• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kinerja Haproxy dan Zevenet Dalam Pengimplementasian Multi Service Load Balancing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Kinerja Haproxy dan Zevenet Dalam Pengimplementasian Multi Service Load Balancing"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

253

Perbandingan Kinerja Haproxy dan Zevenet Dalam Pengimplementasian

Multi Service Load Balancing

Faris Muslim Azmi1, Mahendra Data2, Heru Nurwasito3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1bigfaris0@gmail.com, 2mahendra.data@ub.ac.id, 3heru@ub.ac.id

Abstrak

Perkembangan teknologi informasi mengalami peningkatan dari waktu ke waktu meningkatkan kebutuhan terhadap penggunaan teknologi informasi. Setiap pengguna memiliki kebutuhan layanan informasi yang berbeda-beda. Maka, dibutuhkan suatu sistem load balancing multi-service yang dapat meminimalisir kemacetan traffic dan dapat mengurangi beban kerja server. Load balancing merupakan metode jaringan komputer untuk melakukan pembagian beban pada server. HAproxy dan Zevenet merupakan load balancer yang mendukung beragam jenis service seperti HTTP dan FTP. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan kinerja HAproxy dan Zevenet dalam pengimplemetasian multi-service load balancing. Pengujian kinerja dilakukan dengan mengirimkan 1000, 2500 dan 5000 koneksi HTTP dan FTP pada HAproxy dan Zevenet. Algoritme yang digunakan pada pengujian adalah round robin dan least connection dan parameter yang diuji adalah response time dan resource utilization. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, pada layanan HTTP dan FTP, HAproxy menunjukkan hasil pengujian yang lebih baik pada parameter response time. Sedangkan Zevenet menunjukkan hasil pengujian yang lebih unggul pada parameter resource utilization untuk layanan HTTP dan FTP.

Kata kunci: load balancing, HTTP, FTP, response time, resource utilization

Abstract

The development of information technology has been growth rapidly over time thus escalated the needs for information services. Each user has different needs of information services. Thus, a multi-service load balancing system is required to minimize traffic congestion and to reduce server’s workloads. Load balancing is a computer network method to distribute loads on servers. HAproxy and Zevenet are load balancers that support various services such as HTTP and FTP. In this research, the conducted test is performance comparison of HAproxy and Zevenet in the implementation of multi-service load balancing. Performance testing is done by sending 1000, 2500 and 5000 HTTP and FTP connections on both HAproxy and Zevenet. The algorithms used in this test are round robin and least connection and the experiments parameter which is used are response time and resource utilization. Based on the performances test result, both on HTTP and FTP services, HAproxy showed better test results on the response time parameter. While Zevenet showed superior test results on resource utilization parameter on both HTTP and FTP services.

Keywords: load balancing, HTTP, FTP, response time, resource utilization

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi mengalami peningkatan dari waktu ke waktu meningkatkan kebutuhan terhadap penggunaan layanan teknologi informasi (Chauhan, 2012). Peningkatan request tersebut berdampak pada penambahan beban kerja pada server, yang berfungsi sebagai aktor yang menangani request dan media penyimpan informasi. Maka,

dibutuhkan suatu sistem yang dapat meminimalisir kemacetan traffic data dan mengurangi beban kerja server. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan load balancing. Setiap pengguna memiliki kebutuhan layanan informasi yang berbeda-beda. Layanan informasi tidak terbatas pada layanan berbasis web, terdapat kebutuhan terhadap layanan file sharing seperti FTP service. Perbedaan jenis service berdampak pada

(2)

perbedaan waktu penyelesaian dan beban kerja server yang berbeda.

Perangkat lunak yang menyediakan layanan penyeimbang beban dengan fitur yang mendukung beragam jenis service adalah HAproxy dan Zevenet. Adapun perbedaan kedua perangkat lunak tersebut adalah HAproxy menggunakan metode reverse proxy dalam melakukan penyeimbangan beban (HAproxy, 2017). Sedangkan Zevenet merupakan sebuah load balancer yang berbasis Lx4NAT (Zevenet, 2017).

