• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD, DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD, DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

330

PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH

TERHADAP USD, DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP

IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015

Veryda Harfikawati verydaharfikawati@gmail.com

Magister Manajemen Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia

ABSTRAK:

Keberadaan pasar modal di suatu negara merupakan tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara serta sebagai acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara. Pertumbuhan investasi di Indonesia dapat dilihat dari pergerakan indeks pasar saham yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam negeri seperti makro ekonomi dan faktor dari luar negeri seperti perekonomian global yaitu indeks harga saham secara global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones terhadap IHSG. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dengan data bulanan IHSG, inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones dari tahun 2011-2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap USD berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara indeks dow jones berpengaruh positif terhadap IHSG.

Kata kunci: tingkat inflasi, nilai tukar, indeks dow jones, IHSG.

ABSTRACT:

The existence of capital markets in a country is a benchmark for economic progress as well as supporting the country's economy and a reference to see the excitement or dynamic of the state business. Investment growth in Indonesia can be seen from the movement of a stock market index which is influenced by several factors from domestic factor such as macro-economic, and factors from abroad as the global economy as well as the movement of global stock price index. The purpose of this study was to determine the effect of the inflation rate, exchange rate against USD, and dow jones index towards IHSG. The analytical method which is used is multiple linear regression analysis method and hypothesis testing uses monthly data IHSG, inflation rate, exchange rate against USD, and dow jones index from 2011-2015. The results of this study showed that Rupiah inflation rate and exchange rate against USD has negative effect on IHSG. Meanwhile the dow jones index has positive impact on IHSG.

(2)

331

Key words: inflation rate, exchange rate, index dow jones, IHSG.

PENDAHULUAN

Keberadaan pasar modal di suatu negara merupakan tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi negara serta sebagai acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan sebagainya. Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan tempatnya sebagai bagian dalam instrumen perekonomian, di mana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun praktisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut juga telah ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia yang semakin meningkatkan komitmennya terhadap peran pasar modal melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, di mana dinyatakan di dalamnya bahwa pasar modal memiliki peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.

Banyak faktor yang mempengaruhi indeks saham, antara lain keadaan ekonomi global dan kestabilan politik suatu negara. Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul dalam Mujayana, 2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya kinerja saham. Salah satunya adalah faktor makro ekonomi seperti tingkat inflasi dan nilai tukar. Sedangkan, kondisi ekonomi global yang mempengaruhi indeks saham salah satunya adalah indeks dow jones.

Sudarsana dan Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Kenaikan inflasi menyebabkan peningkatan biaya produksi sehingga perusahaan akan menaikkan harga jual barang, sehingga harga barang naik secara keseluruhan.

(3)

332

Kenaikan harga barang secara keseluruhan dapat mengurangi daya beli konsumen. Hal ini disebabkan oleh cost-push inflation. Kusumaningsih (2015) dan Prima (2012) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG. Namun, Chandra (2012) menemukan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Menurut Irianto (2007) perubahan kurs USD akan mempengaruhi IHSG secara negatif. Sudarsana dan Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009) menunjukkan hasil bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Haryogo (2013) menunjukkan hasil bahwa pergerakan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Menurut Sudarsana dan Candraningrat (2014) indeks

Dow Jones mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Menurut

Dwitanto (2005) indeks Dow Jones tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Berdasarkan perbedaaan hasil penelitian terdahulu pada uraian tersebut di atas, maka penulis ingin menguji pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones terhadap IHSG baik secara parsial maupun simultan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor tentang pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones terhadap IHSG.

TINJAUAN PUSTAKA

Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas, instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmaji dan Hendy, 2006). Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, definisi pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

(4)

333

Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara sebagai salah satu ukuran untuk melihat maju mundurnya dinamika bisnis yang terjadi di negara tersebut. Menurut Lindon dalam Fahmi (2012) ada beberapa elemen yang menciptakan tumbuhnya pasar modal, yaitu:

1. Adanya kesadaran masyarakat mengenai manfaat dan peluang yang terdapat di pasar modal serta manfaat lain dari kepemilikan saham.

2. Perkembangan prasarana pasar modal seperti majunya teknologi informasi yang mendorong tumbuhnya sistem perdagangan elektronik, kliring, pendaftaran saham, dan lain-lain.

3. Perkembangan peraturan perundangan guna terciptanya kepercayaan masyarakat, perlindungan pemodal dan kemandiriannya.

4. Adanya program privatisasi yang mendorong penawaran dan permintaan saham.

Adapun peran dan manfaat pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011), adalah:

1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. 2. Pasar modal sebagai alternativ investasi.

