ciri ciri gaya hidup hedon:

a. Memiliki pandangan gaya instan, melihat sesualu perolehan dari hasil akhir bukan proses untuk membuat hasil akhir. Hal ini membawa ke arah sikap selanjutnya yaitu melakukan nasionalis atau pembenaran dalam memenuhi kesenangan tersebut.

(41)

b. Menjadi pengejar modernitas fisik. Orang tersebut berpandangan bahwa memiliki barang barang berteknologi tinggi adalah kebanggaan.

c. Memiliki relativime kenikmatan di alas rata- rata yang tinggi. Relativilas ini berani sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah masuk ke tataran kenikmalan atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak enak. d. Memenuhi banyak keinginan yang muncul. Dalam penjabaran benteng

kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu harus segera dipenuhi.

e. Kelika mendapat masalah yang dia anggap berat muncul anggapan bahwa dunia begitu membencinya.

f. Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut. Untuk masalah makanan saja begitu kompleks dan jenisnya banyak belum termasuk pakaian, rumah, barang mewah, dan sebagainya. 31

7. Sifat Hedonisme di Kalangan Mahasiswa

Hedonisme mempakan kesenangan atau (kenikmatan) adalah lujuan akhir hidup dan yang baik yang teninggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. bahwasanya kesenngan dan kesedihan itu adalah satu satunya motif yang manusia dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. 32 Manfaat hedonis adalah manfaat-manfaat yang memberikan pengalaman. emosi dan perasaan Sedangkan menumt EngeL kebutuhan manfaat hedonis meliputi langgapan subyektif, kesenangan, angan-angan dan penimbangan eslelis. Sedangkan menurut Babin, suatu manfaat dapat digolongkan kepada manfaat hedonis ketika manfaat tersebut memberikan rangsangan intrisik, kesenangan, penghargaan diri. Sifat hedonisme pada mahasiswa dapat terbentuk dari interaksi dengan

31 Cicerno “Teori Gaya Hidup” dalam jurnal internasional , Russe (2004), hal. 335. 32 Hirschman dan Holbrook (jumal Kusumahati) Tahun (2016), hal. 35.

(42)

lingkungan baik yang memiliki gaya hedonisme maupun gaya hidup biasa, diantaranya:

1. Hidup mahasiswa hedonisme lebih cenderung unluk memilih bersenang senang Lebih mempriotistakan

2. kesenangan duniawi dibandingkan dengan intelektual.

3. Hidup berfoya-foya yang dilandasi dengan gaya hidup mereka, bahkan terkadang lidak mempenimbangkan keuangam sepeti nongkrong di cafe, kehidupan gamerlap malam (clubbing). shopping, menggunakan gadget. termasuk dalam jaringan komunilas sosial, dan lain sebagainya lainnya. 4. Pada umumnya mahasiswa hedonisme mengikuti perkembangan dari

globalisasi, seprti fashion dan teknologi, Istilah lain yang sexing digunakan adalah update untuk saat ini.

8. Indikator Gaya Hidup Hedonis

Skala gaya hidup hedon akan disusun berdasarkan konsep teori gaya hidup yang dimana aspek-aspek gaya hidup digabungkan dengan karakteristik-karakteristik hedonisme. Skala ini terdiri atas 3 item yang disusun berdasarkan tiga dimensi dengan penjelasannya yaitu:

No Dimensi Indikator Perilaku

1 Activities (aktivitas/ kegiatan).

 Mengejar modemitas (aktivitas/kegiatan) fisik.

 Menghabiskan banyak uang berapa pun yang dimiliki.

2 Intenst ( Minat dan kepentingan).

 Memenuhi banyak kepentingan keinginan spontan yang muncul

 Memandang hidup sebagai sesuatu yang instan dengan

(43)

melakukan rasionalisasi pembenanm dalam memenuhi kesenangan tersebut. 3 Opinion (pendapat)  Memiliki anggapan bahwa dunia sangat membencinya ketika sebuah masalah berat muncul

 Memiliki relativitas kenikmatan di alas rata- rata yang tinggi

Tabel 1.1 Indikator Perilaku Gaya Hidup Hedonis 33

C. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum.