Mengacu pada permasalahan yang telah disampaikan, judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Perbandingan Kinerja

HAproxy Dan Zevenet Dalam

Pengimplemetasian Multi Service Load Balancing”. Diharapkan topik skripsi yang diangkat dapat memberikan solusi dari permasalahan yang telah disampaikan.

2. LOAD BALANCING

Load Balancing adalah suatu jaringan komputer yang menggunakan metode untuk mendistribusikan beban kerjaan pada dua atau bahkan lebih suatu koneksi jaringan secara seimbang agar pekerjaan dapat berjalan optimal dan tidak overload (kelebihan) beban pada salah satu jalur koneksi. Load Balancing memungkinkan pengaksesan sumber daya dalam jaringan didistribusikan ke beberapa host lainnya agar tidak terpusat sehingga unjuk kerja jaringan komputer secara keseluruhan bisa stabil (Bourke, 2001).

2.1. Algoritme Load Balancing

Algoritme load balancing merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk melakukan pembagian beban yang diteruskan menuju server tujuan pada load balancer.

a.) Round Robin

Algoritme Round Robin merupakan algoritme yang membagi beban secara bergiliran dan berurutan dari satu server ke server lain sehingga membentuk putaran.

b.) Least Connection.

Algoritme Least Connection melakukan pembagian beban berdasarkan banyaknya koneksi yang sedang dilayani oleh sebuah server. Server dengan pelayanan koneksi yang paling sedikit diberikan beban yang berikutnya akan masuk. (Kopparapu, 2002).

2.2. Topologi Load Balancing

Gambar 1. Topologi Load Balancing

User mengakses load balancer, yang meneruskan permintaan pengguna ke server backend, yang kemudian merespons langsung permintaan pengguna (Kopparapu, 2002). 3. PERANCANGAN

Terdapat dua model jaringan, yaitu jaringan Public dan jaringan Private. Pada jaringan private terdapat sebuah kluster yang memiliki tiga buah server dan sebuah server storage dan load balancer. Pada server 1, server 2, server 3 dijalankan multi-service yakni HTTP service dan FTP service. Seluruh server dihubungkan pada

server NFS yang berfungsi untuk

mensinkronisasi data dan penyimpanan data. Terdapat load balancer HAproxy atau Zevenet yang terhubung dengan server multi-service yang berperan sebagai penerima request dari client dan mendistribusikan setiap request tersebut ke seluruh server-server multi-service berdasarkan algoritme load balancing yang digunakan yakni algoritme round robin dan leasts connection.

Pada service HTTP akan digunakan alamat virtual IP 192.168.186.10 load balancer dengan nomor port tujuan 80 untuk menangani request HTTP yang dikirimkan oleh client, dan pada service FTP akan digunakan alamat vitual IP yang sama namun dengan nomor port tujuan 21 untuk setiap request FTP yang dikirimkan oleh client. Dan terakhir pada jaringan publik terdapat sebuah client yang mengirimkan sejumlah request melalui alamat Virtual IP load balancer yang diteruskan oleh load balancer.

(3)

Gambar 2. Desain Topologi Jaringan Sistem

4. PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL Tujuan dilakukan pengujian kinerja ini adalah untuk mengukur tingkat performa sistem load balancer HAproxy dan Zevenet dalam melayani request HTTP dan FTP. Pengujian kinerja dilakukan dengan menjalankan 2 skenario. Skenario pengujian yang digunakan pada pengujian kinerja sistem load balancing multi service ini adalah:

1.) Skenario 1 HTTP dilakukan menguji kinerja HAproxy dan Zevenet dalam melayani request HTTP sebanyak 1000, 2500 dan 5000 koneksi. Skenario ini terdiri dari 4 bagian, yakni pengujian menggunakan load balancer HAproxy dan Zevenet dengan algoritme round-robin dan least connection.