3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik.

4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional.

Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sedangkan bagi perusahaan (issuer) dana dari pasar modal tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan

(5)

334

kesempatan untuk memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Sekolah Pasar Modal, 2012).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Di Indonesia hanya ada satu bursa yaitu PT Bursa Efek Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia adalah gabungan dari PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya yang merger pada tahun 2007. PT Bursa Efek Indonesia bersifat swasta dan merupakan SRO (Self Regulatory

Organization) yaitu merupakan lembaga atau organisasi yang bisa mengatur

dirinya sendiri dan berwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya.

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pergerakan pasar modal di indonesia dengan menggunakan indeks saham. Indeks saham yang sering dijadikan patokan oleh para investor di BEI adalah IHSG. IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Adapun formula untuk menghitung IHSG menurut metode Paasche adalah:

IHSG =∑(PS x SS)

Pbase x SS x 100 Di mana:

PS = Harga pasar saham

SS = Jumlah saham yang dikeluarkan Pbase = Harga dasar saham

Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG diperkirakan positif dalam arti kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan

(6)

335

naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia.

Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Inflasi dianggap sebagai salah satu faktor gangguan terhadap investasi portofolio dalam dekade 1980 dan 1990. Mengingat dampaknya yang besar pada aktivitas perekonomian seperti menurunnya omset penjualan, meningkatnya suku bunga, dan turunnya indeks harga saham serta distorsi return di pasar modal (Cottle, Murray, dan Block dalam Gunarto.2000).

Menurut Prakoso (2007), nilai tukar dapat diartikan sebagai harga mata uang asing yang dinyatakan dalam mata uang domestik. Ketika rupiah mengalami penguatan/apresiasi, maka hal itu memperlihatkan bahwa perekonomian dalam negeri semakin menarik dan membaik untuk kegiatan investasi. Dengan kondisi yang demikian, maka minat investor untuk berinvestasi di pasar modal juga akan mengalami peningkatan, dengan banyaknya investor berinvestasi di pasar modal, selanjutnya akan berdampak terhadap kenaikan harga saham di pasar modal yang secara otomatis akan mengakibatkan naiknya imbal hasil saham.

METODE

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil library

research. Dalam melakukan pengumpulan data untuk penelitian ini, digunakan

data sekunder yang diperoleh melalui website Bank Indonesia www.bi.go.id dan http://finance.yahoo.com dengan periode waktu selama 5 (lima) tahun (Januari 2011 s.d Desember 2015).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS Versi 23. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks Dow Jones terhadap IHSG dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi linier berganda berikut:

(7)

336 Di mana:

Y = IHSG

α = intercept atau konstanta β = koefisien garis regresi X1 = tingkat inflasi

X2 = nilai tukar Rupiah terhadap USD X3 = indeks dow jones

e = standar error

Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik antara lain uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedasitas. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). Untuk pengujian hipotesis digunakan uji koefisien determinasi (R2), uji t, dan uji F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai terendah dari tingkat inflasi adalah 0,0335 dan nilai tertinggi sebesar 0,0879. Nilai rata-rata tingkat inflasi adalah 0,0588 dengan standar deviasi sebesar 0,0154. Nilai terendah Rupiah terhadap USD adalah 8.532 dan nilai tertinggi sebesar 14.396,10. Nilai rata-rata Rupiah terhadap USD adalah 10.775,48 dengan standar deviasi sebesar 1.760,34. Indeks Dow Jones nilai terendah adalah 10.913,38 dan nilai tertinggi sebesar 18.132,70. Nilai rata-rata indeks Dow Jones adalah 14.906,33 dengan standar deviasi sebesar 2.187,93. Nilai terendah dari IHSG adalah 3.409,17 dan nilai tertinggi sebesar 5.518,67. Nilai rata-rata IHSG adalah 4.456,76 dengan standar deviasi sebesar 539,42.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat hasil uji F hitung sebesar 109,271 dengan sig 0,000. Uji F terpenuhi dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai F tabel 2,769 (F hitung > F tabel). Dari uji F tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks dow jones secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hasil uji t dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa:

(8)

337

1. Tingkat inflasi menghasilkan t hitung sebesar - 3,157 sedangkan t tabel sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (- 3.157) lebih besar dari t tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel tingkat inflasi terhadap IHSG.

2. Nilai tukar Rupiah terhadap USD menghasilkan t hitung sebesar - 6,439 sedangkan t tabel sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (- 6.439) lebih besar dari t tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel nilai tukar Rupiah terhadap USD terhadap IHSG.