Konsumtif adalah perilaku seorang atau Gaya hidup mewah yang tidak pertimbangannya efek-efek dari perilaku tersebut. Lubis dalam bukunya mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.34

salah satu perilaku konsumen yang sangat berpengaruh dalam kegiatan ekonomi adalah keputusan pembelian, karena tujuan dari sebuah kegiatan ekonomi mulai dari produksi hingga pemasaran bertujuan agar konsumen melakukan pembelian atas produk tersebut. Namun sebelum seorang konsumen melakukan keputusan pembelian ia akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

33

Kotler dan amstrong “Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium.” Jakarta: Prehallindo(2008), hal. 206.

34 Ibid

(44)

memepengeruhinya atas produk tersebut, dan faktor-faktor tersebut dapat berasal dari internal konsumen sendiri maupun exsternal konsumen tersebut.

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansial nya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang alternatif produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka. 35 Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusulinya.36

Sedangkan menurut Mowen dan Minor perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan dan pembelian, dan penetuan barang, jasa dan ide.37 Hal ini dilanjutkan oleh Christina bahwa perilaku konsumen adalah sebagai perilaku yang terlibat dalam perencanaan, pembelian dan penentuan produk serta jasa konsumen yang diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan dan keinginan konsumen adalah mutlak harus dipenuhi oleh setiap perusahaan.38

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

35

Bilson Simamora,” Panduan Riset Perilaku Konsumen”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 3-4.

36 Nugroho J. Setiadi, “Perilaku Konsumen”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), hal. 2

37 Etta Mamang Sangadji, Sopiah, “Prilaku Konsumsi Pendekatan Praktis” (Yogyakarta: Andi, 2013), hal. 7

(45)

2. Indikator Perilaku Konsumen

Secara operasional, indikator perilaku konsumtif adalah sebagai berikut:39 a. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika pembeli barang tersebut, hal ini akan memberikan pemikiran kepada konsumen bahwa hanya dengan membayar satu produk, konsumen akan mendapatkan produk lebih.

b. Membeli produk karena pemasarannya menarik.

Konsumen mahasiswa sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang di bungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya produk tersebut dibukus dengan rapi dan menarik.

c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi

Konsumen mahasiswa mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain, mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.

d. Memberi produk atas pertimbangan harga mahal dianggap prestige Konsumen mahasiswa cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah. Individu akan merasa lebih percaya diri dan dihargai kalau barang-barang yang dikentalkan adalah produk mahal.

e. Membeli produk hanya sekadar menjaga simbol status.

Mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi, baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal yang tersebut dapat menuja sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberikan kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.

39

Gambar

Gambar 4.1 Gedung FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……  53
Tabel 1.1 Indikator Perilaku Gaya Hidup Hedonis  33 C. Perilaku Konsumen
Table 3.1         Time Schedule  No  Kegiatan  Mei  2019  Juni 2019  Juli  2019  Agustus 2019  september 2019  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  Penyusunan  Proposal                              2

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Praja dan Damayantie (2010) terhadap 5 mahasiswa yang menjadi informan yang memiliki gaya hidup hedonis antara lain

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya hidup hedonis dengan peri- laku

Mengingat bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara perilaku konsumtif terhadap gaya hidup hedonis mahasiswa statistika fmipa unpad maka

SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa Psikologi yang Tinggal di Kos dan

Hasil output uji reliabilitas untuk variabel Instagram Online Store, Konformitas, Iklan Televisi, Perilaku Konsumtif dan Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa dapat

Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup,

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Rachma 2017 mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya hidup hedonis dengan perilaku konsumtif fashion

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif gaya hidup hedonis terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Jurusan PPB Angkatan