46 A. Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing
variabel yang terdapat dalam penelitian ini, baik variabel dependen
maupun independen yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean
(rata-rata), dan standar deviasi, (Ghozali, 2011 : 19).
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19
a. Dari hasil data statistik deskriptif diatas, jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 45 dari 15 perusahaan selama periode dari tahun
2011-2013.
b. Variabel assets structure (AS) memiliki nilai mean dan standar
deviation masing-masing sebesar 0,355727 dan 0,1880163.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AS 45 .0961 .8346 .355727 .1880163 DOL 45 -.1362 7.2013 1.402560 1.4064530 ROA 45 .0264 .6572 .179838 .1630308 NDT 45 .1029 .8613 .231249 .1438653 SM 45 .0473 2.4926 .742760 .5596515 Valid N (listwise) 45
Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan mampu mendapatkan aktiva
tetap 35,57% dari keseluruhan total aset. Dimana nilai minimum
sebesar 0,0961 terdapat pada PT.ROTI (Nippon Indosari Corporindo
Tbk) pada tahun 2013, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8346
terdapat pada PT.DLTA (Delta Djakarta Tbk) pada tahun 2012.
c. Variabel Business risk (DOL) memiliki nilai mean dan standar
deviation masing-masing sebesar 1,402560 dan 1.4064530. Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki tingkat
risiko bisnis yang sama. Dimana nilai minimum -0,1362 terdapat pada
perusahaan PT.ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) pada
tahun 2013, dan nilai maksimum 7,2013 terdapat pada perusahaan
PT.KAEF (PT Kimia Farma (Persero) Tbk) pada tahun 2011.
d. Variabel Stability of Sale (ROA) memiliki nilai mean dan standar
deviation masing-masing sebesar 0,179838 dan 0,1630308. Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan memiliki tingkat stabilitas
penjualan sebesar 17,98%. Hal ini berarti kemampuan perusahaan
untuk memaksimalkan penggunaan aset perusahaan dalam
menghasilkan laba masih relatif rendah. Dimana nilai minimum
terdapat sebesar 0,0264 pada PT. MBTO (PT Martina Berto Tbk) pada
tahun 2013, sedangkan nilai maksimum 0,6572 terdapat pada
perusahaan (PT Multi Bintang Indonesia Tbk) pada tahun 2013.
e. Variabel Non debt tax shield (NDT) memiliki nilai mean dan standar
Menyatakan bahwa rata-rata perusahaan memiliki pengurangan pajak
bukan dari hutang sebesar 23%. Dimana nilai minimum sebesar 0,1029
terdapat pada perusahaan PT. AISA (PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk) pada tahun 2011, sedankan nilai maksimum 0.8613 terdapat pada
perusahaan PT.DLTA (PT Delta Djakarta Tbk) pada tahun 2012.
f. Variabel capital structure (DER) memiliki mean dan standar deviation
masing-masing sebesar 0,742760 dan 0,5596515. Menyatakan bahwa
rata-rata perusahaan memiliki hutang relatif rendah sebesar 0,742760
kali dari modal sendiri (ekuitas). Dimana nilai minimum sebesar
0,0473 terdapat pada perusahaan PT.DLTA (PT Delta Djakarta Tbk)
pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimum sebesar 2,4926 terdapat
pada perusahaan PT.MLBI (PT Multi Bintang Indonesia Tbk) pada
tahun 2012.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis akan digunakan analisis regresi linear
berganda. Namun demikian akan terlebih dahulu diuji mengenai ada
tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik yang diperlukan untuk
mendapatkan model regresi yang baik.
a. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan
apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal
atau tidak.
Data yang baik adalah data yang mempunyai probabilitas
diatas 0,05 dan data tersebut dapat dilihat pada table one
kolmogorov-smirnov test pada nilai Asymp. Sig. (2-tailed).