2.) Skenario 2 FTP dilakukan menguji kinerja HAproxy dan Zevenet dalam melayani request FTP sebanyak 100, 2500 dan 5000 koneksi. Skenario ini terdiri dari 4 bagian, yakni pengujian menggunakan load balancer HAproxy dan Zevenet dengan algoritme round-robin dan least connection.

Parameter yang dianalisa pada pengujian kinerja ini adalah:

1.) Response Time, Pengukuran parameter ini dilakukan untuk menganalisa waktu tanggap yang dibutuhkan server untuk merespon paket-paket request yang dikirim.

2.) Resource Utilization; Pengukuran parameter ini dilakukan untuk menganalisa seberapa banyak penggunaan sumber daya CPU yang digunakan server ketika menangani request.

Pengambilan data dilakukan menggunakan Apache Jmeter pada masing-masing load balancer HAproxy dan Zevenet.

6.1. Skenario 1 HAproxy Round Robin

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Response Time Haproxy Round Robin

Tabel 2. CPU Utilization Haproxy Round Robin

Berikut grafik hasil pengujian HAproxy menggunakan algoritme round robin pada layanan HTTP:

Gambar 3. Response Time Haproxy Round Robin

Gambar 4. CPU Utilization Haproxy Round Robin

Dengan menganalisa grafik diatas disimpulkan bahwa nilai response time dan resource utilization berubah seiring dengan perubahan jumlah koneksi yang dikirimkan.

(4)

6.2. Hasil Pengujian Skenario 1 HAproxy

Least Connection

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Response Time Haproxy Least Connection

Tabel 4. CPU Utilization Haproxy Least Connection

Berikut grafik hasil pengujian HAproxy menggunakan algoritme least connections pada HTTP:

Gambar 5. Response Time Haproxy Least

Connection

Gambar 6. CPU Utilization Haproxy Least

Connection

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa algoritme least connection menunjukkan nilai rata-rata response time yang lebih kecil dibandingkan dengan algoritme round-robin pada jumlah koneksi yang besar. Hal ini disebabkan karena algoritme least connection memperhatikan jumlah koneksi pada setiap server.

6.3. Hasil Pengujian Skenario 1 Zevenet

Round Robin

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5. Response Time Zevenet Round Robin

Tabel 6. CPU Utilization Zevenet Round Robin

Berikut grafik hasil pengujian Zevenet menggunakan algoritme round robin pada HTTP:

Gambar 7. Response time Zevenet round robin

Gambar 8. CPU Utilization Zevenet Round

Robin

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pendistribusian request yang dilakukan load balancer Zevenet pada layanan HTTP dengan algoritme round robin menunjukkan nilai rata-rata response time dan resource utilization yang relatif kecil karena tidak menyebabkan overload pada server backend.

(5)

6.4. Hasil Pengujian Skenario 1 Zevenet

Least Connection

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7. Response Time Zevenet Least Connection

Tabel 7. CPU Utilization Zevenet Least Connection

Berikut grafik hasil pengujian Zevenet menggunakan algoritme least connections pada HTTP:

Gambar 9. Response Time Zevenet Least

Connection

Gambar 10. CPU Utilization Zevenet Least

Connection

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendistribusian request yang dilakukan load balancer Zevenet pada layanan HTTP dengan algoritme least connection menunjukkan nilai rata-rata resource utilization yang lebih kecil dibandingkan dengan algoritme round-robin pada jumlah koneksi sedikit maupun banyak.

6.5. Hasil Pengujian Skenario 2 HAproxy

Round Robin

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 9. Response Time Haproxy Round Robin

Tabel 10. CPU Utilization Haproxy Round Robin

Berikut grafik hasil pengujian HAproxy menggunakan algoritme round robin pada HTTP:

Gambar 11. Response Time Haproxy Round Robin

Gambar 12. CPU Utilization Haproxy Round Robin

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pendistribusian request yang dilakukan load balancer HAproxy pada layanan FTP dengan algoritme round robin menunjukkan nilai rata-rata response time dan resource utilization yang relatif kecil karena tidak menyebabkan server overload.