3. Indeks Dow Jones menghasilkan t hitung sebesar 12,635 sedangkan t tabel sebesar 2,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (12.635) lebih besar dari t tabel (2.001) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel Indeks Dow

Jones terhadap IHSG.

Dari hasil uji koefisien determinasi (R2) diperoleh hasil nilai adjusted R square adalah sebesar 0.846 menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones adalah sebesar 84.6% sedangkan sisanya sebesar 15.4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti. Dari Tabel 2, model regresi yang dapat dibentuk adalah:

Y = 1.316,124 – 6.364,385. X1 – 0,267. X2 + 0,429. X3 + e

Berdasarkan model regresi tersebut, hasil hipotesis penelitan pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG secara parsial akan dibahas sebagai berikut:

1. Koefisien regresi variabel tingkat inflasi sebesar - 6.364,385; menunjukan bahwa jika tingkat inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 6.364,385.

2. Koefisien regresi variabel nilai tukar Rupiah terhadap USD sebesar - 0,267; menunjukan bahwa jika nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami

(9)

338

kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,267.

3. Koefisien regresi variabel Indeks Dow Jones sebesar 0,429; menunjukan bahwa jika Indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,429.

Ha1 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis pertama negatif signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika tingkat inflasi tinggi maka IHSG akan mengalami penurunan dan sebaliknya jika tingkat inflasi rendah maka IHSG akan naik. Jika terjadi kenaikan harga maka daya beli masyarakat akan menurun, dan minat untuk melakukan investasi juga akan menurun. Akibatnya, harga saham akan mengalami penurunan, dan Indeks Harga Saham juga akan menurun. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Sudarsana dan Candraningrat (2014) dan Purwranto (2009).

Ha2 : Nilai tukar Rupiah terhadap USD berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis kedua negatif signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai kurs Rupiah terhadap USD terdepresiasi maka IHSG juga akan mengalami penurunan. Bagi investor, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD mengindikasikan situasi fundamental perekonomian Indonesia. Sehingga ketika nilainya menurun, maka menunjukan bahwa Rupiah sedang melemah dan kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang stabil. Ketika kondisi perekonomian kurang stabil, maka investor kecenderungannya akan menjual saham-saham yang dimilikinya untuk menghindari risiko, dimana aksi jual saham ini tentunya akan mengakibatkan pelemahan IHSG. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Andiyasa (2014), Sudarsana dan Candraningrat (2014), Indra (2013), dan Purwranto (2009).

(10)

339

Ha3 : Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa hipotesis ketiga positif signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan mendorong kenaikan IHSG. Indeks Dow Jones sendiri merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG adalah positif, yang dapat diartikan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan pula pada naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Fitria (2015), Andiyasa (2014), dan Prima (2012).

SIMPULAN

Seluruh variabel independen yaitu: tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD, dan indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara parsial, tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap USD berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Sedangkan indeks Dow

Jones bepengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Nilai koefisien determinasi

adalah sebesar 0.846 menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu menjelaskan 84.6% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 15.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen.

DAFTAR PUSTAKA

Andiyasa, I Gusti Agus. (2004). Pengaruh Beberapa Indeks Saham Dan Indikator Ekonomi Global Terhadap Kondisi Pasar Modal Indonesia.Tesis. Universitas Udayana. Denpasar.

Bodie, Kane, Marcus. (2006). Investments. Jakarta: Salemba Empat.

Case, K.E & Fair, R.C. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(11)

340

Chandra, Juniadi. (2012). Pengaruh Nilai Tukar USD, Inflasi dan Resesi Amerika Serikat Terhadap IHSG. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard Starz. (2008). Makro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi.

Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Pasar Modal. Bandung: CV Alfabeta.

Fitria O, Rizka. (2015). Pengaruh Indeks Dow Jones dan Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Tahun Periode 2010-2014). Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ghozali, Iman. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Semarang: BP UNDIP.

Gujarati, Damodar. R. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Haryogo, Ardy. (2013). Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap

Composite Index di Bursa Efek Indonesia. Jurnal FINESTA Vol. 1, No. 1

Hal 1 – 6. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Hidayat, Taufik. (2010). Buku Pintar Investasi. Jakarta: Mediakita.

Immanuel, Roisondo. (2015). Analisis Pengaruh Indikator Makroekonomi dan Indeks Saham Regional ASEAN Terhadap Pasar Saham Indonesia (IHSG) Periode Pada Tahun 2009-2014. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya Malang.