Tabel 4.2 Hasil Uji K-S
Berdasarkan table 4.2 uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov besarnya nilai Asym. Sig. (2-tailed) adalah 0,411 yang lebih
besar dari α (0,05). Maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana diantara
variabel bebas dalam model regresi terdapat korelasi yang signifikan.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .46421630
Most Extreme Differences Absolute .132
Positive .132
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .887
Asymp. Sig. (2-tailed) .411
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Model regresi yang baik tidak mengandung multikolinearitas
digunakan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance
> 0,10 atau nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas antar
variabel bebas dalam regresi.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Data Tabel 4.3 dapat dilihat dari kolom tolerance nilai dari
variabel assets structure, business risk, stability of sale dan non debt
tax shied > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolinearitas antara variabel bebas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola-pola tertentu pada grafik scatterplot
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Consta nt) .449 .185 2.425 .020 AS 1.369 .451 .460 3.035 .004 .749 1.336 DOL -.012 .053 -.031 -.236 .815 .971 1.030 ROA 1.283 .490 .374 2.618 .012 .844 1.185 NDT -1.757 .621 -.452 -2.828 .007 .674 1.483 a. Dependent Variable: SM
antara SRESID dan ZPRED, nilai residual adalah Y dan nilai yang
diprediksi X. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui
adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model
regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Tabel 4.5 Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19
Gambar 4.1
Berdasarkan grafik Scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebar diatas angka 0 pada sumbu Y, titik-titik data tidak
mengumpul diatas atau dibawah saja. Sehingga dapat dikatakan model
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk melihat sebuah model
regresi apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t (periode saat ini) dengan kesalahan pada periode t-1 (periode
sebelumnya). Model regresi yang baik bebas sari autokorelasi.
Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .559a .312 .243 .4868742 2.356
a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS b. Dependent Variable: SM
Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai DW sebesar
2,356. Sedangkan nilai du diperoleh sebesar 1,7200 dan dL = 1,3357.
Dengan demikian diperoleh bahwa nilaii DW = 2,356 berada diantara
dU yaitu 1,7200 dan 4 – dU yaitu 4 – dU = 2,2800. Dengan demikian
menunjukkan bahwa model regresi tersebut berada pada daerah bebas
3. Uji Kesesuaian Model
a. Uji Koefisien determinasi (R2)
Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat
dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yang
berada antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Hasil nilai
adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya capital structure yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .559a .312 .243 .4868742 2.356
a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS
b. Dependent Variable: SM
Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19
Pada table 4.6 menunjukkan bahwa koefisien determinasi
yang ditunjukkan dari nilai adjusted R2 sebesar 0,243. Hal ini berarti
bahwa 24,3% variabel dependen yaitu capital structure dapat
dijelaskan oleh empat variabel independen yaitu assets structure,
business risk, stablility of sale dan non debt tax shield, sedangkan
atau sebab-sebab lainnya diluar model.
b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara serentak terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regressio n 4.299 4 1.075 4.534 .004a Residual 9.482 40 .237 Total 13.781 44
a. Predictors: (Constant), NDT, DOL, ROA, AS
b. Dependent Variable: SM
Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19
Berdasarkan hasil uji F pada analisis regresi linear
berganda, diketahui nilai F hitung sebesar 4,534 dengan nilai
signifikan 0,004. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
maka disimpulkan variabel assets structure, bsiness risk,
stability of sale dan non debt tax shiled secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap capital structure pada
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi periode tahun
4. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (uji statistik t)
Untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas
secara parsial dengan variabel terkait, maka digunakan uji t
statistik. Jika tingkat signifikan thitung lebih kecil dari tingkatan
signifikan α = 0,05, maka variabel tersebut mempunyai
hubungan signifikan. Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant ) .449 .185 2.425 .020 AS 1.369 .451 .460 3.035 .004 DOL -.012 .053 -.031 -.236 .815 ROA 1.283 .490 .374 2.618 .012 NDT -1.757 .621 -.452 -2.828 .007 a. Dependent Variable: SM
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 19
Berdasarkan data output dari SPSS maka diperoleh :
1) Variabel assets structure (AS) memiliki nilai t sebesar 3,035
dengan nilai signifikan 0,004 yaitu lebih kecil dari nilai
variabel assets structure berpengaruh positif terhadap variabel
terikat yaitu capital structure . Perusahaan yang mempunyai
aktiva tetap yang relatif tinggi cenderung menggunakan
pendanaan dari ekstern perusahaan (eksternal financing).