(6)

6.6. Hasil Pengujian Skenario 2 HAproxy

Least Connection

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 11. Response Time Haproxy Least Connection

Tabel 12. CPU Utilization Haproxy Least

Connection

Berikut grafik hasil pengujian HAproxy menggunakan algoritme least connections pada FTP:

Gambar 13. Response Time Haproxy Least

Connection

Gambar 14. CPU Utilization Haproxy Least

Connection

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa HAproxy pada layanan FTP dengan algoritme least connection menunjukkan nilai rata-rata response time dan resource utilization yang lebih kecil dibandingkan dengan algoritme round-robin. Hal ini disebabkan karena algoritme least connection memilih server backend dengan jumlah koneksi paling rendah.

6.7. Hasil Pengujian Skenario 2 Zevenet

Round robin

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 13. Response Time Zevenet Round Robin

Tabel 14. CPU Utilization Zevenet Round Robin

Berikut grafik hasil pengujian Zevenet menggunakan algoritme round robin pada FTP:

Gambar 15. Response Time Zevenet Round

Robin

Gambar 16. CPU Utilization Zevenet Round

Robin

Dengan menganalisa grafik dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai response time berubah seiring dengan perubahan jumlah koneksi yang dikirimkan. Proses pendistribusian request yang dilakukan load balancer Zevenet pada layanan FTP dengan algoritme round robin menunjukkan nilai rata-rata resource utilization yang baik karena tidak menyebabkan overload pada server backend.

(7)

6.8. Hasil Pengujian Skenario 2 Zevenet

Least Connection

Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 15. Response Time Zevenet Least Connections

Tabel 16. CPU Utilization Zevenet Least

Connections

Berikut grafik hasil pengujian HAproxy menggunakan algoritme least connections pada FTP:

Gambar 17. Response Time Zevenet Least

Connections

Gambar 18. CPU Utilization Zevenet Least

Connections

Dengan menganalisa grafik diatas dapat disimpulkan bahwa proses pendistribusian request yang dilakukan load balancer Zevenet pada layanan FTP dengan algoritme least connections menunjukkan nilai rata-rata resource utilization yang lebih kecil dibandingkan dengan algoritme round-robin pada jumlah koneksi yang besar.

Pada skenario pengujian layanan FTP, HAproxy menampilkan nilai rata-rata response time yang lebih baik pada setiap algoritme, yakni 328ms, 474ms, 752ms untuk algoritme least connection dan 309ms, 463ms, 654ms untuk algoritme round-robin. Sedangkan Zevenet menampilkan nilai yang lebih baik pada setiap algoritme dengan nilai rata-rata CPU usage nya 19%, 35%, 44% untuk algoritme round-robin dan 16%, 30%, 39% untuk algoritme least connections.

Pada skenario pengujian layanan HTTP, HAproxy menunjukkan nilai rata-rata response time yang lebih baik pada setiap algoritme, yakni 43ms, 48ms dan 71ms untuk algoritme round robin dan 48ms, 60ms dan 83ms untuk algoritme least connections. Sedangkan Zevenet unggul dengan nilai rata-rata CPU usage nya 11%, 19%, 26% untuk algoritme round robin dan algoritme least connections Zevenet unggul dengan nilai rata-rata 10%, 17% dan 25%.

5. KESIMPULAN

Sebagaimana dari hasil implementasi dan pengujian serta analisis sistem yang telah dilaksanakan pada tahapan sebelumnya ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengimplementasian multi service load balancing dibangun dengan cara membuat HAproxy dan Zevenet mampu menjadi penghubung antara client dan server-server multi service serta mendistribusikan traffic data berdasarkan algoritme round robin dan least connection pada service HTTP dan FTP. Dalam implementasinya dilakukan pengujian kinerja menggunakan 2 skenario. 2. Perbandingan kinerja multi service load

balancing menggunakan HAproxy dan Zevenet dilakukan dengan menjalankan skenario pengujian pada layanan HTTP dan FTP dengan parameter response time dan resource utilization. Pada layanan HTTP dan FTP, HAproxy menunjukkan nilai hasil pengujian kinerja yang lebih baik pada parameter response time. Sedangkan Zevenet menunjukkan nilai hasil pengujian kinerja yang lebih unggul pada parameter resource utilization untuk layanan HTTP dan FTP.

