BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minat Menyekolahkan Anak 1. Pengertian Minat
Menurut Syaiful B Djamarah (2002:132) “minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang”.
Crow And Crow (Djaali, 2011: 122) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Kata Minat identik dengan kata motivasi yang berasal dari kata “motif” yakni segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan minat atau motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang itu mau, dan ingin melakukannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minatpun berkurang. (Hurlock,1999).
2. Macam-Macam Minat
Menurut Elizabeth B.Hurlock menjelaskan minat yang dimiliki anak lebih rinci dan beragam, berdasarkan pengalaman empirik yang dialami anak pada masa
perkembangan. Apa yang dilakukan anak atau yang menjadi kecenderungan dan perilaku anak pada masa perkembangan, diidentifikasikan sebagai minat yang dimiliki anak. Adapun macam-macam minat yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock sebagai berikut:
a. Minat terhadap Tubuh Manusia b. Minat terhadap Penampilan c. Minat pada pakaian
d. Minat terhadap nama
e. Minat terhadap Lambang Status f. Minat pada Agama
g. Minat pada seks h. Minat pada sekolah
i. Minat pada pekerjaan di masa mendatang
3. Unsur-Unsur Minat
Menurut Tripujitama (2006) menyatakan unsur-minat meliputi: a. Perasaan senang
Perasaan senang merupakan aktifitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek. Minat dengan perasaan senang terdapat hubungan yang timbal balik sehingga tidak mengherankan kalau seseorang yang berperasaan tidak senang, dia juga akan kurang berminat dan sebaliknya. Perasaan senang ini merupakan faktor psikis non intelektual, yang berpengaruh terhadap semangat menyekolahkan anak sehingga melalui semangat, perasaan seseorang akan melakukan penilaian-penilaian positif yang terungkap dalam perasaan senang. Dan
apabila orang tua senang untuk menyekolahkan anak maka segala usaha akan dilakukan agar anaknya bisa masuk sekolah
b. Perasaan tertarik
Seseorang akan merasa tertarik pada sesuatu, bila sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan sebelumnya dan mempunyai sangkut paut dengan nilainya.
Seseorang yang mempunyai pengalaman yang tidak mendapatkan pendidikan sampai jenjang tertentu maka dengan perasaan tertarik pada pendidikan yang lebih tinggi, orang tua akan menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi.
c. Perhatian
Perhatian diartikan sebagai pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek dan pendayagunaan kesadara nuntuk mengerti suatu aktivitas. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungan dengan minat, perhatian adakalanya menghilang. Sedangkan minat bersifat lebih menetap.
d. Motif dan Tujuan
Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Faktor Internal
1) Fungsi Kebutuhan-kebutuhan
Minat dari seorang anak adalah petunjuk langsung dari kebutuhan anak tersebut. Seorang anak yang membutuhkan penghargaan status, misalnya ia akan
mengembangkan minatnya pada semua aktivitas dimanapun ia sebagai upaya untuk memuaskan kebutuhan itu.
2) Keinginan dan cita-cita
Pada umumnya keinginan dan cita-cita anak itu didasarkan pada tiga kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan akan perasaan aman b. Kebutuhan akan memperoleh “Status” c. Kebutuhan akan memperoleh penghargaan 3) Bakat
Seorang anak yang memiliki bakat pada suatu ketrampilan akan cenderung menekuninya dengan perhatian yang besar, sehingga akan terus berminta untuk aktif berkecimpung didalamnya.
b. Faktor Eksternal 1) Faktor Keluarga
Kebiasaan dan kesenangan anak tentunya tidak akan lepas dari kebiasaan orang tua atau keluarga. Kebiasaan yang dimiliki anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan kembali tidur, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.
2) Faktor Sekolah
Di sekolah itulah siswa diberi beberapa ilmu pengetahuan dan percontohan yang baik, akhirnya mengalami perubahan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
3) Faktor Masyarakat
“Milien atau masyarakat mempunyai rencana yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa anak itu juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebayanya dan masyarakat sekitarnya”.
5. Fungsi Minat
Elizabeth B Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998; 119: 110) sebagai berikut :
a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
c. Prestasi selalu di pengaruhi oleh jenis dan instensitas
d. Minat yang terbentuk sejak masih kecil/ masa kanak-kanak sering tebawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
6. Kriteria Minat
Mneurut Nursalam, 2002 (Suparyanto: 2010) kriteria minat seseorang dapat digolongkan menjadi :
a. Rendah, jika seseorang tidak menginkan suatu objek minat
b. Sedang, jika seseorang menginginkan obyeg minat tetapi tidak melakukan dengan segera
c. Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan obyeg dalam waktu segera
7. Cara Mengukur Minat
Aspek minat terdiri atas aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif tampak rasa suka atau tidak senang terhadap objek tersebut
(Taufani, 2008:39). Dapat disimpulkan bahwa minat terhadap mata pelajaran biologi yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
8. Sekolah
a. Pengertian Sekolah
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa . Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/ murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah.
b. Bentuk Sekolah
Sekolah menurut bentuknya dikenal ada lima macam, yaitu : 1) Sekolah Konvensional
Sekolah Konvensional, yakni sekolah yang kita kenal selama ini, ada wujud gedung yang dibangun khusus untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan. Siswa dari sekolah jenis ini, biasanya masuk pada jam-jam tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola sekolah.