Irianto, Guntur. (2007). Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan Harga Emas Terhadap IHSG. Jurnal Manajemen Mutu, Volume 6, No.2.

Kewal, Suramaya Suci. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1. STIE Musi Palembang.

(12)

341

Kurniawan, Yohanes, Jhony. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi dan bisnis. Pp: 1 20

Kusumaningsih, Novia. (2015). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2014. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Malinda, Maya & Martalena. (2011). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mansyur, Moh. (2005). Pengaruh Indek Bursa Global Terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 2000-2002. Universitas Padjajaran. Bandung.

Merancia, Alfin. (2010). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Indeks Regional Terhadap Risiko Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mujayana, Marya. (2013). Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal SNASTI 2013 LL 21 - 26. STMIK STIKOM. Surabaya.

Prakoso, B. (2007). Korelasi Antara Variabel Ekonomi Makro Dengan Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (Periode 2001-2005). Jakarta: Program Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Pratikno, Dedy. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

(13)

342

(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prima, Biorika. (2012). Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Indeks Saham Internasional Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Dengan Pendekatan Kointegrasi. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Purwranto, Diki. (2009). Analisis Pengaruh Suku Bunga The Fed, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Pada Periode Januari 2008 s.d. Mei 2009. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Samsul, Mohamad. (20080. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

Santoso, Singgih. (2016). Panduan Lengkap SPSS Versi 23. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sekolah Pasar Modal. 2012. Jakarta: BEI.

Sudarsana dan Candraningrat. (2014). Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Journal hal. 3291 - 3308 . Universitas Udayana. Bali

Sugiono, Heri. (2013). Analisis Pengaruh Makro Ekonomi dan Indeks Hangseng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic Indeks Periode 2007-2011 (Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maliki Malang.

Supranto, J. (2012). Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

(14)

343

Tjiptono, Darmadji dan Fakhruddin, Hendy.M. (2006). Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995.

Witjaksono, Ardian Agung. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG (Studi Kasus Pada IHSG di BEI Selama Periode 2000-2009). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

http://bem.feb.ugm.ac.id www.bi.go.id http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/608312-laju-ihsg-cetak-rekor-tertinggi http://ekbis.sindonews.com/read/1078039/32/ http://finance.detik.com/read/2011/01/24/071821/1552766/6/ http://finance.yahoo.com www.idx.co.id http://market.bisnis.com/read /20150901/93/467605 www.nyse.com http://www.neraca.co.id/article/32472/bps

(15)

344

LAMPIRAN

Tabel 1. Statistik Deskriptif

Tabel 2. Uji Hipotesis Analisa Regresi Koefisien

Regresi

Uji t Uji F Adjusted

R Square

t stat Sig F stat Sig

(Constant) 1316,124 6,885 0,000 109,271 0,000 0,846

INFLASI -6364,385 -3,157 0,003

Nilai Tukar Rp/USD -0,267 -6,439 0,000

DOW JONES 0,429 12,635 0,000

Var N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Tingkat Inflasi 60 0,058852 0,0154221 0,0335 0,0879 Nilai Tukar Rp to USD 60 10775,48633 1760,345754 8532 14396,1 Indeks Dow Jones 60 14906,33133 2187,939233 10913,38 18132,7 IHSG 60 4456,763167 539,4253204 3409,17 5518,67

Gambar

Tabel 1. Statistik Deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.Pelayanan dikatakan baik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi baja zincallume G550 pada beberapa lingkungan korosi, serta membandingkan struktur mikro dari baja tersebut, baik sebelum

Pada jenis updraft gasifier tar yang terbentuk cukup besar yaitu 10 sampai dengan 20% dari feed (bahan bakar) hal ini dikarenakan tar mulai terbentuk pada

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa, data mengenai pemeriksaan waktu protrombin pada pasien yang diduga mengalami gangguan hemostasis hanya didapatkan pada 15 dari 34

mengamati 4 aspek perkembangan anak yaitu perkembangan fisik motorik, kognitif , bahasa dan sosial emosional yang terlihat dalam Tabel 4 , yaitu dari 27 anak sebagai

FORMULASI TEPUNG JAGUNG, TEPUNG PISANG NANGKA DAN OATMEAL PADA PRODUK FLAKES DITINJAU DARI.. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI

Perkembangan usaha pengguna produk gula merah yang ada di Kelurahan Kambo Kota Palopo, kecarnatan bone-bone, kabupaten luwu utara cukup bergantung pada pendapatan

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam memahami skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI POHON ALBA DENGAN SISTEM NYINOM DALAM PERSPEKTIF