Penelitian ini menyatakan bahwa assets structure (struktur
aktiva) berpengaruh terhadap capital structure pada
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis
HA1 diterima.
2) Variabel business risk ( DOL ) memiliki nilai t sebesar -0,236
dengan niai signifikan sebesar 0,815 yaitu lebih besar dari
nilai probabilitas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara
parsial business risk (risiko bisnis) tidak berpengaruh terhadap
capital structure . Perusahaan yang memiliki tingkat risiko
bisnis yang tinggi menyebabkan perusahaan sulit untuk
mendapatkan pendanaan karena sulit untuk mengembalikan
biaya pendanaan tersebut, dan cenderung memiliki struktur
modal yang rendah. Penelitian ini menyatakann bahwa
business risk tidak berpengaruh terhadap capital structure
pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada
tahun 2011-2013, dengan demikian hipotesis HA2 ditolak.
3) Variabel stability of sale ( ROA ) memiliki nilai t sebesar
probabilitas 0,05. Dari data tersebut disimpulkan bahwa secara
parsial stability of sale berpengaruh terhadap capital
structure. Perusahaan yang memiliki tingat penjualan yang
relatif stabil maka perusahaan cenderung merasa akan aman
untuk menggunkan hutang yang relatif lebih tinggi. Penelitian
ini menyatakan bahwa oleh stability of sale berpengaruh
terhadap capital structure pada perusahaan manufaktur
sektor barang konsumsi pada tahun 2011-2013, dengan
demikian hipotesis HA3 diterima.
4) Variabel non debt tax shield ( NDT ) memiliki nilai t sebesar
-2,828 dengan nilai signifikan sebesar 0,007 lebih kecil dari
nilai probabilitasnya. Oleh karena itu penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa secara parsial non debt tax shield
berpengaruh negatif terhadap capital structure . Perusahaan
dengan non debt tax shield yang besar akan memilih sedikit
menggunakan hutang. Penelitian ini menyatakan non debt tax
shileld berpengaruh terhadap capital structure pada
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun
2011-2013, dengan demikian hipotesis HA4 diterima.
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah metode regresi yang
dipakai terhadap penelitian yang memiliki variabel lebih dari
dan b. Berikut hasil output data yang diolah menggunakan SPSS
versi 19 :
Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s T Sig. B Std. Error Beta 1 (Consta nt) .449 .185 2.425 .020 AS 1.369 .451 .460 3.035 .004 DOL -.012 .053 -.031 -.236 .815 ROA 1.283 .490 .374 2.618 .012 NDT -1.757 .621 -.452 -2.828 .007 a. Dependent Variable: SM
Sumber : Data yang diolah SPSS versi 19
Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi linier berganda yaitu sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + е
Capital Structure = 0,449 + 1,369 (AS) -0,012 (DOL) + 1,283
(ROA ) -1,757 (NDT)
Y = Capital Sstructure
X1 = Assets Structure
X2 = Business Risk
X3 = Stability of Sale
X4 = Non Debt Tax Shields
β1,β2,β3,β4 = Koefisien persamaan regresi
е = Kesalahan gangguan
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta (a)
Konstanta sebesar 0,449 artinya jika variabel independen
yaitu assets structure (X1), business risk (X2), stability of
sale (X3) dan non debt tax shiled (X4) perusahaan nilainya
sama dengan 0, maka truktur modal (Y) nilainya adalah
0,449.
2. Koefisien Regresi (b)
a. Koefisien regresi variabel assets structure (X1) sebesar
1,369 artinya pada variabel assets structure terdapat
pengaruh positif dengan struktur modal. Hal ini
menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari struktur
aktiva (assets structure) menyebabkan kenaikan capital
structure sebesar 1,369.
-0,012 artinya pada variabel business risk (risiko bisnis)
terdapat pengaruh negatif terhadap capital structure .