Siswa diarahkan masuk kelas masing-masing untuk melaksanakan pembelajaran. Siswa peserta didik kemudian pulang ke rumah masing-masing setelah mendapat pembelajaran sesuai jam yang telah ditentukan.
2) Sekolah Terbuka
Sekolah Terbuka adalah salah satu bentuk sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah. Sekolah jenis ini biasanya berkantor di Sekolah Konvensional yang sudah ada sebelumnya. Antara Sekolah Konvensional dan Sekolah Terbuka pada dasarnya sama dari sisi proses pendaftaran, bahan pelajaran dan ujian. Perbedaan pokok antara Sekolah Konvensional dan Sekolah Terbuka adalah terutama dari sisi jumlah pertemuan antara tenaga pengajar atau guru dengan murid.
3) Sekolah Kejar Paket
Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan nonformal yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti Cambridge, dan IB (International Baccalureate).
4) Sekolah alternatif
Sekolah Rumah dan Sekolah Alternatif. Yang termasuk dalam sekolah jenis ini adalah lembaga-lembaga kursus atau lembaga-lembaga bimbingan belajar untuk bidang tertentu saja. Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya sekolah. Perbedaanya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu.
5) E-Sekolah
Sekolah Berbasis Teknologi Internet (SBTI). Dengan sekolah jenis ini, siswa tidak perlu pergi ke sekolah setiap hari seperti halnya Sekolah Konvensional. Siswa melakukan proses pendaftaran sebagai siswa dan pembelajaran langsung melalui media internet dari rumah masing-masing siswa atau melalui jasa Warnet. Jika sekolah jenis ini akan dibuka oleh pemerintah, maka seluruh siswa dari seluruh
Indonesia hanya akan dihimpun dalam satu server di Jakarta. Teknis pembelajaran, pemerintah menyediakan modul atau buku pelajaran yang bisa diakses dan atau bisa disalin oleh siswa ke media pribadi siswa berupa flashdisk atau memory card. Pemerintah juga bisa menyediakan media pembelajaran berupa video tutorial yang juga bisa diakses dan atau bisa disalin oleh siswa ke media pribadi siswa untuk diputar ulang sesuai keinginan.
c. Manfaat Sekolah
Mengenyam pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari anak tukang sapu jalan, anak tukang dagang martabak mesir, anak tukang jambret, anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat tinggi negara, dan sebagainya harus bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP. Mungkin banyak dari kita yang mempertanyakan apakah sebenarnya fungsi pendidikan formal tersebut. Situs organisasi.org ini akan membantu memberikan sedikit jawaban sesuai dengan kondisi yang ada.
9. Tukang Becak
a. Pengertian Tukang Becak
Dalam kehidupan sehari-hari orang bekerja sesuai dengan profesi yag dimiliki. Begitu pula dengan pekerjaan sebagai tukang becak. Definisi tukang adalah orang yang memliki suatu keahlian dengan menggunakan batuan alat untuk dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang dikerjakannya. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh seseorang untuk mencari penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya.
Tukang becak biasanya bekerja sehari-hari di pasar-pasar atau didaerah yang sering dilalui orang yang akan menjadi penumpang. Penarik becak kebanyakan berusia tua, tetapi yag muda pun juga masih cukup banyak. Pekerjaan menjadi tukang becak masih tetap eksis walaupun jenis kendaran yang lebih cepat saat ini sudah banyak. Dalam kesehariannya tukang becak mendapatkan upah yang masih dibawah angka minimum.
b. Kehidupan Tukang Becak.
Perkembangan zaman yang semakin canggih menjadikan alat transportasipun banyak yang menjanjikan jasa transportasi yang lebih cepat untuk dapat mengantarkan penumpang atau mengirimkan barang dengan tarif yang tidak begitu mahal. Maka tidak heran kalau banyak penumpang yang lebih memilih jasa transportasi selain becak. Dengan masalah tersebut maka menjadikan para tukang becak menjadi lebih sulit dalam mendapatkan penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Terlebih lagi harga kebutuhan pokok juga semakin hari semakin mahal. Maka makin sulit pula untuk dapat mencukupinya.