Untuk membuat sistem menjadi lebih baik selanjutnya perlu dilakukan beberapa penelitian mengenai penggunaan parameter pengujian yang digunakan tidak hanya response time dan resource utilization serta membandingkan hasil

(8)

pengujian algoritme round-robin dan least connection dengan algoritme load balancing lainnya. Pengembangan multi-service load balancing pada service lainnya dan berfokus pada sisi keamanan sistem.

6. DAFTAR PUSTAKA

Bourke, Tony. 2001. Server Load Balancing. O'Reilly & Associates Inc. Tersedia di <

index-of.es/Networking/Server%20Load%20 Balancing.pdf > [Diakses 10 Oktober 2017]

Chauhan, Yogesh. Chauhan, Siva. 2012. Performance Comparison of Server Load Distribution with FTP and HTTP.

Tersedia di <

HTTPs://pdfs.semanticscholar.org/5c61 /acac0795e563a49a93279f446e4b9b1f0 46c.pdf > [Diakses 8 Oktober 2017] Haproxy. Load Balancing. Tersedia di <

HTTPs://www.haproxy.com/solutions/l oad-balancing/ > [Diakses 8 Oktober 2017]

Kopparapu, Chandra. 2002. Load Balancing Servers, Firewalls, and Caches. John Wiley & Sons, Inc. Tersedia di < HTTP://box.cs.istu.ru/public/docs/other /_Unsorted/new/Misc/Load%20Balanci ng%20Servers%20Firewalls%20and%2 0Caches%202002,%20Wiley).pdf > [Diakses 10 Oktober 2017]

Zevenet. Community Edition v3.05 Administration Guide. Tersedia di < HTTPs://www.zevenet.com/knowledge -base_category/community-edition-v3-05-administration-guide/ > [Diakses 10 Oktober 2017]

Gambar

Gambar 1. Topologi Load Balancing  User  mengakses  load  balancer,  yang  meneruskan  permintaan  pengguna  ke  server  backend,  yang  kemudian  merespons  langsung  permintaan pengguna (Kopparapu, 2002)
Gambar 2. Desain Topologi Jaringan Sistem  4.  PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL
Tabel 15. Response Time Zevenet Least Connections

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan saraf tiruan mengizinkan terjadinya proses komputasi yang sangat sederhana (penjumlahan, pengurangan dan elemen logika dasar lainnya) untuk menyelesaikan masalah

Pada tahun 2003 dan tahun 2005 terjadi kenaikan tarif listrik, ini menegaskan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 sebetulnya aktivitas kantor berada pada kondisi normal tetapi karena

Secara keseluruhan hasil pencatatan kematian dan penyebab kematian tahun 2011 menunjukkan bahwa proporsi kematian karena kanker payudara menempati urutan ke 10 pada semua umur

Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan dengan cara: Diambil sebanyak 20 tablet secara acak, skala yang tertera pada alat dibuat nol dan tablet diletakan pada tempat

Strategi augmentasi inundatif merupakan pelepasan secara massal untuk mengendalikan hama oleh aktivitas musuh alami yang dilepaskan secara cepat, sedangkan inokulatif

Dari grafk 3 diatas dapat kita lihat papan komposit setelah dilakukan perendaman bahwa semakin besar fraksi volume serat yang digunakan maka berat jenis papan

face Untuk menentukan jenis font biasanya dalam satu list ada beberapa font dan akan di baca mulai dari yang paling kiri. &lt;/CENTER&gt;

Apabila kita (umat Islam seluruhnya) kembali mengguna pakai manhaj Islam (al-Quran, al-Sunnah dan Sirah Nabawiyyah) dalam segenap kegiatan kehidupan, maka tidak mustahil