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar 1
persen dari variabel risiko bisnis akan menyebabkan
penurunan capital structure sebesar -0,012.
c. Koefisien regresi variabel stability of sale (X3) sebesar
1,283 artinya pada variabel stability of sale (stabilitas
penjualan) terdapat pengaruh positif terhadap capital
structure. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1
persen dari stabilitas penjualan maka akan menyebabkan
kenaikan capital structure sebesar 1,283.
d. Koeefisien regresi variabel non debt tax shield (X4)
sebesar -1,757 artinya pada variabel non debt tax shield
terdapat pengaruh negatif terhadap capital structure .
Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel non debt tas
shield mengalami kenaikan sebesar 1 persen maka akan
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil
pengolahan data, yang terkait dengan judul, permasalahan, dan
hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini ada beberapa hal yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Assets Structure (AS) Terhadap Capital Structure (X1)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa assets structure
(struktur aktiva) adalah positif signifikan terhadap capital
structure . Kondisi ini menunjukkan bahwa assets structure suatu
perusahaan dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam
pengambilan keputusan mengenai pendanaan. Perusahaan yang
memiliki tingkat aktiva tetap yang besar akan cenderung lebih
mudah mendapatkan pendanaan dari kreditor karena aktiva tetap
dianggap sebagai jaminan. Perusahaan dengan struktur aktiva tetap
yang tinggi dapat menjadikan hutang sebagai alternatif yang
pertama untuk mendapatka pendanaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yuniati (2011), Arif (2013), dan Ririn dan Iin (2011) yang
dalam penelitiannya menyatakan bahwa assets structure memiliki
pengaruh terhadap struktur modal. Sebaliknya, hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan
menyatakan bahwa assets structure tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
2. Pengaruh Business Risk Terhadap Capital Structure (X2) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa businiss risk
adalah negatif tidak signifikan terhadap capital structure . Dapat
dikatakan bahwa business risk tidak berpengaruh terhadap struktur
modal. Hal tersebut dimungkinkan karena indikator dalam risiko
bisnis yang digunakan adalah variabilitas dari laba operasi,
sedangkan risiko bisnis yang dihadapi suatu perusahaan sulit untuk
diukur dan ditentukan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Julianto (2013), dan Seftianne dan handayani
(2011) yang menyatakan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan investor lebih
memiliki risk seeker akan tertarik dengan perusahaan yang
memiliki risiko yang tinggi dikarenakan mereka beranggapan
bahwa jika risiko tinggi maka return yang mereka dapatkan akan
semakin tinggi. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Aan (2013) menyatakan
bahwa risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal.
3. Pengaruh Stability of Sale Terhadap Capital Structure (X3) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Stability of Sale
menunjukkan bahwa stabilitas penjualan memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Perusahaan yang memiliki tingkat
penjualan yang relatif stabil akan lebih aman untuk menggunakan
hutang sebagai sumber pendanaan. Widy (2013) menyatakan
bahwa tingkat stabilitas penjualan suatu perusahaan semakin baik
maka tingkat laba yang diperoleh akan semakin baik pula, sehingga
akan mempermudah manajemen dalam menentukan keputusan
pendanaan. Menurut pecking order theory pihak manajemen akan
memilih sumber pendanaan berasal dari internal perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widy (2013) dan Abidah (2013) yang menyatakan
bahwa stabilitas penjualan berpengaruh terhadap struktur modal,
sedangkan penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian
Ririn dan Iin (2011) yang menyatakan bahwa stabilitas penjualan
tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
4. Pengaruh Non debt tax shiled Terhadap Capital Structure (X4)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa non debt tax shield
adalah negatif signifikan terhadap capital structure . Kondisi ini
menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh terhadap
struktur modal. Perusahaan dengan non debt tax shield tinggi maka
pihak manajemen akan lebih memilih untuk mengurangi sumber
Teori Modigliani & Miller menyatakan bahwa struktur
modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak
dari hutang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
keseimbangan. Teori yang dikenal dengan Trade off Model
menjelaskan bahwa bila perusahaan menggunakan leverage maka
perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa penghematan
pajak (tax shield).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jemi (2013) yang menyatakan bahwa non debt tax shiled
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan
penelitian ini berbanding terbalik dengan peneliatian Ayunda
(2013), Margaretha dan Ramadhan (2010), Murhadi (2011), dan
Nadeem dan Wang (2011) yang menyatakan bahwa non debt tax