10. Minat Tukang Becak untuk Menyekolahkan Anak
Menyekolahkan anak sama dengan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Pencapaian tujuan itu sendiri memerlukan sebuah dorongan yang membuat pemikiraan positif atau negatif suatu tujuan itu. Minat menyekolahkan anak adalah suatu kondisi fisiologi dan psikologi yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu (Djaali, 2011:1001)
Ketika orang tua menyekolahkan anaknya, tentu mereka tidak akan asal-asalan dalam menentukan pillihan. Ada beberapa pertimbangan yang dipikirkan oleh orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Aprilia Lestari (2009) menjabarkan pertimbangan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Biaya
Lebih bijak bagi orang tua untuk menyekolahkan anak sesuai dengan kemampuan ekonominya. Memang ada orang tua yang rela berhutang atau menjual barang-barang produktif milik keluarga untuk membiayai anaknya yang bersekolah di sekolah bergengsi. Pendidikan dasar di beberapa tempat memang sudah digratiskan, tetapi biaya buku, seragam, kegiatan dan lain-lain sebaiknya diperhatikan juga.
2) Nilai
Seleksi masuk sekolah, baik itu melalui nilai UAN atau tes masuk, juga menjadi bahan penentuan di mana anak akan bersekolah. Tentukan dahulu targetnya, kemudian ajarkan dan dukung anak untuk berusaha mencapai target tersebut. Jika anak terbiasa seperti itu dia akan merasakan banyak manfaat dalam kehidupannya. 3) Jarak
Perjalanan ke sekolah akan dilakukan anak setiap hari, berangkat dan pulang. Jarak tempuh ke sekolah tentunya menjadi bahan pertimbangan. Rute yang lebih dekat atau lebih mudahlah yang menjadi pilihan. Rute yang jauh atau sulit selain akan memakan waktu, tenaga, mungkin juga ongkos dan pikiran.
4) Pergaulan
Di beberapa sekolah, biasanya SMP atau SMA, rawan tawuran, tempat nongkrong yang tidak ada tujuan produktif, atau teman-teman yang mengkhawatirkan menurut orang tua. Tentunya ini juga menjadi bahan pertimbangan. Walaupun si anak
„baik-baik saja‟, tetapi kalau lingkungannya „berbahaya‟ tentu akan mengkhawatirkan juga.
B. Hasil penelitian yang Relevan
Penelitian secara khusus terhadap tukang becak di Kelurahan Purbalingga Kulon, sejauh pengamatan peneliti sampai saat ini belum banyak dilakukan. Untuk itu peneliti mencoba untuk memparkan tentang “Minat Menyekolahkan Anak Bagi Penakrik Becak di Kelurahan Purbalingga Kulon Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga”.
Tabel 2.1 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan peneliti
Peneliti Tujuan metodologi Hasil
1.Sutini 1. Mengetahui tingkat
ekonomi orangtua di Dusun
Mendonagn Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang 2. Mengetahui minat menyekolahkan anak di
Dusun Mendonagn Desa
Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Sample : Total sampling Pengumpulan data : Observasi dan angket Analisis data : Deskriftif Kualitatif
1. tingkat ekonomi warga
Dusun Mendonagn Desa
Banyukuning Kecamatan
Bandungan Kabupaten
Semarang dikategorikan baik karena mean nilai angket sebesar 48,129 mencapai interval kategori baik(38-48,5)
2. Minat menyekolahkan anak
Dusun Mendonagn Desa
Banyukuning Kecamatan
Bandungan Kabupaten
Semarang dapat
dikategorikan baik
dikarenakan nilai angket
sebesar 44,6 mencapai
interval kategori baik(38-48,5)
Peneliti Tujuan metodologi Hasil 2.Suwarno a. Mengetahui social ekonomi
orangtua
b. Mengetahui minat orangtua menyekolahkan anak c. Mengetahui pengaruh social
ekonomi terhadap minat menyekolahkan anak Pengambilan sampel : Area sampling Pengumpulan Data : Angket Analisis Data : Deskriftif Kualitatif
Terdapat pengaruh positif social
ekonomi orangtua terhadap
minat menyekolahkan anak
Desa Pruwatan Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes
3.Narwati Untuk mengetahui minat
tukang becak dalam
menyekolahkan anaknya di Kelurahan Purbalingga Kulon
Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Sampel : Total sampling Pengumpulan data : Observasi dan angket Analisis data : Deskriftif Kualitatif
Minat menyekolahkan anak bagi tukang becak dikelurfahan Purbalingga
Kulon Kecamatan
Purbalingga Kabupaten Purbalingga sebagian besar termasuk dalam minat menyekolahkan anak tinggi yaitu sebanyak 28 orang (93,33%) sedangkan untuk
kriteria minat
menyekolahkan anak rendah sebanyak 2 tukang becak 6,66%.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian pustaka diatas, dapat ditemukan kerangka pikir, lihat Gambar 2.1. sebagai berikut :
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Minat Minat Menyekolahkan Anak - Rasa Senang - Rasa Tertarik - Rasa Perharian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu lebih dari 10% minat tukang becak dalam menyekolahkan anak di kelurahan Purbalingga Kulon Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga, berkategori rendah